TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS A. Tinjauan Kasus 1. Konsep Dasar Kejang Demam a. Pengertian Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kranium (Mansjoer, 2000). Menurut Consensus Statemen of febrile Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi pada umur antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam, tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu (Mansjoer, 2000). Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kajang demam merupakan kelainan neurologist yang paling sering dijumpai pada anak terutama pada golongan anak umur 6 bulan samapai 4 tahun ( Ngastiah, 1997). Kejang merupakan gangguan pada fungsi otak normal sebagai akibat dari aliran elektrik 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS
A. Tinjauan Kasus
1. Konsep Dasar Kejang Demam
a. Pengertian
Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses ekstra
kranium (Mansjoer, 2000).
Menurut Consensus Statemen of febrile Seizures (1980), kejang
demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya
terjadi pada umur antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan
dengan demam, tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi
intrakranial atau penyebab tertentu (Mansjoer, 2000).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kajang
demam merupakan kelainan neurologist yang paling sering
dijumpai pada anak terutama pada golongan anak umur 6 bulan
samapai 4 tahun ( Ngastiah, 1997).
Kejang merupakan gangguan pada fungsi otak normal sebagai
akibat dari aliran elektrik yang abnormal, yang dapat menyebabkan
hilang kesadaran, gerak tubuh tidak terkendali, perubahan perilaku
dan perubahan system otonom (Mary E. Muscari, 2005).
b. Patofisiologi
Berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya kejangdemam.
Riwayat kejang keluarga dan adanya kelaianan pada masa prenatal
maupun perinatal serta kelaian neurologist dapat menjadi
pendukung terjadinya kejang demam. Disamping itu faktor lain
yang menjadi pencetus terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan
anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu tubuh yang
tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf
1
pusat kisalnya tosilitis, otitis media akut, infeksi saluran pernafasan
atau bronchitis (Ngastiyah, 2005).
Adanya infeksi diluar susunan saraf pusat menyebabkan terjadinya
peningkatan suhu tubuh. Karena adanya peningkatan suhu tubuh
akan menimbulkan perubahan metabolisme didalam tubuh,
sehingga kebutuhan glukosa dan oksigen akan meningkat yang
akhirnya terjadi perbedaan potensial sel neuron (terganggunya
keseimbangan membran neuron). Dalam keadaan normal,
membrane neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium
(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na +) dan elektrolit
lainnya kecuali ion klorida (Cl‾ ), akibatnya konsentrasi (K+) dalam
sel neuron tinggi dan konsentrasi (Na +) rendah. Sedangkan di luar
sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis
dan konsentrasi ion di dalam dan diluar sel, maka terdapat
perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran
dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini,
diperlukan energi dengan bantuan enzim Na-K ATP- ase yang
terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membrane
ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion di ruang
ekstraseluler, adanya rangsangan yang dating mendadak misalnya
mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya, perubahan
patofisiologis dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1° C akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20 %. Pada seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi
otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh
dapat mengubah keseimbangan dari sel neuron dan dalam waktu
yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium
melalui membran tersebut akibat terjadinya lepas muatan listrik.
2
Lepas muatan listrik ini, demikian besarnya sehingga meluas
keseluruh sel maupun membrane sekitarnya dengan bantuan bahan
yang disebut “ Neurotransmiter ” dan terjadi kejang ( Suraatmaja,
2000).
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak
berbahaya. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15
menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen
dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya menjadi
hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat yang akhirnya menjadi
hipoksemia. Hiperkapnea, asidosis laktat yang disebabkan oleh
2 Ibu mengatakan panas anaknya naik turun dan dahi masih teraba panas. Ibu mengatakan anaknya pernah mengalami kejang ± 6 bulan yang lalu
Pasien teraba panasSuhu : 38,3° CWBC : 17,8 K/ULR : 30 x/menitN : 100 x/menitDari catatan medis pasien pernah mengalami kejang ± 6 bulan yang lalu
Resiko terjadi kejang berulang
3 Ibu mengatakan nafsu makan anaknya menurun setalah terjadi kejang. Ibu mengatakan anaknya hanya menghabiskan sarapan ¼ porsi dari menu yang disediakan, serta anaknya makan biscuit regal 2 potong.
Pasien makan hanya ¼ porsi dari menu yang disediakan.Mual muntah tidak terjadiBerat badan sebelum sakit 10 kgBerat badan saat pengkajian 9,8 kg
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4 Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya. Ibu mengatakan takut jika anaknya kejang lagi.
Ibu tampak bertanya-tanya tentang keadaan dan perawatan anaknya
Ansietas orang tua
c. Rumusan Masalah
1) Hipertermi
2) Resiko terjadinya kejang berulang
29
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4) Ansietas orang tua
d. Analisa masalah
1) P : Hipertermi
E : Ketidak efektifan regulasi suhu sekunder terhadap infeksi
S : Ibu mengatakan panas anaknya naik turun serta dahi masih teraba
panas suhu 38,3° C, WBC 17,8 K/UL, R : 30x/menit, N: 100x/menit.
Proses terjadi :
Karena adanya infeksi yang mengenai di luar susunan saraf pusat
sehingga antigen dan antibody akan bereaksi, dimana kompensasi
tubuh terhadap infeksi yaitu kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan
cepat.
Akibat bila tidak ditanggulangi :
Terjadi hiperpirexia yang menyebabkan kejang berulang.
2) P : Resiko terjadinya kejang berulang
Faktor resiko : Hipertermi
Proses terjadi :
Karena terjadinya peningkatan suhu tubuh menyebabkan
meningkatnya metabolisme basal dimana kenaikan suhu 1° C akan
mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan
oksigen akan meningkat 20 %. Hal ini dapat mengubah keseimbangan
sel neuron sehingga dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion-
ion di dalam dan di luar sel. Sel ini mengakibatkan ketidakseimbangan
30
potensial membran karena lepas muatan listrik sehingga menimbulkan
kejang.
Akibat bila tidak ditanggulangi :
Kejang berulang akan terjadi.
3) P : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
E : Intake yang tidak adekuat
S : Ibu mengatakan nafsu makan anaknya menurun setelah terjadi kejang,
anak makan ¼ porsi dan makan biskuit regal 2 potong, mual muntah
tidak terjadi, BB sebelum sakit 10 kg, BB saat pengkajian 9,8 kg.
Proses terjadi :
Karena adanya anoreksia yang menyebabkan tidak adekuatnya yang
nutrisi masuk ke tubuh, sehingga menyebabkan pemenuhan nutrisi
pasien berkurang.
Akibat bila tidak ditanggulangi :
Menyebabkan malnutrisi.
4) P : Ansietas
E : Kurang pengetahuan tentang kesehatan anak
S : Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya, Ibu mengatakan
takut jika anaknya kejang lagi, tampak ibu bertanya-tanya tentang
keadaan dan perawatan anaknya.
Proses terjadi :
31
Karena kurangnya pengetahuan orang tua tentang prognosis ,
pengobatan dan perawatan yang dilakukan pada anaknya, sehingga
menimbulkan kecemasan pada orang tua.
Akibat bila tidak ditanggulangi :
Keluarga tidak kooperatif dalam pengobatan yang akan diberikan pada
anaknya.
e. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan Ketidakefektifan regulasi suhu sekunder
terhadap infeksi ditandai dengan Ibu mengatakan panas anaknya naik
turun serta dahi masih teraba panas suhu 38,3° C, WBC 17,8 K/UL, R :
30x/menit, N: 100x/menit.
2) Resiko terjadinya kejang berulang berhubungan dengan hipertermi
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat ditandai dengan ibu mengatakan nafsu makan anaknya
menurun setelah terjadi kejang, anak makan ¼ porsi dan makan biskuit
regal 2 potong, mual muntah tidak terjadi, BB sebelum sakit 10 kg, BB
saat pengkajian 9,8 kg.
4) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua tentang
kesehatan anak ditandai dengan ibu mengatakan khawatir dengan keadaan
anaknya, ibu mengatakan takut jika anaknya kejang lagi, tampak ibu
bertanya-tanya tentang keadaan dan perawatan anaknya.
2. Perencanaan
a. Prioritas Diagnosa keperawatan
32
Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang paling
mengancam kehidupan pasien yaitu :
1) Hipertermi berhubungan dengan Ketidak efektifan regulasi suhu sekunder
terhadap infeksi ditandai dengan Ibu mengatakan panas anaknya naik
turun serta dahi masih teraba panas suhu 38,3° C, WBC 17,8 K/UL, R :
30x/menit, N: 100x/menit.
2) Resiko terjadinya kejang berulang berhubungan dengan hipertermi
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat ditandai dengan ibu mengatakan nafsu makan anaknya
menurun setelah terjadi kejang, anak makan ¼ porsi dan makan biskuit
regal 2 potong, mual muntah tidak terjadi, BB sebelum sakit 10 kg, BB
saat pengkajian 9,8 kg.
4) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua tentang
kesehatan anak ditandai dengan ibu mengatakan khawatir dengan keadaan
anaknya, ibu mengatakan takut jika anaknya kejang lagi, tampak ibu
bertanya-tanya tentang keadaan dan perawatan anaknya.