Top Banner

of 62

Farmakognosi KLT

Oct 12, 2015

Download

Documents

Liza Monroe
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Kromatografi lapis tipisDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasBelum Diperiksa

Pemisahanan tinta hitam dengan kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.[1]Daftar isi

PrinsipPrinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan.[1] Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan.[1] Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen.[1] Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.[2][sunting] VisualisasiProses berikutnya dari kromatografi lapis tipis adalah tahap visualisasi.[1] Tahapan ini sangat penting karena diperlukan suatu keterampilan dalam memilih metode yang tepat karena harus disesuaikan dengan jenis sampel yang sedang di uji.[1] Salah satu yang dipakai adalah penyemprotan dengan larutan ninhidrin.[3] Ninhidrin (2,2-Dihydroxyindane-1,3-dione) adalah suatu larutan yang akan digunakan untuk mendeteksi adanya gugus amina.[3] Apabila pada sampel terdapat gugus amina maka ninhidrin akan bereaksi menjadi berwarna ungu.[3] Biasanya padatan ninhidirn ini dilarutkan dalam larutan butanol.[3][sunting] Nilai RfJarak antara jalannya pelarut bersifat relatif.[4] Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun ukuran jarak plat nya berbeda.[4] Nilai perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai ini digunakan sebagai nilai perbandingan relatif antar sampel.[4] Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi.[4] Nilai Rf dapat dihitung dengan rumus berikut[4]:Rf = Jarak yang ditempuh substansi/Jarak yang ditempuh oleh pelarutSemakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis.[5] Saat membandingkan dua sampel yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis tipis.[5]Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa.[5] Bila identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki karakteristik yang sama atau mirip.[5] Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda, senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda.[5][sunting] Referensi1. ^ a b c d e f (Inggris) Skoog DA, West DM, Holler FJ. 1996. Fundamentals of Analytical Chemistry. 7th edition. New York: Saunders College Publishing. Hal. 17-25.2. ^ (Inggris) Clark J. 2007. Thin layer chromatography [terhubung berkala]. http://www.chemguide.co.uk/analysis/chromatography/thinlayer.html [3 Mar 2010].3. ^ a b c d (Inggris) Kaiser E, Colescott RL, Bossinger CD, Cook PI. 1970. Color test for detection of free terminal amino groups in the solid-phase synthesis of peptides. Anal Biochem 34:595-598.4. ^ a b c d e (Inggris) Feist P. 2010. TLC - Retention Factor (Rf). [terhubung berkala] http://orgchem.colorado.edu/hndbksupport/TLC/TLCrf.html [15 Mei 2010].5. ^ a b c d e (Inggris) Lipsy P. 2010. Thin Layer Chromatography Characterization of the Active Ingredients in Excedrin and Anacin. USA: Department of Chemistry and Chemical Biology, Stevens Institute of Technology.

Kromatografi Lapis TipisDitulis oleh Jim Clark pada 06-10-2007Bagian ini merupakan pengantar ke topik kromatografi lapis tipis. Meskipun anda adalah seorang pemula yang mungkin lebih mengenal kromatografi kertas, penjelasantentang kromatografi lapis tipis sama mudahnya dengan kromatografi kertas.Pelaksanaan kromatografi lapis tipisLatar Belakang

Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini.

Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Kita akan membahasnya lebih lanjut.

Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras.

Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet, alasannya akan dibahas selanjutnya. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.

Kromatogram

Kita akan mulai membahas hal yang sederhana untuk mencoba melihat bagaimana pewarna tertentu dalam kenyataannya merupakan sebuah campuran sederhana dari beberapa pewarna.

Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk.

Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada.

Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.

Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.

Gambar menunjukkan lempengan setalah pelarut bergerak setengah dari lempengan.

Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas dari lempengan. Ini akan memberikan pemisahan maksimal dari komponen-komponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu dari pelarut dan fase diam.

Perhitungan nilai Rf

Jika anda ingin mengetahui bagaimana jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, anda dapat berhenti pada bahasan sebelumnya. Namun, sering kali pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing.

Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan.

Pengukuran berlangsung sebagai berikut:

Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:Rf=jarak yang ditempuh oleh komponenjarak yang ditempuh oleh pelarut

Sebagai contoh, jika komponen berwarna merah bergerak dari 1.7 cm dari garis awal, sementara pelarut berjarak 5.0 cm, sehingga nilai Rf untuk komponen berwarna merah menjadi:

Jika anda dapat mengulang percobaan ini pada kondisi yang tepat sama, nilai Rf yang akan diperoleh untuk setiap warna akan selalu sama. Sebagai contoh, nilai Rf untuk warna merah selalu adalah 0.34. Namun, jika terdapat perubahan (suhu, komposisi pelarut dan sebagainya), nilai tersebut akan berubah. Anda harus tetap mengingat teknik ini jika anda ingin mengidentifikasi pewarna yang tertentu. Mari kita lihat bagaimana menggunakan kromatografi lapis tipis untuk menganalisis pada bagian selanjutnya.Bagaimana halnya jika substansi yang ingin anda analisis tidak berwarna?

Ada dua cara untuk menyelesaikan analisis sampel yang tidakberwarna.

Menggunakan pendarflour

Mungkin anda masih ingat apa yang telah saya sebutkan bahwa fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika anda menyinarkannya dengan sinar UV, akan berpendar.

Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berarti bahwa jika anda menyinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap.

Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan, anda harus menandai posisi-posisi dari bercak-bercak dengan menggunakan pinsil dan melingkari daerah bercak-bercak itu. Seketika anda mematikan sinar UV, bercak-bercak tersebut tidak tampak kembali.

Penunjukkan bercak secara kimia

Dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino.

Kromatogram dapat dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umumnya coklat atau ungu.

Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan kristal iodium.

Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai bercak-bercak kecoklatan.Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan kristal iodium.

Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai bercak-bercak kecoklatan.

Penggunaan kromatografi lapis tipis untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa

Anggaplah anda mempunyai campuran asam amino dan ingin menemukan asam amino-asam amino tertentu yang terkandung didalam campuran tersebut. Untuk sederhananya, mari kira berasumsi bahwa anda mengetahui bahwa campuran hanya mungkin mengandung lima asam amino.

Setetes campuran ditempatkan pada garis dasar lempengan lapis tipis dan bercak-bercak kecil yang serupa dari asam amino yang telah diketahui juga ditempatkan pada disamping tetesan yang akan diidentifikasi. Lempengan lalu ditempatkan pada posisi berdiri dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya. Dalam gambar, campuran adalah M dan asam amino yang telah diketahui ditandai 1-5.

Bagian kiri gambar menunjukkan lempengan setelah pelarut hampirmencapai bagian atas dari lempengan. Bercak-bercak masih belum tampak. Gambar kedua menunjukkan apa yang terjadi setelah lempengan disemprotkan ninhidrin.sTidak diperlukan menghitung nilai Rf karena anda dengan mudah dapat membandingkan bercak-bercak pada campuran dengan bercak dari asam amino yang telah diketahui melalui posisi dan warnanya.

Dalam contoh ini, campuran mengandung asam amino 1, 4 dan 5.

Bagaimana jika campuran mengandung lebih banyak asam amino daripada asam amino yang digunakan sebagai perbandingan? Ini memungkinkan adanya bercak-bercak dari campuran yang tidak sesuai dengan asam amino yang dijadikan perbandingan itu. Anda sebaiknya mengulangi eksperimen menggunakan asam amino lain sebagai perbandingan.Bagaimana kromatografi lapis tipis berkerja?

Fase diam-jel silika

Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari permukaan silika.

Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol..Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa untuk alumina.

Apa yang memisahkan senyawa-senyawa dalam kromatogram?

Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut.

Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan, tergantung pada: Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut. Hal ini bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut. Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Hal ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan jel silika.Anggaplah bercak awal mengandung dua senyawa, yang satu dapat membentuk ikatan hidrogen, dan yang lainnya hanya dapat mengambilbagian interaksi van der Waals yang lemah.

Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika lebih kuat dibanding senyawa lainnya. Kita mengatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada permukaan.

Penjerapan bersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika dan yang kembali pada larutan dalam pelarut.

Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara waktu proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan.

Dalam contoh yang sudah kita bahas, senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan menjerap lebih kuat daripada yang tergantung hanya pada interaksi van der Waals, dan karenanya bergerak lebih jauh pada lempengan.

Bagaimana jika komponen-komponen dalam campuran dapat membentuk ikatan-ikatan hidrogen?

Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada tingkatan yang sama dan dapat larut dalam pelarut pada tingkatan yang sama pula. Ini tidak hanya merupakan atraksi antara senyawa dengan jel silika. Atraksi antara senyawa dan pelarut juga merupakan hal yang penting-hal ini akan mempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa ditarik pada larutan keluar dari permukaan silika.

Bagaimanapun, hal ini memungkinkan senyawa-senyawa tidak terpisahkan dengan baik ketika anda membuat kromatogram. Dalam kasus itu, perubahan pelarut dapat membantu dengan baik-termasukmemungkinkan perubahan pH pelarut.

Ini merupakan tingkatan uji coba ? jika satu pelarut atau campuran pelarut tidak berkerja dengan baik, anda mencoba pelarut lainnya. (Berikan tingkatan dimana anda dapat berkerja, seseorang telah berkerja keras untuk anda dan anda hanya menggunakan campuran pelarut yang telah anda berikan dan segala sesuatunya akan berkerja dengan sempurna!)

Kromatografi Lapis Tipis (Thin LayerChromatography)Posted by: rgmaisyah on: Oktober 10, 2009 In: Chemistry | PhytOcHemistrY Comment!Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda debgan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas di dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium atau pelat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom. (1)Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida dan isoflavonoida yang terdapat pada tahu, tempe, bubuk kedelai dan tauco serta Scoparia dulcis, Lindernia anagalis, dan Torenia violacea. Yang pada senyawa isoflavon memiliki banyak manfaat. Beberapa kelebihan senyawa isoflavon yang potensial bagi kesehatan manusia, di antaranya adalah sebagai antioksidan, antitumor / antikanker, antikolesterol, antivirus, antialergi, dan dapat mencegah osteoporosis. (2)Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik (ascending) atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun (descending). (1)Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga peralatan yang digunakan. Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat dikatakan hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat. (1)Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini : (1) Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet. Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending), atau dengan cara elusi 2 dimensi. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.Referensi :1. Ibnu Gholib Gandjar. Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.2. Kromatografi Lapis Tipis. 2009. http://greenhati.blogspot.com/2009/01/kromatografi-lapis-tipis.html . diakses 1 Oktober 2009.3. Roy J. Gritter, James M. Bobbit, Arthur E. S., 1991. Pengantar Kromatografi. Penerbit ITB. Bandung.4. Kromatografi Lapis Tipis. 2009. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatografi_lapis_tipis/ . Diakses 3 Oktober 2009.

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PEMISAHAN ANALITIK

PERCOBAAN

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

NAMA : RADEN ALIP RAHARJO

STAMBUK : A1C4 08 027

KELOMPOK :

LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2010KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

I. Tujuan dan Prinsip PercobaanA. Tujuan Praktikuma. Dapat mengetahui dan memahami tehnik pemisahan dengan metode kromatografi lapis tipis.b. Dapat melakukan pemisahan logam logam Pb2+, Ag+, Mn2+, Hg2 atau protein/ karbohidrat dalam campuran larutan dengan tehnik kromatografi lapis tipis. Dapat menentukan Rf komponen komponen yang dipisahkan dan mengidentifikasi zat yang dipisahkan

B. Prinsip PercobaanPemisahan dengan tehnik kromatografi lapis tipis didasarkan pada adsorpsi larutan (fase gerak atau eluennya) terhadap adsorbens yang di gunakan, dimana Adsorbens dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai penunjang fase diamnya.

II. TeoriKromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu tehnik yang sederhana dan banyak digunakan. Metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap untuk lapisan tipis dan kering bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida. Untuk menotolkan larutan cuplikan pada lempeng kaca, pada dasarnya dgunakan mikro pipet/ pipa kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengulsi di dalam wadah yang tertutup (Chamber) (Rudi, 2010)

Pemisahan campuran dengan cara kromatografi didasarkan pada perbedaan kecepatan merambat antara partikel-partikel zat yang bercampur pada medium tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari pemisahan secara kromatografi dapat kita temui pada rembesan air pada dinding yang menghasilkan garis-garis dengan jarak ternentu.

Tinta hitam merupakan campuran beberapa warna. Kita dapat memisahkan campuran warna tersebut dengan cara kromatografi. Pemisahan warna tinta dapat dilakukan seperti pada Gambar 18, dengan tahap-tahap sebagai berikut:- Tinta diteteskan pada ujung kertas saring (1,5 cm dari ujung)- Tinta dibiarkan hingga mengering- Ujung kertas saring dimasukkan dalam air sedalam 1 cm dan kertas saring dipasang tegak- Air akan merambat naik- Tinta akan ikut merambat naik dan memisah menjadi beberapaWarna ( Sukarmin , 2004)

Kromatografi adalah Suatu metoda untuk separasi yang menyangkut komponen suatu contoh di mana komponen dibagi-bagikan antara dua tahap, salah satu yang mana adalah keperluan selagi gerak yang lain . Di dalam gas chromatography adalah gas mengangsur suatu cairan atau tahap keperluan padat. Di dalam cairan chromatography adalah campuran cairan pindah gerakkan melalui cairan yang lain , suatu padat, atau suatu 'gel' agar. Mekanisme separasi komponen mungkin adalah adsorpsi, daya larut diferensial, ion-exchange, penyebaran/perembesan, atau mekanisme lain (David. 2001)

adsorpsi Chromatography telah membantu untuk menandai komposisi kelompok minyak mentah dan produk hidrokarbon sejak permulaan abad ini. Jenis dan sanak keluarga jumlah kelas hidrokarbon tertentu di (dalam) acuan/matriks dapat telah a efek dalam pada atas pencapaian dan mutu dari produk hidrokarbon dan dua orang metoda test standard telah digunakan sebagian besar dari tahun ke tahun ( ASTM D2007, ASTM D4124). adsorpsi indikator Yang berpijar ( FIA) metoda ( ASTM D1319) telah melayani untuk di atas 30 tahun sebagai metoda pejabat dari minyak tanah industri untuk mengukur yang mengandung parafin, olefinic, dan isi bahan bakar pancaran dan bensin berbau harum. Teknik terdiri dari dalam pemindahan a mencicip di bawah iso-propanol memaksa melalui suatu kolom tanah kerikil 'gel' agar-agar ramai; sesak di (dalam) kehadiran tentang indikator berpijar dikhususkan untuk masing-masing keluarga hidrokarbon. Di samping penggunaan tersebar luas nya, adsorpsi indikator berpijar mempunyai banyak ( Speight, 2006)

Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan plat KLT yang sudah siap pakai. Terjadinya pemisahan komponen-komponen pada KLT dengan Rf tertentu dapat dijadikan sebagai panduan untuk memisahkan komponen kimia tersebut dengan menggunakan kolom kromatografi dan sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel dan eluen yang digunakan berdasarkan basil yang diperoleh dari KLT dan akan lebih baik kalau kepolaraan eluen pada kolom kromatografi sedikit dibawah kepolaran eluen pada KLT (Lenny, 2006)

Pada hakekatnya KLT merupakan metoda kromatografi cair yang melibatkan dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa geraknya berupa campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair-padat) atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair). Fasa diam pada KLT sering disebut penyerap walaupun berfungsi sebagai penyangga untuk zat cair di dalam sistem kromatografi cair-cair. Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap pada KLT, contohnya silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida), kiselgur (tanah diatomae) dan selulosa. Silika gel merupakan penyerap paling banyak dipakai dalam KLT (Iskandar, 2007)

III. Metode PraktikumA. Alat dan bahan yang digunakanAlat alat yang digunakan pada praktikum ini adalaha. Cahmber 2 buahb. Plat KLTc. Slinder Kacad. Pipet volume 25 mLe. Pipet Tetesf. Penotol 3 batang g. Filler atau Sprayerh. Mistari. Pensilj. Benang

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalaha. Untuk Pemisahan ion LogamCuplikan yang mengandung ion ion Pb2+, Mn2+, Hg2+Larutan standar dalam bentuk klorida: Pb2+, Ag+, Mn2+, Hg2 (4 mg/mL)Fase gerak (campuran Etil aseto asetat 10% + Butanol 75% + aquades 15% + asam asetat glacial sampai pH 3,5 5 atau Piridin + aquades (10:1).Penampak noda larutan K2CrO4 1 M (dielusi ulang)b. Untuk Pemisahan KarbohidratCuplikan yang mengandung campuran karbohidrat (glukosa, fruktosa, laktosa, dan sukrosa)Larutan standar karbohidrat yang akan dipisahkan masing masing dengan konsentrasi 4 mg/mLLarutan penampak: asam sulfat 10% (disemprot)Larutan eluen, campuran aseton + air (9:1)

C. Pembahasan

Analisis kuantitatif dengan KLT ada dua macam. Yang pertama noda cuplikan setelah dikembangkan diukur langsung luasnya atau kerapatannya (density). Secara manual atau menggunakan alat alat yang disebut densitometer. Tehnik ini disebut evaluasi in one. Luas atau kerapatan noda dibandingkan dengan kerapatan noda senyawa standar yang telah diketahui konsentrasinya. Cara yang kedua, noda diambil dengan cara dikerok atau diisap dengan suatu alat kemudian dilarutkan dalam suatu pelarut dan larutan terakhir diamati dengan spectrometer UV vis atau ditimbang (gravimetric) setelah pelarut diuapkan. Cara gravimetric hanya dapat dilakukan apabila jumlah cuplikan cukup besar. Cara ini tidak membutuhkan standar pembanding.

Pada percobaan ini, tehnik kromatografi lapis tipis yang digunakan adalah suatu plat tipis (aluminium) yang berfungsinya untuk tempat berjalannya adsorbens sehingga proses migrasi analit oleh solventnya bisa berjalan. Hal ini Inilah yang membedakan antara kromatografi kertas dengan kromatografi lapis tipis. Yang dimana pada KLT menggunakan plat tipis sedangkan pada KK menggunakan kertas (lapisan selulosa) sehingga proses elusinya lebih lama (kira kira 10 20 menit lebih lama dari KLT). Perbedaan lainnya dari kedua kromatografi tersebut adalah pembentukan noda pada adsorbensnya dimana pada KLT noda yang dihasilkan lebih tajam dibandingkan noda yang nampak dalam KK. Hal ini disebabkan pada KK penyusun dari adsorbens berupa selulosa yang dapat mengikat air, sehingga ketika dielusi dengan suatu pelarut atau fase gerak maka noda yang dihasilkan mengalami penyebaran akibat terdapatnya gugus OH dalam adsorbens yang masih tertingal dalam fase diamnya sehingga penampakan nodanya terlihat lebih pudar dan bentuk nodanya tidak bulat. Sedangkan dalam KLT adsorbens yang digunakan berupa slika gel (SiO2) yang tidak mengikat molekul air, sehingga noda yang tercipta lebih terfokus dan tajam.

Pada percobaan ini, adsorbens yang digunakan bukan slika gel tetapi justru selulosa yang dilapisi plat tipis (aluminuium). Dimana sifat adsorbens selulosa pada KLT mempunyai sifat sebagai penukar ion, sehingga keadaan ini akan berdampak pada penampakan noda yang nantinya akan diamati dalam KLT ini, dimana ion ion dalam sample dipertukarkan sehingga penentuan komponen yang terpisah akan sulit di tentukan. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab sampai tidak munculnya warna noda pada KLT dalam percobaan ini. Sedangkan faktor penyebab lainnya disebut dengan faktor yang mempengaruhi nilai Rf pada KLT seperti kualitas adsorben, ketebalan lapisan, kejenuhan ruang kromatografi, tehnik pengembangan (elusi), suhu, dan kualitas pelarut.

Penentuan nilai Rf suatu standar analit pada KLT pada dasarnya sama dengan penentuan nilai Rf dalam KK, dimana nilai Rf ditentukan dengan membandingkan jarak noda yang dihasilkan dari migrasi solvent/ pelarutnya dengan jarak sample/ standar. Nilai Rf menyatakan ukuran daya pisah suatu zat dengan kromatografi planar (KK mapun KLT), dimana jika nilai Rfnya besar berarti daya pisah zat yang dilakukan solvent (eluenya) maksimum sedangkan jika nilai Rfnya kecil berarti daya pisah zat yang dilakukan solvent (eluenya) minimum. Tidak munculnya noda dalam percobaan kali ini dapat disebabkan oleh faktor faktor yang mempengaruhi nilai Rf seperti diatas, akan tetapi ada juga kemungkinan lain misalnya noda yang tidak nampak, sehingga untuk menampakkan noda tersebut harus direaksikan dengan reagen penampak warna berupa ion logam transisi untuk membentuk kompleks, karena salah satu ciri senyawa kompleks adalah berwarna akibat adanya bilangan koordinasi dari atom pusatnya. Adapun untuk identifikasi dan deteksi zat setelah terbentuknya noda dilakukan dengan beberapa cara misalnya; planimetri, densitometri, spektrofotometri, dan fluorensis, dimana masing masing alat tersebut memeliki kelebihan dan kekurangan yang jika dijabarkan akan lebih panjang dan rumit karena dihubungkan dengan proses penggunaanya.

Pada percobaan ini, didapatkan nilai Rf yang berbeda-beda dari tiap analit. Pada penentuan nilai Rf pada ion logam, secara berturut-turut nilai Rf dari Pb2+, Mn2+, Hg2+, dan campuran adalah 0,87 , 0,84 , 0,82 , dan 0,88. Sedangkan pada penentuan nilai Rf dari karbohidrat yakni pada glukosa didapatkan nilai Rf sebesarm0,81

V. SimpulanBerdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dari percobaan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut yakni Tehnik pemisahan dengan kromatografi lapis tipis merupakan tehnik pemisahan kromatografi planar dimana zat zat dipisahkan berdasarkan perbedaan migrasi solute/ zat terlarut antara dua fase (fase gerak dan fase diamnya). Dimana fase diamnya/ adsorbensnya dilapisi dengan plat tipis (aluminium) sebagai penunjang adsorbennya dan nilai Rf yang didapatkan adalah nilai Rf dari Pb2+, Mn2+, Hg2+, dan campuran adalah 0,87 , 0,84 , 0,82 , dan 0,88. Sedangkan pada penentuan nilai Rf dari karbohidrat yakni pada glukosa didapatkan nilai Rf sebesarm0,81.

Daftar PustakaIskandar, Yusuf. 2007. Karakteristik Zat Metabolit Sekunder Dalam Ekstrak Bunga Krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) Sebagai Bahan Pembuatan Biopestisida.FMIPA. SemarangLide, David. 2001. Handbook of Chemistry And Physic. Copyright CRC Press LLC

Rudi,L. 2010. Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Universitas Haluoleo. Kendari

Sofia, Lenny. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah dengan Metoda Uji Brine Shrimp. USU Repository. Sumatera Utara

Speight, James. G. 2006. The Chemistry and Technology of Petroleum. Taylor & Francis Group, LLC.

Sukarmin. 2004. Materi dan Perubahannya. Direktorat Pendidikan Menegah Kejuruan. Direktorat Jendral Dasar dan Menegah. Departemen Pendidik

TUBERKULOSIS MERUPAKAN PENYAKIT INFEKSI YANG MASIH MENJADI MASALAHKESEHATAN MASYARAKATDrh. Hiswani M.KesFakultas KedokteranUniversitas Sumatera UtaraPENDAHULUANPenyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalahkesehatan Masyarakat. Di Indonesia maupun diberbagai belahan dunia. Penyakit tuberkulosismerupakan penyakit menular yang kejadiannya paling tinggi dijumpai di India sebanyak 1.5 jutaorang, urutan kedua dijumpai di Cina yang mencapai 2 juta orang dan Indonesia mendudukiurutan ketiga dengan penderita 583.000 orang.Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang(basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberkulosis. Penularan penyakit ini melaluiperantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberkulosis paru. Pada waktupenderita batuk butir-butir air ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat danmasuk kedalam parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru.Menurut WHO (1999), di Indonesia setiap tahun terjadi 583 kasus baru dengan kematian130 penderita dengan tuberkulosis positif pada dahaknya. Sedangkan menurut hasil penelitiankusnindar 1990, Jumlah kematian yang disebabkan karena tuberkulosis diperkirakan 105,952orang pertahun. Kejadian kasus tuberkulosa paru yang tinggi ini paling banyak terjadi padakelompok masyarakat dengan sosio ekonomi lemah. Terjadinya peningkatan kasus ini disebabkandipengaruhi oleh daya tahan tubuh, status gizi dan kebersihan diri individu dan kepadatan hunianlingkungan tempat tinggal.Pada tahun 1995 pemerintah telah memberikan anggaran obat bagi penderitatuberkulosis secara gratis ditingkat Puskesmas, dengan sasaran utama adalah penderitatuberkulosis dengan ekonomi lemah. Obat tuberkulosis harus diminum oleh penderita secara rutinselama enam bulan berturut-turut tanpa henti.Untuk kedisiplinan pasien dalam menjalankan pengobatan juga perlu diawasi olehanggota keluarga terdekat yang tinggal serumah, yang setiapa saat dapat mengingatkanpenderita untuk minum obat. Apabila pengobatan terputus tidak sampai enam bulan, penderitasewaktu-waktu akan kambuh kembali penyakitnya dan kuman tuberkulosis menjadi resistensehingga membutuhkan biaya besar untuk pengobatannya.Penyakit tuberkulosis ini dijumpai disemua bagian penjuru dunia. Dibeberapa negaratelah terjadi penurunan angka kesakitan dan kematiannya. Angka kematian berkisar dari kurang5 - 100 kematian per 100.000 penduduk pertahun. Angka kesakitan dan kematian meningkatmenurut umur. Di Amirika serikat pada tahun 1974 dilaporkan angka insidensi sebesar 14,2 per100.000 penduduk.Di Sumatera Utara saat ini diperkiraka ada sekitar 1279 penderita denga BTA positif. Darihasil evaluasi kegiatan Program Pemberantasan Tuberkulosa paru, kota Medan tahun 1999/2000ditemukan 359 orang penderita dengan insiden penderita tuberkulosis paru 0,18 per 1000 jumlahpenduduk. Dengan catatan dari balai pengobatan penyakit paru-paru (BP4), di Medan dijumpai545 kasus tuberkulosis paru setiap tahun.Gambaran Penyakit Tuberkulosis Paru.Penyakit tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang menyerang paru-paru, penyakitini disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis. Miko bakteria adalah bakteri aerob, berbentukbatang, yang tidak membentuk spora. Walaupun tidak mudah diwarnai, jika telah diwarnaibakteri ini tahan terhadap peluntur warna (dekolarisasi) asam atau alkohol, oleh karena itudinamakan bakteri tahan asam atau basil tahan asam.Apabila seseorang sudah terpapar dengan bakteri penyebab tuberkulosis akan berakibatburuk seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja, menularkan kepada orang lainterutama pada keluarga yang bertempat tinggal serumah, dan dapat menyebabkan kematian.Pada penyakit tuberkulosis jaringan pang paling sering diserang adalah paru-paru (95,9 %). Carapenularan melalui ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberkulosis paru. Padawaktu batuk butir-butir air ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat danmasuk kedalam parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru (TB Paru).Mycobacterium Tuberkulosis dapat tahan hidup diudara kering maupun dalam keadaandingin, atu dapat hidup bertahun-tahun dalam lemari es. Ini dapat terjadi apabila kuman beradadalam sifat dormant (tidur). Pada sifat dormant ini kuman tuberkulosis suatu saat dimanakeadaan memungkinkan untuk dia berkembang, kuman ini dapat bangkit kembali.Pada penderita tuberkulosis paru apabila sudah terpapar dengan agent penyebabnyapenyakit dapat memperlihatkan tanda-tanda seperti dibawah ini:Batuk-batuk berdahak lebih dari dua minggu.Batuk-batuk mengeluarkan darah atau pernah mengeluarkan darah.Dada terasa sakit atau nyeri.Terasa sesak pada waktu bernafas.Adapun masa tunas(masa inkubasi) penyakit tuberkulosis paru adalah mulai dariterinfeksi sampai pada lesi primer muncul, sedangkan waktunya berkisar antara 4 - 12 mingguuntuk tuberkulosis paru. Pada pulmonair progressif dan extrapulmonair, tuberkulosis biasanyamemakan waktu yang lebih lama, sampai beberapa tahun.Perioda potensi penularan, selama basil tuberkel ada pada sputum (dahak). Beberapakasus tanpa pengobatan atau dengan pengobatan tidak adekwat mungkin akan kumat-kumatandengan sputum positif selama beberapa tahun. Tingkat atau derajat penularan tergantungkepada banyaknya basil tuberkulosis dalam sputum, virulensi atas basil dan peluang adanyapencemaran udara dari batuk, bersin dan berbicara keras secara umum.Kepekaan untuk terinfeksi penyakit ini adalah semua penduduk, tidak ada perbedaanantara laki-laki dan perempuan, tua muda, bayi dan balita. Kepekaan tertinggi pada anak kurangdari tiga tahun terendah pada anak akhir usia 12-13 tahun, dan dapat meningkat lagi pada umurremaja dan awal tua.MYCOBACTERIUM TUBERKULOSISA. Morfologi dan identifikasi Mycobacterium Tuberkulosis1. Bentuk.Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau agak bengkok dengan ukuran 0,2-0,4 x 1-4 um. Pewarnaan Ziehl-Neelsen dipergunakan untuk identifikasi bakteri tahan asam.2. Penanaman.Kuman ini tumbuh lambat, koloni tampak setelah lebih kurang 2 minggu bahkan kadangkadangsetelah 6-8 minggu. Suhu optimum 37C, tidak tumbuh pada suhu 25C atau lebihdari 40C. Medium padat yang biasa dipergunakan adalah Lowenstein-Jensen. PH optimum6,4-7,0.3. Sifat-sifat.Mycobacterium tidak tahan panas, akan mati pada 6C selama 15-20 menit. Biakan dapatmati jika terkena sinar matahari lansung selama 2 jam. Dalam dahak dapat bertahan 20-30jam. Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari. Biakan basil inidalam suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu20C selama 2 tahun. Myko bakteri tahan terhadap berbagai khemikalia dan disinfektanantara lain phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH 4%. Basil ini dihancurkanoleh jodium tinctur dalam 5 minit, dengan alkohol 80 % akan hancur dalam 2-10 menit.B. Pemeriksaan Laboratorium1. Bahan pemeriksaan.Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan perlu diperhatikan waktu pengambilan, tempatpenampungan, waktu penyimpanan dan cara pengiriman bahan pemeriksaan. Padapemeriksaan laboratorium tuberkulosis ada beberapa macam bahan pemeriksaan yaitu:Sputum(dahak), harus benar-benar dahak, bukan ingus juga bukan ludah. Paling baikadalah sputum pagi hari pertama kali keluar. Kalau sukar dapat sputum yangdikumpulkan selama 24 jam (tidak lebih 10 ml). Tidak dianjurkan sputum yangdikeluarkan ditempat pemeriksaan.Air Kemih, Urin pagi hari, pertama kali keluar, merupakan urin pancaran tengah.Sebaiknya urin kateter.Air kuras lambung, Umumnya anak-anak atau penderita yang tidak dapatmengeluarkan dahak. Tujuan dari kuras lambung untuk mendapatkan dahak yangtertelan. Dilakukan pagi hari sebelum makan dan harus cepat dikerjakan.Bahan-bahan lain, misalnya nanah, cairan cerebrospinal, cairan pleura, dan usapantenggorokan.2. Cara Pemeriksaan Laboratoriuma. Mikroskopik, dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen dapat dilakukan identifikasi bakteritahan asam, dimana bakteri akan terbagi menjadi dua golongan:Bakteri tahan asam, adalah bakteri yang pada pengecatan ZN tetap mengikatwarna pertama, tidak luntur oleh asam dan alkohol, sehingga tidak mampumengikat warna kedua. Dibawah mikroskop tampak bakteri berwarna merahdengan warna dasar biru muda.Bakteri tidak tahan asam, adalah bakteri yang pada pewarnaan ZN, warnapertama, yang diberikan dilunturkan oleh asam dan alkohol, sehingga bakteriakan mengikat warna kedua. Dibawah miskroskop tampak bakteri berwarna birutua dengan warna dasar biru yang lebih muda.b. Kultur (biakan), Media yang biasa dipakai adalah media padat Lowenstein Jesen.Dapat pula Middlebrook JH11, juga sutu media padat. Untuk perbenihan kaldu dapatdipakai Middlebrook JH9 dan JH 12.c. Uji kepekaan kuman terhadap obat-obatan anti tuberkulosis, tujuan dari pemeriksaanini, mencari obat-obatan yang poten untuk terapi penyakit tuberkulosis.PENULARAN KUMAN TUBERKULOSIS.Penularan tuberkulosis dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yangterdapat dalam paru-paru penderita, pesebaran kuman tersebut diudara melalui dahak berupadroplet. Penderita TB-Paru yang mengandung banyak sekali kuman dapat terlihat lansung denganmikroskop pada pemeriksaan dahaknya (penderita bta positif) adalah sangat menular.Penderita TB Paru BTA positif mengeluarkan kuman-kuman keudara dalam bentukdroplet yang sangat kecil pada waktu batuk atau bersin. Droplet yang sangat kecil ini mengeringdengan cepat dan menjadi droplet yang mengandung kuman tuberkulosis. Dan dapat bertahandiudara selama beberapa jam.Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhirup oleh orang lain. Jika kuman tersebutsudah menetap dalam paru dari orang yang menghirupnya, maka kuman mulai membelah diri(berkembang biak) dan terjadilah infeksi dari satu orang keorang lain.KLASIFIKASI PENYAKIT TUBERKULOSIS.Pada penyakit tuberkulosis dapat diklasifikasikan yaitu tuberkulosis paru dan tuberkulosisekstra paru. Tuberkulosis paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80 %dari semua penderita. Tuberkulosis yang menyerang jaringan paru-paru ini merupakan satusatunyabentuk dari TB yang mudah menular.Tuberkulosis ekstra paru merupakan bentuk penyakit TBC yang menyerang organ tubuhlain, selain paru-paru seperti pleura, kelenjar limpe, persendian tulang belakang, saluran kencing,susunan syaraf pusat dan perut. Pada dasarnya penyakit TBC ini tidak pandang bulu karenakuman ini dapat menyerang semua organ-organ dari tubuh.DIAGNOSIS TBCPenegakan diagnosis pada penyakit TB-paru dapat dilakukan dengan melihatkeluhan/gejala klinis, pemeriksaan biakan, pemeriksaan mikroskopis, radiologik dan tuberkulintest. Pada pemeriksaan biakan hasilnya akan didapat lebih baik, namun waktu pemeriksaannyabiasanya memakan waktu yang terlalu lama. Sehingga pada saat ini pemeriksaan dahak secaramikroskopis lebih banyak dilakukan karean sensitivitas dan spesivitasnya tinggi disampingbiayanya rendah.Seorang penderita tersangka dinyatakan sebagai penderita paru menular berdasarkangejala batuk berdahak 3 kali. Kuman ini baru kelihatan dibawah mikroskopis bila jumlah kumanpaling sedikit sekitar 5000 batang dalam 1 ml dahak. Dalam pemeriksaan ini dahak yang baikadalah dahak mukopurulen berwarna hijau kekuningan dan jumlahnya harus 3 5 ml tiappengambilan. Untuk hasil yang baik spesimen dahak sebaiknya sudah dapat dikumpulkan dalam 2hari kunjungan berurutan. Dahak yang dikumpulkan sebaiknya dahak yang keluar sewaktu pagihari.BERDASARKAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PENYAKIT TBC.Untuk terpapar penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :status sosial ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin, dan faktor toksis untuk lebih jelasnyadapat kita jelaskan seperti uraian dibawah ini :1. Faktor Sosial Ekonomi.Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan perumahan,lingkungan dan sanitasi tempat bekerja yang buruk dapat memudahkan penularan TBC.Pendapatan keluarga sangat erat juga dengan penularan TBC, karena pendapatan yang kecilmembuat orang tidak dapat hidup layak dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan.2. Status Gizi.Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan lain-lain, akanmempengaruhi daya tahan tubuh sesoeranga sehingga rentan terhadap penyakit termasukTB-Paru. Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh dinegara miskin, baikpada orang dewasa maupun anak-anak.3. Umur.Penyakit TB-Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usaia produktif (15 50)tahun. Dewasa ini dengan terjaidnya transisi demografi menyebabkan usia harapan hiduplansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorangmenurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TB-Paru.4. Jenis Kelamin.Penyakit TB-Paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkanperempuan. Menurut WHO, sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta perempuanyang meninggal akibat TB-Paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebihbanyak terjadi kematian yang disebabkan oleh TB-Paru dibandingkan dengan akibat proseskehamilan dan persalinan. Pada jenis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karenamerokok tembakau dan minum alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahanantubuh, sehingga lebih mudah terpapar dengan agent penyebab TB-Paru.PENCEGAHAN PENYAKIT TBC-PARU.Tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh penderita, masyarakat dan petugaskesehatan.A. Pengawasan Penderita, Kontak dan Lingkungan.1. Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan membuangdahak tidak disembarangan tempat.2. Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan dengan terhadap bayi harusharus diberikan vaksinasi BCG.3. Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TB yangantara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang ditimbulkannya.4. Isolasi, pemeriksaan kepada orang-orang yang terinfeksi, pengobatan khusus TBC.Pengobatan mondok dirumah sakit hanya bagi penderita yang kategori berat yangmemerlukan pengembangan program pengobatannya yang karena alasan-alasan sosialekonomi dan medis untuk tidak dikehendaki pengobatan jalan.5. Des-Infeksi, Cuci tangan dan tata rumah tangga kebersihan yang ketat, perlu perhatiankhusus terhadap muntahan dan ludah (piring, hundry, tempat tidur, pakaian), ventilasirumah dan sinar matahari yang cukup.6. Imunisasi orang-orang kontak. Tindakan pencegahan bagi orang-orang sangat dekat(keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan lain) dan lainnya yang terindikasi denganvaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.7. Penyelidikan orang-orang kontak. Tuberculin-test bagi seluruh anggota keluarga denganfoto rontgen yang bereaksi positif, apabila cara-cara ini negatif, perlu diulangpemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, perlu penyelidikan intensif.8. Pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang tepat. Obat-obatkombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter diminum dengan tekun dan teratur, waktuyang lama ( 6 atau 12 bulan). Diwaspadai adanya kebal terhadap obat-obat, denganpemeriksaan penyelidikan oleh dokter.B. Tindakan Pencegahan.1. Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti kepadatanhunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.2. Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak atau suspectgambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi penderita, kontak,suspect, perawatan.3. Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap penyakit inaktifdengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan.4. BCG, vaksinasi, diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan bagi ibunyadan keluarhanya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun ditingkat tersebut berupatempat pencegahan.5. Memberantas penyakti TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi, danpasteurisasi air susu sapi.6. Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karean menghirup udara yang tercemardebu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.7. Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala tbc paru.8. Pemeriksaan screening dengan tubercullin test pada kelompok beresiko tinggi, sepertipara emigrant, orang-orang kontak dengan penderita, petugas dirumah sakit,petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen.9. Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif dari hasil pemeriksaantuberculin test.PENGENDALIAN, PENGOBATAN DAN PENYULUHAN YANG DILAK-SANAKAN PADAPENDERITA TBC.A. Pengendalian Penderita Tuberkulosis.1. Petugas dari puskesmas harus mengetahui alamat rumah dan tempat kerja penderita.2. Petugas turut mengawasi pelaksanaan pengobatan agar penderita tetap teratur menjalankanpengobatan dengan jalan mengingatkan penderita yang lali. Disamping itu agar menunjakseorang pengawas pengobatan dikalangan keluarga.3. Petugas harus mengadakan kunjungan berkala kerumah-rumah penderita dan menunjukkanperhatian atas kemajuan pengobatan serta mengamati kemungkinan terjadinya gejalasampingan akibat pemberian obat.B. Pengobatan Penderita Tuberkulosis.1. Penderita yang dalam dahaknya mengandung kuman dianjurkan untuk menjalani pengobatandi puskesmas.2. Petugas dapat memberikan pengobatan jangka pendek di rumah bagi penderita secaradarurat atau karean jarak tempat tinggal penderita dengan puskesmas cukup jauh untuk bisaberobat secara teratur.3. Melaporkan adanya gejala sampingan yang terjadi, bila perlu penderita dibawa kepuskesmas.C. Penyuluhan Penderita Tuberkulosis1. Petugas baik dalam masa persiapan maupun dalam waktu berikutnya secara berkalamemberikan penyuluhan kepada masyarakat luas melalui tatap muka, ceramah dan massmedia yang tersedia diwilayahnya, tentang cara pencegahan TB-paru.2. Memberikan penyuluhan kepada penderita dan keluarganya pada waktu kunjungan rumahdan memberi saran untuk terciptanya rumah sehat, sebagai upaya mengurangi penyebaranpenyakit.3. Memberikan penyuluhan perorangan secara khusus kepada penderita agar penderita mauberobat rajin teratur untuk mencegah penyebaran penyakit kepada orang lain.4. Menganjurkan, perubahan sikap hidup masyarakat dan perbaikan lingkungan demitercapainya masyarakat yang sehat.5. Menganjurkan masyarakat untuk melapor apabila diantara warganya ada yang mempunyaigejala-gejala penyakit TB paru.6. Berusaha menghilangkan rasa malu pada penderita oleh karena penyakit TB paru bukan bagipenyakit yang memalukan, dapat dicegah dan disembuhkan seperti halnya penyakit lain.7. Petugas harus mencatat dan melaporkan hasil kegiatannya kepada koordinatornya sesuaiformulir pencatatan dan pelaporan kegiatan kader.DAFTAR PUSTAKAKusnindar, 1990. Masalah Penyakit tuberkulosis dan pemberantasannya di Indonesia. CerminDunia Kedokteran, No. 63 hal. 8 12.Depkes RI, 2001. Faktor Budaya Malu Hambat Pencegahan Penyakit Tuberkulosis, MediaIndonesia Jakarta.Depkes RI, 1997. Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya. Dirjen P2M dan PLP,Jakarta.Arifin, N. 1990. Diagnostik Tuberkulosis Paru dan Penanggulangannya, Universitas Indonesia,Jakarta.Tjandra Y.A, 1994. Masalah Tuberkulosis Paru dan penanggulangannya, Universitas Indonesia.Jakarta.

PenghijauanJadikan Teman | Kirim Pesan Dadang SetiawanManusia biasa-biasa saja yang berusaha menjadi suami yang baik dari satu istri, ayah yang sempurna dari dua orang anak, dan mahluk yang patuh. Mengenal Tumbuhan CemaraREP | 18 October 2010 | 15:08 2001 1 Nihil

Tumbuhan cemara termasuk dalam klasifikasi tumbuhan berbiji. Tumbuhan berbiji atau Spermatophyta (Yunani, sperma=biji , phyton=tumbuhan) merupakan kelompok tumbuhan yang memiliki ciri khas, yaitu adanya suatu organ yang berupa biji. Biji merupakan bagian yang berasal dari bakal biji dan di dalamnya mengandung calon individu baru, yaitu lembaga. Lembaga akan terjadi setelah terjadi penyer bukan atau persarian yang diikuti oleh pembuahan.Ukuran dan bentuk tubuh Tumbuhan berbiji berukuran makroskopik dengan ketinggian yang sangat bervariasi. Tumbuhan biji tertinggi berupa pohon dengan tinggi melebihi 100 m, misalnya pohon konifer sequoiadendron giganteum di Taman Nasional Yosemite, California, AS dengan tinggi sekitar 115 m dan diameter batang sekitar 14 m. Habitus atau perawakan tumbuhan berbiji sangat bervariasi berupa pohon, misalnya jati, duku, kelapa, beringin, cemara; perdu, misalnya mawar, kembang merak, kembang sepatu; semak, misalnya arbei; dan Herba, misalnya sayur-sayuran, bunga lili, serta bunga krokot.Jenis tumbuhan berbiji yang dimanfaatkan bagi kepentingan manusia antara lain sebagai berikut:1. Gandum, padi, jagung dan sagu merupakan makanan utama sebagian besar penduduk di dunia.2. Kacang, tomat, kol, kentang, dan wortel merupakan makanan sayuran sebagai sumber serat, protein, dan vitamin.3. Kapas dan rami sebagai bahan sandang.4. Kayu sebagai bahan papan dan perabotan.5. Kumis kucing, jati, mahoni, dan pinus sebagai peneduh, penyimpan air, penyerap karbon dioksida, dan sumber oksigen.6. Berbagai jenis bunga untuk dekorasi, upacara adat dan agama, serta kosmetikb. Macam-Macam CemaraSuku cemara-cemaraan atau Casuarinaceae meliputi sekitar 70 jenis tetumbuhan. Sebagian besar suku ini terdapat di Belahan Bumi Selatan, terutama di wilayah tropis Dunia Lama, termasuk Indo-Malaysia, Australia, dan Kepulauan Pasifik.Klasifikasi ilmiah dari tanaman cemara adalah sebagai berikut:Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Tumbuhan

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Fagales

Famili: Casuarinaceae

R.Br. dalam Flinders

Dari sekitar 70 jenis tetumbuhan yang pernah dikenal di dunia, hanya sebagian kecil saja yang tumbuh di Indonesia. Selain tumbuh di hutan, cemara kini menjadi tanaman hias. Bentuk cemara yang sangat artistik untuk penataan sebuah taman. Dibentuk sedemikian rupa dalam gaya seni jepang yang bernama bonsai. Jenis cemara asli Indonesia untuk dibuat bonsai yang paling bagus adalah cemara udang, berasal dari daerah Madura, Jawa Timur.Macam-macam cemara yang dikenal dan tumbuh di Indonesia, yaitu:NoNama IndonesiaNama Latin

1Cemara anginCasuarina equisetifolia

2Cemara DuriJuniperus rigida

3Cemara EmbunCasuarina equisetifolia

4Cemara KipasCasuarina equisetifolia

5Cemara LautCasuarina equisetifolia

6Cemara NorfolkAraucaria heterophylla

7Cemara PinusCasuarina cunninghamiana

8Cemara Pua PuaJuniperus chinensis

9Cemara PutihCasuarina equisetifolia

10Cemara UdangCasuarina equisetifolia

Share6 Laporkan Tanggapi Beri Nilai