Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi maupun sosial. Standar baku mutu kesehatan lingkungan adalah spesifikasi teknis atau nilai yang dibakukan pada media lingkungan yang berhubungan atau berdampak langsung terhadap kesehatan masyarakat. Kualitas lingkungan yang sehat ditentukan melalui pencapaian atau pemenuhan standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan. Standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan ditetapkan pada media lingkungan yang meliputi air, udara, tanah, pangan, saran dan bangunan, dan vektor dan binatang pembawa penyakit. Adapun media lingkungan yang ditetapkan standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan berada pada lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, dan tempat dan fasilitas umum. (PP nomor 66 tahun 2014). Terminal adalah pangkalan bermotor umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan. Terminal merupakan tempat yang paling cocok untuk menyebarnya segala penyakit yang dibawa oleh orang-orang yang keluar masuk disana maupun yang berasal dari terminal itu sendiri. Terutama yang penyebarannya melalui media udara, air, makanan, minuman maupun kontak manusia satu dengan yang lainnya. Sanitasi di terminal harus memenuhi persyaratan yang telah
42

BAB I - Repository Poltekkes Semarang

Mar 10, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau

gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi maupun sosial.

Standar baku mutu kesehatan lingkungan adalah spesifikasi teknis atau nilai

yang dibakukan pada media lingkungan yang berhubungan atau berdampak

langsung terhadap kesehatan masyarakat. Kualitas lingkungan yang sehat

ditentukan melalui pencapaian atau pemenuhan standar baku mutu

kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan. Standar baku mutu

kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan ditetapkan pada media

lingkungan yang meliputi air, udara, tanah, pangan, saran dan bangunan,

dan vektor dan binatang pembawa penyakit. Adapun media lingkungan yang

ditetapkan standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan

kesehatan berada pada lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat

rekreasi, dan tempat dan fasilitas umum. (PP nomor 66 tahun 2014).

Terminal adalah pangkalan bermotor umum yang digunakan untuk

mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan

orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan. Terminal

merupakan tempat yang paling cocok untuk menyebarnya segala penyakit

yang dibawa oleh orang-orang yang keluar masuk disana maupun yang

berasal dari terminal itu sendiri. Terutama yang penyebarannya melalui

media udara, air, makanan, minuman maupun kontak manusia satu dengan

yang lainnya. Sanitasi di terminal harus memenuhi persyaratan yang telah

Page 2: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

2

ditetapkan sehingga terminal dapat melindungi, memelihara dan

mempertinggi derajat kesehatan masyarakat terutama masyarakat terminal

itu sendiri. Terminal dalam sistem transpotasi terutama transportsi darat dan

yang paling banyak dipakai atau sudah umum dengan masyarakat, maka

sanitasi maupun kebersihannya harus diperhatikan. (PP RI No 74 Tahun

2014)

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi,

dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien kegiatan manusia,

sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. (PP nomor 41

tahun 1999)

Menurut penelitian Ike Retna Ardianingsih tahun 2008, kegiatan

transportasi kendaraan bermotor merupakan sumber emisi bergerak bagi

udara bebas yang mempunyai kontribusi terbesar terhadap penurunan

kualitas udara. Pembakaran bahan bakar minyak dari kendaraan bermotor

menjadi penyebab utama timbulnya dampak terhadap lingkungan udara.

Salah satu unsur senyawa yang berasal dari pembakaran bahan bakar

minyak ialah karbon monoksida (CO).

Gas karbon monoksida (CO) yang masuk ke dalam sistem peredaran

darah akan menggantikan posisi oksigen dalam berikatan dengan

hemoglobin (Hb) dalam darah. Gas CO akhirnya mudah masuk kedalam

jantung, otak dan organ vital penunjang kehidupan manusia lainnya.

Senyawa kimia gas Nitrogen Oksida yang dihasilkan oleh kendaraan

bermotor dan industri menyebabkan gangguan kesehatan seperti penyakit

Page 3: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

3

asma, dan bronchitis kronis dan gangguan pernapasan jika kadar NOx

rendah.

Gas Sulfur Oksida saat di udara dapat berubah menjadi Sulfur Dioksida

dan menajdi gas yang berbahaya karena menyebabkan gangguan

pernapasan dan bronchitis. Untuk anak-anak dan manusia lanjut usia sangat

sensitif terhadap senyawa SO2. Standar SO2 adalah 0,14 ppm selama 24

jam. (US EPA Bulletin, 1998)

Menurut peneltian Nur Ika Setyowati Anggraeni tahun 2009, kecepatan

timbulnya gejala-gejala atau kematian ditentukan oleh konsentrasi CO dalam

udara lingkungan dan lamanya inhalasi atau lamanya paparan CO. Selain itu

dipengaruhi juga oleh konsentrasi CO dalam udara , ventilasi paru , dan

kadar COHb sebelum terkena CO.

Menurut penelitian Nurdin Zakaria tahun 2013 di Terminal Joyoboyo

Surabaya, salah satu gas pencemar udara yang berbahaya tersebut adalah

gas SO2, pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan

hewan,kerusakan pada tanaman terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm.

Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistim

pernapasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan

terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebihbahkan pada beberapa

individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1–2 ppm. SO2 dianggap

pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan

penderita yang mengalami penyakit kronis pada sistem pernapasan

kardiovaskular.

Menurut penelitian Muhamad Fathurrahman Tahun 2014 di Terminal Bus

Purbalingga, bahwa setiap tahun kendaraan yang beroperasi di Terminal

Page 4: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

4

Purbalingga semakin meningkatkan kandungan NOx karena usia kendaraan

yang semakin tua dan bila perawatan kendaraan kurang baik juga, maka

dapat meningkatkan kandungan NO2 tersebut.

Hasil survey penelitian Anugrah tahun 2015 di Terminal Bus Bulupitu

Purwokerto pada 10 penumpang yang terdapat di ruang tunggu penumpang

terminal Purwokerto tahun 2014, bahwa 20% pengunjung merasakan panas

akibat cuaca dan asap yang dikeluarkan oleh bus yang sedang parkir. Hal

ini dapat di pengaruhi oleh gas buangan bus seperti CO, SO2, NO2 dan asap

rokok yang berasal dari penumpang yang lain.

Berdasarkan beberapa alasan tersebut diatas, penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian di Terminal Bus Bulupitu Purwokerto sebagai studi

pendahuluan. Penulis mengambil judul : “Studi Kadar CO, SO2, dan NO2

Pada Ruang Tunggu Penumpang di Terminal Bulupitu Purwokerto Tahun

2017.”

B. Perumusan masalah

Berapa Kadar CO, SO2, dan NO2 Pada Ruang Tunggu Penumpang Di

Terminal Bulupitu Purwokerto Tahun 2017?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Memperoleh gambaran mengenai kadar CO, SO2, dan NO2 pada

ruang tunggu penumpang di Terminal Bulupitu Purwokerto Tahun 2017.

Page 5: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

5

2. Tujuan khusus

a. Mengukur kadar CO, SO2, dan NO2 pada ruang tunggu penumpang di

Terminal Bulupitu Tahun 2017.

b. Mengukur suhu dan kelembaban pada ruang tunggu penumpang di

Terminal Bulupitu Purwokerto Tahun 2017.

c. Mengukur arah angin dan kecepatan angin pada ruang tunggu

penumpang di Terminal Bulupitu Purwokerto Tahun 2017.

d. Mengetahui aktifitas manusia yang merokok pada ruang tunggu

penumpang di Terminal Bulupitu Purwokerto Tahun 2017.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi masyarakat

Menambah infomasi masyarakat tentang kadar karbon

monoksida, sulfur dioksida, dan nitrogen dioksida pada ruang tunggu

penumpang di Terminal Bulupitu Purwokerto.

2. Bagi terminal bus bulupitu purwokerto

Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat membantu pihak

Terminal Bulupitu dalam mengambil kebijakan mengelola dan mencegah

kadar karbon monoksida, sulfur dioksida, dan nitrogen dioksida pada

ruang tunggu penumpang sehingga dapat meminimalkan risiko yang

mungkin timbul.

3. Bagi Almamater

Untuk menambah pembendaharaan pustaka bagi perpustakaan

Jurusan Kesehatan Lingkungan.

Page 6: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

6

4. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman yang dapat

dijadikan sebagai sarana menerapkan ilmu-ilmu yang pernah di terima

selama pendidikan.

E. Keaslian penelitian

Pada setiap proposal penelitian pasti terdapat perbedaan, perbedaan

tersebut dapat dilihat pada tabel keaslian penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penulisan

NO Nama Peneliti Judul Metode Hasil

1. Merisa Astriani

Wulandari

(Poltekkes

Depkes

Semarang)

Studi

Kandungan

Karbon

Monoksida (CO)

Dalam Udara di

Ruang Tunggu

Terminal

Bus Purwokerto

Tahun 2008

Deskriptif Kandungan CO

dalam Udara di

ruang tunggu

terminal Bus

Purwokerto belum

melebihi Nilai

Ambang Batas

Kualitas Udara

Ambient menurut

PP nomor 41

tahun 1999

tentang Baku Mutu

Kualitas Udara

Ambient untuk

parameter CO

yaitu sebesar

10.000 µgr/Nm3

atau setara

dengan 10 ppm.

2.

Meylina

Santy

Kontribusi Asap

Kendaraan

Bermotor

Terhadap

Kesehatan

Masyarakat Di Kota Jambi

Wawancara dan

angket

(kuesioner)

Kesehatan

Masyarakat

Di Kota Jambi

Kontribusi Asap

Kendaraan

Bermotor

Nilai Ambang

Batas kualitas

udaraambient di

Kota Jambi masih

berada pada

ambang batas

normal (baik)

Page 7: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

7

NO Nama Peneliti Judul Metode Hasil

3.

Muhamad

Fathurrahman

(Poltekkes

Kemenkes

Semarang)

Studi Kandungan

Nitrogen Dioksida

(NO2) Di Terminal

Bus Purbalingga

Kabupaten

Purbalingga

Tahun 2014

Penelitian ini

merupakan

penelitian

deskriptif dengan

metode cross

sectional

Hasil penelitian menunjukan Kandungan NO2 yang paling rendah pada NO2 0,044 ppm tertinggi 0,118 ppm. Pada tanggal 24 Juni 2014 rata-rata 0,0772 ppm. Pada tanggal 25 Juni 2014 rata-rata 0,0872 ppm, dan pada tanggal 26 Juni 2014 ratarata 0,75 ppm dan di bandingan dengan Keputusan Menteri Negara KLH NO. 02 Tahun 1988 pada parameter NO2 melebihi Nilai Ambang Batas (NAB).

Page 8: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Udara

1. Pengertian udara

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan

yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak terlalu

konstan. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air

dalam bentuk uap H2O dan karbon dioksida (CO2) jumlah uap air yang

terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu (Srikandi

Fardiaz.1992.h.91)

2. Polutan udara

Polutan udara primer, yaitu polutan yang mencangkup 90% dari

jumlah polutan udara seluruhnya, dapat dibedakan menjadi lima

kelompok sebagai berikut :

1. Karbon Monokside (CO)

2. Nitrogen Okside (NOX)

3. Hidrokarbon (HC)

4. Sulfur Diokside (SOX)

5. Partikel

Sumber polusi utama berasal dari transportasi, dimana hampir

60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari hidrokarbon. Sumber-

sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri,

pembuangan limbah dan lain-lain. Polutan yang utama adalah karbon

8

Page 9: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

9

monokside yang mencapai hampir setengahnya dari seluruh polutan

udara yang ada. (Srikandi Fardiaz.1992.h.91)

B. Karbon Monoksida

1. Pengertian karbon monoksida

Gas CO adalah tak berwarna, tak berbau, tak terasa, sangat

beracun, dan mengurangi transport oksigen dalam darah manusia.

(Suharto.2011.h.171)

2. Sifat - sifat Karbon Monoksida

a. Gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak

menyebabkan iritasi, beracun dan berbahaya

b. Tidak mudah larut dalam air

c. Perbandingan berat terhadap udara ( 1 atm derajat C) 0,967

d. Mudah terbakar dan menghasilkan lidah api berwarna biru,

mengahasilkan karbon dioksida

Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah

kemampuannya untuk berikatan dengan hemoglobin, pigmen sel darah

merah yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.

Karbon monoksida (CO), terdiri dari satu atom karbon yang secara

kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat

dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antar atom

karbon dan oksigen. Molekul CO memiliki panjang ikat 0,1128 nm.

Perbedaan muatan formal dan elektronegativitas saling meniadakan,

sehingga terdapat momen dipol yang kecil dengan kutub negatif di atom

karbon, walaupun oksigen memiliki elektronegativatas yang lebih besar.

Page 10: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

10

Alasannya adalah orbital molekul yang terpenuhi paling tinggi memiliki

energi yang lebih dekat dengan orbital p karbon, yang berarti bahwa

terdapat rapatan elektron yang lebih besar dekat karbon. Selain itu,

elektronegativitas karbon yang lebih rendah menghasilkan “awan

elektron” yang lebih baur, sehingga menambah momen dipol. Hal ini

juga merupakan alasan mengapa kebanyakan reaksi kimia yang

melibatkan karbon monoksida terjadi pada atom karbon, bukan pada

atom oksigen. (http://asisulkimia.blogspot.co.id/2010/10/karbon-

monoksida.html)

3. Sumber karbon monoksida

Karbon monoksida, walaupun dianggap sebagai polutan, telah

lama ada di atmosfer sebagai hasil produk dari aktivitas gunung berapi

seperti pada gambar 2.1. Kandungan CO dalam gas gunung berapi

bervariasi dari < 0.01% sampai 2%, bergantung pada gunung api

tersebut. CO antropogenik dari emisi automobile dan industry

memberikan kontribusi pada efek rumah kaca dan pemanasan global.

Perubahan CO menjadi senyawa lain di atmosfer diperkirakan

berhubungan dengan terjadinya perubahan iklim, karena CO diketahui

berperan penting dalam pengendalian jumlah radikal OH di atmosfer.

Page 11: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

11

Gambar 2.1 Karbon Monoksida di Atmosfer Sumber : http://pengen-tau.weebly.com/karbon-monoksida.html

Oksidasi karbon monoksida secara tidak langsung juga dapat

berpengaruh terhadap energi radiasi berkaitan dengan terbentuknya

karbon dioksida dan ozon troposfer. Berkaitan dengan reaksi fotokimia

yang lambat, CO diketahui mempunyai peranan penting dalam siklus

pembentukan O3 terutama dalam skala yang luas di atmosfer bebas. CO

juga merupakan konstituen dari asap rokok.

Menurut penelitian Nur Ika Setyowati Anggraeni tahun 2009, CO

dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya adalah

darikegiatan manusia. Korban monoksida yang berasal dari alam

termasuk dari lautan,oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran

hutan dan badai listrikalam.

Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama

yang menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, jumlah

CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta Ton per

Page 12: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

12

tahun.Separuh dari jumlah iniberasal dari kendaraan bermotor yang

menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari

sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari

industri dan pembakaran sampah domestik.Didalam laporan

WHO(1992) dinyatakan paling tidak 90% dari CO diudara perkotaan

berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain itu asap rokok juga

mengandung CO, sehingga para perokok dapat memajan dirinya sendiri

dari asap rokok yang sedang dihisapnya.

Sumber lain CO adalah gas arang batu yang mengandung kurang

lebih5% CO, alat pemanas berbahan bakar gas, lemari es gas, kompor

gas, dan cerobong asap yang bekerja tidak baik.

4. Gas karbon monoksida berasal dari pembakaran tidak sempurna

Gas CO sebagian besar merupakan hasil pembakaran tidak

sempurna bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan yang

sangat beracun. Konsentrasi CO di udara pada tempat tertentu

dipengaruhi oleh kecepatan emisi (pelepasan).

(http://ardibudianto.web.unej.ac.id/2015/04/05/ )

CO di udara dan kecepatan dispersi dan pembersihan CO dari

udara.Pada daerah perkotaan kecepatan pembersihan CO dari udara

sangat lambat, oleh karena itu kecepatan dipersi dan pembersihan CO

dari udara sangat menentukan konsentrasi CO di udara (Putut dan

Widodo,2011).

5. Keracunan karbon monoksida

Karbon monoksida adalah gas yang terdiri dari satu atom karbon

(C) dan satu atom oksigen (O).Gas ini tidak berbau, tidak berwarna,

Page 13: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

13

tidak berasa dan tidak mengiritasi.Namun karbon monoksida ini mudah

terbakar dan sangat beracun apabila terhirup oleh manusia dan

memasuki sistem peredaran darah. Karbon monoksida terjadi akibat

proses pembakaran yang tidak sempurna akibat kurangnya oksigen. Hal

ini bisa terjadi pada kendaraan bermotor, alat pemanas, tungku kayu,

bahkan asap rokok.

Gambar 2.2 Bahaya Karbon Monoksida Sumber : http://ridwanaz.com/kesehatan/bahaya-gas-karbon-

monoksida-bagi-manusia/

Gas karbon monoksida (CO) yang masuk dalam sistem peredaran

darah akan menggantikan posisi oksigen dalam berikatan dengan

hemoglobin (Hb) dalam darah. Gas CO akhirnya mudah masuk ke

dalam jantung, otak dan organ vital penunjang kehidupan manusia

lainnya. Gas ini sifatnya sangat beracun bagi tubuh manusia, sehingga

akibatnya bisa fatal. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2 sebagai

simbol bahaya akan gas CO utuk manusia . Ikatan CO dan Hb dalam

darah akan membentuk karboksi haemoglobin. Ini menyebabkan dua

hal:

Page 14: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

14

a. Oksigen akan kalah bersaing dengan karbon monoksida sehingga

kadar oksigen dalam darah manusia akan menurun drastis. Seperti

yang kita tahu, oksigen diperlukan dalam proses metabolisme tubuh

sel, jaringan dan organ dalam tubuh manusia. Dengan keberadaan

CO di dalam darah, maka akan menghambat metabolisme tubuh

manusia.

b. Gas CO akan menghambat terjadinya proses respirasi atau oksidasi

sitokrom. Hal ini akan mengakibatkan pembentukan energi tidak

maksimal. Karbon monoksida akan berikatan langsung dengan sel

otot jantung dan sel tulang. Akibatnya terjadi keracunan CO pada

sel tersebut dan merembet pada sistem saraf manusia.

Jika seseorang mengalami paparan CO 1.000 ppm selama

beberapa menit akan menimbulkan kejenuhan karboksi haemoglobin.

Orang tersebut akan bekurang kesadarannya atau pingsan. Sedangkan

jika ditambah beberapa menit lagi maka dapat mengakibatkan kematian.

Menurut penelitian Nur Ika Setyowati Anggraeni, akibat dari

keracunan karbon monoksida dapat berupa toksikokinetika dan

toksikogenetika. Adapun penjelasannya sebagai berikut :

a. Toksikokinetika

CO diserap melalui paru dan sebagian besar diikat oleh

hemoglobin secara reversible, membentuk karboksi-hemoglobin

(COHb). Selebihnya mengikat diridengan mioglobin dan beberapa

protein heme ekstravaskular lain, seperti cytochrome c oxidase

dan cytochrome P-450. Afinitas CO terhadap protein

hemebervariasi 30 sampai 500 kali afinitas oksigen, tergantung

Page 15: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

15

pada protein heme tersebut. Untuk hemoglobin, afinitas CO 208-

245 kali afinitas oksigen.

CO bukan merupakan racun yang kumulatif. Ikatan Hb

dengan CO bersifat reversible dan setelah Hb dilepaskan oleh CO,

sel darah merah tidak mengalami kerusakan.

Absorbsi atau ekskresi CO ditentukan oleh kadar CO

dalam udaralingkungan (ambient air), kadar COHb sebelum

pemaparan (kadar COHb inisial), lamanya pemaparan, dan

ventilasi paru.

Bila orang yang telah mengabsorbsi CO dipindahkan ke

udara bersih danberada dalam keadaan istirahat, maka kadar

COHb semula akan berkurang 50%dalam waktu 4,5 jam. Dalam

waktu 6-8 jam darahnya tidak mengandung COHb lagi. Inhalasi

oksigen mempercepat ekskresi CO sehingga dalam waktu 30

menitkadar COHb telah berkurang setengahnya dari kadar

semula. Umummya kadar COHb akan berkurang 50% bila

penderita CO akut dipindahkan ke udara bersihdan selanjutnya

sisa COHb akan berkurang 8-10% setiap jamnya. Hal ini penting

untuk dapat mengerti mengapa kadar COHb dalam darah korban

rendah atau negatif pada saat diperiksa, sedangkan korban

menunjukkan gejala dan atau kelainan histopatologis yang lazim

ditemukan pada keracunan CO akut.

b. Toksikogenetika

CO bereaksi dengan Fe dari porfirin dan karena itu CO

bersaing denganoksigen dalam mengikat protein heme yaitu

Page 16: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

16

hemoglobin, mioglobin, sitokromoksidase (sitokroma, a3) dan

sitokrom P-450, peroksidase dan katalase. Yang terpenting adalah

reaksi CO dengan Hb dan sitokrom a3.dengan diikatnya Hb

menjadi COHb mengakibatkan Hb menjadi inaktif sehingga darah

berkurang kemampuan untuk mengangkut oksigen. Selain itu

adanya COHb dalam darah akan menghambat disosiasi Oxi-Hb.

Dengan demikian jaringan akan mengalami hipoksia. Reaksi CO

dengan sitokrom a3 yang merupakan link yang penting dalam

system enzim pernafasan sel dan mengakibatkan hipoksia

jaringan.

Untuk menentukan kadar CO dalam darah digunakan

rumus Henderson dan Haggard. Rumusnya adalah sebagai

berikut:

Lama paparan (dalam jam) x Konsentrasi CO di udara (dalam

ppm)

Konsentrasi CO dalam udara lingkungan dan lamanya

inhalasi/paparan menentukan kecepatan timbulnya gejala-gejala

atau kematian. 50 ppm (0,005%)adalah TLV (Threshold Limit

Value) gas CO, yaitu konsentrasi CO dalam udara lingkungan

yang dianggap aman pada inhalasi selama 8 jam setiap hari dan 5

hari setiap minggu untuk jumlah tahun yang tidak terbatas.Pada

200 ppm (0,02%) inhalasi 1-3 jam akan mengakibatkan kadar

COHb mencapai 15 – 20 % saturasidan gejala keracunan CO

mulai timbul. Pada 1000 ppm (0,1 %), inhalasi 3 jamdapat

menyebabkan kematian. Sedangkan pada 3000 ppm (0,3%),

Page 17: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

17

inhalasi 2 jam sudah dapat menyebabkan kematian. Pada 10.000

ppm (1%), inhalasi 15 menit dapat menyebabkan kehilangan

kesadaran dengan COHb 50% saturasi, sedangkan inhalasi 20

menit menyebabkan kematian dengan 80% saturasi.

Faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi toksisitas CO

yaitu aktivitas fisik dan penyakit yang menyebabkan gangguan

oksigenasi jaringan seperti arteriosklerosis pembuluh dara otak

dan jantung, emfisema paru, asma bronchial,TBC paru dan

penyakit metabolik serta obat-obatan yang menyebabkan depresi

susunan saraf pusat, contohnya alkohol, barbiturat dan morfin.

6. Gejala keracunan karbon monoksida

Paparan karbon monoksida dalam jumlah besar akan

menimbulkan gejala seperti keracunan, yakni sakit kepala, rasa mual

dan muntah. Gejala ini akan bertambah dengan rasa lelah,

mengeluarkan keringat cukup banyak, pola pernafasan menjadi cepat

dan pendek, adanya rasa gugup dan berkurangnya fungsi penglihatan.

Puncak dari gejala ini adalah berkurangnya kesadaran bahkan

hingga pingsan yang sebelumnya ditandai dengan sakit dada yang

sangat mendadak. Jika terjadi nyeri dada, maka CO sudah berada di

jantung.Banyak kasus kematian akibat keracunan karbon monoksida ini

terjadi karena kesulitan bernafas dan edema paru yang disebabkan

adanya kekurangan oksigen pada level sel, dimana sel tidak

mendapatkan cukup oksigen dari darah karena justru mengikat gas CO.

(http://ridwanaz.com/kesehatan/bahaya-gas-karbon-monoksida-bagi-

manusia/)

Page 18: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

18

Karbon monoksida tidak mengiritasi tetapi sangat berbahaya

(beracun) maka gas CO dijuluki sebagai “silent killer” (pembunuh diam-

diam). Keberadaan gas CO akan sangat berbahaya jika terhirup oleh

manusia karena gas itu akan menggantikan posisi oksigen yang

berkaitan dengan haemoglobin dalam darah. Gas CO akan mengalir ke

dalam jantung, otak, serta organ vital. Ikatan antara CO dan

heamoglobin membentuk karboksihaemoglobin yang jauh lebih stabil

200 kali dibandingkan dengan ikatan antara oksigen dan

haemoglobin.Akibatnya sangat fatal. Pertama, oksigen akan kalah

bersaing dengan CO saat berikatan dengan molekul haemoglobin. Ini

berarti kadar oksigen dalam darah akan berkurang. Padahal seperti

diketahui oksigen sangat diperlukan oleh sel-sel dan jaringan tubuh

untuk melakukan fungsi metabolisme. Kedua, gas CO akan

menghambat komplek oksidasi sitokrom. Hal ini menyebabkan respirasi

intraseluler menjadi kurang efektif.Terakhir, CO dapat berikatan secara

langsung dengan sel otot jantung dan tulang. Efek paling serius adalah

terjadi keracunan secara langsung terhadap sel-sel tersebut, juga

menyebabkan gangguan pada sistem saraf. Bahaya utama terhadap

kesehatan adalah mengakibatkan gangguan pada darah, Batas

pemaparan karbon monoksida yang diperbolehkan oleh OSHA

(Occupational Safety and Health Administration) adalah 35 ppm untuk

waktu 8 jam/hari kerja, sedangkan yang diperbolehkan oleh ACGIH

TLV-TWV adalah 25 ppm untuk waktu 8 jam. Kadar yang dianggap

langsung berbahaya terhadap kehidupan atau kesehatan adalah 1500

ppm (0,15%). Paparan dari 1000 ppm (0,1%) selama beberapa menit

Page 19: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

19

dapat menyebabkan 50% kejenuhan dari karboksi hemoglobin dan

dapat berakibat fatal. Keracunan gas karbon monoksida gejala didahului

dengan sakit kepala, mual, muntah, rasa lelah, berkeringat banyak,

pyrexia, pernafasan meningkat, confusion, gangguan penglihatan,

kebingungan, hipotensi, takikardi, kehilangan kesadaran dan sakit dada

mendadak juga dapat muncul pada orang yang menderita nyeri dada.

Kematian kemungkinan disebabkan karena sukar bernafas dan edema

paru. Kematian akibat keracunan karbon monoksida disebabkan oleh

kurangnya oksigen pada tingkat seluler (seluler hypoxia). Sel darah tidak

hanya mengikat oksigen melainkan juga gas lain. Kemampuan atau

daya ikat ini berbeda untuk satu gas dengan gas lain. Sel darah merah

mempunyai ikatan yang lebih kuat terhadap karbon monoksida (CO) dari

pada oksigen (O2). Sehingga kalau terdapat CO dan O2, sel darah

merah akan cenderung berikatan dengan CO. Bila terhirup, karbon

monoksida akan berikatan dengan Haemoglobin (Hb) dalam darah

membentuk Karboksihaemoglobin sehingga oksigen tidak dapat

terbawa. Ini disebabkan karbon monoksida dapat mengikat 200 kali

lebih stabil dari oksigen. Gas ini juga dapat mengganggu aktifitas seluler

lainnya yaitu dengan mengganggu fungsi organ yang menggunakan

sejumlah besar oksigen seperti otak dan jantung.Efek paling serius

adalah terjadi keracunan secara langsung terhadap sel-sel otot jantung,

juga menyebabkan gangguan pada sistem saraf.

Tanda dan gejala keracunan CO bervariasi tergantung pada kadar

COHb dalam darah. Berikut tabel mengenai paparan Hb terhadap darah

beserta gejalanya :

Page 20: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

20

Tabel 2.1 Tabel Pajanan Gas CO Konsentrasi rata-rata

8 jam (ppm) Konsentrasi COHb di

dalam darah (%) Gejala

25-50 2,5-5 Tidak ada gejala

50-100 5-10 Aliran darah meningkat

dan sakit kepala ringan

100-250 10-20

Tegang daerah dahi ,

sakit kepala, penglihatan

agak terganggu

250-450 20-30 Sakit kepala sedang,

berdenyut-denyut, dahi

(throbbing temple),

wajah merah dan mual

450-650 30-40 Sakit kepala berat , vertigo , mual, muntah, lemas, mudah terganggu, pingsan saat bekerja

650-1000

40-50 Seperti diatas, lebih

berat, mudah pingsan

dan jatuh

1000-1500 50-60 Koma, hipotensis,

kadang disertai kejang ,

pernafasan Cheyne-

Stoke

1500-2500 60-70 Koma dengan kejang,

penekanan pernafasan

dan fungsi jantung ,

mungkin terjadi

kematian.

2500-4000 70-80 Denyut nadi lemah,

pernafasan lambat,

gagal hemodinamik,

kematian.

Sumber : Penelitian tentang Pengaruh Lama Paparan Asap Knalpot Dengan Kadar CO 1800 PPM Terhadap Gambaran Histopatologi Jantung Pada Tikus Wistar oleh Nur Ika Setyowati Anggraeni Tahun 2009.

Page 21: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

21

7. Dampak karbon monoksida (CO) terhadap kesehatan masyarakat

Senyawa kimia gas karbon monoksida yang dihasilkan oleh

kendaraan bermotor menyebabkan gangguan kesehatan manusia

seperti menurunnya transportasi oksigen dalam darah manusia, pusing

kepala, kelelahan yang berkepanjangan dan mundurnya mental

manusia serta dapat mematikan manusia (Suharto.2011.h.177).

Senyawa kimia gas CO merupakan gas yang tidak berwarna hasil

pembakaran tidak sempurna bahan bakar, namun dunia industri juga

memberi kontrubusi besar terhadap terbentuknya senyawa kimia gas

CO dan juga kendaraan bermotor merupakan penghasil senyawa kimia

gas CO yang besar. Asap rokok mengandung pencemar senyawa kimia

gas CO karena terjadi pembakaran tidak sempurna waktu menghisap

rokok.

Dampak gas CO terhadap kesehatan manusia ialah efek jangka

pendek yang bersifat akut dan jika gas CO dihirup manusia dengan

dosis di atas 2000 mg/L, maka yang bersangkutan kehilangan

kesadaraan dan kemudian meninggal dunia. Gas CO sangat beracun

dan mampu mengikat hemoglobin dalam darah manusia lebih tinggi dari

gas oksigen dan bersifat stabil. Cuplikan gas CO di udara diambil selang

waktu berturut-turut 1 jam, 24 jam dengan baku mutu sebesar 30.000

µg/Nm3, 10.000 µg/Nm3 yang dianalisis dengan metode analisis kimia

instrumental (PP Nomor 41 Tahun 1999)

Standar yang diizinkan kualitas udara masuk untuk melindungi

kesehatan masyarakat ialah 9 ppm selama 8 jam. Gas CO sangat

beracun meskipun dihirup dalam jumlah kecil, dan menyebabkan

Page 22: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

22

konstraksi jantung manusia, mengurangi jumlah darah yang dipompa ke

seluruh bagian tubuh manusia sehingga mengurangi jumlah oksigen

yang ditransfer ke otot dan berbagai organ manusia.

Gas CO bergabung dengan hemoglobin dalam darah manusia

sehingga darah kurang mampu mengangkut oksigen. Gas CO dengan

konsentrasi 1 bagian gas CO dalam 800 bagian udara menyebabkan

kematian dalam waktu 30 menit. Jika mobil dihidupkan dalam garasi

tertutup selama 5 sampai 10 menit maka orang akan pingsan.

Hemoglobin + CO HbCO

Carboxyhemoglobin (HBCO) sangat memengaruhi

oxyhemoglobin sehingga transfer oksigen dalam jaringan sel ke seluruh

tubuh terganggu. Adanya gas CO menyebabkan sakit kepala; dan gas

CO konsentrasi tinggi menyebabkan kematian.(Suharto, 2011)

C. Sulfur Dioksida

1. Reaksi pembentukan sulfur dioksida

Polusi oleh sulfur okside terutama disebabkan oleh dua komponen

gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida

(SO3), dan keduanya disebut sebagai SOx. Sulfur dioksida mempunyai

karakteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara, sedangkan

sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.

Pembakaran bahan-bahan yang mengandung sulfur akan

menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relatif masing-

masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Meskipun

udara tersedia dalam jumlah yang cukup, SO2 selalu terbentuk dalam

jumlah terbesar. Jumlah SO3 yang terbentuk dipengaruhi oleh kondisi

Page 23: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

23

reaksi, terutama suhu, dan bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.

(Srikandi Fardiaz.1992.h.124)

2. Sumber polusi sulfur dioksida

Hanya sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfer

merupakan hasil dari aktivitas manusia, dan kebanyakan dalam bentuk

SO2. Sebanyak dua pertiga dari jumlah sulfur di atmosfer berasal dari

sumber-sumber alam seperti vulkano, dant erdapat dalam bentuk H2S

dan oksida.

Masalah yang ditimbulkan oleh polutan yang dibuat manusia

adalah dalam hal ditribusinya yang tidak merata sehingga terkonsentrasi

pada daerah tertentu, bukan dari jumlah keseluruhannya, sedangkan

polusi dari sumber alam biasanya lebih tersebar merata. Transportasi

bukan merupakan sumber utama polutan SO2, tetapi pembakaran bahan

bakar pada sumbernya merupakan sumber utama polutan SO2, misalnya

pembakaran batu arang, minyak bakar, gas, kayu, dan sebagainya.

Sumber SO2 yang kedua adalah dari proses-proses industri seperti

industri pemurnian petrolum, industri asam sulfat, industri peleburan

baja, dan sebagainya.

3. Pengaruh SO2 terhadap manusia

Polutan SO2 mempunyai pengaruh terhadap manusia dan hewan

pada konsentrasi jauh lebih tinggi daripada yang diperlukan untuk

merusak tanaman. Kerusakan pada tanaman terjadi pada konsentrasi

sebesar 0,5 ppm, sedangkan konsentrasi yang berpengaruh terhadap

manusia dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Page 24: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

24

Tabel. 2.2 Pengaruh SO2 terhadap manusia

Konsentrasi (ppm) Pengaruh

3 – 5 Jumlah terkecil yang dapat dideteksi

dari baunya

8 – 12 Jumlah terkecil yang segera

mengakibatkan iritasi tenggorokan

20 Jumlah terkecil yang segera

mengakibatkan iritasi mata

20 Jumlah terkecil yang segera

mengakibatkan batuk

20 Maksimum yang diperbolehkan untuk

kontak dalam waktu lama

50 – 100 Maksimum yang diperbolehkan untuk

kontak dalam singkat (30 menit)

400 – 500 Berbahaya meskipun kontak secara

singkat

Sumber : Polusi Air dan Udara oleh Srikandi Fardiaz Tahun 1992

Pengaruh utama polutan SO2 terhadap manusia adalah iritasi

sistem pernafasan , beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi

tenggorokan terjadi pada konsentrasi SO2 sebesar 5 ppm atau lebiih,

bahkan pada beberap individu yang sensitif iritasi terjadi pada

konsentrasi 1 – 2 ppm. SO2 dianggap polutan berbahaya bagi kesehatan

terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit

khronis pada sistem pernafasan dan kardiovaskular. Individu dengan

gejala tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengagn SO2, meskipun

dengan konsentrasi yang relatif rendah, misalnya 0,2 ppm atau lebih.

(Srikandi Fardiaz.1992.h.128)

D. Nitrogen Dioksida

1. Pembentukan nitrogen dioksida

Page 25: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

25

Nitrogen oksida (NOx) adalah kelompok gas yang terdapat di

atmosfer yang terdiri dari gas nitrik oksida (NO) dan nitrogen dioksida

(NO2). Walaupun bentuk nitrogen oksida lainnya ada, tetapi kedua gas ini

yang paling banyak ditemui sebagai polutan udara. Nitrik oksida

merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, sebaliknya

nitrogen dioksida mempunyai warna coklat kemerahan dan berbau

tajam.

Udara terdiri dari sekitar 80% volume nitrogen dan 20% volume

oksigen. Pada suhu kamar kedua gas ini hanya sedikit mempunyai

kecenderungan untuk bereaksi satu sama lain. Pada suhu yang lebih

tinggi (di atas 1210o C) keduanya dapat bereaksi membentuk nitrik

oksida dalam jumlah tinggi sehingga mengakibatkan polusi udara.

Jumlah NO yang terdapat di udara dalam keadaan ekuilibrium

dipengaruhi oleh pembakaran, lamanya gas hasil pembakaran terdapat

pada suhu tersebut, dan jumlah oksigen berlebih yang tersedia. Semakin

tinggi suhu pembakaran, semakin tinggi pula konsentrasi NO pada

keadaan ekuuilibrium.

2. Sumber polusi nitrogen dioksida

Seluruh jumlah NO2 yang dibebaskan ke atmosfer, jumlah yang

terbanyak adalah dalam bentuk NO yang di produksi oleh aktivitas

bakteri. Akan tetapi polusi NO dari sumber alami ini tidak merupakan

masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlahnya menjadi

kecil. Yang menjasi masalah adalah polusi NO yang diproduksi oleh

kegiatan manusia.

Page 26: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

26

Konsentrasi NO2 di udara di daerah perkotaan biasanya 10 – 100

kali lebih tinggi daripada di udara di daerah pedesaan. Konsentrasi NO2

di udara daerah perkotaan dapat mecapai 0,5 ppm (500 ppb). Seperti

halnya CO, emisi nitrogen oksida dipengaruhi oleh kepadatan penduduk

karena sumber utama NO2 yang diproduksi manusia adalah dari

pembakaran, dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan,

produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagaian besar emisi NO2

yang dibuat manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas alam

dan bensin. (Srikandi Fardiaz.1992.h.106)

3. Dampak nitrogen dioksida terhadap kesehatan masyarakat

Senyawa kimia gas nitrogen oksida yang dihasilkan oleh

kendaraan bermotor dan industri menyebabkan gangguan kesehatan

manusia seperti penyakit asma, dan bronchitis kronis dan gangguan

pernapasan jika kadar NO2 cukup tinggi dalam waktu kurang dari 3 jam.

Pasien sensitif pada konsentrasi NO2 rendah. Kadar NO2 di udara paling

aman adalah 0,053 ppm. (Suharto.2011.h.176)

E. Terminal

1. Pengertian terminal

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 68 tahun

1994 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan

Kendaraan Umum, Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk

keperluan memuat dan menurunkan orang dan/atau barang serta

mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang

merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi.

2. Klasifikasi terminal penumpang

Page 27: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

27

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun 1993 tentang

Prasarana dan Lalu Lintas Jalan mengklasifikasikan terminal

penumpang menjadi 3 yaitu :

a. Terminal penumpang tipe A

Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar

kota antar provinsi (AKAP) dan atau angkutan lintas batas negara,

angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP), angkutan kota

(Angkot), dan atau angkutan pedesaan (Angdes).

b. Terminal penumpang tipe B

Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar

kota dalam provinsi (AKDP), angkutan kota (Angkot), dan atau

Angkutan pedesaan (Angdes).

c. Terminal penumpang tipe C

Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan kota

(Angkot) dan Angkutan pedesaan (Angdes).

3. Fungsi terminal

Menurut Abubakar (Anugrah Putrawardana, tahun 2015) fungsi

terminal transportasi jalan dapat ditinjau dari 3 (tiga) unsur utama , yaitu :

a. Penumpang

Fungsi terminal bagi penumpang adalah kenyamanan menunggu ,

kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda

lain, tempat fasilitas-fasilitas informasi dan fasilitas parkir pribadi.

b. Pemerintah

Fungsi terminal bagi pemerintah adalah dari segi perencanaan

dan manajemen lalu lintas yaitu untuk menata lalu lintas dan

Page 28: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

28

angkutan serta menghindari dari kemacetan, sumber pemungutan

retribusi dan sebagai pengendali kendaraan angkutan umum.

c. Pengusaha

Fungsi terminal bagi pemerintah adalah untuk pengaturan operasi

bus/angkutan umum , penyediaan fasilitas istirahat dan informasi

bagi awak bus dan sebagai fasilitas pangkalan.

4. Fasilitas terminal

Menurut Undang-Undang nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan , fasilitas terminal penumpang terdiri dari

fasilitas utama dan fasilitas penunjang, yaitu :

a. Fasilitas Utama terdiri dari :

1) Jalur pemberangkatan kendaraan umum;

2) Jalur kedatangan kendaraan umum;

3) Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu

keberangkatan , termasuk tempat tunggu dan tempat istirahat

kendaraan umum;

4) Bangunan kantor terminal;

5) Tempat tunggu penumpang dan atau pengantar;

6) Menara pengawas;

7) Loket penjualan karcis;

8) Rambu-rambu dan papan informasi , yang sekurang-kurangnya

memuat petunjuk jurusan, tarif, dan jadwal perjalanan;

9) Pelataran parkir dan kendaraan pengantar dan atau taksi

b. Fasilitas Penunjang

1) Kamar kecil/toilet

Page 29: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

29

2) Musholla

3) Kios/kantin

4) Ruang pengobatan

5) Ruang informasi dan pengaduan

6) Telepon umum

7) Tempat penitipan barang

8) Taman

c. Fasilitas terminal penumpang dilengkapi dengan fasilitas bagi

penumpang penderita cacat sesuai dengan kebutuhan.

5. Ruang tunggu penumpang di terminal bus

Terminal bus adalah merupakan tempat-tempat umum, sehingga

perlu memenuhi syarat-syarat sanitasi tempat-tempat umum.

Fasilitas yang disediakan oleh terminal bus salah satunya yaitu

ruang tunggu penumpang, fungsinya yaitu guna memenuhi kebutuhan

fisiologis calon penumpang untuk menunggu kedatangan angkutan atau

kendaraan umum yang akan digunakan oleh penumpang untuk

bepergian secara aman dan nyaman.

Yang penting diperhatikan mengenai ruang tunggu terminal agar

tidak meninggalkan masalah – masalah kesehatan adalah :

a. Lantai dibuat dari bahan kedap air dan tidak licin.

Hal tersebut dimaksudkan agar kotoran yang ada mudah

dibersihkan juga agar tidak membahayakan bagi orang karena

kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat licinnya permukaan lantai.

Page 30: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

30

b. Tempat duduk bersih.

Tempat duduk yang bersih dan bebas dari kutu busuk, akan

membuat orang senang mendudukinya karena orang tidak perlu

cemas pakaiannya akan kotor. Tempat duduk tersebut jadi harus

bebas dari kutu busuk sebab orang akan merasa terganggu dengan

adanya gigitan kutu busuk.

c. Ruang tunggu harus dan tersedia tempat – tempat sampah yang

tertutup dan kedap air.

Ruang tunggu yang bersih akan menyenangkan orang dan

membuat orang betah di tempat tersebut untuk menunggu

keberangkatan dan kedatangan dari terminal bus. Untuk itu perlu

dijaga kebersihan dan perlu tersedia tempat pengumpul sampah

yang tertutup dan kedap air. Bila tempat tersebut tidak bersih dan

menimbulkan bau yang tidak sedap dapat menimbulkan rangsangan

pada penumpang untuk meludah/berdahak sembarangan di lantai.

Hal ini akan menyebabkan ruang tunggu tersebut akan menjadi kotor

lagi. Diantara mereka ini mungkin ada yang berpenyakit menular

misalnya TBC yang digilirannya akan dapat menular kepada orang

lain. Disamping itu bau tersebut bisa mengundang kedatangan

serangga dan tikus sebagai vektor penyakit menular.

d. Penerangan yang cukup

Di ruang tunggu terminal bus perlu diberi penerangan secukupnya

agarmenerangi semua sudut ruang bagi orang – orang di tempat itu,

sehingga hal – hal yang tidak diinginkan seperti saling

tabrakan/bersenggolan, barang – barang tertukar, pencurian dan

Page 31: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

31

sebagainya tidak terjadi. Adapun penerangan minimal yang

disyaratkan adalah 5 foot candles.

e. Sekeliling bangunan harus ada saluran pembuangan air kotor.

Adanya fasilitas ini untuk meminimalisir adanya vektor.

f. Ventilasi yang cukup

Ventilasi yang cukup berguna untuk memberikan angin segar

yang berasal dari pertukaran udara kepada penumpang yang

berada di ruang tunggu. Hal ini dimaksudkan agar penumpang tidak

merasa gerah.

g. Selalu dijaga kebersihannya

Adanya petugas khusus untuk memonitor kebersihan sekitar area

terminal.

Page 32: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

32

F. Kerangka Teori

Gambar 2.3 Kerangka Teori

Karbon

Monoksida

Nitrogen

Dioksida

Sulfur Dioksida

Terminal Bulupitu

Purwokerto

Ruang Tunggu

Penumpang

PP Nomor 41 Tahun

1999 Tentang

Pengendalian

Pencemaran Udara

Kadar CO, SO2, dan

NO2

Dampak CO, SO2,

dan NO2 pada

Kesehatan

Masyarakat

Keracunan Akut Keracunan Kronis

Page 33: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka berpikir

1. Komponen penyusun

a. Input

Ruang tunggu penumpang terminal bulupitu purwokerto

b. Proses

1) Suhu

2) Kelembaban

3) Arah angin

4) Musim

5) Cuaca

6) Kecepatan angin

7) Kegiatan penumpang (merokok)

c. Output

Kadar CO, SO2, dan NO2 di ruang tunggu penumpang

Page 34: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

34

2. Gambaran kerangka pikir

Gambar 3.1 Kerangka Pikir

PROSES

a. Suhu

b. Kelembaban

c. Arah Angin

d. Musim

e. Cuaca

f. Kecepatan angin

g. Kegiatan

disekitar lokasi

pengukuran

(merokok)

INPUT

Ruang Tunggu Penumpang

Terminal Bulupitu

Purwokerto

OUTPUT

Kadar CO, SO2, dan NO2 di

ruang tunggu penumpang

Page 35: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

35

3. Definisi operasional

Tabel 3.1 definisi operasional

NO. Variabel Definisi Operasional

Cara pengumpulan data dan instrumentasi

Satuan/ Kategori

Skala Data

1. Kadar CO, SO2, NO2

Gas kimia yang dapat meracuni kadar darah manusia dan menyebabkan gangguan pernapasan pada tempat penelitian

Mengukur secara langsung kadar CO, SO2, NO2 di Terminal Bulupitu Purwokerto menggunakan HazScanner Model EPAS

µg/Nm3 Rasio

2.

Suhu

Derajat panas/dingin di tempat penelitian

Mengukur secara langsung suhu di Terminal Bulupitu Purwokerto menggunakan HazScanner Model EPAS

oC

Interval

3.

Kelembaban

Kadar air di udara pada tempat penelitian

Mengukur secara langsung kelembaban di Terminal Bulupitu Purwokerto menggunakan HazScanner Model EPAS

%

Rasio

4.

Arah angin

Pergerakan udara di tempat penelitian

Mengukur secara langsung arah angin di Terminal Bulupitu Purwokerto dengan menggunakan kompas

1. Utara 2. Sela-

tan 3. Barat 4. Timur 5. Barat

Daya 6. Teng-

gara 7. Timur

Laut 8. Barat

Laut

Nominal

Page 36: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

36

NO. Variabel Definisi Operasional

Cara pengumpulan data dan instrumentasi

Satuan/ Kategori

Skala Data

5.

Musim

Kondisi cuaca di tempat penelitian

Pengamatan secara langsung di Terminal Bulupitu Purwokerto

1. Kemarau 2. Peng-

hujan

Nominal

6.

Cuaca

Keadaan udara pada saat pengukuran di tempat penelitian

Pengamatan secara langsung di Terminal Bulupitu Purwokerto

1. Cerah 2. Men-

dung

Nominal

7.

Kegiatan disekitar penelitian

Aktifitas pengunjung yang dapat mempengaruhi komposisi udara seperti merokok

Melakukan wawancara dan mengamati secara langsung kegiatan pengunjung di Terminal Bulupitu Purwokerto

-

Nominal

8.

Kecepatan angin

Laju pergerakan udara di tempat penelitian

Mengukur secara langsung kecepatan angin di Terminal Bulupitu dengan menggunakan anemometer

Meter/detik

Rasio

B. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dengan metode cross

sectional yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kadar

karbon monoksida (CO), Sulfur dioksida (SO2), dan Nitrogen dioksida

(NO2) pada ruang tunggu penumpang di terminal Bulupitu Purwokerto

Kabupaten Banyumas.

Page 37: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

37

C. Ruang lingkup

1. Waktu penelitian

Tahap persiapan : Desember 2016 – Februari 2017

Tahap pelaksanaan : Maret - Juni 2017

Tahap penyelesaian : Juni 2017

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Terminal Bulupitu Purwokerto

Kabupaten Banyumas, lokasi untuk pengukuran yaitu ruang tunggu

penumpang yang ada di Terminal Bulupitu.

3. Materi

Materi penelitian adalah kesehatan lingkungan di bidang kajian

Penyehatan Udara mengenai Kadar Karbon Monoksida, Sulfur

dioksida, dan Nitrogen dioksida yang dapat menggangu kesehatan

manusia.

D. Subyek penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah kualitas udara dengan

parameter pengukuran kadar karbon monoksida, sulfur dioksida, dan

nitrogen dioksida di Terminal Bulupitu Purwokerto Kabupaten Banyumas,

lokasi untuk pengukuran yaitu ruang tunggu penumpang Terminal

Bulupitu. Pengukuran dilakukan selama 2 hari dalam periode pagi (06.30

WIB) dan malam (15.00 WIB) (Minggu dan Senin). Pengambilan sampel

dilakukan pada satu titik di ruang tunggu penumpang AKDP, satu titik

pada ruang tunggu AKAP, dan satu titik pada ruang tunggu penumpang

Angkot. Cara pengambilan sampel yaitu dengan jenis Composite Sample.

Page 38: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

38

Composite Sample merupakan sampel campuran dari beberapa waktu

pengamatan pada satu tempat.

E. Pengumpulan data

1. Jenis data

a. Data umum

1.) Denah terminal bulupitu purwokerto

2.) Denah ruang tunggu penumpang

b. Data khusus

1.) Suhu udara

2.) Kelembaban udara

3.) Arah angin

4.) Musim

5.) Cuaca

6.) Kecepatan angin

7.) Aktifitas pengunjung (merokok)

8.) Hasil pengukuran CO, SO2, dan NO2

2. Sumber data

a. Data primer

Sumber data primer diperoleh dari pengamatan langsung

di Terminal Bulupitu Purwokerto Kabupaten Banyumas.

b. Data sekunder

Sumber data sekunder diperoleh dari data Dinas

Perhubungan Purwokerto (Terminal Bulupitu Purwokerto).

Page 39: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

39

3. Cara pengumpulan Data

Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan mengukur secara langsung kadar CO, SO2, dan NO2

pada ruang tunggu penumpang di Terminal Bulupitu Purwokerto.

4. Instrumen pengumpulan data

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Hazscenner

model EPAS, anemometer, kompas dan kuesioner.

F. Pengolahan data

Menurut Djamaludin Ramlan dan Maisye Marlyn Kuhu (2013,

h.38) data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing (pengolahan) yaitu mencatat, mengkoreksi, dan menyeleksi

data yang telah dikumpulkan.

2. Coding (pengkodean) yaitu pemberian kode pada data hasil

pengamatan dan pengukuran yang di peroleh dilapangan.

3. Tabulating (tabulasi data) yaitu pengolahan data kedalam bentuk

table untuk dianalisis.

4. Cleaning yaitu memastikan bahwa data yang telah diperoleh benar

dan bebas dari kesalahan.

G. Analisis data

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk

menganalisis tiap variabel. Analisis univariat berfungsi untuk

mengumpulkan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga

kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna.

Peringkasan tersebut dapat berupa statistik, tabel, grafik.

Page 40: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

40

H. Etika penelitian

1. Lembar persetujuan

Lembar persetujuan peneliti dengan responden yang berisi

tentang penjelasan penelitian yang akan dilakukan. Hal ini untuk

meminta izin dan menghormati hak-hak.

2. Anonymity (tanpa nama)

Menjaga kerahasiaan responden maka peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data

atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika penelitian dengan

memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya.

Page 41: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

76

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni Nur Ika Setyowati, 2009, Pengaruh Lama Paparan Asap Knalpot Dengan Kadar CO 1800 ppm Terhadap Gambaran Histopatologi Jantung Pada Tikus Wistar, Laporan Akhir Penelitian Karya Tulis Ilmiah, at http://eprints.undip.ac.id/13517/1/Nur_Ika_Setyowati_A.pdf Diakses 17 Januari 2017 pukul 23.22 WIB Ardianingsih Ike Retna, 2008, Studi Komparasi Emisi Gas Karbonmonoksida (CO) Pada Motor Matic Dan Motor Non Matic 4 Tak Tahun Produksi 2007 Di Kabupaten Banyumas Tahun 2008, Karya Tulis Ilmiah, Purwokerto : Kementerian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto

Aryanti Amalia Dwi, 2013, Sanitasi Terminal Bus, at http://amaliadwiaryanti.blogspot.co.id/2013/05/sanitasi-di-terminal-bus.html Diakses 17 Januari 2017 pukul 21.12 WIB

Fardiaz Srikandi, 1992, Polusi Air dan Udara, Yogyakarta : Kanisius

Khoirot Asisul, 2010, Karbon Monoksida, at http://asisulkimia.blogspot.co.id/2010/10/karbon-monoksida.html Diakses 17 Januari 2017 pukul 21.06 WIB

Hestya Inta, 2013, Kesehatan Lingkungan Terminal, at http://inta-hestya-

fkm12.web.unair.ac.id/artikel_detail-73133- sebuah%20perjalanan-Kesehatan%20Lingkungan%20Terminal.html Diakses17 Januari 2017 pukul 21.12 WIB

Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 68 Tahun 1994 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum. Pedoman Praktek Laboratorium Kampus 7 Poltekkes Kemenkes Semarang Peraturan Pemerintah nomor 43 Tahun 1993 Tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan Peraturan Pemerintah nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara Peraturan Pemerintah nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan Peraturan Pemerintah nomor 74 Tahun 2014Tentang Angkutan Jalan Putradana Anugrah, 2015, Kualitas Fisik Udara Di Terminal Bus Bulupitu Purwokerto Kabupaten Banyumas Tahun 2015, Karya Tulis Ilmiah, Purwokerto : Kementerian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto

Page 42: BAB I - Repository Poltekkes Semarang

77

Putut, E. dan Widodo, B. 2011. Simulasi Model Dispersi Polutan Karbon Monoksida Di Pintu Masuk Tol. Jurnal Penelitian. ITS.

Profil UPT Terminal Bus Bulupitu Purwokerto Suharto, 2011, Limbah Kimia Dalam Pencemaran Udara dan Air, Yogyakarta :

CV Andi Offset Triana Eka, 2008, Studi Komparasi Kadar Karbon Monoksida (CO) di Udara

Pada Tempat Kedatangan Dan Pemberangkatan Bus Di Terminal Bus

Giwangan Yogyakarta Tahun 2008, Karya Tulis Ilmiah, Puwokerto :

Kementerian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan

Kesehatan Lingkungan Purwokerto

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Wulandari Merisa Astriani, 2008, Studi Kandungan Karbon Monooksida (CO)

Dalam Udara di Ruang Tunggu Terminal Bus Purwokerto Tahun 2008, Karya Tulis Ilmiah, Purwokerto : Kementerian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto