-
MAKALAH
MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN AGAMA
ISLAM
PERJUDIAN DI INDONESIA DIPANDANG DARI SEGI SENI DAN
BUDAYA ISLAM
Oleh:
Arlissa Tamara V. [ 1406532160 ]
Fathullah Aryo [ ]
Hatta Gusnadi [1106847086]
Putty Ekadewi [1406533535]
Ristina Hasna [1106127954]
Satrioyudo H [ ]
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2015
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktik perjudian merupakan suatu tradisi yang telah mengakar
dalam
kehidupan masyarakat global. Praktik ini dapat ditemukan di
Indonesia dalam
berbagai bentuk, salah satunya adalah perjudian online. Seiring
dengan
berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi, tren dalam praktik
perjudian
mengalami peralihan ke metode online yang dianggap relatif lebih
aman dan
mudah dilakukan dewasa ini.
Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia telah memberi
pengaruh
dalam perkembangan seni dan budaya negara Indonesia. Pengaruh
seni dan
budaya Islam dapat ditemukan dalam tradisi masyarakat, bentuk
bangunan, seni
pertunjukan, dan bentuk lain.
Perjudian dianggap sebagai kegiatan yang tidak baik dalam Islam.
Hal ini
disebabkan oleh tingginya risiko yang dihadapi, dan hal-hal lain
yang melanggar
norma dan etika dalam Islam. Oleh karena itu, perjudian perlu
dipandang dari segi
seni dan kebudayaan Islam untuk mengetahui hubungan antar
keduanya dan
mendapatkan solusi untuk menghadapi maraknya praktik
perjudian.
1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang karya tulis, dapat dirumuskan
masalah-
masalah berupa:
1. Bagaimana seni dan budaya menurut Islam?
2. Seperti apa konsep pengembangan seni dan budaya dalam
Islam?
3. Bagaimana kondisi perjudian di Indonesia?
4. Bagaimana hukum mengatur perjudian?
5. Apa hubungan antara seni dan budaya Islam dengan perjudian
di
Indonesia?
Masalah-masalah yang telah dirumuskan memiliki batasan tertentu
yang
akan dibahas dalam karya tulis, yaitu:
-
1. Seni dan budaya Islam dibahas dalam ruang lingkup menurut
Alquran
dan As-Sunnah.
2. Perjudian dan hukum yang dibahas adalah praktik perjudian
dan
hukum yang berlaku di Indonesia.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah:
1. Mengetahui seni dan budaya menurut Islam.
2. Mengetahui konsep pengembangan seni dan budaya dalam
Islam.
3. Mengetahui kondisi perjudian di Indonesia.
4. Mengetahui hukum tentang perjudian.
5. Mengetahui hubungan antara seni dan budaya Islam dan
perjudian di
Indonesia.
Penulisan karya tulis diharapkan dapat memberikan manfaat
berupa:
1. Meningkatkan pengetahuan penulis mengenai topik utama karya
tulis.
2. Meningkatkan pengetahuan pembaca mengenai hubungan seni dan
budaya
Islam dengan perjudian di Indonesia.
1.4 Metodologi Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode kajian pustaka dari
sumber-sumber
berikut:
1. Buku cetak.
2. Website.
3. Buku elektronik.
Metode analisis data yang dilakukan adalah analisis kualitatif
deskriptif,
yaitu melakukan analisis secara deskriptif dengan data
kualitatif.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
-
1.4 Metodologi Penelitian
BAB II ISI KEBUDAYAAN ISLAM
2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup
2.2 Budaya dan Seni dalam Islam
2.3 Konsep Pengembangan Seni dan Budaya dalam Islam
BAB III ISI PERJUDIAN DI INDONESIA
3.1 Praktik Perjudian di Indonesia
3.2 Perjudian Menurut Hukum yang Berlaku di Indonesia
3.3 Perjudian Menurut Hukum Islam di Indonesia
3.4 Perjudian dalam Seni dan Budaya Islam
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
-
BAB II
ISI KEBUDAYAAN ISLAM
2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup
Kata budaya merupakan kata majemuk dari budi dan daya, yang
berarti
hasil yang diperoleh dari cipta, karsa, dan rasa. Secara lebih
luas kebudayaan
mengandung pengertian meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni,
moral, hukum,
adat istiadat, dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota
masyarakat.
Menurut Zakky Mubarrak, dilihat dari dimensi wujud, kebudayaan
dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu:
1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia.
2. Kompleks aktivitas berupa aktivitas manusia yang saling
berinteraksi,
bersifat konkrit, kasat mata, dapat diamati dan diobservasi.
3. Wujud kebudayaan berupa benda. Aktivitas manusia yang
saling
berinteraksi dipastikan selalu menggunakan sarana dan peralatan,
sebagai
hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya.
Kebudayaan yang berdasarkan pada nilai-nilai Islam disebut
kebudayaan
Islam. Dalam ajaran Islam, aktivitas kebudayaan manusia harus
melalui
bimbingan agama yang diwahyukan oleh Allah SWT melalui para Nabi
dan
Rasul-Nya. Akal manusia tidak mampu menentukan semua
kebaikan/keburukan,
karena itu banyak hal yang dianggap baik oleh akal manusia yang
ternyata buruk
menurut agama; demikian sebaliknya.
Segala sesuatu yang memiliki keindahan merupakan hasil seni.
Seni
berasal dari hasil karya manusia dan alamiah. Seni berusaha
memberikan makna
yang sepenuhnya mengenai obyek yang diungkapkan. Keindahan
bersifat
universal; tidak terikat oleh selera individu, waktu dan tempat,
selera mode,
kedaerahan, atau lokal.
Agama Islam mendukung kesenian selama tidak melenceng dari
nilai-nilai
agama. Kesenian dalam Islam diwujudkan dalam seni bangunan,
arsitektur, lukis,
ukir, suara, tari, dan lain-lain.
-
Dalam setiap karya yang dihasilkan, nilai-nilai Islam berperan
sebagai
syiar Islam di kehidupan bermasyarakat. Budaya berkembang dengan
nilai-nilai
Islam di dalamnya.
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu beramal dan
berkarya;
selalu menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk mengolah
alam menjadi
sesuatu yang bermanfaat. Dengan demikian, Islam berperan sebagai
pendorong
manusia untuk berbudaya. Islam meletakkan kaidah, norma dan
pedoman. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa kebudayaan berasal dari
agama.
Kebudayaan Islam adalah peradaban yang berdasarkan pada
nilai-nilai
ajaran Islam. Nilai kebudayaan Islam dapat dilihat dari
tokoh-tokoh yang lahir di
bidang ilmu pengetahuan agama dan bidang sains dan teknologi.
Semua itu
diilhami oleh ayat-ayat Alquran dan sunnah. Nilai kebudayaan
Islam yang harus
dikembangkan: bersikap ikhlas, berorientasi ibadah, bekerja
secara professional,
mengembangkan IPTEK, kejujuran dalam berbagai aspek
kehidupan,
mengutamakan kemaslahatan umum, berpikir rasional, dan bersikap
objektif.
Agama Islam mendukung kesenian selama tidak melenceng dari
nilai-nilai
agama. Apabila seni membawa manfaat bagi manusia, maka seni
tersebut telah
menjadi salah satu nikmat Allah yang dilimpahkan kepada
manusia.
2.2 Budaya dan Seni dalam Islam
Perumusan prinsip-prinsip kebudayaan Islam antara lain:
1. Sumber segala sesuatu adalah Allah karena dari-Nya berasal
semua
ciptaan.
2. Diembankan amanah khalifah kepada manusia.
3. Manusia diberi potensi yang lebih dibanding makhluk
lainnya.
4. Ditundukkan ciptaan Allah yang lain kepada manusia, baik
tanah, air,
angin, tumbuhan dan hewan.
5. Dinyatakan bahwa semua fasilitas dan amanah tersebut akan
diminta
pertanggung jawabannya kelak.
Dengan berbagai kelebihan dan fasilitas yang diberikan oleh
Allah kepada
manusia, beserta tanggung jawab atas semua itu, manusia
melahirkan berbagai ide
dan muncul keinginan untuk selalu berbuat dan berkarya. Dan pada
puncaknya,
-
manusia akan menghasilkan apa yang disebut dengan kebudayaan.
Prinsip-prinsip
yang diperlukan untuk menghasilkan kebudayaan yang Islami antara
lain:
1. Dibangun atas dasar nilai-nilai Illahiyah.
2. Munculnya sebagai pengembangan dan pemenuhan kebutuhan
manusia.
3. Sasaran kebudayaan adalah kebahagiaan manusia, keseimbangan
alam dan
penghuninya.
4. Pengembangan ide, perbuatan dan karya, dituntut sesuai
kemampuan
maksimal manusia.
5. Keseimbangan individu, sosial dan anatara makhluk lain dengan
alam
merupakan cita tertinggi dari kebudayaan.
Prinsip kebudayaan dalam Islam adalah suatu di antara dua
alternatif.
Sepanjang sejarah umat manusia, kebudayaan hanya mempunyai dua
model yaitu
membangun atau merusak. Kedua model itu hidup dan berkembang
dan
saling bergantian (Al-Anbiya : 104). Selain itu prinsip
kebudayaan dalam
pandangan Islam adalah adanya ruh (jiwa) di dalamnya dan ruh itu
tidak lain
adalah wahyu Allah (Al-Quran menurut Sunnah Rasul-Nya), seperti
yang telah di
nyatakan oleh surat Asy-Syuraa : 52-53. Jika ruh kebudayaan
adalah wahyu Allah,
maka kebudayaan bergerak ke arah kemajuan atau membangun. Dan
sebaliknya
jika ruh kebudayaan bukan berasal dari wahyu Allah maka arah
kebudayaan akan
merusak.
2.3 Konsep Pengembangan Seni dan Budaya dalam Islam
Dalam kaidah fiqih disebutkan "al adatu muhakkamatun" artinya
bahwa
adat istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat, yang merupakan
bagian dari budaya
manusia mempunyai pengaruh di dalam penentuan hukum dan tidak
bertentangan
dengan Islam. Ketika terdapat kebudayaan yang bertentangan
dengan Islam, maka
kebudayaan itu harus dihindari, seperti ngaben di Bali yang
mengandung unsur-
unsur syirik.
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan
segala
prosesnya. Seni juga merupakan ekspresi jiwa seseorang yang
kemudian dapat
berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni yang lepas
dari nilai-nilai
keutuhan tidak akan abadi karena ukurannya adalah nafsu, bukan
akal dan budi.
-
Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang
yang
kematangan jiwanya terus bertambah.
Seni di dalam agama Islam mendapatkan tempat yang istimewa,
hamper
seluruh aspek ajaran Islam mengandung unsur seni. Tetapi seni di
dalam Islam
harus diarahkan kepada hal yang positif, menimbulkan budi
pekerti, sopan santun,
tidak mengarah ke hal yang negative, seperti menimbulkan syahwat
dan
kemungkaran. Semua aspek kehidupan manusia sebenarnya mengandung
unsur
seni, seperti pada pakaian, tutur kata, kendaraan, perumahan,
alat-alat rumah
tangga, alat tulis, dan lain sebagainya.
Karya seni bagi umat Islam dapat ditunjukkan dengan bentuk
bangunan
yang indah, seperti istana raja seni tari, seni rabana dulunya,
masjid, menara,
kubah, dan lain-lain. Ada juga yang mewujudkan dengan seni
lukis, seperti
lukisan keindahan alam, kaligrafi, bentuk-bentuk lukisan indah,
dan gambar-
gambar. Ada pula yang berbentuk dalam seni musik.
Islam selalu memiliki batasan-batasan tertentu untuk mengatur
umatnya
agar tidak melenceng dari ajaran Islam. Seni yang dikehendaki
Islam adalah seni
yang dapat mendatangkan manfaat, bukan mendatangkan mudarat
seperti
menimbulkan kemungkaran, syirik, menimbulkan syahwat, dan lain
sebagainya.
-
BAB III
ISI PERJUDIAN DI INDONESIA
3.1 Praktik Perjudian di Indonesia
Perjudian adalah permainan dimana pemain bertaruh untuk memilih
satu
pilihan di antara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan
saja yang benar dan
menjadi pemenang. Perjudian di Indonesia sudah ada sejak jaman
dulu, dalam
cerita Mahabarata dapat diketahui bahwa Pandawa kalah dalam
permainan judi
melawan Kurawa sehingga kehilangan kerajaan dan diasingkan ke
hutan selama
13 tahun. Permainan undian asal Eropa atau Belanda baru masuk
Hindia Belanda
pada pertengahan abad ke-19. Pada era ini masih ada yang
melakukan perjudian
di Indonesia dari permainan kartu, undian, hingga berjudi secara
online.
Permainan kartu sangat mudah untuk terjadinya judi karena tidak
butuh
banyak waktu untuk menentukan pemenangnya. Para pemain hanya
perlu bermain
kartu sesuai dengan tipe permainan yang diinginkan seperti poker
atau gaple dan
bertaruh sesuai yang disepakati. Bahkan ada tempat seperti
kasino yang
melakukan judi dari permainan kartu. Setiap kalangan masyarakat
dapat
melakukan judi dengan permainan kartu karena kartu seperti kartu
remi mudah
terjangkau.
Pada perjudian dengan undian, peserta harus membeli sepotong
tiket yang
diberi nomor. Nomor tiket-tiket akan ditarik secara acak dan
nomor yang ditarik
adalah nomor pemenang. Pemegang tiket dengan nomor pemenang ini
berhak atas
pengambilan hadiah tertentu. Judi dalam bentuk undian diterapkan
dalam
beberapa acara resmi oleh beberapa pihak untuk memperoleh
keuntungan yang
lebih besar seperti undian yang diterapkan oleh bank-bank.
Berjudi secara online banyak dilakukan di Indonesia karena
proses
mendapatkan hasil judi mudah. Pemain hanya melakukan penyetoran
uang dan
para bandar judi mengelola uang setoran tersebut maka seseorang
dapat bertaruh
dalam jumlah berapa pun yang diinginkan. Ketika ada yang kalah
dalam bertaruh
maka jumlah taruhan dikeluarkan dari saldo simpanan setoran.
Banyak situs judi
online berada di Indonesia karena tempat judi di Indonesia
sedikit sehingga
seseorang dapat melakukan judi melalui alat elektronik seperti
laptop.
-
Perjudian di Indonesia sekarang ini masih ada dan dilakukan
dengan
berbagai cara. Perjudian dapat menghasilkan banyak uang sehingga
tidak sedikit
orang yang ingin melakukannya sampai menang. Berjudi di
Indonesia dapat
dilakukan melalui permainan kartu, undian dan dalam bentuk apa
pun ketika ada
yang bertaruh. Bentuk hasil judi untuk pemenang tidak hanya
dapat berupa uang
tetapi berupa barang dan tindakan.
3.2 Perjudian Menurut Hukum yang Berlaku di Indonesia
Definisi dari permainan yang digolongkan sebagai judi diatur
dalam Pasal
303 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP):
Yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, di
mana
pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung pada
peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau
lebih
mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang keputusan
perlombaan atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan
antara
mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga
segala
pertaruhan lainnya.
Permainan judi mengandung unsur keuntungan yang bergantung
pada
peruntungan atau kemahiran pemain. Selain itu, unsur pertaruhan
terlibat dalam
permainan judi.
Pasal 2 ayat (1) UU. No.7 1974 hanya mengubah ancaman hukuman
pasal
303 ayat (1) KUHP dari 8 bulan penjara atau denda
setinggi-tingginya 90.000
rupiah menjadi hukuman penjara selama-lamanya 10 tahun atau
denda sebanyak-
banyaknya 25 juta rupiah. Pasal 303 ayat (1)-1 Bis KUHP dan
pasal 303 ayat (1)-
2 Bis KUHP memperberat ancaman hukuman bagi mereka yang
mempergunakan
kesempatan, serta turut serta main judi, diperberat menjadi 4
tahun penjara atau
denda setinggi-tingginya 10 juta rupiah dan ayat (2)-nya
penjatuhan hukuman
bagi mereka yang pernah dihukum penjara berjudi selama-lamanya 6
tahun atau
denda setinggi-tingginya 15 juta rupiah.
Secara eksplisit hukum menegaskan bahwa segala bentuk judi
telah
dilarang dengan tegas dalam undang-undang, namun praktik
perjudian
diperbolehkan jika ada izin dari pemerintah.
-
Secara hukum orang yang dapat dihukum ialah :
1) Orang atau Badan Hukum (Perusahaan) yang mengadakan atau
memberi kesempatan main judi sebagai mata pencahariannya, dan
juga
bagi mereka yang turut campur dalam perjudian (sebagai
bagian
penyelenggara judi) atau juga sebagai pemain judi; tidak perlu
ditempat
umum, walaupun tersembunyi, dan tertutup dapat dihukum;
2) Orang atau Badan Hukum (Perusahaan) sengaja mengadakan
atau
memberi kesempatan untuk main judi kepada umum, tidak
disyaratkan
sebagai mata pencaharian, asal ditempat umum yang dapat
dikunjungi
orang banyak/umum. Pengecualian jika memiliki izin dari
pemerintah;
3) Orang yang mata pencahariannya dari judi dapat dihukum;
4) orang yang hanya ikut pada permainan judi yang bukan sebagai
mata
pencaharian juga tetap dapat dihukum. (vide, pasal 303 bis
KUHP).
Jika mengacu pada Peraturan Pemerintah, pasal 1 PPRI No.9 tahun
1981
yang melarang memberikan izin terhadap segala bentuk perjudian,
baik dalam
bentuk judi yang diselenggarakan di kasino, di keramaian maupun
dikaitkan
dengan alasan lain, yang jika dikaitkan lagi dengan isi pasal 2
dari PPRI No.9
tahun 1981 yang intinya menghapuskan semua peraturan
perundang-undangan
yang bertentangan dengan pasal 1 PPRI No.9 tahun 1981, khususnya
yang
memberikan izin terhadap segala bentuk perjudian. Hal ini
mengakibatkan
pembatalan pasal 303 ayat (1) dan/atau pasal 303 bis KUHP.
Terdapat peraturan yang saling bertentangan, yaitu UU No.7 tahun
1974
Jo. pasal 303 KUHP yang mengatur tentang izin judi oleh yang
berwenang, disisi
lain bertentangan dengan aturan pelaksanaannya, yaitu PPRI No.9
tahun 1981,
yang melarang perjudian dengan segala bentuknya. Memang secara
azas teori
hukum, PPRI No.9 tahun 1981 batal demi hukum karena bertentangan
dengan
peraturan yang di atasnya.
Kepolisian hanya dapat menindak perjudian yang tidak memiliki
izin,
walaupun judi tersebut bertentangan dengan nilai-nilai seluruh
agama yang dianut.
Guna menghindari adanya tindakan anarkisme dari kalangan ormas
keagamaan
terhadap maraknya praktik perjuadian yang ada, maka sudah
seharusnya
Pemerintah bersama DPR tanggap dan segera membuat perangkat
peraturan
-
perundang-undangan yang mengatur tentang larangan praktik
perjudian yang
lebih tegas. Khususnya larangan pemberian izin judi di tempat
umum atau di kota-
kota dan di tempat-tempat pemukiman penduduk, agar Pancasila dan
masyarakat
yang relijius tetap terjaga.
3.3 Perjudian Menurut Hukum Islam
Dalam Al-Qur'an, kata maysir disebutkan sabanyak tiga kali,
yaitu dalam
surat Al-Baqara (2) ayat 219, surat Al-M`ida (5) ayat 90 dan
ayat 91. Ketiga
ayat ini menyebutkan beberapa kebiasaan buruk yang berkembang
pada masa
jahiliyah, yaitu khamar, al-maysir, al-anshb (berkorban untuk
berhala), dan al-
azlm (mengundi nasib dengan menggunakan panah).
Penjelasan tersebut dilakukan dengan menggunakan jumlah
khabariyyah
dan jumlah insya`iyyah. Dengan penjelasan tersebut, sekaligus
Al-Qur'an
sesungguhnya menetapkan hokum bagi perbuatan-perbuatan yang
dijelaskan itu.
Di dalam surat al-Baqara (2) ayat 219 disebutkan sebagai
berikut:
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.
Katakanlah:
"Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat
bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya."
Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan.
Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.
Sehubungan dengan judi, ayat ini merupakan ayat pertama yang
diturunkan
untuk menjelaskan keberadaannya secara hukum dalam pandangan
Islam. Setelah
ayat ini, menurut Al-Qurthubiy kemudian diturunkan ayat yang
terdapat di dalam
surat Al-Ma'idah ayat 91 (tentang khamar ayat ini merupakan
penjelasan ketiga
setelah surat An-Nisa ayat 43). Terakhir Allah menegaskan
pelarangan judi dan
khamar dalam surat al-Ma'idah ayat 90.
Al-Thabariy menjelaskan bahwa "dosa besar" ( tapadret gnay (
pada judi yang dimaksud ayat di atas adalah perbuatan judi atau
taruhan yang
dilakukan seseorang akan menghalangi yang hak dan,
konsekwensinya, ia
-
melakukan kezaliman terhadap diri, harta dan keluarganya atau
terhadap harta,
keluarga dan orang lain.
Kezaliman yang dilakukannya terhadap dirinya adalah penurunan
kualitas
keberagamaannya, dengan kelalaiannya dari mengingat Allah dan
shalat.
Sedangkan kezaliman terhadap orang lain adalah membuka peluang
terjadinya
permusuhan dan perpecahan. Sementara keuntungan yang ditumbulkan
dari
perjudian itu hanya terbatas pada keuntungan material, kalau ia
menang.
Di dalam surat al-M`ida (5) ayat 90 dan ayat 91 Allah berfirman
sebagai
berikut:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah[434], adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu
lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi
kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah
kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
Asbb al-nuzl ayat ini, seperti diceritakan oleh Thabariy Umar
berdoa
"Ya Allah jelaskan buat kami tentang hukum khamar
sejelas-jelasnya".
Sehubungan dengan itu diturunkanlah ayat yang terdapat dalam
surat Al-
Baqarah ayat 219 ( ...). Setelah ayat itu turun, 'Umar
masih berdoa agar Allah menjelaskan hukum khamar tersebut.
Kemudian
turunlah ayat yang terdapat dalam surat al-Nisa` ayat 43
( ...).
Setelah ayat itu turun, Nabi menegaskan bahwa dilarang shalat
orang
yang sedang mabuk. Saat itu 'Umar masih berdoa agar Allah
menjelaskan
hukum khamar. Kemudian turunlah ayat dalam surat Al-Ma'idah
-
( ...). Ketika 'Umar mendengar ujung ayat itu
( ), ia berkata kami berhenti, kami berhenti ( ).
Dengan memperhatikan unsur-unsur pengharaman yang terdapat
dalam judi, akan dijelaskan di bawah, dapat dipahami dan
mestinya
pengharaman judi harus lebih tegas dan lebih keras dibanding
pengharaman
khamar (dan riba).
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan dosa ( )
adalah perbuatan salah yang berhubungan langsung atau berakibat
pada
pelakunya sendiri ( ). Sebagai lawannya
adalah al-bagy ( ), yaitu perbuatan salah yang memberikan
akibat
(buruk) kepada orang orang lain atau orang banyak banyak
( ). Dalam konteks judi, menurut Al-Alusiy kata tersebut
berarti "penghalang dan jauh dari rasa ada (cukup)"
( ). Sedang kata rijs ( ) yang terdapat dalam ayat
di atas secara syara', seperti disebutkan Al-Syarbayniy,
memiliki arti "najis
yang secara ijma' mesti dihindari" ( ). Tapi menurut
al-Thabariy, kata tersebut, yang juga bisa dibaca atau ditulis
dengan ,
berarti azab ( ).
Kata rijs ternyata juga digunakan Al-Qur'an untuk patung,
yaitu
terdapat surat Al-Hajj ayat 30 (... ...). Seperti
dikatakan Zamakhsyariy, tabiat dasar manusia adalah menghindari
dan
menjauhi sesuatu yang disebut keji ( ),
dan kekejian yang paling keji dalam pandangan agama adalah
menyembah
berhala. Dengan penyamaan itu, maka seharusnya para pelaku judi
menjauhi
perbuatan tersebut sama seperti menjauhi perbuatan menyembah
berhala.
Lafal yang terdapat di dalam ayat itu, yang secara bahasa
berarti jauhilah ( ), merupakan perintah Allah untuk
menjauhi
perbuatan-perbuatan yang disebutkan sebelumnya. Penggunaan
lafal
perintah untuk menjauhi itu sendiri memberikan konsekwensi
bahwa
perbuatan yang disuruh jauhi itu adalah perbuatan yang status
hukumnya
adalah haram. Malah, penggunaan lafal yang mengandung larangan
dan
-
ancaman ini memberikan konsekwensi bahwa perbuatan itu
merupakan
perbuatan yang keharamannya sangat kuat.
Berdasarkan ketiga ayat itu, ulama fikih sependapat
menetapkan
bahwa al-maysiritu haram hukumnya. Akan tetapi, mereka
berlainan
pendapat mengenai ayat yang mengharamkannya. Abu Bakar al-
Jashshas berpendapat bahwa keharaman Al-maysirini dipahami dari
surat al-
Baqara (2) ayat 219. Dua ayat lainnya, yang terdapat dalam
suratal-M`ida
(5), hanya memberikan pennjelasan tambahan bahwa al-maysir itu
adalah
salah satu perbuatan kotor yang hanya dilakukan oleh setan
dan
menumbuhkan beberapa dampak negatif, seperti permusuhan,
saling
membenci, serta kelalaian dari perbuatan mengingat Allah, serta
melalaikan
dari ibadah shalat. Menurutnya, dengan surat al-Baqara (2) ayat
219 saja
sudah memadai untuk mengharamkan khamar; walau ayat lain
tidak
diturunkan untuk menjelaskan hal sama.
Karena di dalam ayat itu disebutkan bahwa al-maysir sebagai
salah
satu dosa besar dan setiap dosa besar itu hukumnya haram.
Sebagai sebuah
dosa besar, sudah barang tentu permainan judi termasuk dalam
kategori
perbuatan yang keji. Sementara pengharaman terhadap perbuatan
yang keji
itu juga disebutkan Allah dalam surat al-A'raf ayat 33
berikut:
Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang
keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan
perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang
benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan
sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan
(mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang
tidak kamu ketahui."
Sedang Imam al-Qurthubiy dan Imam al-Syawkaniy berpendapat
bahwa hokum al-maysir itu baru jelas keharamannya setelah
turunnya surat
al-M`ida (5) ayat 90-91. Menurut mereka, surat al-Baqara (2)
ayat 219
merupakan tahap awal pelarangan al-maysir sebagai dosa besar dan
juga
-
mengandung beberapa manfaat bagi manusia. Dengan pendapat
seperti ini,
sesungguhnya al-Qurthubiy dan al-Syawkaniy mengikuti alur pikir
bahwa
pengharaman judi itu dilakukan secara bertahap, melalui tiga
ayat yang
berbeda, bukan sekaligus dalam satu ayat.
Ibnu Taymiyyah menegaskan bahwa dengan turunnya ayat yang
mengatakan bahwa judi itu adalah najis dan termasuk perbuatan
setan, maka
haramlah segala jenis judi, baik yang dikenal bangsa Arab pada
waktu itu
maupun yang tidak mereka kenal.
Keharamannya disepakati oleh semua kaum muslimin, termasuk
juga
keharaman permainan lain, baik yang menggunakan taruhan maupun
yang
tidak memakai taruhan ( ), seperti permainan catur, kartu,
dan sebagainya, karena lafal maysir mencakup semua jenis
permainan
seperti itu.
3.4 Perjudian dalam Seni dan Budaya Islam
Perjudian merupakan aktivitas yang dilarang dalam agama
Islam.
Perjudian bertentangan dengan nilai budaya Islam seperti ikhlas,
bekerja secara
profesional, mengutamakan kemaslahatan umum, dan kejujuran.
Ikhlas memberi manfaat untuk kehidupan manusia karena dengan
ikhlas
seseorang dapat bekerja tanpa ada beban. Perjudian tidak
menerapkan rasa ikhlas
karena banyak orang merasa terbebani harus mempertaruhkan barang
atau uang
agar menghasilkan barang atau uang yang lebih. Seseorang yang
bekerja secara
ikhlas dapat meyenangkan berbagai kelompok ahkan diri
sendiri.
Islam mengajarkan untuk bekerja secara professional dan
memilliki etos
kerja yang tinggi, tetapi dengan mengikuti judi manusia tidak
dapat bekerja secara
keras karena hanya mengandalkan keberuntungan. Dalam al-Quran
dan Hadis
Rasulullah s.a.w banyak menyebutkan agar manusia lebih baik
beretos kerja yang
tinggi dan mengarahkan pada profesionalisme.
Kejujuran adalah perilaku terpuji dan jika tidak dikembangkan,
maka akan
menimbulkan dampak negatif dalam kehidupan masyarakat. Perjudian
tidak
melatih kejujuran karena dalam judi terdapat banyak strategi
yang licik sehingga
seseorang akan melakukan apa pun agar menjadi pemenang. Meraih
kesuksesan
-
harusnya dilakukan secara jujur karena tidak akan terjadi
hal-hal yang merugikan
satu kelompok dan kelompok lainnya.
Mengutamakan kemaslahatan umum meningkatkan harkat dan
martabat
manusia untuk melestarikan kehidupan alam semesta yang merupakan
nilai
budaya Islam yang tidak terdapat pada perjudian. Perjudian tidak
menimbulkan
dampak positif unutk lingkungan masyarakat karena merugikan
berbagai
kelompok.
Islam mendukung kesenian selama tidak bertentangan dengan
nilai-nilai
agama dan apabila bertentangan dengan ajaran agama maka dilarang
secara keras.
Perjudian tidak memiliki nilai budaya Islam yang baik karena
lebih banyak
memberikan kerugian untuk lingkungan sehingga seharusnya manusia
tidak
melakukan judi dan melakukan hal lain yang baik seperti bekerja
dengan usaha
dan kerja keras.
-
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Islam mendukung kesenian selama tidak bertentangan dengan
nilai-nilai
agama dan apabila bertentangan dengan ajaran agama maka dilarang
secara keras.
Perjudian tidak memiliki nilai budaya Islam yang baik karena
lebih banyak
memberikan kerugian untuk lingkungan sehingga seharusnya manusia
tidak
melakukan judi dan melakukan hal lain yang baik seperti bekerja
dengan usaha
dan kerja keras.
Perjudian di Indonesia sekarang ini masih ada dan dilakukan
dengan
berbagai cara. Perjudian dapat menghasilkan banyak uang sehingga
tidak sedikit
orang Indonesia yang ingin melakukannya sampai menang.
Terdapat peraturan yang saling bertentangan menyebabkan
lemahnya
penegakan hukum tentang berjudi di Indonesia. Terdapat
pasal-pasal yang
melarang adanya perjudian, namun ada beberapa pasal yang
memungkinkan
dizinkannya praktek perjudian, sehingga kepolisian hanya dapat
menindak
perjudian yang tidak memiliki izin, walaupun judi tersebut
bertentangan dengan
nilai-nilai seluruh agama yang dianut.
Perjudian merupakan aktivitas yang dilarang dalam agama
Islam.
Perjudian bertentangan dengan nilai budaya Islam seperti ikhlas,
bekerja secara
profesional, mengutamakan kemaslahatan umum, dan kejujuran.
Dalam Al-Qur'an, kata maysir (judi) disebutkan sabanyak tiga
kali,
yaitu dalam surat Al-Baqara (2) ayat 219, surat Al-M`ida (5)
ayat 90 dan
ayat 91. Ketiga ayat ini menyebutkan al-maysir (mengundi nasib
dengan
menggunakan panah) adalah perbuatan yang termasuk dosa besar
sehingga
hukum melakukannya adalah haram, termasuk juga keharaman
permainan-
permainan judi (yang mengundi nasib), baik yang menggunakan
taruhan
maupun yang tidak memakai taruhan, seperti permainan catur,
kartu, dan
sebagainya, karena lafal Al-Maysir mencakup semua jenis
permainan seperti
itu.
-
4.2 Saran
Islam sudah menjelaskan tentang perjudian yang hukumnya adalaah
haram
dan akan mendapat dosa yang besar. Namun hokum di Indonesia
tentang berrjudi
masih perlu diperjelas lagi mengenai aturan-aturan dan
undang-undang tentang
berjudi.
Berjudi dapat menimbulkan banyak efek yang buruk dan merugikan
diri
sendiri dan masyarrakat sekitar. Untuk menghentikan perjudian di
Indonesia dapat
dilakukan dengan mengedukasi dan memberi pelajaran kepada
masyarakat mulai
dari anak-anak hingga orang dewasa bahwa berjudi akan
menimbulkan kerugian
dan efek yang buruk. Selain itu, harus ada hukum dan aturan yang
jelas mengenai
perjudian sehingga orang yang melakukan judi akan jera dan tidak
mengulagi
perbuatannya kembali.
-
DAFTAR PUSTAKA
Hifni Bik, A., Laksono, D., Anggarwarti, E. S. B., Fakhriyana,
I., Tyas,
Ismi A., Hidayanti, T. Agama Islam, Seni, Budaya, IPTEK, dan
Filsafat.
2012. Depok: Universitas Indonesia.
https://imammorati23.wordpress.com/2011/05/16/konsep-pengembangan-
budaya-dan-seni-menurut-islam/
http://www.slideshare.net/dwilaksonoabdhillah/agama-islam-seni-budaya-
iptek-dan-filasafat-mpk-agama
Menjadi Cendekiawan Muslim; DR KH Zakky Mubarak, MA
Makalah Agama Kebudayaan dan Seni Islam. Humaira Hana.
[website:
http://humairahanads.blogspot.com/2012/11/makalah-agama-kebudayaan-
dan-seni-islam.html]
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia