I. PENDAHULUAN Obat penghilang rasa nyeri (Analgetik) merupakan obat yang diresepkan untuk mengurangi atau menekan rasa sakit. Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan suatu obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. WAlaupun demikian obat – obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping (Freddy dan Sulistia, 2007). Nyeri merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan penderita sehingga untuk mengurangi diperlukan analgetika.Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi memberi tanda tentang adanya gangguan – gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri disebabkan rangsangan mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang disebut mediator nyeri (pengantar). .(Tjay, 2002). Obat penghilang rasa nyeri (Analgetik) ialah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menekan rasa sakit misalnya sakit kepala, otot, perut, gigi dan lainnya. Atas dasar kerja farmakologinya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar, yakni : 1. Analgetika Perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat – obat yang tidak bersifat narkotik dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENDAHULUAN
Obat penghilang rasa nyeri (Analgetik) merupakan obat yang diresepkan
untuk mengurangi atau menekan rasa sakit. Obat analgesik antipiretik serta obat
anti inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan suatu obat yang heterogen, bahkan
beberapa obat sangat berbeda secara kimia. WAlaupun demikian obat – obat ini
ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping
(Freddy dan Sulistia, 2007).
Nyeri merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan penderita sehingga
untuk mengurangi diperlukan analgetika.Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala
yang berfungsi memberi tanda tentang adanya gangguan – gangguan di tubuh
seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri disebabkan
rangsangan mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik yang dapat menimbulkan
kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang disebut mediator nyeri (pengantar). .
(Tjay, 2002).
Obat penghilang rasa nyeri (Analgetik) ialah obat yang digunakan untuk
mengurangi atau menekan rasa sakit misalnya sakit kepala, otot, perut, gigi dan
lainnya. Atas dasar kerja farmakologinya, analgetika dibagi dalam dua kelompok
besar, yakni :
1. Analgetika Perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat – obat yang tidak
bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetika antiradang ternasuk
kelompok ini.
2. analgetika narkotik, khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat,
seperti pada fractura dan kanker.(Tjay, 2002)
Nyeri merupakan suatu perasaan sensoris dan emosional yang tidak
nyaman, tidak berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Keadaan psikis
sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit ( kepala )
atau memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri.
(Tjay, 2002)
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang
berfungsi melindungi tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang
adanya ganguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang
otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis dapat
menimbulkan kerusakan pada jaringan. .(Tjay, 2002)
II. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui efek morfin terhadap nilai ambang nyeri yang
disebabkan oleh asam asetat 3 %
2. Untuk mengetahui efek antalgin terhadap nilai ambang nyeri yang
disebabkan oleh asam asetat 3 %
3. Untuk membandingkan efek morfin dan antalgin dalam menahan rasa
sakit yang disebabkan oleh asam asetat dan reaksi nyeri yang
disebabkan oleh Infra merah.
III. Prinsip Percobaan
Membandingkan efek analgetik dari antalgin dan morpin dengan
pemberian dosis yang berbeda serta mengetahui efek analgesia pada nilai ambang
sakit yang disebabkan senyawa kimia (asam asetat) dan nyeri yang di sebabkan
oleh Infra red sebagai stimulus nyeri sentral.
IV. TINJAUAN PUSTAKA
Impuls eksogen diterima oleh sel-sel penerima (reseptor) untuk kemudian
diteruskan ke otak atau sumsum tulang belakang. Rangsangan dapat berupa
perangsang (stimuli) nyeri, suhu , perasaan, penglihatan, pendengaran dan lain-
lain. Impuls syaraf yang berhubungan dengan pusat nyeri di otak, pusat tidur di
hipotalamus dan kapasitas mental, yang menjadi fungsi kulit otak (cortex). (Tjay,
2007).
Kesadaran akan perasaan sakit terbentuk dari dua proses, yakni
penerimaan perangsang nyeri di otak besar dan reaksi emosional dari individu
terhadapnya. Analgetika memengaruhi proses pertama dengan jalan meningkatkan
ambang-kesadaran akan perasaan sakit, sedangakan narkotika menekan reaksi
psikis yang diakibatkan oleh perangsang nyeri itu (Tjay, 2007)..
Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi
atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan
anestetika umum) (Tjay, 2007).
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,
berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. keadaan psikis sangat
mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit (kepala) atau
memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri.
nyeri merupakan suatu perasaan seubjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri
berbeda-beda bagi setiap orang. batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni pada
44-45°C (Tjay, 2007).
Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat (level) pada mana nyeri
dirasakan untuk pertama kalinya. Dengan kata lain, intensitas rangsangan yang
terendah saat orang merasakan nyeri. Untuk setiap orang ambang nyerinya adalah
konstan (Tjay, 2007).
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang
berfungsi melindungi tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang
adanya ganguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang
otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis dapat
menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan
zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Antara lain histamine, bradikinin,
leukotrin dan prostaglandin(Tjay, 2007).
Prostaglandin merupakan hormone local yang disintesis diberbagai organ
dan bekerja ditempat itu juga. Prostaglandin dilepaskan ke peredaran darah
dengan cepat saat terjadi kerusakan jaringan. Prostaglandin terlibat pada
terjadinya nyeri yang berlangsung lama, proses peradangan dan timbulnya demam
(Puspita,2003).
Nyeri pertama dihantarkan oleh serabut nyeri jenis A delta yaitu serabut
saraf dengan pembungkus lapisan bermielin, garis tengah 2-5μm. Serabut nyeri
jenis A delta ini menghantarknan isyarat nyeri lebih cepat dari saraf perifer ke
medulla spinalis karena terjadi penghantaran rangsang secara saltatoris (gaya
melompat) yaitu dari satu nodus Ranvier ke nodus lai, antar naodus-nodus ini
dilewati oleh garis aliran listrik dan dengan penghantaran saltatoris ini
dimungkinkan suatu laju penghantaran yang lebih cepat sampai dengan 120m/det
(Puspita, 2003).
Nyeri visceral merupakan nyeri yang berasal dari otot dan jaringan ikat
organ-organ dalam, berlangsung lama dengan pembebasan prostaglandin. Salah
satu nyeri dalam yang paling sering terjadi adalah nyeri abdomen yang terjadi
pada tegangan abdomen, kejang otot polos dalam abdomen, aliran darah ke
abdomen kurang dan penyakit yang disertai radang (Puspita,2003).
Mediator nyeri itu merangsang reseptor nyeri (Nociceptor) di ujung-ujung
saraf bebas di kulit, yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung saraf bebas di kulit,
mukosa dan jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain dapat
mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang. Nocireseptor ini terdapat
diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan di
salurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan amat
benyak sinaps via sumsumtulang belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah.
Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana
impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjay, 2007).
Mediator nyeri kini juga disebut autacoida dan terdiri dari antara lain
histamin, serotonin, bradykinin, leukotrien, dan prostatglandin. Bradykinin adalah
polipeptida yang dibentuk dari protei plasma. Prostatglandin mirip strukturnya
dengan asam lemak dan terbentuk dari asam arachidonat. Menurut perkiraan, zat-
zat ini menigktkan kepekaan ujung saraf sensoris bagi rangsangan nyeri yang
diakibatkan oleh mediator lainnya. Zat-zat ini, dan jiga bradykinin, berkhasiat
vasodilatasi kuat dan memperbesar permeabilitas kapiler yang mengakibatkan
radang dan udema. Berhubung kerjanya dan inaktivasinya pesat dan bersifat lokal,
maka juga dinamakan hormon lokal (Tjay, 2007).
Sensasi nyeri, tak perduli apa penyebabnya, terdiri dari masukan isyarat
bahaya ditambah reaksi organisme ini terhadap stimulus. Sifat analgesik opiat
berhubungan dengan kesanggupannya merubah persepsi nyeri dan reaksi pasien
terhadap nyeri. Penelitian klinik dan percobaan menunjukkan bahwa analgesik
narkotika dapat meningkatkan secara efektif ambang rangsang bagi nyeri tetapi
efeknya atas komponen reaktif hanya dapat diduga dari efek subjektif pasien. Bila
ada analgesia efektif, nyeri mungkin masih terlihat atau dapat diterima oleh
pasien, tetapi nyeri yang sangat parah pun tidak lagi merupakan masukan sensorik
destruktif atau yang satu-satunya dirasakan saat itu (Howard,dkk.1986).
Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok
besar, yakni :
a. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak
bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetika antiradang termasuk
kelompok ini
b. Analgetika narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat,
seperti pada fractura dan kanker (Tjay, 2007).
Secara kimiawi analgetika perifer dapat dibagi dalam beberapa kelompok,
yakni :
a. Parasetamol
b. Salisilat : asetosal, salisilamida, dan benorilat
c. Penghambat prostaglandin (NSAIDs) : ibuprofen, dll
d. Derivat-antranilat : mefenaminat, glafenin
e. Derivat-pirazolon : propifenazon, isopropilaminofenazon, dan metamizol
f. lainnya : benzidamin (Tantum) (Tjay, 2007).
Analgetik narkotik, kini disebut juga opioida (=mirip opioat) adalah obat-
obat yang daya kerjanya meniru opioid endogen dengan memperpanjang aktivasi
dari reseptor-reseptor opioid (biasanya μ-reseptor) (Tjay, 2007).
Efek utama analgesik opioid dengan afinitas untuk resetor μ terjadi pada
susunan saraf pusat; yang lebih penting meliputi analgesia, euforia, sedasi, dan
depresi pernapasan. Dengan penggunaan berulang, timbul toleransi tingkat tinggi
bagi semua efek (Howard,dkk.2002).
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat seperti
opium. Opium yang berasal dari getah Papaver somniferum mengandung sekitar
20 jenis alkaloid diantaranya morfin, kodein, tebain, dan papaverin. Analgesik
opioid terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri,
meskipun juga memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain. Istilah
analgesik narkotik dahulu seringkali digunakan untuk kelompok obat ini dapat
menimbulkan analgesia tanpa menyebabkan tidur atau menurunnya kesadaran
maka istilah analgesik narkotik menjadi kurang tepat (Hedi, 2007).
Reseptor opioid, ada 3 jenis utama reseptor opioid yaitu mu, delta, dan
kappa. Ketiga jenis reseptor termasuk pada jenis reseptor yang berpasangan
dengan protein G, dan memiliki sub tipe mu1, mu2, delta1, delta2, kappa1, kappa2, dan
kappa3 karena suatu opioid dapat berfungsi dengan potensi yang berbeda sebagai
suatu agonis, agonis parsial, atau antogonis pada lebih dari satu jenis reseptor
maka senyawa yang tergolong opioid dapat memiliki efek farmakologik yang
beragam (Hedi, 2007).
Berdasarkan perbedaan pada afinitas opioid yang dikenal dengan
terjadinya ikatan pada preparat reseptor, antara lain :