BAB 1PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangManusia adalah makhluk
sosial, yakni tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan
orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. terutama dalam
hal muamalah, seperti jual beli, riba maupun usaha yang lain, baik
dalam urusan diri sendiri maupun untuk kemaslahatan umum. Namun
sering kali dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui
kecuranagan-kecuranaga dalam urusan muamalah ini seperti, riba yang
sangat meresahkan dan merugikan masyarakat.Jual beli adalah
kegiatan tukar menukar barang dengan cara tertentu yang setiap hari
pasti dilakukan namun kadang kala kita tidak mengetahui apakah
caranya sudah memenuhi syara ataukah belum. Kegiatan jual beli ini
juga sering kali dikaitkan dengan yang namanya riba. Riba menurut
syariat hukumnya adalah haram karena tidak menumbuhkan manfaat
tetapi menimbulkan madharat.Oleh karena itu, dalam makalah ini kami
akan membahas dan menyampaikan mengenai jual beli dan riba dalam
perspektif hadits karena sangat kental dengan kehidupan masyarakat.
Bagaimana pandangan Rasulullah SAW mengenai jual-beli dan riba yang
nantinya akan sangat bergunakan dan dapat dijadikan sumber
referensi bagi pemba
1.2. Rumusan Masalah 1. Apa saja hadits mengenai jual beli dan
riba?2. Bagaimana makna dari hadits tersebut?
BAB IIPEMBAHASANA. JUAL-BELI1. Pengertian Jual Beli Jual beli
menurut bahasa berarti al-Bai, al-Tijarah dan al-Mubadalah,
sebagaimana Allah SWT, berfirman : ( : 29)Mereka mengharapkan
tijarah (perdagangan) yang tidak ada rugi (Fathir : 29)Menurut
istilah (terminologi) yang dimaksud dengan jual beli adalah sebagai
berikut: Pemilikan harta benda dengan jalan tukar-menukar yang
sesuai dengan aturan Syara.[footnoteRef:1] [1: Nawawi,1956:
130]
Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf)
dengan ijab dan qabul, dengan cara yang sesuai dengan
syara.[footnoteRef:2] [2: Taqiyuddin, Kifayat al-Akhyat, t.t.
hlm.329.]
Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan
atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang
dibolehkan.[footnoteRef:3] [3: Fiqh al-Sunnah, hlm.126.]
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa inti jual
beli ialah suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang
mempunyai nilai secara sukarela di antara kedua belah pihak, yang
satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan
perjanjian atau ketentuan yang telah diberikan Syara dan
disepakati.2. Hadist Tentang Jual Beli1.
.Dari Hakim bin Hizam Radhiyallahu Anhu, dia berkata, Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Dua orang yang berjual beli
mempunyai hak pilih selagi belum berpisah, atau beliau bersabda,
Hingga keduanya saling berpisah, jika keduanya saling jujur dan
menjelaskan, maka keduanya diberkahi dalam jual beli itu, namun
jika keduanya saling menyembunyikan dan berdusta, maka barakah jual
beli itu dihapuskan. (HR Bukhari Muslim)Analisis Hadits :Dari
penjelasan hadits diatas, dapat diambil hikmah bahwa 2 orang yang
sedang bertransaksi mempunyai hak untuk memilih barang sesuai
dengan pilihan masing-masing. Jual-beli dengan kejujuran akan
mendatangkan berkah dan manfaat bagi dagangan yang dibeli.
Sedangkan jika jual-beli dengan kebohongan, maka kedua orang itu
akan mendapatkan dosa.
: ( )2.
Dari Jabir r.a. bahwa Rasulullah SAW. bersabda, sesungguhnya
Allah dan Rasul telah mengharamkan jual beli arak, bangkai, babi,
dan berhala. (H.R. Bukhari dan Muslim)Analisis Hadits :Selama ini
banyak pertanyaan mengenai kehalalan harta dari menjual
barang-barang haram. Walaupun hasil dari penjualan barang haram
tersebut digunakan untuk membeli barang yang halal. Hadits ini
cukup jelas menegaskan bahwa menjual barang-barang haram adalah
dilarang, sekalipun hasilnya digunakan untuk hal yang halal bahkan
untuk bersedekah sekalipun3.
: ( )Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata, : Rasulullah SAW. telah
melarang jual beli dengan cara melempar batu dan jual beli yang
mengandung tipuan. (H.R. Muslim)Analisis Hadits :Yang dimaksud jual
beli dengan cara melempar batu disini adalah dengan cara diundi.
Jadi, dimana batu itu berlabuh setelah dilempar, barang itulah yang
akan kita dapatkan. Berapapun uang yang kita keluarkan. Tentu ini
sangat mirip dengan judi karena lemparan batu ini hanya salah satu
cara untuk mengundi nasib. Selain itu, jual beli dengan tipuan juga
diharamkan oleh Rasul karena dapat merugikan orang lain3. Hikmah
dari Hadits Tentang Jual BeliAllah mensyariatkan jual beli sebagai
pemberian keluangan dan keleluasaan dari-Nya untuk hamba-hambaNya,
yang membawa hikmah bagi manusia diantaranya:a. Jual beli dapat
menata struktur kehidupan ekonomi masyarakat yang menghargai hak
milik orang lain.b. Penjual dan pembeli dapat memenuhi kebutuhannya
atas dasar kerelaan.c. Dapat menjauhkan diri memakan atau memiliki
barang yang haram atau secara bathil.d. Penjual dan pembeli
sama-sama mendapat rizki Allah.e. Menumbuhkan ketentraman dan
kebahagiaan.
B. RIBA1. Pengertian RibaRiba berarti menetapkan
bunga/melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian berdasarkan
persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok, yang dibebankan
kepada peminjam. Riba secara bahasa bermakna: ziyadah (tambahan).
Dalam pengertian lain, secara linguistik riba juga berarti tumbuh
dan membesar. Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti
pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Ada
beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum
terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan
tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam
secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam
Islam. [footnoteRef:4] [4: http://id.wikipedia.org/wiki/Riba]
Menurut bahasa, riba memiliki beberapa pengertian, yaitu:
Bertambah (), karena salah satu perbuatan riba adalah meminta
tambahan dari sesuatu yang dihutangkan. Berkembang, berbunga (),
karena salah satu perbuatan riba adalah membungakan harta uang atau
yang lainnya yang dipinjamkan kepada orang lain. Berlebihan atau
menggelembung.2. Hadist Tentang Riba1.
: (( )) ( )Dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah SAW berkata,
Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan ! Para sahabat bertanya,
Apa saja tujuh perkara tersebut wahai Rasulullah? Beliau menjawab,
Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkaan Allah SWT
kecuali dengan jalan yang benar, memakan riba, mamakan harta anak
yatim, lari dari medan peperangan dan menuduh berzina pada
wanita-wanita mumin yang sopan yang lalai dari perbuatan jahat.
(Muttafaqun Alaih).Analisis Hadits :Dapat dilihat bahwa Rasulullah
berkata bahwa ada 7 perkara yang membinasakan. Salah satunya adalah
memakan riba. Memakan riba ini disamakan dengan menyekutukan Allah
dan membunuh. Tentu berarti Rasulullah menganggap bahwa memakan
riba adalah dosa yang sangat besar. Dan juga memiliki dampak buruk
bagi sosial kemasyarakatan.2.
.Dari Umar bin Al-Khatab R.a, dia berkata, Rasulullah Shalullah
Alaihi Wasallam bersabda, Jual beli emas dengan emas adalah riba
kecuali secara kontan, perak dengan perak adalah riba kecuali
dengan kontan, biji gandum dengan gandum adalah riba kecuali secara
kontan, tepung gandum dengan tepung gandum adalah riba kecuali
secara kontan, (HR Bukhari Muslim)Analisis Hadits :Dari hadits
diatas, menunjukkan bahwa jual beli dengan cara hutang dan nilainya
lebih besar tidak di perbolehkan. Maka jual beli yang dimaksud
haruslah setara dan pada saat itu juga. Dari sini menunjukkan bahwa
kredit adalah riba jika disertai tambahan nilai dari harga
pokok-nya. : 3.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melaknat orang yang
memakan riba, memberi makan riba (orang yang memberi riba kepada
pihak yang mengambil riba), juru tulisnya, dan dua saksinya. Beliau
mengatakan: Mereka itu sama. [HR. Muslim]Analisis Hadits
:Maksudnya, Rasulullah SAW memohon doa kepada Allah agar orang
tersebut dijauhkan dari Rahmat Allah. Hadits tersebut menjadi dalil
yang menunjukan dosa orang-orang tersebut dan pengharaman sesuatu
yang mereka lakukan. Dikhususkan makan dalam Hadits tersebut,
karena itulah yang paling umum pemanfaatan penggunaannya. Selain
untuk makan, dosanya sama saja. Yang dimaksud itu adalah orang yang
memberikan riba, karena sesungguhnya tidak akan terjadi riba itu
kecuali dari dia. Oleh karena itu, dia termasuk dalam dosa.
Sedangkan dosa penulis dan saksi itu adalah karena bantuan mereka
atas perbuatan terlarang itu. Dan jika keduanya sengaja serta
menngetahui riba itu maka dosa bagi mereka.4.
:
Tadi malam aku melihat (bermimpi) ada dua orang laki-laki
mendatangiku. Lalu keduanya mengajakku keluar menuju tanah yang
disucikan. Kemudian kami berangkat hingga tiba di sungai darah. Di
dalamnya ada seorang lelaki yang sedang berdiri, dan di bagian
tengah sungai tersebut ada seorang lelaki yang di tangannya
terdapat batu-batuan. Kemudian beranjaklah lelaki yang berada di
dalam sungai tersebut. Setiap kali lelaki itu hendak keluar dari
dalam sungai, lelaki yang berada di bagian tengah sungai tersebut
melemparnya dengan batu pada bagian mulutnya sehingga si lelaki itu
pun tertolak kembali ke tempatnya semula. Setiap kali ia hendak
keluar, ia dilempari dengan batu pada mulutnya hingga kembali pada
posisi semula. Aku (Rasulullah) pun bertanya: Siapa orang ini (ada
apa dengannya)? Dikatakan kepada beliau: Orang yang engkau lihat di
sungai darah tersebut adalah pemakan riba. [HR. Al-Bukhari]Analisis
Hadits :Hadits diatas menunjukkan tentang siksa dari para pemakan
riba. Bahwa siksa dari orang yang memakan riba adalah
ditenggelamkan di sungai darah. Dimana setiap dia berusaha keluar
menyelematkan diri, dia akan di lempar batu oleh malaikat hingga
akhirnya dia kembali tenggelam. Sehingga, hadits ini menunjukkan
sungguh pedihnya azab yang kita dapatkan ketika kita memakan harta
riba.
3. Hikmah dari Hadits Tentang Riba1. Riba berarti perbuatan
mengambil harta orang lain tanpa hak. Nabi SAW bersabda: "Bahwa
kehormatan harta manusia, sama dengan kehormatan darahnya. Oleh
karena itu mengambil harta orang lain tanpa hak, sudah pasti
haramnya.2. Riba dapat melemahkan kreatifitas manusia untuk
berusaha atau bekerja. Sebab kalau si pemilik uang yakin, bahwa
dengan melalui riba dia akan beroleh tambahan uang, baik kontan
ataupun berjangka, maka dia akan memudahkan cara mencari
penghidupan, tidak mau menanggung beratnya usaha, dagang dan
pekerjaan-pekerjaan yang berat. Hal semacam itu akan berakibat
terputusnya bahan keperluan masyarakat. Satu hal yang tidak dapat
disangkal lagi bahwa kemaslahatan dunia 100% ditentukan oleh
jalannya perdagangan, pekerjaan, perusahaan dan pembangunan.(hikmah
ini pasti dapat diterima, dipandang dari segi perekonomian).3. Riba
menghilangkan nilai kebaikan dan keadilan dalam hutang piutang.
Keharaman riba membuat jiwa manusia menjadi suci dari sifat lintah
darat. Kalau riba diharamkan, seseorang akan merasa senang
meminjamkan uang satu dirham dan kembalinya satu dirham juga.
Tetapi kalau riba itu dihalalkan, maka terputuslah perasaan
belas-kasih dan kebaikan. (ini hikmah dari segi etika/akhlak).4.
Pada umumnya pemberi piutang adalah orang yang kaya, sedang
peminjam adalah orang yang tidak mampu. Maka pendapat yang
membolehkan riba, berarti memberikan jalan kepada orang kaya untuk
mengambil harta orang miskin yang lemah sebagai tambahan. Padahal
tidak layak berbuat demikian sebagai orang yang memperoleh rahmat
Allah. (ini ditinjau dari segi sosial).[footnoteRef:5] [5:
http://praktisibmt.blogspot.com/2012/05/hukum-riba-hikmah-peng-haram-riba.html]
BAB IIIPENUTUP
KESIMPULANKesimpulan Hadist Jual Beli:1. Kegiatan jual-beli atau
perniagaan harus dilandasi dengan nilai-nilai kejujuran2. Jual-beli
barang haram sama sekali tidak diperbolehkan. Sekalipun kita tidak
ikut menikmatinya dan hanya membeli barang-barang halal dari hasil
penjualan kita3. Jual-beli atas dasar ketidakpastian juga sama
sekali tidak diperbolehkan. Seperti jual beli dengan cara undian
atau dengan menipu.
Kesimpulan Hadist Riba:1. Memakan riba adalah dosa yang besar
dan dapat membinasakan2. Pengharaman jual beli emas dengan perak
atau sebaliknya serta kerusakannya jika tidak dilakukan secara
kontan diantara penjual dan pembeli sebelum berpisah dari tempat
akad.3. Semua orang yang terlibat dalam proses transaksi riba
mendapatkan dosa yang besar. Sehingga pekerjaan-pekerjaan yang
mendukung adanya riba juga sifatnya haram4. Azab dari pemakan riba
di neraka nanti sangatlah pedih. Yaitu ditenggelamkan di sungai
darah dan di lempari batu
DAFTAR PUSTAKA
Mardani. Ayat-ayat dan Hadits Ekonomi Syariah. Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2014..Suhendi, Hendi. Fiqih Muamalah.
Jakarta: Rajagrafinda Persada, 2010.Syafei, Rachmat. Fiqih
Muamalah. Bandung: Pustaka Setia,
2001.http://definisiwirausahamenurutahli.blogspot.com/2013/06/ayat-ayat-dan-hadits-mengenai-larangan.html
11