-
MAKALAH COLLABORATIVE LEARNING
MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU, KELOMPOK, DAN MASYARAKAT
Dibuat oleh :
Kelompok Home Group 5
Aghnia Oktaviany 1306367473
Devi Permata 1306370884
Hafizhah Fadhilla 1306447606
Lisa Christie Lopes S. 1306412994
Mukhammad Al Amin 1306402886
Rahmad Irvan 1306367454
Vina Damayanti 1306370865
BUKU AJAR II
MATAKULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN TERINTEGRASI A
PROGRAM PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN PERGURUAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2013
-
ABSTRAK
Manusia memiliki kodrat sebagai makhluk individu, sosial serta
makhluk
budaya. Manusia dapat dikenali dan dipahami secara individual
atau personal dan
juga sebagai bagian kelompok. Sebagai makhluk sosial, manusia
memiliki naluri
untuk hidup secara berkelompok, dan dalam hidup berkelompok
dibutuhkan
adanya interaksi satu sama lain. Karena terdapat keberagaman
disetiap individu,
manusia dituntut untuk dapat membuat pola interaksi dan
komunikasi yang baik
agar terhindar dari perbedaan yang dapat menyebabkan konflik.
Memahami seluk
beluk komunikasi akan membantu individu dalam berkomunikasi
dengan anggota
kelompoknya dan dapat membangun kelompok yang efektif. Dalam
interaksinya,
anggota kelompok merupakan satu kesatuan yang mampu menghasilkan
serta
mengembangkan kebudayaan. Kebudayaan merupakan produk akal budi
manusia
sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian, tidak ada satu
masyarakat pun
yang tidak memiliki kebudayaan.
Kata Kunci : individu; kebudayaan; kelompok; manusia;
masyarakat.
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan satu-satunya spesies makhluk hidup yang
memiliki
keistimewaan dibandingkan dengan spesies lainnya. Keistimewaan
tersebut
berupa akal budi dan kebebasan yang dibekali oleh Sang Pencipta.
Keistimewaan
tersebut tentunya juga menghadirkan konsekuensi-konsekuensi
tertentu pada
setiap aspek kehidupan manusia.
Dalam kehidupannya, manusia tidak hanya berperan sebagai
makhluk
individu, tetapi juga sebagai makhluk sosial yang senantiasa
membutuhkan
kehadiran individu lain. Perbedaan sifat manusia sebagai makhluk
individu dan
sosial sangat berkaitan dengan kepribadian dan fungsi biologis
dari manusia itu
sendiri. Keunikan kepribadian dan fungsi biologis manusia mampu
membentuk
suatu kelompok-kelompok sosial yang berbudaya dan berujung pada
suatu
peradaban yang lebih maju. Kemampuan manusia tersebut dapat
tercipta karena
adanya tuntutan kebutuhan hidup yang kuat. Kehadiran individu
lain dalam
kehidupan manusia dinilai mampu menjawab tuntutan-tuntutan yang
ada dengan
cara interaksi yang terjadi antarindividu. Interaksi tersebut
berupa suatu
komunikasi yang dinamis sehingga terjadi pembentukan relasi
antarmanusia yang
kompleks. Kompleksitas yang muncul merupakan akibat dari sifat
manusia yang
unik. Keunikan manusia ini dikarenakan adanya perbedaan antara
manusia yang
satu dengan lainnya.
Manusia juga memiliki kemampuan beradaptasi dengan
lingkungannya.
Hasil adaptasi tersebut dapat berupa kebudayaan yang terbentuk
melalui
serangkaian proses. Peran kebudayaan tersebut menjadi penting
dalam
perkembangan pribadi manusia sebagai bagian dari masyarakat.
1
-
1.2 Rumusan Masalah
Apa pengertian manusia dan perbedaan apa saja yang terdapat pada
individu?
Apa peran manusia di dalam kelompok?
Bagaimana tahap tahap perkembangan kelompok?
Apa yang dibutuhkan dalam membentuk suatu kelompok yang
efektif?
Apa peran manusia didalam masyarakat?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk :
Memahami pengertian manusia dan berbagai macam perbedaan pada
setiap
individu.
Mengetahui fungsi otak dan jenis-jenis kecerdasan.
Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan pada setiap
individu
dalam kehidupan sosial.
Mengetahui pentingnya interaksi dan komunikasi dalam kehidupan
sosial dan
budaya.
Memahami konsep masyarakat serta kebudayaan didalamnya
Mengetahui pengertian, fungsi, pembentukan, dan bentuk
masyarakat
2
-
BAB II
ISI
2.1 Manusia
Manusia merupakan makhluk sempurna yang diciptakan oleh
Tuhan.
Salah satu pendukung kesempurnaan tersebut adalah karena
kecerdasan otak yang
dimiliki oleh manusia. Otak memiliki banyak fungsi yang membuat
manusia
menjadi unggul dibandingkan dengan makhluk lainnya.
2.1.1 Otak Manusia
Otak manusia berevolusi dalam tiga periode besar yang membentuk
tiga
buah lapisan yang kemudian disebut sebagai tiga serangkai otak.
Tiga serangkai
otak terdiri atas R-complex (lapisan yang paling tua), Limbic
System, dan
Neocortex. Ketiga lapisan tersebut memiliki karakter dan fungsi
yang berbeda,
tetapi saling berkaitan satu sama lain dalam menentukan perilaku
manusia.
Lapisan R-complex terdiri atas batang otak dan cerebellum.
R-complex
juga dikenal sebagai otak reptil, karena pada reptilian otak ini
bersifat dominan.
Fungsinya sangat vital dan bersifat reflektif, seperti pengatur
involunter dari
jantung, peredaran darah, reproduksi, dan sebagainya yang
dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup makhluk maupun spesiesnya. Otak reptil
juga
bertanggungjawab bagi pola perilaku khas bawaan yang penting
bagi pertahanan
diri seperti tempur atau kabur (fight or flight).
Limbic System merupakan bagian yang berkembang setelah otak
reptil.
Sistem limbik memegang peranan penting dalam emosi, motivasi,
pemelajaran,
dan memori. Sistem limbik yang terdapat pada otak mamalia (otak
yang
berkembang pada awal masa evolusi mamalia) terdiri atas dua
struktur penting,
yaitu Amygdala dan Hippocampus. Amygdala berfungsi sebagai
pengidentifikasi
3
-
rangsangan yang diberikan pada manusia. Hippocampus berperan
penting dalam
mengintegrasikan berbagai rangsangan, membantu membangun ingatan
jangka
panjang dan daerah sekitarnya berperan penting dalam membentuk
ingatan
mengenai fakta-fakta walaupun hanya mengalami sekali saja.
Neocortex merupakan lapisan teratas yang mengelilingi otak
mamalia. Luas
lapisan ini menentukan banyaknya syaraf dan kompleksitas
hubungan antarsyaraf
yang berkaitan dengan kemmapuan berpikir. Neocortex
mengendalikan
keterampilan berpikir tingkat tinggi, nalar, pembicaraan, dan
berbagai tipe
kecerdasan lainnya. Oleh karena itu, bagian ini sering disebut
sebagai otak
berpikir.
Otak manusia juga terdiri atas dua belahan, yaitu belahan otak
kanan dan
belahan otak kiri. Kedua belahan tersebut bekerja dalam
mengendalikan hemisfer
tubuh secara silang. Belahan otak kiri bersifat kaku dan
sistemastis sehingga
belahan tersebut memiliki spesialisasi dalam menghadapi masalah
sekuensial,
analitikal, bahasa lisan, operasi aritmatika, penalaran, dan
operasi rutin. Belahan
otak kanan bersifat bebas dan kreatif sehingga belahan tersebut
berperan
dominan dalam mengahadapi masalah holistik, abstrak, bahasa
tubuh, pencerahan,
dan operasi baru. Hasil fungsi yang seimbang dari kedua belahan
otak tersebut
dapat disebut sebagai kreativitas yang mampu sampai pada suatu
inovasi yang
besar.
2.1.2 Kecerdasan Manusia
Fungsi otak berkaitan dengan kecerdasan manusia. Kecerdasan
manusia
terbagi dalam tiga jenis, yaitu intelegensi dan IQ, kecerdasan
emosional, dan
kecerdasan spiritual.
Intelegensi merupakan kemampuan kognitif dalam memecahkan
suatu
masalah dan beradaptasi terhadap tuntutan lingkungan yang
dipelajari dari
4
-
pengalaman. Hasil pengukuran intelegensi disebut sebagai IQ
(Intelligence
Quotient).
Kecerdasan emosional merupakan kecerdasan yang mendukung
fungsi
intelegensi untuk berfungsi secara optimal. Terdapat lima domain
dalam
kecerdasan emosional, yaitu memahami emosinya sendiri,
mengendalikan emosi,
memotivasi diri sendiri, memahami emosi orang lain, dan
menangani hubungan
dengan orang lain.
Kecerdasan spiritual muncul karena adanya sifat transendental
dalam diri
manusia. Kecerdasan ini sering berkaitan dengan kehidupan
keagamaan walaupun
tidak identik dengan keberagamaan.
Berkaitan dengan kecerdasan spiritual, terdapat bagian dalam
benak
manusia yang berkaitan sangat erat dengan pengalaman spiritual
yang disebut
sebagai Titik Tuhan. Bagian ini terletak pada lobus temporal
otak yang menjadi
aktif ketika manusia sedang berpikir transendental.
2.1.3 Perbedaan Individu
Dalam kehidupan, manusia memiliki kecenderungan untuk hidup
berkelompok dengan manusia lainnya. Dalam hidup berkelompok ini
manusia
saling berinteraksi. Kegiatan interaksi ini akan menjadi lebih
efektif bila manusia
tersebut mampu memahami dirinya sendiri dan orang yang
dihadapi.
Memahami diri adalah memahami ciri ciri kepribadian yang
dapat
mempengaruhi sikap, kecenderungan, dan perilaku. Di samping itu,
memahami
diri dapat membantu dalam menangani maupun mengembangkan diri
sehingga
tercapai peningkatan kualitas kemanusiaan, yaitu kepeminpinan,
motivasi, empati,
dan lain sebagainya. Ada berbagai teori kepribadian yang
berusaha membangun
pemahaman mengenai keanekaragaman individu. Salah satunya adalah
teori
kepribadian Myers Briggs.
5
-
Melalui penelitian yang panjang serta berkala, Myers dan
Briggs
membangun sebuah instrumen test MBTI (Myers Briggs Type
Indicator) yang
mengukur tipe psikologi seseorang. MBTI ini mengidentifikasi
dan
mengkategorisasi kecenderungan perilaku individu dalam empat
dimensi, yaitu:
a. (E) Ekstraversion / Introversion (I)
Dimensi pertama ini membahas mengenai bagaiman individu
berinteraksi dengan dunia dan darimana asal energi yang
dimilikinya.
Seorang dengan tipe Ekstravert lebih tertarik dengan objek di
luar dirinya.
Umumnya mereka senang bergaul, bekerja dalam kelompok, dan
berada
dalam keramaian.
b. (S) Sensing / Intuition (N)
Dimensi ini membicarakan jeis informasi yang mudah ditangkap
oleh seseorang. Ada orang yang lebih mudah menangkap informasi
melalui
panca inderanya. Ada pula orang yang lebih tertarik pada arti
sebuah fakta
dibandingkan fakta faktanya sendiri. Orng orang yang
memiliki
kecenderungan sensing disebut sensors dan dalam MBTI ditulis
dengan
inisial S, dan yang intuisi disebut intuitives dengan inisial
N.
c. (T) Thingking / Feeling (F)
Dimensi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan. Individu
yang
memiliki kecenderungan thinking biasa disebut thinkers. Mereka
bisa
berfikir panjang sebelum mengambil keputusan.
d. (J) Judging / Perceiving (P)
Dimensi keempat ini membahas mengenai gaya hidup. Ada orang
yang lebih suka hidup dengan cara yang teratur, ada pula yang
spontan.
Orang yang termasuk judging disebut judger. Sedangkan mereka
yang
memiliki kecenderungan perceiving biasa disebut perceivers,
lebih suka
hidup secara spontan dan menyukai kehidupan yang luwes.
Setelah megetahui keempat dasar kecenderungan dapat
ditemukan
6
-
tempramen dari setiap individu. Tempramen dapat dijelaskan
sebagai sebuah
pola dari perilaku karakteristik yang merefleksikan
kecenderungan
kecenderungan alamiah dari individu. Dengan menetapkan ciri
dominan
dari masing masing dimensi, akan didapatkan tipe tempramen
dari
individu, dengan 16 kombinasi, yaitu:
Guardians/Tradisionalists (SJ) : ESTJ ISTJ ESFJ ISFJ
Artisans/Experiencers (SP) : ESTP ISTP ESFP ISFP
Idealists (NF): ENFJ INFJ ENFP INFP
Rationals /Conceptualizers (NT): ENTJ INTJ ENTP INTP
Macam macam kombinasi tersebut, dikelompokkan kedalam empat
kelompok besar. Kelompok tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pembimbing /Tradisionalists (Sensing Judgers)
Kaum sensors percaya pada fakta, data yang telah terbukti,
pengalaman masa lalu, serta informasi yang ditangkap oleh
pancaindera;
sedangkan Judgers menyukai struktur serta keteraturan; satu hal
yang akan
mempengaruhinya saat mengambil keputusan. Apabila keduanya
digabung,
kedua preferensi ini menghasilkan Sensing Judger, yakni sebuah
tipe pribadi
yang menapak bumi dan tegas yang disebut sebagai Pembimbing
/Tradisionalis.
b. Artis/Eksperiencers (Sensing Perceivers)
Sensors berkonsentrasi pada apa yang dilihat, didengar,
diraba,
dicium, dikecap, dan percaya pada apa yang dapat diukur serta
dicatat.
Perceivers terbuka pada berbagai kemungkinan dan suka hidup
secara luwes.
Apabila digabung, kedua preferensi ini menghasilkan Sensing
Perceivers
sebuah tipe individu yang responsif dan spontan, yang disebut
tempramen
Artis/Experiencers .
c. Idealist (Intuitive Feelers)
Kaum intuitif adalah orang orang yang tertarik pada arti,
hubungan,
7
-
kemungkinan- kemungkinan, dan Feelers cenderung memnuat
keputusan
berdasarkan nilai pribadi. Apabila digabung, kedua preferensi
ini
menghasilkan Intuitive Feeler, tipe yang peduli terhadap tumbuh
kembang
orang lain dan memahami dirinya maupun orang lain. Mereka
biasa
disebut sebagai idealis.
d. Rasional /Conseptualist
Intuitif cenderung mencari arti dari segala sesuatu dan fokus
pada
implikasinya, sedangkan thinkers mengambil keputusan secara
impersonal
dan logis. Jika keduanya disatukan, kedua prefensi ini
menghasilkan
intuitive thinker, sebuah tipe yang intelektual dan kompeten
yang disebut
rasional/Konseptualis.
Memahami segala segi dari manusia seperti kemampuannya,
faktor
faktor yang mempengaruhi dirinya, termasuk tipe kepribadiannya
akan dapat
membantu individu dalam memahami dan merencanakan pengembangan
dirinya.
Di samping itu, pengetahuan tersebut dapat membantu individu
dalam menjalin
hubungan antar individu yang harmonis dan efektif karena pada
dasarnya
manusia , selain makhluk individu, ia juga adalah makhluk sosial
yang memiliki
kecenderuangan kuat untuk hidup bersama orang lain. Tanpa
kehidupan sosial,
tampaknya sulit mengharapkan individu dapat berkembang
sepenuhnya, sehingga
ada ungkapan manusia hanya bisa menjadi manusia bila ia hidup
bersama
manusia lain.
2.2 Manusia sebagai Makhluk Individu dan Kelompok
Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan untuk hidup
secara
berkelompok atau bersama-sama. Dalam hidup berkelompok
dibutuhkan adanya
interaksi yang sesuai berdasarkan aturan atau norma guna
mengatur kehidupan
kelompok tersebut. Pembelajaran mengenai individu dan kelompok
diantaranya
8
-
terbagi menjadi tahap perkembangan kelompok, kelompok formal dan
kelompok
informal, tipe kelompok berdasarkan efektivitasnya, dan peran
persepsi dalam
hubungan antarpribadi.
2.2.1 Tahap Perkembangan Kelompok
Tahap perkembangan kelompok, menurut Tuckman adalah kelompok
tumbuh dan berkembang melalui serangkaian tahapan yang terbagi
menjadi lima
tahap. Tahap pertama adalah Pembentukan (Forming), pada tahap
ini
masing-masing individu belum mengenal satu sama lain. Tahap
Perkembangan
memiliki tujuan agar setiap anggota dapat melakukan uji peran
kepemimpinan,
menemukan kesamaan dan perbedaan kepribadian, serta membuat
beberapa
pengungkapan awal dalam mencapai tujuan kelompok. Pada tahap
ini, anggota
dan pemimpin kelompok memiliki peran untuk memantapkan misi dan
tujuan,
mengatur jadwal kerja, mengenal satu sama lain, dan menetapkan
beberapa norma
awal untuk bekearja sama.
Tahap selanjutnya adalah Goncangan (Strotming), artinya kelompok
dalam
kondisi konflik dan kacau yang disebabkan karena belum
ditetapkannya cara
berkomunikasi mengenai perbedaan. Tahap ini dicirikan dengan
munculnya rasa
yang kurang antusias terhadap kelompoknya dan perasaan-perasaan
seperti
resistensi terhadap tugas atau pendekatan yang dilandasi oleh
kebencian,
kemarahan tentang peran dan tanggung jawab, dan adanya perubahan
sikap. Pada
tahap ini, anggota kelompok berperan untuk menahan diri,
mengembangkan
saluran komunikasi, dan membantu anggota lain agar terpusat pada
tugas bukan
pada perbedaan.
Tahap ketiga adalah Membangun Norma (Norming), di tahap ini
anggota
kelompok berusaha untuk menetapkan dan mematuhi pola perilaku
yang telah
disepakati serta dapat mencapai keselarasan agar tidak terjadi
konflik dan saling
9
-
percaya satu sama lain. Peran anggota kelompok dalam tahap ini
adalah
mendorong untuk mengambil tanggung jawab lebih untuk
keberhasilan kelompok
dan menetapkan tujuan yang menantang.
Setelah Tahap Membangun Norma adalah tahap Melakukan
(Performing).
Dalam tahap ini status anggota kelompok sudah stabil dan tugas
sudah jelas. Pusat
perhatian lebih kepada tujuan kelompok daripada tujuan individu
serta perubahan
diri yang kontruktif demi kebaikan kelompok. Anggota dan
pemimpin kelompok
berperan agar kelompok melanjutkan tujuan yang sudah tercapai
dan
mempertahankan kohesi dan moral agar tetap sukses.
Tahap yang terakhir adalah Penangguhan (Adjourning), di dalam
tahap ini
anggota atau pemimpin kelompok berperan untuk berusaha
mendiskusikan tugas
dengan membahas pelajaran yang diperoleh dan membahas cara
pemecahan
masalah.
2.2.2 Kelompok Formal dan Kelompok Informal
Setelah membahas mengenai tahap perkembangan kelompok akan
dibahas
mengenai perbedaan kelompok formal dan kelompok informal.
Kelompok formal
adalah kelompok yang memiliki struktur organisasi dengan baik
serta terdapat
peraturan tegas yang telah disepakati untuk mengatur hubungan
antaranggota.
Sedangkan kelompok informal adalah kelompok yang tidak memiliki
struktur dan
organisasi tertentu. Menurut hasil pengamatan, kelompok informal
muncul dari
adanya kelompok formal. Nilai dan norma yang terdapat pada
kelompok informal
dapat searah, berbeda, atau bertentangan dengan nilai yang
berlaku pada
organisasi formal.
Selanjutnya adalah pembahasan mengenai tipe kelompok
berdasarkan
efektivitasnya yang menurut Johnson dan Johnson dibedakan
menjadi empat
macam kelompok.
10
-
Yang pertama adalah kelompok Pseudo, kelompok yang
anggotanya
mendapat tugas untuk bekerja sama namun sebenarnya tidak
berminat utuk
melaksanakannya. Di dalam kelompok ini anggota kelompok saling
berbicara
namun sebenarnya mereka saling bersaing. Kelompok seperti ini
tidak akan
mencapai kematangan karena anggotanya tidak berminat dan tidak
komit pada
kelompoknya.
Kemudian adalah kelompok Tradisional, kelompok yang
anggotanya
berusaha untuk mendapatkan informasi dari yang lain tetapi tidak
bermotivasi
untuk membagi informasi pada anggota yang lain. Kelompok
Tradisional banyak
dijumpai pada kelas-kelas yang ditetapkan oleh guru dan
dosennya.
Kelompok selanjutnya adalah kelompok yang memilki ciri-ciri
lebih baik
dari kelompok sebelumnya, yaitu kelompok Efektif. Kelompok ini
memiliki
anggota yang komit dalam memaksimalkan keberhasilan dirinya
maupun anggota
yang lainnya. Karakteristik dari kelmpok ini adalah saling
bergantung secara
positif, komunikasi-dua-arah, dan mampu menyatukan para anggota
kelompok
untuk mencapai sasaran operasional yang jelas.
Yang terakhir adalah kelompok Kinerja-Tinggi, kelompok ini
memiliki
tingkat komitmen yang lebih tinggi tidak hanya kepercayaan
tetapi juga respek
satu sama lain. Namun sangat disayangkan jarang sekali ada
kelompok yang
mencapai tingkat perkembangan model ini.
2.2.3 Peran Persepsi dalam Hubungan Antarpribadi
Setelah dua pembahasan tersebut adalah pembahasan mengenai
peran
persepsi dalam hubungan antarpribadi. Persepsi adalah sebuah
proses
mengorganisasi dan menginterpretasikan informasi sehingga
menjadi berarti.
Beberapa faktor yang memengaruhi persepsi adalah karakteristik
dari individu
yang mempersepsi, karakteristik dari target, dan situasi.
Biasanya apa yang
11
-
pertama kali terlihat bergantung pada minat individu atau apa
yang lebih familier
bagi seseorang. Persepsi sangat memengaruhi keyakinan seseorang
dalam
menghadapi sesuatu dan dalam berkomunikasi satu sama lain.
2.2.4 Peran Komunikasi dalam Hubungan Antarpribadi
Manusia merupakan bentuk individu, namun selain itu ia
ditakdirkan
sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki
kebutuhan
yang besar untuk hidup bersama dalam suatu kelompok sehingga
dapat
mengembangkan rasa serta sifat kemanusiannya.
Kelompok merupakan sekumpulan individu yang memiliki tujuan
bersama
dan berinteraksi atau berkomunikasi satu sama lain, agar tujuan
bersamanya dapat
tercapai. Kelompok efektif adalah kelompok yang individu
individu di
dalamnya menjalankan komitmen mereka untuk dapat
memaksimalkan
keberhasilannya secara keseluruhan.
Suatu kelompok, dapat menjadi kelompok yang efektif apabila
telah
melakukan tiga hal, yaitu mencapai sasaran, mempertahankan
hubungan baik
antaranggota, dan menyesuaikan diri terhadap kondisi yang
berubah dari
lingkungannya. Suatu kelompok dapat menjadi kelompok yang
efektif apabila
didalamnya terdapat kepemimpinan yang efektif pula. Kepemimpinan
sendiri
merupakan suatu proses pengaruh sosial untuk memindahkan
individu dan
kelompok menuju pencapaian tujuan tertentu. Dalam proses
kepemimpinan,
diperlukan kepemimpinan yang efektif agar tujuan bersama dapat
dicapai.
Kepemimpinan yang efektif memiliki beberapa karakteristik, yakni
:
tertantang pada proses, menginspirasi visi bersama secara jelas,
memungkinkan
orang lain untuk bertindak, menjadi model bagi fungsi dari suatu
kelompok, serta
mendorong berkembangnya semangat kebersamaan. Untuk mewujudkan
hal
tersebut, seorang pemimpin harus memiliki komunikasi yang
baik.
12
-
Menurut Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter (2011),
komunikasi
merupakan proses menggunakan pesan untuk menghasilkan suatu
makna. Dalam
menjalankan komunikasi terdapat beberapa komponen didalamnya.
Adapun
komponen komponen tersebut terdiri atas pengirim atau
komunikator, penerima
atau komunikate, pesan, kode, saluran atau media, umpan balik,
encoding dan
decoding, serta kebisingan.
Komunikasi memiliki berbagai jenis, namun diklasifikasikan
kedalam
empat jenis dasar komunikasi. Klasifikasi tersebut antara lain :
komunikasi verbal,
komunikasi non verbal, komunikasi tertulis, serta komunikasi
visual.
Komunikasi terjadi dalam konteks suatu keadaan atau situasi,
sehingga
komunikasi memiliki tingkatan tingkatan, yaitu komunikasi
intrapersonal,
komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi
publik, komunikasi
massa, dan komunikasi melalui komputer atau media elektronik
lainnya.
Dalam prosesnya, komunikasi memiliki banyak hambatan
sehingga
komunikasi yang dilakukan tidak berhasil ataupun berjalan secara
efektif.
Hambatan hambatan yang terdapat didalam proses komunikasi dapat
berupa
hambatan fisik, hambatan persepsi, hambatan emosional, hambatan
budaya, serta
hambatan bahasa.
Dengan mengetahui hal hal diatas, kita semua dapat mengetahui
bahwa
komunikasi sangat penting bagi kehidupan manusia. Komunikasi
yang efektif
dapat membantu individu memecahkan masalah, untuk itu
dibutuhkan
pembelajaran komunikasi secara komprehensif agar dapat
membangun
komunikasi yang efektif.
Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter (2011) menyampaikan
bahwa
terdapat tujuh keuntungan ketika dipelajarinya komunikasi.
Keuntungan
keuntungan tersebut adalah (1) meningkatkan cara suatu individu
dalam
memandang diri sendiri secara intrapersonal, (2) meningkatkan
cara suatu
individu dalam memandang diri sendiri secara interpersonal, (3)
meningkatkan
13
-
pengetahuan tentang hubungan antarmanusia, (4) mengajarkan
seseorang akan
pentingnya keterampilan hidup, (5) membantu individu dalam
menggunakan
kebebasan konstitusional, (6) membantu individu sukses secara
professional, (7)
membantu individu dalam mengontrol kehidupan di dunia yang
semakin beragam.
Dengan dipelajarinya komunikasi, suatu individu dan kelompok
dapat
terbangun secara efektif karena pada kenyataannya segala
kegiatan di kehidupan
ini membutuhkan komunikasi, dan komunikasi terbukti sangat
penting dan bahkan
menguntungkan bagi individu maupun kelompok.
2.3 Keterkaitan Manusia dengan Masyarakat
Manusia dilahirkan dengan naluri untuk hidup bersama dengan
individu
lain. Hal ini karena manusia memiliki kebutuhan psikis untuk
bersosialisasi. Oleh
karena itu, terbentuklah masyarakat, yang secara etimologis
berasal dari bahasa
latin societatis diartikan sebagai sekelompok manusia yang
saling berpartisipasi,
berteman, dan bergaul. Namun secaa lebih mendalam, beberapa
ahli
megemukaakan pendapat yang lebih mendalam yakni adanya
golongan-golongan
yang saling menegaruhi satu sama lain (Hasan Shadily, 1983:47)
dan juga
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang
bersifat kontinyu, dan
yang terikat oleh suatu rasa identitas yang sama
(Koentjaraningrat, 2009:118).
Selain itu, dalam istilah bahsa Indonesia, terkadang ada
beberapa kata yang
digunakan untuk merujuk kepada kata Masyarakat, yaitu
Komunitas,
Rakyat, Warga, Penduduk, Suku bangsa, dan Bangsa.
2.3.1 Fungsi Masyarakat
Secara ringkas, fungsi masyarakat bagi individu antara lain :
sebagai
wadah bagi individu-individu berkumpul dan berinteraksi, tempat
di mana
14
-
individu dapat menunjukkan eksistensinya dan menemukan makna
dalam
kehidupannya (termasuk untuk melakukan reproduksi dan
regenerasi), dan juga
sebagai tempat individu berekspresi dan berkreasi mengembangkan
kebudayaan.
2.3.2 Pembentukkan serta Bentuk Bentuk Masyarakat
Dalam teori terbentuknya masyarakat, ada tiga teori yang
berkembang.
Pertama, menurut Plato (1976; 65-68), masyarakat tumbuh dan
berkembang
secara mandiri di dalam keteraturan dan hukum alam yang terlepas
dari tanggung
jawab individu. Ketua, ada juga pandangan yang menyebutkan bahwa
masyarakat
dibentuk dari manusia yang berlainan jenis membentuk keluarga
dan melahirkan.
Entitas keluarga ini lama kelamaan membentuk kekerabatan.
Kekerabatan inilah
yang dikenal dengan suku bangsa, dan selanjutnya membentuk
kesatuan
masyarakat yang lebih luas. Sedangkan teori ketiga dikemukakan
oleh Herbert
Spencer (1979) bahwa masyrakat dan manusia (individu) tumbuh
secara
bersama-sama, berkembang . dan menjadi lebih baik menuju
individu dan
masyarakat yang lebih maju.
Sedangkan dalam masyarakat sendiri, masyarakat cenderung
membentuk
suatu bentuk tertentu yang dapat berbeda satu dengan lainnya
tergantung dari sisi
mana masyarakat tersebut ditinjau, meliputi :
a. Bentuk masyarakat berdasarkan mata pencaharian, meliputi :
Masyarakat
berburu dan meramu, Masyarakat berladang dan berternak,
Masyarakat
bertani, Masyarakat industri, dan Masyarakat post-industri (era
informasi).
b. Bentuk masyarakat berdasarkan lingkungan tempat tinggal,
meliputi :
Masyarakat agraris, Masyarakat maritime, dan Masyarakat
pedalaman.
c. Bentuk masyarakat berdasarkan modernisasi dan keterbukaan
cara piker.
Meliputi; Masyarakat tradisonal, dan Masyarakat modern.
Manfaat yang dapat didapat dari memeahami definisi, bentuk, dan
fungsi
15
-
masyarakat adalah:
a. Membangun rasa senasib sepenanggungan di antara sesama
manusia;
b. Menanamkan kesadaran saling ketergantungan (interdepensi)
antaranggota
masyarakat sehingga tercipta harmonisasi di dalam
masyarakat.
c. Menanamkan rasa toleransi; karena memahami bahwa terdapat
keanekaragaman masyarakat di seluruh dunia.
d. Mengukur keberartian individu; karena seorang individu
mempunyai makna
ketika ia menjadi bagian integral dalam kelompok atau
masyarakat,
e. Menanamkan nilai demokrasi; dengan memperhatikan keberagaman
dan
mengembangkan toleransi terhadap keberagaman itu.
2.4 Manusia dan Kebudayaan
Secara etimologi, kata "kebudayaan" berasal dari bahasa
Sansekerta
buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi, yang
berarti
"budi"atau "akal". Pengertian kebudayaan yang paling umum dan
paling luas
adalah yang disampaikan oleh E.B.Tylor, di dalam buku "Primitive
Culture", yaitu
keseluruhan kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu
pengetahuan yang serta
kebiasaan yang di dapat manusia sebagai anggota masyarakat. Dari
keseluruhan
pengertian yang diutarakan, dapat disimpulkan bahwa suatu
kebudayaan tampil
dalam tiga wujud, yaitu wujud pertama berupa ide atau gagasan
yang bersifat
abstrak, sehingga tidak dapat dipahami sebelum ia
dinyatakanmelalui wujud
kedua, yaitu gerak atau aktivitas tubuh, dan/atau melalui wujud
ketiga yaitu
berupa benda-benda konkret. Selain iti kebudayaan merupakan
hasilolah pikit
manusia.
Secara ringkas, Soekanto (1990:214) mengemukakan kegunaan
kebudayaan bagi manusia, yaitu untuk melindungi diri terhadap
alam, mengatur
hubungan antarmanusia dan sebagai wadah dari segenap perasaan
manusia. Lebih
16
-
lanjut, Soekanto menjelaskan hakekat kebudayaan, yaitu
kebudayaan terwujud
dan tersalurkan dari perilaku manusia, kebudayaan telah ada lebh
dahulu
mendahului lahirnya manusia, kebudayaan diperlukan oleh
mahasiswa,
kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban,
tindakan, yang
diterima atau ditolak, tindakan yang dilarang atau yang
diizinkan, dan kebudayaan
tidak bersifat statis, melainkan dinamis.
Dari pengertian kebudayaan yang dikemukakan oleh
Koentjaraningrat,
kebudayaan memiliki tiga wujud : ide, tindakan, artefak. Wujud
pertama yaitu
kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan
lain-lain. Wujud
kedumeliputi kompleks dari aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia. Wujud
ketiga berupa hasil karya manusia yang berwujud benda-benda
fisik atau artefak,
baik berupa benda-benda yang berukuran besar, kecil, dan yang
mempunyai nilai
guna mapun nilai seni yang indah.
Meskipun kebudayaan yang dimiliki manusia diseluruh dunia
beraneka
ragam, namun menurut C Wissler terdapat cultural universals,
yaitu unsur-unsur
kebudayaan yang sifatnya universal. Terdapat tujuh unsur
universal kebudayaan,
yaitu sistem organisasi social, sistem mata pencahariaan, sistem
teknologi, sistem
pengetahuan, kesenian, bahasa, dan religi.
Ada unsur kebudayaan yang paling cepat berubah dan ada unsur
kebudayaan yang lambat dan sukar berubah. Unsut kebudayaan yang
paling cepat
berubah adalah teknologi, sedangkan yang paling lambat atau
sukar berubah
adalah religi. Namun, perubahan suatu unsur kebudayaam sebaiknya
terjadi pada
ketiga wujudnya, karena apabila terdapat ketimpangan perubahan
dalam ketiga
wujud kebudayaan tersebut sering terjadi culture lag atau
keterlambatan
kebudayan.
Kebudayaan diturunkan melalui proses internalisasi, sosialisasi,
dan
eksternalisasi. Internalisasi adalah proses panjang seorang
individu menanamkan
segala perasaan, hasrat, dan emosi yang diperlukan. Sosialisasi
adalah pola-pola
17
-
tindakan dalam interaksi dengan berbagai manusia lain di
sekitarnya. Enkulturasi
adalah proses individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran
serta
sikapnya dengan peraturan yang hidup di dalam kebudayaannya.
Cara manusia mengembangkan kemampuannya yaitu dengan cara
difusi
dan migrasi manusia, dimana pengertiannya yaitu proses
penyebaran kebudayaan
yang dibawa oleh masyarakat yang bermigrasi. Dalam proses
berpindah itulah
manusia membawa kebudayaannya dan ditiru oleh masyarakat lain.
Tetapi,
kebudayaan tidak secara sederhana disebarkan dengan cara difusi,
melainkan ada
mekanisme asimilasi dan akulturasi, dimana dibutuhkan proses
untuk menerima
kebudayaan yang baru. Adapun akulturasi yaitu pertemuan dua
kebudayaan atau
lebih dimana masing-masing kebudayaan akan melebur dan
membentuk
kebudayaan yang baru. Terakhir yaitu proses inovasi dan penemuan
dimana
proses inovasi mencakup proses penemuan dan penyebaran.
18
-
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Memahami segala segi dari manusia, kemampuannya, faktor-faktor
yang
mempengaruhi dirinya, termasuk tipe kepribadiannya akan dapat
membantu
individu dalam memahami dan merencanakan pengembangan dirinya.
Di samping
itu, pengetahuan tersebut dapat membantu individu dalam menjalin
hubungan
antar individu , ia juga adalah makhluk sosial yang memiliki
kecenderungan kuat
untuk hidup bersama orang lain. Tanpa kehidupan sosial,
tampaknya sulit
mengharapkan individu dapat berkembang sepenuhnya, sehingga ada
ungkapan
"manusia hanya bisa menjadi manusia jika ia hidup bersama
manusia lain.
Sebagai makhluk sosial, individu memiliki kebutuhan yang kuat
untuk
hidup bersama dalam kelompok agar dapat mengembangkan
kemanusiaannya.
Individu yang ada di dalam kelompok, melakukan interaksi di
antara mereka.
Melalui interaksinya itu disepakati aturan-aturan atau
norma-norma yang
mengatur mehidupan berkelompok.
Masyarakat dan kebudayaan adalah dua konsep yang saling
berhubungan
dimana di dalam masyarakatlah kebudayaan dihasilkan oleh manusia
atau
kelompok manusia, dan dari kebudayaan yang dihasilkan itulah
suatu masyarakat
dikenal dan dibedakan dengan masyarakat lainnya. Individu dalam
berinteraksi
dan kelompok dengan individu lain di dalam masyarakat membentuk
dan
mengembangkan kebudayaan, selanjutnya kebudayaan yang merupakan
milik
masyarakat ini mempengaruhi kehidupan individu. Demikianlah
individu,
kelompok, masyarakat dan kebudayaan saling terkait satu sama
lain.
Memahami manusia sebagai individu yang unik ini dapat
menumbuhkan
karakter percaya diri yang positif, toleransi serta saling
pengertian antarmanusia.
Hal ini dikarenakan setiap dari kita menyadari diri sebagai
individu yang tidak
19
-
pernah benar-benar dapat hidup sendiri. Manusia senantiasa
cenderung hidup
dalam kelompok, sehingga interaksi adalah konsekuensi yang wajar
dalam suatu
kelompok. Disinilah peran sikap saling menghormati perbedaan dan
keunikan
masing-masing merupaan modal dasar terciptanya suasana tenteram
dan damai.
Memahami masyarakat dan kebudayaan dapat membangun karakter
saling bekerja
sama dan berkompetisi, karena kemajuan dan kemunduran suatu
masyarakat
sangat tergantung pada individu-individu anggota masyarakat.
Oleh karena itu,
manusia bukan hanya saja makhluk individu, melainkan makhluk
sosial yang
membutuhkab bantuan orang lain dalam lingkup masyarakat.
3.2 Saran
Sebagai generasi penerus bangsa, sebaiknya kita sebagai seorang
manusia
harus dapat mengenali diri kita terlebih dahulu sebelum mencoba
mengerti hal
lainnya. selain itu, kita diharuskan menjalani peran baik
sebagai makhluk individu,
sosial, maupun budaya. Hal itu agar mencapai tujuan bersama
dalam mencapai
kesejahteraan dan kebahagiaan.
3.3 Daftar Pustaka
Singgih, Evita E, Miranda D.Z, Ade Solihat & Jossy P Moeis.
(2013). Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegras (MPKT) A Buku Ajar
II
Manusia Sebagai Individu, Kelompok, dan Masyarakat. Depok:
Universitas
Indonesia.
20