LP TEORI ASKEP KEJANG DEMAM (FEBRIS CONVULSION) BAB 1TINJAUAN
TEORI
1.1. Tinjauan Medis 1.1.1. PengertianKejang demam atau febris
convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 0C) yang disebabkan oleh proses
ektra kranium (Ngastiyah, 229)Kejang demam adalah kejang yang
terjadi pada suhu badan tinggi. Suhu badan tinggi ini karena
kelainan ektrakranial (Lumbantobing , I)
1.1.2. Etiologi Belum diketahui, faktor pencetus antara lain :
1) Kenaikan suhu tubuh mendadak 2) Diduga ada faktor keturunan 3)
Respon alergik atau keadaan umum abnormal oleh infeksi 4) Perubahan
keseimbangan cairan atau elektrolit
1.1.3. Web Of CaustionVirus, bakteri
Masuk ke dalam tubuh (port dentry)
Reaksi antigen antibodyInfeksi dalam tubuh
Metabolisme tubuh meningkatDemam
1.1.4. Klasifikasi Menurut Fukuyama menjadi 2 golongan 1) Kejang
demam sederhana Ciri : (1) Sebelumnya tidak ada riwayat keluerga
yang menderita epilepsy (2) Sebelumnya tidak ada riwayat cidera
otak oleh penyebab lain (3) Serangan demam (kejang demam) terjadi
antara lain 6 bulan 6 tahun (4) Lama kejang 15 menit (5) Tidak
didapatkan gejala atau abnormalitas pasca kejang (6) Tidak
didapatkan abnormalitas neolorgis atau perkembangan (7) Kejang
tidak berlangsung atau berulang dilain waktu singkat 2) Kejang
demam kompleks Cirri : (1) Kejang fokal (2) Kejang > 15 menit
(3) Kejang berulang (Lumbantobing , 4)
1.1.5. Menifestasi Klinis Menurut liringstone kejang demam
dibagi : 1) Kejang demam sederhana (simple febrik Covulsion)2)
Epilipsi yang diprorikasi oleh demam (epilipsi Inggered of
Fever)Diagnosa kejang demam sederhana (Liringstone) menurut FKUI
RSCM 1) Umur anak ketika kejang antara 6 bulan 4 tahun 2) Kejang
berlangsung sebentar, (< 15 menit) 3) Pemeriksaan saraf sebelum
dan sesudah kejang normal 4) Frekuensi kejang bangkitan dalam 1
tahun tidak melebihi 4x5) Kejang stabil setelah 16 jam setelah
timbulnya demam 6) Kejang bersifat umum (Ngastiyah, 231)
1.1.6. Pemeriksaan Penunjang 1) Elektrolit : Tidak seimbang
dapat berpengaruh menjadi pradiposisi pada aktivitas kejang 2) Sel
darah merah (SDM) : Anemia aplastik mungkin sebagai akibat dari
terapi obat 3) Fungsi lambal : Untuk mendeteksi tekanan abnormal
dari cairan secara brospinal, tanda-tanda infeksi, perdarahan 4)
Foto ronsen kepala untuk mengidentifikasi adanya fraktur 5) EEG
(Elektro enspalgram) : daerah serebal yang tidak berfungsi 6) MRI :
Neulokalisasi 7) CT scan : Mengidentifikasi lokasi serebal, infrak,
hematom, tumor, abses, dll (Dongoes, Marilyn E, Hal 262)
1.1.7. Penatalaksanaan Medik Dalam penanggulangan kejang demam
ada 4 faktor yang perlu di kajikan 1) Memberantas kejang secepatnya
mungkin (1) Obat pilihan adalah diazepam yang diberikan secara
intravena (2) Diare paru : dosis : - BB 10 kg : 0,5 0,7 mg/kg BB Iv
- BB 20 kg : 0,5 mg 1 kg BB IV - Usia 5 tahun : 0,3 5 mg/kg BB IV
(3) Diazepam Supp : - BB 10 kg : 5 mg - BB 10 kg : 10 mg (4)
Pengobatan penunjang Perawatan - Semua pakaian dibuka - Posisi
kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi lembut - Bebaskan
jalan nafas - Penghisap lender teratur dan beri O2 (5) Pengobatan
rumatan Propilaksis Intermitas - Mencegah terulangnya kejang demam
a. Diazepam paroid atau rectal b. Campuran anti piretik dan
konvulean - Profilaksi jangka panjang- Obat yang sering digunakan :
a. Fenobarbital b. Sodium valpoat atau asam valpoat c. Femition (6)
Mencari dan mengobati penyebab
1.2. Tinjauan Asuhan Keperawatan 1.2.1. Pengkajian 1.2.1.1.
Anamnesa 1) Aktivitas atau Istirahat (1) Keletihan, kelemahan umum
(2) Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain2)
Sirkulasi (1) Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis (2)
Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan
nadi dan pernafasan 3) Intergritas Ego (1) Stressor eksternal atau
internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau penanganan (2)
Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya
(3) Perubahan dalam berhubungan 4) Eliminasi (1) Inkontinensia
epirodik 5) Makanan atau cairan (1) Sensitivitas terhadap makanan,
mual atau muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang 6)
Neurosensori (1) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang,
pinsan, pusing riwayat trauma kepala, anoreksia, dan infeksi
serebal (2) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area
halusinasi)(3) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau
paralisis 7) Kenyamanan (1) Sakit kepala, nyeri otot, (punggung
pada periode posiktal)(2) Nyeri abnormal proksimal selama fase
iktal 8) Pernafasan (1) Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis,
pernafasan menurun cepat peningkatan sekresi mulus (2) Fase
posektal : Apnea 9) Keamanan (1) Riwayat terjatuh (2) Adanya alergi
10) Interaksi Sosial (1) Masalah dalam hubungan interpersonal dalam
keluarga lingkungan sosialnya (2) Perubahan kekuatan atau tonus
otot secara menyeluruh 1.2.1.2. Pemeriksaan Fisik 1) Aktivitas (1)
Perubahan tonus otot atau kekuatan otot (2) Gerakan involanter atau
kontraksi otot atau sekelompok otot 2) Integritas Ego (1) Pelebaran
rentang respon emosional 3) Eleminasi (1) Iktal : penurunan tekanan
kandung kemih dan tonus spinter (2) Posiktal : otot relaksasi yang
mengakibatkan inkonmesia 4) Makanan atau cairan (1) Kerusakan
jaringan lunak (cedera selama kejang)(2) Hyperplasia ginginal 5)
Neurosensori (karakteristik kejang)(1) Fase prodomal : - Adanya
perubahan pada reaksi emosi atau respon efektifitas yang tidak
menentu yang mengarah pada fase area.(2) Kejang umum - Tonik klonik
: kekakuan dan postur menjejak, mengenag peningkatan keadaan, pupil
dilatasi, inkontineusia urine - Fosiktal : pasien tertidur selama
30 menit sampai beberapa jam, lemah kalau mental dan anesia - Absen
(patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau makanan (3) Kejang
parsial - Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan
aura, berakhir 15 menit tdak ada penurunan kesadaran gerakan
ersifat konvulsif (4) Kenyamanan - Sikap atau tingkah laku yang
berhati-hati - Perubahan pada tonus ott - Tingkah laku distraksi
atau gelisah (5) Keamanan - Trauma pada jaringan lunak - Penurunan
kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh
1.2.2. Rencana Asuhan Keperawatan 1.2.2.1 Risiko tinggi
hipertermia berhubungan dengan proses infeksi 1) Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam masalah tidak menjadi
aktual 2) Kriteria hasil : (1) Suhu dalam batas normal (36 37 o
C)(2) RR : < 40 x/mnt (3) N : 60-120 x/mnt3) Intervensi : (1)
Observasi adanya faktor-faktor yang memperberat risiko hipertermia
R : Mencegah terjadinya risiko peningkatan tubuh(2) Observasi TTV R
: Peningkatan suhu tubuh diawasi(3) Pendidikan kesehatan kompres
dingin R : Merangsang saraf di hipotalamus untuk menghentukan panas
tubuh dan memberikan rasa nyaman(4) Menganjurkan memakai pakaian
yang tipis R : Dapat membantu menyerap keringat(5) Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian terapi obat Ferris 2,5 cc/hariR :
Efek obat diharapkan dapat menurunkan panas
1.2.2.2 Risiko tinggi cedera berhubungan dengan gangguan
hantaran neuron pada otak 1) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 1 x 24 jam masalah tidak menjadi aktual 2) Kriteria
hasil :(1) Tidak terjadi kejang (2) Tidak terjadi cedera saat
kejang3) Intervensi : (1) Menganjurkan orang tua untuk memberikan
pengaman pada sisi tempat tidur pasien R : Mencegah terjadinya
cidera saat kejang(2) Menganjurkan orang tua untuk membersihkan
saliva yang keluar dari mulutR : Mencegah terjadinya aspirasi(3)
Menganjurkan keluarga untuk memberikan benda yang lunak untuk
digigit saat kejang R : Mencegah tergigitnya lidah saat kejang(4)
Menganjurkan orang tua memantau tanda-tanda kejang R :
Mengantisipasi penanganan kejang(5) Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi obat Depaken tabR : Efek obat diharapkan dapat
mencegah kejang
1.2.2.3 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
suhu tubuh 1) Tujuan : Pasien dapat menunjukkan volume cairan
stabil 2) Kriteria hasil : Keseimbangan pemasukan dan pengeluaran,
BB stabil, TTV dalam rentang normal. Tidak ada peningkatan suhu
tubuh. 3) Intervensi dan rasional : (1) Observasi TTV R : Untuk
mengetahui perkembangan pasien (2) Monitor tanda-tanda kekurangan
cairan R : Memantau terjadinya dehidrasi (3) Catat intake dan
output pasien R : Untuk mengetahui keseimbangan masuk dan keluarnya
makanan(4) Monitor dan catat BB R : Memberikan informasi tentang
keadekuatan masukan diet atau penentuan kebutuhan nutrisi (5)
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan IV R : Memenuhi
cairan atau nutrisi yang belum adekuatnya masukan oral
1.2.2.4 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kebutuhan
oksigen otak kurang ( Hipoksemia berat ) sekunder terhadap
terjadinya kejang1) Batasan Karakteristik Mayor:(1) Perubahan
frekuensi pernafasan (2) Perubahan nadi (frekuensi, irama,
kualitas) Minor:(1) Takipnea, hipernea, hiperventilasi(2) Irama
pernafasan tidak teratur (3) Pernapasan yang berat 2) Tujuan(1)
Perawat dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas
(2) Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan pertukaran gas
seperti tanda vital, nilai AGD dan ekspresi wajah. 3) Kriteria
Hasil(1) Menunjukkan frekuensi pernafasan yang efektif (2)
Menyatakan gejala berkurang (3) Menyatakan faktor-faktor penyebab
dan menyatakan cara koping adaptif untuk mengatasinya 4) Intervensi
dan rasional :(1) Observasi TTV R : Mengidentifikasi keadaan pasien
dalam intervensi yang diberikan (2) Kaji adanya bunyi nafas
tambahan, peningkatan pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada
dan kelemahan R : Identifikasi adanya PK pulmonary edema(3) Berikan
posisi tidur semi fowler R : Posisi semi fowler memaksimalkan
ekspansi paru (4) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat
sianosis dan atau perubahan warna kulit termasuk membran mukosa dan
kuku R : Akumulasi secret atau pengaruh jalan nafas dapat
mengganggu oksigenasi organ vital jaringan (5) Tingkatkan tirah
baring atau batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri
sesuai keperluanR : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan
selama periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya
gejala (6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen R :
Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder
terhadap penurunan ventilasi atau menurunnya permukaan alveolar
paru (7) Kolaborasi dalam pemberian obat R : Dengan terapi
pengobatan dapat mempercepat proses penyembuhan
1.2.2.5 PK Hipoglikemia1) Tujuan : Perawat akan menangani dan
meminimalkan terjadinya hiperglikemi2) Kriteria Hasil :1. GDP dan
GDS 76 110 mg/dl.2. GD 2 JPP < 140 mg/dl.3. Tidak terjadi tanda
tanda hiperglikemi( penurunan kesadaran, keringat dingin, kesemutan
)3) Intervensi(1) Pantau tanda dan gejala DKA ( GD > 300 mg /
dl, aceton darah positif, bau napas keton, hipotensi, Na, K
menurun,, takikardi )R : Bila insulin tidak tersedia, glukosa darah
akan meningkat dan tubuh akan memetabolisme lemak untuk kebutuhan
energi dan menghasilkan benda benda keton.(2) Pantau status hidrasi
pasien, tanda tanda dehidrasi.R : Mencegah hidrasi berlebihan /
kekurangan hidrasi.(3) Pantau status neurologis pasien.R :
Fluktuasi kadar glukosa, asidosis dan keadaan cairan dapat
mempengaruhi fungsi neurologis karena sirkulasi yang tidak
adekuat.(4) Pantau sirkulasi pasien.R : Dehidrasi berat menyebabkan
penurunan curah jantung dan terjadi vasokontriksi sebagai
kompensasi tubuh.(5) Kolaborasi dalam pemberian glukosaR : Memenuhi
kebutuhan glukosa dalam darah
1.2.2.6 Defisit pengetahuan tentang penatalaksanaan di rumah1)
Batasan KarakteristikMayor :(1) Mengungkapkan kurang pengetahuan
atau ketrampilan / permintaan informasi.(2) Mengekspresikan suatu
ketidakakuratan persepsi status kesehatan.(3) Melakukan dengan
tidak tepat perilaku kesehatan yang dianjurkan atau yang
diinginkanMinor :(1) Kurang integrasi tentang rencana pengobatan ke
dalam aktivitas sehari hari.(2) Memperlihatkan atau mengekspresikan
perubahan psikologis ( misal : ansietas, depresi ) yang
mengakibatkan kesalahan informasi atau kurang informasi.Tujuan
:Pengetahuan pasien dan keluarga ( sasaran ) bertambah.Intervensi
:1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan di
rumah pada pasien demam / peningkatan suhu tubuh.R : Identifikasi
tingkat pengetahuan sasaran penyuluhan2. Beri HE tentang
penatalaksanaan di rumah pada pasien demam / peningkatan suhu
tubuh.R : Memberi informasi tentang penatalaksanaan di rumah pada
pasien demam / peningkatan suhu tubuh1.2.3. Evaluasi 1) Pasien
dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal 2) Tidak terjadi
cedera saat kejang3) Volume cairan pasien dapat terpenuhi secara
adekuat BAB 2ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
Nama Mahasiswa : Andy Yudhistira KristantoNIM : A1.07.50Tanggal
Pengkajian : 1 April 2010No. Register : 662132Ruang : Ruang Anak
RS.Baptis Kediri.
2.1 IDENTITAS PASIEN Nama : An. T Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Kediri, 21 1 2009 Umur : 13 bulan Anak ke :
1 Nama Ayah : Tn. J Nama Ibu : Ny.Y Pekerjaan Ayah : Guru Pekerjaan
Ibu : Ibu rumah tangga Pendidikan Ayah : Perguruan Tinggi
Pendidikan Ibu : SMU Agama : Islam Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Ds. Pojok Mojoroto Kediri Tanggal MRS : 29 3 2010 Jam
09.00 WIB Diagnosa Medis : Febris konvulsi
2.2 RIWAYAT KEPERAWATAN ( NURSING HISTORY )2.2.1 Riwayat
Keperawatan Sekarang 1. Keluhan Utama : Ibu pasien mengatakan badan
anak panas naik turun. 2. Lama Keluhan : Sejak kemarin sore (
tanggal 28 3 2010 ) 3. Akibat timbulnya keluhan : Anak kejang 2
kali dan lama kejaang 1 menit. 4. Faktor yang memperberat : Ibu
mengatakan anak sedang pilek. 5. Upaya untuk mengatasi : Memberi
kompres hangat di seluruh tubuh.
2.2.2 Riwayat Keperawatan Sebelumnya1. Prenatal : Kehamilan
pertama, pemeriksaan kehamilan rutin ke bidan dan melakukan
kunjungan (ANC) sebanyak 6x. ibu juga imunisasi TT 1x, ibu rutin
olah raga dengan jalan jalan pagi, selama hamil ibu tidak pernah
mengkonsumsi jamu jamuan tradisional. Natal : Pasien lahir secara
spontan vertex dengan ditolong bidan. BB lahir 3300 gram, panjang
badan = 55 cm, bayi langsung menangis saat lahir. Post Natal :
Pasien lahir tanpa kelainan kongenital, ASI ibu lancar. 2. Luka /
OperasiPasien tidak pernah menjalani operasi.3. AlergiIbu pasien
mengatakan An.T tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan atau
debu. 4. Pola KebiasaanIbu pasien mengatakan Saat dirumah anak
terbiasa makan sendiri, makan teratur dengan menu makan biasa (
nasi, lauk, pauk, sayur ), di RS anak sulit makan dan makan pagi
habis 5 sendok makan. Di rumah anak terbiasa minum ASI cukup dan
kadang kadang minum susu formula Indomilk Saat badan panas anak
sulit minum. An.T terbiasa tidur siang 1 2 jam / hari dan tidur
malam 7-8 jam / hari.Ibu pasien bertanya tentang apakah pemberian
minum saat anak panas itu penting ?5. Tumbuh Kembang :An.T mampu
berjalan maju mundur, berlari lari, dan membuka pakaian dengan
sedikit bantuan, berbicara 1 2 kata.Imunisasi :An.P sudah mendapat
imunisasi BCG,DPT 1 3, Polio 1 5, Hep I III, Campak. di Posyandu /
bidan.Status Gizi :BB : 8,3 kg ( BB normal : 9,2 10,6 kg )TB : 72,2
cm ( TB normal : 73 77 cm )Lingkar kepala : 45 cmLILA : 15 cmTurgor
kulit baik, pertumbuhan rambut lebat, warna rambut hitam.
Tahap perkembangan anak menurut Teori Psikososial Erik Erikson
:An.T berada dalam tahap toddler atau merupakan tahap kemandirian,
rasa malu dan ragu. Anak sudah mulai mencoba dalam mandiri dalam
tugas tumbuh kembang seperti dalam motorik dan bahasa, anak sudah
bias berjalan sendiri dan berbicara 6 kata. Pada tahap ini, anak
juga akan merasakan malu apabila orang tua terlalu melindungi atau
tidak memberi kemandirian / kebebasan anak dan menuntut tinggi
harapan anak.
Teori Kepribadian anak menurut Teori Psikoseksual Sigmund Freud
:An.T berada dalam tahap anal dimana anak menunjukkan kepuasan
adalah pada pengeluaran tinja, anak akan menunjukkan keakuannya dan
sikapnya yang narsistik yaitu cinta terhadap dirinya sendiri dan
sangat egoistic. Anak menunjukkan sikap kurang dalam pengendalian
diri.
2.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga1. Komposi KeluargaKeluarga
terdiri dari ayah, ibu dan 1 orang anak.2. Lingkungan rumah dan
komunitasRumah berada di pedesaan dengan kehidupan masyarakatnya
lebih bersosialisasi satu dengan lainnya dibuktikan dengan
banyaknya kunjungan dari tetangga sekitar ketika anak dirawat di
Ruang Anak3. Kultur dan kepercayaan Ibu pasien mengatakan percaya
bahwa Tuhan senantiasa menjaga kesehatan keluarga dan kesehatan
adalah anugerah dari Tuhan. Ayah pasien mengatakan mempunyai budaya
memberi kompres hangat saat anak panas karena yakin kalau kompres
dingin akan membuat demam anak semakin bertambah tinggi. Ayah
pasien bertanya tentang cara pemberian compres saat anak panas?4.
Fungsi dan hubungan keluargaKomunikasi orang tua dengan anak baik
dan lancar. Peran ibu sebagai pengasuh anak masih bisa
dikendalikan.5. Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan Ibu
pasien mengatakan anak sangat aktif bermain tetapi sulit makan. Ibu
pasien bertanya apa yang harus diperhatikan saat di rumah.6.
Persepsi keluarga tentang penyakit klienOrang tua pasien mengatakan
memiliki pandangan bahwa penyakit pasien akan bisa cepat sembuh
bila rutin minum obat.
2.2.4 Observasi Dan Pemeriksaan Fisik ( Body System )1.
Pernafasan ( B1 : Breathing ) Respirasi : 24 x / menit Pada
inspeksi hidung dan pergerakan dada simetris. Pada auskultasi suara
nafas baik pada trachea, bronchovesikuler dan vesikuler tidak
terdapat suara nafas tambahan. Tidak terdapat pernafasan cuping
hidung. Pasien pilek Tidak terdapat sianosis baik pada ekstremitas
maupun bibir. Pasien aktif beraktivitas. BB : 8,3 kg ( BB normal :
9,2 10,6 kg ) TB : 72,2 cm ( TB normal : 73 77 cm )2.
Cardiovascular ( B2 : Bleeding ) Nadi : 100 x/menit, irama teratur
Suhu : 36 4 0C Suhu tanggal 31 3 2009 jam 12 am : 38 8 O C
Pengisian kapiler ( CRT ) cepat. Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal,
tidak terdapat mur mur.3. Persyarafan ( B3 : Brain ) Tingkat
kesadaran composmentis. GCS (15) : E : 4; V : 5; M : 6. Anak rewel.
Tidak terdapat kelumpuhan ekstremitas, reflek patella + / +. Pada
mata, pupil isokor dengan diameter 3 / 3 mm, reaksi terhadap cahaya
+ / + 4. Perkemihan Eliminasi Urine ( B4 : Bladder ) Tidak ada
riwayat gangguan saat BAK. Bladder lunak. BAK spontan. BAK 5 6 x /
hari, kadang mengompol5. Pencernaan Eliminasi Alvi ( B5 : Bowel )
Pada inspeksi tidak terdapat jaringan parut pada abdomen. Tidak
terdapat asites.. Pada perkusi suara tympani. Bising usus 8
x/menit. Turgor kulit baik. Tidak terdapat nyeri tekan pada
abdomen, perut lunak.6. Tulang Otot Integumen ( B6 : Bone ) Tidak
tedapat nyeri tekan otot. Turgor kulit baik. Tidak terdapat edema
ekstremitas. Tidak terdapat kelainan tulang belakang MMT 55
55
7. Sistem EndokrinTidak ada riwayat penyakit DM
2.2.5 Diagnostic Test / Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan
Darah Lengkap ( 29 3 2010 )PemeriksaanHasilNilai
NormalInterprestasi
WBC9.3 K/uL4.1 10.9 K/uLNormal
LYM3.8 40.4 %L0.6 4.1 10.0 58.5%LNormal
MID0.6 6.8 %M0.0 1.8 0.1 24.0%MNormal
GRAN4.9 52.8%G2.0 7.8 37.0 92.0%GMenurun
RBC4.74 M/uL4.20 6.30 M/uLNormal
HGB10.1 g/dl12.0 18.0 g/dlMenurun
HCT30.6 %37.0 51.0 %Menurun
MCV64.6 fL80.0 97.0 fLMenurun
MCH21.3 pg26.0 32.0 pgMenurun
MCHC33.0 g/dl31.0 36.0 g / dlNormal
RDW15.0 %11.5 14.5 %Meningkat
PLT258 K / ul140 440 K/uLNormal
2. Pemeriksaan CRP ( 29 3 2010 )CRP : 4,98 mg/dl3. Kimia Darah
Tanggal 14 1 2010PemeriksaanHasilNilai NormalInterprestasi
GDS112 mg/dl76 110 mg/dlMeningkat
Na 139 mEq/L136 145 mEq/LNormal
K4.2 mEq/L3.6 5.0 mEq/LNormal
Kalsium 4,6 mEq /L3.4 4.7 mmol/LNormal
4. RontgenTidak dilakukan pemeriksaan5. Terapi Valim 2,5 mg IV
Prn Kejang dapat diulang max 3X selang 5 menit Valdimex 2 mg Tid PO
bila panas dan selama panas Paracetamol 4 cc Q 5 jam ( rutin 1 hari
) Biokid 5 cc QH Nasafed 1,5 cc Tid Fres 2,5 cc QH Dexametason 2,5
mg IV Q 8 Jam ( rutin 1 hari ) IV Kaen 4B 25 cc / jam Diit Nasi
LPLC
Kediri, 1 4 2011 Mahasiswa,
2.3 ANALISA DATANoData PenunjangEtiologiMasalah
1.
2.D S : -DO : - S ; 36 4 O C- S tanggal 31-3-2009 jam 12 am : 38
8 O C - Pasien MRS karena kejang 2 X- Tidak terdapat kelumpuhan
ekstremitas, reflek patella + / +.
DS : Ayah pasien mengatakan mempunyai budaya memberi kompres
hangat saat anak panas karena yakin kalau kompres dingin akan
membuat demam anak semakin bertambah tinggi. Ibu pasien mengatakan
saat badan panas anak sulit minum.DO : Ibu pasien bertanya tentang
apakah pemberian minum saat anak panas itu penting ? Ayah pasien
bertanya tentang cara pemberian compres saat anak panas?
Virus, bakteri
Masuk ke dalam tubuh (port dentry)
Reaksi antigen antibodyInfeksi dalam tubuh
Metabolisme tubuh meningkatDemam
Risiko hipertermi / Peningkatan suhu tubuh
Proses informasi tentang penatalaksanaan saat di rumahDfisit
pengetahuan tentang penatalaksanaan saat di rumah
Risiko hipertermi / Peningkatan suhu tubuh
Dfisit pengetahuan tentang penatalaksanaan saat di rumah
2.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN2.4.1 Risiko hipertermi / Peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan demam sekunder terhadap metabolisme
tubuh meningkat yang ditandai dengan S ; 36 4 O C , Suhu tanggal
31-3-2009 jam 12 am : 38 8 O C , pasien MRS karena kejang 2 X,
tidak terdapat kelumpuhan ekstremitas, reflek patella + / +.2.4.2
Dfisit pengetahuan tentang penatalaksanaan saat di rumah
berhubungan dengan proses informasi tentang penatalaksanaan saat di
rumah yang ditandai dengan ayah pasien mengatakan mempunyai budaya
memberi kompres hangat saat anak panas karena yakin kalau kompres
dingin akan membuat demam anak semakin bertambah tinggi, ibu pasien
mengatakan saat badan panas anak sulit minum, ibu pasien bertanya
tentang apakah pemberian minum saat anak panas itu penting ?, ayah
pasien bertanya tentang cara pemberian kompres saat anak panas?
2.5 PERENCANAANNoDiagnosaTujuanIntervensiRasionalTanggal
Dibuat/ParafTanggal dihentikan/Paraf
1. Risiko hipertermi / Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan
demam sekumder terhadap metabolisme tubuh meningkat yang ditandai
dengan S ; 36 4 O C , Suhu tanggal 31-3-2009 jam 12 am : 388OC ,
pasien MRS karena kejang 2 X, tidak terdapat kelumpuhan
ekstremitas, reflek patella + / +.
Tujuan :Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Kriteria hasil :1. S : 36 37 O C2. Anak tidak kejang3. Akral
hangat4. Nadi 90 110 x / menit.1. Ukur TTV ( suhu dan nadi )
2. Pantau adanya / terjadinya kejang berulang
3. Observasi KU pasien, akral pasien / perfusi
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi :
Antipiretik. Antikonvulsi Steroid1. Memantau peningkatan
metabolisme dan proses infeksi yang dapat menimbulkan kejang.
2. Bangkitan kejang berulang dapat terjadi apabila terjadi
kenaikan suhu mendadak yang melebihi tingkat adaptasi tubuh.
3. Keadaan perfusi perifer menunjukkan sirkulasi adekuat.
4. Antipiretik sebagai pengacu daru pusat pengaturan suhu di
hipotalamus sehingga dapat mengatasi dan mencegah terjadinya
peningkatan suhu tubuh melebihi tingkat adaptasi tubuh.Antikonvulsi
untuk mengurangi letupan neural, membantu aktifitas asam amino
penghambat atau mengurangi letupan lambat dari neuron
talamus.Steroid sebagai pemutus rantai infeksi tetapi dapat
menimbulkan sistem imun. 1 4 2009
2.6.1 Diagnosa Keperawatan :Risiko hipertermi / Peningkatan suhu
tubuh berhubungan dengan demam sekumder terhadap metabolisme tubuh
meningkat yang ditandai dengan S ; 364 O C , Suhu tanggal 31-3-2009
jam 12 am : 38 8 O C , pasien MRS karena kejang 2 X, tidak terdapat
kelumpuhan ekstremitas, reflek patella + / +.
Tujuan :Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Kriteria hasil :1. S : 36 37 O C2. Anak tidak kejang3. Akral
hangat4. Nadi 90 110 x / menit.
Implementasi Keperawatan :TanggalJamImplementasi Keperawatan
1 4 2009 8 am
8 am9 am
10 am
12 am12 am
12 am1. Melakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik2. Mengukur
suhu dan nadi3. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
antipiretik paracetamol 4 cc PO 4. Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian terapi steroid oradexon 2,5 mg IV 5. Mengukur TTV (
suhu dan nadi )6. Memantau adanya / terjadinya kejang berulang7.
Melakukan observasi KU pasien, akral pasien / perfusi perifer
2.6.2 Diagnosa Keperawatan :Dfisit pengetahuan tentang
penatalaksanaan saat di rumah berhubungan dengan proses informasi
tentang penatalaksanaan saat di rumah yang ditandai dengan ayah
pasien mengatakan mempunyai budaya memberi kompres hangat saat anak
panas karena yakin kalau kompres dingin akan membuat demam anak
semakin bertambah tinggi, ibu pasien mengatakan saat badan panas
anak sulit minum, ibu pasien bertanya tentang apakah pemberian
minum saat anak panas itu penting ?, ayah pasien bertanya tentang
cara pemberian kompres saat anak panas?
Tujuan :Keluarga pasien dapat mengetahui dan memahami tentang
penatalaksanaan saat di rumah saat anak panas dan kejang.
Kriteria hasil :1. Keluarga dapat menjelaskan pengertian
peningkatan suhu tubuh.2. Keluarga dapat menjelaskan dampak
peningkatan suhu tubuh3. Keluarga dapat menjelaskan fugsi
penatalaksanaan dirumah saat terjadi panas.4. Keluarga dapat
menjelaskan penatalaksanaan dirumah saat terjadi panas. dan
kejang
Implementasi Keperawatan :TanggalJamImplementasi Keperawatan
1 4 2009 9 am
10.30 am1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang
penatalaksanaan di rumah pada pasien demam / peningkatan suhu
tubuh.
2. Memberi HE tentang penatalaksanaan dirumah saat terjadi
panas. dan kejang (POA terlampir )
2.7 EVALUASITanggal / JamDiagnosaEvaluasi
1 4 2009 12 amRisiko hipertermi / Peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan demam sekumder terhadap metabolisme tubuh
meningkat yang ditandai dengan S ; 364 O C , Suhu tanggal 31-3-2009
jam 12 am : 38 8 O C , pasien MRS karena kejang 2 X, tidak terdapat
kelumpuhan ekstremitas, reflek patella + / +.
S :-
O : S : 36 2 O C Nadi : 100 X / menit Tidak terjadi kejang
berulang Akral hangat
A : Masalah tidak menjadi aktual
P : Rencana tindakan keperawatan no 1 4 dilanjutkan :1. Ukur TTV
( suhu dan nadi )2. Pantau adanya / terjadinya kejang berulang3.
Observasi KU pasien, akral pasien / perfusi perifer4. Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian terapi : Antipiretik. Antikonvulsi
Steroid
1 4 2009 12 amDfisit pengetahuan tentang penatalaksanaan saat di
rumah berhubungan dengan proses informasi tentang penatalaksanaan
saat di rumah yang ditandai dengan ayah pasien mengatakan mempunyai
budaya memberi kompres hangat saat anak panas karena yakin kalau
kompres dingin akan membuat demam anak semakin bertambah tinggi,
ibu pasien mengatakan saat badan panas anak sulit minum, ibu pasien
bertanya tentang apakah pemberian minum saat anak panas itu penting
?, ayah pasien bertanya tentang cara pemberian compres saat anak
panas?
S : Ayah pasien menjelaskan pengertian peningkatan suhu tubuh
adalah suhu tubuh diatas normal / lebih dari 38OC Ibu pasien
mengatakan dampak panas yang tidak teratasi dapat terjadi kejang
pada anak. Ayah pasien mengatakan tujuan penatalaksanaan panas saat
di rumah adalah untuk mencegah terjadinya kejang pada anak. Ayah
dan ibu pasien menjelaskan yang dapat dilakukan dirumah saat anak
panas adalah dengan memberi minum banyak, memberi obat penurun
panas dan memberi kompres. Dan yang dapat dilakukan saat anak
kejang di rumah adalah dengan tidak memasukkan benda apapun ke
dalam mulut, melindungi anak agar tidak cidera, melonggarkan
pakaian anak, miringkan badan anak supaya nafas bisa longgar.
O : Keluarga kooperatif dengan mahasiswa.
A : Tujuan tercapai
P : Rencana tindakan dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz. A. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta
: CV. Sagung Seto.
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta
:Media Aesculapius FKUI. Edisi III.
Price dan Wilson. (1995). Patofisiologi. Jilid 2. Terjemahan :
Peter Anugrah. Jakarta : EGC.
follow me on twitter Andy Yudhistira Kristanto "Tak perlu
seseorang yang sempurna, cukup temukan orang yang selalu membuatmu
bahagia & membuatmu berarti lebih dari siapapun #049"Saturday,
13 September 2014LP TEORI ASKEP KEJANG DEMAM (FEBRIS CONVULSION)
Post By. Andy J Beech at Saturday, September 13, 2014 BAB 1TINJAUAN
TEORI
1.1. Tinjauan Medis 1.1.1. PengertianKejang demam atau febris
convulsion adalah bangkitan kejang yang terjkadi pada saat kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 0C) yang disebabkan oleh proses
ektra kranium (Ngastiyah, 229)Kejang demam adalah kejang yang
terjadi pada suhu badan tinggi. Suhu badan tinggi ini karena
kelainan ektrakranial (Lumbantobing , I)
1.1.2. Etiologi Belum diketahui, faktor pencetus antara lain :
1) Kenaikan suhu tubuh mendadak 2) Diduga ada faktor keturunan 3)
Respon alergik atau keadaan umum abnormal oleh infeksi 4) Perubahan
keseimbangan cairan atau elektrolit
1.1.3. Web Of CaustionVirus, bakteri
Masuk ke dalam tubuh (port dentry)
Reaksi antigen antibodyInfeksi dalam tubuh
Metabolisme tubuh meningkatDemam
1.1.4. Klasifikasi Menurut Fukuyama menjadi 2 golongan 1) Kejang
demam sederhana Ciri : (1) Sebelumnya tidak ada riwayat keluerga
yang menderita epilepsy (2) Sebelumnya tidak ada riwayat cidera
otak oleh penyebab lain (3) Serangan demam (kejang demam) terjadi
antara lain 6 bulan 6 tahun (4) Lama kejang 15 menit (5) Tidak
didapatkan gejala atau abnormalitas pasca kejang (6) Tidak
didapatkan abnormalitas neolorgis atau perkembangan (7) Kejang
tidak berlangsung atau berulang dilain waktu singkat 2) Kejang
demam kompleks Cirri : (1) Kejang fokal (2) Kejang > 15 menit
(3) Kejang berulang (Lumbantobing , 4)
1.1.5. Menifestasi Klinis Menurut liringstone kejang demam
dibagi : 1) Kejang demam sederhana (simple febrik Covulsion)2)
Epilipsi yang diprorikasi oleh demam (epilipsi Inggered of
Fever)Diagnosa kejang demam sederhana (Liringstone) menurut FKUI
RSCM 1) Umur anak ketika kejang antara 6 bulan 4 tahun 2) Kejang
berlangsung sebentar, (< 15 menit) 3) Pemeriksaan saraf sebelum
dan sesudah kejang normal 4) Frekuensi kejang bangkitan dalam 1
tahun tidak melebihi 4x5) Kejang stabil setelah 16 jam setelah
timbulnya demam 6) Kejang bersifat umum (Ngastiyah, 231)
1.1.6. Pemeriksaan Penunjang 1) Elektrolit : Tidak seimbang
dapat berpengaruh menjadi pradiposisi pada aktivitas kejang 2) Sel
darah merah (SDM) : Anemia aplastik mungkin sebagai akibat dari
terapi obat 3) Fungsi lambal : Untuk mendeteksi tekanan abnormal
dari cairan secara brospinal, tanda-tanda infeksi, perdarahan 4)
Foto ronsen kepala untuk mengidentifikasi adanya fraktur 5) EEG
(Elektro enspalgram) : daerah serebal yang tidak berfungsi 6) MRI :
Neulokalisasi 7) CT scan : Mengidentifikasi lokasi serebal, infrak,
hematom, tumor, abses, dll (Dongoes, Marilyn E, Hal 262)
1.1.7. Penatalaksanaan Medik Dalam penanggulangan kejang demam
ada 4 faktor yang perlu di kajikan 1) Memberantas kejang secepatnya
mungkin (1) Obat pilihan adalah diazepam yang diberikan secara
intravena (2) Diare paru : dosis : - BB 10 kg : 0,5 0,7 mg/kg BB Iv
- BB 20 kg : 0,5 mg 1 kg BB IV - Usia 5 tahun : 0,3 5 mg/kg BB IV
(3) Diazepam Supp : - BB 10 kg : 5 mg - BB 10 kg : 10 mg (4)
Pengobatan penunjang Perawatan - Semua pakaian dibuka - Posisi
kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi lembut - Bebaskan
jalan nafas - Penghisap lender teratur dan beri O2 (5) Pengobatan
rumatan Propilaksis Intermitas - Mencegah terulangnya kejang demam
a. Diazepam paroid atau rectal b. Campuran anti piretik dan
konvulean - Profilaksi jangka panjang- Obat yang sering digunakan :
a. Fenobarbital b. Sodium valpoat atau asam valpoat c. Femition (6)
Mencari dan mengobati penyebab
1.2. Tinjauan Asuhan Keperawatan 1.2.1. Pengkajian 1.2.1.1.
Anamnesa 1) Aktivitas atau Istirahat (1) Keletihan, kelemahan umum
(2) Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain2)
Sirkulasi (1) Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis (2)
Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan
nadi dan pernafasan 3) Intergritas Ego (1) Stressor eksternal atau
internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau penanganan (2)
Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya
(3) Perubahan dalam berhubungan 4) Eliminasi (1) Inkontinensia
epirodik 5) Makanan atau cairan (1) Sensitivitas terhadap makanan,
mual atau muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang 6)
Neurosensori (1) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang,
pinsan, pusing riwayat trauma kepala, anoreksia, dan infeksi
serebal (2) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area
halusinasi)(3) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau
paralisis 7) Kenyamanan (1) Sakit kepala, nyeri otot, (punggung
pada periode posiktal)(2) Nyeri abnormal proksimal selama fase
iktal 8) Pernafasan (1) Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis,
pernafasan menurun cepat peningkatan sekresi mulus (2) Fase
posektal : Apnea 9) Keamanan (1) Riwayat terjatuh (2) Adanya alergi
10) Interaksi Sosial (1) Masalah dalam hubungan interpersonal dalam
keluarga lingkungan sosialnya (2) Perubahan kekuatan atau tonus
otot secara menyeluruh 1.2.1.2. Pemeriksaan Fisik 1) Aktivitas (1)
Perubahan tonus otot atau kekuatan otot (2) Gerakan involanter atau
kontraksi otot atau sekelompok otot 2) Integritas Ego (1) Pelebaran
rentang respon emosional 3) Eleminasi (1) Iktal : penurunan tekanan
kandung kemih dan tonus spinter (2) Posiktal : otot relaksasi yang
mengakibatkan inkonmesia 4) Makanan atau cairan (1) Kerusakan
jaringan lunak (cedera selama kejang)(2) Hyperplasia ginginal 5)
Neurosensori (karakteristik kejang)(1) Fase prodomal : - Adanya
perubahan pada reaksi emosi atau respon efektifitas yang tidak
menentu yang mengarah pada fase area.(2) Kejang umum - Tonik klonik
: kekakuan dan postur menjejak, mengenag peningkatan keadaan, pupil
dilatasi, inkontineusia urine - Fosiktal : pasien tertidur selama
30 menit sampai beberapa jam, lemah kalau mental dan anesia - Absen
(patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau makanan (3) Kejang
parsial - Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan
aura, berakhir 15 menit tdak ada penurunan kesadaran gerakan
ersifat konvulsif (4) Kenyamanan - Sikap atau tingkah laku yang
berhati-hati - Perubahan pada tonus ott - Tingkah laku distraksi
atau gelisah (5) Keamanan - Trauma pada jaringan lunak - Penurunan
kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh
1.2.2. Rencana Asuhan Keperawatan 1.2.2.1 Risiko tinggi
hipertermia berhubungan dengan proses infeksi 1) Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam masalah tidak menjadi
aktual 2) Kriteria hasil : (1) Suhu dalam batas normal (36 37 o
C)(2) RR : < 40 x/mnt (3) N : 60-120 x/mnt3) Intervensi : (1)
Observasi adanya faktor-faktor yang memperberat risiko hipertermia
R : Mencegah terjadinya risiko peningkatan tubuh(2) Observasi TTV R
: Peningkatan suhu tubuh diawasi(3) Pendidikan kesehatan kompres
dingin R : Merangsang saraf di hipotalamus untuk menghentukan panas
tubuh dan memberikan rasa nyaman(4) Menganjurkan memakai pakaian
yang tipis R : Dapat membantu menyerap keringat(5) Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian terapi obat Ferris 2,5 cc/hariR :
Efek obat diharapkan dapat menurunkan panas
1.2.2.2 Risiko tinggi cedera berhubungan dengan gangguan
hantaran neuron pada otak 1) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 1 x 24 jam masalah tidak menjadi aktual 2) Kriteria
hasil :(1) Tidak terjadi kejang (2) Tidak terjadi cedera saat
kejang3) Intervensi : (1) Menganjurkan orang tua untuk memberikan
pengaman pada sisi tempat tidur pasien R : Mencegah terjadinya
cidera saat kejang(2) Menganjurkan orang tua untuk membersihkan
saliva yang keluar dari mulutR : Mencegah terjadinya aspirasi(3)
Menganjurkan keluarga untuk memberikan benda yang lunak untuk
digigit saat kejang R : Mencegah tergigitnya lidah saat kejang(4)
Menganjurkan orang tua memantau tanda-tanda kejang R :
Mengantisipasi penanganan kejang(5) Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi obat Depaken tabR : Efek obat diharapkan dapat
mencegah kejang
1.2.2.3 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
suhu tubuh 1) Tujuan : Pasien dapat menunjukkan volume cairan
stabil 2) Kriteria hasil : Keseimbangan pemasukan dan pengeluaran,
BB stabil, TTV dalam rentang normal. Tidak ada peningkatan suhu
tubuh. 3) Intervensi dan rasional : (1) Observasi TTV R : Untuk
mengetahui perkembangan pasien (2) Monitor tanda-tanda kekurangan
cairan R : Memantau terjadinya dehidrasi (3) Catat intake dan
output pasien R : Untuk mengetahui keseimbangan masuk dan keluarnya
makanan(4) Monitor dan catat BB R : Memberikan informasi tentang
keadekuatan masukan diet atau penentuan kebutuhan nutrisi (5)
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan IV R : Memenuhi
cairan atau nutrisi yang belum adekuatnya masukan oral
1.2.2.4 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kebutuhan
oksigen otak kurang ( Hipoksemia berat ) sekunder terhadap
terjadinya kejang1) Batasan Karakteristik Mayor:(1) Perubahan
frekuensi pernafasan (2) Perubahan nadi (frekuensi, irama,
kualitas) Minor:(1) Takipnea, hipernea, hiperventilasi(2) Irama
pernafasan tidak teratur (3) Pernapasan yang berat 2) Tujuan(1)
Perawat dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas
(2) Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan pertukaran gas
seperti tanda vital, nilai AGD dan ekspresi wajah. 3) Kriteria
Hasil(1) Menunjukkan frekuensi pernafasan yang efektif (2)
Menyatakan gejala berkurang (3) Menyatakan faktor-faktor penyebab
dan menyatakan cara koping adaptif untuk mengatasinya 4) Intervensi
dan rasional :(1) Observasi TTV R : Mengidentifikasi keadaan pasien
dalam intervensi yang diberikan (2) Kaji adanya bunyi nafas
tambahan, peningkatan pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada
dan kelemahan R : Identifikasi adanya PK pulmonary edema(3) Berikan
posisi tidur semi fowler R : Posisi semi fowler memaksimalkan
ekspansi paru (4) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat
sianosis dan atau perubahan warna kulit termasuk membran mukosa dan
kuku R : Akumulasi secret atau pengaruh jalan nafas dapat
mengganggu oksigenasi organ vital jaringan (5) Tingkatkan tirah
baring atau batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri
sesuai keperluanR : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan
selama periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya
gejala (6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen R :
Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder
terhadap penurunan ventilasi atau menurunnya permukaan alveolar
paru (7) Kolaborasi dalam pemberian obat R : Dengan terapi
pengobatan dapat mempercepat proses penyembuhan
1.2.2.5 PK Hipoglikemia1) Tujuan : Perawat akan menangani dan
meminimalkan terjadinya hiperglikemi2) Kriteria Hasil :1. GDP dan
GDS 76 110 mg/dl.2. GD 2 JPP < 140 mg/dl.3. Tidak terjadi tanda
tanda hiperglikemi( penurunan kesadaran, keringat dingin, kesemutan
)3) Intervensi(1) Pantau tanda dan gejala DKA ( GD > 300 mg /
dl, aceton darah positif, bau napas keton, hipotensi, Na, K
menurun,, takikardi )R : Bila insulin tidak tersedia, glukosa darah
akan meningkat dan tubuh akan memetabolisme lemak untuk kebutuhan
energi dan menghasilkan benda benda keton.(2) Pantau status hidrasi
pasien, tanda tanda dehidrasi.R : Mencegah hidrasi berlebihan /
kekurangan hidrasi.(3) Pantau status neurologis pasien.R :
Fluktuasi kadar glukosa, asidosis dan keadaan cairan dapat
mempengaruhi fungsi neurologis karena sirkulasi yang tidak
adekuat.(4) Pantau sirkulasi pasien.R : Dehidrasi berat menyebabkan
penurunan curah jantung dan terjadi vasokontriksi sebagai
kompensasi tubuh.(5) Kolaborasi dalam pemberian glukosaR : Memenuhi
kebutuhan glukosa dalam darah
1.2.2.6 Defisit pengetahuan tentang penatalaksanaan di rumah1)
Batasan KarakteristikMayor :(1) Mengungkapkan kurang pengetahuan
atau ketrampilan / permintaan informasi.(2) Mengekspresikan suatu
ketidakakuratan persepsi status kesehatan.(3) Melakukan dengan
tidak tepat perilaku kesehatan yang dianjurkan atau yang
diinginkanMinor :(1) Kurang integrasi tentang rencana pengobatan ke
dalam aktivitas sehari hari.(2) Memperlihatkan atau mengekspresikan
perubahan psikologis ( misal : ansietas, depresi ) yang
mengakibatkan kesalahan informasi atau kurang informasi.Tujuan
:Pengetahuan pasien dan keluarga ( sasaran ) bertambah.Intervensi
:1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan di
rumah pada pasien demam / peningkatan suhu tubuh.R : Identifikasi
tingkat pengetahuan sasaran penyuluhan2. Beri HE tentang
penatalaksanaan di rumah pada pasien demam / peningkatan suhu
tubuh.R : Memberi informasi tentang penatalaksanaan di rumah pada
pasien demam / peningkatan suhu tubuh1.2.3. Evaluasi 1) Pasien
dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal 2) Tidak terjadi
cedera saat kejang3) Volume cairan pasien dapat terpenuhi secara
adekuat BAB 2ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
Nama Mahasiswa : Andy Yudhistira KristantoNIM : A1.07.50Tanggal
Pengkajian : 1 April 2010No. Register : 662132Ruang : Ruang Anak
RS.Baptis Kediri.
2.1 IDENTITAS PASIEN Nama : An. T Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Kediri, 21 1 2009 Umur : 13 bulan Anak ke :
1 Nama Ayah : Tn. J Nama Ibu : Ny.Y Pekerjaan Ayah : Guru Pekerjaan
Ibu : Ibu rumah tangga Pendidikan Ayah : Perguruan Tinggi
Pendidikan Ibu : SMU Agama : Islam Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Ds. Pojok Mojoroto Kediri Tanggal MRS : 29 3 2010 Jam
09.00 WIB Diagnosa Medis : Febris konvulsi
2.2 RIWAYAT KEPERAWATAN ( NURSING HISTORY )2.2.1 Riwayat
Keperawatan Sekarang 1. Keluhan Utama : Ibu pasien mengatakan badan
anak panas naik turun. 2. Lama Keluhan : Sejak kemarin sore (
tanggal 28 3 2010 ) 3. Akibat timbulnya keluhan : Anak kejang 2
kali dan lama kejaang 1 menit. 4. Faktor yang memperberat : Ibu
mengatakan anak sedang pilek. 5. Upaya untuk mengatasi : Memberi
kompres hangat di seluruh tubuh.
2.2.2 Riwayat Keperawatan Sebelumnya1. Prenatal : Kehamilan
pertama, pemeriksaan kehamilan rutin ke bidan dan melakukan
kunjungan (ANC) sebanyak 6x. ibu juga imunisasi TT 1x, ibu rutin
olah raga dengan jalan jalan pagi, selama hamil ibu tidak pernah
mengkonsumsi jamu jamuan tradisional. Natal : Pasien lahir secara
spontan vertex dengan ditolong bidan. BB lahir 3300 gram, panjang
badan = 55 cm, bayi langsung menangis saat lahir. Post Natal :
Pasien lahir tanpa kelainan kongenital, ASI ibu lancar. 2. Luka /
OperasiPasien tidak pernah menjalani operasi.3. AlergiIbu pasien
mengatakan An.T tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan atau
debu. 4. Pola KebiasaanIbu pasien mengatakan Saat dirumah anak
terbiasa makan sendiri, makan teratur dengan menu makan biasa (
nasi, lauk, pauk, sayur ), di RS anak sulit makan dan makan pagi
habis 5 sendok makan. Di rumah anak terbiasa minum ASI cukup dan
kadang kadang minum susu formula Indomilk Saat badan panas anak
sulit minum. An.T terbiasa tidur siang 1 2 jam / hari dan tidur
malam 7-8 jam / hari.Ibu pasien bertanya tentang apakah pemberian
minum saat anak panas itu penting ?5. Tumbuh Kembang :An.T mampu
berjalan maju mundur, berlari lari, dan membuka pakaian dengan
sedikit bantuan, berbicara 1 2 kata.Imunisasi :An.P sudah mendapat
imunisasi BCG,DPT 1 3, Polio 1 5, Hep I III, Campak. di Posyandu /
bidan.Status Gizi :BB : 8,3 kg ( BB normal : 9,2 10,6 kg )TB : 72,2
cm ( TB normal : 73 77 cm )Lingkar kepala : 45 cmLILA : 15 cmTurgor
kulit baik, pertumbuhan rambut lebat, warna rambut hitam.
Tahap perkembangan anak menurut Teori Psikososial Erik Erikson
:An.T berada dalam tahap toddler atau merupakan tahap kemandirian,
rasa malu dan ragu. Anak sudah mulai mencoba dalam mandiri dalam
tugas tumbuh kembang seperti dalam motorik dan bahasa, anak sudah
bias berjalan sendiri dan berbicara 6 kata. Pada tahap ini, anak
juga akan merasakan malu apabila orang tua terlalu melindungi atau
tidak memberi kemandirian / kebebasan anak dan menuntut tinggi
harapan anak.
Teori Kepribadian anak menurut Teori Psikoseksual Sigmund Freud
:An.T berada dalam tahap anal dimana anak menunjukkan kepuasan
adalah pada pengeluaran tinja, anak akan menunjukkan keakuannya dan
sikapnya yang narsistik yaitu cinta terhadap dirinya sendiri dan
sangat egoistic. Anak menunjukkan sikap kurang dalam pengendalian
diri.
2.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga1. Komposi KeluargaKeluarga
terdiri dari ayah, ibu dan 1 orang anak.2. Lingkungan rumah dan
komunitasRumah berada di pedesaan dengan kehidupan masyarakatnya
lebih bersosialisasi satu dengan lainnya dibuktikan dengan
banyaknya kunjungan dari tetangga sekitar ketika anak dirawat di
Ruang Anak3. Kultur dan kepercayaan Ibu pasien mengatakan percaya
bahwa Tuhan senantiasa menjaga kesehatan keluarga dan kesehatan
adalah anugerah dari Tuhan. Ayah pasien mengatakan mempunyai budaya
memberi kompres hangat saat anak panas karena yakin kalau kompres
dingin akan membuat demam anak semakin bertambah tinggi. Ayah
pasien bertanya tentang cara pemberian compres saat anak panas?4.
Fungsi dan hubungan keluargaKomunikasi orang tua dengan anak baik
dan lancar. Peran ibu sebagai pengasuh anak masih bisa
dikendalikan.5. Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan Ibu
pasien mengatakan anak sangat aktif bermain tetapi sulit makan. Ibu
pasien bertanya apa yang harus diperhatikan saat di rumah.6.
Persepsi keluarga tentang penyakit klienOrang tua pasien mengatakan
memiliki pandangan bahwa penyakit pasien akan bisa cepat sembuh
bila rutin minum obat.
2.2.4 Observasi Dan Pemeriksaan Fisik ( Body System )1.
Pernafasan ( B1 : Breathing ) Respirasi : 24 x / menit Pada
inspeksi hidung dan pergerakan dada simetris. Pada auskultasi suara
nafas baik pada trachea, bronchovesikuler dan vesikuler tidak
terdapat suara nafas tambahan. Tidak terdapat pernafasan cuping
hidung. Pasien pilek Tidak terdapat sianosis baik pada ekstremitas
maupun bibir. Pasien aktif beraktivitas. BB : 8,3 kg ( BB normal :
9,2 10,6 kg ) TB : 72,2 cm ( TB normal : 73 77 cm )2.
Cardiovascular ( B2 : Bleeding ) Nadi : 100 x/menit, irama teratur
Suhu : 36 4 0C Suhu tanggal 31 3 2009 jam 12 am : 38 8 O C
Pengisian kapiler ( CRT ) cepat. Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal,
tidak terdapat mur mur.3. Persyarafan ( B3 : Brain ) Tingkat
kesadaran composmentis. GCS (15) : E : 4; V : 5; M : 6. Anak rewel.
Tidak terdapat kelumpuhan ekstremitas, reflek patella + / +. Pada
mata, pupil isokor dengan diameter 3 / 3 mm, reaksi terhadap cahaya
+ / + 4. Perkemihan Eliminasi Urine ( B4 : Bladder ) Tidak ada
riwayat gangguan saat BAK. Bladder lunak. BAK spontan. BAK 5 6 x /
hari, kadang mengompol5. Pencernaan Eliminasi Alvi ( B5 : Bowel )
Pada inspeksi tidak terdapat jaringan parut pada abdomen. Tidak
terdapat asites.. Pada perkusi suara tympani. Bising usus 8
x/menit. Turgor kulit baik. Tidak terdapat nyeri tekan pada
abdomen, perut lunak.6. Tulang Otot Integumen ( B6 : Bone ) Tidak
tedapat nyeri tekan otot. Turgor kulit baik. Tidak terdapat edema
ekstremitas. Tidak terdapat kelainan tulang belakang MMT 55
55
7. Sistem EndokrinTidak ada riwayat penyakit DM
2.2.5 Diagnostic Test / Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan
Darah Lengkap ( 29 3 2010 )PemeriksaanHasilNilai
NormalInterprestasi
WBC9.3 K/uL4.1 10.9 K/uLNormal
LYM3.8 40.4 %L0.6 4.1 10.0 58.5%LNormal
MID0.6 6.8 %M0.0 1.8 0.1 24.0%MNormal
GRAN4.9 52.8%G2.0 7.8 37.0 92.0%GMenurun
RBC4.74 M/uL4.20 6.30 M/uLNormal
HGB10.1 g/dl12.0 18.0 g/dlMenurun
HCT30.6 %37.0 51.0 %Menurun
MCV64.6 fL80.0 97.0 fLMenurun
MCH21.3 pg26.0 32.0 pgMenurun
MCHC33.0 g/dl31.0 36.0 g / dlNormal
RDW15.0 %11.5 14.5 %Meningkat
PLT258 K / ul140 440 K/uLNormal
2. Pemeriksaan CRP ( 29 3 2010 )CRP : 4,98 mg/dl3. Kimia Darah
Tanggal 14 1 2010PemeriksaanHasilNilai NormalInterprestasi
GDS112 mg/dl76 110 mg/dlMeningkat
Na 139 mEq/L136 145 mEq/LNormal
K4.2 mEq/L3.6 5.0 mEq/LNormal
Kalsium 4,6 mEq /L3.4 4.7 mmol/LNormal
4. RontgenTidak dilakukan pemeriksaan5. Terapi Valim 2,5 mg IV
Prn Kejang dapat diulang max 3X selang 5 menit Valdimex 2 mg Tid PO
bila panas dan selama panas Paracetamol 4 cc Q 5 jam ( rutin 1 hari
) Biokid 5 cc QH Nasafed 1,5 cc Tid Fres 2,5 cc QH Dexametason 2,5
mg IV Q 8 Jam ( rutin 1 hari ) IV Kaen 4B 25 cc / jam Diit Nasi
LPLC
Kediri, 1 4 2011 Mahasiswa,
2.3 ANALISA DATANoData PenunjangEtiologiMasalah
1.
2.D S : -DO : - S ; 36 4 O C- S tanggal 31-3-2009 jam 12 am : 38
8 O C - Pasien MRS karena kejang 2 X- Tidak terdapat kelumpuhan
ekstremitas, reflek patella + / +.
DS : Ayah pasien mengatakan mempunyai budaya memberi kompres
hangat saat anak panas karena yakin kalau kompres dingin akan
membuat demam anak semakin bertambah tinggi. Ibu pasien mengatakan
saat badan panas anak sulit minum.DO : Ibu pasien bertanya tentang
apakah pemberian minum saat anak panas itu penting ? Ayah pasien
bertanya tentang cara pemberian compres saat anak panas?
Virus, bakteri
Masuk ke dalam tubuh (port dentry)
Reaksi antigen antibodyInfeksi dalam tubuh
Metabolisme tubuh meningkatDemam
Risiko hipertermi / Peningkatan suhu tubuh
Proses informasi tentang penatalaksanaan saat di rumahDfisit
pengetahuan tentang penatalaksanaan saat di rumah
Risiko hipertermi / Peningkatan suhu tubuh
Dfisit pengetahuan tentang penatalaksanaan saat di rumah
2.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN2.4.1 Risiko hipertermi / Peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan demam sekunder terhadap metabolisme
tubuh meningkat yang ditandai dengan S ; 36 4 O C , Suhu tanggal
31-3-2009 jam 12 am : 38 8 O C , pasien MRS karena kejang 2 X,
tidak terdapat kelumpuhan ekstremitas, reflek patella + / +.2.4.2
Dfisit pengetahuan tentang penatalaksanaan saat di rumah
berhubungan dengan proses informasi tentang penatalaksanaan saat di
rumah yang ditandai dengan ayah pasien mengatakan mempunyai budaya
memberi kompres hangat saat anak panas karena yakin kalau kompres
dingin akan membuat demam anak semakin bertambah tinggi, ibu pasien
mengatakan saat badan panas anak sulit minum, ibu pasien bertanya
tentang apakah pemberian minum saat anak panas itu penting ?, ayah
pasien bertanya tentang cara pemberian kompres saat anak panas?
2.5 PERENCANAANNoDiagnosaTujuanIntervensiRasionalTanggal
Dibuat/ParafTanggal dihentikan/Paraf
1. Risiko hipertermi / Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan
demam sekumder terhadap metabolisme tubuh meningkat yang ditandai
dengan S ; 36 4 O C , Suhu tanggal 31-3-2009 jam 12 am : 388OC ,
pasien MRS karena kejang 2 X, tidak terdapat kelumpuhan
ekstremitas, reflek patella + / +.
Tujuan :Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Kriteria hasil :1. S : 36 37 O C2. Anak tidak kejang3. Akral
hangat4. Nadi 90 110 x / menit.1. Ukur TTV ( suhu dan nadi )
2. Pantau adanya / terjadinya kejang berulang
3. Observasi KU pasien, akral pasien / perfusi
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi :
Antipiretik. Antikonvulsi Steroid1. Memantau peningkatan
metabolisme dan proses infeksi yang dapat menimbulkan kejang.
2. Bangkitan kejang berulang dapat terjadi apabila terjadi
kenaikan suhu mendadak yang melebihi tingkat adaptasi tubuh.
3. Keadaan perfusi perifer menunjukkan sirkulasi adekuat.
4. Antipiretik sebagai pengacu daru pusat pengaturan suhu di
hipotalamus sehingga dapat mengatasi dan mencegah terjadinya
peningkatan suhu tubuh melebihi tingkat adaptasi tubuh.Antikonvulsi
untuk mengurangi letupan neural, membantu aktifitas asam amino
penghambat atau mengurangi letupan lambat dari neuron
talamus.Steroid sebagai pemutus rantai infeksi tetapi dapat
menimbulkan sistem imun. 1 4 2009
2.6.1 Diagnosa Keperawatan :Risiko hipertermi / Peningkatan suhu
tubuh berhubungan dengan demam sekumder terhadap metabolisme tubuh
meningkat yang ditandai dengan S ; 364 O C , Suhu tanggal 31-3-2009
jam 12 am : 38 8 O C , pasien MRS karena kejang 2 X, tidak terdapat
kelumpuhan ekstremitas, reflek patella + / +.
Tujuan :Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Kriteria hasil :1. S : 36 37 O C2. Anak tidak kejang3. Akral
hangat4. Nadi 90 110 x / menit.
Implementasi Keperawatan :TanggalJamImplementasi Keperawatan
1 4 2009 8 am
8 am9 am
10 am
12 am12 am
12 am1. Melakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik2. Mengukur
suhu dan nadi3. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
antipiretik paracetamol 4 cc PO 4. Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian terapi steroid oradexon 2,5 mg IV 5. Mengukur TTV (
suhu dan nadi )6. Memantau adanya / terjadinya kejang berulang7.
Melakukan observasi KU pasien, akral pasien / perfusi perifer
2.6.2 Diagnosa Keperawatan :Dfisit pengetahuan tentang
penatalaksanaan saat di rumah berhubungan dengan proses informasi
tentang penatalaksanaan saat di rumah yang ditandai dengan ayah
pasien mengatakan mempunyai budaya memberi kompres hangat saat anak
panas karena yakin kalau kompres dingin akan membuat demam anak
semakin bertambah tinggi, ibu pasien mengatakan saat badan panas
anak sulit minum, ibu pasien bertanya tentang apakah pemberian
minum saat anak panas itu penting ?, ayah pasien bertanya tentang
cara pemberian kompres saat anak panas?
Tujuan :Keluarga pasien dapat mengetahui dan memahami tentang
penatalaksanaan saat di rumah saat anak panas dan kejang.
Kriteria hasil :1. Keluarga dapat menjelaskan pengertian
peningkatan suhu tubuh.2. Keluarga dapat menjelaskan dampak
peningkatan suhu tubuh3. Keluarga dapat menjelaskan fugsi
penatalaksanaan dirumah saat terjadi panas.4. Keluarga dapat
menjelaskan penatalaksanaan dirumah saat terjadi panas. dan
kejang
Implementasi Keperawatan :TanggalJamImplementasi Keperawatan
1 4 2009 9 am
10.30 am1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang
penatalaksanaan di rumah pada pasien demam / peningkatan suhu
tubuh.
2. Memberi HE tentang penatalaksanaan dirumah saat terjadi
panas. dan kejang (POA terlampir )
2.7 EVALUASITanggal / JamDiagnosaEvaluasi
1 4 2009 12 amRisiko hipertermi / Peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan demam sekumder terhadap metabolisme tubuh
meningkat yang ditandai dengan S ; 364 O C , Suhu tanggal 31-3-2009
jam 12 am : 38 8 O C , pasien MRS karena kejang 2 X, tidak terdapat
kelumpuhan ekstremitas, reflek patella + / +.
S :-
O : S : 36 2 O C Nadi : 100 X / menit Tidak terjadi kejang
berulang Akral hangat
A : Masalah tidak menjadi aktual
P : Rencana tindakan keperawatan no 1 4 dilanjutkan :1. Ukur TTV
( suhu dan nadi )2. Pantau adanya / terjadinya kejang berulang3.
Observasi KU pasien, akral pasien / perfusi perifer4. Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian terapi : Antipiretik. Antikonvulsi
Steroid
1 4 2009 12 amDfisit pengetahuan tentang penatalaksanaan saat di
rumah berhubungan dengan proses informasi tentang penatalaksanaan
saat di rumah yang ditandai dengan ayah pasien mengatakan mempunyai
budaya memberi kompres hangat saat anak panas karena yakin kalau
kompres dingin akan membuat demam anak semakin bertambah tinggi,
ibu pasien mengatakan saat badan panas anak sulit minum, ibu pasien
bertanya tentang apakah pemberian minum saat anak panas itu penting
?, ayah pasien bertanya tentang cara pemberian compres saat anak
panas?
S : Ayah pasien menjelaskan pengertian peningkatan suhu tubuh
adalah suhu tubuh diatas normal / lebih dari 38OC Ibu pasien
mengatakan dampak panas yang tidak teratasi dapat terjadi kejang
pada anak. Ayah pasien mengatakan tujuan penatalaksanaan panas saat
di rumah adalah untuk mencegah terjadinya kejang pada anak. Ayah
dan ibu pasien menjelaskan yang dapat dilakukan dirumah saat anak
panas adalah dengan memberi minum banyak, memberi obat penurun
panas dan memberi kompres. Dan yang dapat dilakukan saat anak
kejang di rumah adalah dengan tidak memasukkan benda apapun ke
dalam mulut, melindungi anak agar tidak cidera, melonggarkan
pakaian anak, miringkan badan anak supaya nafas bisa longgar.
O : Keluarga kooperatif dengan mahasiswa.
A : Tujuan tercapai
P : Rencana tindakan dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz. A. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta
: CV. Sagung Seto.
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta
:Media Aesculapius FKUI. Edisi III.
Price dan Wilson. (1995). Patofisiologi. Jilid 2. Terjemahan :
Peter Anugrah. Jakarta : EGC.