MAKALAH ENZIMOLOGI
PROSES DEINKING KERTAS SALUT BEKAS SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN
-AMILASE, SELULASE DAN LIPASE
Disusun oleh:Christiani Novelina Sari
(H1A010005)Aminah
(H1A011030)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMJURUSAN KIMIA
PURWOKERTO
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangSalah satu kesulitan dalam pengolahan kertas
bekas sebagai sumber serat sekunder, adalah proses penghilangan
kontaminan, terutama tinta. Tingkat kesulitan penghilangan tinta
atau deinking ini tergantung pada jenis tinta, proses cetak dan
jenis serat yang digunakan. Beberapa jenis kertas seperti kertas
koran yang menggunakan tinta berbahan dasar minyak dapat di
deinking dengan relatif mudah oleh proses deinking konvensional.
Sedangkan kertas yang dicetak dengan teknik non-impact dan kertas
yang dicetak warna akan lebih sulit untuk di deinking dengan proses
konvensional.Biodeinking sebagai salah satu alternatif dalam proses
penghilangan tinta, mempunyai berbagai kelebihan dibandingkan
dengan proses deinking dengan menggunakan bahan kimia konvensional,
seperti peningkatan kekuatan deinked pulp yang dihasilkan,
penghematan bahan kimia, serta lebih ramah lingkungan. Penggunaan
enzim dalam proses deinking (biodeinking) dapat mengurangi
pemakaian natrium hidroksida sebanyak 8,56 kg/ton pulp, natrium
hidrogen sulfat 2,6 kg/ton pulp, hidrogen peroksida 3,7 kg/ton
pulp, urea 0,54 kg/ton pulp, talk 5,8 kg/ton pulp serta bahan
peretensi 1,1 kg/ton pulp. Selain itu penggunaan enzim pada
biodeinking juga menghemat pemakaian energi fosil sekitar 320
MegaJoule/ton pulp dan mengurangi emisi gas CO2 sebanyak 6,4 kg CO2
/ ton pulp.
Kertas bekas yang umum digunakan untuk membuat kertas daur ulang
berkualitas baik saat ini berasal dari majalah bekas atau old
magazine paper (OMP), kertas bekas campuran atau mixed office waste
(MOW) dan kertas koran bekas atau old newspaper (ONP) . Penggunaan
OMG dan MOW sangat cocok untuk produksi kertas koran dan kertas
berkualitas baik, karena memiliki serat lebih panjang dan warna
yang lebih putih dibandingkan dengan ONP. Akan tetapi dengan adanya
bahan-bahan salut dan lem perekat dalam OMP, serta tinta
termoplastik kopolimer dalam MOW membuat proses deinking kimia
secara konvensional menjadi lebih mahal dan berpotensi besar
merusak lingkungan(Pathak, 2010), karena itu proses deinking dengan
enzim (bio-deinking) menjadi alternatif pilihan untuk menggantikan
proses deinking konvensional. Biodeinking menghasilkan efluen
dengan kandungan COD yang lebih rendah 20-30% dibandingkan dengan
deinking konvensional.Penggunaan enzim pada proses deinking telah
diteliti sebelumnya, namun dengan jenis kertas bekas serta
komposisi enzim yang berbeda. Penggunaan xylanase pada proses
deinking MOW dilaporkan telah meningkatkan derajat putih 1 hingga 3
poin, dan menurunkan jumlah noda sebanyak 65-81% serta meningkatkan
sifat fisik lembaran. Hal yang serupa juga dijumpai pada penggunaan
-amilase dan selulase untuk proses deinking MOW dan sort white
ledger (SWL), yang menghasilkan peningkatan derajat putih,
penurunan jumlah noda dan peningkatan kekuatan lembaran yang
dihasilkan.
Makalah ini mereview jurnal yang dimana pada penelitian
digunakan kertas bekas salut yang dapat berasal dari OMP, dan
kertas salut lainnya seperti kalender bekas, art board, dll. Enzim
-amilase yang digunakan diharapkan bertindak sebagai pendegradasi
lapisan pati yang banyak terdapat pada kertas-kertas yang mengalami
proses surface sizing. Sedangkan lipase diharapkan bertindak untuk
mendegradasi lem binder yang terdapat pada kertas salut dan
selulase diharapkan mempermudah proses pelepasan partikel tinta
dari permukaan serat. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
lebih meningkatkan efektifitas deinking yang pada akhirnya akan
berdampak positif terhadap lingkungan dan sumber daya energi.1.2.
Rumusan Masalah1. Bagaimana pengaruh penambahan enzim -amilase,
selulase dan lipase pada proses biodeinking.2. Berapakah
konsentrasi enzim -amilase, selulase dan lipase yang memberikan
hasil terbaik pada proses biodeinking kertas salut bekas.1.3.
Tujuan1. Mengetahui pengaruh penambahan enzim -amilase, selulase
dan lipase pada proses biodeinking.2. Mengetahui konsentrasi enzim
-amilase, selulase dan lipase yang memberikan hasil terbaik pada
proses biodeinking kertas salut bekas.BAB II
TINJAUAN PUSTAKA2.1. Pengertian dan Jenis KertasKertas menurut
ISO 4046 didefinisikan sebagai suatu lembaran yang terbuat dari
bahan utama serat yang berasal dari tanaman serta bahan pengisi
lainnya dengan berbagai komposisi. Komponen utama kertas adalah
serat selulosa, yang merupakan komponen utama dari dinding sel
tumbuhan yang telah mengalami proses penghilangan lignin dan
ekstraktif lainnya melalui proses pemasakan. Selulosa merupakan
polisakarida linear dari ikatan -1,4 d-glukopiranosa. berbentuk
mikrofibril kristalin. Derajat polimerisasi glukosa berkisar antar
10.000 15.000 residu glukosa, tergantung pada sumbernya.
Gambar 2.1 Struktur molekul selulosa.
Sumber J.C Roberts (1996)Dewasa ini terdapat sekitar 3000 jenis
produk kertas dan karton, dimana produk dengan gramatur di bawah
225 g/m2 dikategorikan sebagai kertas, dan produk dengan gramatur
di atas 225 g/m2 dimasukan dalam kategori karton. Adapun menurut
kegunaanya kertas dan karton dibagi menjadi menjadi empat kelompok
utama, yaitu:1. Kertas grafis, yaitu kertas yang cocok untuk proses
cetak dan tulis, dapat terbuat dari serat primer atau serat daur
ulang maupun gabungan keduanya. Kertas cetak dibagi menjadi empat
sub kelompok, yaitu : kertas koran, kertas cetak yang mengandung
pulp mekanis, kertas cetak tanpa pulp mekanis (wood free), kertas
cetak salut .
2. Kertas kemas, yaitu kertas pembungkus yang terbuat dari
campuran kertas daur ulang, hingga kertas kraft yang terbuat dari
campuran pulp virgin dan pulp daur ulang. Kertas kemas dibagi
menjadi beberapa sub-kelompok, yaitu: Kertas kraft, kertas bungkus
sulfit, Kertas bergelombang.
3. Kertas Hiegenis, yaitu kertas yang mempunyai sifat daya serap
tinggi, kelembutan yang baik serta tidak mudah putus.4. Kertas
khusus, yaitu kertas tersebut harus memenuhi persyaratan sesuai
dengan kegunaan kertas tersebut.
Kertas salut merupakan kertas yang mengandung suatu cairan
suspensi yang dinamakan coating colour diaplikasikan pada satu atau
kedua sisi kertas, dimana Coating colour terdiri dari beberapa
komponen, seperti: Pigmen putih, Binder, Dispersan, Thickener, dan
Lubrican.2.2. Proses Daur Ulang KertasKertas bekas sebagai sumber
serat sekunder menjadi alternatif pilihan bagi industri pulp dan
kertas guna memenuhi kebutuhan mereka akan serat. Proses daur ulang
kertas menjadi bagian penting dari industri kertas karena
meningkatnya kepedulian akan lingkungan hidup dan alasan ekonomi.
Hal ini dikarenakan selain karena kertas bekas merupakan sumber
serat berbiaya rendah, juga berdampak positif pada proses
konservasi hutan, mengurangi polusi lingkungan serta menghemat
penggunaan air dan energi. Penggunaan kertas bekas dari tahun ke
tahun terus meningkat, pada tahun 2002 konsumsi total dunia akan
kertas daur ulang sebagai sumber serat mencapai 158 juta ton, hal
ini melebihi total penggunaan pulp kimia (117 juta ton) dan pulp
mekanis (36 juta ton). Indonesia sebagai salah satu negara produsen
kertas dunia berada pada urutan 8 dalam hal penggunaan kertas bekas
sebagai sumber bahan baku kertas, yaitu sebanyak 4,7 juta ton .
Akan tetapi terdapat hambatan dalam proses daur ulang kertas bekas
ini, yaitu penghilangan kontaminan dalam kertas bekas tersebut yang
berasal dari berbagai sumber. Kontaminan yang terdapat dalam kertas
bekas ini dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber-sumbernya
menjadi:
a. Sticky, merupakan senyawa yang bersifat lengket berasal dari
lelehan bahan adesif (karet alam maupun styrene butadiene rubber),
wax, dll.Sticky juga dapat timbul di mesin kertas dari ekstraktif
yang ada dalam kayu yang berpolimerisasi selama proses pemasakan
pulp terutama dengan bahan bleaching, asam lemak, defoamer, rosin
dan zat pendarih sintetis. Sticky cenderung bersifat larut dalam
pelarut non-polar seperti dietil eter, toluene, atau metilen
klorida.b. Filler, merupakan bahan pengisi kertas termasuk kalsium
karbonat yang akan bereaksi dengan rosin atau alum sehingga dapat
menimbulkan permasalahan busa.c. Tinta, mengandung pigmen seperti
karbon hitam atau TiO2 untuk memberikan warna dan opasitas pada
kertas. Tinta dengan bahan dasar minyak nabati cenderung lebih
mudah dihilangkan karena minyak nabati ini dengan mudah mengalami
reaksi saponifikasi dengan alkali.Sedangkan tinta yang berbahan
dasar resin dan dicetak dengan proses non-impact lebih sulit
dihilangkan dari serat.2.3. Deinking Konvensional Proses deinking
konvensional, bahan kimia deinking ditambahkan langsung pada saat
proses penguraian serat. Bahan kimia yang digunakan pada proses
deinking di pulper pada umumnya adalah natrium hidroksida, hidrogen
peroksida, chelating agents, natrium silikat, dan surfaktan. Jumlah
atau dosis dari tiap bahan kimia berbeda-beda tergantung pada bahan
baku yang digunakan. (Auhorn, 2006) Berdasarkan kombinasi kertas
daur ulang yang digunakan dan jenis pulp hasil deinking yang
diinginkan proses deinking dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
deinking dengan metoda flotasi dan metoda pencucian, dimana proses
penghilangan tinta umumnya didasarkan atas ukuran partikel yang
akan dihilangkan, berdasarkan mekanisme ini efektifitas metoda
pencucian dapat ditingkatkan dengan penggunaan surfaktan yang akan
mengefektifkan proses pelepasan partikel tinta dari permukaan
serat. Itulah sebabnya surfaktan jenis hidrofil ( nilai HLB tinggi)
biasanya digunakan pada proses ini. Proses deinking menggunakan
metode flotasi, tinta yang telah terlepas dari permukaan serat
harus terdispersi untuk menghindari redeposisi, sehingga yang
berpengaruh dalam metode ini adalah kombinasi dari ukuran partikel
dan energi permukaan. Ukuran partikel yang optimum berkisar antara
50-150 mikrometer, sehingga seringkali pada proses ini ditambahkan
zat aglomerasi. Selain ukuran partikel yang optimum sifat dari
aglomerat juga sangat menentukan, dimana diharapkan pada metode ini
aglomerat yang terbentuk harus lebih bersifat hidrofob dibandingkan
dengan metode pencucian, agar aglomerat tersebut dapat stabil dan
terbawa oleh gelembung udara.
2.4 Biodeinking
Bio-deinking merupakan suatu proses deinking kertas bekas
menggunakan enzim untuk menggantikan bahan kimia pada proses
deinking konvensional. Enzim-enzim yang berguna dalam proses
deinking adalah lipase, esterase, pektinase, hemiselulase, selulase
dan enzim ligninolitik. Proses deinking melibatkan proses pelepasan
partikel tinta dari permukaan serat yang kemudian memisahkan tinta
yang sudah terdispersi dengan suspensi serat dengan cara pencucian
atau pun proses flotasi. Proses deinking yang melibatkan enzim
diperoleh dengan cara menyerang partikel tinta dan permukaan serat.
Lipase dan esterase dapat mendegradasi tinta-tinta yang berbahan
dasar minyak , sedangkan pektinase, selulase dan hemiselulase dapat
menyerang permukaan serat sehingga memudahkan pelepasan tinta dari
permukaan serat. Mekanisme dari kerja enzim dalam proses deinking
adalah:a. Enzim menghidrolisis dan mendepolimerisasi selulosa antar
serat, sehingga dapat memisahkan antar serat yang satu dengan yang
lain.
b. Enzim memperlemah ikatan antar serat dengan cara meningkatkan
fibrilasi atau menghilangkan lapisan permukaan dari serat
individu.c. Enzim menimbulkan efek pengelupasan pada permukaan
serat sehingga memudahkan proses pemisahan partikel tinta dari
serat.d. Enzim mengakibatkan penghilangan mikrofibril dan fines,
sehingga meningkatkan freeness yang berdampak positif pada proses
pencucian atau flotasi.2.5 Enzim
Enzim merupakan suatu protein yang dihasilkan dari organisme
hidup dan berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat suatu reaksi.
Enzim yang sering digunakan di industri pulp dan kertas adalah
amilase, lipase, esterase, pektinase, hemiselulase, selulase dan
enzim-enzim ligninolitik.Aplikasi enzimatik dalam industri pulp dan
kertas telah berkembang sejak awal 1980, dengan diperkenalkannya
penggunaan xilanase pada proses pemutihan pulp. Pada proses
deinking penggunaan enzim pada prinsipnya terdiri dari dua metode,
yaitu hidrolisa dari zat pembawa tinta dengan menggunakan enzim
lipase, kemudian yang kedua adalah hidrolisa karbohidrat (serat)
sehingga partikel tinta mudah terlepas dari permukaan serat,
menggunakan enzim amylase, selulase, xilanase, maupun
pektinase.
Gambar 2.3 Diagram skematik proses deinking dengan enzimEnzim
-amilase bekerja dengan cara mengkatalis hidrolisis ikatan 1,4
-D-glikosidik dalam suatu polisakarida menghasilkan gula dengan
rantai lebih pendek dan larut dalam air. Enzim -amilase dapat
diperoleh dari sejenis tumbuh-tumbuhan dan biji-bijian untuk
membuat bir, dari jamur, dari pankreas binatang dan dari bakteri
Bacilus subtilis dengan substrat Thermonospora yang diambil dari
kompos. Enzim selulase bekerja dengan cara memecah ikatan
1,4-glikosidik pada selulosa.Enzim ini dihasilkan dari fermentasi
jamur Tricoderma reesei, mekanisme kerja enzim selulase pada proses
deinking diperkirakan sebagai berikut: Memutuskan ikatan serat dan
mendegradasi serat, Memflokulasikan dan menghidrolisa serat halus
(fines).BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1. Bahan dan Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah flotasi
cell, hidrapulper, penangas dan termometer. Bahan-bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kertas bekas, -amilase 0,5%,
Lipase 0,25%, selulase 1,0%, kolektor 0,6 %, DTPA 0,2 %, NaOH 1 %,
Na2SiO3 2,5 % dan H2O2 1 %.3.2. Metode Percobaan
3.2.1. Proses BiodeinkingKertas bekas campuran direndam selama
10 menit. Kemudian direpulping dalam hidrapulper pada konsistensi
6% hingga mencapai derajat kebebasan 300 + 20 csf. Selanjutnya stok
dipanaskan sampai temperatur 50 0C dan diatur pH 7, kemudian
ditambahkan enzim dengan variasi komposisi : -amilase 0,5%, Lipase
0,25%, -amilase 0,5%, Lipase 0,5%, Lipase 0,25%, selulase 1,0%,
Lipase 0,5%, selulase 1,0%. Kemudian dibiarkan bereaksi selama 30
menit untuk memberi kesempatan enzim mendegradasi permukaan serat.
Selanjutnya diinaktifasi pada temperatur 95 0C selama 10 menit
untuk menghentikan aktifitas enzim. Stok diencerkan sampai
konsistensi 0,8 %. Kemudian ditambahkan kolektor 0,6 % dan DTPA 0,2
% terhadap berat kering serat, dilanjutkan dengan proses flotasi
menggunakan alat flotasi cell selama 20 menit untuk memisahkan
partikel tinta dari serat. Setelah proses flotasi selesai, stok
dicuci sampai pH netral.
3.2.2. Proses Deinking KonvensionalBahan baku kertas bekas salut
bekas direndam selama 10 menit, kemudian ditambahkan NaOH 1 %,
Na2SiO3 2,5 % dan H2O2 1 % (persen terhadap berat kering serat) ,
direpulping dalam hidrapulper pada konsistensi 6% hingga mencapai
derajat kebebasan 300 + 20 csf. Stok diencerkan sampai konsistensi
0,8% kemudian ditambahkan kolektor sebanyak 0,25% dan DTPA 0,2%
terhadap berat kering serat, dilanjutkan dengan proses flotasi
menggunakan alat flotasi cell selama 20 menit untuk memisahkan
partikel tinta dari serat. Setelah proses flotasi selesai stok
dicuci sampai pH netral.3.2.3. Pembuatan Lembaran dan Pengujian
Sifat LembaranStok hasil flotasi atau deinked pulp dari proses
biodeinking dan konvensional masing-masing dibuat lembaran tangan
dengan gramatur 70 g/m menurut SNI 14-0489-1989.
3.2.4. Pengujian Sifat Fisik LembaranTerhadap lembaran yang
dihasilkan dilakukan pengujian sebagai berikut: Derajat putih ,
dilakukan sesuai dengan SNI 14-4733-1998, Opasitas , dilakukan
sesuai dengan SNI 14-4738-1998, ERIC (effective residual ink
concentration), dilakukan sesuai dengan TAPPI T567 om-04, Ketahanan
tarik, dilakukan sesuai dengan SNI 14-4737-1998, Ketahanan retak,
dilakukan sesuai dengan SNI 14-1442-1998, Ketahanan sobek,
dilakukan sesuai dengan SNI 14-0436-1989, Porositas dan kelicinan,
dilakukan sesuai dengan SNI 14-0932-1998.BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil PenelitianHasil pengujian
lembaran kertas dari hasil proses biodeinking dengan enzim
-amilase, lipase dan selulase serta hasil dari proses deinking
konvensional adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Uji Lembaran Kertas Hasil Deinking
NoParameterSatuanHasil UjiMetode
12345
1Derajat putih%58.4162.8062.7051.7354.17SNI 14-4733-1998
2Opasitas%99.1598.3597.1496.8196.96SNI 14-4738-1998
3Noda (ERIC)ppm458.10212.37210.12332.04267.07TAPPI T 567
om-04
4Indeks tarikNm/g33.2235.8435.6029.8730.52SNI 14-4737-1998
5Indeks retakkN/g1.531.601.761.471.50SNI 14-1442-1998
6Indeks sobekmN.m/g8.558.268.856.335.95SNI 14-4737-1998
7KekasaranmL/menit106491076511171213SNI 14-0932-1998
8PorositasmL/menit855725103518232028SNI 14-0932-1998
Keterangan
1. Proses deinking konvensional
2. Proses biodeinking -amilase 0,5% - Lipase 0,25%
3. Proses biodeinking -amilase 0,5% - Lipase 0,5%
4. Proses biodeinking Lipase 0,25% - Selulase 1,0%
5. Proses biodeinking Lipase 0,5% - Selulase 1,0%4.2
Pembahasan4.2.1 Analisis Sifat optik lembaran kertas4.2.1.1 Derajat
putih
Tabel 4.1 dibuat grafik hubungan antara proses deinking dengan
nilai derajat putih, yang tertera pada gambar 4.1 berikut:
Grafik 4.1 Hubungan proses deinking dengan nilai derajat
putih
Grafik 4.1. memperlihatkan penggunaan enzim -amilase dan lipase
dapat meningkatkan derajat putih dibandingkan dengan proses
deinking konvensional. Hal ini diakibatkan meningkatnya efektifitas
pelepasan tinta karena sifat -amilase yang mendegradasi lapisan
pati yang terdapat pada sizing dan salut kertas, sebagai tempat
menempelnya partikel tinta. Sedangkan pada penggunaan enzim lipase
dan selulase nilai derajat putih mengalami sedikit penurunan,
dibandingkan dengan proses deinking metode konvensional, karena
belum terdegradasinya lapisan sizing dan salut pada kertas,
sehingga partikel tinta tidak dapat secara sempurna terlepas dari
permukaan serat.
4.2.1.2 OpasitasDari tabel 4.1 dapat dibuat suatu grafik
hubungan antara opasitas dengan proses deinking.
Grafik 4.2 Hubungan antara opasitas dengan proses deinking
Grafik 4.2 bahwa penambahan enzim pada proses deinking
mengakibatkan penurunan nilai opasitas lembaran dibandingkan dengan
proses deinking konvensional. Hal ini diakibatkan karena
serat-serat halus pada larutan stok terdegradasi oleh enzim menjadi
monosakarida yang larut dalam air, sehingga mengurangi partikel
partikel serat yang dapat memantulkan cahaya, hal ini mengakibatkan
nilai opasitas lembaran menurun.
4.2.1.3 Noda (ERIC)
Menurut TAPPI T 67 om-04 ERIC atau effective residual ink
concentration adalah rasio koefisien absorbs pulp atau kertas yang
mengandung tinta terhadap koefisien absorbsi tinta itu sendiri,
ditentukan pada panjang gelombang 950 nm, dan hasilnya dinyatakan
dalam ppm atau part per million, dari tabel 4.1 dibuat grafik
hubungan nilai ERIC dengan proses deinking yang dilakukan.
Grafik 4.3 Hubungan antara ERIC dengan proses deinking
Grafik 4.3 memperlihatkan bahwa jumlah tinta yang tersisa dalam
lembaran (noda) setelah proses deinking mengalami penurunan yang
signifikan, menunjukan bahwa enzim berdampak positif terhadap
kinerja deinking. Penurunan ERIC tertinggi dicapai pada penggunaan
enzim -amilase dan lipase, hal ini diakibatkan oleh terdegradasinya
lapisan pati pada sizing oleh enzim -amilase dan bahan salut pada
kertas oleh lipase, sehingga memudahkan proses pelepasan partikel
tinta pada saat flotasi. Sedangkan pada penggunaan enzim selulase
dan lipase nilai ERIC nya lebih tinggi dibandingkan dengan enzim
-amilase dan lipase, karena tidak adanya enzim yang mendegradasi
lapisan pati pada bahan sizing kertas.4.2.2 Sifat fisik lembaran
kertas
4.2.2.1 Ketahanan tarik
Dari data diperoleh hubungan antara ketahanan tarik pada
berbagai kondisi deinking
Grafik 4.4 Hubungan indeks tarik dengan proses deinking
Gambar 4.4 memperlihatkan penggunaan enzim -amilase - lipase
dapat meningkatkan kekuatan tarik jika dibandingkan dengan proses
deinking konvensional dan enzim selulase lipase. Hal ini disebabkan
karena -amilase lipase yang hanya memberikan efek pengelupasan pada
permukaan serat tanpa mendegradasi serat-serat panjang, sehingga
kekuatan tetap terjaga. Sedangkan pada penggunaan deinking
konvensional penggunaan NaOH mengakibatkan terdegradasinya
serat-serat panjang sehingga menurunkan kekuatan kertas, hal yang
sama juga terjadi pada proses deinking menggunakan lipase-selulase,
dimana enzim selulase akan mendegradasi serat selulosa menjadi
unit-unit yang lebih pendek.
4.2.2.2 Ketahanan Retak Grafik 4.5 Hubungan indeks retak dengan
proses deinking
Grafik 4.5 memperlihatkan proses deinking menggunakan enzim
-amilase-lipase menghasilkan lembaran dengan nilai ketahanan retak
yang lebih tinggi dibandingkan dengan proses deinking menggunakan
metode konvensional maupun enzim lipase-selulase, ini disebabkan
oleh faktor yang sama yang terjadi pada ketahanan tarik.
4.2.2.3 Ketahanan SobekTabel 4.1 grafik hubungan antara indeks
sobek dari lembaran yang dihasilkan dengan proses deinking.
Grafik 4.6 Hubungan antar indeks sobek dengan proses
deinking
Grafik 4.6 memperlihatkan penggunaan enzim lipase-selulase
terjadi penurunan nilai indeks sobek dibandingkan dengan metode
konvensional dan deinking dengan penggunaan -amilase - lipase. Hal
ini diduga terurainya serat selulosa oleh selulase sehingga
menurunkan kekuatan serat tersebut.
4.2.3 Sifat Cetak Lembaran Kertas (Kekasaran dan Porositas)
Sifat kekasaran dan porositas sangat penting untuk proses cetak,
dimana kertas untuk keperluan cetak printing memerlukan nilai
kekasaran yang rendah, sedangkan kertas yang akan dicetak oleh
metode non-impact memerlukan nilai kekasaran yang lebih tinggi.
Grafik 4.7 Hubungan antara kekasaran-porositas dengan proses
deinkingGrafik 4.7. memperlihatkan penggunaan enzim -amilase lipase
akan menurunkan nilai kekasaran, sedangkan biodeinking dengan enzim
lipase selulase akan menaikan nilai kekasaran, ini menunjukan pada
proses konvensional dan biodeinking dengan lipase selulase akan
mendegradasi serat-serat halus, sehingga akan terjadi ruang kosong
antar struktur jaringan serat sehingga meningkatkan nilai
kekasaran. Sedangkan pada nilai porositas lembaran, peningkatan
konsentrasi enzim dapat meningkatkan porositas lembaran, karena
terdegradasinya serat-serat halus. Hal ini mengakibatkan struktur
jaringan serat pada lembaran menjadi lebih terbuka.BAB V
PENUTUP
5.1 KesimpulanBerdasarkan data hasil penelitian dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut: Penggunaan enzim -amilase-lipase akan
menaikan nilai derajat putih, dan sifat fisik lembaran serta
menurunkan nilai opasitas dan ERIC dibandingkan dengan metode
deinking konvensional. Pemakaian enzim lipase-selulase
mengakibatkan penurunan sifat optis, sifat fisik dan meningkatkan
porositas dan kekasaran lembaran, jika dibandingkan dengan metode
deinking konvensional, dan secara keseluruhan proses biodeinking
dengan penggunaan -amilase 0,5% - Lipase 0,25% memberikan hasil
terbaik untuk proses biodeinking kertas salut bekas.DAFTAR
PUSTAKAAltieri, A.M., dan Wendell Jr.J.W.; 1969; Deinking: Control
secondary fiber structural board coating, 2nd ed. Vol.II; USA;
McGraw- Hill Book Co.
Auhorn, W.J.; 2006; Chemical additives; Handbook of paper and
board ;H. Holik (Ed.); Wiley Vch Verlag GmbH & Co.KGaA;
Weinheim.Bierman J.C.; 1996; Handbook of pulping and paper making,
2nd ed; Academic press London.
Casey, James P;1981; Pulp and paper Chemistry and chemical
technology; 3rd ed.;John Wiley & Sons; Newyork.
Hannuksela, T., dkk.; Deinking Chemistry; diunduh dari
http://www.cost-e46.eu.org/files/Deinking%20primer/Deinking%20Chemistry-
ISO 4046.
Holik H.,; 2006; Handbook of Paper and Board;
Germany;Wiley-Vch.J.C. Roberts; 1996; Chemistry of Paper; The Royal
Society of Chemistry, Thomas Graham House; Cambridge, UK.
Lassus, A.; 2000; Deinking chemistry; Papermaking Science and
Technology; Book 7; Recycled Fiber and Deinking; Gttsching, L. and
Pakarinen, H. (Eds.); Jyvskyl, Finland, Fapet Oy.
Lund, F.H., 2001. Recycling handbook.2nd ed. P.11.1.Prasad,
D.Y., Heitmann, J.A., dan Joyce, T.W.; 1993; Progr.Paper Recycling
I (3);21.
Pathak Puneet, et all.; 2010; Enzymatic deinking of office waste
paper an overview; IPPTA Journal Vol.22; No.2 April-June.
Pratima Bajpai and Pramod K.B.; 1998; Deinking with Enzyme: A
Review, TAPPI Journal, 81:12,111.Rismijana J., Iin Naomi I., and
Tutus P; 2002; Penggunaan selulase-hemiselulase pada proses
deinking kertas koran bekas; Berita Selulosa, Vol 38 , No.3-4;
44-50.KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah
enzimologi tentang Proses deinking kertas salut bekas secara
enzimatis menggunakan -amilase,selulase dan lipase.Dalam kesempatan
ini kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Yth
:1.Ibu Dian Riana Ningsih,M.Si selaku dosen mata kuliah
enzimologi2.Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun
materi3. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam
penyusunan makalah iniAkhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh
dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun
penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna
menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di
masa yang akan datang.Purwokerto,24 Desember 2014
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iDAFTAR ISI ...... iiBAB I PENDAHULUAN....
11.1 LATAR BELAKANG.... 11.2 RUMUSAN MASALAH ... 21.3 TUJUAN
PENELITIAN. 2BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. 3BAB III METODOLOGI
PENELITIAN. 8BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.. 10BAB V PENUTUP.......
16
5.1 KESIMPULAN .. 16DAFTAR PUSTAKA .. 17
ii EMBED Word.Picture.8
Partikel tinta terlepas dengan serat pendek
Serat hasil deinking
Enzim memutuskan ikatan
Partikel tinta dalam serat selulosa
_1444810730.doc