LAPORAN PENDAHULUANPENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK(PPOK)A. KONSEP
TEORI
1. DefinisiPenyakit Paru Obstruksi Kronik menurut Anies (2006)
adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran pernafasan yang
disebabkan oleh emfisema dan bronchitis kronis. Sedangkan menurut
Sylvia dan Laurence (2006) Penyakit Paru Obstruksi Kronik merupakan
sekelompok penyakit paru yaitu emfisema paru, bronkitisakut dan
asma bronchial yang berlangsung lama ditandai oleh peningkatan
resitensi terhadap aliran udara.Penyakit Paru Obstruksi Kronik
menurut David Ovedoff (2002) adalah sekresi mukoid bronchial
bertmbah ecara menetap di sertai dengan kecenderungan terjadi
infeksi yang berualang di sertai batuk produktif selama 3 bulan
jangka waktu2 tahun berturut-turut.Penyakit paru obstruksi kronik
menurut Smaler (2001) adalah klasifikasi luas dari gangguan yang
mencakup bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma, yang
merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat
aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara
paru-paru.Penyakit Paru Obsruksi Kronik menurut Niluh G. Yasin
(2003) adalah kondisi obstruksi irevisibel progresif aliran udara
dan ekspirasi biasanya ditandai dengan kesulitan bernafas, batuk
produktif, serta intolenransi aktifitas.Dari beberapa defenisi
diatas dapat disimpulkan bahwa Penyakit Paru Obstruksi Kronik
merupakan penyakit obstruksi jalan nafas karena bronkitas kronis,
bronkietaksis dan emfisema, obstruksi tersebut bersifat progresif
disertai hiper aktif aktivitas bronkus 2. EtiologiFaktor-faktor
yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik menurut Arief
Mansjoer (2002) adalah :a. Kebiasaan merokok
b. Polusi Udara
c. Paparan Debu, asap
d. Gas-gas kimiawi akibat kerja
e. Riwayat infeki saluran nafas
f. Bersifat genetik yakni definisi a-l anti tripsin
Sedangkan penyebab lain Penykit Paru Obstruksi Kronik menurut
David Ovedoff (2002) yaitu : adanya kebiasaan merokok berat dan
terkena polusi udara dari bahan kimiawi akibat pekerjaan. Mungkin
infeksi juga berkaitan dengan virus hemophilus influenza dan
strepto coccus pneumonia.Faktor penyebab dan factor resiko yang
paling utama menurut Neil F Gordan (2002) bagi penderita PPOK atau
kondisi yang secara bersama membangkitkan penderita penyakit PPOK,
yaitu :
a. Usia semakin bertambah faktor resiko semakin tinggi.
b. Jenis kelamin pria lebih beresiko dibanding wanita
c. Merokok
d. Berkurangnya fungsi paru-paru, bahkan pada saat gejala
penyakit tidak dirasakan.
e. Keterbukaan terhadap berbagai polusi, seperti asap rokok dan
debu
f. Polusi udara
g. Infeksi system pernafasan akut, seperti peunomia dan
bronkitus
h. Asma episodik, orang dengan kondisi ini beresiko mendapat
penyakit paru obstuksi kronik
i. Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu
enzim yang normalnya melindungi paru-paru dari kerusakan peradangan
orang yang kekurangan enzim ini dapat terkena empisema pada usia
yang relatif muda, walau pun tidak merokok.3. PathofisiologiFungsi
paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang disebabkan
elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam
usia yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat
berkurang sehingga sulit bernapas.Fungsi paru-paru menentukan
konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen yang diikat oleh
darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh. Konsumsi oksigen
sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru.
Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya
fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.Faktor-faktor
risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus
dan juga menimbulkan kerusakan apda dinding bronkiolus terminalis.
Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil
(bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi
awal fase ekspirasi.Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat
inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan
terjadilah penumpukan udara (air trapping). Hal inilah yang
menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala akibatnya.
Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan
ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi
paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah
akan mengalami gangguan4. Pathway
5. Gejala Klinis
a. Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok: 1)
Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis (blue
bloater).2) Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink
puffers).b. Tanda dan gejalanya adalah sebagi berikut:1) Kelemahan
badan2) Batuk3) Sesak napas4) Sesak napas saat aktivitas dan napas
berbunyi5) Mengi atau wheeze6) Ekspirasi yang memanjang7) Bentuk
dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.8) Penggunaan otot
bantu pernapasan9) Suara napas melemah10) Kadang ditemukan
pernapasan paradoksal11) Edema kaki, asites dan jari tabuh.6.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:a.
Pemeriksaan radiologisPada bronchitis kronik secara radiologis ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan:1) Tubular shadows atau farm
lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel, keluar dari
hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronkus
yang menebal2) Corak paru yang bertambahPada emfisema paru terdapat
2 bentuk kelainan foto dada yaitu:1) Gambaran defisiensi arteri,
terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula. Keadaan ini
lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer2)
Corakan paru yang bertambah
b. Pemeriksaan faal paruPada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan
KV yang menurun, VR yang bertambah dan KTP yang normal. Pada
emfisema paru terdapat penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum
ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal expiratory flow rate),
kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah atau normal. Keadaan
diatas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini
perubahan hanya pada saluran napas kecil (small airways). Pada
emfisema kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli untuk
difusi berkurang.(5)
c. Analisis gas darahPada bronchitis PaCO2 naik, saturasi
hemoglobin menurun, timbul sianosis, terjadi vasokonstriksi
vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang kronik
merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan
polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan
jantung kanan harus bekerja lebih berat dan merupakan salah satu
penyebab payah jantung kanan.(5)
d. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila
sudah terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P
pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1
rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering
terdapat RBBB inkomplet.(5)
e. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
f. Laboratorium darah lengkap7. Penatalaksanaana. Tujuan
penatalaksanaan PPOK adalah: 1) Memeperbaiki kemampuan penderita
mengatasiu gejala tidak hanya pada fase akut, tetapi juga fase
kronik.2) Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan
aktivitas harian.3) Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila
penyakitnya dapat dideteksi lebih awal.b. Penatalaksanaan PPOK pada
usia lanjut adalah sebagai berikut:
1) Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera
menghentikan merokok, menghindari polusi udara.2) Membersihkan
sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.3) Memberantas
infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba
tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai
dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas
atau pengobatan empirik.4) Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat
bronkodilator. Penggunaan kortikosteroid untuk mengatasi proses
inflamasi (bronkospasme) masih controversial.5) Pengobatan
simtomatik.6) Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang
timbul.7) Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus
diberikan dengan aliran lambat 1 2 liter/menit.8) Tindakan
rehabilitasi yang meliputi:
a. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran
secret bronkus.
b. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa
melakukan pernapasan yang paling efektif.
c. Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk
memulihkan kesegaran jasmani.d. Vocational guidance, yaitu usaha
yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali mengerjakan
pekerjaan semula.e. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk
penyesuaian diri penderita dengan penyakit yang dideritanya.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien.
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :a. Identitas
PasienPada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan,
pendidikan terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama
penanggung jawab.b. Riwayat Kesehatan1) Keluhan UtamaKeluhan utama
merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan
atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan Penyakit
Paru Obstriksi Kronik(PPOK) didapatkan keluhan berupa sesak nafas2)
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan PPOK biasanya akan diawali dengan adanya
tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat
pada dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga
ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah
dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya
tersebut.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah sebelumnya pasien pernah masuk RS dengan
keluhan yang sama4) Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang sama5) Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinyac. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual1)
Respirasi
Kaji pernafasan pasien. Keluhan yang dialami pasien dengan
Penyakit Paru Obstruksi Kronik ialah batuk produktif/non produktif,
dan sesak nafas2) Makan dan Minum
Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama
MRS pasien dengan PPOK akan mengalami penurunan nafsu makan akibat
dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan
metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit
3) EliminasiDalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan
mengenai kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan
umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga
akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur
abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus
degestivus.
4) Gerak dan Aktivitas
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi
dan Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
5) Istirahat dan tidur
Akibat sesak yang dialami dan peningkatan suhu tubuh akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat,
selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan
rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang
yang mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.
6) Kebersihan Diri
Kaji bagaimana toiletingnya apakah mampu dilakukan sendiri atau
harus dibantu oleh orang lain.
7) Pengaturan suhu tubuh
Cek suhu tubuh pasien, normal(36-37C), pireksia/demam(38-40C),
hiperpireksia=40C< ataupun hipertermi