1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi maupun sosial. Standar baku mutu kesehatan lingkungan adalah spesifikasi teknis atau nilai yang dibakukan pada media lingkungan yang berhubungan atau berdampak langsung terhadap kesehatan masyarakat. Kualitas lingkungan yang sehat ditentukan melalui pencapaian atau pemenuhan standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan. Standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan ditetapkan pada media lingkungan yang meliputi air, udara, tanah, pangan, saran dan bangunan, dan vektor dan binatang pembawa penyakit. Adapun media lingkungan yang ditetapkan standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan berada pada lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, dan tempat dan fasilitas umum. (PP nomor 66 tahun 2014). Terminal adalah pangkalan bermotor umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan. Terminal merupakan tempat yang paling cocok untuk menyebarnya segala penyakit yang dibawa oleh orang-orang yang keluar masuk disana maupun yang berasal dari terminal itu sendiri. Terutama yang penyebarannya melalui media udara, air, makanan, minuman maupun kontak manusia satu dengan yang lainnya. Sanitasi di terminal harus memenuhi persyaratan yang telah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau
gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi maupun sosial.
Standar baku mutu kesehatan lingkungan adalah spesifikasi teknis atau nilai
yang dibakukan pada media lingkungan yang berhubungan atau berdampak
langsung terhadap kesehatan masyarakat. Kualitas lingkungan yang sehat
ditentukan melalui pencapaian atau pemenuhan standar baku mutu
kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan. Standar baku mutu
kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan ditetapkan pada media
lingkungan yang meliputi air, udara, tanah, pangan, saran dan bangunan,
dan vektor dan binatang pembawa penyakit. Adapun media lingkungan yang
ditetapkan standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan
kesehatan berada pada lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat
rekreasi, dan tempat dan fasilitas umum. (PP nomor 66 tahun 2014).
Terminal adalah pangkalan bermotor umum yang digunakan untuk
mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan
orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan. Terminal
merupakan tempat yang paling cocok untuk menyebarnya segala penyakit
yang dibawa oleh orang-orang yang keluar masuk disana maupun yang
berasal dari terminal itu sendiri. Terutama yang penyebarannya melalui
media udara, air, makanan, minuman maupun kontak manusia satu dengan
yang lainnya. Sanitasi di terminal harus memenuhi persyaratan yang telah
2
ditetapkan sehingga terminal dapat melindungi, memelihara dan
mempertinggi derajat kesehatan masyarakat terutama masyarakat terminal
itu sendiri. Terminal dalam sistem transpotasi terutama transportsi darat dan
yang paling banyak dipakai atau sudah umum dengan masyarakat, maka
sanitasi maupun kebersihannya harus diperhatikan. (PP RI No 74 Tahun
2014)
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien kegiatan manusia,
sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. (PP nomor 41
tahun 1999)
Menurut penelitian Ike Retna Ardianingsih tahun 2008, kegiatan
transportasi kendaraan bermotor merupakan sumber emisi bergerak bagi
udara bebas yang mempunyai kontribusi terbesar terhadap penurunan
kualitas udara. Pembakaran bahan bakar minyak dari kendaraan bermotor
menjadi penyebab utama timbulnya dampak terhadap lingkungan udara.
Salah satu unsur senyawa yang berasal dari pembakaran bahan bakar
minyak ialah karbon monoksida (CO).
Gas karbon monoksida (CO) yang masuk ke dalam sistem peredaran
darah akan menggantikan posisi oksigen dalam berikatan dengan
hemoglobin (Hb) dalam darah. Gas CO akhirnya mudah masuk kedalam
jantung, otak dan organ vital penunjang kehidupan manusia lainnya.
Senyawa kimia gas Nitrogen Oksida yang dihasilkan oleh kendaraan
bermotor dan industri menyebabkan gangguan kesehatan seperti penyakit
3
asma, dan bronchitis kronis dan gangguan pernapasan jika kadar NOx
rendah.
Gas Sulfur Oksida saat di udara dapat berubah menjadi Sulfur Dioksida
dan menajdi gas yang berbahaya karena menyebabkan gangguan
pernapasan dan bronchitis. Untuk anak-anak dan manusia lanjut usia sangat
sensitif terhadap senyawa SO2. Standar SO2 adalah 0,14 ppm selama 24
jam. (US EPA Bulletin, 1998)
Menurut peneltian Nur Ika Setyowati Anggraeni tahun 2009, kecepatan
timbulnya gejala-gejala atau kematian ditentukan oleh konsentrasi CO dalam
udara lingkungan dan lamanya inhalasi atau lamanya paparan CO. Selain itu
dipengaruhi juga oleh konsentrasi CO dalam udara , ventilasi paru , dan
kadar COHb sebelum terkena CO.
Menurut penelitian Nurdin Zakaria tahun 2013 di Terminal Joyoboyo
Surabaya, salah satu gas pencemar udara yang berbahaya tersebut adalah
gas SO2, pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan
hewan,kerusakan pada tanaman terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm.
Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistim
pernapasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan
terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebihbahkan pada beberapa
individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1–2 ppm. SO2 dianggap
pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan
penderita yang mengalami penyakit kronis pada sistem pernapasan
kardiovaskular.
Menurut penelitian Muhamad Fathurrahman Tahun 2014 di Terminal Bus
Purbalingga, bahwa setiap tahun kendaraan yang beroperasi di Terminal
4
Purbalingga semakin meningkatkan kandungan NOx karena usia kendaraan
yang semakin tua dan bila perawatan kendaraan kurang baik juga, maka
dapat meningkatkan kandungan NO2 tersebut.
Hasil survey penelitian Anugrah tahun 2015 di Terminal Bus Bulupitu
Purwokerto pada 10 penumpang yang terdapat di ruang tunggu penumpang
terminal Purwokerto tahun 2014, bahwa 20% pengunjung merasakan panas
akibat cuaca dan asap yang dikeluarkan oleh bus yang sedang parkir. Hal
ini dapat di pengaruhi oleh gas buangan bus seperti CO, SO2, NO2 dan asap
rokok yang berasal dari penumpang yang lain.
Berdasarkan beberapa alasan tersebut diatas, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian di Terminal Bus Bulupitu Purwokerto sebagai studi
pendahuluan. Penulis mengambil judul : “Studi Kadar CO, SO2, dan NO2
Pada Ruang Tunggu Penumpang di Terminal Bulupitu Purwokerto Tahun
2017.”
B. Perumusan masalah
Berapa Kadar CO, SO2, dan NO2 Pada Ruang Tunggu Penumpang Di
Terminal Bulupitu Purwokerto Tahun 2017?
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Memperoleh gambaran mengenai kadar CO, SO2, dan NO2 pada
ruang tunggu penumpang di Terminal Bulupitu Purwokerto Tahun 2017.
5
2. Tujuan khusus
a. Mengukur kadar CO, SO2, dan NO2 pada ruang tunggu penumpang di
Terminal Bulupitu Tahun 2017.
b. Mengukur suhu dan kelembaban pada ruang tunggu penumpang di
Terminal Bulupitu Purwokerto Tahun 2017.
c. Mengukur arah angin dan kecepatan angin pada ruang tunggu
penumpang di Terminal Bulupitu Purwokerto Tahun 2017.
d. Mengetahui aktifitas manusia yang merokok pada ruang tunggu
penumpang di Terminal Bulupitu Purwokerto Tahun 2017.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi masyarakat
Menambah infomasi masyarakat tentang kadar karbon
monoksida, sulfur dioksida, dan nitrogen dioksida pada ruang tunggu
penumpang di Terminal Bulupitu Purwokerto.
2. Bagi terminal bus bulupitu purwokerto
Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat membantu pihak
Terminal Bulupitu dalam mengambil kebijakan mengelola dan mencegah
kadar karbon monoksida, sulfur dioksida, dan nitrogen dioksida pada
ruang tunggu penumpang sehingga dapat meminimalkan risiko yang
mungkin timbul.
3. Bagi Almamater
Untuk menambah pembendaharaan pustaka bagi perpustakaan
Jurusan Kesehatan Lingkungan.
6
4. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman yang dapat
dijadikan sebagai sarana menerapkan ilmu-ilmu yang pernah di terima
selama pendidikan.
E. Keaslian penelitian
Pada setiap proposal penelitian pasti terdapat perbedaan, perbedaan
tersebut dapat dilihat pada tabel keaslian penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penulisan
NO Nama Peneliti Judul Metode Hasil
1. Merisa Astriani
Wulandari
(Poltekkes
Depkes
Semarang)
Studi
Kandungan
Karbon
Monoksida (CO)
Dalam Udara di
Ruang Tunggu
Terminal
Bus Purwokerto
Tahun 2008
Deskriptif Kandungan CO
dalam Udara di
ruang tunggu
terminal Bus
Purwokerto belum
melebihi Nilai
Ambang Batas
Kualitas Udara
Ambient menurut
PP nomor 41
tahun 1999
tentang Baku Mutu
Kualitas Udara
Ambient untuk
parameter CO
yaitu sebesar
10.000 µgr/Nm3
atau setara
dengan 10 ppm.
2.
Meylina
Santy
Kontribusi Asap
Kendaraan
Bermotor
Terhadap
Kesehatan
Masyarakat Di Kota Jambi
Wawancara dan
angket
(kuesioner)
Kesehatan
Masyarakat
Di Kota Jambi
Kontribusi Asap
Kendaraan
Bermotor
Nilai Ambang
Batas kualitas
udaraambient di
Kota Jambi masih
berada pada
ambang batas
normal (baik)
7
NO Nama Peneliti Judul Metode Hasil
3.
Muhamad
Fathurrahman
(Poltekkes
Kemenkes
Semarang)
Studi Kandungan
Nitrogen Dioksida
(NO2) Di Terminal
Bus Purbalingga
Kabupaten
Purbalingga
Tahun 2014
Penelitian ini
merupakan
penelitian
deskriptif dengan
metode cross
sectional
Hasil penelitian menunjukan Kandungan NO2 yang paling rendah pada NO2 0,044 ppm tertinggi 0,118 ppm. Pada tanggal 24 Juni 2014 rata-rata 0,0772 ppm. Pada tanggal 25 Juni 2014 rata-rata 0,0872 ppm, dan pada tanggal 26 Juni 2014 ratarata 0,75 ppm dan di bandingan dengan Keputusan Menteri Negara KLH NO. 02 Tahun 1988 pada parameter NO2 melebihi Nilai Ambang Batas (NAB).
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Udara
1. Pengertian udara
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan
yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak terlalu
konstan. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air
dalam bentuk uap H2O dan karbon dioksida (CO2) jumlah uap air yang
terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu (Srikandi
Fardiaz.1992.h.91)
2. Polutan udara
Polutan udara primer, yaitu polutan yang mencangkup 90% dari
jumlah polutan udara seluruhnya, dapat dibedakan menjadi lima
kelompok sebagai berikut :
1. Karbon Monokside (CO)
2. Nitrogen Okside (NOX)
3. Hidrokarbon (HC)
4. Sulfur Diokside (SOX)
5. Partikel
Sumber polusi utama berasal dari transportasi, dimana hampir
60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari hidrokarbon. Sumber-
sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri,
pembuangan limbah dan lain-lain. Polutan yang utama adalah karbon
8
9
monokside yang mencapai hampir setengahnya dari seluruh polutan
udara yang ada. (Srikandi Fardiaz.1992.h.91)
B. Karbon Monoksida
1. Pengertian karbon monoksida
Gas CO adalah tak berwarna, tak berbau, tak terasa, sangat
beracun, dan mengurangi transport oksigen dalam darah manusia.
(Suharto.2011.h.171)
2. Sifat - sifat Karbon Monoksida
a. Gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak
menyebabkan iritasi, beracun dan berbahaya
b. Tidak mudah larut dalam air
c. Perbandingan berat terhadap udara ( 1 atm derajat C) 0,967
d. Mudah terbakar dan menghasilkan lidah api berwarna biru,
mengahasilkan karbon dioksida
Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah
kemampuannya untuk berikatan dengan hemoglobin, pigmen sel darah
merah yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.
Karbon monoksida (CO), terdiri dari satu atom karbon yang secara
kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat
dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antar atom
karbon dan oksigen. Molekul CO memiliki panjang ikat 0,1128 nm.
Perbedaan muatan formal dan elektronegativitas saling meniadakan,
sehingga terdapat momen dipol yang kecil dengan kutub negatif di atom
karbon, walaupun oksigen memiliki elektronegativatas yang lebih besar.
10
Alasannya adalah orbital molekul yang terpenuhi paling tinggi memiliki
energi yang lebih dekat dengan orbital p karbon, yang berarti bahwa
terdapat rapatan elektron yang lebih besar dekat karbon. Selain itu,
elektronegativitas karbon yang lebih rendah menghasilkan “awan
elektron” yang lebih baur, sehingga menambah momen dipol. Hal ini
juga merupakan alasan mengapa kebanyakan reaksi kimia yang
melibatkan karbon monoksida terjadi pada atom karbon, bukan pada
atom oksigen. (http://asisulkimia.blogspot.co.id/2010/10/karbon-
monoksida.html)
3. Sumber karbon monoksida
Karbon monoksida, walaupun dianggap sebagai polutan, telah
lama ada di atmosfer sebagai hasil produk dari aktivitas gunung berapi
seperti pada gambar 2.1. Kandungan CO dalam gas gunung berapi
bervariasi dari < 0.01% sampai 2%, bergantung pada gunung api
tersebut. CO antropogenik dari emisi automobile dan industry
memberikan kontribusi pada efek rumah kaca dan pemanasan global.
Perubahan CO menjadi senyawa lain di atmosfer diperkirakan
berhubungan dengan terjadinya perubahan iklim, karena CO diketahui
berperan penting dalam pengendalian jumlah radikal OH di atmosfer.
kebingungan, hipotensi, takikardi, kehilangan kesadaran dan sakit dada
mendadak juga dapat muncul pada orang yang menderita nyeri dada.
Kematian kemungkinan disebabkan karena sukar bernafas dan edema
paru. Kematian akibat keracunan karbon monoksida disebabkan oleh
kurangnya oksigen pada tingkat seluler (seluler hypoxia). Sel darah tidak
hanya mengikat oksigen melainkan juga gas lain. Kemampuan atau
daya ikat ini berbeda untuk satu gas dengan gas lain. Sel darah merah
mempunyai ikatan yang lebih kuat terhadap karbon monoksida (CO) dari
pada oksigen (O2). Sehingga kalau terdapat CO dan O2, sel darah
merah akan cenderung berikatan dengan CO. Bila terhirup, karbon
monoksida akan berikatan dengan Haemoglobin (Hb) dalam darah
membentuk Karboksihaemoglobin sehingga oksigen tidak dapat
terbawa. Ini disebabkan karbon monoksida dapat mengikat 200 kali
lebih stabil dari oksigen. Gas ini juga dapat mengganggu aktifitas seluler
lainnya yaitu dengan mengganggu fungsi organ yang menggunakan
sejumlah besar oksigen seperti otak dan jantung.Efek paling serius
adalah terjadi keracunan secara langsung terhadap sel-sel otot jantung,
juga menyebabkan gangguan pada sistem saraf.
Tanda dan gejala keracunan CO bervariasi tergantung pada kadar
COHb dalam darah. Berikut tabel mengenai paparan Hb terhadap darah
beserta gejalanya :
20
Tabel 2.1 Tabel Pajanan Gas CO Konsentrasi rata-rata
8 jam (ppm) Konsentrasi COHb di
dalam darah (%) Gejala
25-50 2,5-5 Tidak ada gejala
50-100 5-10 Aliran darah meningkat
dan sakit kepala ringan
100-250 10-20
Tegang daerah dahi ,
sakit kepala, penglihatan
agak terganggu
250-450 20-30 Sakit kepala sedang,
berdenyut-denyut, dahi
(throbbing temple),
wajah merah dan mual
450-650 30-40 Sakit kepala berat , vertigo , mual, muntah, lemas, mudah terganggu, pingsan saat bekerja
650-1000
40-50 Seperti diatas, lebih
berat, mudah pingsan
dan jatuh
1000-1500 50-60 Koma, hipotensis,
kadang disertai kejang ,
pernafasan Cheyne-
Stoke
1500-2500 60-70 Koma dengan kejang,
penekanan pernafasan
dan fungsi jantung ,
mungkin terjadi
kematian.
2500-4000 70-80 Denyut nadi lemah,
pernafasan lambat,
gagal hemodinamik,
kematian.
Sumber : Penelitian tentang Pengaruh Lama Paparan Asap Knalpot Dengan Kadar CO 1800 PPM Terhadap Gambaran Histopatologi Jantung Pada Tikus Wistar oleh Nur Ika Setyowati Anggraeni Tahun 2009.
21
7. Dampak karbon monoksida (CO) terhadap kesehatan masyarakat
Senyawa kimia gas karbon monoksida yang dihasilkan oleh
kendaraan bermotor menyebabkan gangguan kesehatan manusia
seperti menurunnya transportasi oksigen dalam darah manusia, pusing
kepala, kelelahan yang berkepanjangan dan mundurnya mental
manusia serta dapat mematikan manusia (Suharto.2011.h.177).
Senyawa kimia gas CO merupakan gas yang tidak berwarna hasil
pembakaran tidak sempurna bahan bakar, namun dunia industri juga
memberi kontrubusi besar terhadap terbentuknya senyawa kimia gas
CO dan juga kendaraan bermotor merupakan penghasil senyawa kimia
gas CO yang besar. Asap rokok mengandung pencemar senyawa kimia
gas CO karena terjadi pembakaran tidak sempurna waktu menghisap
rokok.
Dampak gas CO terhadap kesehatan manusia ialah efek jangka
pendek yang bersifat akut dan jika gas CO dihirup manusia dengan
dosis di atas 2000 mg/L, maka yang bersangkutan kehilangan
kesadaraan dan kemudian meninggal dunia. Gas CO sangat beracun
dan mampu mengikat hemoglobin dalam darah manusia lebih tinggi dari
gas oksigen dan bersifat stabil. Cuplikan gas CO di udara diambil selang
waktu berturut-turut 1 jam, 24 jam dengan baku mutu sebesar 30.000
µg/Nm3, 10.000 µg/Nm3 yang dianalisis dengan metode analisis kimia
instrumental (PP Nomor 41 Tahun 1999)
Standar yang diizinkan kualitas udara masuk untuk melindungi
kesehatan masyarakat ialah 9 ppm selama 8 jam. Gas CO sangat
beracun meskipun dihirup dalam jumlah kecil, dan menyebabkan
22
konstraksi jantung manusia, mengurangi jumlah darah yang dipompa ke
seluruh bagian tubuh manusia sehingga mengurangi jumlah oksigen
yang ditransfer ke otot dan berbagai organ manusia.
Gas CO bergabung dengan hemoglobin dalam darah manusia
sehingga darah kurang mampu mengangkut oksigen. Gas CO dengan
konsentrasi 1 bagian gas CO dalam 800 bagian udara menyebabkan
kematian dalam waktu 30 menit. Jika mobil dihidupkan dalam garasi
tertutup selama 5 sampai 10 menit maka orang akan pingsan.
Hemoglobin + CO HbCO
Carboxyhemoglobin (HBCO) sangat memengaruhi
oxyhemoglobin sehingga transfer oksigen dalam jaringan sel ke seluruh
tubuh terganggu. Adanya gas CO menyebabkan sakit kepala; dan gas
CO konsentrasi tinggi menyebabkan kematian.(Suharto, 2011)
C. Sulfur Dioksida
1. Reaksi pembentukan sulfur dioksida
Polusi oleh sulfur okside terutama disebabkan oleh dua komponen
gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida
(SO3), dan keduanya disebut sebagai SOx. Sulfur dioksida mempunyai
karakteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara, sedangkan
sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.
Pembakaran bahan-bahan yang mengandung sulfur akan
menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relatif masing-
masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Meskipun
udara tersedia dalam jumlah yang cukup, SO2 selalu terbentuk dalam
jumlah terbesar. Jumlah SO3 yang terbentuk dipengaruhi oleh kondisi
23
reaksi, terutama suhu, dan bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.
(Srikandi Fardiaz.1992.h.124)
2. Sumber polusi sulfur dioksida
Hanya sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfer
merupakan hasil dari aktivitas manusia, dan kebanyakan dalam bentuk
SO2. Sebanyak dua pertiga dari jumlah sulfur di atmosfer berasal dari
sumber-sumber alam seperti vulkano, dant erdapat dalam bentuk H2S
dan oksida.
Masalah yang ditimbulkan oleh polutan yang dibuat manusia
adalah dalam hal ditribusinya yang tidak merata sehingga terkonsentrasi
pada daerah tertentu, bukan dari jumlah keseluruhannya, sedangkan
polusi dari sumber alam biasanya lebih tersebar merata. Transportasi
bukan merupakan sumber utama polutan SO2, tetapi pembakaran bahan
bakar pada sumbernya merupakan sumber utama polutan SO2, misalnya
pembakaran batu arang, minyak bakar, gas, kayu, dan sebagainya.
Sumber SO2 yang kedua adalah dari proses-proses industri seperti
industri pemurnian petrolum, industri asam sulfat, industri peleburan
baja, dan sebagainya.
3. Pengaruh SO2 terhadap manusia
Polutan SO2 mempunyai pengaruh terhadap manusia dan hewan
pada konsentrasi jauh lebih tinggi daripada yang diperlukan untuk
merusak tanaman. Kerusakan pada tanaman terjadi pada konsentrasi
sebesar 0,5 ppm, sedangkan konsentrasi yang berpengaruh terhadap
manusia dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
24
Tabel. 2.2 Pengaruh SO2 terhadap manusia
Konsentrasi (ppm) Pengaruh
3 – 5 Jumlah terkecil yang dapat dideteksi
dari baunya
8 – 12 Jumlah terkecil yang segera
mengakibatkan iritasi tenggorokan
20 Jumlah terkecil yang segera
mengakibatkan iritasi mata
20 Jumlah terkecil yang segera
mengakibatkan batuk
20 Maksimum yang diperbolehkan untuk
kontak dalam waktu lama
50 – 100 Maksimum yang diperbolehkan untuk
kontak dalam singkat (30 menit)
400 – 500 Berbahaya meskipun kontak secara
singkat
Sumber : Polusi Air dan Udara oleh Srikandi Fardiaz Tahun 1992
Pengaruh utama polutan SO2 terhadap manusia adalah iritasi
sistem pernafasan , beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi
tenggorokan terjadi pada konsentrasi SO2 sebesar 5 ppm atau lebiih,
bahkan pada beberap individu yang sensitif iritasi terjadi pada
konsentrasi 1 – 2 ppm. SO2 dianggap polutan berbahaya bagi kesehatan
terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit
khronis pada sistem pernafasan dan kardiovaskular. Individu dengan
gejala tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengagn SO2, meskipun
dengan konsentrasi yang relatif rendah, misalnya 0,2 ppm atau lebih.
(Srikandi Fardiaz.1992.h.128)
D. Nitrogen Dioksida
1. Pembentukan nitrogen dioksida
25
Nitrogen oksida (NOx) adalah kelompok gas yang terdapat di
atmosfer yang terdiri dari gas nitrik oksida (NO) dan nitrogen dioksida
(NO2). Walaupun bentuk nitrogen oksida lainnya ada, tetapi kedua gas ini
yang paling banyak ditemui sebagai polutan udara. Nitrik oksida
merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, sebaliknya
nitrogen dioksida mempunyai warna coklat kemerahan dan berbau
tajam.
Udara terdiri dari sekitar 80% volume nitrogen dan 20% volume
oksigen. Pada suhu kamar kedua gas ini hanya sedikit mempunyai
kecenderungan untuk bereaksi satu sama lain. Pada suhu yang lebih
tinggi (di atas 1210o C) keduanya dapat bereaksi membentuk nitrik
oksida dalam jumlah tinggi sehingga mengakibatkan polusi udara.
Jumlah NO yang terdapat di udara dalam keadaan ekuilibrium
dipengaruhi oleh pembakaran, lamanya gas hasil pembakaran terdapat
pada suhu tersebut, dan jumlah oksigen berlebih yang tersedia. Semakin
tinggi suhu pembakaran, semakin tinggi pula konsentrasi NO pada
keadaan ekuuilibrium.
2. Sumber polusi nitrogen dioksida
Seluruh jumlah NO2 yang dibebaskan ke atmosfer, jumlah yang
terbanyak adalah dalam bentuk NO yang di produksi oleh aktivitas
bakteri. Akan tetapi polusi NO dari sumber alami ini tidak merupakan
masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlahnya menjadi
kecil. Yang menjasi masalah adalah polusi NO yang diproduksi oleh
kegiatan manusia.
26
Konsentrasi NO2 di udara di daerah perkotaan biasanya 10 – 100
kali lebih tinggi daripada di udara di daerah pedesaan. Konsentrasi NO2
di udara daerah perkotaan dapat mecapai 0,5 ppm (500 ppb). Seperti
halnya CO, emisi nitrogen oksida dipengaruhi oleh kepadatan penduduk
karena sumber utama NO2 yang diproduksi manusia adalah dari
pembakaran, dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan,
produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagaian besar emisi NO2
yang dibuat manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas alam
dan bensin. (Srikandi Fardiaz.1992.h.106)
3. Dampak nitrogen dioksida terhadap kesehatan masyarakat
Senyawa kimia gas nitrogen oksida yang dihasilkan oleh
kendaraan bermotor dan industri menyebabkan gangguan kesehatan
manusia seperti penyakit asma, dan bronchitis kronis dan gangguan
pernapasan jika kadar NO2 cukup tinggi dalam waktu kurang dari 3 jam.
Pasien sensitif pada konsentrasi NO2 rendah. Kadar NO2 di udara paling
aman adalah 0,053 ppm. (Suharto.2011.h.176)
E. Terminal
1. Pengertian terminal
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 68 tahun
1994 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan
Kendaraan Umum, Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk
keperluan memuat dan menurunkan orang dan/atau barang serta
mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang
merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi.
2. Klasifikasi terminal penumpang
27
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun 1993 tentang
Prasarana dan Lalu Lintas Jalan mengklasifikasikan terminal
penumpang menjadi 3 yaitu :
a. Terminal penumpang tipe A
Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar
kota antar provinsi (AKAP) dan atau angkutan lintas batas negara,
angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP), angkutan kota
(Angkot), dan atau angkutan pedesaan (Angdes).
b. Terminal penumpang tipe B
Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar
kota dalam provinsi (AKDP), angkutan kota (Angkot), dan atau
Angkutan pedesaan (Angdes).
c. Terminal penumpang tipe C
Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan kota
(Angkot) dan Angkutan pedesaan (Angdes).
3. Fungsi terminal
Menurut Abubakar (Anugrah Putrawardana, tahun 2015) fungsi
terminal transportasi jalan dapat ditinjau dari 3 (tiga) unsur utama , yaitu :
a. Penumpang
Fungsi terminal bagi penumpang adalah kenyamanan menunggu ,
kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda
lain, tempat fasilitas-fasilitas informasi dan fasilitas parkir pribadi.
b. Pemerintah
Fungsi terminal bagi pemerintah adalah dari segi perencanaan
dan manajemen lalu lintas yaitu untuk menata lalu lintas dan
28
angkutan serta menghindari dari kemacetan, sumber pemungutan
retribusi dan sebagai pengendali kendaraan angkutan umum.
c. Pengusaha
Fungsi terminal bagi pemerintah adalah untuk pengaturan operasi
bus/angkutan umum , penyediaan fasilitas istirahat dan informasi
bagi awak bus dan sebagai fasilitas pangkalan.
4. Fasilitas terminal
Menurut Undang-Undang nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan , fasilitas terminal penumpang terdiri dari
fasilitas utama dan fasilitas penunjang, yaitu :
a. Fasilitas Utama terdiri dari :
1) Jalur pemberangkatan kendaraan umum;
2) Jalur kedatangan kendaraan umum;
3) Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu
keberangkatan , termasuk tempat tunggu dan tempat istirahat
kendaraan umum;
4) Bangunan kantor terminal;
5) Tempat tunggu penumpang dan atau pengantar;
6) Menara pengawas;
7) Loket penjualan karcis;
8) Rambu-rambu dan papan informasi , yang sekurang-kurangnya
memuat petunjuk jurusan, tarif, dan jadwal perjalanan;
9) Pelataran parkir dan kendaraan pengantar dan atau taksi
b. Fasilitas Penunjang
1) Kamar kecil/toilet
29
2) Musholla
3) Kios/kantin
4) Ruang pengobatan
5) Ruang informasi dan pengaduan
6) Telepon umum
7) Tempat penitipan barang
8) Taman
c. Fasilitas terminal penumpang dilengkapi dengan fasilitas bagi
penumpang penderita cacat sesuai dengan kebutuhan.
5. Ruang tunggu penumpang di terminal bus
Terminal bus adalah merupakan tempat-tempat umum, sehingga
perlu memenuhi syarat-syarat sanitasi tempat-tempat umum.
Fasilitas yang disediakan oleh terminal bus salah satunya yaitu
ruang tunggu penumpang, fungsinya yaitu guna memenuhi kebutuhan
fisiologis calon penumpang untuk menunggu kedatangan angkutan atau
kendaraan umum yang akan digunakan oleh penumpang untuk
bepergian secara aman dan nyaman.
Yang penting diperhatikan mengenai ruang tunggu terminal agar
tidak meninggalkan masalah – masalah kesehatan adalah :
a. Lantai dibuat dari bahan kedap air dan tidak licin.
Hal tersebut dimaksudkan agar kotoran yang ada mudah
dibersihkan juga agar tidak membahayakan bagi orang karena
kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat licinnya permukaan lantai.
30
b. Tempat duduk bersih.
Tempat duduk yang bersih dan bebas dari kutu busuk, akan
membuat orang senang mendudukinya karena orang tidak perlu
cemas pakaiannya akan kotor. Tempat duduk tersebut jadi harus
bebas dari kutu busuk sebab orang akan merasa terganggu dengan
adanya gigitan kutu busuk.
c. Ruang tunggu harus dan tersedia tempat – tempat sampah yang
tertutup dan kedap air.
Ruang tunggu yang bersih akan menyenangkan orang dan
membuat orang betah di tempat tersebut untuk menunggu
keberangkatan dan kedatangan dari terminal bus. Untuk itu perlu
dijaga kebersihan dan perlu tersedia tempat pengumpul sampah
yang tertutup dan kedap air. Bila tempat tersebut tidak bersih dan
menimbulkan bau yang tidak sedap dapat menimbulkan rangsangan
pada penumpang untuk meludah/berdahak sembarangan di lantai.
Hal ini akan menyebabkan ruang tunggu tersebut akan menjadi kotor
lagi. Diantara mereka ini mungkin ada yang berpenyakit menular
misalnya TBC yang digilirannya akan dapat menular kepada orang
lain. Disamping itu bau tersebut bisa mengundang kedatangan
serangga dan tikus sebagai vektor penyakit menular.
d. Penerangan yang cukup
Di ruang tunggu terminal bus perlu diberi penerangan secukupnya
agarmenerangi semua sudut ruang bagi orang – orang di tempat itu,
sehingga hal – hal yang tidak diinginkan seperti saling
tabrakan/bersenggolan, barang – barang tertukar, pencurian dan
31
sebagainya tidak terjadi. Adapun penerangan minimal yang
disyaratkan adalah 5 foot candles.
e. Sekeliling bangunan harus ada saluran pembuangan air kotor.
Adanya fasilitas ini untuk meminimalisir adanya vektor.
f. Ventilasi yang cukup
Ventilasi yang cukup berguna untuk memberikan angin segar
yang berasal dari pertukaran udara kepada penumpang yang
berada di ruang tunggu. Hal ini dimaksudkan agar penumpang tidak
merasa gerah.
g. Selalu dijaga kebersihannya
Adanya petugas khusus untuk memonitor kebersihan sekitar area
terminal.
32
F. Kerangka Teori
Gambar 2.3 Kerangka Teori
Karbon
Monoksida
Nitrogen
Dioksida
Sulfur Dioksida
Terminal Bulupitu
Purwokerto
Ruang Tunggu
Penumpang
PP Nomor 41 Tahun
1999 Tentang
Pengendalian
Pencemaran Udara
Kadar CO, SO2, dan
NO2
Dampak CO, SO2,
dan NO2 pada
Kesehatan
Masyarakat
Keracunan Akut Keracunan Kronis
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka berpikir
1. Komponen penyusun
a. Input
Ruang tunggu penumpang terminal bulupitu purwokerto
b. Proses
1) Suhu
2) Kelembaban
3) Arah angin
4) Musim
5) Cuaca
6) Kecepatan angin
7) Kegiatan penumpang (merokok)
c. Output
Kadar CO, SO2, dan NO2 di ruang tunggu penumpang
34
2. Gambaran kerangka pikir
Gambar 3.1 Kerangka Pikir
PROSES
a. Suhu
b. Kelembaban
c. Arah Angin
d. Musim
e. Cuaca
f. Kecepatan angin
g. Kegiatan
disekitar lokasi
pengukuran
(merokok)
INPUT
Ruang Tunggu Penumpang
Terminal Bulupitu
Purwokerto
OUTPUT
Kadar CO, SO2, dan NO2 di
ruang tunggu penumpang
35
3. Definisi operasional
Tabel 3.1 definisi operasional
NO. Variabel Definisi Operasional
Cara pengumpulan data dan instrumentasi
Satuan/ Kategori
Skala Data
1. Kadar CO, SO2, NO2
Gas kimia yang dapat meracuni kadar darah manusia dan menyebabkan gangguan pernapasan pada tempat penelitian
Mengukur secara langsung kadar CO, SO2, NO2 di Terminal Bulupitu Purwokerto menggunakan HazScanner Model EPAS
µg/Nm3 Rasio
2.
Suhu
Derajat panas/dingin di tempat penelitian
Mengukur secara langsung suhu di Terminal Bulupitu Purwokerto menggunakan HazScanner Model EPAS
oC
Interval
3.
Kelembaban
Kadar air di udara pada tempat penelitian
Mengukur secara langsung kelembaban di Terminal Bulupitu Purwokerto menggunakan HazScanner Model EPAS
%
Rasio
4.
Arah angin
Pergerakan udara di tempat penelitian
Mengukur secara langsung arah angin di Terminal Bulupitu Purwokerto dengan menggunakan kompas
1. Utara 2. Sela-
tan 3. Barat 4. Timur 5. Barat
Daya 6. Teng-
gara 7. Timur
Laut 8. Barat
Laut
Nominal
36
NO. Variabel Definisi Operasional
Cara pengumpulan data dan instrumentasi
Satuan/ Kategori
Skala Data
5.
Musim
Kondisi cuaca di tempat penelitian
Pengamatan secara langsung di Terminal Bulupitu Purwokerto
1. Kemarau 2. Peng-
hujan
Nominal
6.
Cuaca
Keadaan udara pada saat pengukuran di tempat penelitian
Pengamatan secara langsung di Terminal Bulupitu Purwokerto
1. Cerah 2. Men-
dung
Nominal
7.
Kegiatan disekitar penelitian
Aktifitas pengunjung yang dapat mempengaruhi komposisi udara seperti merokok
Melakukan wawancara dan mengamati secara langsung kegiatan pengunjung di Terminal Bulupitu Purwokerto
-
Nominal
8.
Kecepatan angin
Laju pergerakan udara di tempat penelitian
Mengukur secara langsung kecepatan angin di Terminal Bulupitu dengan menggunakan anemometer
Meter/detik
Rasio
B. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dengan metode cross
sectional yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kadar
karbon monoksida (CO), Sulfur dioksida (SO2), dan Nitrogen dioksida
(NO2) pada ruang tunggu penumpang di terminal Bulupitu Purwokerto
Kabupaten Banyumas.
37
C. Ruang lingkup
1. Waktu penelitian
Tahap persiapan : Desember 2016 – Februari 2017
Tahap pelaksanaan : Maret - Juni 2017
Tahap penyelesaian : Juni 2017
2. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Terminal Bulupitu Purwokerto
Kabupaten Banyumas, lokasi untuk pengukuran yaitu ruang tunggu
penumpang yang ada di Terminal Bulupitu.
3. Materi
Materi penelitian adalah kesehatan lingkungan di bidang kajian
Penyehatan Udara mengenai Kadar Karbon Monoksida, Sulfur
dioksida, dan Nitrogen dioksida yang dapat menggangu kesehatan
manusia.
D. Subyek penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah kualitas udara dengan
parameter pengukuran kadar karbon monoksida, sulfur dioksida, dan
nitrogen dioksida di Terminal Bulupitu Purwokerto Kabupaten Banyumas,
lokasi untuk pengukuran yaitu ruang tunggu penumpang Terminal
Bulupitu. Pengukuran dilakukan selama 2 hari dalam periode pagi (06.30
WIB) dan malam (15.00 WIB) (Minggu dan Senin). Pengambilan sampel
dilakukan pada satu titik di ruang tunggu penumpang AKDP, satu titik
pada ruang tunggu AKAP, dan satu titik pada ruang tunggu penumpang
Angkot. Cara pengambilan sampel yaitu dengan jenis Composite Sample.
38
Composite Sample merupakan sampel campuran dari beberapa waktu
pengamatan pada satu tempat.
E. Pengumpulan data
1. Jenis data
a. Data umum
1.) Denah terminal bulupitu purwokerto
2.) Denah ruang tunggu penumpang
b. Data khusus
1.) Suhu udara
2.) Kelembaban udara
3.) Arah angin
4.) Musim
5.) Cuaca
6.) Kecepatan angin
7.) Aktifitas pengunjung (merokok)
8.) Hasil pengukuran CO, SO2, dan NO2
2. Sumber data
a. Data primer
Sumber data primer diperoleh dari pengamatan langsung
di Terminal Bulupitu Purwokerto Kabupaten Banyumas.
Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan mengukur secara langsung kadar CO, SO2, dan NO2
pada ruang tunggu penumpang di Terminal Bulupitu Purwokerto.
4. Instrumen pengumpulan data
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Hazscenner
model EPAS, anemometer, kompas dan kuesioner.
F. Pengolahan data
Menurut Djamaludin Ramlan dan Maisye Marlyn Kuhu (2013,
h.38) data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing (pengolahan) yaitu mencatat, mengkoreksi, dan menyeleksi
data yang telah dikumpulkan.
2. Coding (pengkodean) yaitu pemberian kode pada data hasil
pengamatan dan pengukuran yang di peroleh dilapangan.
3. Tabulating (tabulasi data) yaitu pengolahan data kedalam bentuk
table untuk dianalisis.
4. Cleaning yaitu memastikan bahwa data yang telah diperoleh benar
dan bebas dari kesalahan.
G. Analisis data
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk
menganalisis tiap variabel. Analisis univariat berfungsi untuk
mengumpulkan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga
kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna.
Peringkasan tersebut dapat berupa statistik, tabel, grafik.
40
H. Etika penelitian
1. Lembar persetujuan
Lembar persetujuan peneliti dengan responden yang berisi
tentang penjelasan penelitian yang akan dilakukan. Hal ini untuk
meminta izin dan menghormati hak-hak.
2. Anonymity (tanpa nama)
Menjaga kerahasiaan responden maka peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika penelitian dengan
memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya.
76
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni Nur Ika Setyowati, 2009, Pengaruh Lama Paparan Asap Knalpot Dengan Kadar CO 1800 ppm Terhadap Gambaran Histopatologi Jantung Pada Tikus Wistar, Laporan Akhir Penelitian Karya Tulis Ilmiah, at http://eprints.undip.ac.id/13517/1/Nur_Ika_Setyowati_A.pdf Diakses 17 Januari 2017 pukul 23.22 WIB Ardianingsih Ike Retna, 2008, Studi Komparasi Emisi Gas Karbonmonoksida (CO) Pada Motor Matic Dan Motor Non Matic 4 Tak Tahun Produksi 2007 Di Kabupaten Banyumas Tahun 2008, Karya Tulis Ilmiah, Purwokerto : Kementerian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Aryanti Amalia Dwi, 2013, Sanitasi Terminal Bus, at http://amaliadwiaryanti.blogspot.co.id/2013/05/sanitasi-di-terminal-bus.html Diakses 17 Januari 2017 pukul 21.12 WIB
Fardiaz Srikandi, 1992, Polusi Air dan Udara, Yogyakarta : Kanisius
Khoirot Asisul, 2010, Karbon Monoksida, at http://asisulkimia.blogspot.co.id/2010/10/karbon-monoksida.html Diakses 17 Januari 2017 pukul 21.06 WIB
Hestya Inta, 2013, Kesehatan Lingkungan Terminal, at http://inta-hestya-
fkm12.web.unair.ac.id/artikel_detail-73133- sebuah%20perjalanan-Kesehatan%20Lingkungan%20Terminal.html Diakses17 Januari 2017 pukul 21.12 WIB
Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 68 Tahun 1994 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum. Pedoman Praktek Laboratorium Kampus 7 Poltekkes Kemenkes Semarang Peraturan Pemerintah nomor 43 Tahun 1993 Tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan Peraturan Pemerintah nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara Peraturan Pemerintah nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan Peraturan Pemerintah nomor 74 Tahun 2014Tentang Angkutan Jalan Putradana Anugrah, 2015, Kualitas Fisik Udara Di Terminal Bus Bulupitu Purwokerto Kabupaten Banyumas Tahun 2015, Karya Tulis Ilmiah, Purwokerto : Kementerian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Putut, E. dan Widodo, B. 2011. Simulasi Model Dispersi Polutan Karbon Monoksida Di Pintu Masuk Tol. Jurnal Penelitian. ITS.
Profil UPT Terminal Bus Bulupitu Purwokerto Suharto, 2011, Limbah Kimia Dalam Pencemaran Udara dan Air, Yogyakarta :
CV Andi Offset Triana Eka, 2008, Studi Komparasi Kadar Karbon Monoksida (CO) di Udara
Pada Tempat Kedatangan Dan Pemberangkatan Bus Di Terminal Bus
Giwangan Yogyakarta Tahun 2008, Karya Tulis Ilmiah, Puwokerto :
Kementerian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan
Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Wulandari Merisa Astriani, 2008, Studi Kandungan Karbon Monooksida (CO)
Dalam Udara di Ruang Tunggu Terminal Bus Purwokerto Tahun 2008, Karya Tulis Ilmiah, Purwokerto : Kementerian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto