STEROID DAN HORMON
1. Steroid
1.1 Pengertian SteroidSteroid merupakan kelompok senyawa yang
penting dengan struktur dasar sterana jenuh (saturated tetracyclic
hydrocarbon) yaitu 1,2-cyclopentanoperhydrophenanthrene dengan 17
atom karbon dan 4 cincin yang terdiri dari tiga cincin sikloheksana
serta satu cincin siklopentana. Senyawa yang termasuk turunan
steroid, misalnya kolesterol, ergosterol, progesteron, dan
estrogen. Perbedaan jenis steroid yang satu dengan steroid yang
lain terletak pada gugus fungsional yang diikat oleh keempat cincin
dan tahap oksidasi tiap-tiap cincin. Pada umunya steroid berfungsi
sebagai hormon (Siti Raihan, 2012).Gambar 1.1 Struktur Inti
Steroid
1.2 Biosintesis SteroidSteroid dibiosintesis hampir pada semua
jaringan. Tahap pertama untuk steroid adalah skulena suatu tripena
yang diperoleh dari kondensasi 2 molekul farsenol. Rentetan reaksi
dimulai dari penyederhanaan skulena hingga diperoleh lanosterol,
suatu zat antara yang dapat diubah menjadi kolestrol dan steroid
lainnya. Versi sederhana bagian akhir jalur sintesis steroid,
dimana intermediet isopentenyl pirophosphat (IPP) dan dimethylallyl
pirophosphat (DMAPP) bentuk geranyl pirophosphat (GPP), squalene
dan akhirnya lanosterol steroid terbentuk di jalur pertama.
Pirofosfat Isopentenyl dan dimethylallyl pirofosfat menyumbangkan
unit isoprena, yang dirakit dan dimodifikasi untuk membentuk
senyawa terpen dan isoprenoids , yang merupakan kelas besar lipid
yang mencakup karotenoid, serta bentuk kelas terbesar tanaman
produk alami. Di sini, unit isoprena bergabung bersama untuk
membuat squalene dan kemudian dilipat dan dibentuk menjadi satu set
cincin untuk membuat Lanosterol. Lanosterol kemudian dapat
dikonversi menjadi steroid lain seperti kolesterol dan ergosterol
(Erlyani Ratih dkk, 2010).Gambar 1.2 Biosintesis Steroid1.3
Penggolongan Steroid
1.4 Tanaman Penghasil Steroid
2. Steroid pada Sapogenin
2.1 Contoh Steroid pada SapogeninSapogenin adalah aglikon atau
bagian nonsakarida dari saponin. Aglikon secara normal
dihidroksilasi di C3 dan beberapa kelompok metil dioksidasi menjadi
hidroksimetil, aldehid atau fungsionalis karboksil. Lebih dari 100
steroid sapogenin diketahui dan sebagian besar berasal dari
kerangka spirostan dan furostan (Hostettmann, 2005; Brahmachari,
2012). Spirostan dicirikan dengan adanya bagian ketospiroketal
(cincin E atau F) dibagi menjadi seri 25S dan seri 25R. Seri 25S
salah satunya adalah yamogenin dan seri 25R dengan contoh diosgenin
yang dibentuk disebut sebagai neosapogenin/isosapogenin. Kelompok
metil C25 berorientasi aksial di neosapogenin dan berorientasi
ekuatorial di isosapogenin (Brahmachari, 2012).
Gambar 2.1 Struktur Spirostan, Furostan, Yamogenin dan
Diosgenin2.2 Tanaman Penghasil Steroid pada SapogeninBeberapa
tanaman mengandung steroid sapogenin: (Evans W.C, 2000)Tabel 2.1
Beberapa Steroid Sapogenin dan Tanaman Penghasilnya
2.2.1 PacingPacing dengan nama spesies Costus speciosus dari
famili Zingiberaceae adalah tumbuhan menahun dengan batang semu
yang memiliki ruas-ruas. Rimpang pacing lama kelamaan akan berubah
menjadi umbi. Selain itu, pacing juga memiliki daun berbentuk
lanset, bunga terompet berwarna putih, buah yang berwarna merah
cerah dan biji berwarna hitam dengan aril berdaging berwarna putih.
Rimpang dan biji dari spesies Costus speciosus ini mengandung
diosgenin dan B-sitosterol (sapogenin) sebanyak 1.25-3% dalam berat
keringnya. Sari dari rimpang kering tanaman ini dapat digunakan
sebagai obat pencahar (Bhogaonkar,2012).Gambar 2.2 Pacing (Costus
speciosus)
2.2.2 LeuncaTanaman Leunca dengan nama spesies Solanum nigrum L.
dari famili Solanaceae adalah tumbuhan semak dengan tinggi 1,5
meter. Batang lunak, berdaun tunggal yang berbentuk lonjong. Leunca
memiliki bunga yang dengan mahkota yang kecil berwarna putih dan
buah yang bulat dengan warna hijau disaat belum matang dan hitam
mengkilat jika sudah tua.
Gambar 2.3 Leunca (Solanum nigrum)
Leunca (Solanum nigrum L.) mengandung solanine, solasonine,
solamargine dan chaconine. Serta diketahui pada buah leunca yang
belum matang mengandung steroidal alkaloid solasodine serta
steroidal sapogenin diosgenin dan tigogenin. Pushpa Khanna dan
Rathore (1977) melaporkan bahwa terdapat kandungan signifikan dari
diosgenin (1,2%) dan solasodine (0,65%) pada buah leunca (Solanum
nigrum L.) yang masih hijau (belum matang) (Istiaji, R.P,
2013).
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Gambar 2.4 a. Struktur Kimia -Solanine, b. Solasonine, c.
Solamargine, d. -chaconine, e. Solasodine, f. Diosgenin dan g.
tigogenin. 3. Steroid pada Glikosida Jantung
3.1 Contoh Steroid pada Glikosida Jantung
Glikosida jantung merupakan glikosida steroid dengan kerangka
dasar siklopentanafenantren, gugus lakton tak jenuh pada rantai
samping C17, sebuah gugus hidroksi pada C14 dan glikon selalu
terikat pada C3. Aglikon glikosida jantung ada dua, yaitu
kardenolida (gugus lakton pentasiklik pada C17) dan bufadienolida
(gugus lakton heksasiklik pada C17) (Robinson, 1995). Glikosida
jantung merupakan senyawa yang mempunyai kemampuan sebagai pemacu
jantung dimana mempunyai efek menambah daya kontraksi otot jantung.
Struktur dari glikosida jantung ini menyerupai struktur dari
steroid. Fungsi dari glikosida jantung itu sendiri adalah
mempertahankan tonus jantung, meningkatkan tonus syaraf adrenergik
dan meningkatkan kontraksi serta frekuensi denyut jantung untuk
mempertahankan volume darah yang beredar (Roberts, J.E.,
1996).Aglikon dari Glikosida jantung yang termasuk steroid :
Cardenolida berupa steroid dengan atom karbon 23 yang mempunyai
rantai samping cincin lakton pentasiklik dengan satu ikatan rangkap
dan satu buah gugus hidroksil pada C-14 (butirolakton, -lakton).
Merupakan glikosida jantung paling penting dan banyak terdapat di
alam. Salah satu tanaman penghasilnya adalah Digitaslis purpurea
dari famili Schropulariaceae. (Roberts, J.E., 1996)
Gambar 3.1 Cardenolida
Bufadienolida diturunkan dari kata generik Bufo=katak (senyawa
prototipe bufalin diisolasi pertama kali dari kulit katak).
Bufadienolida merupakan steroida dengan atom karbon 24 dengan
rantai samping cincin lakton dan satu buah gugus hidroksil pada
C-14 (valerolakton, -lakton). Bufadienolida mengandung rantai
rangkap ganda pada posisi 17, 6-beranggota cincin lakton.
(Harborne, 1987; Roberts, 1996; Robinson, 1995).
Gambar 3.2 Bufedienolida
Tabel. 3.1 Genin dari Glikosida Jantung (Leliqia, dkk. 2006)
GeninNomor atom karbon (C)
1351011121416
CARDENOLIDAOHCH3OH
DigitoksigeninOHCH3OHOH
GitoksigeninOHCH3OHOCHO
GitaloksigeninOHCH3OH
DigoksigeninOHCH3OHOH
DiginatigeninOHCH3OHOHOH
StrophanthidinOHOHCHOOH
OuabageninOHOHOHCH2OHOHOH
DIENOLIDA
Scillaridin A*OHCH3OH
Scilliphaeosidin*OHCH3OH
HellebrigeninOHCHOOH
Keterangan: * = Memiliki ikatan rangkap pada Carbon 4 Carbon
5
3.2 Tanaman Penghasil Steroid pada Glikosida Jantung
3.2.1 Digitalis
Gambar 3.3 Tanaman Digitalis
Famili : ScrhopulariacaeaDigitalis purpurea mengandung genin
digitoksin dari Aglikon Cardenolida begitu pula dengan Digitalis
lanata namun kandungannya lebih sedikit daripada Digitalis
purpurea. Digitalis lanata memiliki digoksin dari Aglikon
Cardenolida dengan kandungan yang lebih banyak. Digitalis adalah
tanaman kebun populer dibudidayakan sebagai sumber digitoksin dan
digoksin, obatjantung yang meningkatkan kekuatan denyut jantung.
Tanaman ini direkomendasikan untuktujuan pengobatan pada abad
ketujuh belas, dan telah dipakai di Prancis sejak 1818. Kandungan
digitoxin dalam Digitalis purpurea digunakan dalam pengobatan gagal
jantung kongestif dan gangguan jantung lainnya (Agoes, 1993;
Gunawan, 2004).
3.2.2 Convollaria
Gambar 3.4 Convollaria
Famili: Liliaceae
Convallaria adalah akar dan rimpang kering dari tanaman
Canvollaria majalis. Telah dimuat di farmakope sejak tahun 1882.
Setiap 100 mg akar convallaria setara dengan 3 unit USP digitalis.
Kandungan kimia convallaria antara lain konvalatoksin, konvalarin,
konvalamarin, konvalatoksol, dan konvalosida. Kandungan kimia
tersebut merupakan kelompok glikosida jantung.(Azwar Agoes, 1993)4.
Hormon
4.1 Pengertian Hormon
Hormon adalah mediator kimia yang mengatur aktivitas sel / organ
tertentu. Sekresi hormonal dikenal dengan cara dimana hormon
disintesis dalam suatu jaringan diangkut oleh sistem sirkulasi
untuk bekerja pada organ lain yang disebut sebagai fungsi Endokrin
(Mutiara Indah, 2004).
Hormon tumbuhan, atau fitohormon, adalah sekumpulan senyawa
organik bukan hara, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat
oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil mampu mendorong,
menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan
tumbuhan (Rimando T.J. 1983).
4.2 Penggolongan HormonHormon dapat dikelompokkan menjadi tiga
secara struktur kimia, yaitu:
a. Hormon Steroid
b. Hormon Amina
c. Hormon Peptida 4.2.1 Hormon steroid Hormon yang mengandung
inti steroid. Karena mempunyai inti yang sama, maka ketentuan
mengenai tatanama dan aspek stereokimia juga sama. Sedikit
modifikasi struktur, seperti perubahan atau pemasukan gugus
fungsional pada posisi berbeda pada inti steroid, kemungkinan
menyebabkan perubahan aktivitas biologis. Demikian pula perubahan
stereokimia inti steroid dapat menyebabkan senyawa kehilangan
aktivitas (Siswandono, 1995).Dalam dua langkah pertama sintesis
semua hormon steroid, kolesterol diubah menjadi progesterone.
Enzim-enzim pemutus rantai sisi sitokrom P450scc, yang terletak di
membrane mitokondria bagian dalam, mengeluarkan 6 karbon dari
rantai sisi kolesterol, membentuk pregnenolon yang memiliki 21
karbon. Langkah berikutnya, perubahan pregnenolon menjadi
progesteron, dikatalis oleh 3-hidroksisteroid dehidogenase, suatu
enzim yang bukan merupakan anggota sitokrom P450. Hormon steroid
lain dibentuk dari progesterone oleh reaksi yang melibatkan anggota
family P450 (Mark, 2000).Hormon steroid meliputi hormon kelamin
(androgen, progestin, estrogen) dan hormon-hormon korteks adrenal.
Hormon kelamin dihasilkan oleh gonad dan adrenal yang diperlukan
untuk konsepsi, maturasi embrionik, dan perkembangan ciri-ciri khas
seks primer dan sekunder pada pubertas. Hormon gonad digunakan
dalam terapi pengganti dan pada kasus estrogen untuk kontrasepsi
dan osteoporosis. Korteks adrenal menghasilkan dua kelas utama
hormon steroid:
a. Hormon Adrenokortikosteroid
GlukokortikoidHormon glukokortikoid mempunyai efek antiradang,
dalam klinik digunakan terutama untuk pengobatan kelainan pada
jaringan kolagen, kelainan hematologis (leukemia) dan pernapasan
(asma), untuk pengobatan rematik, pengobatan penyakit karena alergi
tertentu, seperti dermatologis yang berat, penyakit saluran cerna
dan penyakit hati. Hormon glukokortikoid juga efektif untuk
pengobatan syok Addison, sembab otak, hiperkalsemia, dan miastenia
gravis. Contoh hormon glukokortikoid: kortison, prednison, dan
deksametason.
a.
b.
c.
Gambar 4.1 a. Kortison, b. Prednison, c. Deksametason (isomer
16-()
Mineralokortikoid
Hormon mineralokortikoid terutama digunakan di klinik untuk
pengobatan penyakit Addison kronik, suatu penyakit yang disebabkan
oleh gangguan fungsi kelenjar adrenalis karena sesuatu hal, misal
tumor kelenjar, sehingga produksi hormon menurun. Karena penyakit
Addison sukar disembuhkan, maka pengobatan dapat berlangsung seumur
hidup. Hormon ini dapat meningkatkan pemasukan ion natrium dan
pengeluaran kalium di tubulus ginjal. Contoh hormon
mineralokortikoid: aldosteron, deoksikortikosteron, dan
fludrokortison (Mycek, 1995).
a.
b.
c.
Gambar 4.2 a. Aldosteron, b. Deoksikortikosteron dan c.
Fludrokortisonb. Hormon KelaminHormon kelamin pada umumnya
merupakan turunan steroid, molekulnya bersifat planar dan tidak
lentur. Kerangka dasarnya adalah siklopentanaperhidrofenantren yang
bersifat kaku (rigid). Hormon kelamin dibagi dalam empat kelompok
yaitu hormon androgen, hormon estrogen, hormon progestin
(Siswandono, 1995). Hormon Androgen
Hormon androgen, seperti testosteron dan dihidrotestosteron,
terutama dihasilkan oleh sel Leydig di testis, dan dalam jumlah
yang lebih kecil oleh korteks adrenalis dan ovarium. Pada laki-laki
dewasa, sekresi testosteron oleh sel Leydig dikontrol oleh isyarat
hormonal dari hipotalamus (Gn-RH), dengan jalan sekresi FSH dan LH
dari kelenjar hipofisis. Testosteron atau metabolitnya
5(-dehidrotestosteron menghambat produksi hormon-hormon trofik
spesifik ini dan mengatur produksi testosteron. Modifikasi sintetik
struktur androgen dimaksudkan untuk (1) memodifikasi solubilitas
dan suseptibilitas terhadap pemecahan enzimatik (memperpanjang
waktu paruh hormon), dan (2) memisahkan efek anabolik dan
androgenik.Hormon Androgen dapat digunakan sebagai terapi sesusi
efek yang digunakan:
a. Efek androgenik: steroid androgenik digunakan pada pria
dengan sekresi androgen yang tidak adekuat (hipogonadisme).
Hipogonadisme dapat disebabkan oleh disfungsi sel Leydig atau,
sekunder, oleh kegagagalan unit hipotalamus-hipofisis.
b. Efek anabolik: steroid anabolik dapat digunakan untuk
mengobati osteoporosis senilis dan luka bakar berat, untuk
mempercepat penyembuhan operasi atau dari penyakit kronik yang
melemahkan, dan untuk menghambat efek katabolik pemberian hormon
korteks adrenal.
c. Pertumbuhan: androgen digunakan dalam gabungan dengan hormon
lain untuk menimbulkan pertumbuhan otot pada anak laki-laki pada
masa prapubertas dengan kekerdilan hipofisis.
Adapula efek yang penggunaannya tidak disetujui:a. Penggunaan
yang tidak disetujui: steroid androgenik digunakan untuk
meningkatkan lean body mass, kekuatan otot dan keagresifan pada
atlet dan binaragawan.
Gambar 4.3 Struktur Umum Androgen, dengan komponen R1 : H, OH,
CH3, CH2CH3 dan R2 : OH, H, , Hormon Estrogen
Estrogen adalah hormon pada wanita yang diproduksi oleh ovarium,
plasenta, dan korteks adrenalis sedang pada laki-laki diproduksi
oleh testis dan korteks adrenalis. Sebagian besar hormon estrogen
alami pada manusia adalah estradiol, estron, dan estriol. Estradiol
dikeluarkan oleh ovarium dan segera mengalami dehidrogenasi menjadi
estron, kemudian dimetabolisis menjadi estriol dan dikeluarkan
melalui urin. Estron adalah hormon estrogen alami yang paling
banyak dalam darah. Estradiol merupakan estrogen paling kuat yang
diproduksi oleh perempuan; estrogen mayor lainnya, estron dan
estriol, mempunyai potensi kira-kira sepersepuluh potensi
estradiol.
a.
b.
c.
Gambar 4.4 a. Estradiol, b. Estron, c. EstriolPenggunaan
terapi:
a. Terapi hormon pasca menopause: dapat mengalami banyak manfaat
terapi pengganti estrogen:
1. Mengurangi gangguan pasca menopause dalam hal tidur.
2. Membalikkan atrofi pasca menopause pada vulva, vagina,
uretra, dan trigonum kandung kemih.
3. Menurunkan resorpsi tulang, mengurangi frekuensi fraktur
panggul (mencegah osteoporosis)b. Hipogonadisme primer: merangsang
perkembangan ciri khas seks sekunder pada wanita muda (umur 11
sampai 13 tahun) dengan hipogonadisme (Mycek, 1995).
Hormon Progestin
Progesteron, suatu progestin alami, secara alamiah dikeluarkan
sebagai respon terhadap hormon luteinisasi (LH), terutama oleh
korpus luteum dan plasenta pada wanita serta oleh testis pada
laki-laki. Juga disintesis oleh korteks adrenal pada kedua kelamin.
Bagian terbesar dari progestin alami adalah progesteron, sebagai
hasil biosintesis kolesterol. Progesteron, biasanya berhubungan
dengan estrogen, terlibat dalam beberapa proses fisiologis penting,
seperti perdarahan pada menstruasi normal, pelepasan ovum dan
pembuatan endometrium uterus untuk menerima ovum yang telah
mengalami fertilisasi, menekan ovulasi pada kehamilan, meningkatkan
pergerakan uterus, menunjang pengembangan jaringan payudara, dan
memelihara kehamilan. Jika tidak terjadi kehamilan, pelepasan
progesteron dari korpus luteum berhenti mendadak. Penurunan ini
merangsang mulainya haid.
Gambar 4.5 ProgesteronPenggunaan klinik utama progesteron adalah
pada kontrasepsi, dan progesteron umumnya digunakan dengan
estrogen, baik dalam kombinasi atau dalam bentuk sekuensial.
Progesteron sendiri tidak digunakan secara luas dalam terapi,
karena metabolismenya cepat, yang mengakibatkan bioavailibilitasnya
rendah. Progestin sintetik yang digunakan dalam kontrasepsi lebih
stabil terhadap metabolisme lintas pertama, menyebabkan dosis lebih
rendah bila diberikan per oral. Efek samping utama yang berhubungan
dengan penggunaan progestin adalah edema dan depresi. Progestin
mirip androgen dapat meningkatkan rasio kolesterol LDL/HDL,
menyebabkan tromboflebitis dan emboli paru, serta jerawat,
hirsutisme, dan bertambahnya berat badan. Tidak boleh diberikan
pada ibu yang hamil di bawah 4 bulan karena menimbulkan malformasi
fetus (Mycek,1995).4.2.2 Hormon AminaHormon yang memiliki ukuran
kecil serta dapat larut dalam air yang memiliki gugus amin.
Hormon-hormon ini dihasilkan oleh Kelenjar Tiroid, Kelanjar Pineal
dan Kelenjar Adrenal bagian medulla. Hormon-hormon tersebut adalah
sebagai berikut: (Siswandono, 1995: Reece, 2002)
Triiodotironin (T3) dan Tiroksin adalah hormon amina yang
dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang berfungsi sebagai perangsang
dan pemelihara proses metabolisme dalam tubuh. Pelepasan hormon ini
dipengaruhi oleh TSH.
Epinephrine dan norepenephine adalah hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar adrenal pada bagian medulla. Hormon-hormon ini
mempengaruhi kadar gula dalam darah, meningkatkan aktivitas
metabolisme dan menyempitkan pembuluh darah tertentu. Pelepasan
Hormon ini dipengaruhi oleh Sistem Saraf Melatonin adalah hormon
yang dihasilkan oleh kelanjar pineal yang berfungsi dalam ritme
biologis yang dipengaruhi oleh terang dan gelap.
4.2.3 Hormon PeptidaHormon peptida adalah suatu ragam gugusan
pengatur dan termasuk faktor pelepas dan penghambat-pelepas, yang
dihasilkan oleh hipotalamus, yang masing-masing merangsang dan
menghambat pelepasan hormon peptida dari hipofise anterior. Hormon
peptida dihasilkan oleh hipofise anterior lebih besar daripada
faktor pelepas atau penghambat hipotalamik. Hormon peptida,
mempunyai residu asam amino 3-200, meliputi hormon hipotalamus dan
pituitary, insulin dan glukagon pada pankreas (Siswandono, 1995:
Anonim, 2008).Hormon-hormon tersebut dihasilkan oleh Kelenjar
hipotalamus dan dilepaskan oleh Kelenjar Pituitari serta beberapa
dihasilkan oleh pankreas, berikut adalah hormon-hormon tersebut:
(Reece, 2002) Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipotalamus dan
dilepaskan oleh kelenjar pituitari:
a. Pituitari Anterior: Growth Hormone (GH) yaitu hormon
pertumbuhan yang merangsang pertubuhan terutama tulang dan
mempengaruhi fungsi metabolisme, hormon ini bekerja di bawah aturan
hipotalamus. Prolactin (PRL) yaitu hormone yang merangsang produksi
dan sekresi susu pada kelenjar mammae terutama pada wanita hamil
dan menyusui, hormon ini dipengaruhi oleh hipotalamus. Follicle
Stimulating Hormone (FSH) yaitu hormon yang merangsang produksi
ovum dan sel sperma yang dipengaruhi oleh hipotalamus Thyroid
Stimlating Hormone (TSH) yaitu hormon yang memepengaruhi fungsi
dari kelenjar tiroid. Hormon ini dipengaruhi oleh hipotalamus dan
tiroksin dalam darah. Luteinizing Hormone (LH) yaitu hormon yang
merangsang ovarium dan testes. Adrenocorticotropic Hormone (ACTH)
yaitu hormon yang merangsang korteks adrenal untuk mensekresikan
korteks adrenal.
b. Pituitari Posterior:
Oksitosin yaitu hormon yang merangsang kontraksi uterus dan
sel-sel kelenjar susu dipengaruhi oleh system saraf.
Antidiuretic Hormone (ADH) yaitu hormon yang merangsang dan
mendorong retensi air oleh ginjal dipengaruhi oleh keseimbangan air
dan garam dalam tubuh. Hormon lain yang disekresikan oleh pankreas
dan hormon-hormon peptida yang berasal kelenjar lain: Insulin dan
Glukagon, yaitu hormon yang disekresi oleh pankreas yang memiliki
efek antagonis yaitu insulin menurunkan kadar gula darah, namun
sebaliknya glukagon meningkatkan kadar gula darah. Pelepasan
hormone ini dipengaruhi oleh kadar gula dalam darah.
Kalsitonin adalah hormon peptida yang dihasilkan oleh kelenjar
tiroid yang berfungsi dalam menaikan kadar kalsium dalam darah.
Timosin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar timus yang
berfungsi sebagai perangsang limfosit T. 4.3 Penghasil Hormon
EksternalHormon pada manusia tidak hanya terdapat pada manusia saja
namun adapula hormon manusia yang dihasilkan oleh hewan. Salah
satunya adalah hormon insulin, hormon ini dapat disintesis pada
bakteri, tubuh babi ataupun, sapi. Untuk mendapatkan insulin dari
hewan lain digunakan rekayasa genetik. Untuk Struktrur Insulin pada
manusia adalah C256H381N65076S6 dengan berat molekul 5807,7.
Sedangkan pada babi adalah C257H383N65077S6 dengan berat molekul
5777,6 dengan hanya 1 perbedaan asam amino. Lain halnya pada sapi
adalah C254H377N65075S6 dengan berat molekul 5733,6 dan memiliki 3
asam amino yang berbeda. Dengan demikian hasil rekayasa genetik
yang paling mendekari insulin manusia adalah insulin yang berasal
dari rekayasa pankreas babi (Sugijanto, 2004)