LITERATURE REVIEW GAMBARAN PEMENUHAN OKSIGENASI OTAK DENGAN POSISI ELEVASI KEPALA 30° PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK NUR PUTRI PERDANI P P07520117088 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III TAHUN 2020
LITERATURE REVIEW
GAMBARAN PEMENUHAN OKSIGENASI OTAK
DENGAN POSISI ELEVASI KEPALA 30°
PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK
NUR PUTRI PERDANI P
P07520117088
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III
TAHUN 2020
LITERATURE REVIEW
GAMBARAN PEMENUHAN OKSIGENASI OTAK
DENGAN POSISI ELEVASI KEPALA 30°
PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK
NUR PUTRI PERDANI P
P07520117088
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III
TAHUN 2020
i
i
LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL : GAMBARAN PEMENUHAN OKSIGENASI OTAK DENGAN POSISI ELEVASI KEPALA 30° PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK
NAMA : NUR PUTRI PERDANI P NIM : P07520117088
Telah Diterima Dan Disetujui Untuk Diseminarkan Dihadapan Penguji
Medan, 16 April 2020
Menyetujui
Penguji l Penguji ll
(Lestari, S.Kep.,Ns.,M.Kep) (Tinah, M.Kes) NIP : 198008292002122002 NIP: 1974051420021200301
Ketua Penguji
(Juliana, S.Kep.,Ns.,M.Kep) NIP: 197907012002122001
Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
(Johani Dewita Nasution SKM,M.Kes )
NIP. 196505121999032001
ii
ii
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : GAMBARAN PEMENUHAN OKSIGENASI OTAK DENGAN POSISI ELEVASI KEPALA 30° PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK
NAMA : NUR PUTRI PERDANI P NIM : P07520117088
Telah Diterima Dan Disetujui Untuk Diseminarkan Dihadapan Penguji
Medan, 26 Juni 2020
Menyetujui,
Penguji l Penguji ll
(Lestari, S.Kep.,Ns.,M.Kep) (Tinah, M.Kes) NIP : 198008292002122002 NIP: 1974051420021200301
Ketua Penguji
(Juliana, S.Kep.,Ns.,M.Kep) NIP: 197907012002122001
Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
(Johani Dewita Nasution SKM,M.Kes )
NIP. 196505121999032001
iii
iii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nur Putri Perdani P
NIM : P07520117088
Jurusan : DIII-Keperawatan
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul “LITERATURE
REVIEW: GAMBARAN PEMENUHAN OKSIGENASI OTAK DENGAN POSISI
ELEVASI KEPALA 30° PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK” ini benar-benar
hasil karya saya sendiri dengan melakukan penelusuran studi literatur. Selain itu,
sumber informasi yang dikutip penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Demikian pernyataan ini saya nyatakan secara benar dengan penuh tanggung
jawab.
Medan, Juni 2020
Yang menyatakan,
(Nur Putri Perdani P) NIM. P07520117088
iv
iv
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEPERAWATAN KARYA TULIS ILMIAH, Juni 2020
NUR PUTRI PERDANI P
P07520117088
“LITERATURE REVIEW: GAMBARAN PEMENUHAN OKSIGENASI OTAK DENGAN POSISI ELEVASI KEPALA 30° PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK”
V BAB + 3O HALAMAN + 4 TABEL + 2 LAMPIRAN
ABSTRAK
Latar Belakang. Stroke hemoragik adalah stroke karna pecahnya pembuluh
darah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes
kedalam suatu daerah otak dan merusaknya. Kebutuhan oksigenasi dalam otak
harus terpenuhi karena apabila oksigen berkurang maka akan terjadi kerusakan
sel, jaringan maupun organ organ tubuh serta kematian seperti kerusakan pada
otak. Kepala elevasi adalah menaikkan kepala ditempat tidur sekitar 30° yang
bertujuan untuk mencukupi oksigenasi otak. Metode. Penelitian ini menggunakan
Literature review (kajian pustaka) yang melakukan pencarian perpustakaan
menggunakan mesin pencari basis data jurnal internet. Basis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Google Cendikiawa dan DOAJ. Hasil. Dari
5 artikel tentang gambaran pemenuhan oksigenasi otak dengan posisi elevasi
30° didapatkan dua jurnal yang menyatakan bahwa status hemodinamik
terpenuhi dengan nilai SpO2, nilai mean RR dan nilai mean aliran dibatas
rentang nilai normal. Penyebab penderita stroke hemoragik berdasarkan faktor
resiko yang tertinggi adalah hipertensi 64.2 %. Kesimpulan. Dari lima artikel
deskripsi pemenuhan oksigenasi dengan posisi elevasi kepala 30° pada pasien
stroke hemoragik bahwa pemenuhan oksigenasi di dalam otak dapat terpenuhi
serta angka kejadian stroke di indonesia masih sangat tinggi dengan berbagai
karateristik.
Kata Kunci: Gambaran pemenuhan Oksigenasi Otak, Elevasi Kepala 30°,
Stroke Hemoragik
v
v
KEMENKES MEDAN HEALTH POLITEKNIK NURSING MAJOR SCIENTIFIC WRITING, June 2020
NUR PUTRI PERDANI P
P07520117088
“LITERATURE REVIEW: GAMBARAN PEMENUHAN OKSIGENASI OTAK DENGAN POSISI ELEVASI KEPALA 30° PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK”
V CHAPTER + 30 PAGES + 4 TABLE + 2 APPENDIX
ABSTRAC
Background. Hemorrhagic stroke is a stroke because of rupture of blood vessels
that inhibit normal blood flow and blood seeps into a region of the brain and
damage it. The need for oxygenation in the brain should be fulfilled because
when oxygen is reduced, damage to the cell, tissue or organ organs and death
such as damage to the brain. The head of elevation is raising the head in the
sleep area of about 30 ° which aims to insufficient oxygenation of the brain.
Method. This research uses the Literature review (review of the literature) that
performs the search library using the database search engine of the Internet
journal. The databases used in this study were Google Cendikiawa and DOAJ.
Results. Of the 5 articles on the description of the fulfillment of brain oxygenation
with a position of elevation 30 ° obtained two journals stating that the
hemodynamic status is met with the value of SpO2, mean value of RR and mean
value of flow is limited to the normal value range. The cause of hemorrhagic
stroke sufferers based on the highest risk factor is 64.2% hypertension.
Conclusion. From five articles description of the fulfillment of oxygenation with
the position of head elevation 30 ° in hemorrhagic stroke patients that the
fulfillment of oxygenation in the brain can be fulfilled as well as the incidence of
stroke in Indonesia is still very high with various characteristics.
Keywords: Fulfillment Of Brain Oxygenation, Head Elevation 30°,
Hemorrhagic Stroke.
vi
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT telah melimpahkan rahmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul
“GAMBARAN PEMENUHAN OKSIGENASI OTAK DENGAN POSISI
ELEVASI KEPALA 30° PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK”. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Juliana, S.Kep,
Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan, dukungan, arahan dan masukan kepada penulis sehingga proposal
ini dapat terselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Medan.
2. Ibu Johani Dewita Nasution, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan.
3. Ibu Afniwati S.Kep, Ns, M.Kes selaku ketua prodi D-III Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan.
4. Ibu Lestari, S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji I dan ibu Tinah, M.Kes
selaku penguji II.
5. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Medan program studi D-III.
6. Teristimewa untuk kedua orang tua, ayah kebanggan Parijan dan Ibu
tercinta Kartini Nasution serta adik kesayangan Muhammmad Rendi
Syaputra. Terima kasih banyak atas doa dan dukungan yang telah
diberikan selama ini kepada penulis dalam penyusunan proposal ini.
7. Untuk teman-teman angkatan XXXI, teman seperdopingan dan teman
rumah biru terima kasih buat semangatnya selama ini. Semoga kita dapat
sukses kedepannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dan hal ini disebabkan karena
keterbatasan waktu, wawasan ataupun karena kesilapan penulis . Maka
dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun serta masukan dari semua pihak demi
kesempurnaan proposal ini.
vii
vii
Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan
kepada penulis mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Harapan
penulis, semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan
pengembangan profesi keperawatan.
Medan, Juni 2020
. Penulis
(Nur Putri Perdani P) NIM. P07520117088
viii
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Ringkasan Isi Jurnal .................................................................... 18
Tabel 2. Kesesuaian Tujuan Dan Hasil ..................................................... 22
Tabel 4. Persamaan dan Perbedaan ........................................................ 26
Tabel 3. Kelebihan Dan Kekurangan ....................................................... 27
ix
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pernyataan ........................................................................... iii
Lampiran 2. Lembar Konsultasi Bimbingan ............................................... 32
x
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... ii
ABSTRAK.................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. ix
BAB I ............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4
BAB II ............................................................................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 5
A. Kebutuhan Oksigenasi Otak ..................................................................... 5
1. Pengertian Kebutuhan Oksigenasi .......................................................... 5
2. Pengatur Kebutuhan Oksigenasi ............................................................. 5
3. Pengkajian Kebutuhan Oksigenasi ......................................................... 8
4 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 9
5 Masalah Keperawatan Gangguan Oksigenasi ..................................... 10
B. Stroke ................................................................................................................. 11
1. Pengertian Stroke ..................................................................................... 11
2. Penyebab Stroke ....................................................................................... 12
3. Manifestasi Klinis Stroke ......................................................................... 14
4. Komplikasi Stroke ..................................................................................... 14
5. Penatalaksanaan Stroke .......................................................................... 15
BAB III ..................................................................................................................... 17
METODE PENEITIAN ............................................................................................ 17
A. Bahan dan Metode........................................................................................... 17
BAB IV ........................................................................................................................ 18
HASIL DAN KESIMPULAN ...................................................................................... 18
A. Hasil ............................................................................................................. 18
B. Pembahasan .............................................................................................. 25
xi
xi
1. Persamaan dan perbedaan ..................................................................... 26
2. Kelebihan dan Kekurangan ..................................................................... 27
BAB IV ........................................................................................................................ 29
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 29
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 29
B. Saran .................................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 30
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal
maupun global (menyeluruh) yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24
jam atau sampai menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain gangguan
vascular (WHO, 2015). Menurut Ratna D.P (2018) Stroke hemoragik merupakan
stroke karna pecahnya pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah yang
normal dan darah merembes kedalam suatu daerah otak dan merusaknya.
Hampir 70 % kasus stroke hemoragik diderita oleh hipertensi. Diperkirakan 17.7
juta orang meninggal karena stroke pada tahun 2015 mewakili 31% dari semua
kematian global. Lebih dari tiga perempat kematian akibat stroke terjadi di
Negara dengan penghasilan rendah dan menengah (WHO, 2015). Menurut
Sunarto (2015) Stroke menjadi sumber penyebab cacat nomor satu dan
penyebab kematian nomor dua di dunia. Penyakit ini menjadi sumber masalah
kesehatan yang mendunia, dengan dua pertiga stroke terjadi di Negara yang
sedang berkembang, hal itu terjadi karena serangan stroke yang mendadak
dapat mengakibatkan kecacatan ataupun kematian sehingga menjadi
kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara cepat, tepat dan cermat.
Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas (2018) menjelaskan bahwa prevelensi
stroke di indonesia telah terjadi peningkatan dari data sebelumnya, berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar 7 ‰.
Semakin tinggi usia maka angka prevelensi stroke akan meningkat pada
kelompok usia ≥75 tahun (50.2 ‰). Pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan
yaitu (11.0‰) dan (10.9‰). Dijelaskan lebih lanjut bahwa prevalensi stroke yang
terdiagnosis nakes maupun berdasarkan diagnosis atau gejala lebih tinggi pada
laki-laki dari pada perempuan. Prevalensi stroke cenderung lebih tinggi pada
masyarakat yang belum/tidak pernah sekolah (21.2‰) dari pada tamat
D1/D2/D3/PT (9.1‰).Prevalensi stroke di kota lebih tinggi dari pada di desa,
berdasarkan diagnosis nakes (12.6 ‰) dan (8.8‰). Prevalensi lebih tinggi
pada masyarakat yang tidak bekerja yang didiagnosis nakes (21.8 ‰).
Prevalensi Stroke tertinggi di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
2
di Kalimantan Timur (14,7%), DI Yogyakarta (14,5%), diikuti Sulawesi utara
(14,2%).
Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2018) jumlah penduduk sumatera utara
yaitu 14.415.391 jiwa, sebanyak 46.1% adalah penderita stroke. Pada tahun
2018 tercatat 137 pasien stroke di ruangan Unit Stroke Care (USC) RSUD
Dr.Pirngadi Medan sedangkan pada tahun 2019 pasien stroke meningkat
sebanyak 151 orang, penderita stroke hemoragik sebanyak 73 orang sedangkan
stroke non hemoragik sebanyak 78 orang . Tingginya angka kejadian stroke
seperti yang tersebut di atas perlu adanya pelayanan kesehatan berupa asuhan
keperawatan yang profesional. Pada asuhan keperawatan yang profesional
penatalaksanaan stroke secara tepat dan cepat diharapkan mampu
menekan angka kematian dan resiko komplikasi akibat stroke. Oleh karena itu
peran perawat gawat darurat sangat penting dalam proses penanganan pasien
stroke.
Salah satu upaya untuk menekan angka kematian dan resiko terjadinya
komplikasi akibat stroke adalah dengan memberikan tindakan elevasi kepala
yang bertujuan untuk mencukupi oksigenasi otak. Menurut Martina, dkk (2017)
mengatakan posisi terlentang dengan disertai head up menunjukkan aliran balik
darah dari bagian inferior menuju ke atrium kanan cukup baik karna resistensi
pembuluh darah dan tekanan atrium kanan tidak terlalu tinggi, sehingga volume
darah yang masuk (venous return) ke atrium kanan cukup baik dan tekanan
pengisi ventrikel kanan (preload) meningkat. Pasien diposisikan head up 30°
akan meningkatkan aliran darah diotak dan memaksimalkan oksigenisasi
jaringan serebral.
Dari data hasil penelitian Abdul, K.H (2018) menjelaskan pemenuhan
oksigenasi otak dengan dilakukannya elevasi 30° dapat meningkatkan saturasi
oksigen yaitu adanya perubahan saturasi 96%-98% dimana aliran balik darah
dari bagian inferior menuju atrium kanan cukup baik karna resitensi pembuluh
darah dan tekanan atrium kanan tidak terlalu tinggi, sehingga volume darah yang
masuk ke atrium kanan cukup baik. Pada kasus klien stroke hemoragik terjadi
hipoksia/hiperkarbi yaitu penurunan pemasukan oksigen kejaringan. Hipoksia
terjadi karna defesiensi oksigen yang mengakibatkan sel-sel tidak cukup
memproleh oksigen sehingga metabolisme terganggu. Bila penurunan PaO2
disertai hiperventilasi dan penurunan PaCO2, resistensi serebro-vasculer
3
meningkat, aliran darah serebral berkurang dan hipoksia bertambah. Parameter
ventilasi: PaCO2 (N: 35-34 mmHg), parameter oksigen: PaO2 (N: 80-100
mmHg), SaO2 (N: 95-100%). Klien dengan posisi kepala elevasi 30° akan
meningkatkan aliran darah diotak dan memaksimalkan oksigenasi serebral.
Dalam keadaan kritis dianjurkan untuk dipertahankan pada nilai lebih dari 65
mmHg, sehingga dapat memperbaiki mikrosirkulasi dan autoreglasi otak mmHg.
Sedangkan perfusi jaringan dipertahankan pada nilai 60-100 mmHg. Jika perfusi
jaringan mean arterial pressure (MAP) kurang dari 60 maka akan menyebabkan
hipoksia, dan jika melebihi 100 mmHg maka akan menyebabkan peningkatan
intrakranial sehingga aliran darah ke otak juga akan terganggu (Martono, dkk,
2016).
B. Perumusan Masalah
Bagaimanakah Gambaran Pemenuhan Oksigenasi Otak dengan Posisi Elevasi
Kepala 30° pada Pasien Stroke Hemoragik.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum studi literatur ini adalah untuk memperoleh gambaran
secara nyata pemenuhan kebutuhan oksigenasi otak melalui posisi
elevasi kepala 30 °pada pasien stroke hemoragik dengan melakukan
kajian pustaka dari artikel ilmiah yang terbit pada jurnal Nasional
terindeks.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus studi kasus ini secara terperinci adalah sebagai berikut:
1. Untuk mencari persamaan penelitian dengan menggunakan
literature review
2. Untuk mencari kelebihan penelitian dengan menggunakan
literature review
3. Untuk mencari kekurangan penelitian dengan menggunakan
literature review
4
D. Manfaat Penelitian
1. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi di Politeknik Kesehatan Kemenkes Jurusan
Keperawatan Medan, peneliti ini dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan peserta didik.
2. Peneliti
Meningkatkan ilmu pengetahuan dan pengembangan wawasan serta
pengalaman.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebutuhan Oksigenasi Otak
1. Pengertian Kebutuhan Oksigenasi
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau
fisika). Oksigen yang berupa gas tidak berwarna dan tidak berbau, yang sangat
penting dalam proses metabolisme sel. Pendapat ini sejalan dengan pendapat
Tarwoto & Wartonah, (2015) yaitu oksigen merupakan komponen gas dan unsur
vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup
seluruh sel tubuh. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh agar mampu mempertahankan
kelagsungan hidup serta aktivitas berbagai sel organ dalam sehari-hari
(Nurhidayah, Rika Endah, 2016).
Kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan
kebutuhan dasar manusia. Hal ini terlihat pada seseorang yang kekurangan
oksigen akan mengalami hipoksia bahkan kematian (Andina & Yuni, 2017).
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen
di dalam tubuh yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan penggunaan
oksigen dalam tingkat sel, ditandai dengan adanya warna kebiruan pada kulit
(sianosis). Secara umum, hipoksia disebabkan oleh menurunnya kadar Hb,
menurunnnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan,
atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen (Aziz &
Musrifatul, 2015).
2. Pengatur Kebutuhan Oksigenasi
Tarwoto & Wartonah, (2015) mengatakaan bahwa sistem yang beperan
dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigen adalah sebagai berikut:
1. Sistem Pernapasan
Tarwoto & Wartonah, (2015) mengatakan bahwa sistem pernapasan berperan
dalam menyediakan oksigen yang akan digunakan untuk metabolisme sel tubuh.
Sebagai organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang
terdiri dari dinding dada, otot-otot pernafasan, diafragma, isi abdomen, dinding
abdomen dan pusat pernafasan diotak. Sewaktu keadaan tubuh beristirahat
frekuensi pernafasan antara 12-15 kali permenit.
6
Tarwoto & Wartonah, (2015) kembali menjelaskan bahwa proses oksigenasi
pada sistem pernapasan yaitu ventilasi, perfusi paru dan diffuse berawal dari
pengambilan oksigen dari atmosfer melalui organ pernapasan bagian atas
seperti hidung atau mulut, faring, laring. Pada organ pernapasan bagian atas
juga berfungsi sebagai proteksi terhadap benda asing yang akan masuk ke
pernapasan bagian bawah, menghangatkan gas, filtrasi, dan melembabkan gas.
Selanjutnya oksigen masuk ke organ pernapasan bagian bawah seperti trakea,
bronkus utama, bronkus sekunder, bronkus tersier (segmental), terminal
bronkiolus dan selanjutnya masuk ke alveoli untuk proses difusi. Setelah itu
proses selanjutnya adalah penyaluran oksigen ke jaringan tubuh melalui sistem
kardiovaskuler.
Ernawati, (2012) Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi pernafasan:
1. Posisi tubuh
Pada keadaan duduk atau berdiri pengembangan paru dan pergerakan
diafragma lebih baik daripada posisi datar dan tengkurap. Ibu hamil atau
tumor abdomen dan makan terlalu kenyang akan menekan diafragma ke
atas sehingga pernafasan lebih cepat.
2. Lingkungan
Oksigen di atmosfer sekitar 21%, namun dalam keadaan ini tergantung
dari lingkungan, seperti pada tempat tinggi, dataran tinggi dan daerah
kutub akan membuat kadar oksigen menjadi berkurang, maka tubuh akan
berkompensasi dengan meningkatkan jumlah pernafasan. Dalam
lingkungan yang panas dapat meningkatkan pengeluaran oksigen.
3. Polusi udara
Polusi udara yang disebabkan oleh industry dan kendaraan bermotor
dapat berpengaruh terhadap kesehatan paru-paru dan kadar oksigen
karna mengandung karbon monooksida yang dapat merusak ikatan
oksigen dengan hemoglobin.
4. Zat alergen.
Beberapa zat alergen dapat mempengaruhi pernafasan, seperti makanan,
zat kimia, atau benda sekitar yang dapat merangsang membrane mukosa
saluran pernafasan sehingga mengakibatkan vasokontriksi atau
vasodilatasi pembuluh darah, seperti pada pasien asma.
7
5. Gaya hidup dan kebiasaan
Kebiasaan merokok dapat menyebabkan penyakit pernafasan seperti
emfisema, bronchitis, kanker, dan infeksi paru lainnya.
2. Sistem Kardiovaskuler
Tarwoto & Wartonah, (2015) mengatakan bahwa sistem kardiovaskuler berperan
dalam proses oksigenasi ke jaringan tubuh, yaitu melalui proses transportasi
oksigen. Proses transportasi ini berjalan melalui aliran darah. Aliran darah yang
adekuat hanya dapat terjadi apabila fungsi jantung normal. Oksigenasi pada
jaringan ini sangat ditentukan oleh adekuatnya fungsi jantung, yang mana
adekuatnya fungsi jantung dapat dilihat dari kemampuan jantung memompa
darah dan perubahan tekanan darah. Tekanan darah merupakan daya dorong
darah ke seluruh dinding pembuluh darah pada permukaan yang tertutup.
Tekanan darah timbul dari adanya tekanan arteri yaitu tekanan yang terjadi
pada dinding arteri. Tekanan darah adalah ekspresi dari tekanan sistole dan
tekanan diastole yang normalnya berkisar 120/80 mmHg. Peningkatan tekanan
darah lebih dari normal disebut hipertensi dan jika kurang dari normal disebut
hipotensi. Morton, Fontaine, hudak & Gallo, (2013) mengatakan bahwa dengan
adanya tekanan sistole dan diastole maka akan dapat menentukan MAP yang
berbanding lurus dengan perfusi jaringan otak atau cerebral perfusion pressure
(CPP). MAP dapat dihitung dengan perbandingan MAP = (sistole + 2x diastole) /
3. Sedangkan CPP dapat dihitung dengan mengurangi MAP dengan tekanan
intra kranial (TIK). Rumus menghitung CPP dapat dituliskan dengan CPP = MAP
– TIK.
3. Sistem Hematologi
Tarwoto & Wartonah, (2015) mengatakan pada sistem hematologi sel darah yang
sangat berperan dalam oksigenasi adalah sel darah merah, karena di dalamnya
terdapat hemoglobin yang mampu mengikat oksigen. Oksigen dibawa ke seluruh
tubuh melalui sirkulasi sistemik. Setiap 100 ml darah yang meninggalkan kapiler
alveolus membawa 20 ml oksigen. Molekul oksigen dibawa dalam darah melalui
dua jalur yaitu melalui ikatan dengan hemoglobin (Hb) sekitar 97% dan larut
melalui plasma sekitar 3%.
8
3. Pengkajian Kebutuhan Oksigenasi
Andarmoyo, (2012) mengatakan bahwa pengkajian keperawatan yang harus
dilakukan untuk status oksigenasi meliputi:
1. Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan untuk status oksigenasi meliputi pengkajian tentang
masalah pernafasan dulu dan sekarang seperti masalah penyakit paru masa
lalu, frekuensi infeksi pernafasan, masalah pada fungsi sistem kardiovaskuler
(kelemahan, dispnea), adanya batuk dan penangananya, sputum, medikasi, dan
adanya faktor risiko untuk gangguan status oksigenasi seperti pengunaan obat,
gaya hidup, kebiasaan merokok serta faktor risiko yang memperberat masalah
oksigenasi seperti riwayat hipertensi, penyakit jantung atau penyakit CVA,
merokok, usia paruh baya atau lanjut, obesitas, diet tinggi lemak, peningkatan
kolesterol, riwayat penggunaan medikasi, stressor yang dialami, status atau
kondisi kesehatan.
2. Pemeriksaan Fisik
Dalam menilai status oksigenasi klien, perawat menggunakan empat teknik
pemeriksaan fisik, yaitu:
1. Inspeksi
Pada saat inspeksi pada saat inspeksi perawat mengamati tingkat kesadaran
klien menggunakan skala indikator Glasgow Coma Scale (GCS), penampilan
umum, postur tubuh, kondisi kulit, dan membrane mukosa, dada (kontur rongga
interkosta, diameter anteroposterior (AP), struktur thoraks, pergerakan dinding
dada), pola nafas (frekuensi dan kedalaman pernafasan, durasi inspirasi dan
ekspirasi), ekspansi dada secara umum, adanya sianosis, adanya deformitas,
dan jaringan parut pada dada, dll.
2. Palpasi
Palpasi dilakukan dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar diatas
dada pasien. Saat palpasi, perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada dan
punggung pasien dengan me mintanya menyebutkan “tujuh tujuh “secara
berulang. Jika pasien mengikuti instruksi tersebut berulang secara tepat, perawat
akan merasakan getaran pada telapak tangannya. Normalnya fremitus taktil akan
terasa pada individu yang sehat, dan akan meningkat pada kondisi konsodilatasi.
Selain itu, palpasi juga dilakukan untuk mengkaji temperature kulit,
pengembangan dada adanya nyeri tekan, thrill, titik impuls maksimum
9
abnormalitas massa dan kelenjar, sirkulasi perifer, denyut nadi, pengisian kapiler,
dll.
3. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukkan ukuran dan bentuk organ dalam serta
untuk mengkaji adanya abormalitas, caira atau udara didalam paru. Perkusi
sendiri dilakukan dengan menekan jari tengah (tangan non dominan) pemeriksa
mendatar diatas dada pasien. Kemudian jari tersebut diketuk-ketuk dengan
menggunakan ujung jari tengah atau jari telunjuk tangan sebelahnya. Normalnya
dada menghasilkan bunyi resonan atau gaung perkusi. Pada penyakit tertentu
(missal pneumothoraks, emfisema), adanya udara pada dada atau paru- paru
menimbulkan bunyi hipersonan atau bunyi drum. Sedangkan bunyi pekak atau
kempis terdengar apabila perkusi dilakukan diatas area yang mengalami
ateletaksis.
4. Auskultasi
Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilkan di dalam tubuh.
Auskultasi dapat dilakukan langsung atau dengan menggunakan stetoskop.
Bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi dan
kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid dan akurat auskultasi
lebih baik dilakukan lebih dari satu kali. Pada pemeriksaan fisik paru, auskultasi
dilakukan untuk mendengarkan bunyi nafas vesicular, bronchial, bronkovesikular,
rales, ronkhi, juga untuk mengetahui adanya perubahan bunyi nafas serta lokasi
dan waktu terjadinya.
4 Pemeriksaan Penunjang
Tarwoto & Wartonah, (2015), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
antara lain:
1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi jantung yaitu EKG,
Exercise stress test
2) Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah yaitu
Echocardiography, Kateterisasi jantung, Angiografi
3) Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi yaitu test fungsi paru- paru
dengan spirometri, test astrup, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap
4) Melihat struktur system pernapasan yaitu Foto thoraks, Bronkoskopi, CT
scan paru
10
5) Menentukan sel abnormal / infeksi sistem pernapasan yaitu Kultur
apustenggorok, Sitologi, Spesimen sputum (BTA).
5 Masalah Keperawatan Gangguan Oksigenasi
Wahyudi, (2016) mengatakan bahwa masalah keperawatan pada gangguan
okigenasi antara lain:
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas
Tidak efektifnya bersihan jalan nafas adalah kondisi pasien tidak mampu
mengeluarkan secret sehingga menimbulkan obstruksi partial atau total saluran
nafas. Hal ini berhubungan dengan menurunnya energy dan kelelahan, infeksi
trakea bronchial, penurunan kesadaran, reflek batuk menurun. Data fokus yang
muncul seperti suara nafas tambahan, perubahan irama nafas, batuk, sianosis.
Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan monitor
status oksigen pasien, identifikasi perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan,
monitor respirasi dan status oksigen, pastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning,
auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning, minta klien nafas dalam
sebelum suctioning, berikan oksigen dengan menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suksion nasotrakheal, posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi dan berikan bronkodilator bila perlu, berikan pelembab udara
Kassa basah NaCL lembab, atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan, ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction, keluarkan
secret dengan batuk atau suction, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
terapi oksigen.
2. Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas adalah kondisi pasien mengalami gangguan
pertukaran O2 dan CO2 diantara alveoli dan sistem kapiler/vascular paru sehingga
terjadi penurunan O2. Hal ini berhubungan dengan edema paru, ateletaksis,
kerusakan membrane alveolar dan endotel kapiler. Data fokus yang muncul
seperti sesak nafas, PO2 menurun PaCO2 meningkat, sianosis, lemah,
Respiratory Rate (RR) meningkat. Tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah tersebut yaitu dengan monitor status oksigen pasien, buka jalan nafas,
gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu, posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi, identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas buatan.
11
3. Tidak efektifnya pola nafas
Tidak efektifnya pola nafas adalah kondisi dimana pola inhalasi dan
ekshalasi berubah karena pengembangan dan pengosongan (recoil) paru tidak
maksimal. Data fokus yang muncul seperti perubahan irama dan frekuensi
pernafasan, dipsnea, suara nafas menurun. Tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah tersebut yaitu dengan monitor tanda tanda vital, monitor
respirasi dan oksigen, obsevasi adanya tanda tanda hipoventilasi, pertahankan
jalan nafas yang paten, atur peralatan oksigenasi, keluarkan secret dengan
batuk atau suction, lakukan fisioterapi dada bila perlu, posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi.
4. Menurunnya perfusi jaringan otak
Menurunnya perfusi jaringan otak adalah kondisi tidak adekuatnya suplai oksigen
akibat menurunnya suplai darah pada jaringan otak. Hal ini berhubungan dengan
hipovolemia, edema, thrombosis vena, perdarahan, penurunan cardiac output.
Data fokus seperti edema, nadi lemah, cappilary refill > 2 dtk, pucat, menurunnya
sensasi, peningkatan TIK. Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
tersebut yaitu dengan monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul, moitor adanya paretese, monitor kemampuan BAB,
monitor adanya tromboplebitis, instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit
jika ada isi atau laserasi, gunakan sarung tangan untuk proteksi, batasi grakan
kepala, leher, dan punggung, diskusikan mengenai penyebab perubahan
sensasi, kolaborasikan pemberian analgetik.
B. Stroke
1. Pengertian Stroke
Menurut WHO stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang
diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak. Stroke atau Cerebro Vasculer
Accident (CVA) adalah sindrom klinik yang diawali dengan timbulnya mendadak
progressive cepat berupa defisit neurologis vocal ataupun global yang
berlangsung 24 jam lebih yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
neotraumatik (Mansjoer & arif, 2000). Stroke merupakan penyakit serebro
vaskuler (pembuluh darah otak) karena kematian jaringan otak (infark serebral)
penyebabnya adalah berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak
dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.
12
Menurut Azwar Agoes (2015) Angka kejadian stroke meningkat seiring
bertambahnya usia mulai dari umur 30-an keatas karena berbagai faktor. Usia
lanjut merupakan salah satu faktor beresiko mengalami stroke sekitar 95 %
kasus stroke terjadi pada usia 45 tahun atau lebih dan dua pertiga diantaranya
terjadi pada usia 65 tahun atau lebih. Pasien stroke dimungkinkan mengalami
gangguan transfer oksigen atau cerebro blood flow menurun sehingga
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan, sehingga dapat mengakibatkan
iskemik. Sindrom klinis yang terjadi pada stroke secara mendadak, progresi
cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam
atau lebih. Bila gangguan peredaran darah otak ini berlangsung sementara,
beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10-20 menit), tapi kurang dari
24 jam, disebut serangan iskemia otak sepintas (transient ischaemia attack =
TIA).
Ratna Dewi Pudiastuti, (2018) mengatakan stroke terbagi dua kategori yaitu
stroke hemoragik dan stroke iskemik. Stroke hemoragik adalah stroke karna
pecahnya pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan
darah merembes kedalam suatu daerah otak dan merusaknya. Hampir 70 %
kasus stroke hemoragik diderita oleh hipertensi. Stroke hemoragik ada 2 jenis
yaitu:
1. Hemoragik intraserebral, yaitu pendarahan yang terjadi didalam
jaringan otak
2. Hemoragik subaraknoid, yaitu pendarahan yang terjadi pada ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi
otak.
2. Penyebab Stroke
Ratna Dewi Pudiastuti, (2018) menjelaskan penyebab dari stroke hemoragik
ada 3 faktor yaitu:
1. Faktor resiko medis, antara lain
a. Cidera kepala berat
b. Hipertensi
c. Diabetes mellitus
d. Aneurisma otak
e. Aterosklerosis
13
f. Gangguan jantung
g. Riwayat stroke dalam keluarga
h. Tumor otak
i. Penyakit vaskuler perifer
80 % pemicu stroke disebabkan oleh hipertensi dan aterosklerosis.
2. Faktor resiko perilaku, antara lain :
a. Kurang olahraga
b. Merokok (aktif atau pasif)
c. Makanan tidak sehat
d. Kontrasepsi oral
e. Mendengkur
f. Narkoba
g. Obesitas
h. Stress
i. Cara hidup
3. Faktor lain
Data statistik 93% pengidap penyakit thrombosis ada hubungannya
dengan penyakit tekanan darah tinggi.
a. Thrombosis Serebral
Terjadi di pembuluh darah dimana oklusi terjadi thrombosis yang
dapat menyebabkan ischemia jaringan otak, edema dan kongesti
diaarea sekitarnya.
b. Emboli Serebral
Penyumbatan pada pembuluh darah otak karena bekuan darah,
lemak atau udara. Kebanyakan emboli berasal dari trhombus di
jantung yang terlepas dan penyumbatan system arteri serebral.
c. Perdarahan intra serebral
Pembuluh darah otak bias pecah, terjadi karena asterosclerosis dan
hipertensi.
d. Migren
e. Thrombosis sinus dura
f. Diseksi arteri karotis atau vertebralis
g. Kondisi hiperkoagulasi
14
h. Vasculitis sistem saraf pusat
i. Penyakit moya-moya (oklusi arteri besar intracranial yang progresif)
j. Kelainan hematologi (anemia sel sabit,leukemia)
k. Miksoma atrium
3. Manifestasi Klinis Stroke
Morton, dkk. (2013) mengatakan bahwa stroke biasanya ditandai dengan
awitan mendadak kerusakan neurologis fokal. Pasien dapat mengalami tanda
seperti kelemahan, mati rasa, perubahan penglihatan, disartria, disfagia, atau
afasia. Ratna Dewi Pudiastuti, (2018) manifestasi stroke hemoragik dapat dibagi
atas klasifikasinya antara lain:
a. Perdarahan Subaraknoid (PSA).
Stroke Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodomonal berupa nyeri
kepala hebat dan akut, kesadaran sering terganggu dan dangat bervariasi, ada
gejala atau tanda rangsangan meningeal, edema papil dapat terjadi bila ada
perdarahan subhialoid interna, gejala neurologis yang timbul tergantung pada
berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi stroke
dapat berupa kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul
mendadak, gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan,
perubahan mendadak status mental, afasia (bicara tidak lancar, kurangnya
ucapan atau kesulitan memahami ucapannya, ataksia anggota badan, vertigo,
mual, muntah, atau nyeri kepala.
b. Perdarahan Intraserebral (PIS).
Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodomonal yang tidak jelas, kecuali nyeri
kepala karena hipertensi, seringkali setiap hari saat aktivitas, atau emosi/marah,
sifat nyeri kepalanya hebat sekali, mual dan muntah seringkali terjadi sejak
permulaan serangan. Kesadaran biasanya menurun cepat masuk koma (65%
terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara ½ s.d 2 jam dan 125 terjadi setelah
2 jam, sampai 19 hari).
4. Komplikasi Stroke
Nurarif & Hardhi (2015) menyatakan bahwa komplikasi terkait Cerebrivaskuler
Accident atau stroke terbagi menjadi:
a. Dini (0-48 jam pertama)
15
Edema serebri dapat mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial,
hermisi, dan akhirnya infark miokard (penyebab kematian mendadak
pada stadium awal)
b. Jangka pendek (1-14 hari)
Pneumonia akibat imobilisasi lama, infark miokard, emboli paru, stroke
rekuren yaitu sering terjadi pada setiap saat.
c. Jangka panjang (>14 hari)
Stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskuler lainnya: penyakit
vaskuler perifer.
Akibat dari stroke antara lain, yaitu:
a. 80-90 % bermasalah dalam berpikir dan mengingat.
b. 80 % penurunan parsial/ total pergerakan lengan dan tungkai.
c. 70 % menderita depresi
d. 30 % mengalami kesulitan bicara, menelan, membedakan kanan dan kiri.
5. Penatalaksanaan Stroke
Nurarif & Hardhi, (2015) mengatakan bahwa penatalaksanaan stroke
hemoragik dibagi dalam:
1. Penatalaksanaan Umum
1. Posisi kepala dan badan atas 30°, posisi lateral dekubitus bila disertai
muntah. Boleh dimulai mobilisasi bertahap bila hemodinamik stabil.
Sedangkan pemberian elevasi kepala 30° dengan instrumen berupa
standar operasional prosedur (SOP). Riyadi &Harmoko, (2016)
menjelaskan tentang SOP dalam pemberian elevasi kepala dalam posisi
semi fowler sebagai berikut:
a. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk tindakan elevasi kepala yaitu tempat
tidur, disarankan menggunakan tempat tidur yang dilengkapi dengan
pengaturan ketinggian bagian kepala, bantal kecil, gulungan handuk,
footboard, sarung tangan.
b. Prosedur
Prosedur untuk pemberian posisi elevasi kepala secara berurutan yaitu
dengan cuci tangan dan gunakan sarung tangan, minta klien
memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan, naikkan kepala 300
(atur posisi sesuai kebutuhan), letakkan bantal pada punggung di kurve
16
lumbal jika ada celah, letakkan bantal/pengalas tipis di kaki mulai dari
lutut sampai tumit, pastikan tidak ada tekanan pada popital dan lutut
dalam keadaan fleksi, letakkan trochanter roll (gulungan handuk) pada
sisi paha. Topang telapak kaki klien menggunakan footboard, letakkan
bantal untuk menopang lengan dan tangan, lepas sarung tangan dan cuci
tangan, dokumentasikan perasat.
2. Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu berikan
oksigen 1-2 liter/menit bila ada hasil gas darah.
3. Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan kateter.
4. Kontrol tekanan darah, dipertahankan normal.
5. Suhu tubuh harus dipertahankan.
6. Nutrisi per oral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan. Baik,
bila terdapat gangguan menelan atau pasien yang kesadaran menurun,
dianjurkan pipi NGT.
7. Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada kontraindikasi
17
BAB III
METODE PENEITIAN
A. Bahan dan Metode
Penelitian ini menggunakan Literature review (kajian pustaka) yaitu
melakukan penelusuran pustaka menggunakan mesin pencarian data base
jurnal di Internet. Data base yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Google Cendikiawa (Google scholar). Pencarian menggunakan kata kunci
(Key words) “Gambaran Pemenuhan Oksigenasi Otak, Posisi Elevasi 30° dan
Pasien Stroke Hemoragik”. Jika artikel yang diperoleh tidak sesuai maka kata
kunci ditulis dengan lengkap “Gambaran Pemenuhan Oksigenasi Otak
Dengan Posisi Elevasi 30° Pada Pasien Stroke Hemoragik”.
Adapun kriteria inklusi sumber artikel penelitian adalah: 1) Berdasarkan
sumber utama (Primary sources) yaitu artikel ilmiah yang terbit dijurnal
terindeks di Google Schoolar dan DOAJ, dll. Sumber kedua (secondary
sources) seperti Buku teks yang diterbitkan oleh Publisher Nasional. Sumber
ketiga (tertiary sources) seperti Majalah Popular, Blog, dll. 2) Berdasarkan
tahun terbit yaitu jurnal yang dipublikasikan dari tahun 2015 hingga 2020. 3)
Penulis berasal dari lembaga pendidikan yang diakui pemerintah. Untuk
menyajikan data hasil penelusuran pustaka dilakukan beberapa tahapan,
pertama melakukan ringkasan (summary) dimana ringkasan lima artikel
disajikan dalam tabel meliputi judul dan peneliti, nama jurnal, tahun terbit dan
indeks, metode penelitian, lokasi dan hasil. Kemudian tahapan kedua adalah
menilai kesesuaian antara tujuan dan hasil. Pada tabel ini penulis merujuk
pada tujuan yang ditetapkan oleh peneliti kemudian membandingkan dengan
hasil. Tahap ketiga melakukan penilian tentang kesamaan dan juga menilai
perbedaan dan tahap keempat memberikan kritik atau pendapat terhadap
masing-masing artikel, sehingga pada bab hasil penelitian disajikan empat
tabel.
18
BAB IV
HASIL DAN KESIMPULAN
A. Hasil
Tabel 1. Ringkasan isi jurnal
No Judul artikel/
Penulis
Jurnal/
Terbit
Metode
Penelitian/
Lokasi
Sampel
Tujuan
Tujuan dan Hasil
1 Gambaran
intracerebral
hemorrhage
score pada
pasien
stroke
hemoragik
yang dirawat
inap di rsup
h. Adam
malik medan
(Sunjaya,
dkk, 2019)
Jurnal: The
Journal of
Medical
School
(JMS) Vol.
52, No. 3,
2019 | 108
– 113.
Penelitian
ini bersifat
deskriptif
dengan
desain
penelitian
cross
sectional.
75
0rang
Tujuan: untuk
mengetahui
gambaran ICH
Score pada pasien
stroke hemoragik
yang dirawat inap
di RSUP H. Adam
Malik Medan
Hasil: Mayoritas
pasien stroke
hemoragik yang
dirawat inap
memiliki ICH Score
2 (38,7%), GCS
Score 5 – 12
(65,3%) dengan
volume ICH≥30
cm3 sebesar 58,7%
dan umumnya
tidak mengalami
perdarahan
intraventrikular
(61,3%).
2 Gambaran
oksigenasi
pada pasien
Skripsi:
Repository
Poltekkes
Penelitian
deskriptif
dengan
20
orang
Tujuan:
mengetahui dan
dapat menilai
19
Cerebrovask
uler Accident
(CVA) di
ruang unit
stroke RS
Tk.II dr.
Soepraoen
Malang
(Alega,
2019)
Soepraoen rancagan
cross
sectional
saturasi oksigen,
Respiratory Rate
(RR), terapi
oksigen pada
pasien
Cerebrovaskuler
Accident (CVA)
Hasil: didapatkan
nilai mean saturasi
oksigen yaitu
96,85, nilai mean
RR yaitu 21,65,
nilai mean aliran
yaitu 3,0750.
3 Perbedaan
Saturasi
Oksigen
Pagi Dan
Malam Hari
pada pasien
stroke
hemoragik
diruang
rawat inap
RSUD
meuraxa
(tondang,
2019)
Jurnal:
Riset Dan
Inovasi
Pendidikan,
volume 1,
nomor 2,
Desember
2019: 99-
112.
Metode
deskriptif
dan
rancangan
cross
sectional.
50
orang
Tujuan: untuk
mengetahui ada
tidaknya
perbedaan saturasi
oksigen pagi dan
malam hari pada
pasien stroke
hemoragik.
Hasil:
menunjukkan data
rerata saturasi
oksigen pagi
sebesar 96% dan
saturasi oksigen
malam hari 94%.
4 Korelasi
lokasi
perdarahan
intraserebral
Jurnal:
Kedokteran
Diponegoro
Volume 6,
Penelitian
observasio
nal analitik
dengan
32
orang
Tujuan:
Mengetahui
korelasi lokasi
perdarahan
20
dengan
Outcome
pasien stroke
hemoragik
(Rizki, dkk,
2017)
Nomor 2,
April 2017
metode
belah
lintang
intraserebral
dengan outcome
pasien stroke
hemoragik.
Hasil: tidak
terdapat korelasi
antara lokasi
perdarahan dengan
outcome pasien
stroke hemoragik
yang dihitung
menggunakan
Barthel Index
dengan nilai p=
0.665 (bermakna
bila p < 0,05).
5 Karakteristik
Penderita
Stroke
Hemoragik
Rawat Inap
Di Rumah
Sakit Santa
Elisabeth
Medan
Tahun 2015-
2016.
(Tondang &
Roni, 2016)
Skripsi:
Repositori
Institusi
USU
penelitian
deskriptif
dengan
desain
case series
165
orang
Tujuan:
mengetahui
gambaran
karakteristik
penderita stroke
hemoragik dirawat
inap Santa
Elisabeth Medan.
Hasil: Faktor
risiko hipertensi
66,1%,
perdarahan
intraserebral
66,7%,
hemiparesis
dextra 47,9%,
hemisfer
21
serebri 41,8%,
tindakan
konservatif
82,4%, lama
rawatan rata-
rata 10,87 hari
(11 hari), biaya
sendiri 61,2%,
pulang dengan
berobat jalan
57,6%, lokasi
perdarahan
dan letak
kelumpuhan
tertinggi pada
hemisfer
serebri dengan
letak
kelumpuhan
pada
hemiparesis
dextra sebesar
20,6%.Case
Fatality Rate
(CFR)
berdasarkan
umur tertinggi
yaitu >60 tahun
27,66%, laki-
laki 25,25%,
batang otak
80,0%,
tindakan
22
operatif
34,48%.
Menjelaskan bahwa terdapat lima artikel tentang gambaran pemenuhan
oksigenasi dengan posisi elevasi pada pasien stroke yang terbit pada jurnal
nasional mulai dari tahun 2015 hingga tahun 2020 dengan rincian sebagai
berikut; 2 skripsi sarjana dan 3 artikel menggunakan penelitian deskriptif desain
cross sectional dan total sampling bersifat deskriptif, analitik, kuantitatif dan
kualitatif. Analisa data bervariasi mulai analisa sederhana (deskriptif), analisa
bivariate, multivariate dan analisa hubungan. Lima artikel diterbitkan pada jurnal
terindeks seperti google scholar dan DOAJ. Nama-nama jurnal yaitu: the journal
of medical school (jms), repository poltekkes soepraoen, jurnal kedokteran
diponegoro, riset inovasi pendidikan dan repository institusi USU.
Tabel 2. Penilaian Kesesuaian antara tujuan dan hasil
Judul Tujuan Hasil Penilian
kesesuaian
Gambaran
intracerebral
hemorrhage score
pada pasien
stroke hemoragik
yang dirawat inap
di rsup h. Adam
malik medan
(Sunjaya, dkk,
2019)
untuk mengetahui
gambaran ICH
Score pada pasien
stroke hemoragik
yang dirawat inap
di RSUP H. Adam
Malik Medan
Mayoritas pasien
stroke hemoragik
yang dirawat inap
memiliki ICH
Score 2 (38,7%),
GCS Score 5 –
12 (65,3%)
dengan volume
ICH≥30 cm3
sebesar 58,7%
dan umumnya
tidak mengalami
perdarahan
intraventrikular
(61,3%).
Penulis telah
menjawab
penelitiannya
dengan
menjelaskan
score GCS
pasien stroke
hemoragik
terbanyak 65,3%
pada score GCS
5-12.
Gambaran Mengetahui dan Didapatkan nilai Penulis telah
23
oksigenasi pada
pasien
Cerebrovaskuler
Accident (CVA) di
ruang unit stroke
RS Tk.II dr.
Soepraoen Malang
(Alega, 2019)
dapat menilai
saturasi oksigen,
Respiratory Rate
(RR), terapi
oksigen pada
pasien
Cerebrovaskuler
Accident (CVA).
mean saturasi
oksigen yaitu
96,85, nilai mean
RR yaitu 21,65,
nilai mean aliran
yaitu 3,0750.
menjawab
penelitiannya
dengan
menjelaskan nilai
mean saturasi
oksigen yaitu
96,85, nilai mean
RR yaitu 21,65,
nilai mean aliran
yaitu 3,0750.
Perbedaan
Saturasi Oksigen
Pagi Dan Malam
Hari pada pasien
stroke hemoragik
diruang rawat
inap RSUD
meuraxa
Tujuan: untuk
mengetahui ada
tidaknya
perbedaan
saturasi oksigen
pagi dan malam
hari pada pasien
stroke hemoragik.
Hasil:
menunjukkan
data rerata
saturasi oksigen
pagi sebesar 96%
dan saturasi
oksigen malam
hari 94%.
Penulis telah
menjawab
penelitiannya
dengan
menjelaskan
bahwa nilai
oksigenasi pada
pagi hari 96%
lebih bagus
dibandingkan nilai
saturasi pada
malam hari 94%.
Korelasi lokasi
perdarahan
intraserebral
dengan Outcome
pasien stroke
hemoragik.
Mengetahui
korelasi lokasi
perdarahan
intraserebral
dengan outcome
pasien stroke
hemoragik.
Hasil:
tidak terdapat
korelasi antara
lokasi perdarahan
dengan outcome
pasien stroke
hemoragik yang
dihitung
menggunakan
Barthel Index
dengan nilai p=
0.665 (bermakna
Penulis telah
menjawab
penelitiannya
dengan
menjelaskan
menggunakan
hasil Barthel
Index dengan
nilai p= 0.665
(bermakna bila p
< 0,05).
24
bila p < 0,05).
Karakteristik
Penderita Stroke
Hemoragik Rawat
Inap Di Rumah
Sakit Santa
Elisabeth Medan
Tahun 2015-2016.
Mengetahui
gambaran
karakteristik
penderita stroke
hemoragik dirawat
inap Santa
Elisabeth Medan.
Hasil, 48%.
Faktor risiko
hipertensi 66,1%,
perdarahan
intraserebral
66,7%,
hemiparesis
dextra 47,9%,
hemisfer serebri
41,8%, tindakan
konservatif
82,4%, lama
rawatan rata-rata
10,87 hari (11
hari), biaya
sendiri 61,2%,
pulang dengan
berobat jalan
57,6%, lokasi
perdarahan dan
letak kelumpuhan
tertinggi pada
hemisfer serebri
dengan letak
kelumpuhan pada
hemiparesis
dextra sebesar
20,6%.Case
Fatality Rate
(CFR)
berdasarkan umur
tertinggi yaitu >60
tahun 27,66%,
Penulis telah
menjawab
penelitiannya
dengan
menjelaskan
Faktor risiko
tertinggi yaitu
hipertensi 66,1%
25
laki-laki 25,25%,
batang otak
80,0%, tindakan
operatif 34
Menjelaskan tentang penilaian kesesuaian (consistency) antara tujuan
(objective) dengan hasil (result). Pada umumnya tujuan penelitian adalah
gambaran pemenuhan oksigenasi otak dengan posisi elevasi kepala 30° pada
pasien stroke hemoragik. Dari lima artikel telah menyajikan hasilnya sesuai
dengan tujuan.
B. Pembahasan
Dari lima jurnal tentang gambaran oksigenasi otak pada pasien stroke
hemoragik menyimpulkan bahwa di Indonesia angka kejadian stroke sangat
tinggi dengan berbagai karakteristiknya. Terbukti dari hasil Riskesdas 2018
penderita stroke merupakan penyebab mortalitas peringkat pertama yaitu 21,2%
dari penyebab mortalitas di Indonesia. Semakin tinggi usia maka angka
prevelensi stroke akan meningkat pada kelompok usia ≥75 tahun (50.2 %). Pada
jenis kelamin laki-laki dan perempuan yaitu (11.0‰) dan (10.9‰). Dijelaskan
lebih lanjut bahwa prevalensi stroke yang terdiagnosis nakes maupun
berdasarkan diagnosis atau gejala lebih tinggi pada laki-laki dari pada
perempuan. Prevalensi lebih tinggi pada masyarakat yang tidak bekerja yang
didiagnosis nakes (21.8 ‰). Prevalensi Stroke tertinggi di Indonesia berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan di Kalimantan Timur (14,7%), DI Yogyakarta
(14,5%), diikuti Sulawesi utara (14,2%).
Dalam satu jurnal didapatkan nilai mean saturasi oksigen yaitu 96,85, nilai
mean RR yaitu 21,65, nilai mean aliran yaitu 3,0750 dan didapatkan sebagian
besar responden sebanyak 15 responden (75%) menggunakan alat nasal kanul
dengan posisi elevasi kepala 15-45°. Hal ini sejalan dengan teori tindakan umum
yang darurat seperti menaikkan kepala 30° mampu memperbaiki hemodinamik.
Dalam lima jurnal yang telah ditelaah menjelaskan proporsi penderita stroke
hemoragik berdasarkan faktor resiko yang tertinggi adalah hipertensi 64.2 %. Hal
26
ini mendukung teori bahwa hampir 70 % kasus stroke hemoragik diderita oleh
hipertensi. Menurut satu jurnal mayoritas pasien pasien stroke hemoragik
memiliki GCS Score 5 - 12 (n = 49; 65,3%) dan hanya sebagian kecil (5,3%)
pasien yang memiliki GCS Score 3 - 4. Hal ini sejalan dengan hasil studi Rost
dkk di Amerika Serikat dan studi Bhatia, dkk di India yang menyatakan bahwa
mayoritas dari pasien stroke hemoragik memiliki GCS Score ≥ 9 dengan 64,5%
dan 53,3%. perdarahan intraventrikular merupakan sebagai penyebab kematian
pasien stroke hemoragik.
Dalam satu jurnal menunjukkan frekuensi perdarahan intraventrikular pada
pasien stroke hemoragik yang dirawat inap di RSUP HAM Medan yaitu sebanyak
29 orang (38,7) sedangkan diluar negeri seperti di Jerman (58%) [10] dan
Amerika Serikat (55%). Hal ini menunjukkan bahwa resiko kematian di RSUP
HAM Medan cenderung lebih rendah dibandingkan di luar negeri. Dalam satu
jurnal menjelaskan saturasi oksigen pagi sebesar 96% lebih baik dari dan
saturasi oksigen malam hari 94% dengan nilai sig 0,000 (p<0,05) disebabkan
karena pada malam hari pasien stroke hemoragik sering mengalami obstructive
sleep apnea syndrome (OSAS) menyebabkan saturasi oksigen ke perifer dan
serebral tidak tercukupi.
1. Persamaan dan perbedaan
Tabel 3. Persamaan dan perbandingan
Persamaan (Comparing) Perbedaan (Contrasting)
Terdapat empat penelitian yang
memiliki kesamaan dalam hal tujuan
pada pasien stroke hemoragik dan
metodologi yaitu:
1. Gambaran intracerebral
hemorrhage score pada pasien
stroke hemoragik yang dirawat
inap di rsup h. Adam malik
medan.
2. Gambaran oksigenasi pada
pasien Cerebrovaskuler
Ada satu penelitian yang memiliki
metedologi berbeda yaitu:
1. Karakteristik Penderita Stroke
Hemoragik Rawat Inap Di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2015-2016.
27
Accident (CVA) di ruang unit
stroke RS Tk.II dr. Soepraoen
Malang
3. Perbedaan Saturasi Oksigen
Pagi Dan Malam Hari pada
pasien stroke hemoragik diruang
rawat inap RSUD meuraxa
4. Korelasi lokasi perdarahan
intraserebral dengan Outcome
pasien stroke hemoragik
2. Kelebihan dan Kekurangan
Tabel 4. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian
Judul jurnal Kelebihan/Kekurangan
Gambaran intracerebral
hemorrhage score pada
pasien stroke hemoragik
yang dirawat inap di rsup
h. Adam malik medan
Kekurangan penelitian ini adalah peneliti tidak
menjelaskan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga
pembaca tidak mengetahui batasan penelitian.
Gambaran oksigenasi
pada pasien
Cerebrovaskuler Accident
(CVA) di ruang unit stroke
RS Tk.II dr. Soepraoen
Malang
Penelitian ini sangat baik menjelaskan gambaran
peningkatan oksigen dengan nasal kanul dengan
posisi 15-45° dengan nilai mean saturasi oksigen
yaitu 96,85, nilai mean RR yaitu 21,65, nilai mean
aliran yaitu 3,0750.
Perbedaan Saturasi
Oksigen Pagi Dan Malam
Hari pada pasien stroke
hemoragik diruang rawat
inap RSUD meuraxa
Tujuan penelitian ini sejalan dengan hasil yang
didapatkan bahwa adanya perbedaan yang
signifikan antara SpO2 pada pagi hari dan SpO2
pada malam hari.
Korelasi lokasi perdarahan Dalam abstrak peneliti tidak mencantumkan
28
intraserebral dengan
Outcome pasien stroke
hemoragik.
jumlah responden dan peneliti tidak menjelaskan
lokasi perdarahan secara lengkap di hasil
penelitian.
Karakteristik Penderita
Stroke Hemoragik Rawat
Inap Di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan
Tahun 2015-2016.
Penelitian ini sangat lengkap karna penulis
mampu memberikan gambaran penelitian
berdasarkan umur dan jenis kelamin, suku,
agama, status perkawinan, pekerjaan serta asal
daerah dan pemaparannya sangat bagus
berbentuk tabel dan pie.
29
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari lima artikel tentang gambaran pemenuhan oksigenasi otak dengan
posisi elevasi 30° pada pasien stroke menyimpulkan bahwa di indonesia angka
kejadian stroke masih sangat tinggi dengan berbagai karakteristiknya. Lima jurnal
menjelaskan proporsi penderita stroke hemoragik berdasarkan faktor resiko yang
tertinggi adalah hipertensi 64,2 %. Penderita stroke hemoragik berdasarkan umur
yang tertinggi adalah umur >60 tahun 27,66%. Penderita stroke hemoragik
berdasarkan jenis kelamin yang tertinggi adalah laki-laki 25,25%. Berdasarkan
CT-Scan penderita stroke hemoragik yang sering terjadi yaitu mengalami
perdarahan intraserebral (PIS) 66,7% dan terendah perdarahan Subdural (PSD)
4,2%. Dalam satu jurnal mengatakan sebagian besar responden sebanyak 15
responden (75%) dengan posisi kepala 15-45° didapatkan hasil nilai mean
saturasi oksigen yaitu 96,85, nilai mean RR yaitu 21,65, nilai mean aliran yaitu
3,0750 dan didapatkan SpO2 pasien stroke hemoragik lebih baik pada pagi hari
(96%) dari pada malam hari (94%).
B. Saran
Bagi penderita yang memiliki riwayat hipertensi agar rutin melakukan kontrol
serta menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah stroke dan serangan stroke
berikutnya. Kepada pihak pendidikan agar meningkatkan penyuluhan kesehatan
tentang stroke karena prevelensi angka kejadian stroke di indonesia masih
sangat tinggi. Kepada perawat diharapkan dapat mengaplikasikan penelitian ini
sesuai standard oparating procedure (SOP) untuk kebutuhan oksigenasi pasien
stroke hemoragik.
30
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, K.H., 2018. Study Kasus Gangguan Perfusi Jaringan Serebral Dengan
Penurunan Kesadaran Pada Klien Stroke Hemoragik Setelah Diberikan
Posisi Kepala Elevasi 30°. Jurnal aisyiyah Palembang. 9(2); 230-231.
Agoes, A. et al., 2010. Penyakit Di Usia Tua. Jakarta: EGC.
Andarmoyo, Sulistyo. 2014. Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi).
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ernawati, 2012. Buku Ajar Konsep Dan Aplikasi Keperawatan Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 1. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Faridatul, U. & Ari, P, N., 2019. Asuhan Keperawatan Pasien Stroke Hemoragik
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis: Oksigenasi. Stikes Kusuma
Husada Surakarta.
Hidayat, Aziz A. & Uliya, M. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika.
Martina, E. et al., 2017. Posisi Head Up 300 Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan
Saturasi Oksigen Pada Pasien Stroke Hemoragik Dan Non Hemoragik.
Adi Husada Nursing Journal. 3(2): 56-58.
Martono, Sudiro, & Satino. 2016. Deteksi Dini Derajat Kesadaran Menggunakan
Pengukuran Nilai Kritis Mean Artery Pressure (Detection of the Degree of
Awareness Using the Measurement of Critical Value Mean Artery
Pressure on Nursing Care). 9(2): 576-577.
Nurarif, A.H. & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc. Jilid 3. Yogyakarta: Media Action
Publishing.
Nurhidayah, dan Endah, R. 2016. Kebutuhan Dasar Oksigenasi. Medan: Katalog
Dalam Terbitan (KDT).
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
Pudiastuti, Ratna D. 2018. Penyakit Pemicu Stroke (Dilengkapi Posyandu Lansia
Dan Posbindu PTM). Cetakan Kedua. Yogyakarta: Nuha Medika.
31
Riyadi, S. & Harmoko, H. 2016. Standard Operating Procedure Dalam Praktik
Klinik Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Rizki, dkk, 2017. Korelasi Lokasi Perdarahan Intraserebral Dengan Outcome
Pasien Stroke Hemoragik. Jurnal: Kedokteran Diponegoro Vol. 6, Nomor
2, April 2017
Sunjaya, dkk, 2019. Gambaran Intracerebral Hemorrhage Score Pada Pasien
Stroke Hemoragik Yang Dirawat Inap Di Rsup H. Adam Malik Medan.
Jurnal: The Journal of Medical School (JMS) Vol. 52, No. 3, 2019.
Sumirah, et al., 2019. Pengaruh Elevasi Kepala 30 Derajat Terhadap Saturasi
Oksigen Dan Kualitas Tidur Pasien Stroke. Myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id.
11(2): 134-145.
Sunarto, 2015. Peningkatan Nilai Saturasi Oksigen Pada Pasien Stroke
Menggunakan Model Elevasi Kepala. Jurnal.poltekkes-solo.ac.id. 4(1):
23-25.
Sutanto, V.A. & Fitriana, Y. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia (Teori Dan Aplikasi
Dalam Praktik Keperawatan). Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Tarwotoh dan Wartonah, 2015. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan. Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
Wahyudi, A.S & Abd, Wahid. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Bogor:
Mitra Wacana Medika.
32
Lampiran 2. Lembar Konsultasi Bimbingan
LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN
KARYA TULIS ILMIAH
JUDUL :GAMBARAN PEMENUHAN OKSIGENASI OTAK
DENGAN POSISI ELEVASI KEPALA 30° PADA PASIEN
STROKE HEMORAGIK DI RUANGAN USC RSUD Dr.
PIRNGADI MEDAN.
NAMA : NUR PUTRI PERDANI P
NIM : P07520117088
NAMA PEMBIMBING : JULIANA, S.Kep.,Ns.,M.Kep
No Tanggal Materi Bimbingan
Rekomendasi pembimbing
Paraf
Mahasiswa Pembimbing
1 Jumat, 13 Desember 2019
Konsultasi judul KTI dan telaah jurnal
Menelaah sebanyak 5 jurnal
2 Senin, 16 Desember 2019
Konsutasi judul KTI
ACC judul
3 Kamis, 16 jannuari 2020
Konsultasi BAB I, BAB II, BAB III
Perbaikan BAB I Latar belakang Tujuan BAB II Penulisan Kerangka konsep Defenisi operasional Sumber BAB III Metode penelitian Jumlah responden
4 Rabu, 5 februari 2020
Revisi BAB I, BAB II, BAB III dan kuesioner serta surat
Perbaikan kuesioner dan lanjut daftar pustaka, daftar, kata
33
pernyataan responden
pengantar
5 Jumat, 7 februari 2020
Konsultasi kuesioner, daftar isi, daftar pustaka, dan kata pengantar
Lanjut ke lembar pengesahan
6 Selasa, 6 april 2020
Konsultasi lembar persetujuan dan lembar pengesahan
Lanjut buat PPT
7 Senin, 14 April 2020
Konsultasi PPT Seminar proposal
ACC seminar proposal
8 Selasa, 5 mei 2020
Revisi KTI sesuai seminar hasil
Perbaikan revisi
9 Rabu, 6 mei 2020
Revisi kembali KTI sesuai seminar hasil
ACC lanjut literature review
10 Jumat, 12 Mei 2020
Konsul Literatur
Mencari jurnal
11 Sabtu, 18 Juni 2020
Konsul literature review
Perbaikan Bab I, Bab IV, Bab V literature review
12 Selasa, 23 Juni 2020
Revisi literature review
Perbaikan Bab IV dan Bab V
13 Selasa, 24 Juni 2020
Konsul PPT Persiapan ujian hasil seminar
14 Sabtu, 27 Juni 2020
Revisi literature review
Perbaikan jurnal
15 Rabu, 08 Juli 2020
Revisi literature review
ACC literature review
35
RIWAYAT HIDUP PENELITI
*Data Pribadi
Nama : Nur Putri Perdani P
Tempat Tanggal Lahir : HutaRaja Tinggi, 12 Agustus 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : 1 dari 2 Bersaudara
Alamat : PTPN IV
Agama : Islam
*Nama Orangtua
Ayah : Parijan
Ibu : Kartini Nst
*Pekerjaan Orangtua
Ayah : Karyawan BUMN
Ibu : Ibu Rumah Tangga
*Riwayat Pendidikan
Tahun 2006 - 2011 : SD Negeri 100900 Tanjung Ale
Tahun 2011 - 2014 : MTSN Sibuhuan
Tahun 2014 - 2017 : SMK Kes GIM Binjai
Tahun 2017 - 2020 : Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan
Keperawatan.