LAPORAN PENDAHULUAN PADA KELAINAN KEHAMILAN MOLA HIDATIDOSA A. Pengertian Mola Hidatidosa merupakan bagian dari penyakit tropoblas dan dimasukan dalam Gestasional Trophoblastic Disease. Sel trofoblas hanya ditemukan pada wanita hamil, apabila ditemukan pada wanita tidak hamil pada teratoma ovarium disebut Non Gestasional Trophoblastic Disease. Pada umumnya kehamilan diharapkan berakhir dengan sempurna tetapi sering kali terjadi kegagalan, maka dapat kita simpulkan bahwa penyakit trofoblas dimana Mola Hidatidosa termasuk di dalamnya pada hakekatnya adalah kegagalan konsepsi kehamilan. Mola berasal dari bahasa latin yang berarti massa dan hidatidosa berasal dari kata Hydats yang berarti tetesan air. Mola hidatidosa adalah kehamilan yang berkembang tidak wajar ( konsepsi yang patologis) dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalalami perubahan hidropik. Dalam hal demikian disebut Mola Hidatidosa atau Complete mole sedangkan bila disertai janin atau
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KELAINAN KEHAMILAN MOLA HIDATIDOSA
A. Pengertian
Mola Hidatidosa merupakan bagian dari penyakit tropoblas dan
dimasukan dalam Gestasional Trophoblastic Disease. Sel trofoblas hanya
ditemukan pada wanita hamil, apabila ditemukan pada wanita tidak hamil
pada teratoma ovarium disebut Non Gestasional Trophoblastic Disease.
Pada umumnya kehamilan diharapkan berakhir dengan sempurna tetapi
sering kali terjadi kegagalan, maka dapat kita simpulkan bahwa penyakit
trofoblas dimana Mola Hidatidosa termasuk di dalamnya pada hakekatnya
adalah kegagalan konsepsi kehamilan.
Mola berasal dari bahasa latin yang berarti massa dan hidatidosa
berasal dari kata Hydats yang berarti tetesan air.
Mola hidatidosa adalah kehamilan yang berkembang tidak wajar
( konsepsi yang patologis) dimana tidak ditemukan janin dan hampir
seluruh vili korialis mengalalami perubahan hidropik. Dalam hal demikian
disebut Mola Hidatidosa atau Complete mole sedangkan bila disertai
janin atau bagian janin disebut sebagai Mola Parsialis atau Partial mole.
Mola Hidatidosa adalah suatu kehamilan yang ditandai dengan adanya
villi korialis yang tidak normal secara histologis yang terdiri dari beberapa
macam tingkatan proliferasi trofoblastik dan edema pada stroma villus.
Biasanya kehamilan mola terjadi di dalam uterus, tetapi kadang - kadang
terdapat juga di saluran telur ataupun ovarium.
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang
tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung
banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena
itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan ini merupakan
neoplasma trofoblas yang jinak (benigna) (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 :
238)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma
villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya
meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup
dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah
anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh
villi kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik. Kehamilannya yang
berkembang tidak wajar, tidak ditemukan janin, hampir seluruh villi
korialis mengalami perubahan hidropik, bila disertai janin atau bagian
janin disebut mola parsial, pembuahan sel telur yang kehilangan intinya
atau inti tidak aktif lagi
B. Etiologi
Penyebab dari mola belum sepenuhnya diketahui dengan pasti tetapi
ada beberapa dugaan yang bisa menyebabkan terjadinya mola :
Faktor ovum memang sudah patologik, tetapi terlambat untuk
dikeluarkan
Imunoselektif dari trofoblas
Keadaan sosioekonomi yang rendah
Malnutrisi, defisiensi protein, asam folat, karoten, vitamin A,
asupan lemak hewani yang rendah
Paritas tinggi
Umur, resiko tinggi kehamilan dibawah 20 atau diatas 40
tahun
Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Sosio ekonomi rendah
Faktor Resiko :
Defek pada ovarium
Abnormalitas pada uterus
Defisiensi nutrisi antara lain defisiensi protein, asam folat,
karoten
Umur dibawah 20 tahun atau
Usia diatas 40 tahun : memiliki peningkatan resiko 7x
dibanding perempuan yang lebih muda
C. Epidemiologi
Mola Hidatidosa yang dikenal awam sebagai hamil anggur,
mempunyai frekuensi insiden yang cukup tinggi. Frekuensi insiden di Asia
menunjukan lebih tinggi daripada di negara barat. Di Indonesia 1 : 51
sampai 1 : 141 kehamilan, di Jepang 1 : 500 kehamilan, di USA 1 : 1450
sementara itu di Inggris 1 : 1500. Secara umum sebagian besar negara di
dunia 1 : 1000 kehamilan. Hal ini mungkin dikarenakan sebagian besar
negara Asia mempunyai jumlah penduduk yang masih di bawah garis
kemiskinan ( status sosio ekonomi yang rendah ) yang menyebabkan
tingkat gizi yang rendah khususnya defisiensi protein, asam folat dan
karoten. Menurut penelitian umur memegang peranan, umur di bawah 20
tahun dan diatas 40 tahun mempunyai resiko lebih tinggi menderita
kehamilan mola ini.
D. Klasifikasi
Mola hidatidosa/komplet
Mola hidatidosa komplet lebih sering daripada mola hidatidosa parsial.
Resiko untuk berkembang menjadi tumor trofoblas dari mola sekitara 20
%. Mola hidatidosa merupakan hasil konsepsi tanpa adanya embrio.
Ditandai dengan gambaran seperti sekelompok buah anggur. Villi khorialis
yang berkembang menjadi massa vesikel yang jernih vesikel tersebut
tumbuh besar dan mengisi seluruh cavum uteri. Vesikel tersebut terdiri
dari berbagai ukuran yang hampir tidak terlihat sampai beberapa
centimeter diameternya struktur histologis nya bersifat sebagi berikut :
Degenerasi hidropik dan edema/pembengkakan stroma villi
Tidak adanya pembuluh darah pada villi yang edema
Proliferasi dari epitel tropoblas mencapai beberapa tingkatan/derajat
beragam
Tidak adanya fetus atau amnion
Berbagai penelitian sitogenetik terhadap kehamilan mola komplit,
menemukan komposisi kromosom yang paling sering 46, XX, dengan
kromosom sepenuhnya berasal dari ayah. Ovum dibuahi oleh sebuah
sperma haploid yang kemudian mengadakan duplikasi kromosomnya
sendiri setelah meiosis. Kromosom ovum bisa tidak terlihat atau tampak
tidak aktif. Tetapi semua mola hidatidosa komplit tidak begitu khas dan
kadang-kadang pola kromosom pada mola komplit bisa 46, XY. Dalam
keadaan ini, dua sperma membuahi satu ovum yang tidak mengandung
kromosom. Variasi lain juga pernah dikemukakan yaitu 45,X. Resiko
neoplasia trofoblastik yang terjadi pada mola komplit kurang lebih sebesar
20%.
Mola hidatidosa parsial
Jika perubahan hidatidosa bersifat fokal dan belum begitu jauh dan
masih terdapat janin dan sedikitnya kantong amnion keadaan ini disebut
sebagai mola parsialis. Pada sebagian villi yang biasanya avaskuler terjadi
pembengkakan hidatidosa yang berjalan lambat sementara villi yang
lainnya yang vaskuler dengan sirkulasi darah fetus plasenta yang berfungsi
tidak mengalami perubahan . Hiperplasia tropoblastik yang terjadi lebih
bersifat fokal daripada generalisata, kariotipe secara khas triploid yang
bisa 69,xxy atau 69,xyy dengan satu komplemen maternal tapi biasanya
dengan dua komplemen haploid paternal. Janin secara khas menunjukan
stigmata triploid yang mencakup malformasi kongenital multipel dan
retardasi pertumbuhan. Resiko terjadinya koriokarasinoma sangatlah kecil
Tabel karakteristik mola hidatidosa komplet dan parsialis
Mola hidatidosa/komplet Mola hidatidosa parsial
Kariotipe Diploid(46,XX atau 46,XY) Triploid (69,XXX atau 69,
XXY)
Patologi
Fetus Tidak ada Kadang-kadang ada
Amnion, sel darah merah
janin
Tidak ada Kadang-kadang ada
Edema villa Difus Bervariasi, fokal
Proliferasi trofoblastik Bervariasi, ringan sampai
berat
Bervariasi, fokal, ringan
sampai sedang
Gambaran klinis
Diagnosis Kehamilan mola Missed Abortion
Ukuran uterus 50% lebih besar u/ umur
kehamilan
Kecil u/ umur kehamilan
Kista theca-lutein 25-30% Jarang
Komplikasi Sering terjadi Jarang
Penyakit post mola
E. Patofisiologi
Pada Mola Hidatidosa atau Complete mole tidak ada jaringan
fetus/janin. 90% merupakan kromosom 46,XX dan 10% merupakan
kromosom 46, XY. Semua kromosom berasal dari paternal. Sebuah
enukliasi telur dibuahi oleh sperma haploid (yang kemudian berduplikasi
menjadi masing-masing kromosom), atau sel telur dibuahi oleh dua
sperma. Pada mola hidatidosa, vili korion menyerupai anggur dan
hiperplasia trofoblastik muncul.
Pada Mola parsialis atau Partial mole jaringan fetus/janin dapat
ditemukan. Eritrosit dan pembuluh darah janin pada vili dapat ditemukan.
Komplemen kromosom nya 69,XXX atau 69 XXY. Kromosom tersebut
merupakan hasil dari pembuahan sel telur haploid dan duplikasi dari
kromosom haploid paternal. Seperti pada Complete mole, jaringan
hiperplasia trofoblastik dan vili korion yang lunak pun muncul pada mola
ini.
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis
dari penyakit trofoblast :
Teori missed abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi
gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan
masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-
gelembung.
Teori neoplasma dari Park
Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang
abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke
dalam villi sehigga timbul gelembung.
Studi dari Hertig
Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa
semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai
degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu
ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus
menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast
berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan
cairan. (Silvia, Wilson, 2000 : 467)
Adanya faktor ovum yang mengalami keterlambatan dalam pengeluaran
menyebabkan kematian terhadap ovum itu sendiri di dalam tubuh, setelah
mengalami kematian ovum mengalami degenerasi, yang kemudian tubuh jonjot –
jonjot korion berganda mengandung cairan, jonjot ini berupa kista berbentuk
seperti anggur dan dinamai mola hidatidosa. Ada beberapa penanganannya, ketika
dilakukan tindakan invasif kurtase, terjadilah perdarahan sehingga timbulah risiko
tinggi kekurangan volume cairan. Pada mola hidatidosa terdapat jaringan ulkus,
dan bakteri mudah masuk kedalamnya, adanya bakteri yang masuk
mengakibatkan risiko tinggi infeksi. Jaringan ulkus menstimulasi reseptor nyeri
sehingga menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri pada pasien. Dalam tindakan
invasif ini faktor pengetahuan pasien juga berpengaruh terhadap prosedur
perawatan, kurangnya pengetahuan pasien atau keluarga akan menimbulkan
kecemasan pada pasien itu sendiri.
Pathway Mola Hidatidosa
Kurang pengetahuanPerdarahan
Risiko jaringan ulkus
Bakteri mudah masuk
Kurang informasi tentang prosedur
Kurtase Jaringan terdapat ulkus
Tindakan Invasif
Mola Hidatidosa
Kista – kista kecil seperti anggur
Jonjot – jonjot korion yg tumbuh berganda mengandung cairan
Cemas
Menstimulasi reseptor nyeri
Risiko tinggi infeksi
Risiko tinggi kekurangan
volume cairan
Hipovolemik
Faktor Ovum
Mengalami keterlambatan dalam pengeluaran
Kematian ovum dalam tubuh
Mengalami degenarasi
F. Gejala Klinis
Menstimulasi reseptor nyeri
Risiko tinggi kekurangan
volume cairan
1. Amenore dan tanda – tanda kehamilan
2. Perdarahan vaginal merupakan gejala yang mencolok dan dapat
bervariasi mulai spotting sampai perdarahan yang banyak.
Biasanya terjadi pada trisemester pertama dan merupakan gejala
yang paling banyak muncul pada lebih dari 90% pasien mola. Tiga
perempat pasien mengalami gejala ini sebelum usia kehamilan 3
bulan. Hanya sepertiga pasien yang mengalami perdarahan
hebat. Sebagai akibat dari perdarahan tersebut, gejala anemia agak
sering dijumpai lebih jauh.
3. Kadang-kadang terdapat perdarahan tersembunyi yang cukup
banyak di dalam uterus.
4. Hiperemesis gravidarum
Pasien biasanya mengeluh mual muntah hebat. Hal ini akibat dari
proliferasi trofoblas yang berlebihan dan akibatnya memproduksi
terus menerus B HCG yang menyebabkan peningkatan B HCG
hiperemesis gravidarum tampak pada 15 -25 % pasien mola
hidatidosa. Walaupun hal ini sulit untuk dibedakan dengan
kehamilan biasa. 10% pasien mola dengan mual dan muntah cukup
berat sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit.
5. Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan
Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tropoblastik yang berlebihan,
volume vesikuler vilii yang besar rasa tidak enak pada uterus
akibat regangan miometrium yang berlebihan. Pada sebagian besar
pasien ditemukan tanda ini tetapi pada sepertiga pasien uterus
ditemukan lebih kecil dari yang diharapkan.
6. Tidak adanya aktifitas janin
Meskipun uterus cukup besar untuk mencapai simfisis secara khas
tidak ditemukan aktifitas janin sekalipun dideteksi dengan
instrumen yang paling sensitif tidak teraba bagian janin dan tidak
teraba gerakan janin.
7. Pre-eklamsia
Tanda tanda pre-eklamsia selama trisemester pertama atau awal
trisemester kedua muncul pada 10-12%. Pada trisemester kedua
sekitar 27 % pasien mola hidatidosa komplit berlanjut dengan
toksemia yang dicirikan oleh tekanan darah > 140 /90 proteinuria >
300 mg/dl dan edema generalisata dengan hiperrefleksi. Pasien
dengan konvulsi jarang.
8. Hipertiroid
Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola sering
meningkat (10%), namun gejala hipertiroid jarang muncul.
Terjadinya tirotoksikosis pada mola hidatidosa berhubungan erat
dengan besarnya uterus. Makin besar uterus makin besar
kemungkinan terjadi tirotoksikosis. Oleh karena kasus mola
dengan uterus besar masih banyak ditemukan, maka dianjurkan
agar pada setiap kasus mola hidatidosa dicari tanda-tanda
tirotoksikosis secara aktif dan memerlukan evakuasi segera karena
gejala-gejala ini akan menghilang dengan menghilangnya mola.
Mola yang disertai tirotoksikosis mempunyai prognosis yang lebih
buruk, baik dari segi kematian maupun kemungkinan terjadinya
keganasan. Biasanya penderita meninggal karena krisis tiroid.
Peningkatan tiroksin plasma mungkin karena efek dari estrogen
seperti yang dijumpai pada kehamilan normal. Serum bebas
tiroksin yang meningkat sebagai akibat thyrotropin – like effect
dari Chorionic Gonadotropin Hormon. Terdapat korelasi antara
kadar hCG dan fungsi endogen tiroid tapi hanya kadar hCG yang
melebihi 100.000 iu/L yang bersifat tirotoksis. Sekitar 7 % mola
hidatidosa komplit datang dengan keluhan seperti hipertensi,
takikardi, tremor, hiperhidrosis, gelisah emosi labil dan warm skin.
Pada penderita mola yang lanjut dapat terjadi beberapa komplikasi
sebagai berikut:
1. Anemia
2. Syok
3. Preeklampsi atau Eklampsia
4. Tirotoksikosis
5. Infeksi sekunder.
6. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan.
7. Menjadi ganas ( PTG ) pada kira - kira 18-20% kasus, akan
menjadi mola destruens atau koriokarsinoma.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium : Karakteristik yang terpenting pada
penyakit ini adalah kemampuan dalam memproduksi hCG, sehingga
jumlahnya meningkat lebih tinggi dibandingkan kadar β-hCG seharusnya
pada usia kehamilan yang sama.
Hormon ini dapat dideteksi pada serum maupun urin penderita dan
pemeriksaan yang lebih sering dipakai adalah β-hCG kuantitatif serum.
Pemantauan secara hati-hati dari kadar β-hCG penting untuk diagnosis,
penatalaksanaan dan tindak lanjut pada semua kasus penyakit trofoblastik.
Jumlah β-hCG yang ditemukan pada serum atau pada urin berhubungan
dengan jumlah sel-sel tumor yang ada.
Untuk pemeriksaan Gallli mainini 1/300 suspek mola hidatiosa dan jika
1/200 kemungkinan mola hidatidosa atau gemelli. Pengukuran β-hCG
pada urin dengan kadar >100.000 mIU /ml/24 jam dapat dianggap sebagai
mola.
Foto rontgen abdomen : Tidak tampaknya tulang janin pada kehamilan 3-
4 bulan
USG : Gambaran berupa badai salju tanpa disertai kantong gestasi atau
janin USG ini merupakan pemeriksaan penunjang yang spesifik antar
kehamilan dengan mola hidatiosa.
Pada kelainan mola, bentuk karakteristik berupa gambaran seperti badai
salju dengan atau tanpa kantong gestasi atau janin. Pemeriksaan ini
sebaiknya dilakukan pada setiap pasien yang pernah mengalami
perdarahan pada trimester awal kehamilan dan memiliki uterus lebih besar
dari usia kehamilan. USG dapat menjadi pemeriksaan yang spesifik untuk
membedakan antara kehamilan normal dengan mola hidatidosa. Pada 20-
50% kasus dijumpai adanya massa kistik di daerah adneksa. Massa
tersebut berasal dari kista teka lutein.
Amniografi : Penggunaan bahan radiopak yang dimasukkan ke dalam
uterus secara trans abdominal akan memberikan gambaran radiografik
khas pada kasus mola hidatidosa kavum uteri ditembus dengan jarum
untuk amniosentesis. 20 ml Hypaque disuntikkan segera dan 5-10 menit
kemudian dibuat foto anteroposterior. Pola sinar X seperti sarang tawon,
khas ditimbulkan oleh bahan kontras yang mengelilingi gelombang-
gelombang korion. Dengan semakin banyaknya sarana USG yang tersedia
teknik pemeriksaan amniografi ini sudah jarang dipakai lagi. Bahan
radiopaq yang dimasukan ke dalam uterus akan memberikan gambaran
seperti sarang tawon.
Uji sonde Hanifa : Sonde dimasukan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam
kanalis servikalis dan cavum uteri . bila tidak ada tahanan sonde diputar
setelah ditarik sedikit bila tetap tidak ada tahanan maka kemungkinan
adalah mola.
Foto thorax : Untuk melihat metastase.
T3 dan T4 : Untuk membuktikan gejala tirotoksikosis.
G. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan kehamilan mola hidatidosa adalah evakuasi dan
evaluasi.
1. Jika perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, maka atasi syok dan
perbaiki keadaan umum terlebih dahulu;
2. Kuretase dilakukan setelah diagnosis dapat ditegakkan secara pasti
3. Pemeriksaan dan pemantauan kadar hCG pasca kuretase perlu
dilakukan mengingat kemungkinan terjadi keganasan
4. Penundaan kehamilan sampai 6 bulan setelah kadar hCG normal, dan
5. Pemberian kemoterapi pada mola hidatidosa dengan resiko tinggi.
Terapi mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaitu
1. Perbaiki keadaan umum
2. Pengeluaran jaringan mola
3. Terapi dengan profilaksis dengan sistostatika
4. Follow up
Perbaiki keadaan umum
Yang termasuk usaha ini misalnya koreksi dehidrasi, transfusi darah
pada anemia berat (jika <8 gr %) atau karena terjadi syok, dan
menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia dan
tirotoksikosis. Preeklampsia diobati seperti pada kehamilan biasa,
sedangkan untuk tirotoksikosis diobati sesuai protokol penyakit dalam
misalnya propiltiourasil 3 x 100 mg oral dan propanolol 40-80 mg.
Pengeluaran jaringan mola
1. Kuretase : Dilakukan jika pemeriksaan DPL kadar β-hCG serta foto
thorax selesai. Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan
pemasangan laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
Sebelum kuretase dengan kuret tumpul terlebih dahulu siapkan darah
500 cc dan pasang infus dengan tetesan oxitocyn 10 mIU dalam 500 cc
Dextrose 5 % dan seluruh jaringan hasil kerokan di PA. Tujuh sampai
10 hari sesudah kerokan itu dilakukan kerokan ulangan dengan kuret
tajam, agar ada kepastian bahwa uterus betul-betul kosong dan untuk
memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblas yang dapat ditemukan.
Makin tinggi tingkat itu, makin perlu untuk waspada terhadap
kemungkinan keganasan.
2. Histerektomi : Untuk mengurangi frekuensi terjadinya penyakit
tropoblas ganas sebaiknya histerektomi dilakukan pada
wanita diatas 35 tahun
anak hidup di atas 3 orang
wanita yang tidak menginginkan anak lagi
Apabila ada kista teka lutein maka saat histerektomi, ovarium harus
dalam keadaan baik, karena akan menjadi normal lagi setelah kadar β-
HCG menurun.
Terapi profilaksis dengan sitostatika
Diberikan pada kasus mola dengan resiko tinggi akan terjadi keganasan,
misalnya pada umur tua (35 tahun), riwayat kehamilan mola sebelumnya
dan paritas tinggi yang menolak untuk dilakukan histerektomi, atau kasus
dengan hasil histopatologi yang mencurigakan.Biasanya diberikan
methotrexat atau actinomycin D. Tidak semua ahli setuju dengan cara ini,
dengan alasan jumlah kasus mola menjadi ganas tidak banyak dan
sitostatika merupakan obat yang berbahaya. Goldstein berpendapat bahwa
pemberian sitostatika profilaksis dapat menghindarkan keganasan dengan
metastase, serta mengurangi koriokarsinoma di uterus sebanyak 3 kali.
Kadar β-hCG di atas 100.000 IU/L praevakuasi dianggap sebagai resiko
tinggi untuk perubahan ke arah ganas, pertimbangkan untuk memberikan
methotrexate (MTX) 3×5 mg sehari selama 5 hari dengan interval 2
minggu sebanyak 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan actinomycin D 12
µg/kgBB/hari selama 5 hari.
Follow up
Lama pengawasan berkisar antara satu atau dua tahun, mengingat
kemungkinan terjadi keganasan setelah mola hidatidosa (± 20%). Untuk
tidak mengacaukan pemeriksaan selama periode ini pasien dianjurkan untuk
tidak hamil dulu, dengan pemakaian alat kontrasepsi.
Selama pengawasan, secara berkala dilakukan pemeriksaan
ginekologik, kadar β-hCG dan radiologi. Pemeriksaan ginekologi dimulai
satu minggu setelah pengeluaran jaringan mola. Pada pemeriksaan ini
dinilai ukuran uterus, keadaan adneksa serta cari kemungkinan metastase ke
vulva, vagina, uretra dan cervix. Sekurang-kurangnya pemeriksaan diulang
setiap 4 minggu.
Cara yang paling peka saat ini adalah dengan pemeriksaan β-hCG yang
menetap untuk beberapa lama. Jika masih meninggi, hal ini berarti masih
ada sel-sel trofoblas yang aktif. Cara yang umum dipakai sekarang ini
adalah dengan radioimmunoassay terhadap β-HCG sub unit. Pemeriksaan
kadar β-HCG dilakukan setiap minggu atau setiap 2 minggu sampai kadar
menjadi negatif lalu diperiksa ulang sebulan sekali selama 6 bulan,
kemudian 2 bulan selama 6 bulan. Seharusnya kadar β-HCG harus
kembali normal dalam 14 minggu setelah evakuasi.
Pemeriksaan foto toraks dilakukan tiap 4 minggu, apabila ditemukan
adanya metastase penderita harus dievaluasi dan dimulai pemberian
kemoterapi. Apabila Pemeriksaan fisik, foto toraks dan kadar β-HCG dalam
batas normal, follow up dapat dihentikan dan ibu diperbolehkan hamil
setelah 1 tahun. Bila selama masa observasi kadar β-HCG menetap atau
bahkan cenderung meningkat atau pada pemeriksaan klinis.
Pemakaian IUD merupakan kontraindikasi. Pil KB kombinasi tidak
hanya memperlambat penurunan titer β-HCG namun juga dapat
menstimulasi neoplasia trofoblas dan pil KB kombinasi ini dapat digunakan
bila β-HCG negatif. Anjuran sterilisasi biasa dilakukan pada penderita usia
tua ataupun penderita yang telah memiliki cukup anak.
TEORI DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN KELAINAN KEHAMILAN
MOLA HIDATIDOSA
I. Pengkajian
a. Identitas Pasien
1) Nama : Sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah Sakit/
Klinik atau catat apakah klien pernah dirawat disini atau tidak.
2) Umur : Digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi
dan tindakan, juga sebagai acuan pada umur berapa penyakit/kelainan
tersebut terjadi. Pada keterangan sering terjadi pada usia produktif 25 –
45 tahun.
3) Alamat : Sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien
apakah dekat atau jauh dari pelayanan kesehatan khususnya dalam
pemeriksaan kehamilan.
4) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga
akan memudahkan dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan
tentang gejala / keluhan selama di rumah atau Rumah Sakit.
5) Status Perkawinan : Dengan status perkawinan mengetahui berapa kali
klien mengalami kehamilan Mola Hidatidosa atau hanya sakit karena
penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan.
6) Agama : Untuk mengetahui gambaran dan spiritual klien sehingga
memudahkan dalam memberikan bimbingan keagamaan.
7) Nama Suami : Agar diketahui siapa yang bertanggung jawab dalam
pembiayaan dan pemberian persetujuan dalam perawatan.
8) Pekerjaan : Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien,
sehingga memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya kehamilan
Mola Hidatidosa.
b. Keluhan Utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang.
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang : Yaitu keluhan sampai saat klien
pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan
pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari
usia kehamilan.
Riwayat penyakit masa lalu : Mengkaji riwayat penyakit pada masa
lalu yang pernah diderita oleh klien misalnya diabetes mellitus,
penyakit jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit
endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah
dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di
mana tindakan tersebut berlangsung.
Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram
dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit
turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
Riwayat kesehatan reproduksi :
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya,
sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan
menopause terjadi, gejala serta keluhan yang menyertainya.
d. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan
hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya. Kaji mengenai
aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluhan