Top Banner
TUGAS KEPERAWATAN JIWA LAPORAN PENDAHULUAN, ASUHAN KEPERAWATAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN “ISOLASI SOSIAL” Disusun oleh : Adha Tazakka P17420213040 2B KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES SEMARANG PRODI KEPERAWATAN PURWOKERTO
49

Lp Isolasi Sosial

Dec 21, 2015

Download

Documents

Adha Tazakka

Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Lp Isolasi Sosial

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN, ASUHAN KEPERAWATAN DAN STRATEGI

PELAKSANAAN

“ISOLASI SOSIAL”

Disusun oleh :

Adha Tazakka

P17420213040

2B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI KEPERAWATAN PURWOKERTO

2015

Page 2: Lp Isolasi Sosial

LAPORAN PENDAHULUAN

MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

A. Konsep Dasar Teori

1. Definisi

Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok

mengalami, atau merasakan kebutuhan, atau keinginan untuk lebih terlibat

dalam aktivitas bersama orang lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya

(Carpenito, 2009).

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang

lain disekitarnya. Individu mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,

dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Stuart

& Sundeen, 2006).

2. Rentang Respon Sosial

Adapun rentang sosial dari adaptif sampai terjadi respon yang maladaptif

(Stuart & Sundeen, 2006), yaitu :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Manipulasi

Otonomi Menarik diri Impulsif

Bekerjasama Tergantung Narcissisme

Saling tergantung

Gambar 1. Rentang respon sosial

Page 3: Lp Isolasi Sosial

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan

cara yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Sujono &

Teguh (2009) respon adaptif meliputi :

a. Solitude atau menyendiri

Respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah

terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan

rencana-rencana.

b. Autonomy atau otonomi

Kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,

pikiran, perasaan dalam hubungan sosial. Individu mampu menetapkan

untuk interdependen dan pengaturan diri.

c. Mutuality atau kebersamaan

Kemampuan individu untuk saling pengertian, saling memberi, dan

menerima dalam hubungan interpersonal.

d. Interdependen atau saling ketergantungan

Suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar

individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan

masalah dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama

dan masyarakat. Menurut Sujono & Teguh (2009) respon maladaptif tersebut

adalah :

a. Manipulasi

Gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain

sebagai obyek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang lain

dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku

mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi

dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.

b. Impulsif

Page 4: Lp Isolasi Sosial

Respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang

tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan,

tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan miskin penilaian.

c. Narkisisme

Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku

egosentris, harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan

penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang

lain.

Sedangkan gangguan hubungan sosial yang sering terjadi pada

rentang respon maladaptif (Stuart & Sundeen, 2006), yaitu :

a. Menarik diri ; individu menemukan kesulitan dalam

membina hubungan dengan orang lain.

b. Tergantung (dependen) ; individu sangat tergantung dengan

orang lain, individu gagal mengembangkan rasa percaya diri.

c. Manipulasi ; Individu tidak dapat dekat dengan orang lain,

orang lain hanya sebagai objek.

d. Curiga ; tertanam rasa tidak percaya terhadap orang lain dan

lingkungan.

3. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

Menurut Stuart dan Sundeen, perilaku menarik diri dipengaruhi oleh

faktor predisposisi atau faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya

gangguan jiwa.

a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi yaitu faktor yang bisa menimbulkan respon sosial yang

maladaptif. Faktor yang mungkin mempengaruhi termasuk :

1). Perkembangan

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan mencetuskan

seseorang akan mempunyai masalah respon maladaptif.

2. Biologik

Page 5: Lp Isolasi Sosial

Adanya keterlibatan faktor genetik, status gizi, kesehatan umum yang

lalu dan sekarang. Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya

neurotransmiter dalam perkembangan gangguan ini, tetepi masih perlu

penelitian.

3. Sosiokultural

Isolasi karena mengadopsi norma, prilaku dan sistem nilai yang

berbeda dari kelompok budaya mayoritas, seperti tingkat

perkembangan usia, kecacatan, penyakit kronik, pendidikan, pekerjaan

dan lain-lain.

b. Faktor Presipitasi

Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang

penuh stress yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan

dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.

Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

1). Stressor sosiokultural

Menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah dari orang yang berarti,

misalnya perceraian, kematian, perpisahan kemiskinan, konflik sosial

budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) dan sebagainya.

2). Stressor Psikologik

Ansietas berat yang berkepanjangan dan bersamaan dengan

keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya, misalnya perasaan

cemas yang mengambang, merasa terancam.

4. Tanda dan Gejala

Menurut Budi Anna Kelia (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:

1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.

2. Menghindar dari orang lain (menyendiri).

3. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan

klien lain/perawat.

4. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.

5. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.

Page 6: Lp Isolasi Sosial

6. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan

atau pergi jika diajak bercakap-cakap.

7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.

Menurut buku panduan diagnosa keperawatan NANDA (2005) isolasi

sosial memiliki batasan karakteristik meliputi:

Data Obyektif :

1) Tidak ada dukungan dari orang yang penting (keluarga, teman,

kelompok)

2) Perilaku permusuhan

3) Menarik diri

4) Tidak komunikatif

5) Menunjukan perilaku tidak diterima oleh kelompok kultural dominant

6) Mencari kesendirian atau merasa diakui di dalam sub kultur

7) Senang dengan pikirannya sendiri

8) Aktivitas berulang atau aktivitas yang kurang berarti

9) Kontak mata tidak ada

10) Aktivitas tidak sesuai dengan umur perkembangan

11) Keterbatasan mental/fisik/perubahan keadaan sejahtera

12) Sedih, afek tumpul

Data Subyektif:

1) Mengekpresikan perasaan kesendirian

2) Mengekpresikan perasaan penolakan

3) Minat tidak sesuai dengan umur perkembangan

4) Tujuan hidup tidak ada atau tidak adekuat

5) Tidak mampu memenuhi harapan orang lain

6) Ekspresi nilai sesuai dengan sub kultur tetapi tidak sesuai dengan

kelompok kultur dominant

7) Ekspresi peminatan tidak sesuai dengan umur perkembangan

8) Mengekpresikan perasaan berbeda dari orang lain

9) Tidak merasa aman di masyarakat

Page 7: Lp Isolasi Sosial

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Klien Dengan Menarik

Diri

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang

melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau

masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

1. Pengkajian

a. Identitas klien

1) Perawat yang merawat melakukan kontak dengan klien

tentang : nama klien, nama panggilan klien, nama perawat, panggilan

perawat, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik pembicaraan.

2) Usia

3) Nomor rekam medik

4) Perawat menuliskan sumber data yang didapat

b. Keluhan utama/alasan

masuk

Menanyakan pada klien atau keluarga penyebab klien datang ke rumah

sakit saat ini dan bagaimana koping keluarga yang sudah dilakukan untuk

mengatasi masalah ini dan bagaimana hasilnya.

c. Faktor predisposisi

Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami

gangguan jiwa di masa lalu, pernah melakukan, mengalami, menyaksikan

penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam

keluarga dan tindakan kriminal, baik itu yang dilakukan, dialami ,

disaksikan oleh orang lain, apakah ada anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa, pengalaman yang tidak menyenangkan.

d. Aspek fisik

Meliputi pengukuran tanda vital, tinggi badan, berat badan dan adanya

keluhan fisik, misalnya tampak lemah, letih dan sebagainya.

e. Aspek psikososial

1). Membuat genogram yang memuat minimal 3 generasi yang

menggambarkan hubungan klien dengan keluarganya yang terkait

Page 8: Lp Isolasi Sosial

dengan komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan

individu dan keluarga.

2). Konsep diri, meliputi :

Kaji lebih dalam secara bertahap dengan komunikasi yang sering dan

singkat, meliputi :

a). Citra tubuh

Tanyakan dan observasi persepsi pasien terhadap tubuhnya,

bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.

b). Identitas diri

Tanyakan dan observasi tentang status dan posisi klien sebelum

dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya (sekolah,

tempat kerja, kelompok), kepuasan klien sebagai perempuan atau

laki-laki.

c). Peran

Tanyakan tentang tugas/peran yang diePakn dalam

keluarga/kelompok, kemampuan klien dalam melaksanakan

tugas / peran.

d). Ideal diri

Tanyakan tentang harapan terhadap tubuh; posisi, status,

tugas/peran dan harapan klien terhadap lingkungan (keluarga,

sekolah, tempat kerja, masyarakat).

e). Harga diri.

Tanyakan dan nilai melalui observasi lingkungan hubungan klien

dengan orang lain sesuai dengan kondisi no. 2). (a), (b), (c) dan

penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan

kehidupannya.

3). Hubungan sosial (di rumah dan di rumah sakit)

a). Tanyakan pada klien / keluarga siapa orang yang

paling berarti dalam kehidupannya, tempat mengadu, tempat

bicara, minta bantuan atau sokongan.

Page 9: Lp Isolasi Sosial

b). Tanyakan pada klien / keluarga, kelompok apa saja

yang diikuti dalam masyarakat.

c). Tanyakan pada klien / keluarga pada klien sejauh

mana klien terlibat dalam kelompok di masyarakat.

4). Spiritual, meliputi pandangan, nilai dan keyakinan klien terhadap

gangguan jiwa sesuai dengan agama yang dianut, kegiatan ibadah

yang biasa dilakukan di rumah.

f. Status mental

Nilai aspek-aspek meliputi :

1). Penampilan (rapi / tidak) , penggunaan dan cara berpakaian.

2). Pembicaraan; cepat, keras, gagap, membisu, apatis, lambat,

inkoheren, atau tidak dapat memulai pembicaraan.

3). Aktifitas motorik; tampak adanya kelesuan, ketegangan,

kegelisahan, agitasi, tik (gerakan involunter pada otot), grimasen

(gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak dapat dikontrol

klien), tremor atau kompulsif.

4). Alam perasaan; sedih, gembira, putus asa, ketakutan, atau khawatir.

5). Afek; datar, tumpul, labil, tidak sesuai.

6). Interaksi selama wawancara; bermusuhan, tidak kooperatif, kontak

mata kurang, defensif, curiga atau mudah tersinggung.

7). Persepsi; menentukan adanya halusinasi dan jenisnya.

8). Proses pikir; sirkumstansial (pembicaraan berbelit-belit, tapi sampai

pada tujuan pembicaraan), tangensial (pembicaraan berbelit-belit

tidak sampai pada tujuan pembicaraan), kehilangan asosiasi

(pembicaraan yang tidak ada hubungan satu dengan yang lainnya),

flight of ideas (pembicaraan yang meloncat-loncat), blocking

(pembicaraan terhenti sejenak tanpa gangguan eksternal, kemudian

dilanjutkan kembali), perseverasi (pembicaraan yang diulang berkali-

kali).

Page 10: Lp Isolasi Sosial

9). Isi pikir; obsesi (pikiran yang selalu muncul walaupun klien

berusaha menghilangkannya), phobia (ketakutan patologis pada

objek / situasi tertentu), hipokondria (keyakinan terhadap adanya

gangguan organ di dalam tubuh yang sebenarnya tidak ada),

depersonalisasi (merasa asing terhadap diri sendiri, orang lain atau

lingkungan), ide yang terkait (keyakinan klien terhadap kejadian

yang banyak di lingkungan yang bermakna dan terkait pada dirinya),

pikiran magis dan waham.

10).Tingkat kesadaran; bingung, sedasi, stupor, orientasi waktu, tempat

dan orang.

11).Memori; adanya gangguan daya ingat jangka panjang, gangguan

daya ingat jangka pendek, gangguan daya ingat saat ini, konfabulasi.

12).Tingkat konsentrasi dan berhitung; perhatian klien yang mudah

dialihkan, tidak mampu memperbaiki, tidak mampu berhitung.

13).Kemampuan penilaian; gangguan penilaian ringan dan gangguan

kemampuan penilaian bermakna.

14).Daya tilik diri; pengingkaran terhadap penyakit yang diderita,

menyalahkan hal-hal di luar dirinya.

g. Kebutuhan persiapan pulang

Observasi kemampuan klien akan; makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian,

istirahat dan tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktifitas di

dalam dan di luar rumah

h. Mekanisme koping

Kaji koping adaptif ataupun maladaptif yang biasa digunakan

klien dengan menarik diri, seperti regresi (kemunduran ke tingkat

perkembangan yang lebih rendah dengan respon yang kurang matang),

represi (koping yang menekan keadaan yang tidak menyenangkan ke

alam bawah sadar), isolasi (respon memisahkan diri dari lingkungan

sosial).

i. Aspek medik

Page 11: Lp Isolasi Sosial

Jenis obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi

lainnya.

Data yang didapat dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu data

objektif dan subjektif. Data objektif ditemukan secara nyata dan

didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung, sedangkan data

subjektif merupakan data yang disampaikan oleh klien secara lisan dan

keluarga yang didapat melalui wawancara perawat kepada klien dan

keluarga.

2. Pohon Masalah

Pohon masalah pada klien dengan Isolasi sosial : menarik diri, yaitu:

Akibat

Penyebab

Penyebab

GaPakr 2. Pohon masalah isolasi sosial : menarik diri (Keliat, B. A., 2005)

1. Diagnosa Keperawatan

Ketidakefektifan koping keluarga: ketidakmampuan

keluarga merawat klien di rumah

Gangguan konsep diri:Harga diri rendah kronis

Isolasi sosial: menarik diriMasalah utama

Defisit perawatan diri: Mandi dan

berhias

Gangguan pemeliharaan

kesehatan

Gangguan sensori/persepsi:

halusinasi pendengaran

Ketidakefektifan penatalaksanaan

program terapeutik

Risiko perilaku kekerasan

terhadap diri sendiri

Page 12: Lp Isolasi Sosial

Keliat, B. A. (2005) merumuskan diagnosa keperawatan pada klien

dengan gangguan isolasi sosial : menarik diri, sebagai berikut :

a. Isolasi sosial

b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

c. Perubahan persepsi sensori : halusinasi

d. Koping individu tidak efektif

e. Defisit perawatan diri

f. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

2. Intervensi Keperawatan

Menurut (Workshop Standar Asuhan & Bimbingan Keperawatan Jiwa

RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang, 2007) strategi pelaksanaan tindakan

keperawatan menggunakan SP, yaitu :

a. Diagnosa 1. Isolasi Sosial

Tujuan:

Dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap

I. Pasien

SP 1 (pasien) :

1.1. Membina hubungan saling percaya

1.2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosia pasien.

1.3. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan

orang lain.

1.4. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi

dengan orang lain.

1.5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang.

1.6. Menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-

bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.

SP 2 (pasien) :

2.1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

2.2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekan cara

berkenalan dengan dua orang.

Page 13: Lp Isolasi Sosial

2.3. Membantu pasien memasukan kegiatan berbincang-bincang

dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.

SP 3 (pasien) :

3.1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

3.2. Memberikan kesempatan kepada pasien berkenalan dengan dua

orang atau lebih.

3.3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

II. Keluarga

SP 1 (keluarga) :

1.1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat

pasien.

1.2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang

dialami pasien beserta proses terjadinya.

1.3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial

SP 2 (keluarga) :

2.1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan

isolasi sosial.

2.2. Melatih keluarga cara merawat langsung kepada pasien isolasi

sosial.

SP 3 (keluarga) :

3.1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk

minum obat (discharge planning).

3.2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

Page 14: Lp Isolasi Sosial

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Keliat, B.A, dkk, (1997). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Ed I, EGC, Jakarta

Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta

Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikitari (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Page 15: Lp Isolasi Sosial

STRATEGI PELAKSANAAN

A. Diagnosa Keperawatan

Isolasi social: menarik diri

                                                                                                                

B. Tujuan Khusus

1.      Membina hubungan saling percaya

2.      Menyadari penyebab isolasi social

3.      Berinteraksi dengan orang lain

C. Tindakan Keperawatan

SP 1 Klien          : Membina hubungan saling percaya, membantu klien mengenal

penyebab isolasi social, membantu klien mangenal keuntungan dan kerugian tidak

berhubungan dengan orang lain, mengajarkan klien berkenalan.

SP 2 Klien          : Mengajarkan klien berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan

dengan orang pertama (perawat)

SP 3 Klien          : Mengajarkan klien berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan

dengan orang kedua (pasien lain)

SP 1 Keluarga    : Memberikan penyuluhan pada keluarga tentang masalah isolasi

social dan cara merawat klien dengan isolasi social.

SP 2 Keluarga    : Melatih keluarga mempraktekan cara merawat klien dengan

masalah isolasi social.

SP 3 Keluarga    : Membantu perencanaan pulang bersama keluarga.               

D. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

SP 1 Pasien    : Membina hubungan saling percaya, membantu pasien

mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan

Page 16: Lp Isolasi Sosial

berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan

pasien berkenalan.

1.      Orientasi

“Assalamualaikum…”

“Bagaimana kabarnya hari ini Pak ?. Sehat ya …Pak, perkenalkan nama saya adha,

saya biasa di panggil suster Adha. Saya perawat yang bertugas pada pagi hari ini dari

pukul 07.00 – 14.00 nanti ya. Selama Pak di sisni saya yang akan merawat Pak.

Kalau boleh tau nama Pak siapa ? senang di panggil siapa ?.oohhh Pak B ya ..Pak,

coba lihat kea rah saya. Nah …begitu.”

“Saya lihat dari tadi Pak sendirian, kenapa tidak bergabung dengan yang lain ?. Pak

sudah kenal belum dengan teman-teman yang ada di sini ?. Apa yang Pak rasakan ?.

Pak kesepian ? Kalau begitu bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang mengenal

orang lain ? Tujuannya supaya Pak tidak sendirian terus, tidak kesepian lagi.

Bagaimana Pak mau kan ?. Kita akan bercakap-cakap dimana ? Bagaimana kalau di

ruang tamu saja ?. Pak mau berapa lama kita akan bercakap-cakap? 10 menit saja

ya ..”

2.      Kerja (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan)

 “ Tadi Pak bilang, Pak merasa kesepian, lalu sewaktu di rumah Pak tinggal dengan

siapa ? Siapa orang tersekat Pak? Lalu orang yang Pak ajak bicara siapa ? Kenapa

Pak tidak mau berbicara dengan mereka ? Apakah mereka pernah berbuat salah

dengan Pak ? Kalau begitu mengapa Pak menjauhi mereka ?.”

“Lalu apa keseharian Pak selama di rumah ? Menurut Pak apa keuntungan

mempunyai banyak teman ?. Ya …benar sekali, keuntungannya jadi tidak kesepian

lagi, ada orang yang mau mendengarkan keluh kesah kita. Nah kalau begitu

kerugiannya apa Pak ? Iya …benar. Jadi seperti yang Pak sebutkan tadi ternyata

banyak juga ya kerugian kalau tidak mempunyai teman ? Kalau begitu Pak mau kan

mempunyai benyak teman ?.”

“Baik, sekarang saya akan mengajarkan Pak cara berkenalan yang benar. Pertama,

kita harus bersalaman dengan orang yang diajak berkenalan. Ayo Pak ulurkaan

tangannya. Kemudian tatap wajah orang yang akan kita ajak bicara. Selanjutnya

Page 17: Lp Isolasi Sosial

sebutkan nama, nama panggilan, asal,dan hobi. Nama saya adha, saya senang

dipanggil Adha, asal saya dari Purwokerto, Hobi saya berenang. Tapi kita harus

menyebutkannya dengan jelas.Nah ..seperti itu. Lalu tanya nama orang yang diajak

bicara, nama panggilannya, asalnya dari mana dan hobinya. Seperti ini: nama kamu

siapa? Kamu senang dipanggil siapa? Asal kamu dari mana? Hobi kamu apa?.Seperti

itu ya….Jangan lupa setelah berkenalan lalu senyum supaya Pak kelihatan manis,

ya ?”

“Coba Pak berkenalan dengan susuter, misalnya Pak H belum kenal dengan suster.

Ya, benar seperti itu. Pak pintar sekali.Setelah Pak H berkenalan dengan orang lain,

Pak bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan. Seperti

keluarga, teman atau yang lainnya”

3.      Terminasi

“Bagaimana perasaan Pak H setelah kita belajar berkenalan ? oia Pak, Pak masih

ingat tidak keuntungan mempunyai teman ? iya …Lalu kerugiannya apa?. Kalau

begitu coba sekarang Pak H ulangi lagi cara berkenalan yang seperti saya ajarkan

tadi.Wahh …Pak H sudah bisa ya.”

“Pak H besok ada waktu jam berapa ? saya akan mengajak Pak berkenalan dengan

teman saya, perawat di ruang mawar sana. Jam 10 ya Pak ? Baik, besok jam 10 saya

akan mengenalkan Pak ke perawat yang lain ya. Sepertinya ini sudah 10 menit, kalau

begitu sampai jumpa besok ya?. Assalamualaikum”

SP 2 Klien            :Mengajarkan klien berinteraksi dengan secara bertahap

berkenalan dengan orang pertama (perawat)

1.      Orientasi

“Assalammualaikum H! ”

“Bagaimana perasaan H hari ini?

« Masih ingat pelajaran kita kemarin tetang berkenalan ?»Coba sebutkan lagi sambil

bersalaman dengan Suster ! »

Page 18: Lp Isolasi Sosial

« Bagus sekali, H masih ingat. Nah  seperti janji saya, saya akan mengajak H

mencoba berkenalan  dengan teman saya, perawat N. Tidak lama kok, sekitar 5

menit »

« Ayo kita temui perawat N disana »

2.      Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)

« Selamat pagi perawat N, ini  ada yang ingin berkenalan dengan anda »

« Baiklah H, H bisa berkenalan dengan perawat N seperti yang kita praktekkan

kemarin « 

(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat N : memberi salam,

menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)

« Ada lagi yang H ingin tanyakan kepada perawat N . coba tanyakan tentang

keluarga perawat N »

« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, H bisa sudahi perkenalan ini. Lalu H

bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya  jam 1 siang nanti »

« Baiklah perawat N, karena H sudah selesai berkenalan, saya  dan H akan kembali

ke ruangan H. Selamat pagi »

3.      Terminasi

“Bagaimana perasaan H setelah berkenalan dengan perawat N”

”H tampak bagus  sekali saat berkenalan tadi” 

”Pertahankan terus  apa yang sudah H lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan

topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi,

dan sebagainya. H juga dapat berkenalan dengan perawat lain yang ada di sini. Mari

kita masukkan pada jadwal harian H. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2

kali. Baik nanti H coba sendiri. Besok suster akan mengajak H berkenalan dengan

pasien-pasien lain yang ada di sini. H mau kan ?. H, besok jam 10.30 ya ?Kalau

begitu suster pergi dulu ya H.Assalamualaikum ”

Page 19: Lp Isolasi Sosial

BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan

Ruang Rawat : Nakula

Tanggal dirawat : 20 Maret 2015

I. DENTITAS

a. Inisial : Tn. H (L/P) Tgl Pengkajian : 23 Maret 2015

b. Umur : 35 tahun RM : 222717

c. Informasi : Klien dan status

II. ALASAN MASUK

Klien sering bingung, suka melamun, suka menyendiri, tidak mau mandi, ketawa

sendiri, mondar-mandir di tempat dan klien pernah melakukan pemukulan terhadap

diri sendiri.

III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? ( √ ) Ya ( ) Tidak

2. Pengobatan sebelumnya. ( ) Berhasil ( √ ) Kurang berhasil ( ) Tidak berhasil

3. Perilaku Pelaku/usia Korban/usia Saksi/usia

a. Aniaya fisik (........./.......) (........./.......) (........./.......)

b. Aniaya seksual (........./.......) (........./.......) (........./.......)

c. Penolakan (........./.......) (........./.......) (........./.......)

d. Kekerasan dalam keluarga (........./.......) (........./.......) (........./.......)

e. Tindakan Kriminal (........./.......) (........./.......) (........./.......)

Jelaskan No. 1,2,3: Klien pernah mengalami gangguan jiwa dan di rawat di RSJ,

Page 20: Lp Isolasi Sosial

Karena tidak minum obat, klien kambuh lagi dari ruangan bukit barisan ke RSJ

Medan

Masalah Keperawatan: Regimen terapiutik inefektif

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?

( ) Ya ( √ ) Tidak

Hubungan Keluarga Gejala Riwayat Pengobatan/perawatan

............................... ............................... ...............................

............................... .............................. ...............................

............................... ............................... ...............................

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan yang di temukan

5. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan:

Klien menyatakan kecewa terhadap keluarganya, karena tidak peduli dengannya.

Masalah Keperawatan: Harga diri rendah

IV. FISIK

1. Tanda vital : TD:120/80 mmhg N80x/i S 36oC P 20x/ menit

2. Ukur: TB167 cm BB 55 kg

3. Keluhan Fisik: ( ) Ya ( √ ) Tidak 

Masalah Keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan

V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

Jelaskan : Klien anak ke 7 dari 7 bersaudara, ke-1 perempuan dan sehat, ke-2 laki-

laki sehat, ke-3 laki-laki sehat, ke-4 perempuan dan sehat, ke-5 laki-laki sehat, ke-6

laki-laki sehat, ke-7 laki-laki yang menderita gangguan jiwa. Keluarga memasukkan

ke RSJ medan karena dijauhi keluarga dan disingkirkan oleh orang lain.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

2. Konsep Diri

a. Gambaran Diri: Klien merasa senang dengan tubuhnya, terutama bagian wajahnya

dan badannya,.

Page 21: Lp Isolasi Sosial

b. Identitas: Klien merasa tidak puas dengan dirinya 

c. Peran: Klien menyatakan kecewa dengan dirinya karena tidak dapat melaksanakan

peran sebagai anak.

d. Ideal Diri: Klien menyatakan ingin menjadi orang yang sukses dan ingin cepat

sembuh.

c. Harga diri: Klien jarang bersosialisasi dengan tetangganya karena klien merasa

terasing karena mengalami gangguan jiwa.

Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri, harga diri rendah.

3. Hubungan Sosial: 

a. Orang yang berarti: Orang tuanya atau ibunya

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/sosial: peran serta dalam kegiatan

pokok/sosial: klien jarang ikut dalam kegiatan kelompok/ masyarakat.

c. HaPaktan dalam hubungan dengan orang lain: Kurang percaya diri terhadap diri

sendiri, karena klien lebih suka diam.dan mengatakan malu bergaul dengan orang

lain

Masalah Keperawatan : Isolasi sosial menarik diri.

VI. STATUS MENTAL 

1. Penampilan 

( √ ) Tidak rapi ( ) Penggunaan pakaian tidak sesuai ( ) Berpakaian tidak seperti

biasanya

Jelaskan : Klien tidak rapi, baju klien terlihat terbalik, kusam, kotor, rambut kusut

dan kuku terlihat kotor

Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri.

2. Pembicaraan 

( ) Cepat keras ( ) Gugup ( ) Inkoheren

( ) Apatis ( √ ) LaPakt ( ( Membisu

( ) Tidak mampu mulai pembicaraan 

Jelaskan : Klien selama berkomunikasi secara kontak mata, klien menjawab dengan

laPakt.

Masalah keperawatan : Gangguan Komunikasi Verbal.

Page 22: Lp Isolasi Sosial

3. AktiAdhas Motorik

( ) Lesu ( ) Tegang ( ) Inkoheren ( ) Agitasi

( ) Tik ( ) Grimasem ( √ ) Tremor ( ) Kompulsip

Jelaskan : Tangan Klien gemetar saat diajak bersalaman, dan pada saat beraktivitas

klien tampak tremor.

Masalah Keperawatan : Gangguan aktivitas motorik/intoleransi aktivitas.

4. Alam perasaan :

( √ ) sedih ( ) ketakutan ( ) putus asa ( ) gembira 

Jelaskan : Klien merasa keluarga tidak peduli dengannya dan klien terlihat sedih

karena berada di RSJ Banyumas.

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah.

5. Afek

( √ ) datar ( ) tumpul ( ) labil ( ) tidak sesuai

Jelaskan : ekspresi wajah klien datar, klien kadang-kadang termenung.

Masalah Keperawatan : Isolasi sosial menarik diri.

6. Interaksi selama wawancara

( ) bermusuhan ( √ ) tidak kooperatif ( ) mudah tersinggung

( ) curiga` ( ) defenitif ( ) kontak mata kurang

Jelaskan : Klien tampak tidak kooperatif saat di ajak berbicara kontak mata (-) suka

menunduk

Masalah Keperawatan : Isolasi sosial menarik diri. 

7. Persepsi halusinasi 

( ) pendengaran ( ) penglihatan ( ) perabaan 

( ) pengecapan ( ) penciuman 

Jelaskan : Klien tidak mengalami halusinasi terbukti dengan klien tidak

melihat/mendengar suara-suara yang aneh.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

8. Proses pikir

( ) sirkumtansia ( ) tangensial ( ) kehilangan asosiasi

( ) flig if ideas ( ) bloking ( ) pengulangan pembicaraan 

Page 23: Lp Isolasi Sosial

Jelaskan : Selama wawan cara klien dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan topik

pembicaraan.

Masalah keperawatan: Tidak terdapat masalah keperawatan.

9. Isi pikir

( ) obsesi ( ) fobia ( ) hipokondria

( ) derpersonalisasi ( ) ide yang terkait pikiran magis

Waham :

( ) agama ( ) somatik ( ) kebesaran ( ) curiga

( ) nihilistik ( ) sisip pikir ( ) siar pikir ( ) kontrol pikir

Jelaskan :

klien tidak ada masalah dalam dalam gangguan waham

Masalah keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan.

10. Tingkat kesadaran 

( ) bingung ( ) sedasi ( ) stupor disorientasi

( ) waktu ( √ ) tempat ( ) orang

Jelaskan 

Klien tau bahwa ia berada di RSJ Banyumas

Masalah keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan.

11. Memori

( ) gangguan daya ingat jangka panjang 

( ) gangguan daya ingat saat ini konfabulasi 

Jelaskan : Klien masih ingat kejadian yang ia alami masa lalu dan sekarang.

Masalah keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan.

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

( ) mudah beralih ( ) tidak mampu berkonsentrasi

( ) tidak mampu berhitung sederhan 

Jelaskan: Klien mampu berhitung 20-100

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang ditemukan.

13. Kemampuan penilaian 

( ) gangguan ringan ( ) gangguan bermakna

Jelaskan : Klien dapata membedakan antara kotor dan bersih..

Page 24: Lp Isolasi Sosial

Masalah keperawatan: Tidak terdapat masalah keperawatan..

14. Daya tilik diri

( ) mengingkari penyakit yang diderita ( ) menylahkan hal diluardirinya

Jelaskan : Klien tidak menunjukkan adanya gangguan daya tilik diri.

Masalah keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan.

VII. KEBUTUHAN PERSONAL

1. Makan

( √ ) bantuan minimal ( ) bantuan total

2. Bak / Bab

( √ ) bantuan minimal ( ) bantuan total 

3. Mandi

( √ ) bantuan minimal ( ) bantuan total 

4. Berpakaian / berhias

( √ ) bantuan minimal ( ) bantuan total 

5. Intirahat tidur

( ) tidur siang lama : 14-00 s/d 15-00 WIB

( ) tidur malam : 20-00 s/d 05-00 WIB

6. Penggunaan obat

( √ ) bantuan minimal ( ) bantuan total

7. Pemeliharaan Kesehatan

Ya Tidak

Keperawatan lanjutan ( √ ) ( )

Sistem pendukung ( √ ) ( ) 

8. Kegitan didalam rumah 

Ya Tidak 

Mempersiapkan makanan ( ) ( √ )

Menjaga kerapian rumah ( ) ( √ ) 

Mencuci pakaian ( ) ( √ ) 

Pengaturan uang ( ) ( √ ) 

9. Kegiatan diluar rumah 

Page 25: Lp Isolasi Sosial

Ya Tidak

Belanja ( ) ( √ ) 

Trnfortasi ( ) ( √ )

Lain-lain ( ) ( √ ) 

Jelaskan : Klien malas keluar rumah dan bergaul dengan orang lain.

Masalah keperawatan : Isolasi sosial menarik diri

VIII. MEKANISME KOPING

Adaptif Maladaptif

( √ ) berbicara dengan orang lain ( √ ) minum alkohol

( ) mampu menyelesaikan masalah ( √ ) reasksi laPakt

( ) tehnik relaksasi ( ) berkerja berlebihan 

( ) aktivitas konstruktif ( ) menghindar

( √ ) olah raga ( ) menciderai diri

( ) lainnya

Masalah keperawatan : Koping Individu inefektik.

XI. MASALAH PSIKOLOGI SOSIAL 

a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik

Klien merasa teman nya menghindar/menjauhi dirinya setelah sakit.

b. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik:

Klien tidak terima berada di RSJ Banyumas

c. Masalah dengan pendidikan, spesifik Klien tamatan SMU

d. Masalah dengan pekerjaan, spesifik

Klien pernah bekerja di suatu pabrik dan sekarang sudah berhenti

e. Masalah dengan perumahan, spesifik

Klien tinggal bersama orang tua, rumah milik peribadi

f. Masalah dengan ekonomi, spesifik

Klien memiliki masalah ekonomi yang cukup dan biaya pengobatan di tanggung oleh

orang tua.

g. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik

Page 26: Lp Isolasi Sosial

Klien tidak mempunyai masalah dengan pelayanan kesehatan..

h. Masalah lainnya, spesifik

Masalah keperawatan : Gangguan hubungan sosial menarik diri.

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG

( √ ) penyakit jiwa ( √ ) sistem pendukung 

( ) faktor presipitasi ( ) penyakit fisik

( √ ) Koping ( √ ) obat-obatan 

( ) Lainnya 

Masalah keperawatan: Koping individu inefektif .

XI. ASPEK MEDIK

Diagnosa medik : Skizoprenia Paranoid episode berulang 

Terapi Medik: Cparpromazin 100 mg 3x1

Trihexyphenidry 2 mg 2x1

Halopheridole 5 mg 2x1

1. CPZ (Cparpromazin)

Indikasi: untuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai

realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu,

berdaya berat dalam fungsi mental, waham halusinasi, gangguan perasaan, perilaku

yang aneh dan tidak terkendali, berdaya berat dalam kehidupan sehari-hari tidak mau

bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.

Komposisi: Tiap tablet mengandung Clorpromazine HCL 25 mg, Clorpromazine 5

mg

2. THP (Trihexyphenidry)

Indikasi: sekala jenis penyakit parkinson, termasuk ensepalitis dan indiopatik,

sindrom prankinson akibat obat misalnya reserpina dan fenitiazine.

Komposisi: tiap tablet mengandung Trihexyphenidril hidroklorida 2 mg

3. HLP (Halopheridole)

Indikasi: berdaya berat dalam menilai kemampuan realita dan fungsi nertal serta

Page 27: Lp Isolasi Sosial

dalam fungsi kehidupan sehari-hari.

Komposisi: Tiap tablet mengandung 0,5 mg Haloperidol, 

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN 

Isolasi sosial menarik diri 

Harga diri rendah

Defisit perawatan diri

Intoleransi aktivitas

Gangguan komunikasi perbal

ANALISA DATA

DATA MASALAH

SUBJEKTIF:

Klien mengatakan tidak suka berada di rumah sakit jiwa.

Klien mengatakan takut dengan teman-temannya.

OBJEKTIF:

Klien suka melamun,

Klien tampak sedih,

Klien suka menyendiri.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Isolasi social menarik diri

2. Harga diri rendah

3. Defisit perawatan diri

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa I : Isolasi sosial menarik diri

SP 1 (pasien) :

a. Membina hubungan saling percaya

b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosia pasien.

c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.

Page 28: Lp Isolasi Sosial

d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.

e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang.

f. Menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan

orang lain dalam kegiatan harian.

SP 2 (pasien) :

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

b. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan

dua orang.

c. Membantu pasien memasukan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain

sebagai salah satu kegiatan harian.

SP 3 (pasien) :

a. Mengevaluasi jadwal

kegiatan harian pasien.

b. Memberikan

kesempatan kepada pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih.

c. Menganjurkan pasien

memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

Keluarga

SP 1 (keluarga) :

a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat

pasien.

b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami

pasien beserta proses terjadinya.

c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial

SP 2 (keluarga) :

a. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial.

b. Melatih keluarga cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial.

SP 3 (keluarga) :

a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum

obat (discharge planning).

Page 29: Lp Isolasi Sosial

b. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial

SP Pasien

SP 1 Pasien    : Membina hubungan saling percaya, membantu pasien

mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan

berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan

pasien berkenalan.

1.      Orientasi

“Assalamualaikum…”

“Bagaimana kabarnya hari ini Pak ? Sehat ya …Pak, perkenalkan nama saya Adha,

saya biasa di panggil suster adha . Saya perawat yang bertugas pada pagi hari ini dari

pukul 07.00 – 14.00 nanti ya. Selama bapak di sisni saya yang akan merawat bapak.

Kalau boleh tau nama bapak siapa ? senang di panggil siapa ?.oohhh Pak H ya ..Pak,

coba lihat ke arah saya. Nah …begitu.”

“Saya lihat dari tadi bapak sendirian, kenapa tidak bergabung dengan yang lain ?.

Pak sudah kenal belum dengan teman-teman yang ada di sini ?. Apa yang bapak

rasakan ?. bapak kesepian ? Kalau begitu bagaimana kalau kita bercakap-cakap

tentang mengenal orang lain ? Tujuannya supaya bapak tidak sendirian terus, tidak

kesepian lagi. Bagaimana Pak mau kan ?. Kita akan bercakap-cakap dimana ?

Bagaimana kalau di ruang tamu saja ?. Pak mau berapa lama kita akan bercakap-

cakap? 10 menit saja ya ..”

2.      Kerja (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan)

 “ Tadi bapak bilang, bapak merasa kesepian, lalu sewaktu di rumah bapak tinggal

dengan siapa ? Siapa orang terdekat bapak? Lalu orang yang bapak ajak bicara

siapa ? Kenapa bapak tidak mau berbicara dengan mereka ? Apakah mereka pernah

berbuat salah dengan bapak ? Kalau begitu mengapa bapak menjauhi mereka ?.”

“Lalu apa keseharian bapak selama di rumah ? Menurut bapak apa keuntungan

mempunyai banyak teman ?. Ya …benar sekali, keuntungannya jadi tidak kesepian

lagi, ada orang yang mau mendengarkan keluh kesah kita. Nah kalau begitu

Page 30: Lp Isolasi Sosial

kerugiannya apa Pak ? Iya …benar. Jadi seperti yang bapak sebutkan tadi ternyata

banyak juga ya kerugian kalau tidak mempunyai teman ? Kalau begitu bapak mau

kan mempunyai benyak teman ?.”

“Baik, sekarang saya akan mengajarkan bapak cara berkenalan yang benar. Pertama,

kita harus bersalaman dengan orang yang diajak berkenalan. Ayo Pak ulurkaan

tangannya. Kemudian tatap wajah orang yang akan kita ajak bicara. Selanjutnya

sebutkan nama, nama panggilan, asal,dan hobi. Nama saya adha tazakka, saya senang

dipanggil Adha, asal saya dari Purwokerto, Hobi saya berenang. Tapi kita harus

menyebutkannya dengan jelas. Nah ..seperti itu. Lalu tanya nama orang yang diajak

bicara, nama panggilannya, asalnya dari mana dan hobinya. Seperti ini: nama kamu

siapa? Kamu senang dipanggil siapa? Asal kamu dari mana? Hobi kamu apa?.Seperti

itu ya….Jangan lupa setelah berkenalan lalu senyum supaya Pak kelihatan manis,

ya ?”

“Coba Pak berkenalan dengan suster, misalnya Pak H belum kenal dengan suster. Ya,

benar seperti itu. Pak pintar sekali. Setelah Pak H berkenalan dengan orang lain, Pak

bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan. Seperti keluarga,

teman atau yang lainnya”

3.      Terminasi

“Bagaimana perasaan Pak H setelah kita belajar berkenalan ? oia Pak, bapak masih

ingat tidak keuntungan mempunyai teman ? iya …Lalu kerugiannya apa?. Kalau

begitu coba sekarang Pak H ulangi lagi cara berkenalan yang seperti saya ajarkan

tadi.Wahh …Pak H sudah bisa ya.”

“Pak H besok ada waktu jam berapa ? saya akan mengajak bapak berkenalan dengan

teman saya, perawat di ruang sadewa sana. Jam 10 ya Pak ? Baik, besok jam 10 saya

akan mengenalkan bapak ke perawat yang lain ya. Sepertinya ini sudah 10 menit,

kalau begitu sampai jumpa besok ya?. Assalamualaikum”

SP 2          :Mengajarkan klien berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan

dengan orang pertama (perawat)

1.      Orientasi

Page 31: Lp Isolasi Sosial

“Assalammualaikum H! ”

“Bagaimana perasaan H hari ini?

« Masih ingat pelajaran kita kemarin tetang berkenalan ?»Coba sebutkan lagi sambil

bersalaman dengan Suster ! »

« Bagus sekali, H masih ingat. Nah  seperti janji saya, saya akan mengajak H

mencoba berkenalan  dengan teman saya, perawat N. Tidak lama kok, sekitar 5

menit »

« Ayo kita temui perawat N disana »

2.      Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)

« Selamat pagi perawat N, ini  ada yang ingin berkenalan dengan anda »

« Baiklah H, H bisa berkenalan dengan perawat N seperti yang kita praktekkan

kemarin « 

(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat N : memberi salam,

menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)

« Ada lagi yang H ingin tanyakan kepada perawat N . coba tanyakan tentang

keluarga perawat N »

« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, H bisa sudahi perkenalan ini. Lalu H

bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya  jam 1 siang nanti »

« Baiklah perawat N, karena H sudah selesai berkenalan, saya  dan H akan kembali

ke ruangan H. Selamat pagi »

3.      Terminasi

“Bagaimana perasaan H setelah berkenalan dengan perawat N”

”B tampak bagus  sekali saat berkenalan tadi” 

”Pertahankan terus  apa yang sudah H lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan

topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi,

dan sebagainya. H juga dapat berkenalan dengan perawat lain yang ada di sini. Mari

kita masukkan pada jadwal harian H. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2

kali. Baik nanti H coba sendiri. Besok suster akan mengajak H berkenalan dengan

Page 32: Lp Isolasi Sosial

pasien-pasien lain yang ada di sini. H mau kan ?. H, besok jam 10.30 ya ?Kalau

begitu suster pergi dulu ya H.Assalamualaikum ”

SP 3         :Mengajarkan klien berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan dengan

orang pertama (perawat)

1.      Orientasi

“Assalammualaikum H! ”

“Bagaimana perasaan H hari ini?

« Masih ingat pelajaran kita kemarin tetang berkenalan ?»Coba sebutkan lagi sambil

bersalaman dengan Suster ! »

« Bagus sekali, H masih ingat. Nah  seperti janji saya, saya akan mengajak H

mencoba berkenalan  dengan teman saya, perawat N. Tidak lama kok, sekitar 5

menit »

« Ayo kita temui perawat N disana »

2.      Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)

« Selamat pagi perawat N, ini  ada yang ingin berkenalan dengan anda »

« Baiklah H, H bisa berkenalan dengan perawat N seperti yang kita praktekkan

kemarin « 

(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat N : memberi salam,

menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)

« Ada lagi yang H ingin tanyakan kepada perawat N . coba tanyakan tentang

keluarga perawat N »

« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, H bisa sudahi perkenalan ini. Lalu H

bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya  jam 1 siang nanti »

« Baiklah perawat N, karena H sudah selesai berkenalan, saya  dan H akan kembali

ke ruangan H. Selamat pagi »

3.      Terminasi

“Bagaimana perasaan H setelah berkenalan dengan perawat N”

”B tampak bagus  sekali saat berkenalan tadi” 

Page 33: Lp Isolasi Sosial

”Pertahankan terus  apa yang sudah H lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan

topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi,

dan sebagainya. H juga dapat berkenalan dengan perawat lain yang ada di sini. Mari

kita masukkan pada jadwal harian H. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2

kali. Baik nanti H coba sendiri. Besok suster akan mengajak H berkenalan dengan

pasien-pasien lain yang ada di sini. H mau kan ?. H, besok jam 10.30 ya ?Kalau

begitu suster pergi dulu ya H.Assalamualaikum ”

SP Keluarga

SP 1 : Menjelaskan kepada keluarga klien tentang isolasi social

“selamat pagi ibu, perkenalkan saya suster adha yang bertugas pagi ini. ibu, maksud

kedatangan saya kemari ingin memberikan sedikit pengetahuan tentang isolasi social

seerti yang terjadi pada bapak H. isolasi social yaitu kondisi ketika individu atau

kelompok mengalami, atau merasakan kebutuhan, atau keinginan untuk lebih terlibat

dalam aktivitas bersama orang lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya. Nah tanda

gejalanya antara lain senang menyendiri, malas bertemu orang lain. Bagaimana ibu

apakah ibu sudah mengetahui sekarang?

Nah, coba ibu jelaskan kembali apa yang saya jelaskan tadi. Baik ibu terima kasih.

Besok kita bertemu lagi ya bu untuk membahas tentanggcara merawat orang dengan

isolasi sosial, kalau jam 10 bagaimana bu? Baik, saya pamit dulu sampai jumpa

besok ya bu. Asaslamualaikum”

SP 2 : Melatih keluarga cara merawat pasien isolasi social

“selamat pagi ibu, berjumpa lagi dengan saya suster adha . bagaimana kabar ibu hari

ini? sesuai janji kita kemarin kita bertemu lagi untuk membahas tentang cara

merawat pasien isolasi social. Ibu, sudah tau belum cara merawat bapak?

Cara merawat bapak yaitu dengan cara sering mempertemukan bapak dengan orang

lain, ajaklah dia berbicara bersama saat berkumpul dan jangan mengucilkan bapak ya

bu. Lebih bagus lagi kalau bapak diajak berkumpul denagn tetangga sekitar rumah

tapi dengan bertahap ya bu, begitu.

Bagaimana ibu apakah sudah jelas. Apakah ada pertanyaan ibu?

Page 34: Lp Isolasi Sosial

Baik, kalau tidak, besok kita bertemu lagi ya bu disini eperti tadi jam 10 ya bu.

Baiklah saya pamit dulu ya bu. Assalamualaikum”