Makalah Farmakologi
Analgetik-Antipiretik dan Obat AINS
Disusun Oleh : Kelompok VIIIAnggota : 1. Bunga Monica Sari
(08121006063)2. Hasti Rizky Wahyuni (08121006069)3. Putri Wulandari
(08121006071)4. M. Nuryadin (08121006061)Dosen Pengajar : Herlina,
M.Kes, Apt.
Program Studi FarmasiFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
AlamUniversitas Sriwijaya
Kata Pengantar
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mengenai obat Analgesik-Antipiretik dan Obat
AINS ini dengan lancar. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu tugas yang diberikan oleh dosen matakuliah Farmakologi
serta agar menambah ilmu pengetahuan tentang obat
Analgesik-Antipiretik dan Obat AINS.Makalah ini ditulis dari hasil
penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari buku panduan,
serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan
Analgesik-Antipiretik dan Obat AINS.Kami harap makalah ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua. Memang makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Daftar Isi
Cover Makalah..1Kata Pengantar..2Daftar Isi ..3Bab I
Pendahuluan1.1 Latar Belakang....41.2 Tujuan ....4Bab II
Pembahasan2.1 AnalgesikAntipiretik...52.2 AINS
(Antiinflamasi).............102.3 Obat Analgetik-Antipiretik &
Obat AINS.112.4 Interaksi Obat.17Bab III Penutup3.1 Kesimpulan
...........203.2 Saran .20Daftar Pustaka ....21
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangObat merupakan bahan kimia yang memungkinkan
terjadinya interaksi bila tercampur dengan bahan kimia lain baik
yang berupa makanan, minuman ataupun obat-obatan. Interaksi obat
adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat dengan
bahan-bahan lain tersebut termasuk obat tradisional dansenyawa
kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika
duaatau lebih obat sekaligus dalam satu periode (polifarmasi )
digunakanbersama-sama. Interaksi obat berarti saling pengaruh
antarobat sehingga terjadi perubahan efek. Di dalam tubuh obat
mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di keluarkan
lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi,
distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi. Dalam
proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan secara
bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga
dapat berinteraksi dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan
dengan obat.
Obat-obat analgesik antipiretik serta obat anti-inflamasi
nonsteroid (AINS) merupakan suatu kelompok obat yang heterogen,
bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Walaupun demikian
obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi
maupun efek samping. Golongan obat ini menghambat enzim
siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadfi PGG2
terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan cara yang
berbeda.
1.2 Tujuan1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan analgesik,
antipiretik dan anti inflamasi2. Mengetahui kegunaan obat dari
analgesik, antipiretik dan anti inflamasi3. Mengetahui mekanisme
dari kerja obat-obat tersebut4. Mengetahui macam-macam obat dari
analgesik, antipiretik dan anti inflamasi
Bab IIPembahasan
2.1 Analgesik-Antipiretik2.1.1 Pengertian Analgesik
AntipiretikAntipiretikadalah obat yang dapat menurunkan panas atau
untuk obat mengurangi suhu tubuh (suhu tubuh yang tinggi). Hanya
menurunkan temperatur tubuh saat panas dan tidak berefektif pada
orang normal. Oba golongan ini bekerja dengan cara menghambat
produksi prostaglandin di hipotalamus anterior (yang meningkat
sebagai respon adanya pirogen endogen). Contoh Obat Antipiretik :
Parasetamol, panadol, paracetol, paraco, praxion, primadol, santol,
zacoldin, poldan mig, acetaminophen, asetosal atau asam salisilat,
salisilamida.Analgetik adalah adalah obat yang mengurangi atau
melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Antipiretik
adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi
analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan
serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Analgetik atau
analgesik, merupakan obat untuk mengurangi atau menghilangkan rasa
sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran
dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang
menderita.Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya
memberi tanda tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti
peradangan, infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri disebabkan
rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat
menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yan disebut
mediator nyeri (pengantara). Zat ini merangsang reseptor nyeri yang
letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan
jaringan lain. Dari tempat ini rangang dialaihkan melalui syaraf
sensoris ke susunan syaraf pusat (SSP), melalui sumsum tulang
belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak
besar, dimana rangsang terasa sebagai nyeri.Cara Pemberantasan Rasa
Nyeri:1. Menghalangi pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri
perifer oleh analgetik perifer atau oleh anestetik lokal.2.
Menghalangi penyaluran rangsang nyeri dalam syaraf sensoris,
misalnya dengan anestetik local.3. Menghalangi pusat nyeri dalam
SSP dengan analgesik sentral (narkotik) atau dengan anestetik
umum.Umumnya cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan
menghambat sintesa neurotransmitter tertentu yang dapat menimbulkan
rasa nyeri & demam. Dengan blokade sintesa neurotransmitter
tersebut, maka otak tidak lagi mendapatkan "sinyal" nyeri,sehingga
rasa nyerinya berangsur-angsur menghilang.
2.1.2 Penggolongan AnalgesikAnalgesik dibagi menjadi dua, yaitu
analgesik narkotik dan analgesik non narkotik.1. Analgesik
NarkotikKhusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti
fraktur dan kanker. Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu
skema bertingkat empat, yaitu : obat perifer (non Opioid) peroral
atau rectal; parasetamol, asetosal, obat perifer bersama kodein
atau tramadol, obat sentral (Opioid) peroral atau rectal, obat
Opioid parenteral. Guna memperkuat analgetik dapat dikombinasikan
dengan co-analgetikum, seperti psikofarmaka (amitriptilin,
levopromazin atau prednisone).Zat-zat ini memiliki daya menghalangi
nyeri yang kuat sekali dengan tingkat kerja yang terletak di Sistem
Saraf Pusat. Umumnya mengurangi kesadaran (sifat meredakan dan
menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat
mengakibatkan toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta
ketergantungan psikis dan fisik (ketagihan adiksi) dengan
gejala-gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan. Semua
analgetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat, teteapi
potensi. Onzer, dan efek samping yang paling sering adalah mual,
muntah, konstipasi, dan mengantuk. Dosis yang besar dapat
menyebabkan hipotansi serta depresi pernafasan.Morfin dan petidin
merupakan analgetik narkotik yang paling banyak dipakai untuk nyeri
walaupun menimbulkan mual dan muntah. Obat ini di Indonesia
tersedia dalam bentuk injeksi dan masih merupakan standar yang
digunakan sebagai pembanding bagi analgetik narkotika lainnya.
Selain menghilangkan nyeri, morfin dapat menimbulkan euphoria dan
ganguan mental.Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang samapi
sekarang masih digunakan di Indonesia : Morfin HCL, Kodein (tunggal
atau kombinasi dengan parasetamol), Fentanil HCL, Petinidin, dan
Tramadol.Khusus untuk tramadol secara kimiawi memeng tergolong
narkotika tetapi menurut undang-undang tidak sebagai narkotik,
karena kemungkinan menimbulkan ketergantungan.
2. Analgesik Non NarkotikTerdiri dari obat-obat yang tidak
bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Obat- obat
inidinamakan juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi
Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau mengakibatkan
ketagihan. Semua analgetika perifer juga memiliki kerja
antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada keadaan demam, maka
disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan
rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang
mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya
pengeluaran kalor dan disertai keluarnya banyak keringat.Efek
analgetik timbul karena mempengaruhi baik hipotalamus atau di
tempat cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi,
udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG, dan
histamine. PG dan brankinin menstimulasi ujung staraf perifer
dengan membawa implus nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis
PG dan brankinin sehingga menghambat terjadinya perangsangan
reseptor nyeri. Obat-obat yang banyak digunakan sebagai analgetik
dan antipiretik adalah golongan salisilat dan asetaminofen
(parasetamol). Aspirin adalah penghambat sintesis PG paling efektif
dari golongan salisilat.Salisilat merupakan protipe AINS yang
sampai sekarang masih digunakan. Termasuk salisilat adalah
Na-salisilat, aspirin (asam asetil salisilat), salisid, dan meril
salisilat bersifat toksik jika tertelan oleh Karen itu, hanya
dipakai topical untuk menghangatkan kulit dan antigatal (
antpruritus). Golongan salisilat dapat mengiritasi lapisan mukosa
lambung. Organ yang peka pada efek ini akan mengalami mual setelah
minum aspirin. Dalam lambung . PG berperan serta dalam mekanisme
perlindungan mukosa dari asam lambung atau gantrin. PG berfungsi
meningkatkan daya tahan membrane mukosa lambung. Aspirin selain
berefek analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi, daalam dosis
kecil juga berfungsi sebagai antitrombosis (antiplatelet). Pada
dosis kecil, aspirin dapat menghambat agreasi trombosit
(antikoagulan) mencegah terbentuknya thrombus pada penderita infark
jantung sehingga ddapat mengurangi timbulnya stroke.
2.1.3 Penggunaan Analgetik-Antipiretik dalam Kehamilan
:Penggunaan obat Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi
ibu hamil harus diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat
secara sembarangan dapat menyebabkan cacat pada janin. Sebagian
obat yang diminum oleh ibu hamil dapat menembus plasenta sampai
masuk ke dalam sirkulasi janin, sehingga kadarnya dalam sirkulasi
bayi hampir sama dengan kadar dalam darah ibu yang dalam beberapa
situasi akan membahayakan bayi. Pengaruh buruk obat terhadap janin,
secara umum dapat bersifat toksik, teratogenik, maupun letal
tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan pada saat minum obat.
Pengaruh toksik adalah jika obat yang diminum selama masa kehamilan
menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau bio-kimiawi dari
janin yang dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa
saat setelah kelahiran. Pengaruh obat bersifat teratogenik, jika
menyebabkan terjadinya malformasi anatomic (kelainan/kekurangan
organ tubuh) pada pertumbuhan organ janin. Pengaruh teratogenik ini
biasanya terjadi pada dosis subletal. Sedangkan pengaruh obat yang
bersifat letal adalah yang mengakibatkan kematian janin dalam
kandungan.Secara umum pengaruh obat pada janin dapat beragam sesuai
dengan fase-fase berikut:a. Fase Implantasi yaitu pada umur
kehamilan kurang dari 3 minggu.Pada fase ini obat dapat member
pengaruh buruk atau mingkin tidak sama sekali.Jika terjadi pengaruh
buruk biasanya menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya
kehamilan (abortus).b. Fase Embrional atau Organogenesis,yaitu pada
umur kehamilan antara 4-8 minggu.Pada fase ini terjadi diferensiasi
pertumbuhan untuk pembentukan organ-organ tubuh, sehingga merupakan
fase yang paling peka untuk terjadinya malformasi anatomik
(pengaruh teratogenik). Selama embriogenesis kerusakan bergantung
pada saat kerusakan terjadi, karena selama waktu itu organ-organ
dibentuk dan blastula mengalami deferensiasi pada waktu yang
berbeda-beda. Jika blastula yang dipengaruhi masih belum
berdeferensiasi dan kerusakan tidak letal maka terdapat kemungkinan
untuk restitutio ad integrum. Sebaliknya jika bahan yang merugikan
mencapai blastula yang sedang dalam fase deferensiasi maka terjadi
cacat (pembentukan salah)
Berbagai pengaruh buruk yang terjadi pada fase ini antara lain:
Gangguan fungsional atau metabolic yang permanen yang biasanya baru
muncul kemudian jadi tidak timbul secara langsung pada saat
kehamilan Pengaruh letal berupa kematian janin atau terjadinya
abortus Pengaruh sub-letal,tidak terjadi kematian janin tetapi
terjadi malformasi anatomik (struktur) pertumbuhan organ atau
pengaruh teratogenik. Kata teratogenik sendiri berasal dari bahasa
yunani yang berarti monster. Fase Fetal yaitu pada trimester kedua
dan ketiga kehamilan.Dalam fase ini terjadi maturasi dan
pertumbuhan lebih lanjut dari janin.Pengaruh buruk senyawa asing
bagi janin dalam fase ini dapat berupa gangguan pertumbuhan baik
terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ.
Keluhan nyeri selama masa kehamilan umum di jumpai. Hal ini
berkaitan dengan masalah fisiologis dari si ibu karena adanya
karena adanya tarikan otot-otot dan sendi karena kehamilan maupun
sebab-sebab yang lain.Untuk nyeri yang tidak berkaitan dengan
proses radang,pemberian obat pengurang nyeri biasanya dilakukan
dalam jangka waktu relatife pendek.Untuk nyeri yang berkaitan
dengan proses radang,umunya diperlukan pengobatan dalam waktu
tertentu. Penilaian yang seksama terhadap pereda nyeri perlu
dilakukan agar dapat ditentukan pilihan jenis obat yang paling
tepat. Pemakaian obat NSAID(Non steroid anti infamantory Drug )
sebaiknya dihindari pada wanita hamil. Obat-obat tersebut
menghambat sintesis prostaglandin dan ketika diberikan pada wanita
hamil dapat menyebabkan penutupan ductus arteriousus, gangguan
pembentukan ginjal janin, menghambat agregasi trombosit dan
tertundanya persalinan dan kelahiran. Pengobatan NSAID selama
trimester akhir kehamilan diberikan sesuai dengan indikasi. Selama
beberapa hari sebelum hari perkiraan lahir, obat-obat ini sebaiknya
dihindari. Yang termasuk golongan ini adalah diklofenac,
diffunisal, ibuprofen, indomethasin, ketoprofen, ketorolac, asam
mefenamat, nabumeton, naproxen, phenylbutazon, piroksikam, sodium
salisilat, sulindac, tenoksikam, asam tioprofenic mempunyai
mekanisme lazim untuk menghambat sintesa prostaglandin yang
terlibat dalam induksi proses melahirkan, NSAID dapat memperpanjang
masa kehamilan.
2.2 Anti inflamasi Nonsteroid2.2.1 Pengertian anti
inflamasiInflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap
luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang
merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh
untuk mengaktifasi atau merusak organisme yang menyerang,
menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan.
Jika penyembuhan lengkap, proses peradangan biasanya reda. Namun
kadang-kadang inflamasi tidak bisa dicetuskan oleh suatu zatyang
tidak berbahayaseperti tepung sari, atau oleh suatu respon imun,
seperti asma atau artritisrematid.Obat anti inflamasi non steroid
(AINS) merupakan obat yang paling banyak diresepkan dan juga
digunakan tanpa resep dari dokter. Obat-obat golongan ini merupakan
suatu obat yang heterogen secara kimia. Klasifikasi kimiawi AINS,
tidak banyak manfaat kliniknya karena ada AINS dari subgolongan
yang sama memiliki sifat yang berbeda, sebaliknya ada obat AINS
yang berbeda subgolongan tetapi memiliki sifat yang serupa.
Ternyata sebagian besar efek terapi dan efek sampingnya berdasarkan
atas penghambatan biosintesis prostaglandin (PG).Bebrapa AINS
umumnya bersifat anti-inflamasi, analgesika dan antipiretik. Efek
antipiretiknya bari terlihat pada dosis yang lebih besar dari pada
efek analgesiknya, dan AINS relatif lebih toksis dari pada
antipiretika klasik, maka obat-obat ini hanya digunakan untuk
terapi penyakit inflamasi sendi seperti artritis reumatoid,
osteo-artritis, spondilitis ankliosa dan penyakit pirai. Respon
individual terhadap AINS bisa sangat bervariasi walaupun obatnya
tergolong dalam kelas atau derivat kimiawi yang sama. Sehingga
kegagalan dengan satu obat bisa dicoba dengan obat sejenis dari
derivat kimiawi yang sama. Semua AINS merupakan iritan mukosa
lambung walaupun ada perbedaan gradasi antar obat-obat ini.
2.2.2 Mekanisme Kerja Mekanisme kerja anti-inflamsi non steroid
(AINS) berhubungan dengan sistem biosintesis prostaglandin yaitu
dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam
arakhidonat menjadi PGG2 menjadi terganggu. Enzim siklooksigenase
terdapat dalam 2 isoform yang disebut KOKS-1 dan KOKS-2. Kedua
isoform tersebut dikode oleh gen yang berbeda. Secara garis besar
KOKS-1 esensial dalam pemelihraan berbagai fungsi dalam keadaan
normal di berbagai jaringan khususnya ginjal, saluran cerna, dan
trombosit. Di mukosa lambung aktivitas KOKS-1 menghasilakan
prostasiklin yang bersifat protektif. Siklooksigenase 2 diinduksi
berbagi stimulus inflamatoar, termasuk sitokin, endotoksindan
growth factors. Teromboksan A2 yang di sintesis trombosit oleh
KOKS-1 menyebabkan agregasi trombosit vasokontriksi dan proliferasi
otot polos. Sebaliknya prostasiklin PGL2 yang disintesis oleh
KOKS-2 di endotel malro vasikuler melawan efek tersebut dan
menyebabkan penghambatan agregasi trombosit.
2.3 Obat Analgesik Antipiretik serta obat AINS Berikut contoh
obat-obat analgesik antipiretik yang beredar di Indonesia saat ini
:1. AspirinDeskripsi: Aspirin menghambat pengaruh dan biosintesa
dari pada zat-zat yang menimbulkan rasa nyeri dan demam
(prostaglandin). Daya kerja antipiretik dan analgetik dari pada
Aspirin diperkuat oleh pengaruh langsung terhadap susunan saraf
pusat.Farmakokinetika AspirinAsam salisilat adalah asam organic
sederhana dengan pKa 3,0. Aspirin mempunyai pKa 3,5. Sodium
salisilat dan aspirin adalah obat antiinflamasi yang sama
efektifnya , walaupun aspirin mungkin lebih efektif sebagai
analgesik. Salicylate dengan cepat diserap oleh lambung dan usus
kecil bagian atas, menghasilkan kadar puncak plasma salysilate
dalam 1-2 j1m. Aspirin diserap dalam cara yang sama dan
dihidrolisis cepat menjadi acetic acid dan salicylate oleh
esterase-esterase dalam jaringan dan darah.Indikasi : untuk
meringankan rasa sakit, terutama sakit keala dan pusing, sakit gigi
dan nyeri otot serta menurunkan demam.Kontra indikasi : Penderita
tukak lambung dan peka terhadap derivat asam salisilat, penderita
asma, dan alergi. Penderita yang pernahatau sering mengalami
pendarahan bawah kulit, penderita yang sedang terapi dengan
antikoagulan, penderita hemofolia dan
trombositopeniaFarmakodinamikaa. Efek-efek anti inflamasi. Aspirin
adalah penghambat non-selektif kedua isoform COX , tetapi
salicylate jauh lebih kurang efektif dalam menghambat kedua
isoform. Salicylate yang tidak di asetilasi mungkin bekerja sebagai
pemangsa (scavenger) radikal oksigen. Dari catatan diketahui bahwa
berbeda dari kebanyakan AINS lainnya, aspirin menghambat COX secara
irreversible, dan bahkan dosis rendah bisa efektif dalam keadaan
tertentu, misalnya penghambatan agregasi platelet.b. Efek-efek
analgesik. Aspirin paling efektif untuk mengurangi nyeri dengan
intensitas ringan sampai sedang. Ia bekerja secara perifer melalui
efeknya terhadap inflamasi, tetapi mungkin juga menghambat
rangsangan nyeri pada daerah subkortikal.c. Efek-efek antipiretik.
Aspirin menurunkan suhu yang meningkat, sedangkan suhu badan normal
hanya terpengaruh sedidkit. Efek antipiretik aspirin mungkin
diperantarai oleh hambatan kedua COX dalam sistem saraf pusat dan
hambatan IL-1 (yang dirilis dari makrofag selama episode
inflamasi). Turunnya suhu, dikaitkan dengan meningkatnya panas yang
hilang karena vasodilatasi dari pembuluh darah permukaan
(superfisial) dan disertai keluarnya keringat yang banyak.
DosisDosis analgesik atau antipiretik yang optimal dari aspirin
yang secara umum dipergunakan adalah kurang dari 0,6 gram dosisi
oral. Dosis yang lebih besar mungkin memprpanjang efek. Dosisi
biasa tersebut bisa di ulang setiap 4 jam dan dosisi yang lebih
kecil (0,3 g) setiap 3 jam sekali. Dosisi untuk anak-anak adalah
50-75 mg/kg/hari dalam dosisi yang terbagi.Dosis antiinflamasi
rata-rata dapat sampai 4 gram per hari. Untuk anak-anak 50-75
mg/kg/hari. Kadar dalam darah 15-30 mg/dl. Waktu paro 12 jam.
Biasanya dosi terbagi 3 kali/hari, sesudah makan
2. NeuralginIndikasi:Meringankan rasa nyeri pada sakit kepala,
sakit kepala pada migrain, nyeri otot, sakit gigi dan nyeri
haid.Kontra Indikasi:Hipersensitif terhadap paracetamol atau
ibuprofen dan anti-inflamasi non steroid (AINS) lainnya serta
caffeine.penderita dengan ulkus peptikum (tukak lambung dan usus
12jari) yang berat dan aktif. Penderita dimana bila menggunakan
acetosal atau obat-obat anti-inflamasi non-steroid lainnya akan
timbul gejala asma, rinitis(selesma) atau urtikana. Wanita pada
kehamilan tiga bulan terakhir.Cara Kerja Obat: Paracetamol
merupakan analgesik-antipiretik dan ibuprofen merupakan obat
analgetik, antipiretik dan anti-inflamasi non-steroid (AINS) yang
memiliki efek analgetik (menghilangkan rasa nyeri), antipiretik
(menurunkan demam), dan anti-inflamasi (mengurangi proses
peradangan).Efek Samping:Yang paling sering adalah gangguan saluran
cerna seperti mual, muntah, nyeri ulu hati, kemerahan pada kulit,
trobositopenia, limfopenia, dll. Dapat terjadi reaksi
hipersensitivitas, terutama pada penderita dengan riwayat asma,
atau reaksi alergi lain terhadap golongan anti-inflamasi nonsteroid
(AINS). Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menimbulkan
krusakan fungsi hati. Penggunaan pada penderita yang mengkonsumsi
alkohol dapat meningkatkan risiko kerusakan fungsi hati. Penurunan
ketajaman penglihatan dan kesulitan membedakan warna dapat terjadi,
tetapi sangat jarang dan akan sembuh bila penggunaan
dihentikan.
3. Paracetamol/acetaminophen Merupakan derivat para amino fenol.
Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan
antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai
analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama
karena dapat menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi
tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong.
Dalam sediaannya sering dikombinasi dengan cofein yang berfungsi
meningkatkan efektivitasnya tanpa perlu meningkatkan
dosisnya.Indikasi: Nyeri ringan sampai sedang termasuk
dysmenorrhea, sakit kepala; pereda nyeri pada osteoarthritis dan
lesi jaringan lunak; demam termasuk demam setelah imunisasi;
serangan migren akut,tension headacheKontraindikasi: Gangguan
fungsi hati berat, hipersensitif terhadap paracetamolPerhatian:
Gangguan hati; gangguan ginjal; ketergantungan alkohol
4. IbuprofenIbuprofen merupakan derivat asam propionat yang
diperkenalkan banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan
daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama
dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita
hamil dan menyusui.Indikasi: analgesic dan anti inflamasai
rheumatoidKontra indikasi : asma, tukak lambung, wanita hamil,
hiersensivitas.Efek : mual, muntah, diare, kostipasi, nyeri dan
rasa panas di epigastrumDosis :Oral: Dewasa: 1200 1800 mg/ hr
Dibagi 3 4 (maks 2.400 mg/hrAnak > 30 Kg BB: 20 mg/ kg BB/
hrAnak < 30 kg BB: maks 500 mg/ hrPO: Berikan segera sesudah
makan
5. Asam mefenamatAsam mefenamat digunakan sebagai analgesik.
Asam mefenamat sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga
interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping
terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala
iritasi lain terhadap mukosa lambung.Indikasi : Sakit kepala, sakit
gigi, nyeri otot tulang , nyeri karena luka, nyeri setelah operasi,
nyeri setelah melahirkan, dismenore, nyeri reumatik, nyeri tulang
belakang, demam.kontra indikasi : Ulserasi sampai inflamasi saluran
cerna, peny. ginjal atau hati, hipersensitif, tukak lambung.Efek
samping : Mual, muntah, diare, iritasi lambung, pusing-using dan
gangguan penglihatan.
6. TramadolTramadol adalah senyawa sintetik yang berefek seperti
morfin. Tramadol digunakan untuk sakit nyeri menengah hingga parah.
Sediaan tramadol pelepasan lambat digunakan untuk menangani nyeri
menengah hingga parah yang memerlukan waktu yang lama. Minumlah
tramadol sesuai dosis yang diberikan, jangan minum dengan dosis
lebih besar atau lebih lama dari yang diresepkan dokter. Jangan
minum tramadol lebih dari 300 mg sehari.Indikasi : Pengobatan nyeri
akut dan kronik yang berat, nyeri pasca op. Ketergantungan obat dan
opium, sensitif terhadap tramadol atau opiat, mendapat terapi MAOI,
intoksikasi akut dengan alkohol, hipnotik, analgesik, atau obat
yang mempengaruhi system syaraf pusat dan yang lainya.Kontra
indikasi : tidak dianjurkan pada wanita hami dan menyusui.Efek
samping : pusing, sedasi, lelah, sakit kepala pruritus,
berkeringat, kulit kemerahan, mulut kering, mual, muntah,
dyspepsia, obstipasDosis : Dewasa & anak > 16 thn 50 mg
dosis tunggal, dapat ditingkatkan 50 mg ssdh selang waktu 4-6 jam.
Maks : 400 mg /hr. Diberikan bersama atau tanpa makanan.7.
BenorylateBenorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester
aspirin. Obat ini digunakan sebagai obat antiinflamasi dan
antipiretik. Untuk pengobatan demam pada anak obat ini bekerja
lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin dalam
penggunaan yang terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka
obat ini tidak boleh digunakan untuk anak yang mengidap Sindrom
Reye.
8. FentanylFentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika.
Analgesik narkotika digunakan sebagai penghilang nyeri. Dalam
bentuk sediaan injeksi IM (intramuskular) Fentanyl digunakan untuk
menghilangkan sakit yang disebabkan kanker. Menghilangkan periode
sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan rasa sakit secara
menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa sakit yang
persisten/menetap. Obat Fentanyl digunakan hanya untuk pasien yang
siap menggunakan analgesik narkotika. Fentanyl bekerja di dalam
sistem syaraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit. Beberapa efek
samping juga disebabkan oleh aksinya di dalam sistem syaraf pusat.
Pada pemakaian yang lama dapat menyebabkan ketergantungan tetapi
tidak sering terjadi bila pemakaiannya sesuai dengan
aturan.Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan
secara mendadak. Sehingga untuk mencegah efek samping tersebut
perlu dilakukan penurunan dosis secara bertahap dengan periode
tertentu sebelum pengobatan dihentikan.
9. NaproxenNaproxen termasuk dalam golongan antiinflamasi
nonsteroid. Naproxen bekerja dengan cara menurunkan hormon yang
menyebabkan pembengkakan dan rasa nyeri di tubuh.
2.4 Interkasi ObatDaftar Interaksi ObatNoNama Obat ANama Obat
BInteraksi ObatEfekKet
1Alfentanil(Alfenta)Erythromycinerythromycin, fluconazole,
troleandomycin menghambat cytochrome P450isoenzyme CYP3A 3/4 di
hati yang berfungsi memetabolisme alfentanil.Alfentanil dapat
segera di eliminasi dari dalam tubuhSinergis
2Troleandomycin
3Fluconazole
4H2-blockersCimetidine tapi bukan ranitidine meningkatkan kadar
alfentanil dalam darah.Kadar alfentanil meningkatAditif
3Aspirin or SalicylatesCaffeineCaffeine meningkatkan absorbs
aspirin dalam darahKadar aspirin meningkatAditif
5Tamarindus indica fruit extractTamarindus indica fruit extract
meningkatkan absorbs aspirin sehingga kadar didalam darah
meningkatKadar aspirin meningkatAditif
6DextromoramideTroleandomycinMeningkatnya efek dextromoramide
dan koma pada laki-laki dapat diatasi dengan troleandomycin.Efek
farmakologis meningkatAditif
7FentanylBaclofenEfek fentanyl meningkat dengan adanya
baclofenefek farmakologis meningkatAditif
8CimetidineEfek fentanyl meningkat dengan adanya cimetidineefek
farmakologis meningkatAditif
9LornoxicamH2-blockersCimetidine, tapi bukan ranitidine, dalam
kadar yang kecil dapat meningkatkan kadar lornoxicamKadar
meningkatAditif
10glibenclamideLornoxicam meningkatkan efek glibenklamidEfek
farmakologi meningkatAditif
11CimetidineKadar cimetidine meningkatKadar cimetidine
meningkatAditif
13MethadoneCiprofloxacinLonorxicam menghambat metabolism
ciprofloxacinKadar ciprofloxacin meningkatAditif
15FluconazoleFluconazole meningkatkan level methadone.Kadar
methadone meningkatAditif
16Selective serotonin re-uptake inhibitors (SSRIs)Methadone
meningkatkan efek samping dari fluvoxamineEfek farmakologis
fluvoxamine meningkatAditif
17MorphineDexamfetamine (Dextroamphetamine) or
MethylphenidateDua kombinasi obat dapat meningkatkan efek analgesic
dan menurunkan efek sampingEfek farmakologis meningkatSinergis
18FluoxetineFluoxetine dapat meningkatkan efek analgesic dan
menurunkan efek samping dari morfinEfek farmakologis
meningkatSinergis
19FoodMakanan dapat meningkatkan efek morfin yang digunakan oral
dan penyampaian dalam darahEfek farmakologis meningkatAditif
20MetoclopramideMetoclopramide meningkatkan tingkat absorbs
morfin-oral dan kadar didalam darahEfek farmakologis
meningkatAditif
21Secobarbital (Quinalbarbitone)meningkatkan efek depresan
respiratoryEfek farmakologis meningkatAditif
22Tricyclic antidepressantsBioavaibilitas analgetik
meningkatKadar analgetik meningkatAditif
Bab IIIPenutup
3.1 KesimpulanObat yang ada saat ini masih jauh dari ideal.
Tidak ada obat yang memenuhi semua kriteria obat ideal, tidak ada
obat yang aman, semua obat menimbulkan efek samping, respon
terhadap obat sulit diprediksi dan mungkin berubah sesuai dengan
hasil interaksi obat, dan banyak obat yang mahal, tidak stabil, dan
sulit diberikan. Karena banyak obat tidak ideal, semua anggota tim
kesehatan harus berlatih care untuk meningkatkan efek terapeutik
dan meminimalkan kemungkinan bahaya yang ditimbulkan obat.Sebagai
salah satu dari tim kesehatan, seyogyanya harus paham betul akan
pemanfaatan obat yang bertujuan memberikan manfaat maksimal dengan
tujuan minimal. Dan berikut ini adalah hal yang harus diperhatikan
dalam pengobatan : Mengkaji kondisi pasien Mengobservasi kerja obat
dan efek samping obat. Memberikan pengetahuan tentang indikasi obat
dan cara penggunaannya.
3.2 Saran Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu : Untuk
obat analgesik-antipiretik , dianjurkan jangan terlalu mengkonsumsi
obat ini secara berlebihan dikarenakan dapat menyebabkan
ketergantungan bagi pemakainya. Dan untuk obat anti inflamasi
pengguna juga di harapkan tidak terlalu berlebihan atau
ketergantungan karena mekanisme kerja obat ini dapat menyebabkan
terjadinya perubahan kerja enzim.
Daftar Pustaka
Berman, Audrey., dkk. 2009. Buku Ajar Praktis Keperawatan
Klinis. Jakarta : EGC.dr. Theodorus. _______. Penuntun Praktis
Peresepan Obat. Jakarta : EGC.Ganiswara, Silistia G. 1995.
Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy Pharmacology). Jakarta : Alih
Bahasa: Bagian Farmakologi F K U I.Katzung. G. Bertram 2002.
Farmakologi Dasar dan Klinik EdisiVIII Bagian ke II. Jakarta :
Salemba Medika.Schmitz, Gery, dkk. 2008. Farmakologi dan
Toksikologi. Jakarta : EGC.Staf Pengajar Departemen Farmakologi
Fak. Kedokteran UNSRI. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta :
EGC.
3 | Makalah