BAB IIPEMBAHASAN
2.0. PengertianDalam kehidupan sehari-hari, kita dihadapkan
dengan berbagai pilihan yang terkadang mudah untuk di hadapi, namun
terkadang juga sangat sulit untuk dihadapi. Dalam proses menghadapi
masalah-masalah tersebut, manusia juga akan dihadapkan dengan
pilihan mengenai akhlak. Jalan mana yang akan ia tempuh agar
permasalahannya dapat terselesaikan.Tanpa kita sadari, terkadang
kita menempuh jalan akhlak yang salah, hal tersebut mungkin sulit
untuk dipahami karena perbedaan tipis antara kedua akhlak ini juga
rentan membuat kita menjadi ragu-ragu. Seperti seseorang yang ingin
melaksanakan ibadah, ia akan berpikir mengenai niat ibadah yang
akan dilakukannya, ia menjalankannya dengan tujuan ikhlas karena
Allah ataukah justru untuk riya kepada manusia. Hal-hal tersebut
terkadang membuat kita terbuai untuk melakukan suatu perbuatan yang
hal itu dianggap baik, padahal tanpa disadari niat kita salah. Hal
seperti ini dapat membuat amal kita menjadi sia-sia, atau bahkan
dapat menjerumuskan kita pada dasar kenistaan. Akhlaksecara
terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar untuk melakukan suatuperbuatanyang baik.
Akhlak merupakan bentuk jamak dari katakhuluk, berasal daribahasa
Arabyang berarti perangai, tingkah laku, atau
tabiat.[footnoteRef:1] [1: http://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak
diakses pada 27 Maret 2015 pukul 10.03 WIB.]
Tercela berasal dari kata cela, dalam kamus bahasa indonesia,
cela diartikan sebagai cacat, noda, cedera, kurang
mutunya.[footnoteRef:2] Tercela juga memiliki arti yang dekat
dengan kata buruk yang berarti tak tampan, tak cantik, jelek
(tentang wajah), rusak tak dapat dimanfaatkan (tentang
barang).[footnoteRef:3] [2: Brian Prabaswara, Kamus Praktis Bahasa
Indonesia, Aprindo, Jakarta, hlm. 173.] [3: Ibid., hlm. 160.]
Dalam istilah bahasa arab, kata tercela untuk penggunaan istilah
akhlak tercela lebih umum digunakan kata mazmumah. Akhlak madzmumah
ialah perangai buruk yang tercermin dari tutur kata, tingkah laku
dan sikap yang tidak baik.Akhlak tercela adalah suatu sifat dan
sikap buruk yang dilarang oleh norma-norma yang berlaku dalam
kehidupan sehari-hari. Apabila seseorang melaksanakannya niscaya
akan mendapatkan nilai dosa dari Allah juga akan mendapat predikat
buruk dihadapan manusia.(Yang disebut) orang muslim itu ialah orang
yang tidak mengganggu orang muslim lainnya dengan lisan dan
tangannya, (HR. Bukhari Muslim)[footnoteRef:4] [4: Musthafa
Al-Adawiy, Fikih Akhlak, Qisthi Press, Jakarta, 2006, hlm.
309.]
Hadits tersebut menjelaskan bagaimana seorang muslim harusnya
hidup. Seorang muslim yang sejati adalah ia yang tidak sudi
menyakiti hati sesamanya, tidak membuat orang-orang disekelilingnya
merasa terganggu dan terusik, dan selalu menjaga lisannya agar
tidak seenaknya berbicara, dan tangannya (perilakunya) tidak
berperilaku buruk yang dapat menyakiti dan melukai sesamanya. .. :
(( . )). ( )Artinya:Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. bahwa
Rasulullah saw. pernah berkata: Barang siapa mengajak kepada
kebaikan maka dia mendapat pahala sejumlah yang diperoleh
orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun, dan
barang siapa mengajak kepada kesesatan maka dia mendapat dosa
sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa
dikurangi sedikitpun. (HR. Muslim).[footnoteRef:5] [5: Imam
Al-Mundziri, Ringkasan Hadits Shahih Muslim terjemahan dari judul
asli Mukhtashar Shahih Muslim, Pustaka Amani, Jakarta, 2003, hlm.
1091.]
3.0. Beberapa Contoh Hadits Yang Membahas Tentang Akhlak
Tercela3.1.Pembahasan Hadits Mengenai Ghibah .. : (( )). : . : ((
)). : : (( , )). ( )Artinya : Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.
bahwa Rasulullah saw. pernah bertanya, Tahukah kalian apa ghibah
itu?, Para sahabat menjawab, Allah dan Rasul-Nya lebih tahu,
Rasulullah saw. bersabda, Ghibah adalah pembicaraanmu tentang
saudaramu mengenai apa yang tidak ia sukai. Ditanyakan kepada
Rasululah saw., Bagaimana menurut Anda, jika saudaraku yang aku
bicarakan itu memang sesuai dengan apa yang aku bicarakan?,
Rasulullah saw. bersabda, Jika dia benar seperti apa yang kau
bicarakan berarti kamu menggunjingnya, dan jika dia tidak seperti
apa yang kau bicarakan berarti kamu mendustakannya. (HR.
Muslim).[footnoteRef:6] [6: Ibid., hlm. 1060.]
Menurut hadits diatas, Ghibah memiliki arti suatu pembicaraan
yang didalamnya terdapat pembahasan mengenai keburukan seseorang,
yang mana bila seseorang yang digunjing/dibicarakan itu
mendengarnya, ia tidak akan menyukainya. Perlakuan ghibah atau
menggunjing adalah salah satu dari sekian banyak akhlak tercela
yang sering tak terhindarkan dari mulut setiap manusia. Tanpa
disadari terkadang ketika kita sedang bercakap-cakap mengenai suatu
hal, tiba-tiba arah pembicaraan itu (baik itu secara langsung
maupun tidak langsung) menggunjing/membicarakan keburukan
seseorang. Meskipun yang kita bicarakan itu adalah fakta mengenai
yang terjadi pada seseorang, hal tersebut adalah ghibah, tetapi
bila yang dibicarakan adalah rekayasa terhadap apa yang terjadi
seseorang, maka hal tersebut adalah fitnah. Tidak dikatakan ghibah
bila yang dibicarakan mengenai seseorang itu adalah hal-hal
mengenai kebaikan.Ghibah digambarkan dalam al-quran bagaikan
memakan daging saudaranya sendiri, yang berbunyi:... ......Sukakah
salah seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Tentu kalian merasa jijik memakan itu.... (QS. Al-Hujurat:
12).[footnoteRef:7] [7: Musthafa Al-Adawiy, op. cit., hlm.
308.]
Dengan adanya ayat al-quran yang menyebutkan secara tekstual
bahwa penggambaran seseorang atau sekelompok orang yang menggunjing
seseorang atau sekelompok orang lainnya adalah seperti dia sedang
memakan daging saudaranya sendiri, berarti perilaku ghibah adalah
akhlak tercela yang harus dihindari. Bila ada seseorang atau
sekelompok orang yang sedang berghibah, maka janganlah kita ikut
berkumpul dengan mereka, ingatkanlah meraka dan belalah saudaramu
sesama muslim itu. Dari Abu Darda, Seseorang memaki orang lain
didepan Nabi. Kemudian seorang yang lain lagi membela. Kata nabi,
Barang siapa bersaksi membela kehormatan saudaranya, ia akan
memiliki penutup dari api neraka. (Abdu Humaid dalam
al-Muntakhab).[footnoteRef:8] [8: Ibid., hlm. 309.]
3.2.Pembahasan Hadits Mengenai NamimahDisebutkan dalam
Shahihain, Dari Hammam ibn al-Harits, Kami pernah duduk bersama
Hudzaifah di masjid. Lalu datang seseorang dan duduk di dekat kami.
Kemudian ada orang mengatakan kepada Hudzaifah, Orang ini sering
mengadukan banyak hal kepada sultan. Kata Hudzaifah dengan maksud
orang tersebut mendengar , Aku pernah mendengar Rasulullah berkata,
Tidak akan masuk surga orang yang suka menyebar
fitnah.[footnoteRef:9] [9: ibid., hlm. 312.]
Sedangkan dalam riwayat Muslim dari Sumber yang sama (Hudzaifah)
Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu
domba.[footnoteRef:10] [10: ibid., hlm. 312.]
Dari hadits diatas, dapat diuraikan bahwa seseorang yang
melakukan tindakan namimah adalah orang yang keji dan berakhlak
tercela, oleh Allah SWT. ia tidak akan dimasukkan ke surga-nya.
Bila didefinisikan, namimah berarti mengadu domba atau menyampaikan
berita-berita buruk tentang seseorang kepada seseorang atau
sekelompok orang, sehingga mereka akan membenci dan memusuhi
seseorang atau sekelompok orang yang lain, dimana konteks yang
disampaikan oleh pelaku namimah adalah fakta maupun
dusta.Asy-Syaikh Muhammad Syakir dalam kitab karangannya yang
berjudul (Nasihat Ayah Kepada Anaknya), beliau mengatakan: Wahai
anakku, setiap orang pasti memiliki aib, dan engkau tentu tidak
ingin aibmu terbuka saat kau tidak ada. Oleh karena itu, engkau
harus menjaga mulutmu terhadap aib-aib orang lain disaat mereka
tidak ada. Jauhilah perbuatan ghibah, juga perbuatan serupa itu,
yaitu mengadu domba. Janganlah engkau berbuat kerusakan diantara
sesama. Jangan berucap pada salah seorang temanmu, bahwa si Fulan
itu berkata begini-begitu tentang kamu, si Fulan itu menuduhmu
begini dan lain sebagainya.[footnoteRef:11] [11: M. Fadhil Said
An-Nadwi, Terjemahan Washoya Al-Abaa Lil-Abnaa, Al-Hidayah,
Surabaya, hlm. 101.]
Setiap hari kita selalu berurusan dengan setan, ia akan selalu
berusaha untuk menyesatkan umat manusia, khususnya umat muslim. Ia
akan selalu mencoba untuk mengadu domba setiap muslim dengan muslim
lainnya seperti yang kita lihat sekarang ini, banyak yang saling
mencaci, menuduh, menyalahkan bahkan berani memfonis kafir, padahal
mereka sama beragama islam, ini terjadi karena kurang kuatnya
pondasi iman, islam dan ihsan mereka. Hal ini sesuai dengan hadits
nabi yang mengatakan bahwa setan akan selalu mengganggu dan mengadu
domba umat muslim. : .. : (( , )). ( )Artinya:Diriwayatkan dari
Jabir r.a., dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah saw.
bersabda, Sesungguhnya setan telah berputus asa untuk disembah oleh
orang-orang Jazirah Arab, tetapi dia tidak berputus asa untuk
mengadu domba diantara mereka. (HR. Muslim).[footnoteRef:12] [12:
Imam Al-Mundziri, op. cit., hlm. 1059.]
3.3 Pembahasan Hadits Mengenai Mencaci-maki .. : (( )). (
)Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw.
bersabda: Dua orang yang saling mencaci, cacian yang mereka ucapkan
itu dosanya dipikul oleh orang yang memulai cacian selama orang
yang dizalimi tersebut tidak melampaui batas. (HR.
Muslim)[footnoteRef:13] [13: Ibid., hlm. 1064.]
Hadits tersebut memberikan gambaran dosa yang akan dipikul oleh
pencaci, dosa si pencaci yang pertama mencaci lawannya akan
dilipat-gandakan, yakni dari dosa yang dilakukan oleh si penerima
cacian karena si penerima cacian membalas cacian, sebatas orang
yang menerima cacian itu ketika membalas cacian tidak melampaui
batas.Perbuatan mencaci-maki adalah temasuk akhlak tercela yang
harus dihindari. Selain perbuatan tersebut buruk, perbuatan mencaci
maki juga akan menimbulkan permusuhan bahkan perpecahan ukhuwah.
Ada istilah sastra yang mengatakan Lisanmu Harimaumu, ini
dimaksudkan agar manusia dapat berpikir kembali dengan apa yang
akan ataupun telah diucapkannya. Jangan membuat orang lain berbuat
jahat karena ucapan kita. Sering kali cacian kita keluar begitu
saja ketika sedang berhadapan dengan seseorang yang membuat kita
marah, hal ini tidak dicontohkan oleh Rasulullah. Rasulullah ketika
disakiti orang lain, baik berupa cacian maupun kedzaliman, beliau
selalu membalasnya dengan kebaikan. Seperti yang diriwayatkan oleh
Shahihain. Ketika Rasulullah saw. terkena sihir dan Allah
menyembuhkannya, beliau bersabda: ( )Artinya : Ingatlah, Allah
telah menyembuhkan aku dan aku tidak ingin membangkitkan kajahatan
pada diri seorang pun. (HR. Bukhari Muslim).[footnoteRef:14] [14:
Musthafa Al-Adawiy, op. cit., hlm. 205.]
3.4. Pembahasan Hadits Mengenai Dusta : ..: (( , , . , , )). { :
6094} ( )Artinya:Diriwayatkan dari Abdullah bin Masud, dia berkata:
Rasulullah saw. telah bersabda: Tempuhlah kejujuran, karena
sesungguhnya kejujuran itu membimbing kepada kebaikan, dan
sesungguhnya kebaikan itu membimbing ke surga. Ada orang yang
senantiasa menempuh dan memilih kejujuran sehingga dia dicatat
sebagai orang jujur disisi Allah. Jauhilah kedustaan, karena
sesungguhnya kedustaan itu membimbing kepada kejahatan dan
sesungguhnya kejahatan itu membimbing ke neraka. Ada orang yang
berdusta dan memilih kedustaan sehingga dia dicatat sebagai
pendusta disisi Allah. [Hadits ini juga diriwayatkan oleh
Al-Bukhari, nomor hadits 6094] (HR. Muslim).[footnoteRef:15] [15:
Imam Al-Mundziri, op. cit., hlm. 1062.]
Dari penuturan hadits diatas, dapat diutarakan bahwa berdusta
adalah termasuk sebuah kejahatan dan sudah pasti dikategorikan
sebagai akhlak tercela. Bila diistilahkan, dusta berarti mengatakan
sesuatu hal yang bertolak belakang dengan fakta yang ada atau biasa
kita menyebutnya dengan istilah kata berbohong. Seseorang yang
berbohong biasanya berujung pada keburukan akhlak, walaupun tidak
sedikit juga orang yang telah berdusta mendapat hidayah dari Allah
akhirnya mau mengakui kesalahannya dan bertaubat. Segala hal yang
didasari pada kedustaan, pasti diujungnya akan menemui hasil buruk
dan tentunya mengarah pada akhlak tercela lainnya, seperti fitnah,
munafik, bahkan berlaku keji pada sesama. : .. : (( )). .. : (( ,
)).( )Artinya:Diriwayatkan dari Abdullah bin Masud r.a., dia
berkata: Sesungguhnya Nabi saw. pernah bersabda, Perhatikanlah,
akan aku beritahukan kepada kalian apa Al-Adh-hu? Yaitu memfitnah
dengan menyebarkan isu ditengah masyarakat. Nabi Muhammad saw. juga
bersabda, Sesungguhnya ada seseorang yang berkata jujur sehingga
dia dicatat sebagai orang jujur, dan ada pula orang yang berdusta
sehingga dia dicatat sebagai pendusta. (HR.
Muslim).[footnoteRef:16] [16: Ibid., hlm. 1061]
Sebagai contoh yang dapat kita ambil dalam kehidupan, seorang
pejabat pemerintah yang memiliki akhlak terceli ini, dia pasti
memiliki watak jahat, dia akan terus tergairah untuk mendapatkan
segala yang ia temui, termasuk harta dan jabatan, dengan berdusta
ia akan dapat memenuhi keinginannya, ketika kedoknya sudah
terbongkar, maka ia akan dicatat oleh masyarakat sebagai seorang
pendusta. Kita mengenal dan menyebut mereka dengan sebutan
koruptor.Selain itu, dusta juga bisa merasuki orang-orang yang
beniat untuk amar maruf nahi mungkar tetapi ia belum melaksanakan
apa yang ia ingin tuturkan kepada sesamanya, ia bermaksud ingin
mengingatkan yang lain tetapi ia lalai terhadap dirinya sendiri.
Orang-orang seperti ini diakhirat kelak akan mendapatkan siksa yang
berat. Seperti yang Rasulullah saw. tuturkan dalam hadits berikut:
, : : . ( )Artinya:Seseorang didatangkan pada hari kiamat dan
dilemparkan ke dalam neraka. Ususnya terurai dan dia berputar-putar
seperti keledai dengan pelananya, para penduduk neraka mengelilingi
orang itu dan berkata: Wahai Fulan, mengapa engkau sedemikian itu?
Bukankah engkau memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran?
Orang itu menjawab, Dulu aku memerintahkan kalian untuk berbuat
baik, tapi aku tidak melakukannya. Dan aku melarang kalian berbuat
kemungkaran, tapi aku melakukannya. (HR. Bukhari).[footnoteRef:17]
[17: Musthafa Al-Adawiy, op. cit., hlm. 227.]
Sungguh mengerikan nasib orang-orang yang berbuat dusta kelak
diakhirat. Nasib orang yang berdusta, menyuruh orang lain berbuat
amar maruf nahi mungkar tetapi ia tidak melakukkannya maka bila
dosanya belum diampuni oleh Allah, ia kelak akan dilemparkan ke
dalam neraka. Tubuhnya hancur dan terluka parah, semua ususnya dan
isi perutnya keluar berantakan, kemudian ia akan berlari membungkuk
dengan kedua tangan dan kakinya, berputar-putar bagaikan seekor
keledai. Ia meronta kesakitan dan menjerit-jerit hingga mengundang
para penghuni neraka untuk menyaksikan nasibnya tersebut.
Naudzubillah mindzalik, semoga Allah melindungi kita dari sifat
dusta dan akhlak tercela.Perbuatan dusta memang dilarang oleh
syariat, tetapi tidak semua hal yang berunsur dusta dilarang oleh
syariat. Rasulullah saw. menjelaskan, ada beberapa hal yang
menyebabkan diperbolehkannya seseorang untuk berdusta. Hal ini
dijelaskan dalam hadits berikut:
( ..) .. : (( )). : : . : .{ : 2692} ( )
Artinya:Diriwayatkan dari Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi
Muaith r.a. (yang termasuk perempuan yang turut berhijrah dalam
kelompok pertama yang membaiat Nabi Muhammad saw.), bahwa dia
pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, Tidaklah termasuk
pendusta, orang yang mendamaikan pihak-pihak yang bertikai, orang
yang berkata demi kebaikan, dan orang yang membangkitkan
kebaikan.Kata Ibnu Syihab: Aku tidak pernah mendengar kedustaan
yang diucapkan manusia yang didispensasikan kecuali dalam tiga hal:
1) Kedustaan dalam peperangan, 2) Kedustaan untuk mendamaikan
pihak-pihak yang bertikai, 3) Kedustaan suami terhadap istri atau
istri terhadap suami (untuk meraih kebahagiaan atau menghindari
kejelekan).Menurut riwayat lain: Ummu Kultsum mengatakan, Aku tidak
pernah mendengar Rasulullah saw. memberikan dispensasi kedustaan
yang diucapkan manusia kecuali dalam tiga hal. [Hadits ini juga
diriwayatkan oleh Al-Bukhari, nomor hadits 2692] (HR.
Bukhari).[footnoteRef:18] [18: Ibid., hlm. 1062-1063]
4.0 Cara Mencegah Dan Menghindari Akhlak TercelaAda beberapa
cara yang dapat dilakukan agar kita selalu terhindar dari akhlak
tercela. Cara-cara ini hanya sebagian kecil dari berratus-ratus
bahkan beribu-ribu cara yang dapat dilakukan seseorang agar
terhindar dari akhlak tercela. Hubungan yang ditekankan dalam hal
ini adalah dalam pembahasan hubungan manusia dengan Penciptanya dan
manusia dengan sesamanya.
4.1Hubungan Manusia dengan Allah1. Luruskan niat sebelum
beribadah.[footnoteRef:19] [19: Izzuddin ibn Abdissalam, Belajar
Ikhlas: 91 Kiat Menemukan Nikmat Taat (terjemahan dari kitab
Maqasid al-Riayah li-Huquqillah Azza wa Jalla li-Al-Muhasibi
karangan Al-Harits Al-Muhasibi), Zaman, Jakarta, 2013, cet. 2, hlm.
73.]
2. Dilakukan demi mengharapkan pahala-Nya.3. Dilakukan karena
takut akan siksa-Nya.4. Dilakukan karena malu kepada-Nya.5.
Dilakukan demi memulyakan dan mengagungkan-Nya.[footnoteRef:20]
[20: Ibid., hlm. 29.]
6. Boleh takut karena ingat akhirat, tapi jangan
berlebihan.[footnoteRef:21] [21: ibid., hlm. 41.]
7. Memenuhi Hak-hak Allah.[footnoteRef:22] [22: ibid., hlm.
16.]
4.2. Hubungan Manusia dengan Sesama1. Berbuat baik dan
memaafkan.[footnoteRef:23] [23: Musthafa Al-Adawiy, op. cit., hlm.
62.]
2. Tidak mengharapkan milik orang lain.[footnoteRef:24] [24:
Ibid., hlm. 82.]
3. Menyenangkan hati orang lain.[footnoteRef:25] [25: ibid.,
hlm. 100.]
4. Bersikap dan berhati kasih sayang dan rendah hati terhadap
orang lain, terutama sesama mukmin.[footnoteRef:26] [26: ibid.,
hlm. 131.]
5. Sedikit berbicara dan menghindarkan diri dari
kesia-siaan.[footnoteRef:27] [27: ibid., hlm. 146.]
6. Saling Memberi Nasihat.[footnoteRef:28] [28: ibid., hlm.
183.]
7. Menghibur ketika dibutuhkan.[footnoteRef:29] [29: ibid., hlm.
231.]
8. Jangan memandang kesalahan orang lain.[footnoteRef:30] [30:
ibid., hlm. 287.]
9. Tinggalkan segala hal yang bersifat samar.[footnoteRef:31]
[31: ibid., hlm. 253-254.]
10. Jangan biasakan lisan anda dengan cacian dan
laknat.[footnoteRef:32] [32: ibid., hlm. 208.]
BAB IIIPENUTUP5.0. KesimpulanAkhlak tercela atau dalam bahasa
arab disebut dengan akhlak mazmumah adalah perangai buruk yang
tercermin dari tutur kata, tingkah laku dan sikap yang tidak baik.
Sebenarnya masih banyak sekali macam-macam akhlak tercela yang
dapat dijadikan materi pembahasan, namun karena keterbatasan waktu
dan aturan, maka hanya penulis sampaikan empat macam akhlak tercela
yang sering terjadi di keseharian kita, yakni ghibah, namimah,
mencaci-maki, dan dusta. Cara-cara yang dapat dilakukan agar kita
terhindar dari akhlak tercela adalah dengan menambah keeratan
hubungan antara manusia dengan Rabbnya, dan hubungan antara manusia
dengan sesamanya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Adawiy , Musthafa. 2006. Fikih Akhlak. Jakarta: Qisthi
Press.Abdissalam, Izzuddin ibn. 2013. Belajar Ikhlas: 91 Kiat
Menemukan Nikmat Taat (terjemahan dari kitab Maqasid al-Riayah
li-Huquqillah Azza wa Jalla li-Al-Muhasibi karangan Al-Harits
Al-Muhasibi). Jakarta: Zaman.Al-Mundziri, Imam. 2003. Ringkasan
Hadits Shahih Muslim terjemahan dari judul asli Mukhtashar Shahih
Muslim. Jakarta: Pustaka Amani.An-Nadwi , M. Fadhil Said,
Terjemahan Washoya Al-Abaa Lil-Abnaa. Surabaya:
Al-Hidayah.Prabaswara, Brian. Kamus Praktis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Aprindo.Budiman, Aditya.
http://alhijroh.com/fiqih-tazkiyatun-nafs/tazkiyatun-nufus
salah-satu-misi-pengutusan-nabi/, 30 Maret 2015.Wikipedia. (2014).
http://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak, 27 Maret 2015.
AKHLAK TERCELAMAKALAHDisusun Guna Memenuhi TugasMata Kuliah:
Hadits 1Dosen Pengampu: Surahmat, M. Hum
Disusun Oleh:Abu Ayub Syaroni(932138114)Evie Rofiatul
Adniya(932139714)Moh. Farih Asfiya(932140614)Nur
Kholis(932140114)JURUSAN TARBIYAHPRODI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAMSEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang
masih memberikan nafas kehidupan sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini dengan judul AKHLAK TERCELA dengan tepat
waktu. Tidak lupa sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad saw. yang merupakan inspirator terbesar dalam segala
keteladannya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada
dosen mata kuliah Hadits 1 yang telah memberikan arahan sekaligus
bimbingan dalam pembuatan makalah ini, serta orang tua yang selalu
mendukung kelancaran tugas ini.Akhirnya penulis sampaikan terima
kasih atas perhatiannya terhadap para pembaca yang budiman, dan
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi khususnya
penulis sendiri dan umumnya pada pembaca yang budiman. Tak ada
gading yang tak retak, begitulah adanya makalah yang kami buat.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran sangat kami
harapkan dari pembaca guna peningkatan pembuatan makalah dalam
tugas yang lain pada waktu mendatang.Kediri, 27 Maret 2015
Penulis
i
DAFTAR ISIKATA PENGANTAR
.....................................................................................................iDAFTAR
ISI
...................................................................................................................iiBAB
IPENDAHULUAN1.0 Latar Belakang
.......................................................................................................iii1.2
Rumusan Masalah
..................................................................................................ivBAB
IIPEMBAHASAN2.0Pengertian
............................................................................................................13.0Beberapa
Contoh Hadits Yang Membahas Akhlak Tercela
................................23.1Pembahasan Hadits Mengenai
Ghibah
................................................................23.2Pembahasan
Hadits Mengenai Namimah
............................................................43.3Pembahasan
Hadits Mengenai Mencaci-maki
.....................................................53.4Pembahasan
Hadits Mengenai Dusta
..................................................................
64.0Cara Mencegah Dan Menghindari Akhlak Tercela
............................................104.1Hubungan Manusia
Dengan Allah
.....................................................................104.2Hubungan
Manusia Dengan Sesamanya
............................................................11BAB
IIIPENUTUP5.0Kesimpulan
.........................................................................................................12DAFTAR
PUSTAKA
...................................................................................................13ii
BAB IPENDAHULUAN1.0 Latar BelakangIslam adalah agama yang
sempuna. Dengan adanya islam, umat manusia yang menyadari
kebeadaannya tidak akan terjerumus kembali kedalam lubang kesesatan
dan kedzaliman. Kesempunaan ajaran terdahulu yag dibawa oleh
rasul-rasul sebelumnya terpusat pada ajaran agama yang dibawa oleh
rasul terakhir, yakni Muhammad saw. Beliau diutus oleh Allah untuk
memperbaiki tatanan masyarakat dan tatanan diri manusia agar
berjalan lurus kembali setelah lama ditinggalkan oleh rasul
sebelumnya, yakni nabi Isa As. Beliau memperbaiki dan menanamkan
kembali ketauhidan yang sebelumnya telah dirusak oleh umat-umat
terdahulu, yang mengaku bahwa dirinya telah berada dalam jalan
kebenaran, padahal mereka masih terjebak dalam jurang kesesatan,
seperti umat nasrani dan yahudi. Selain itu, salah satu misi
penting yang oleh Allah amanatkan pada beliau adalah untuk
memperbaiki akhlak manusia. Sabda Nabiyul Islam Muhammad saw.
melalui sahabat Abu Huroiroh ra., Sesungguhnya aku (Nabi
shollallahu alaihi was sallam) diutus untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia (dalam riwayat yang lain dengan lafadz untuk memperbaiki
akhlak).[footnoteRef:33] [33:
http://alhijroh.com/fiqih-tazkiyatun-nafs/tazkiyatun-nufus-salah-satu-misi-pengutusan-nabi/
diakses pada tanggal 30 Maret 2015 pukul 09.06 WIB.]
Dalam pembahasan akhlak, akhlak terbagi menjadi dua, yakni
akhlak terpuji atau sering disebut akhlah mahmudah dan akhlak
tercela sebagai lawan dari akhlak mahmudah atau umumnya dikenal
dengan sebutan akhlak mazmumah. Perlu diketahui juga bahwa akhlak
tercabang kepada dua jurusan hubungan. Pertama, hubungan akhlak
dalam hubungan antara manusia dengan Allah, seperti dalam koteks
akhlak mahmudah yakni tawakkal, qonaah, sabar, ikhtiyar, berdoa,
melaksanakan kewajiban ibadah, dsb. Sedangkan dalam konteks akhlak
mazmumah, dapat dilihat dari kemusyrikan, kemunafikan, kekafiran,
kedzaliman, dsb. Kedua, yakni hubungan akhlak dalam keterkaitan
antara hubungan manusia dengan sesamanya, seperti halnya dalam
akhlak mahmudah yakni menjaga silaturrahim, jujur, amanah, saling
tolong menolong, dsb. Sedangkan dalam konteks akhlak mazmumah
adalah iri, dengki, hasut, sombong, fitnah, namimah, dusta, dan
masih banyak lagi yang lainnya.iii
Disini, penulis hanya akan membahas tentang akhlak tercela dalam
hubungannya antara hubungan manusia dengan sesamanya. Pembahasan
utama yang akan diutarakan adalah mengenai definisi akhlak tercela,
contoh-cotoh akhlak tercela yang seing terjadi dalam kehidupan
kita, serta cara-cara yang dapat kita tempuh agar terhindar dari
akhlak tercela.
1.1 Rumusan Masalah1. Pengertian dan hadits yang menerangkan
tentang akhlak tercela2. Hadits yang membahas contoh-contoh akhlak
tercela3. Cara mengatasi akhlak tercela.iv
18