Page 1
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN
KONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH
PADA IBU HAMIL DI INDONESIA
(ANALISIS DATA SDKI 2017)
Disusun Oleh :
SONIA NOPTRIANI
NIM. P0 5130217 045
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI GIZI DAN DIETETIKA
PROGRAM SARJANA TERAPAN
JURUSAN GIZI
2021
Page 2
i
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN
KONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH
PADA IBU HAMIL DI INDONESIA
(ANALISIS DATA SDKI 2017)
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Terapan Gizi
OLEH :
SONIA NOPTRIANI
NIM. P0 5130217 045
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI GIZI DAN DIETETIKA
PROGRAM SARJANA TERAPAN
JURUSAN GIZI
2021
Page 5
iv
RIWAYAT HIDUP
Nama : Sonia Noptriani
NIM : P0 5130217 045
Agama : Islam
TTL : Musi Rawas, 01 November 1999
Nama Ayah : Nungcik
Nama Ibu : Heni Nirawati
Anak ke- : 3 dari 3 Bersaudara
Nama Saudara: Septa Hendrawanto
Sherly Wella Sari
Alamat : Jl. Nangka 01 RT 10 RW 004 Kelurahan Panorama, Kota Bengkulu
Email : [email protected]
No. Hp : 085379693869
Riwayat Pendidikan:
SDN 2 Marga Baru
SMPN 1 Kaur Selatan
SMAN 1 Kaur
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Motto : When you love what you have, you have everything your need.
Be grateful for what you have and work for what you want.
Page 6
v
Program Studi Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika Poltekkes Kemenkes
Bengkulu
Skripsi, 21 Mei 2021
Sonia Noptriani
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN
KONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH PADA IBU HAMIL DI
INDONESIA (ANALISIS DATA SDKI 2017)
XIV + 91 Halaman, 12 Tabel, 3 Bagan, 6 Lampiran
ABSTRAK
Latar Belakang: Rendahnya kepatuhan konsumsi tablet tambah darah pada ibu
hamil menjadi kendala dalam pelaksanaan program pemerintah untuk mencegah
dan menanggulangi masalah anemia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet
tambah darah di Indonesia.
Metode: Sebuah studi cross-sectional menggunakan data sekunder hasil SDKI
2017. Sampel sebanyak 12.466 wanita usia subur (WUS) usia 15-49 tahun di
Indonesia dengan konsumsi tablet tambah darah selama kehamilan anak terakhir,
dianalisis secara univariat, bivariat menggunakan uji chi square dan multivariat
menggunakan uji regresi logistik biner. Data dianalisis dengan software SPSS-26.
Hasil: Tingkat kepatuhan konsumsi tablet tambah darah adalah 48,47%. Kuantitas
Ante Natal Care (ANC) (p = 0,000, OR 2,085), kualitas ANC (p = 0,000, OR 1,655),
tenaga pemeriksa kehamilan (p = 0,000, OR 1,816), tempat tinggal (p = 0,000, OR
1,262), dan status sosial ekonomi (p value= 0,000, OR 2,041) berhubungan
signifikan secara statistik dengan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah. Faktor
yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah
adalah kuantitas ANC.
Kesimpulan: Kuantitas ANC memiliki pengaruh yang tinggi terhadap kepatuhan
konsumsi tablet tambah darah. Oleh karena itu penting menghadirkan tenaga gizi
di tempat kegiatan ANC untuk mengedukasi ibu hamil tentang manfaat, efek
samping, dan cara konsumsi tablet tambah darah, mengaktifkan kembali pengawas
minum tablet tambah darah, menambah akses pelayanan kesehatan di pedesaan,
serta mengadakan program pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin.
Kata kunci: Anemia, Kepatuhan, Tablet Tambah Darah.
91 Daftar Pustaka, 2010-2020
Page 7
vi
Applied Nutrition and Dietetics Undergraduate Program of Poltekkes Ministry of
Health Bengkulu
Thesis, 21 Mei 2021
Sonia Noptriani
FACTORS THAT INFLUENCE THE ADHERENCE OF PREGNANT
WOMEN IN CONSUMING IRON TABLETS IN INDONESIA: (IDHS 2017
DATA ANALYSIS)
XIV + 91 Pages, 12 Tabels, 3 Chart, 6 Attachments
ABSTRACT
Background: The low adherence of iron tablets consumption in pregnant women
is an obstacle to the government program to prevent and cope with anemia. The
study was conducted to identify factors affecting maternal obedience in her
consuming iron tablets in Indonesia.
Methods: A cross-sectional study using secondary data from the 2017 IDHS. A
sample of 12,466 women of childbearing age (WCBA) aged 15-49 years in
Indonesia who consumed iron tablets during their last pregnancy, analyzed
univariately, bivariately using chi square and multivariate using binary logistic
regression test. Data were analysed using the SPSS-26 software.
Results: The rate of adherence to consumption iron tablets was 48.47%. Quantity
of Ante Natal Care (ANC) (p = 0.000, OR 2.085), quality of ANC (p = 0.000, OR
1.655), antenatal care provider (p = 0.000, OR 1.816), residence (p = 0.000, OR
1.262), and socio-economic status (p value= 0.000, OR 2.041) was statistically
significant with adherence to the consumption of iron tablets. The most dominant
factor related to compliance with iron tablets consumption is the quantity of ANC.
Conclusion: The quantity of ANC has a high influence on adherence to the
consumption of iron tablets. Therefore, it is important to bring nutritionists at ANC
activities to educate pregnant women about the benefits, side effects, and how to
consume iron tablets, reactivate supervisors for taking iron supplements, increase
access to health services in rural areas, and provide free health care programs for
poor people.
Keywords: Adherence, Anemia, Iron Tablets.
91 Bibliography, 2010-2020s
Page 8
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Hidayah-Nya
serta kemudahan yang diberikan sehingga penyusun dapat menyelesaikan Skripsi
ini dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Konsumsi Tablet
Tambah Darah pada Ibu Hamil di Indonesia (Analisis Data SDKI 2017)” sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Skripsi.
Pada penyelesaian Skripsi ini penyusun mendapat masukan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT karena telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta kesehatan
sehingga penyusun dapat menyelesaikan Skripsi ini.
2. Eliana, SKM., MPH sebagai Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Bengkulu yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk
mengikuti pendidikan di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
3. Anang Wahyudi, S.Gz., MPH sebagai Ketua jurusan Gizi sekaligus Pembimbing
II, yang telah menuntun dan membimbing serta memberi banyak masukan dalam
penyusunan Skripsi.
4. Tetes Wahyu Witradharma, S.Gz., M.Biomed sebagai Ketua Program Studi
Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika yang telah menuntun dan memberikan
arahan dalam penyusunan Skripsi.
5. Dr. Demsa Simbolon, SKM., MKM selaku Pembimbing I, yang telah menuntun
dan membimbing serta memberi banyak masukan dalam penyusunan Skripsi.
6. Darwis, S.KP., M.Kes selaku Ketua Dewan Penguji yang telah memberikan
motivasi serta masukan dalam penyusunan Skripsi.
Page 9
viii
7. Emy Yuliantini, SKM., MPH selaku Penguji II yang telah memberikan motivasi
serta masukan dalam penyusunan Skripsi.
8. Seluruh Dosen yang telah memberi masukan, motivasi, dan nasihat kepada
penyusun dalam menyelesaikan Skripsi ini.
9. Pengelola perpustakaan Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu yang telah
memberikan akses kemudahan untuk sumber bacaan dalam menyelesaikan
penyusunan Skripsi.
10. Ayah dan Ibu tercinta serta kakak yang selalu mendoakan dan memberi
dukungan untuk menyelesaikan Skripsi ini.
11. Teman-teman terdekat dan seangkatan tahun 2017 yang memberi semangat serta
dorongan untuk menyelesaikan Skirpsi ini.
Diharapkan penyusunan Skripsi ini dapat bermanfaat. Oleh karena itu
penyusun mengharapkan saran dan kritik sehingga dapat membantu perbaikan
selanjutnya. Atas perhatian dan masukannya penyusun mengucapkan terima kasih.
Bengkulu, Mei 2021
Penyusun
Page 10
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
RIWAYAT HIDUP................................................................................................ iv
ABSTRAK...............................................................................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................ vii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................xii
DAFTAR BAGAN.................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian.................................................................................7
E. Keaslian Penelitian............................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................11
A. Anemia Pada Kehamilan…...................................................................11
1. Definisi............................................................................................. 11
2. Etiologi............................................................................................. 11
3. Manifestasi Klinis............................................................................ 13
4. Bahaya Anemia................................................................................ 13
5. Tatalaksana Anemia Defisiensi Besi................................................ 14
6. Kebutuhan Zat Besi Pada Ibu Hamil................................................ 15
B. Tablet Tambah Darah........................................................................... 16
1. Pengertian Tablet Tambah Darah..................................................... 16
2. Program Tablet Tambah Darah........................................................ 17
3. Efektivitas Tablet Tambah Darah.................................................... 18
4. Manfaat Tablet Tambah Darah........................................................ 18
5. Cara Meminum Tablet Tambah Darah.............................................18
6. Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah................................... 19
C. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan................................................20
1. Karakteristik Ibu............................................................................... 20
Page 11
x
a. Perilaku...................................................................................... 20
b. Umur.......................................................................................... 22
c. Pendidikan.................................................................................. 22
d. Pekerjaan.................................................................................... 23
e. Paritas......................................................................................... 24
f. Kuantitas dan Kualitas Pelayanan ANC.................................... 25
g. Tenaga Pemeriksa Kehamilan.................................................... 26
2. Karakteristik Keluarga..................................................................... 27
a. Tempat Tinggal.......................................................................... 27
b. Status Sosial Ekonomi................................................................ 28
D. Kerangka Teori..................................................................................... 30
E. Hipotesis............................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 33
A. Desain Penelitian.................................................................................. 33
B. Kerangka Konsep.................................................................................. 33
C. Definisi Operasional............................................................................. 34
D. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 35
E. Populasi dan Sampel............................................................................. 36
F. Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 39
1. Jenis Data......................................................................................... 39
2. Sumber Data..................................................................................... 40
G. Instrumen Pengumpulan Data............................................................... 41
H. Pengolahan Data................................................................................... 45
I. Analisis Data......................................................................................... 47
1. Analisis Data Univariat.................................................................... 47
2. Analisis Data Bivariat...................................................................... 47
3. Analisis Multivariat.......................................................................... 48
J. Pertimbangan Etik Penelitian................................................................ 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 50
A. Jalannya Penelitian................................................................................50
B. Hasil...................................................................................................... 51
1. Analisis Univariat............................................................................. 51
2. Analisis Bivariat............................................................................... 54
3. Analisis Multivariat.......................................................................... 57
Page 12
xi
C. Pembahasan...........................................................................................61
1. Kepatuhan ibu hamil mengonsumsi tablet tambah darah (TTD)..... 61
2. Umur dengan kepatuhan konsumsi TTD......................................... 66
3. Pendidikan dengan kepatuhan konsumsi TTD................................. 68
4. Pekerjaan dengan kepatuhan konsumsi TTD................................... 69
5. Paritas dengan kepatuhan konsumsi TTD........................................ 71
6. Kuantitas ANC dengan kepatuhan konsumsi TTD.......................... 72
7. Kualitas ANC dengan kepatuhan konsumsi TTD............................ 74
8. Tenaga pemeriksa kehamilan dengan kepatuhan konsumsi TTD.... 76
9. Tempat tinggal dengan kepatuhan konsumsi TTD...........................78
10. Sosial ekonomi dengan kepatuhan konsumsi TTD....................... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 82
A. Kesimpulan........................................................................................... 82
B. Saran......................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 84
LAMPIRAN
Page 13
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian................................................................................. 9
Tabel 2.1. Penyebab Anemia dalam Kehamilan...................................................... 12
Tabel 2.2. Berbagai Sediaan Preparat Oral Besi...................................................... 15
Tabel 3.1. Definisi Operasional............................................................................... 34
Tabel 3.2. Besar Sampel Minimal........................................................................... 39
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Konsumsi TTD pada Ibu Hamil di
Indonesia .................................................................................................................51
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu di Indonesia............................... 52
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Keluarga di Indonesia...................... 53
Tabel 4.4. Analisis Hubungan Karakteristik Ibu dengan Kepatuhan Konsumsi TTD
pada Ibu Hamil di Indonesia.................................................................................... 54
Tabel 4.5. Analisis Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Kepatuhan Konsumsi
TTD pada Ibu Hamil di Indonesia........................................................................... 55
Tabel 4.6. Pemodelan Awal Analisis Multivariat.................................................... 57
Tabel 4.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah
Darah pada Ibu Hamil di Indonesia......................................................................... 58
Page 14
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori....................................................................................... 30
Bagan 3.1. Kerangka Konsep.................................................................................. 33
Bagan 3.2. Tahap Pemilihan Sampel di Data SDKI 2017...................................... 37
Page 15
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Bukti Registrasi Data SDKI 2017
Lampiran II. Perhitungan Sampel Minimal
Lampiran III. Kuesioner Data SDKI 2017
Lampiran IV. Output Hasil Analisis Data Menggunakan SPSS 26
Lampiran V. Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi
Lampiran VI. Etichal Clearance
Page 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling umum dan
berpotensi serius di dunia. Kelompok yang rentan mengalami anemia adalah
wanita usia subur dan ibu hamil (Shofiana et al., 2018). Anemia pada kehamilan
didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dL (Yakout et al.,
2014). Dampak anemia pada kehamilan adalah dapat terjadi abortus, mudah
terinfeksi, perdarahan antepartum, syok, ketuban pecah dini, kala nifas dapat
terjadi perdarahan post partum (Guspaneza & Martha, 2019). Pada janin, anemia
akan mengakibatkan terjadinya persalinan prematur, tumbuh kembang janin
dalam rahim terhambat, berat bayi lahir rendah (BBLR), hingga kematian bayi
(Sumi Anggreani, 2019).
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 40,1% wanita
hamil di seluruh dunia menderita anemia dan secara global prevalensi anemia
pada ibu hamil diseluruh Asia sebesar 48.2% (Guspaneza & Martha, 2019).
Prevalensi anemia pada wanita hamil usia 15-49 tahun di Indonesia sebesar
41,98% di tahun 2016, dimana persentase ini meningkat dari persentase tahun
sebelumnya yaitu 40,53% di tahun 2015 (WHO, 2016). Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi anemia pada ibu hamil di
Indonesia meningkat menjadi 48,9% dibandingkan dengan Riskesdas 2013 yang
sebesar 37,1% (Kementerian Kesehatan RI, 2019). Diperkirakan 50% kejadian
Page 17
2
anemia pada wanita di seluruh dunia disebabkan oleh kekurangan zat besi
(WHO, 2014).
Tingginya prevalensi anemia diperkirakan separuh kasus disebabkan oleh
kekurangan zat besi yang berasal dari bahan makanan, rendahnya penyerapan
zat besi dalam tubuh, peningkatan kebutuhan zat besi selama masa kehamilan
atau masa pertumbuhan, dan peningkatan kehilangan zat besi akibat menstruasi
dan cacing (usus cacing) (WHO, 2014). Penyebab lain dari anemia gizi besi
adalah kurangnya pengetahuan tentang pentingnya sumber makanan yang
beragam dan kaya zat gizi. Kondisi ini sejalan dengan rendahnya pengetahuan
tentang sumber makanan yang mampu meningkatkan penyerapan zat besi (Sumi
Anggreani, 2019).
Program pemberian tablet tambah darah (TTD) pada ibu hamil minimal 90
tablet adalah salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk mencegah dan
menanggulangi masalah anemia gizi besi (Kemenkes RI, 2014). WHO
merekomendasikan konsumsi suplemen zat besi dan asam folat pada wanita
hamil dengan dosis harian sebanyak 30 mg sampai 60 mg zat besi dan 400 µg
(0,4 mg) asam folat untuk mencegah anemia ibu, berat lahir rendah, sepsis nifas
dan kelahiran prematur (WHO, 2012). Tablet tambah darah diberikan oleh
tenaga kesehatan kepada ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya di
pusat pelayanan kesehatan seperti puskesmas, posyandu, atau petugas kesehatan
desa melalui ANC (antenatal care) (Yunita et al., 2018). Cakupan program
pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil tahun 2017 di Indonesia adalah
80,81%. Angka ini belum mencapai target Renstra tahun 2017 yaitu 90%.
Page 18
3
Begitupula pada tahun 2018 dan 2019, cakupan ibu hamil yang mendapat TTD
juga belum mencapai target Renstra. Pada tahun 2018 cakupan ibu hamil yang
mendapat TTD hanya sebesar 81,2% dari target 95% dan pada tahun 2019
cakupan ibu hamil yang mendapat TTD sebesar 64% dari target 98% (Kemenkes
RI, 2019).
Implementasi pemberian TTD masih banyak kendala yang sering dialami,
salah satunya adalah kepatuhan ibu hamil mengonsumsi TTD sesuai anjuran
masih rendah (Triyani & Purbowati, 2016). Alasan kegagalan program
suplementasi zat besi adalah kepatuhan yang buruk dalam mengonsumsi tablet
zat besi, pemberian suplemen zat besi yang terlambat, dan motivasi yang tidak
memadai (Al-Yaqoobi, 2015). Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2018
kepatuhan ibu hamil di Indonesia mengonsumsi TTD selama 90 hari untuk
jumlah TTD yang diminum < 90 tablet sebesar 61,9% sedangkan untuk jumlah
yang diminum sesuai anjuran atau ≥ 90 tablet sebesar 38,1% ini artinya masih
banyak ibu di Indonesia yang tidak patuh mengonsumsi TTD sesuai anjuran
(Kemenkes RI, 2018). Laporan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2017 menunjukkan wanita yang tidak mengonsumsi TTD selama hamil
mengalami penurunan, yaitu dari 21% pada SDKI 2007 menjadi 13% pada SDKI
2017, konsumsi < 60 tablet sebesar 29,4%, konsumsi 60-89 tablet sebesar 8,9%,
tidak tahu sebesar 5,1% dan persentase wanita yang mengonsumsi TTD sesuai
rekomendasi minimal 90 tablet sebesar 44%, namun persentase ini tidak
mengalami perubahan dalam 10 tahun terakhir (BPS, 2017).
Page 19
4
Kepatuhan konsumsi TTD pada ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor
salah satunya adalah usia, pendidikan, dan pekerjaan ibu. Hasil penelitian Sri
Hartatik (2013) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil
mengonsumsi tablet Fe di UPTD puskesmas Bantur pada tahun 2012
menjelaskan bahwa karakterisktik ibu (Usia, pendidikan dan pekerjaan)
berpengaruh terhadap kapatuhan ibu untuk mengonsumsi tablet Fe. Kepatuhan
mengonsumsi tablet Fe sudah bertambah baik seiring dengan bertambahnya
umur ibu, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka akan semakin patuh ibu
mengonsumsi tablet Fe, dan semakin baik pekerjaan ibu maka semakin patuh
pula ibu mengonsumsi tablet Fe. Pekerjaan mengindikasikan status sosial
ekonomi seseorang, dengan bekerja orang mendapat penghasilan dan dengan
penghasilan orang akan menentukan kebutuhannya baik itu kebutuhan pangan
ataupun kebutuhan yang berhubungan dengan kesehatan sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku seseorang.
Berbeda dengan hasil penelitian Sofiana (2018) yang dilakukan di
Puskemas Maron Kabupaten Probolinggo menjelaskan bahwa umur dan
pendidikan ibu tidak berpengaruh terhadap konsumsi tablet tambah darah.
Dimana ibu hamil dengan pendidikan tamat SMA mengonsumsi secara rutin
tablet Fe sebesar 33,3%, dan ibu hamil mencapai perguruan tinggi mengonsumsi
tablet secara rutin sebesar 66,7%. Ibu hamil yang tidak rutin mengonsumsi TTD
dominan pada tamat SMP sebesar 90%. Hal ini menunjukkan pendidikan ibu
tidak berpengaruh terhadap konsumsi TTD, bukan berarti dengan tingkat
pendidikan tinggi maka akan mengonsumsi tablet tambah darah secara rutin,
Page 20
5
begitu pula sebaliknya apabila dengan tingkat pendidikan rendah, bukan berarti
rutin mengonsumsi tablet ataupun tidak rutin mengonsumsi tablet.
Penelitian Yuliarti (2018) dengan jumlah 40 Responden ibu hamil di
Puskesmas Godean II menemukan bahwa ibu primigravida yang patuh
mengonsumsi tablet Fe sebanyak 4 orang (10%). Ibu mutigravida yang patuh
sebanyak 18 orang (45%), kurang patuh sebanyak 9 orang (22,5%) ini artinya
terdapat hubungan antara paritas dengan kepatuhan konsumsi tablet Fe pada ibu
hamil. Penelitian yang dilakukan Widji Utomo et al (2015) menunjukkan bahwa
11 dari 14 ibu hamil yang umurnya beresiko (<20 tahun dan >35 tahun)
menderita anemia sebesar 78,57%, dan 3 ibu hamil tidak menderita anemia
sebesar 21,43%. Hal ini karena ibu hamil dengan umur di bawah 20 tahun sedang
dalam masa pertumbuhan yang membutuhkan lebih banyak zat besi untuk
mendukung pertumbuhan ibu dan disaat yang bersamaan janin yang
dikandungnya juga membutuhkan zat besi untuk pertumbuhannya sehingga hal
ini juga berpengaruh pada konsumsi suplemen zat besi untuk menanggulangi
anemia.
Pelayanan Antenatal Care mempengaruhi anemia pada kehamilan. Hasil
penelitian Nurmasari & Sumarmi (2019) menunjukkan bahwa ibu hamil yang
melakukan kunjungan ANC lengkap memiliki risiko anemia lebih rendah. Ibu
hamil yang tidak teratur melakukan ANC dan tidak patuh mengonsumsi TTD
sebesar 46,67% mengalami anemia, sedangkan ibu hamil yang tidak teratur
ANC tetapi patuh mengonsumsi TTD sebesar 33,33% juga mengalami anemia.
Pada ibu hamil yang teratur ANC dan patuh mengonsumsi TTD sebesar 73,33%
Page 21
6
tidak mengalami anemia, sedangkan ibu hamil yang teratur ANC dan tidak patuh
mengonsumsi tablet Fe sebesar 20% mengalami anemia. Hal ini dikarenakan ibu
hamil akan mendapatkan pemeriksaan anemia secara dini, mendapatkan
konseling gizi yang tepat dan mendapatkan suplemen besi dan asam folat yang
lengkap serta pendidikan kesehatan yang memadai, sehingga faktor risiko
anemia dapat ditekan.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa masih banyak ibu hamil
di Indonesia yang tidak patuh mengonsumsi TTD sesuai rekomendasi minimal
90 tablet. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian pada
ibu hamil menggunakan data SDKI 2017 karena beberapa penelitian di
Indonesia sebelumnya hanya dilakukan di wilayah dan lokasi tertentu, terbatas
hasil penelitian yang menggunakan data nasional. Sehingga tujuan dari
penelitian ini untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil di Indonesia menggunakan data
SDKI 2017.
B. Rumusan Masalah
Konsumsi zat gizi mikro ibu dalam hal ini adalah zat besi menunjukkan
permasalahan secara nasional, masih banyak ibu hamil yang mengonsumsi
tablet/sirup tambah darah tidak sesuai anjuran dari Kementerian Kesehatan,
yaitu minimal 90 tablet. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka
peneliti dapat merumuskan masalah penelitian ini yaitu “Faktor- faktor apa saja
yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil mengonsumsi tablet tambah darah di
Indonesia?”.
Page 22
7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan konsumsi tablet
tambah darah pada ibu hamil di Indonesia.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui kepatuhan konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil di
Indonesia.
b. Diketahui karakteristik ibu (umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
paritas, kuantitas ANC, kualitas ANC, dan tenaga pemeriksa kehamilan)
di Indonesia.
c. Diketahui karakteristik keluarga (tempat tinggal dan status sosial
ekonomi) di Indonesia.
d. Diketahui hubungan karakteristik ibu dan karakteristik keluarga dengan
kepatuhan konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil di Indonesia.
e. Diketahui faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan
konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat
khususnya ibu, tentang pentingnya konsumsi tablet tambah darah selama
masa kehamilan. Ibu juga mendapatkan informasi tentang pentingnya
mengonsumsi tablet tambah darah sesuai rekomendasi minimal 90 tablet.
Page 23
8
Sehingga dapat menjadi acuan bagi ibu atau masyarakat dalam upaya
preventif mencegah anemia dan komplikasi kehamilan lainnya.
2. Bagi Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan ajar di beberapa jurusan terkait
kesehatan ilmu gizi. Hasil penelitian juga dapat meningkatkan jumlah
publikasi yang berkontribusi bagi peneliti dan institusi.
3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar bagi peneliti
selanjutnya untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu mengonsumsi tablet
tambah darah selama masa kehamilan di Indonesia.
4. Bagi Kementrian Kesehatan
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan evaluasi dalam
memaksimalkan program pemerintah yaitu pemberian tablet tambah darah
untuk menanggulangi masalah anemia pada ibu hamil di Indonesia.
Page 24
9
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
Nama
peneliti/
Tahun
Publikasi
Judul Penelitian
Desain dan Variabel
Hasil Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Yunita et
al.,/ 2018
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Kepatuhan Ibu Hamil
Mengonsumsi Tablet
Zat Besi (Fe) di Wilayah
Kerja Puskesmas
Tirtajaya Kecamatan
Bajuin Tahun 2018
Desain: Cross sectional
Variabel bebas:
pengetahuan, motivasi,
dukungan keluarga,
kunjungan Antenatal
Care, efek samping
tablet zat besi (Fe).
variabel terikat:
kepatuhan
mengonsumsi tablet zat
besi (Fe).
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada
pengaruh pengetahuan,
motivasi, dukungan
keluarga, kunjungan
antenatal care, dan efek
samping konsumsi tablet Fe
terhadap kepatuhan ibu
hamil mengonsumsi tablet
zat besi (Fe) di wilayah kerja
puskesmas Tirtajaya.
Desain
penelitian yaitu
Cross sectional,
dan variabel
penelitian yaitu
kunjungan
antenatal, dan
kepatuhan
konsumsi tablet
tambah darah
Lokasi penelitian:
penelitian ini
menggunakan data
sekunder SDKI 2017
(data nasional) yang
mencakup seluruh
wilayah di Indonesia
Lokasi peneliti
terdahulu: di Wilayah
kerja Puskesmas
Tirtajaya Kecamatan
Baijun
Sumi
Anggreani/
2019
Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi
Kepatuhan Ibu Hamil
Mengonsumsi Tablet Fe
di BPM Isniwati
Sukoharjo
Desain:
Cross sectional
Variabel bebas:
Pengetahuan, dukungan
keluarga, motivasi ibu,
kunjungan ANC.
Variable Terikat:
Kepatuhan Konsumsi
Tablet Fe
Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan
antara pengetahuan, dan
kunjungan ANC dengan
Kepatuhan konsumsi tablet
Fe pada ibu hamil di BPM
Isniwati Sukoharjo.
Sedangkan hasil analisis dari
faktor motivasi dan
dukungan keluarga
menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan antara
motivasi dan dukungan
keluarga dengan Kepatuhan
konsumsi tablet Fe pada ibu
hamil di BPM Isniwati
Sukoharjo.
Desain
penelitian yaitu
Cross sectional,
dan variabel
penelitian yaitu
kunjungan
antenatal, dan
kepatuhan
konsumsi tablet
tambah darah
Lokasi penelitian:
penelitian ini
menggunakan data
sekunder SDKI 2017
(data nasional) yang
mencakup seluruh
wilayah di Indonesia
Lokasi peneliti
terdahulu: di BPM
Isniwati Sukoharjo
Shofiana et
al/2018
Pengaruh Usia,
Pendidikan, dan
Pengetahuan Terhadap
Konsumsi Tablet
Tambah Darah pada Ibu
Hamil di Puskesmas
Maron, Kabupaten
Probolinggo
Desain:
Cross sectional
Variabel bebas:
Usia, pendidikan,
pengetahuan
Variabel terikat:
Konsumsi tablet tambah
darah pada Ibu Hamil di
Puskesmas Maron,
Kabupaten Probolinggo
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pengetahuan ibu hamil
berpengaruh terhadap
konsumsi tablet besi , tapi
usia, pendidikan tidak
berpengaruh terhadap
konsumsi tablet besi.
Desain
penelitian yaitu
Cross sectional,
dan variabel
penelitian yaitu
usia,
pendidikan, dan
kepatuhan
konsumsi tablet
tambah darah
Lokasi penelitian:
penelitian ini
menggunakan data
sekunder SDKI 2017
(data nasional) yang
mencakup seluruh
wilayah di Indonesia
Lokasi peneliti
terdahulu: di
Puskesmas Maron,
Kabupaten Probolinggo
Page 25
10
Kamidah/
2015
Faktor- Faktor Yang
Mempengaruhi
Kepatuhan Ibu Hamil
Mengonsumsi Tablet Fe
di Puskesmas Simo
Boyolali
Desain:
Cross sectional
Variabel bebas:
Umur, pendidikan,
pekerjaan, jumlah anak,
dukungan keluarga,
pengetahuan
Variabel Terikat:
Kepatuhan ibu hamil
mengonsumsi tablet t
Hasil penelitina
menunjukkan Pengetahuan,
pendidikan, dan dukungan
keluarga merupakan faktor
yang mempengaruhi
kepatuhan. Sedangkan
umur, pekerjaan dan jumlah
anak bukan merupakan
faktor yang mempengaruhi
kepatuhan ibu mengonsumsi
tablet Fe.
Desain
penelitian yaitu
Cross sectional,
dan variabel
penelitian yaitu
umur,
pendidikan,
paritas,
pekejaan, dan
kepatuhan
konsumsi tablet
tambah darah
Lokasi penelitian:
penelitian ini
menggunakan data
sekunder SDKI 2017
(data nasional) yang
mencakup seluruh
wilayah di Indonesia
Lokasi peneliti
terdahulu: di
Puskesmas Simo
Boyolali
Sri Hartatik/
2013
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Kepatuhan Ibu Hamil
Mengonsumsi Tablet Fe
di UPTD Puskesmas
Bantur
Desain:
Cross sectional
Variabel bebas:
Usia, pendidikan,
pekerjaan.
Variabel terikat:
Kepatuhan ibu
mengonsumsi tablet Fe
di UPTD Puskesmas
Bantur
Hasil penelitian ini
menunjukkan ada hubungan
yang bermakna antara Usia,
pendidikan, dan pekerjaan
dengan kepatuhan ibu hamil
mengonsumsi tablet Fe di
wilayah kerja UPTD
Puskesmas Bantur,
Kabupaten Malang, Propinsi
Jawa Timur Tahun 2012.
Faktor yang diprediksi
sebagai faktor yang paling
dominan mempengaruhi
kepatuhan ibu hamil
mengonsumsi Fe adalah
pekerjaan ibu.
Desain
penelitian yaitu
Cross sectional,
dan variabel
penelitian yaitu
umur,
pendidikan,
pekejaan, dan
kepatuhan
konsumsi tablet
tambah darah
Lokasi penelitian:
penelitian ini
menggunakan data
sekunder SDKI 2017
(data nasional) yang
mencakup seluruh
wilayah di Indonesia
Lokasi peneliti
terdahulu: di UPTD
Puskesmas Bantur
Page 26
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anemia Pada Kehamilan
1. Definisi
Anemia pada kehamilan didefinisikan sebagai kadar hemoglobin <11
gr/dL pada kehamilan trimester pertama dan ketiga serta hemoglobin <10,5
gr/dL pada kehamilan trimester kedua (Sulistiyanti, 2015). Kategori anemia
pada ibu hamil dikatakan tidak anemia apabila Hb Ibu ≥11 gr/ dL, anemia
ringan apabila Hb 9–10 gr/dL, anemia sedang apabila Hb 7–8 gr/dL dan
anemia berat apabila Hb ibu hamil <7 gr/dL (Anggraini et al., 2018).
Anemia merupakan suatu kondisi ketika jumlah dan ukuran sel darah merah,
atau konsentrasi hemoglobin dalam darah turun di bawah nilai batas normal
yang ditetapkan, sehingga mengganggu kapasitas darah untuk mengangkut
oksigen ke seluruh tubuh (Yunita et al., 2018). Anemia adalah jumlah sel
darah merah (eritrosit) dalam tubuh yang terlalu sedikit, dimana sel darah
merah berperan penting dalam tubuh karena mengandung hemoglobin yang
berfungsi membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Rikwan & Sari,
2018).
2. Etiologi
Penyebab anemia pada kehamilan bisa bersifat didapat atau memang
penyebab yang diturunkan (lihat Tabel 2.1). Penyebab yang paling sering
adalah anemia defisiensi besi (ADB) dan pendarahan akut.
Page 27
12
Tabel 2.1. Penyebab Anemia dalam Kehamilan
Didapat Diturunkan
Anemia Defisiensi Besi Talasemia
Pendarahan Akut Hemoglobinopati Sel Sabit
Inflamasi Hemoglobinopati Bentuk Lain
Anemia Megaloblastik Anemia Hemolitik Herediter
Anemia Hemolitik Didapat
Anemia Aplastic atau Hipoplastik
Sumber:(Tanto & Gede Kayika, 2014).
a. Anemia Defisiensi Besi
Selama masa kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan zat besi pada
ibu hamil menjadi 1000 mg. Sebanyak 300 mg akan digunakan untuk
fetus dan plasenta 500 mg untuk memproduksi hemoglobin, dan 200 mg
hilang melalui saluran cerna, urin maupun kulit (Tanto & Gede Kayika,
2014). Beberapa penyebab defisiensi zat besi dalam tubuh adalah karena
kehilangan darah, misalnya dari uterus atau gastrointestinal seperti ulkus
peptikum, karsinoma lambung, dan lain-lain. Dapat juga disebabkan
karena peningkatan kebutuhan zat gizi seperti pada ibu hamil,
malabsorbsi dan diet yang buruk (Khoiriah & Latifah, 2020). Anemia
defesiensi besi pada ibu hamil juga disebabkan oleh kepatuhan
mengonsumsi tablet Fe yang tidak baik ataupun cara mengonsumsi tablet
yang masih salah sehingga menyebabkan terganggunya penyerapan zat
besi pada tubuh (Anggraini, 2018). Selain kepatuhan mengonsumsi tablet
Fe defisiensi zat besi juga dipengaruhi oleh pengetahuan ibu hamil. Ibu
hamil yang memiliki pengetahuan kurang tentang anemia defisiensi zat
besi akan berpengaruh pada perilaku kesehatan ibu dan mengakibatkan
kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi (Winda, 2016).
Page 28
13
b. Anemia Akibat Pendarahan Akut
Pada masa kehamilan awal biasanya disebabkan oleh abortus.
Kehamilan ektopik terganggu (KET), dan mola hidatidosa. Namun,
penyebab terseringnya adalah pendarahan postpartum. Apabila kadar Hb
ibu hamil ≥7 g/dL, tidak sepsis dan hemodinamik stabil, tranfusi darah
tidak diindikasikan. Diberikan terapi besi oral selama minimal 3 bulan
(Tanto & Gede Kayika, 2014).
3. Manifestasi Klinis
Gejala anemia yang dirasakan biasanya nonspesisfik misalnya mudah
lelah, pucat, lemas, sakit kepala, palpitasi, takikardia, dan sesak napas.
Apabila anemia berat sudah bertahan lama dapat muncul stomatitis
angularis, glossitis, dan koilonikia (kuku seperti sendok) (Tanto & Gede
Kayika, 2014). Anemia dalam kehamilan bisa menimbulkan gejala seperti
badan lemah, kelelahan, dan penurunan kemampuan atau produktifitas kerja
(Guspaneza & Martha, 2019).
4. Bahaya Anemia
Tingginya kejadian anemia pada ibu hamil berdampak negatif terhadap
janin yang di kandung ibu baik itu saat kehamilan, persalinan maupun saat
nifas (Kamidah, 2015). Ibu hamil yang anemia berisiko melahirkan bayi
BBLR, keguguran, lahir sebelum waktunya, perdarahan sebelum dan/atau
saat persalinan yang dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya. Anemia
selama kehamilan juga berdampak pada janin dalam kandungan, dimana
Page 29
14
janin dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan, tidak
dapat mencapai tinggi optimal dan anak menjadi kurang cerdas (Kemenkes
RI, 2014). Anemia juga membahayakan ibu ketika persalinan dan saat nifas,
sehingga penting sekali bagi ibu untuk memenuhi kebutuhan zat besi saat
hamil guna menghindari anemia (Chalik, 2019).
5. Tatalaksana Anemia Defisiensi Besi
a. Terapi Non-medikamentosa
1) Konsumsi bahan makanan yang banyak mengandung zat besi seperti
hati, daging merah, dan sayuran hijau. Selain itu tingkatkan konsumsi
enhancer penyerapan zat besi yang didapat dari buah-buahan dan
sayuran tinggi kandungan vitamin C. Vitamin C meningkatkan
absorpsi besi non hem sampai empat kali lipat karena memiliki faktor
reduksi yang berguna untuk mereduksi besi ferri menjadi ferro
sehingga absorpsi besi menjadi lebih efisien dan efektif (Agustina,
2019)
2) Menghindari konsumsi makanan penghambat penyerapan zat besi,
seperti kopi dan teh. Selain dipengaruhi oleh zat-zat yang dapat
membantu penyerapan zat besi, anemia juga di pengaruhi zat-zat
penghambat penyerapan Fe seperti fitat yang terdapat pada katul,
jagung, kedelai, coklat, susu dan kacang-kacangan, polifenol (tanin)
terdapat pada teh, kopi, bayam, kacang kacangan, kalsium pada susu,
keju, dan phospat pada susu, keju. Teh memiliki kandungan tanin
yang bisa menurunkan penyerapan zat besi non hem dengan cara
Page 30
15
membentuk ikatan komplek tidak dapat diserap (Rimawati et al.,
2018).
b. Terapi Medikamentosa
1) Pemberian preparat besi oral seperti fero sulfat, fero fumarat, atau
fero glukonat. Sediaan dan dosis preparat besi dapat dilihat pada
Tabel 2.2. Frekuensi pemberian 1 kali sehari, dilanjutkan sampai
tiga bulan setelah melahirkan untuk mengembalikan cadangan besi.
2) Apabila pemberian preparat besi oral tidak dapat ditoleransi, bisa
diberikan secara IV (infus intravena) : fero sukrosa/ fero dekstran.
Preparat intravena juga diberikan pada pasien anemia berat (Hb < 8
g/dL).
3) Pemberian Tablet Vitamin C
Tabel 2.2. Berbagai Sediaan Preparat Oral Besi
Sediaan Kandungan Besi
Elemental (%)
Dosis mengandung 60 mg
Besi Elemental) (mg)
Fe Fumarat 30 200
Fe Glukonat 11 550
Fe Sulfat 20 300
Sumber: (Tanto & Gede Kayika, 2014).
6. Kebutuhan Zat Besi Pada Ibu Hamil
Kebutuhan zat besi pada kehamilan trimester I adalah 1 mg/hari
sedangkan pada kehamilan trimester II dan III adalah ± 5 mg/hari (Junianti,
2012) selengkapnya sebagai berikut:
a. Trimester I (usia kehamilan 0-12 minggu) zat besi yang dibutuhkan
sebesar 1 mg/hari untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan
kebutuhan janin dan red cell mass 30-40 mg.
Page 31
16
b. Trimester II (usia kehamilan 13-24 minggu) zat besi yang dibutuhkan
sebesar ± 5 mg /hari untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan
kebutuhan red cell mass 300 mg dan conceptus 115 mg.
c. Trimester III (usia kehamilan 25–40 minggu), zat besi yang dibutuhkan
ibu adalah ± 5 mg/hari untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah
dengan kebutuhan red cell mass 150 mg dan conceptus 223 mg, sehingga
kebutuhan zat besi pada kehamilan trimester II dan III jauh lebih besar
daripada jumlah zat besi yang didapatkan dari makanan.
B. Tablet Tambah Darah
1. Pengertian Tablet Tambah Darah
Tablet Tambah Darah (TTD) merupakan tablet mineral yang diperlukan
oleh tubuh untuk pembentukan sel darah merah atau hemoglobin. TTD
diberikan kepada wanita usia subur dan ibu hamil untuk menanggulangi
anemia gizi besi (Rahmi, 2019). Bagi wanita usia subur TTD diberikan
sebanyak satu kali seminggu dan satu kali sehari selama haid dan untuk ibu
hamil TTD diberikan setiap hari selama masa kehamilannya atau minimal
90 tablet untuk mencegah anemia gizi besi selama masa kehamilan yang
berfungsi sebagai pembentuk hemoglobin (Hb) dalam darah. TTD diberikan
setelah rasa mual pada kehamilan hilang (pada trimester II dan III), masing-
masing diberikan, sebanyak minimal 90 tablet (Agustina, 2019). Setiap
tablet tambah darah mengandung zat besi yang setara dengan 60 mg besi
elemental (dalam bentuk sediaan Ferro Sulfat, Ferro Fumarat atau Ferro
Page 32
17
Gluconat) dan Asam Folat 0,400 mg yang berwarna merah tua berbentuk
bulat atau lonjong (Kemenkes RI, 2014).
2. Program Tablet Tambah Darah
Pemberian tablet tambah darah untuk ibu hamil diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan
Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta
Pelayanan Kesehatan dalam Pasal 9 ayat (1) dan (2) diantara menyebutkan
bahwa: 1) Pemberian suplementasi gizi bertujuan untuk pencegahan anemia
gizi. 2) Pemberian suplementasi gizi dilaksanakan dalam bentuk pemberian
edukasi gizi seimbang dan tablet tambah darah (Kemenkes RI, 2014).
Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan nasional terkait
program pemberian TTD yang dituangkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 Tentang standar
tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil. Standar ini
ditetapkan sebagai acuan bagi pemerintah negara, pemerintah daerah
provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan semua pihak yang berkaitan
dengan program pemberian tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan
ibu hamil (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan RPJMN (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional) bidang kesehatan tahun 2020-
2024 target pencapaian untuk persentase ibu hamil yang mendapat TTD
minimal 90 tablet selama masa kehamilan adalah 81% pada tahun 2021
(Kemenkes RI, 2020).
Page 33
18
3. Efektivitas Tablet Tambah Darah
Efektifitas mengonsumsi tablet tambah darah yaitu selama 1 bulan.
Berdasarkan hasil penelitian dari Keswara dan Hastuti (2017) tentang
Efektifitas Pemberian Tablet Fe Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin
Pada Ibu Hamil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar Hb pada ibu
hamil sebelum dan setelah mengonsumsi TTD selama 1 bulan dengan dosis
60 mg/hari dengan rata-rata kenaikan kadar Hb sebesar 1 g/dL perbulan.
4. Manfaat Tablet Tambah Darah
Zat besi diperlukan untuk membentuk hemoglobin atau sel darah
merah. Zat besi juga dapat digunakan untuk sistem pertahanan tubuh
(Kemenkes RI, 2014) Bagi janin, zat besi sangat penting untuk
perkembangan otak fetos dan kemampuan kognitif bayi lahir. Selama
hamil, volume darah pada tubuh ibu meningkat sehingga asupan zat besi
harus ditambah untuk tetap memenuhi kebutuhan ibu, untuk menyuplai
makanan dan oksigen pada janin melalui plasenta dibutuhkan asupan zat
besi yang lebih banyak, asupan zat besi yang diberikan oleh ibu kepada
janinnya melalui plasenta akan digunakan untuk tumbuh kembang janin
(Ratih, 2017).
5. Cara Meminum Tablet Tambah Darah
Pemberian TTD perlu memperhatikan waktu dan cara mengonsumsinya,
hal ini terkait zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi, jika waktu
konsumsi zat besi bersamaan dengan konsumsi zat penghambat maka
Page 34
19
penyerapan zat besi dalam tubuh tidak efektif dilakukan sehingga jumlah
kadar hemoglobin dalam tubuh tetap rendah (Rimawati et al., 2018).
Konsumsi TTD yang baik adalah dengan cara meminumnya hanya dengan
air mineral, tidak boleh dengan minuman yang mengandung kafein seperti
kopi dan teh karena akan mengganggu absorbsi zat besi serta konsumsi susu
bersamaan dengan zat besi juga sebaiknya dihindari karena susu bersifat
menetralkan zat besi sehingga menyebabkan efek dari zat besi itu sendiri
akan berkurang (Agustina, 2019). Untuk mengurangi gejala mual, konsumsi
TTD dapat dilakukan pada saat makan atau segera sesudah makan, dapat
juga dilakukan saat sebelum tidur pada malam hari (Juarna et al., 2015).
6. Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah
Kepatuhan mengacu pada perilaku seorang individu sepadan dengan
tindakan yang dianjurkan oleh seorang praktisi kesehatan atau informasi
yang diperoleh dari sumber informasi (Permana et al., 2019). Kepatuhan
mengonsumsi TTD didefinisikan sebagai perilaku ibu hamil dalam mentaati
semua petunjuk yang dianjurkan oleh petugas kesehatan untuk
mengonsumsi tablet Fe sesuai dengan rekomendasi minimal 90 tablet
(Rahmi, 2019). Kepatuhan mengonsumsi tablet tambah darah merupakan
perilaku ibu hamil yang mengarah ketujuan teraupetik yang telah disepakati
bersama, kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet tambah darah
berhubungan positif dengan kejadian anemia (Wahyuni, 2019). Kepatuhan
mengonsumsi TTD dikatakan baik apabila ibu hamil mengonsumsi semua
tablet yang diberikan selama kehamilan sesuai anjuran yaitu minimal 90
Page 35
20
tablet (Agustina, 2019). Hasil Penelitian Litasari, dkk (2014) yang
dilakukan di Puskesmas Purwoyoso Semarang menyebutkan bahwa
sebagian besar responden (85,7%) yang patuh mengonsumsi tablet zat besi
sejumlah 90 tablet mengalami peningkatan kadar Hb dengan rata-rata
peningkatan kadar Hb sebesar 0,7 g/dL, dari 10,9 g/dL menjadi 11,6 g/dL.
C. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
1. Karakteristik Ibu
a. Perilaku
Kepatuhan diartikan sebagai bentuk perilaku individu. Perilaku
individu merupakan suatu aktivitas atau kegiatan manusia, baik yang
dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak
luar. Bersdasarkan teori dasar oleh Lawrence Green (1991) yang dikutip
Darmawan (2015), kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi
oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor
di luar perilaku (non behavior causes). Faktor perilaku (behavior causes)
dipengaruhi oleh tiga faktor yakni:
1) Faktor predisposisi (Predisposting factors) merupakan faktor yang
mempermudah atau mempresdisposisi terjadinya pelaku seorang yang
meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, keyakinan,
dan kepercayaan.
2) Faktor pemungkin (Enabling factors) yaitu faktor yang
memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan. Artinya
Page 36
21
bahwa faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas
untuk terjadinya perilaku kesehatan misalnya jarak ke fasilitas
kesehatan.
3) Faktor penguat (Reinforcing factors) adalah faktor yang mendorong
atau memperkuat terjadinya perilaku yang terwujud dalam dukungan
yang diberikan oleh keluarga, petugas kesehatan maupun tokoh
masyarakat.
Berdasarkan Teori Blum yang dikutip Windarti (2012), untuk
mencapai status kesehatan optimal (well being), dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu gaya hidup (life style), lingkungan, pelayanan
kesehatan (medical care service), dan faktor keturunan (genetic). Faktor
yang paling berpengaruh adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang
dimaksud meliputi lingkungan fisik terdiri dari benda yang dapat dilihat,
diraba, dan dirasa, lingkungan biologi terdiri dari makhluk hidup yang
bergerak baik yang dillihat maupun tidak, dan lingkungan sosial meliputi
pendidikan, pemberdayaan, ekonomi, dan sebagainya. Faktor yang
berpengaruh berikutnya adalah gaya hidup (life style), yang termasuk
gaya hidup yaitu meliputi sikap (attitudes) dan perilaku (behavior).
Selanjutnya faktor layanan kesehatan (medical care service) dipengaruhi
oleh seberapa jauh peran pelayanan kesehatan yang telah diberikan.
Faktor keturunan (genetic) mengarah pada kondisi individu yang
berkaitan dengan asal usul keluarga, ras, dan jenis golongan darah.
Page 37
22
b. Umur
Umur merupakan rentang kehidupan yang diukur dalam tahun,
dikatakan masa dewasa awal saat usia 18-40 tahun, dewasa madya
adalah 41-60 tahun, dan dewasa lanjut >60 tahun. umur adalah salah
satu karakteristik ibu yang sangat penting karena umur ibu dapat
mengidentifikasi pengalaman ibu semasa kehamilan. Semakin tinggi
umur seseorang akan semakin bertambah pengalaman hidupnya,
semakin bertambah umur semakin bertambah baik kepatuhan
mengonsumsi tablet Fe (Sri Hartatik, 2013). Usia individu terhitung
sejak saat dilahirkan sampai individu berulang tahun. Semakin matang
usia maka semakin matang seseorang dalam berfikir dan bekerja,
dengan bertambahnya usia seseorang, akan terjadi perubahan pada
aspek fisik dan psikologis (mental) (Sulistiyanti, 2015). Pada aspek
psikologis taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa,
semakin muda ataupun semakin tua umur ibu hamil, akan berpengaruh
terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan (Sembiring et al., 2020).
c. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu cara untuk merubah perilaku menuju
kedewasaan dan penyempurnaan hidup. Ibu hamil dengan tingkat
pendidikan tinggi lebih dapat menyeimbangkan pola konsumsinya
daripada ibu hamil dengan tingkat pendidikan rendah. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Darmawati (2018) yang menyebutkan bahwa
prevalensi kejadian anemia pada ibu hamil lebih banyak ditemukan
Page 38
23
pada ibu dengan tingkat pendidikan rendah. Pendidikan merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan, semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, semakin tinggi pula pengetahuannya tentang
kesehatan yang berkaitan dengan anemia pada kehamilan, sehingga
akan berpengaruh terhadap praktek mengonsumsi tablet Fe (Kamidah,
2015).
Faktor tingkat pendidikan lebih banyak mempengaruhi kejadian
anemia defisiensi zat besi. Ibu hamil dengan tingkat pendidikan tinggi
biasanya bertindak lebih rasional dan mudah memahami serta
menerima pengetahuan baru. Pendidikan sangat mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam menerima informasi baik itu informasi
umum ataupun informasi kesehatan yang berkaitan dengan anemia,
seperti pengetahuan mengenai anemia, pemilihan makanan tinggi zat
besi dan asupan zat besi (Mariza, 2016).
d. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang untuk
mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan hidup setiap harinya.
Pekerjaan dapat menggambarkan tingkat kehidupan seseorang karena
pekerjaan mempengaruhi sebagian aspek kehidupan termasuk
pemeliharaan kesehatan dengan penghasilan yang didapatkan dari
pekerjaan tersebut (Sembiring et al., 2020). Lingkungan pekerjaan
mempengaruhi seseorang dalam memperoleh pengalaman dan
pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ibu hamil
Page 39
24
yang bekerja dapat meningkatkan status kesehatan karena memiliki
penghasilan dan juga memiliki lebih banyak pengetahuan dan
pengalaman karena lebih sering berinteraksi dengan orang lain
(Oktaviani, 2018).
Pekerjaan erat kaitannya dengan status ekonomi yang mengacu
pada penghasilan dan juga ibu yang bekerja cenderung mudah
mendapatkan informasi karena mereka sering berinteraksi dengan
orang lain dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Ibu hamil yang
memiliki penghasilan berhubungan dengan kemampuan ibu untuk
memperoleh pengetahuan tentang tablet besi dan anemia. Hal ini
terlihat dari kepemilikan smartphone atau media yang dapat digunakan
ibu untuk mengakses informasi mengenai tablet zat besi dan anemia
(Aminin & Dewi, 2020).
e. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan ibu baik dalam
keadaan lahir hidup maupun dalam keadaan lahir mati (Kurniawan &
Melaniani, 2018). Paritas merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Ibu yang sering
melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan
berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi khususnya
zat besi, karena selama hamil nutrisi yang diperoleh ibu dari asupan
makanan berguna untuk memenuhi kebutuhan ibu sekaligus janin yang
dikandungnya. Semakin sering ibu melahirkan maka semakin besar
Page 40
25
risiko kehilangan darah yang nantinya akan berdampak pada penurunan
kadar Hb (Guspaneza & Martha, 2019).
f. Kuantitas dan Kualitas Pelayanan ANC
Pelayanan Ante Natal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan kepada ibu hamil sesuai standar
pelanyanan antenatal yang telah ditetapkan. Pelayanan antenatal sesuai
standar adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil minimal 4
kali selama kehamilan dengan jadwal satu kali pada trimester pertama,
satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga yang
dilakukan oleh bidan, dokter atau dokter spesialis kebidanan baik yang
bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta dan
memiliki Surat Tanda Register (STR) (Kemenkes RI, 2016).
Standar pelayanan antenatal adalah pelayanan yang dilakukan ibu
hamil dengan memenuhi kriteria 10 T yaitu:
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2) Ukur tekanan darah
3) Nilai status gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA)
4) Ukur tinggi puncak rahim (fundus uteri)
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan
7) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan
Page 41
26
8) Tes laboratorium: tes kehamilan, pemeriksaan hemoglobin darah
(Hb), pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan
sebelumnya), pemeriksaan protein urin (bila ada indikasi); yang
pemberian pelayanannya disesuaikan dengan trimester kehamilan.
9) Tatalaksana/penanganan kasus sesuai kewarganegaraan;
10) Temu wicara (konseling)
Kunjungan Antenatal Care berpengaruh terhadap kepatuhan ibu
hamil mengonsumsi tablet zat besi (Yunita et al., 2018). Pemberian
tablet Fe merupakan salah satu jenis pelayanan dari serangkaian ANC
terpadu. Pelayanan ANC yang baik dan teratur akan mempermudah ibu
hamil untuk memperoleh tablet Fe, melalui pemberian tablet Fe dapat
meningkatkan kadar hemoglobin darah selama masa kehamilan
sehingga apabila dilakukan ANC secara teratur dengan ketaatan
konsumsi tablet Fe pada akhirnya akan mencegah terjadinya anemia
(Nurmasari & Sumarmi, 2019).
g. Tenaga Pemeriksa Kehamilan
Dukungan dari tenaga kesehatan profesional merupakan faktor lain
yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan ibu hamil. Pelayanan
yang baik dari tenaga kesehatan dapat memberikan dampak dalam
berperilaku positif (Mardhiah & Marlina, 2019). Peran dari petugas
kesehatan, sangat mempengaruhi ibu hamil dalam mengonsumsi tablet
tambah darah, karena dalam menjalankan program pemberian tablet
tambah darah ada beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh
Page 42
27
petugas kesehatan diantaranya penyuluhan dan konseling, pencatatan
dan pelaporan kegiatan, mendata ibu hamil yang menerima dan yang
meminum tablet Fe, serta melakukan kunjungan kerumah – rumah ibu
hamil untuk memastikan apakah ibu hamil mengonsumsi tablet atau
tidak (Septiani, 2017).
Petugas kesehatan juga berperan sebagai komunikator yang
memberikan informasi secara jelas kepada klien, sebagai motivator
petugas harus menanyakan perihal kepatuhan ibu hamil mengonsumsi
tablet Fe apakah sesuai dengan ketentuan yaitu harus diminum satu
tablet sehari selama 90 hari. Sebagai fasilitator bagi klien untuk
mencapai kesehatan yang optimal petugas kesehatan dalam
melaksanakan kegiatan dilengkapi dengan buku pedoman pemberian
tablet tambah darah dengan tujuan mampu melaksanakan pemberian
tablet tambah darah pada kelompok sasaran yang tepat dalam upaya
menurunkan prevalensi anemia (Handayani, 2013).
2. Karakteristik Keluarga
a. Tempat Tinggal
Sarana transpotasi yang memadai di daerah perkotaan
mempermudah akses ibu hamil ke pelayanan kesehatan. Tempat
pelayanan yang lokasinya tidak strategis atau sulit dicapai oleh para ibu
menyebabkan berkurangnya akses ibu hamil terhadap pelayanan
kesehatan. Jarak tempat tinggal berhubungan dengan keterjangkauan
Page 43
28
terhadap pelayanan kesehatan maupun fasilitas kesehatan yang
kemudian mempengaruhi frekuensi antenatal care (Erlina et al., 2013).
Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan proporsi riwayat tablet tambah
darah yang diterima dan dikonsumsi selama kehamilan anak terakhir
pada perempuan umur 10-54 tahun di perkotaan persentasenya lebih
tinggi dibandingkan di perdesaan. Jumlah TTD yang diterima di
perkotaan memiliki persentase 54,4% sedangkan di pedesaan
persentasenya 47%, dan jumlah TTD yang diminum pada perkotaan
persentasenya 41,4% sedangkan di pedesaan 33,3% (Kementerian
Kesehatan RI, 2019).
b. Status Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian anemia. Pendapatan mempengaruhi sosial ekonomi
keluarga, pendapatan keluarga yang rendah cenderung mempengaruhi
ibu untuk tidak mematuhi konsumsi tablet zat besi dibandingkan
dengan keluarga yang memiliki pendapatan yang lebih tinggi
(Agegnehu et al., 2019). Disamping penghasilan yang diperoleh tidak
tercukupi, juga dikarenakan status sosial ekonomi yang rendah
mempengaruhi ibu hamil untuk tidak melakukan ANC sehingga
kemungkinan besar gejala-gejala anemia tidak terdeteksi (Mariza,
2016).
Status ekonomi merupakan faktor yang signifikan berhubungan
dengan anemia pada ibu hamil yang nantinya akan mempengaruhi
Page 44
29
kemampuan keluarga dalam mengakses pelayanan kesehatan yang
bermutu termasuk mengakses pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan. Sosial ekonomi juga mempengaruhi kemampuan keluarga
dalam memenuhi kebutuhan zat gizi keluarga termasuk daya beli heme
hewani sebagai sumber Fe yang baik untuk mencegah anemia ibu
hamil, konsumsi buah yang kurang dan kepatuhan minum tablet Fe
(Martha & Hayati, 2020). Ibu yang berada dalam ekonomi yang
berkecukupan akan mampu memenuhi kebutuhan dalam mengonsumsi
makanan yang bergizi. Sebaliknya, ibu hamil yang berada dalam
ekonomi yang kurang akan sulit untuk memenuhi kebutuhannya karena
ibu akan mengutamakan kebutuhan keluarga terlebih dahulu
dibandingkan mengutamakan kebutuhan makanan bagi dirinya sendiri
(Juanda, 2020).
Page 45
30
D. Kerangka Teori
Kerangka Teori Modifikasi Lawrence Green (1991), Blum (1981), Anggraini
(2018), Khoiri & Latifah (2020), dan Mariza (2015).
Bagan 2.1 Kerangka Teori
E. Hipotesis
1. Ha: Ada hubungan umur ibu dengan kepatuhan ibu mengonsumsi tablet
tambah darah
H0: Tidak ada hubungan umur ibu dengan kepatuhan ibu mengonsumsi
tablet tambah darah
2. Ha: Ada hubungan pendidikan ibu dengan kepatuhan ibu mengonsumsi
tablet tambah darah
H0: Tidak ada hubungan pendidikan ibu dengan kepatuhan ibu
mengonsumsi tablet tambah darah
Faktor Pemungkin :
Tempat Tinggal
Sosial Ekonomi
Kuantitas ANC
Kualitas ANC
Faktor Predisposisi :
Pendidikan
Pekerjaan
Umur
Paritas
Fakktor Penguat:
Tenaga
Pemeriksa
Kehamilan
Kepatuhan
Konsumsi
Tablet Tambah
Darah
Status
Kesehatan:
Anemia pada
Ibu Hamil
Ulkus peptikum,
Karsinoma lambung
Kehilangan
Darah
Defisiensi
Zat Besi
Kebutuhan gizi
meningkat,
malabsorbsi dan
diet yang buruk.
Page 46
31
3. Ha: Ada hubungan pekerjaan ibu dengan kepatuhan ibu mengonsumsi tablet
tambah darah
H0: Tidak ada hubungan pekerjaan ibu dengan kepatuhan ibu mengonsumsi
tablet tambah darah
4. Ha: Ada hubungan paritas ibu dengan kepatuhan ibu mengonsumsi tablet
tambah darah
H0: Tidak ada hubungan paritas ibu dengan kepatuhan ibu mengonsumsi
tablet tambah darah
5. Ha: Ada hubungan kuantiitas pelayanan antenatal dengan kepatuhan ibu
mengonsumsi tablet tambah darah
H0: Tidak ada hubungan kuantitas pelayanan antenatal dengan kepatuhan
ibu mengonsumsi tablet tambah darah
6. Ha: Ada hubungan kualitas pelayanan antenatal dengan kepatuhan ibu
mengonsumsi tablet tambah darah
H0: Tidak ada hubungan kualitas pelayanan antenatal dengan kepatuhan ibu
mengonsumsi tablet tambah darah
7. Ha: Ada hubungan tenaga pemeriksa kehamilan dengan kepatuhan ibu
mengonsumsi tablet tambah darah
H0: Tidak ada hubungan tenaga pemeriksa kehamilan dengan kepatuhan ibu
mengonsumsi tablet tambah darah
8. Ha: Ada hubungan tempat tinggal dengan kepatuhan ibu mengonsumsi
tablet tambah darah
Page 47
32
H0: Tidak ada hubungan tempat tinggal dengan kepatuhan ibu
mengonsumsi tablet tambah darah
9. Ha: Ada hubungan status sosial ekonomi dengan kepatuhan ibu
mengonsumsi tablet tambah darah
H0: Tidak ada hubungan status sosial ekonomi dengan kepatuhan ibu
mengonsumsi tablet tambah darah
Page 48
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif analisis data sekunder hasil
SDKI 2017. Rancangan penelitian yang digunakan adalah desain observasional
analitik dengan pendekatan cross sectional guna mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil di
Indonesia.
B. Kerangka Konsep
Variabel independen dalam penelitian ini yaitu umur ibu, pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, paritas, kuantitas ANC, kualitas ANC, tenaga pemeriksa
kehamilan, tempat tinggal, dan status sosial ekonomi sedangkan variabel
dependen adalah kepatuhan konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil.
Berikut kerangka konsep penelitian ini:
Bagan 3.1. Kerangka Konsep
Faktor Ibu
- Umur Ibu
- Pendidikan Ibu
- Pekerjaan Ibu
- Paritas
- Kuantitas ANC
- Kualitas ANC
- Tenaga Pemeriksa
Kehamilan
Faktor Keluarga
- Tempat Tinggal
- Status Sosial
Ekonomi
Kepatuhan
Konsumsi Tablet
Tambah Darah
Pada Ibu Hamil di
Indonesia
Page 49
34
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No
Variabel Definisi
Operasional
Metode Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1 Kepatuhan
Konsumsi
Tablet
Tambah Darah
Jumlah Konsumsi
Tablet Fe Sesuai
Rekomendasi
(Minimal 90 Tablet)
Wawancara
Kuesioner
SDKI 2017
Kuesioner WUS
pertanyaan no.
420-421
0= Sesuai
Rekomendasi (≥90
tablet)
1= Tidak Sesuai
Rekomendasi (<90
tablet)
Ordinal
2 Umur Ibu Umur ibu yang
diperoleh saat
wawancara
Wawancara
Kuesioner
SDKI 2017
Kuesioner WUS
pertanyaan no.
105-106
0= 20-35 tahun
1= <20tahun
2= >35 tahun
Ordinal
3 Pendidikan
Ibu
Jenjang pendidikan
formal yang
ditamatkan
Wawancara
Kuesioner
SDKI 2017
Kuesioner WUS
pertanyaan no.
108-109
0=Pendidikan tinggi
(Diploma/Sarjana)
1= Pendidikan
menengah
(SMP/Sederajat dan
SMA/Sederajat)
2=Pendidikan dasar
(SD/Sederajat)
3= Tidak Sekolah
Ordinal
4 Pekerjaan Ibu kegiatan keseharian
yang menjadi
rutinitas ibu
Wawancara
Kuesioner
SDKI 2017
Kuesioner WUS
pertanyaan no.
913
0= bekerja
1= tidak bekerja
Ordinal
5 Paritas Banyaknya
kelahiran anak yang
dialami ibu baik
dalam keadaan lahir
hidup maupun lahir
mati
Wawancara
Kuesioner
SDKI 2017
Kuesioner WUS
pertanyaan no.
203+205+207=2
08
0= Multipara
1= Primipara
2= Grandemultipara
Ordinal
6 Kuantitas
ANC
Jumlah kunjungan
pemeriksaan
kehamilan yang
dilakukan ibu
minimal 4 kali
kunjungan
Wawancara
Kuesioner
SDKI 2017
Kuesiner WUS
pertanyaan 412
0= Baik (≥ 4 kali)
1= Kurang (<4 kali)
Ordinal
7 Kualitas
Pelayanan
Antenatal
Kunjungan ibu ke
fasilitas kesehatan
untuk
memeriksakan
kehamilan dilihat
dari: Ditimbang
berat badan, ukur
tinggi badan, ukur
tekanan darah, ukur
LILA, ukur tinggi
fundus uteri,
Wawancara
Kuesioner
SDKI 2017
Kuesioner WUS
pertanyaan no.
408, 413,
414,420.
0= Baik, apabila
memenuhi
ketentuan
(ditimbang berat
badan, ukur tinggi
badan, ukur tekanan
darah, ukur LILA,
ukur tinggi fundus
uteri, tentukan
presentasi janin dan
denyut jantung janin
Ordinal
Page 50
35
tentukan presentasi
janin dan denyut
jantung janin (DJJ),
skrining status
imunisasi tetanus
dan pemberian
imunisasi tetanus
bila diperlukan,
pemberian tablet Fe,
pemeriksaan
laboratorium
sederhana
(rutin/khusus),
tatalaksana/penanga
nan kasus, temu
wicara/konseling).
(DJJ), skrining
status imunisasi
tetanus dan
pemberian
imunisasi tetanus
bila diperlukan,
pemberian tablet Fe,
pemeriksaan
laboratorium
sederhana
(rutin/khusus),
tatalaksana/penanga
nan kasus, temu
wicara/konseling)
1=Kurang (tidak
memenuhi
ketentuan <10 T)
8 Tenaga
Pemeriksa
Kehamilan
Jenis tenaga yang
memeriksakan
kehamilan pada ibu
hamil
Wawancara
Kuesioner
SDKI 2017
Kuesioner WUS
pertanyaan no.
409
0= Tenaga
Kesehatan
1= Bukan Tenaga
Kesehatan
Nominal
9 Tempat
Tinggal
Letak rumah tinggal
keluarga,
berdasarkan
karakteristik daerah
yang dibedakan
menjadi rular dan
urban berdasarkan
batasan BPS
Wawancara
Kuesioner
SDKI 2017
Kuesioner
Bagian I.
Pengenalan
Tempat
pertanyaan
(nomor 5)
0= Perkotaan
1= Pedesaan
Ordinal
10 Status Sosial
Ekonomi
Klarifikasi status
ekonomi keluarga
berdasarkan
kepemilikan asset
rumah tangga
(Wealth Index).
Wawancara
Kuesioner
SDKI 2017
Wealth Index di
Kuesioner
Rumah Tangga
Bagian IV,
kepemilikan
barang
pertanyaan
121,122,123
0=Sangat Kaya
1=Kaya
2=Menengah
3=Miskin
4=Sangat Miskin
Ordinal
D. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 dimana Survei SDKI dilakukan
pada tahun 2012-2017. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan
September 2020 – April 2021.
Page 51
36
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur (WUS) usia 15-49
tahun di Indonesia yang tercatat dalam survei SDKI 2017.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah wanita usia subur (WUS) usia 15-49 tahun
dengan kelahiran anak dalam kurun waktu 5 tahun sebelum survei. Unit
analisis dalam penelitian ini adalah WUS usia 15-49 tahun dengan konsumsi
tablet tambah darah selama kehamilan anak terakhir. Kriteria sampel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
1) WUS umur 15-49 tahun yang pernah melahirkan
2) WUS umur 15-49 tahun dengan kelahiran anak dalam 5 tahun sebelum
survei SDKI 2017
3) WUS umur 15-49 tahun dengan konsumsi tablet tambah darah selama
kehamilan anak terakhir
b. Kriteria Ekslusi
1) Responden yang tidak melengkapi jawaban kuesioner
2) Terdapat ketidaklengkapan data dalam dataset (data missing)
Cara pemilihan sampel dalam penelitian ini mengikuti proses sampling
SDKI 2017. Desain pengambilan sampling SDKI 2017 dirancang untuk
menyajikan estimasi level nasional dan provinsi. Sampel SDKI 2017
mencakup 1.970 blok sensus yang mencakup daerah perkotaan dan perdesaan
Page 52
37
di Indonesia. Kerangka sampel SDKI 2017 menggunakan master sampel blok
sensus dari hasil sensus penduduk 2010 (SP20). Sedangkan kerangka kerja
sampel pemilihan rumah tangga menggunakan daftar rumah tangga biasa
yang dihasilkan dari pemutakhiran rumah tangga blok sensus terpilih
(Laksono et al., 2020).
Dalam wawancara rumah tangga ditemukan sebanyak 34.199 wanita yang
pernah melahirkan, wanita yang pernah melahirkan anak dalam 5 tahun
terakhir sebanyak 15.357 jiwa dan jumlah WUS dengan konsumsi tablet
tambah darah selama kehamilan anak terakhir sebanyak 12.466 jiwa.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh SDKI 2017, peneliti memilih
sampel diantara populasi yang sesuai dengan penelitian ini yaitu WUS usia
15-49 tahun dengan konsumsi tablet tambah darah selama kehamilan anak
terakhir.
Tahapan pemilihan sampel sebagai berikut:
Bagan 3.2. Tahap Pemilihan Sampel di Data SDKI 2017
TOTAL WUS SDKI = 49.627 jiwa
WUS Pernah Melahirkan = 34.199 jiwa
WUS dengan kelahiran anak dalam 5 tahun Terakhir = 15.357 jiwa
Data Lengkap (WUS dengan konsumsi TTD selama kehamilan anak
terakhir = 12.466 jiwa)
Page 53
38
3. Besar Sampel
Dalam teknik pengambilan sampel SDKI 2017 menggunakan metode
two-stage stratified sampling. Besar sampel dalam penelitian ini dihitung
berdasarkan rumus besar sampel penelitian analitis kategorik tidak
berpasangan (Dahlan, 2010). Besar nilai deviat baku alpha adalah 1,96 (nilai
z pada 95% confidience interval 𝛂 = 0,05), dan (ɑ) = 90 % maka defiat baku
beta (𝒁ᵝ)1,28.
Rumus: n₁ = n₂ =(Zα√2PQ +𝑍ꞵ√𝑃1𝑄1 +𝑃2𝑄2
𝑃1−𝑃2) ² × 2
Ket :
Zα = deviat baku alfa
Zꞵ = deviat baku beta
P₂ = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya
Q₂ = 1 – P₂
P₁ = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgemer peneliti
Q₁ = 1 – P₁
P₁ - P₂ = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna
P = proporsi total = (P₁ - P₂)/2
Q = 1 – P
Page 54
39
Tabel 3.2. Besar Sampel Minimal
No Variabel Independen n Sumber
1 Umur ibu 262 (Shofiana et al., 2018)
2 Pendidikan ibu 48 (Triyani & Purbowati, 2016)
3 Pekerjaan ibu 743 (Kamidah, 2015)
4 Paritas 47 (Widji Utomo et al., 2015)
5 Kualitas ANC 79 (Nurmasari & Sumarmi, 2019)
6 Kuantitas ANC 400 (Manas et al., 2013)
7 Tempat tinggal 790 (Fratiwi Febbryanti et, 2016)
8 Status sosial ekonomi 42 (Yuliansyah et al., 2015)
9 Tenaga pemeriksa kehamilan 72 (Putri, 2016)
Berdasarkan jumlah WUS yang ada di data SDKI 2017 sebanyak 49.627
jiwa, maka sampel minimum yang dibutuhkan dihitung dengan rumus di atas
sehingga diperoleh besar sampel minimal yaitu 790 sampel. Perhitungan sampel
minimum ini bertujuan untuk membuktikan penelitian menggunakan data
sekunder membutuhkan sampel yang besar sehingga sampel minimal yang
dibutuhkan dalam penelitian ini sebesar 790 sampel. Sedangkan untuk jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah sampel yang
diperoleh dari data SDKI 2017 yaitu 12.466 sampel, jumlah sampel ini jauh lebih
besar dibandingkan jumlah sampel minimal yang diperoleh hal ini menunjukkan
bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini sudah baik karena jumlah
sampel minimum berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan pada batas
wilayah tertentu belum mewakili populasi ibu hamil yang ada di Indonesia.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017.
Page 55
40
2. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data SDKI 2017. SDKI dilaksanakan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Kementerian Kesehatan.
Pembiayaan sosial disediakan oleh Pemerintah Indonesia. ICF International
memberi bantuan teknis melalui proyek Measure DHS, sebuah program
oleh U.S. Agency for International Development (USAID) yang
menyediakan dana dan bantuan teknis dalam pelaksanaan survey
kependudukan dan kesehatan di banyak negara. SDKI 2017 merupakan
survei ketujuh yang diselenggarakan di Indonesia melalui program
Demographic and Health Surveys (DHS). Data yang dikumpulkan dalam
SDKI 2017 menghasilkan estimasi terbaru dari indikator utama
kependudukan dan kesehatan yang dicakup dalam SDKI sebelumnya,
kecuali angka kematian ibu. SDKI 2017 menyediakan seluruh gambaran
kondisi terkini tentang kependudukan, keluarga berencana (KB), kesehatan
reproduksi, dan kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Tujuan utama SDKI
2017 yaitu menyediakan estimasi terbaru indicator kesehatan dan demografi
di Indonesia. Target responden SDKI 2017 adalah wanita umur 15-49 tahun,
pria kawin/hidup bersama umur 15-54 tahun, dan remaja berstatus belum
kawin umur 15-24 tahun. Survei ini dilaksanakan di 34 (tiga puluh empat)
provinsi di seluruh Indonesia, mengumpulkan informasi mengenai latar
belakang sosial-ekonomi, fertilitas, kontrasepsi, kehamilan dan
pemeriksaan sesudah melahirkan, imunisasi anak, kesehatan dan gizi anak,
Page 56
41
perkawinan dan kegiatan sosial, preferensi fertilitas, HIV AIDS, dan isu
kesehatan lainnya.
G. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif
(Hardani et al., 2020). Penelitian ini menggunakan data hasil pengumpulan
SDKI 2017 dengan metode wawancara menggunakan kuesioner terhadap
sampel wanita usia subur (15-49 tahun) pernah kawin. Kuesioner yang
digunakan dalam SDKI telah melalui proses uji coba oleh BPS. Dalam rangka
pengumpulan data telah dilakukan pelatihan-pelatihan mulai dari tingkat
pengawas, pemeriksa, dan pengumpul data. Pelatihan mencakup presentasi di
kelas, latihan wawancara, dan tes.
Tabel 3.3. Identifikasi Variabel Penelitian
No Variabel Pertanyaan Nomor Kuesioner Data SDKI Nama
Variabel di
Data SPSS
1 Kepatuhan
Konsumsi
Tablet
Tambah
Darah
420: Selama mengandung, apakah
ibu/saudari mendapat atau membeli
tablet/pil/sirup zat besi?
KODE:
YA….....................1
TIDAK………….2
TIDAK TAHU….8
421: Selama mengandung, berapa
ibu/saudari minum tablet/pil/sirup zat
besi?
KODE:
JUMLAH HARI: [….]
TIDAK TAHU….998
Kuesioner WUS Bagian 4.
Kehamilan Dan
Pemeriksaan Sesudah
Melahirkan (pertanyaan no.
420-421) Halaman W-27
IDIR71FL M45$ 1
M46$ 1
2 Umur Ibu 105: Paada bulan apa dan tahun berapa
ibu/saudari dilahirkan
KODE:
BULAN:…………………..[….]
TIDAK TAHU BULAN…….98
TAHUN:…………………..[….]
Kuesioner WUS Bagian 1.
Latar Belakang Responden
(pertanyaan no. 105-106)
Halaman W-5
IDIR71FL V012
Page 57
42
TIDAK TAHU TAHUN….9988
106: Berapa umur ibu/saudari pada
ulang tahun terakhir?
KODE:
UMUR DALAM TAHUN: [….]
3 Pendidikan
Ibu
108:Apakah Jenjang Pendidikan
tertinggi yang pernah/sedang
ibu/saudari duduki?
KODE: SD/MI SEDERAJAT……………1
SMP/MTs/SEDERJAT………….2
SMA/SMK/MA SEDERAJAT….3
AKADEMISI/DI/DII/DIII………4
DIPLOMA IV/UNIVERSITAS....5
109: Apakah kelas/tingkat tertinggi
yang ibu/saudari selesaikan pada
jenjang tersebut?
KODE:
TAHUN PERTAMA=…0
TIDAK TAHU/TT=……7
TAMAT=………………8
KELAS/TINGKAT:…[…]
Kuesioner WUS Bagian 1.
Latar Belakang Responden
(pertanyaan no. 108-109)
Halaman W-6
IDIR71FL S108
4 Pekerjaan
Ibu
913: Apakah jenis pekerjaan utama
ibu/saudari?
KODE:
PROFESIONAL,TEKNISI…...01
KEPEMIMPINAN DAN
KETATALAKSANAAN.……02
PEJABAT PELAKSANA DAN
TATA
USAHA………………….…...03
TENAGA USAHA
PENJUALAN...........................04
TENAGA USAHA JASA…....05
TENAGA USAHA
PERTANIAN.......................…06
TENAGA
PRODUKSI………....…..........07
LAINNYA
(tuliskan)………..…..…...........96
TIDAK TAHU………………..98
Kuesioner WUS Bagian 9.
Latar Belakang
Suami/Pasangan Dan
Pekerjaan Responden
(pertanyaan no. 913)
Halaman W-61
IDIR71FL V716
5 Paritas 203:Berapa jumlah anak laki-lakiatau
anak perempuan yang ibu/saudari
lahirkan yang sekarang tinggal bersama
ibu/saudari? Dan berapa jumlah anak
perempuan yang tinggal bersama
ibu/saudari?
KODE:
ANAK LAKI-LAKI DI RUMAH:
[……]
ANAK PEREMPUAN DI
RUMAH: […...]
Kuesioner WUS Bagian 2.
Riwayat Kelahiran
(pertanyaan no.
203+205+207=208)
Halaman W-7
IDIR71FL V201
Page 58
43
205: Berapa jumlah anak laki-laki yang
masih hidup tetapi tidak tinggal
bersama ibu/saudari? Dan Berapa
jumlah anak perempuan yang masih
hidup tetapi tidak tinggal bersama
ibu/saudari?
KODE:
ANAK LAKI-LAKI DI TEMPAT
LAIN: [….]
ANAK PEREMPUAN DI
TEMPAT LAIN: [….]
207: Berapa jumlah anak laki-laki yang
sudah meninggal? Dan berapa jumlah
anak perempuan yang sudah
meninggal?
KODE:
ANAK LAKI-LAKI YANG SUDAH
MENINGGAL: [..]
ANAK PEREMPUAN YANG
SUDAH MENINGGAL: [..]
208: Jumlahkan Isian Di 203.205, dan
207, dan Tuliskan Jumlahnya. Jika
Tidak Ada Kelahiran Hidup Atau
Tidak Pernah Melahirkan, Tuliskan
‘00’
KODE:
JUMLAH: [….]
6 Kuantitas
ANC
408: Pada saat ibu/saudari mengandung
apakah ibu/saudari memeriksakan
kehamilan?
KODE:
YA………1
TIDAK….2
Kuesioner WUS Bagaian 4.
Kehamilan dan Pemeriksaan
Sesudah Melahirkan
(pertanyaan no. 408)
halaman W-24
IDIR71FL S412BA$1
S412BB$1
S412BC$1
7 Kualitas
ANC
413: Pada saat pemeriksaan kehamilan
apakah ibu/saudari?
- Ditimbang berat badannya?
- Diukur tinggi badannya
- Diukur tekanan darahnya?
- Diperiksa lingkar lengannya?
- Diperiksa tinggi rahimnya?
- Diperiksa (diraba) perutnya?
- Diperiksa denyut jantung
janin?
- Diperiksa darahnya di
laboratorium?
- Diperiksa air seninya di
laboratorium (tes protein
urin)?
- Konsultasi?
KODE:
YA……….1
TIDAK.….2
Kuesioner WUS Bagaian 4.
Kehamilan dan Pemeriksaan
Sesudah Melahirkan
(pertanyaan no. 413, 413A,
414, 420) halaman W-26
IDIR71FL M42A$1
M42B$1
M42C$1
M42D$1
M42E$1
M43$1
M45$1
S413DD$1
S413EE$1
S413FF$1
S413GG$1
S413JJ$1
S711A
Page 59
44
413A: Selama Ibu/saudara
memeriksakan kehamilan, apakah
ibu/saudari diberi tanda-tanda bahaya
(komplikasi) kehamilan?
KODE.
YA.....1
TIDAK....2
TIDAK TAHU....8
414: Selama ibu/saudari mengandung
apakah ibu/saudari pernah mendapat
suntikan di lengan atas untuk
mencegah bayi dari penyakit tetanus,
atau kejang-kejang setelah lahir?
KODE:
YA……………..1
TIDAK………….2
TIDAK TAHU….8
420: Selama mengandung apakah
ibu/saudari mendapat atau membeli
tablet/pil/sirup zat besi?
KODE:
YA………………...1
TIDAK…………....2
TIDAK TAHU……8
8 Tempat
Tinggal
5: Daerah
KODE:
Perkotaan -1
Perdesaan -2
Kuesioner Daftar Rumah
Tangga Bagian I.
Pengenalan Tempat
pertanyaan (nomor 5)
Halaman RT-1
IDIR71FL V025
9 Status Sosial
Ekonomi
121: Apakah rumah tangga ini
memiliki:
a) Listrik?
b) Radio?
c) Televisi?
d) Telepon rumah?
e) Komputer/laptop?
f) Lemari es?
g) Kipas angin?
h) Mesin cuci?
i) Pendingin ruangan AC?
KODE:
YA………1
TIDAK….2
122: Apakah ada anggota rumah tangga
ini memiliki:
a) Jam tangan?
b) Telepon seluler?
c) Sepeda?
d) Sepeda motor/skuter?
e) Delman/gerobak ditarik binatang?
f) Mobil/truk?
g) Kapal/perahu motor?
KODE:
Wealth Index di Kuesioner
Daftar Rumah Tangga
Bagian IV, kepemilikan
barang (pertanyaan No
121,122,123) halaman RT-6
IDIR71FL V190
Page 60
45
YA……....1
TIDAK….2
123: Apakah ada anggota rumah tangga
yang memiliki rekening bank atau
lembaga keuangan lainnya yang resmi?
KODE:
YA………1
TIDAK….2
10 Tenaga
Pemeriksa
Kehamilan
409: Siapa yang memeriksa kandungan
ibu/saudari?
KODE:
PETUGAS KESEHATAN
- DOKTER UMUM………..A
- DOKTER KANDUNGA…B
- PERAWAT……………….C
- BIDAN…………….......….D
- BIDAN DESA………….…E
ORANG LAIN
- DUKUN BAYI/PARAJI….F
- LAINNYA (sebutkan)…….X
Kuesioner WUS Bagian 4
Kehamilan dan Pemeriksaan
Sesudah Melahirkan
(pertanyaan no. 409)
halaman W-24
IDIR71FL M2A$1
M2B$1
M2C$1
M2D$1
M2E$1
M2G$1
M2K$1
H. Pengolahan Data
Pengolahan data kuantitatif dilakukan melalui beberapa tahap, sebagai berikut
(Priyono, 2016):
1. Pengeditan Data (Editing)
Editing atau pengeditan data adalah pemeriksaan data yang telah
dikumpulkan. Pengeditan dilakukan untuk melihat kemungkinan data yang
masuk (raw data) tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan kebutuhan.
Dilakukan editing data untuk memastikan bahwa data yang diperoleh adalah
data bersih yaitu data tersebut telah terisi semua, konsisten, relevansi, dan
dapat dibaca dengan baik. Editing data dilakukan dengan membersihkan data
yang hilang (missing data), sehingga missing data tersebut tidak digunakan
dalam analisis.
Page 61
46
2. Pengkodean Data (Data Coding)
Coding adalah suatu proses merubah data dengan memberikan kode pada
data mentah (yang ada dalam kuesioner) ke dalam bentuk yang mudah dibaca
oleh mesin pengolah data seperti komputer. Huruf-huruf yang ada pada
pertanyaan diubah menjadi kode angka. Tiap data dilakukan recoding untuk
memudahkan keperluan analisa statistik dalam penelitian.
3. Pemindahan data ke computer (Data Entering)
Data entering adalah memindahkan data yang telah diubah menjadi kode
ke dalam mesin pengolah data yaitu SPSS (Statistical Package For Social
Science).
4. Pembersihan Data (Data Cleaning)
Cleaning atau pembersihan data adalah memastikan bahwa seluruh data
yang telah dimasukkan ke dalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan
yang dibutuhkan, melakukan pengecekan kembali data yang sudah dientri
apakah sudah benar atau terdapat kesalahan saat memasukan data.
5. Pengolahan dan Penyajian Data
Data yang sudah dimasukkan ke dalam komputer dan sudah diedit serta
dicek kembali, dilakukan pengolahan data menggunakan perangkat komputer
yang menyediakan program untuk pengolahan/analisis data. Dalam hal ini
digunakan SPPS 26 untuk mengolah data. Data output adalah hasil
pengolahan data.
Page 62
47
I. Analisis Data
Analisis data adalah proses lanjutan dari proses pengolahan data untuk
melihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian menganalisis data dari
hasil yang sudah ada pada tahap pengolahan data (Priyono, 2016). Jenis analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat, bivariat, dan
multivariat.
1. Analisis Data Univariat
Analisis data univariat adalah analisis terhadap satu variable. Analisis
ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian. Variabel diteliti melalui distribusi frekuensi dan
persentase dari masing-masing variabel. Distribusi frekuensi atau tabel
frekuensi adalah susunan data dalam suatu tabel yang telah diklasifikasikan
menurut kelas atau kategori-kategori tertentu. Analisis univariat dalam
penelitian ini berfungsi untuk mengetahui gambaran variabel penelitian.
2. Analisis Data Bivariat
Analisis data bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara dua
variabel. Dalam analasis bivariat, dilakukan beberapa tahap. Dalam
penelitian ini, untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen digunakan uji statistic nonparametrik teknik analisis
bivariat dengan uji chi square, hal ini dikarenakan data yang digunakan
dalam penelitian ini bersifat kategorik.
Page 63
48
a. Analisis proporsi atau persentase, dengan membandingkan distribusi
silang antara dua variabel (independen dengan variabel dependen) yang
bersangkutan.
b. Analisis dari hasil uji statistik (Chi square)
Digunakan untuk memilih variabel yang terkait dengan kepatuhan
konsumsi tablet tambah darah. Variabel signifikan dengan nilai p ≤ 0,25
pada model bivariat akan menjadi kandidat dalam model regresi logistik
multivariat.
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik biner
multivariabel untuk menilai hubungan variabel independen dengan
kepatuhan konsumsi tablet tambah darah, juga untuk melihat variabel mana
yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan konsumsi TTD.
Dalam model terakhir, tingkat signifikansi statistik pada 5% (p < 0,05)
dengan Rasio Odds (OR) dan interval kepercayaan 95% (CI) dilaporkan.
Metode ini memiliki keuntungan memegang variabel tertentu yang bersifat
konstan untuk menilai pengaruh independen dari variabel kunci yang
diminati. Ini cocok untuk menilai pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen diukur dalam skala nominal (Hardani et al., 2020).
Page 64
49
J. Pertimbangan Etik Penelitian
Pelaksanaan kegiatan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2017 memiliki kaji etik penelitian oleh Intitutional Review Board
ICF (International Classification of Functioning) dengan No Proyek ICF
132989.0.000. Sedangkan dalam penelitian ini sendiri, sebelum penelitian
dilakukan terlebih dahulu diajukan izin etik penelitian ke komisi etik
penelitian kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu dengan Nomor
Kelaikan etik (Ethical Clearance) KEPK.M/021/05/2021.
Page 65
50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Jalannya Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. SDKI 2017 merupakan survei ke tujuh yang
diselenggarakan di Indonesia melalui program Demographic and Health Survey
(DHS). Demographic and Health Survey (DHS) telah mengumpulkan,
menganalisis, dan menyebarkan data yang akurat dan representatif tentang
populasi, kesehatan, HIV, dan gizi melalui lebih dari 400 survei di lebih dari 90
negara. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pengumpulan SDKI 2017
dengan metode wawancara menggunakan kuesioner terhadap sampel wanita usia
subur (15-49 tahun) pernah kawin. Pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi
beberapa langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi topik penelitian dengan melakukan review topik yang ada
pada laporan SDKI 2017 atau mereview artikel yang telah publish dengan
menggunakan data SDKI 2017.
2. Mengenali data sekunder dengan mereview kuesioner pada laporan SDKI
2017 yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti.
3. Menyusun pertanyaan penelitian terkait topik penelitian yang digunakan dan
membuat abstrak singkat untuk mendapatkan akses data SDKI 2017.
4. Melakukan registrasi melalui website DHS https://dhsprogram.com/ dan
mengirimkan abstrak singkat yang sudah dibuat untuk mendapatkan akses
data SDKI 2017 terkait topik penelitian. Dalam penelitian ini permintaan data
di DHS dilakukan pada tanggal 19 Oktober 2020 dan setelah mendapatkan
Page 66
51
persetujuan untuk mengakses data dari DHS, selanjutnya menyusun metode
penelitian.
5. Melakukan identifikasi variabel dengan mereview kembali variabel yang
akan dipakai dalam penelitian.
6. Mempersiapkan data untuk analisis (melakukan pembersihan data dengan
melihat missing data, membuat variabel baru untuk mempermudah analisis
data).
7. Analisis data (melakukan analisis data sesuai dengan tujuan dan metode
sampling) dimana dalam penelitian ini data dianalisis secara univariat,
bivariat dan multivariat diolah menggunakan program SPSS 26.
8. Menyusun hasil dan pembahasan penelitian yang telah dianalisis.
B. Hasil
1. Analisis Univariat
a. Kepatuhan konsumsi tablet tambah darah (TTD)
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Konsumsi TTD pada Ibu
Hamil di Indonesia
Kepatuhan Konsumsi TTD Frekuensi
(n= 12.466)
Persentase
(%)
Sesuai Rekomendasi (≥90 tablet) 6.042 48,47
Tidak Sesuai Rekomendasi (<90 tablet) 6.424 51,53
Tabel 4.1 menunjukkan kurang dari setengah (48,47%) ibu di
Indonesia mengonsumsi TTD sesuai rekomendasi (≥90 tablet) dan
sisanya (51,53%) tidak sesuai rekomendasi (<90 tablet).
Page 67
52
b. Karakteristik Ibu
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu di Indonesia
Karakteristik Frekuensi
(n= 12.466)
Persentase
(%)
Umur ibu
20-35 Tahun
<20 Tahun
>35 Tahun
9.016
314
3.136
72,32
2,52
25,16
Pendidikan ibu
Pendidikan Tinggi
Pendidikan Menengah
Pendidikan Dasar
Tidak Sekolah
2.231
7.162
2.954
119
17,89
57,45
23,69
0,95
Pekerjaan ibu
Bekerja
Tidak Bekerja
6.683
5.775
53,64
46,35
Paritas
Primipara
Multipara
Grandemultipara
3.899
7.695
872
31,27
61,72
6,99
Kuantitas ANC
Baik (≥ 4 kali)
Kurang (< 4 kali)
9.573
2.689
78,07
21,92
Kualitas ANC
Baik (10T)
Kurang (<10T)
9.149
3.069
74,88
25,11
Tenaga Pemeriksa Kehamilan
Tenaga Kesehatan
Bukan Tenaga Kesehatan
11.953
465
96,25
3,74
Tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar ibu Indonesia berumur 20-
35 tahun sebesar 72,32%, dengan pendidikan sebagian besar (57,45%)
adalah pendidikan menengah (tamat SMP/sederajat dan SMA/sederajat),
lebih dari setengah (53,64%) dengan status bekerja, sebagian besar
(61,72%) dengan paritas lebih dari satu (multipara), mayoritas ibu
(78,07%) dengan kuantitas ANC baik (satu kali trimester pertama, satu
kali trimester kedua, dan dua kali trimester ketiga), sebagian besar
Page 68
53
(74,88%)% dengan Kualitas ANC baik (melakukan pemeriksaan 10T
lengkap), dan hampir semua (96,25%) ibu melakukan pemeriksaan
kehamilan dengan tenaga kesehatan.
c. Karakteristik Keluarga
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Keluarga di Indonesia
Karakteristik keluarga Frekuensi
(n= 12.466)
Persentase
(%)
Tempat Tinggal
Perkotaan
Pedesaan
6.301
6.165
50,55
49,45
Status Sosial Ekonomi
Sangat Kaya
Kaya
Menengah
Miskin
Sangat Miskin
2.177
2.322
2.383
2.481
3.103
17,46
18,62
19,12
19,90
24,89
Tabel 4.3 menunjukkan setengah lebih (50,55%) ibu di Indonesia
tinggal di perkotaan, dengan status sosial ekonomi paling banyak adalah
sangat miskin 24,89% dan sangat kaya hanya sebesar 17,46%.
Page 69
54
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan karakteristik ibu dengan kepatuhan konsumsi tablet tambah
darah (TTD) pada ibu hamil di Indonesia
Tabel 4.4. Analisis Hubungan Karakteristik Ibu dengan Kepatuhan
Konsumsi TTD pada Ibu Hamil di Indonesia
Karakteristik Ibu
Kepatuhan Konsumsi TTD
Jumlah
p-value Sesuai
Rekomendasi
(≥90 tablet)
Tidak Sesuai
Rekomendasi
(<90 tablet)
n % n % n %
Umur ibu
<20 tahun
20-35 tahun
>35 tahun
124
4.380
1.538
2,05
72,49
25,46
190
4.636
1.598
2,96
72,17
24,87
314
9.016
3.136
2,52
72,32
25,16
0,005*
Pendidikan ibu
Pendidikan Tinggi
Pendidikan Menengah
Pendidikan Dasar
Tidak Sekolah
1.208
3.525
1.277
32
19,99
58,34
21,14
0,53
1.023
3.637
1.677
87
15,92
56,62
26,11
1,35
2.231
7.162
2.954
119
17,70
57,45
23,70
0,95
0,000*
Pekerjaan ibu
Bekerja
Tidak Bekerja
3.284
2.756
54,37
45,63
3.399
3.019
52,96
47,04
6.683
5.775
53,64
46,36
0,119*
Paritas
Primipara
Multipara
Grandemultipara
1.958
3.756
328
31,41
62,16
5,43
1.941
3.939
544
30,21
61,32
8,47
3.899
7.695
872
31,28
61,73
6,99
0,000*
Kuantitas ANC
Baik
Kurang
5.161
850
85,86
14,14
4.412
1.839
70,58
29,42
9.573
2.689
78,07
21,93
0,000*
Kualitas ANC
Baik
Kurang
4.817
1.116
81,19
18,81
4.332
1.953
68,93
31,07
9.149
3.069
74,88
25,12
0,000*
Tenaga Pemeriksa
Kehamilan
Tenaga Kesehatan
BukanTenaga Kesehatan
5.898
136
97,75
2,25
6.055
329
94,85
5,15
11.953
465
96,26
3,74
0,000*
*Kandidat Mulivariat (p ≤ 0,25)
Tabel 4.4 menunjukan pada kelompok umur, konsumsi TTD sesuai
rekomendasi dan konsumsi TTD tidak sesuai rekomendasi didominasi
oleh ibu umur 20-35 tahun berturut-turut sebesar 72,49% dan 72,17%.
Pada variabel pendidikan, konsumsi TTD sesuai rekomendasi dan tidak
sesuai rekomendasi keduanya didominasi oleh ibu dengan pendidikan
Page 70
55
menengah sebesar 58,34% dan 56,62%. Konsumsi TTD sesuai
rekomendasi dan tidak sesuai rekomendasi juga adalah ibu yang bekerja
(54,37% dan 52,96%). Dari variabel paritas kedua kategori kepatuhan
(sesuai rekomendasi dan tidak sesuai rekomendasi) didominasi oleh ibu
multipara (62,16% dan 61,32%). Pada variabel kuantitas ANC baik dan
kualitas ANC baik semua mendominasi mengonsumsi TTD sesuai
rekomendasi dan hampir semua ibu yang periksa kehamilan dengan
tenaga kesehatan mengonsumsi TTD sesuai rekomendasi.
Hasil analisis bivariat hubungan semua variabel karakteristik ibu
dengan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah memiliki nilai p ≤ 0,25
sehingga semua dianggap sebagai variabel kandidat untuk dianalisis
secara multivariat menggunakan uji regresi logistik multivariat.
b. Hubungan karakteristik keluarga dengan kepatuhan konsumsi tablet
tambah darah (TTD) pada ibu hamil di Indonesia
Tabel 4.5. Analisis Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Kepatuhan
Konsumsi TTD pada Ibu Hamil di Indonesia
Karakeristik Keluarga
Kepatuhan Konsumsi TTD
Jumlah
p-value Sesuai
Rekomendasi
(≥90 tablet)
Tidak Sesuai
Rekomendasi
(<90 tablet)
n % n % n %
Tempat Tinggal
Perkotaan
Pedesaan
3.476
2.566
57,53
42,47
2.825
3.599
43,98
56,02
6.301
6.165
50,55
49,45
0,000*
Status Sosial Ekonomi
Sangat Kaya
Kaya
Menengah
Miskin
Sangat Miskin
1.376
1.270
1.204
1.070
1.122
22,77
21,02
19,93
17,71
18,57
801
1.052
1.179
1.411
1.981
12,47
16,38
18,35
21,96
30,84
2.177
2.322
2.383
2.481
3.103
17,46
18,63
19,12
19,90
24,89
0,000*
*Kandidat Mulivariat (p ≤ 0,25)
Page 71
56
Tabel 4.5 menunjukkan analisis hubungan karakteristik keluarga
dengan kepatuhan konsumsi TTD. Berdasarkan tempat tinggal, ibu yang
mengonsumsi TTD sesuai rekomendasi didominasi oleh ibu yang tinggal
di perkotaan sebesar 57,53%. Sedangkan ibu yang mengonsumsi TTD
tidak sesuai rekomendasi sebagian besar (56,02%) tinggal di pedesaan.
Pada variabel status sosial ekonomi, menunjukkan bahwa sebagian
besar (30,84%) ibu dengan status sosial ekonomi sangat miskin
mengonsumsi TTD tidak sesuai rekomendasi. Sedangkan ibu yang
mengonsumsi TTD sesuai rekomendasi memiliki distribusi kekayaan
yang lebih merata.
Hasil analisis bivariat hubungan semua variabel karakteristik
keluarga dengan kepatuhan konsumsis tablet tambah darah pada ibu
hamil di Indonesia diperoleh nilai p ≤ 0,25 yang artinya semua variabel
akan masuk menjadi kandidat untuk dianalisis secara multivariat
menggunakan uji regresi logistik multivariat.
Page 72
57
3. Analisis Multivariat
Tabel 4.6. Pemodelan Awal Analisis Multivariat
Variabel B p
value
OR (95% CI)
Umur Ibu
20-35 tahun
< 20 tahun
> 35 tahun
-
0,088
-0,021
0,721
0,494
0,673
1
1,092 (0,848-1,406)
0,980 (0,891-1,078)
Pendidikan Ibu
PendidikanTinggi
Pendidikan Menengah
Pendidikan Dasar
Tidak Sekolah
-
-0,067
-0,138
0,168
0,130
0,221
0,041
0,456
1
0,935 (0,839-1,041)
0,871 (0,763-0,995)
1,183 (0,761-0,995)
Pekerjaan Ibu
Bekerja
Tidak Bekerja
-
0,003
-
0,943
1
1,003 (0,929-1,083)
Paritas
Multipara
Primipara
Grandemultipara
-
-0,056
0,164
0,055
0,204
0,050
1
0,945 (0,867-1,031)
1,178 (1,000-1,387)
Kuantitas ANC
Baik
Kurang
-
0,723
-
0,000
1
2,061 (1,873-2,267)
Kualitas ANC
Baik
Kurang
-
0,504
-
0,000
1
1,655 (1,516-1,808)
Tenaga Pemeriksa Kehamilan
Tenaga Kesehatan
Bukan Tenaga Kesehatan
-
0,594
-
0,000
1
1,811 (1,463-2,242)
Tempat Tinggal
Perkotaan
Pedesaan
-
0,231
-
0,000
1
1,260 (1,159-1,369)
Status Sosial Ekonomi
Sangat Kaya
Kaya
Menengah
Miskin
Sangat Miskin
-
0,329
0,409
0,615
0,748
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
1
1,389 (1,224-1,576)
1,506 (1,323-1,714)
1,849 (1,617-2,115)
2,112 (1,833-2,433)
Tabel 4.6 di atas menunjukkan variabel dengan nilai p < 0,05 adalah
kuantitas ANC, kualitas ANC, tenaga pemeriksa kehamilan, tempat tinggal,
Page 73
58
dan status sosial ekonomi. Artinya semua variabel tersebut akan
dimasukkan ke dalam tahap pemodelan selanjutnya. Sedangkan variabel
pekerjaan mempunyai nilai p value terbesar (p = 0,943) > 0,05 sehingga
variabel tersebut dikeluarkan dari model. Langkah selanjutnya semua
variabel yang memiliki nilai p > 0,05 akan dikeluarkan satu persatu dari
model. Hasil analisis multivariat variabel yang dikeluarkan dari model
secara berturut-turut yaitu pekerjaan ibu, umur ibu, paritas ibu, dan
pendidikan ibu.
Tabel 4.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Konsumsi Tablet
Tambah Darah pada Ibu Hamil di Indonesia
Variabel B p
value
OR (95% CI)
Kuantitas ANC
Baik
Kurang
0,735
0,000
1
2,085 (1,897-2,292)
Kualitas ANC
Baik
Kurang
0,504
0,000
1
1,655 (1,515-1,807)
Tenaga Pemeriksa Kehamilan
Tenaga Kesehatan
Bukan Tenaga Kesehatan
0,597
0,000
1
1,816 (1,467-2,248)
Tempat Tinggal
Perkotaan
Pedesaan
0,233
0,000
1
1,262 (1,162-1,371)
Status Sosial Ekonomi
Sangat Kaya
Kaya
Menengah
Miskin
Sangat Miskin
0,306
0,377
0,578
0,713
0,000
0,000
0,000
0,000
1
1,358 (1,201-1,535)
1,459 (1,289-1,651)
1,783 (1,571-2,023)
2,041 (1,792-2,324)
Constant -0,788 Overall Precentage = 60,9%
Tabel 4.7 hasil analisis mulitivariat regresi logistik, didapatkan
hanya ada lima variabel (kuantitas ANC, kualitas ANC, tenaga pemeriksa
Page 74
59
kehamilan, tempat tinggal dan status sosial ekonomi) yang menunjukkan
hubungan signifikan secara statistik dengan kepatuhan konsumsi TTD. Ibu
dengan kuantitas ANC kurang, beresiko 2,085 kali untuk mengonsumsi
TTD tidak sesuai rekomendasi dibandingkan ibu dengan kuantitas ANC
baik (OR 2,085; 95% CI 1,897-2,292). Begitu juga dengan ibu dengan
kualitas ANC kurang beresiko 1,655 kali untuk mengonsumsi TTD tidak
sesuai rekomendasi dibandingkan ibu dengan kualitas ANC baik (OR1,655;
95% CI 1,515-1,807).
Ibu yang periksa kehamilan bukan dengan tenaga kesehatan
beresiko 1,816 kali untuk mengonsumsi TTD tidak sesuai rekomendasi
dibandingkan ibu yang periksa kehamilan dengan tenaga kesehatan (OR
1,816; 95% CI 1,467-2,248). Sedangkan ibu yang tinggal di pedesaan
beresiko 1,262 kali untuk mengonsumsi TTD tidak sesuai rekomendasi
dibandingkan ibu yang tinggal di perkotaan (OR 1,262; 95% CI 1,162-
1,371). Selain itu hasil penelitian ini juga menunjukkan semakin miskin ibu
semakin tinggi kemungkinan untuk tidak patuh mengonsumsi TTD. Ibu
dengan status sosial ekonomi sangat miskin beresiko 2,041 kali untuk
mengonsumsi TTD tidak sesuai rekomendasi dibandingkan ibu dengan
status sosial ekonomi sangat kaya (OR 2,041; 95% CI 1,792-2,324).
Didapatkan dari semua variabel yang berhubungan dengan
kepatuhan konsumsi TTD, kuantitas ANC adalah faktor yang paling
dominan berhubungan dengan kepatuhan konsumsi TTD pada ibu hamil di
Indonesia karena memiliki nilai OR yang paling tinggi diantara variabel
Page 75
60
lain. Berdasarkan Tabel 4.7 penting bagi ibu untuk melakukan kunjungan
ANC lengkap, Mendapatkan 10 Pelayanan minimal saat kegiatan ANC,
Memeriksakan kehamilan dengan tenaga kesehatan, tinggal di perkotaan
dengan sumber informasi yang lebih mudah didapat, dan memiliki status
sosial ekonomi dengan kekayaan yang lebih merata. Secara keseluruhan
dapat menurunkan 60,9% prevalensi mengonsumsi tablet tambah darah
tidak sesuai rekomendasi jika menerapkan model tersebut.
Hasil analisis multivariat diperoleh model akhir regresi logistik
seperti pada Tabel 4.7. model persamaan regresi logistik sebagai berikut:
Logit P (Kepatuhan konsumsi tablet tambah darah) = -0,788 + (0,735*Kuantitas
ANC kurang) + (0,504*Kualitas ANC kurang) + (0,597*Non tenaga kesehatan)
+ (0,233*Pedesaan) + (0,713*Sangat miskin).
Probabilitas ibu hamil mengonsumsi tablet tambah darah tidak
sesuai rekomendasi berdasarkan nilai-nilai prediktor dapat dihitung
dihitung dengan persamaan berikut:
P =1
1+𝑒− (𝛼+𝛽1𝑋1+𝛽2𝑋2+𝛽3𝑋3+⋯.𝛽𝑘𝑋𝑘)
P =1
1+𝑒− (−0,788+0,735+0,504+0,597+0,233+0,713)
P =1
1+𝑒− (1,994) = 0,88 = 88%
Persamaan di atas artinya ibu dengan kuantitas dan kualitas ANC
kurang, tinggal di pedesaan, periksa kehamilan bukan dengan tenaga
kesehatan serta status sosial ekonomi sangat miskin mempunyai
probabilitas untuk mengonsumsi tablet tambah darah tidak sesuai
Page 76
61
rekomendasi (<90 tablet) sebesar 88% dibandingkan dengan ibu tanpa
faktor resiko.
C. Pembahasan
1. Kepatuhan ibu hamil mengonsumsi tablet tambah darah (TTD)
Wanita hamil merupakan kelompok populasi yang rentan mengalami
anemia gizi besi. Anemia gizi besi yang terjadi pada ibu hamil akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin/bayi saat kehamilan
maupun setelah melahirkan. Hasil Riskesdas tahun 2018 menyatakan bahwa
sebesar 48,9% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia (Kemenkes RI,
2019). Oleh karena itu program pemberian tablet tambah darah (TTD) pada
ibu hamil minimal 90 tablet selama kehamian merupakan salah satu upaya
pemerintah Indonesia untuk mencegah dan menanggulangi masalah anemia
gizi besi (Kemenkes RI, 2014).
Anemia yang terjadi pada ibu hamil disebabkan karena kebutuhan zat
besi yang diperlukan untuk membentuk hemoglobin tidak terpenuhi.
Kebutuhan zat besi selama hamil meningkat sangat tajam, rata-rata sebanyak
800-1040 mg, meningkatnya kebutuhan ini disebabkan oleh meningkatnya
volume darah selama kehamilan, pertambahan massa jaringan tubuh ibu dan
pertumbuhan janin. Sementara itu, asupan zat besi dari makanan tidak selalu
mencukupi kebutuhan ibu. Oleh karena itu ibu hamil dianjurkan minum
suplemen yang mengandung 250 mg zat besi dalam bentuk ferrous sulfate
atau setara dengan 60 mg besi elemental dan 400 mikrogram asam folat
selama kehamilan. Dimana kandungan kedua zat gizi tersebut telah tersedia
Page 77
62
dalam tablet tambah darah. Ibu hamil dianjurkan minum 1 tablet per hari
selama kehamilannya minimal 90 tablet (Damayanti et al., 2017).
Perhitungan kebutuhan makan ibu 3 kali sehari atau 1000-2500 kalori
menghasilkan sekitar 10-15 mg zat besi perhari, namun hanya 1-2 mg saja
yang di absorpsi. Jika ibu mengonsumsi 60 mg zat besi, sebanyak 6-8 mg zat
besi dapat diabsorpsi, jika konsumsi ini dilakukan rutin selama 90 hari maka
total zat besi yang diabsorpsi adalah sebesar 720 mg dan 180 mg didapatkan
dari konsumsi harian ibu (Susiloningtyas, 2012).
Hasil penelitian ini menemukan bahwa ibu di Indonesia yang
mengonsumsi TTD sesuai rekomendasi (≥90 tablet) hanya sebesar 48,47%
dan ibu yang mengonsumsi TTD tetapi tidak sesuai rekomendasi (<90 tablet)
sebesar 51,53%. Hal ini menunjukkan lebih dari setengah ibu di Indonesia
tidak patuh mengonsumsi TTD. Persentase kepatuhan konsumsi TTD sesuai
rekomendasi yang rendah juga dipengaruhi oleh cakupan pemberian TTD
belum mencapai target. Berdasarkan Rencana Strategis Kementrian
Kesehatan (Renstra) Tahun 2015-2019 persentase ibu hamil mendapatkan
TTD adalah sebesar 98%, namun cakupan pemberian TTD pada ibu hamil di
Indonesia tahun 2019 hanya sebesar 64%. Artinya angka tersebut belum
mencapai target Renstra (Kemenkes RI, 2019).
Persentase ibu yang mengonsumsi TTD sesuai rekomendasi di Indonesia
lebih tinggi dibandingkan di Filipina sebesar 19% (Spring, 2014), Kamboja
(47%) (Lacerte et al., 2011), India 36,9% (Manas et al., 2013), di Adwa,
Tigray Ethiopia (40,9%) (Gebremichael & Welesamuel, 2020), di Hawassa,
Page 78
63
Ethiopia Selatan (38,3%) (Kassa et al., 2019), dan di Kiambu County, Kenya
(32,7%) (Kamau et al., 2018). Namun persentase ini jauh lebih rendah jika
dibandingkan dengan beberapa penelitian lain, seperti penelitian di Malaysia
(77,5%) (Theng et al., 2017), Thailand (58%) (Sukchan et al., 2020), Gondar,
Ethiopia (55,3%) (Birhanu et al., 2018), di Debre Markos, Ethiopia Barat
(55,5%) (Abebaw et al., 2020), di Sri Lanka (80,1%) (Malshani et al., 2020),
dan penelitian yang dilakukan Siabani, dkk (2018) di Iran Barat yang
melaporkan kepatuhan konsumsi suplemen zat besi pada wanita hamil relatif
tinggi yaitu 71,6%, hasil penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa meski
kepatuhan terhadap konsumsi suplemen zat besi di Iran Barat relatif tinggi
kebanyakan wanita hamil di sana tidak mulai mengonsumsi suplemen secara
teratur atau pada waktu yang tepat, biasanya karena lupa dan atau karena
mengalami efek samping yang merugikan.
Perbedaaan penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh bedanya lokasi
geografis, perbedaan waktu penelitian, pelatihan tenaga kesehatan dan
standar pelayanan kesehatan di tingkat fasilitas kesehatan yang berbeda,
dimana penelitian ini adalah analisis data sekunder dari survei SDKI 2017.
Data responden diperoleh mencakup seluruh wilayah Indonesia, sehingga
tidak semua tenaga kesehatan dan standar pelayanan kesehatan di masing-
masing wilayah memiliki keterampilan yang sama. Sedangkan beberapa
penelitian lain di luar negeri sebagian dilakukan di rumah sakit besar di
perkotaan dengan fasilitas dan standar kesehatan yang lebih baik dan bisa
meningkatkan kepatuhan wanita hamil untuk mengonsumsi tablet zat besi.
Page 79
64
Ada alasan berbeda untuk kepatuhan dan ketidakpatuhan terhadap
konsumsi tablet tambah darah, di Indonesia sendiri alasan utama ibu tidak
patuh mengonsumsi TTD adalah tidak suka, mual/muntah karena kehamilan,
bosan, lupa, dan efek samping (Kemenkes RI, 2018). Hasil penelitian di
Debre Morkos, Ethiopia Barat menjelaskan bahwa mendapatkan konseling
dari penyedia layanan kesehatan, dan takut sakit merupakan alasan utama
para ibu hamil untuk patuh mengonsumsi TTD, hal ini karena terjadi
peningkatan pengetahuan tentang anemia (termasuk komplikasi kehamilan),
suplementasi zat besi dan asam folat yang dihasilkan dari konseling yang
tepat. Ibu hamil bersedia mengonsumsi dengan patuh jika penyedia layanan
kesehatan dapat memberikan konseling tentang manfaat tablet tambah darah
dengan baik dan tepat (Abebaw et al., 2020).
Alasan lain untuk kepatuhan wanita hamil mengonsumsi TTD adalah
mendapatkan dukungan keluarga. Alasan di baliknya adalah bahwa ketika
wanita hamil mendapatkan dukungan keluarga, mereka akan memiliki
kesempatan untuk tidak melupakan tablet zat besi dan akan lebih memiliki
perhatian yang besar terhadap konsumsi tablet zat besi. Dukungan keluarga
terutama suami sangat berperan dalam kepatuhan, karena suami menganggap
tablet zat besi sebagai obat dan berpikir harus diminum sepenuhnya tanpa
terlewat, oleh karena itu mereka mengingatkan perempuan untuk meminum
tablet tersebut (Nisar et al., 2014).
Sedangkan alasan utama ibu hamil tidak patuh mengonsumsi TTD adalah
karena lupa. Temuan dari studi kualitatif mengungkapkan bahwa sejak tablet
Page 80
65
zat besi diminum pada malam hari, ibu hamil lupa mengonsumsi tablet
tersebut pada siang hari karena disibukkan dengan berbagai pekerjaan dan
pada malam hari mereka lelah dan istirahat. Kurangnya perhatian terhadap
kepatuhan juga dapat menyebabkan wanita hamil lupa untuk mengonsumsi
tablet zat besi. Selain lupa, ketakutan akan efek samping dari tablet zat besi
seperti mual, muntah, diare, dan sembelit juga menjadi alasan
ketidakpatuhan. Ketakutan akan efek samping disebabkan oleh kurangnya
konseling dari penyedia layanan kesehatan dan penurunan pengetahuan
wanita tentang anemia dan tablet zat besi. Melalui penyuluhan yang lebih baik
terkait tablet zat besi, ketidakpatuhan karena takut akan efek samping akan
bisa dikurangi (Abebaw et al., 2020).
Prevalensi anemia yang tinggi mencerminkan ketidakpatuhan terhadap
konsumsi suplemen zat besi sesuai rekomendasi, akan tetapi dengan patuh
saja tidak menutup kemungkinan ibu hamil masih mengalami anemia
dikarenakan cara mengonsumsi suplement zat besi yang masih salah. Agar
penyerapan zat besi menjadi maksimal dianjurkan minum dengan air yang
matang, konsumsi makanan dengan kandungan vitamin yang membantu
penyerapan zat besi seperti vitamin C, serta mengurangi konsumsi makanan
yang dapat menghambat penyerapan zat besi seperti kopi, teh dan susu saat
minum tablet besi (Awalamaroh et al., 2018).
Penelitian yang dilakukan di Kurunegala, Sri Lanka menjelaskan meski
tingkat kepatuhan konsumsi tablet zat besi terbilang tinggi yaitu 80,1%
namun prevalensi anemia ibu selama kehamilan juga tinggi, diduga karena
Page 81
66
kepatuhan diet yang buruk. Sri Lanka adalah negara di mana minum teh
adalah tradisi yang kuat sehingga > 85% orang disana secara teratur minum
teh hitam (Malshani et al., 2020).
Teh dan kopi yang mengandung kafein dapat mengganggu penyerapan
zat besi. Selain itu kalsium yang berasal dari produk susu dan olahnnya juga
dapat mengganggu penyerapan zat besi. Suplemen zat besi sebaiknya
dikonsumsi saat perut kosong, atau satu sampai dua jam sebelum atau setelah
makan. Ketidakpatuhan pola makan akan menyebabkan orang kekurangan zat
besi meskipun kepatuhannya dalam mengonsumsi suplemen zat besi
terbilang baik (Malshani et al., 2020).
2. Umur dengan kepatuhan konsumsi TTD
Ibu di Indonesia mayoritas berumur 20-35 tahun sebesar 72,32%. Hasil
penelitian ini menemukan bahwa umur ibu bukanlah faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah, karena hasil
penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan konsumsi tablet tambah darah
pada ibu hamil usia 20-35 tahun baik yang mengonsumsi TTD sesuai
rekomendasi ataupun yang mengonsumsi TTD tidak sesuai rekomendasi
berturut-turut sebesar 72,49 % dan 72,1%. Usia mempengaruhi pola pikir
seseorang. Ibu dengan usia produktif (20-35 tahun) dapat berfikir lebih
rasional dibandingkan ibu dengan usia yang lebih muda atau terlalu tua
(Rachmawati et al., 2017).
Ibu hamil yag usianya lebih tua belum tentu memiliki tingkat konsumsi
tablet tambah darah yang tinggi, sebaliknya ibu hamil berusia lebih muda juga
Page 82
67
belum tentu memiliki tingkat konsumsi tablet tambah darah yang rendah.
Tidak semua ibu mengetahui kelompok usia berisiko dan tidak berisiko untuk
hamil, Ibu hamil menganggap usia dan kehamilan tidak berkaitan, padahal
ketika ibu hamil pada usia risiko (<20 tahun), tinggi kemungkinan adanya
komplikasi kehamilan dan akan menimbulkan risiko yang lebih besar
dibandingkan ibu hamil pada usia tidak berisiko (>20 tahun) (Shofiana et al.,
2018). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian di India (Mithra et al.,
2014), dan di beberapa bagian dari ethiopia seperti Adwa, Tigray Ethiopia
(Gebremichael & Welesamuel, 2020), dan Zona Barat Laut, Tigray, Ethiopia
yang menemukan bahwa usia tidak berhubungan dengan kepatuhan konsumsi
suplemen zat besi pada wanita hamil (Gebre, 2015).
Berbeda dengan penelitian di Iran Barat (Siabani et al., 2018) dan
penelitian di Distrik Mecha, Amhara Barat yang menemukan bahwa usia
merupakan faktor yang signifikan berpengaruh terhadap kepatuhan konsumsi
suplemen besi. Wanita berusia 35-49 tahun tiga kali lebih mungkin patuh
terhadap suplementasi folat besi dibandingkan dengan wanita dengan usia
yang lebih muda (15-24 tahun). Alasannya adalah bahwa wanita yang lebih
tua mungkin lebih memperhatikan kesehatan dan kehamilan mereka,
mendapatkan dukungan dan kerjasama yang diperlukan dari anggota keluarga
mereka dan memiliki pengalaman yang lebih baik dalam pencegahan dan
pengobatan anemia defisiensi besi (Taye et al., 2015).
Page 83
68
3. Pendidikan dengan kepatuhan konsumsi TTD
Ibu di Indonesia sebagian besar berpendidikan menengah sebesar 57,45%.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan
ibu dengan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil di
Indonesia karena hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan ibu
dengan pendidikan menengah yang mengonsumsi TTD sesuai rekomendasi
(58,34%) dan ibu yang konsumsi TTD tidak sesuai rekomendasi (56,62%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Abdullahi, dkk (2014) di Khartoum,
Sudan dan penelitian Manas et al., (2013) di Lucknow, India yang
menemukan tidak ada hubungan pendidikan terhadap kepatuhan konsumsi
suplemen zat besi pada ibu hamil. Meski begitu pendidikan diketahui
mempengaruhi status anemia serta pemanfaatan perawatan antenatal.
Kebutuhan akan informasi dan pendidikan ibu yang tidak terpenuhi
mengharuskan petugas kesehatan lebih memaksimalkan perannya terutama
bisa menjelaskan kepada ibu hamil yang buta huruf atau melek huruf (Manas
et al., 2013).
Berbeda dengan hasil penelitian di Adis Ababa, Ethiopia yang
menjelaskan bahwa pendidikan berhubungan dengan kepatuhan konsumsi
suplemen zat besi. Wanita hamil dengan status pendidikan tamat sekolah
menengah dan perguruan tinggi setidaknya 4 kali lebih mungkin untuk
mematuhi konsumsi suplemen zat besi dibandingkan dengan mereka yang
tidak dapat membaca dan menulis (Nasir et al., 2020). Penelitian lain di
Denbiya, Ethiopia juga mengungkapkan bahwa pendidikan ibu merupakan
Page 84
69
faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan konsumsi suplemen zat besi, ibu
hamil yang memiliki pendidikan menengah ke atas 3,44 kali memiliki
kepatuhan yang baik terhadap konsumsi suplemen zat besi dibandingkan
mereka yang tidak memiliki pendidikan mengah ke atas. Hal ini karena
pendidikan lebih mungkin untuk meningkatkan kesadaran ibu hamil tentang
dampak dari kekurangan zat besi, dan wanita yang berpendidikan memiliki
kemampuan untuk memahami dan menerima masukan dari petugas kesehatan
terkait informasi yang diberikan mengenai manfaat suplemen zat besi
(Tarekegn et al., 2019).
Perbedaan penelitian karena sebagian besar ibu di Indonesia menempuh
pendidikan formal paling banyak pada tamatan sekolah menengah. Informasi
terkait tablet tambah darah tidak selalu diperoleh disekolah sehingga hal ini
menunjukkan bahwa pendidikan seseorang tidak selalu berpengaruh terhadap
kepatuhan konsumsi tablet tambah darah. Apabila ibu hamil memiliki banyak
pengalaman yang terkait dengan kesehatan, dan memiliki kematangan jiwa
serta emosi dalam mengambil keputusan maka ibu hamil akan patuh
mengonsumsi tablet setiap hari. Ibu hamil tidak hanya mendapat informasi
terkait kehamilan dari bangku sekolah, namun bisa juga dari berbagai sumber
salah satunya saat kunjungan kehamilan di puskesmas, kelas ibu hamil, atau
saat posyandu (Shofiana et al., 2018).
4. Pekerjaan dengan kepatuhan konsumsi TTD
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara pekerjaan
ibu dengan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah (p value 0,943). Dalam
Page 85
70
penelitian ini lebih banyak ibu bekerja dibandingkan ibu yang tidak bekerja.
Konsumsi tablet tambah darah sesuai rekomendasi dan tidak sesuai
rekomendasi semua didominasi oleh ibu yang bekerja.
Pekerjaan erat kaitannya dengan status ekonomi yang mengacu pada
penghasilan dan juga ibu yang bekerja cenderung mudah mendapatkan
informasi karena mereka sering berinteraksi dengan orang lain dibandingkan
ibu yang tidak bekerja. Ibu hamil yang memiliki penghasilan berhubungan
dengan kemampuan ibu untuk memperoleh pengetahuan tentang tablet besi
dan anemia. Hal ini terlihat dari kepemilikan smartphone atau media yang
dapat digunakan ibu untuk mengakses informasi mengenai tablet zat besi dan
anemia (Aminin & Dewi, 2020).
Ibu yang tidak bekerja berarti tidak mempunyai penghasilan, sedangkan
ibu yang bekerja memiliki penghasilan yang membuat mereka lebih mudah
untuk membeli tablet tambah darah, akan tetapi bukan berarti ibu yang tidak
bekerja tidak bisa mendapatkan tablet tambah darah, karena tablet bisa
diperoleh secara gratis melalui pelayanan kesehatan seperti saat kunjungan
ANC (Juanda, 2020). Ibu hamil yang bekerja dengan aktivitas tinggi dan
padat lebih memilih untuk mementingkan karirnya dibandingkan dengan
kesehatannya sendiri, sehingga sulit untuk patuh dalam melakukan kunjungan
ANC dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang memiliki waktu yang
lebih luang untuk dapat mengatur dan menjadwalkan kunjungan ANC secara
optimal (Rachmawati et al., 2017).
Page 86
71
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian di Sri Lanka yang
menemukan bahwa pekerjaan berpengaruh terhadap kepatuhan konsumsi
suplemen zat besi dan asam folat, dimana kepatuhan ibu mengonsumsi
suplemen besi dan asam folat 1,7 kali lebih besar di antara ibu yang tidak
bekerja, hal ini karena perencanaan dan penjadwalan waktu ibu yang bekerja
lebih baik, termasuk kapan harus mengonsumsi suplemen, oleh ibu yang
bekerja (Malshani et al., 2020).
5. Paritas dengan kepatuhan konsumsi TTD
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
paritas ibu dengan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil
di Indonesia karena berdasarkan hasil pada Tabel 4.4 persentase kepatuhan
konsumsi TTD ibu hamil sesuai rekomendasi dan tidak sesuai rekomendasi
semuanya didominasi oleh ibu multipara dan hasilnya tidak jauh berbeda
(62,16 % dan 61,32 %).
Kehamilan pertama kali (primipara) dikaitkan dengan kepatuhan
konsumsi tablet zat besi dan asam folat yang tinggi, hal ini dapat dipengaruhi
oleh saat pertama kali hamil ibu sangat berhati-hati sehingga ibu mengikuti
saran terkait konsumsi tablet zat besi dan asam folat untuk memastikan
kondisi ibu dan janin terjaga dengan baik. Wanita yang pernah hamil dan
memiliki pengalam melahirkan sudah beberapa kali (Grandemultipara)
mungkin mengalami efek samping yang tidak diinginkan oleh karena itu
mereka ragu untuk mengonsumsi kembali tablet zat besi dan asam folat
(Kamau et al., 2018).
Page 87
72
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nasir et al., (2020) di Adis
Ababa, Ethiopia yang menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signfikan antara paritas ibu dengan kepatuhan konsumsi suplemen besi dan
asam folat selama kehamilan. Berbeda dengan penelitian di Bahir Dar,
Ethiopia yang menemukan bahwa paritas merupakan faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan terhadap suplemen besi, menurut penelitan
tersebut ibu multipara 2,28 kali dan ibu primipara 3,45 kali lebih mungkin
untuk mematuhi penggunaan suplemen besi dibandingkan ibu nulipara.
Kepatuhan ini mungkin karena alasan ibu primipara dan multipara memiliki
pengalaman meredakan gejala, takut terjadi komplikasi lebih lanjut karena
kehilangan darah selama persalinan, dan mengalami penurunan simpanan zat
besi karena kehamilan sebelumnya (Mekonnen et al., 2017).
Paritas ibu juga mempengaruhi kunjungan ibu hamil ke fasilitas
kesehatan. Ibu dengan jumlah paritas yang tinggi tidak terlalu khawatir
dengan kehamilannya lagi sehingga menurunkan angka kunjungannya,
sedangkan ibu dengan kehamilan pertama merasa ANC merupakan sesuatu
yang baru sehingga ibu memiliki motivasi yang lebih tinggi untuk melakukan
kunjungan ke fasilitas kesehatan (Rachmawati et al., 2017).
6. Kuantitas ANC dengan kepatuhan konsumsi TTD
Pada penelitian ini kuantitas Ante Natal Care (ANC) berhubungan
dengan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil di Indonesia.
Ibu dengan Kuantitas ANC kurang, beresiko 2,085 kali untuk mengonsumsi
TTD tidak sesuai rekomendasi dibandingkan dengan ibu dengan kuantitas
Page 88
73
ANC baik. Ibu hamil yang mengonsumsi TTD sesuai rekomendasi 85,86 %
adalah ibu dengan jumlah kunjungan ANC ≥ 4 kali selama kehamilan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian di Kamboja (Lacerte et al., 2011)
yang menjelaskan bahwa jumlah kunjungan ANC merupakan prediktor
kepatuhan konsumsi tablet Fe. Peneltian Tarekegn et al., (2019) di Distrik
Denbiya, Ethiopia juga menjelaskan bahwa jumlah kunjungan ANC
ditemukan sebagai faktor p[enentu kepatuhan konsumsi suplemen zat besi,
ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC tiga kali atau lebih, 4,14 kali lebih
patuh mengonsumsi suplemen zat besi dibandingkan ibu hamil yang hanya
melakukan satu kali kunjungan ANC.
Ante Natal Care (ANC) merupakan pelayanan komprehensif dan
berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Pelayanan tersebut dapat
diberikan oleh dokter, bidan, perawat dan tenaga medis lain yang terlatih dan
profesional. Tujuannya untuk mempersiapkan persalinan dan kelahiran
dengan mencegah, mendeteksi, dan mengatasi 3 masalah kesehatan selama
kehamilan yang memengaruhi ibu hamil dan janinnya, meliputi komplikasi
kehamilan, kondisi yang mungkin dapat membahayakan kehamilan ibu, serta
efek dari gaya hidup yang tidak sehat (Rachmawati et al., 2017).
Kunjungan ANC merupakan peluang yang baik untuk meningkatkan
kepatuhan karena dengan melakukan kunjungan ANC disanalah terjadi
pertemuan dan diskusi antara ibu hamil dengan tenaga kesehatan, dengan
demikian tenaga kesehatan dapat memberikan informasi terkait manfaat dari
suplemen zat besi untuk ibu hamil. Petugas kesehatan mempunyai peran
Page 89
74
penting untuk meningkatkan kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi
suplemen zat besi dengan cara memberikan pelayanan yang baik dan tepat
kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhannya (Abebaw et al., 2020).
Ibu hamil dengan kunjungan ANC minimal 4 kali (satu kali pada
trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester
ketiga) memiliki peluang yang lebih besar untuk patuh mengonsumsi
suplemen zat besi, karena suplemen zat besi diperoleh saat melakukan
kunjungan dan juga dijelaskan manfaat terkait konsumsi suplemen zat besi
tersebut saat melakukan kunjungan ANC (Juanda, 2020).
7. Kualitas ANC dengan kepatuhan konsumsi TTD
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara kualitas Ante Natal
Care (ANC) ibu dengan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah di
Indonesia. Ibu dengan kualitas ANC kurang, beresiko 1,655 kali untuk
mengonsumsi TTD tidak sesuai rekomendasi dibandingkan dengan ibu
dengan kualitas ANC baik. Ibu yang mengonsumsi TTD sesuai rekomendasi
81.19% adalah ibu dengan kualitas ANC baik. Pemeriksaan kehamilan saat
kegiatan ANC sangat disarankan bagi ibu hamil untuk memonitor kesehatan
ibu dan janin dalam kandungan. Pentingnya pemeriksaan kehamilan ini
berguna dalam mepertahankan kesehatan fisik dan mental ibu, memonitor
kesehatan ibu dan janin supaya saat persalinan aman, tercapainya kesehatan
bayi yang optimal, mendeteksi dini, mengatasi komplikasi dan penyakit
kehamilan yang mungkin dapat muncul seperti (hipertensi dalam kehamilan,
Page 90
75
diabetes dalam kehamilan, anemia, berat bayi lahir rendah, kehamilan anggur,
dll) (Hamdiyah, 2019).
Mendapatkan pelayanan antenatal juga berguna untuk membangun rasa
saling percaya antara klien dan petugas kesehatan, memperoleh informasi
dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya, mengidentifikasi dan
menatalaksana kehamilan resiko tinggi, mengupayakan terwujudnya kondisi
terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya, memberikan pendidikan
kesehatan yang diperlukan dan merawat bayi, menghindari gangguan
kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu
hamil dan bayi yang dikandungnya (Hamdiyah, 2019).
Kegiatan dalam pelayanan antenatal yang tidak lengkap akan berdampak
pada sulinya mendeteksi faktor-faktor risiko kemungkinan komplikasi
kehamilan pada ibu hamil. Seringkali kegiatan ANC yang tidak lengkap
terjadi karena ibu hamil hanya melakukan pemeriksaan fisik saja (berat
badan, tinggi badan, tekanan darah, tinggi fundus uteri, letak janin, dan
denyut jantung janin), sedangkan pemeriksaan yang lainnya diabaikan. Setiap
unsur pelayanan antenatal harus dilakukan secara lengkap mengikuti standar
minimal pelayanan antenatal “10 T” hal ini bertujuan agar pelayanan
antenatal yang diberi berkualitas dan dapat mendeteksi komplikasi secara
tepat sehingga dapat merencanakan pelayanan khusus yang dibutuhkan ibu
(Ruwayda, 2016).
Salah satu kegiatan penting saat ANC adalah pemberian tablet tambah
darah dan kegiatan konseling. Tujuan diberikan tablet tersebut yaitu untuk
Page 91
76
mencegah terjadinya anemia. Apabila ibu hamil mengalami anemia dapat
menyebabkan meningkatnya resiko keguguran, prematuritas, atau berat bayi
lahir rendah (BBLR). Selain itu pada saat kegiatan ANC ibu juga
diberitahukan tentang komplikasi kehamilan sehingga dengan diberitahu
tentang komplikasi kehamilan ibu akan lebih menyadari pentingnya
mengikuti anjuran dari petugas kesehatan terutama akan patuh mengonsumsi
tablet tambah darah sesuai rekomendasi (Juanda, 2020).
Penelitian di Adis Ababa, Ethiopia mengungkapkan konseling yang
efektif selama kunjungan ANC adalah alasan utama kepatuhan yang baik
terhadap konsumsi suplemen zat besi. Melalui konseling yang efektif saat
kegiatan ANC dengan menyarankan strategi untuk mengingat tablet zat besi
seperti meletakkan di tempat yang bisa dilihat setiap hari, mengonsumsi tablet
sebelum atau setelah makan untuk meminimalkan efek samping dapat
meningkatkan kepatuhan konsumsi suplemen zat besi pada ibu hamil (Nasir
et al., 2020). Penelitian di Tigray, Ethiopia juga menjelaskan bahwa
konseling adalah faktor yang ditemukan terkait dengan kepatuhan terhadap
suplemen zat besi. Kemungkinan kepatuhan 4,21 kali lebih tinggi di antara
ibu yang menerima konseling dibandingkan ibu hamil yang tidak menerima
konseling (Gebremichael & Welesamuel, 2020).
8. Tenaga pemeriksa kehamilan dengan kepatuhan konsumsi TTD
Hasil penelitian menunjukkan tenaga pemeriksa kehamilan berhubungan
dengan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil di Indonesia.
Hampir semua (96,25%) ibu di Indonesia periksa kehamilan dengan tenaga
Page 92
77
kesehatan. Ibu hamil yang periksa kehamilan bukan dengan tenaga kesehatan
beresiko 1,816 kali untuk mengonsumsi TTD tidak sesuai rekomendasi
dibandingkan ibu yang periksa kehamilan dengan tenaga kesehatan. Perilaku
tenaga kesehatan mampu memberikan penyuluhan seoptimal mungkin
terutama tentang pentingnya mengonsumsi suplemen zat besi pada ibu hamil
untuk menjaga kesehatan diri dan janin yang dikandung. selain itu perhatian
yang diberikan tenaga kesehatan seperti memberi pelayanan dengan
tersenyum, serta memberi umpan balik atas kunjungan sebelumnya dapat
meningkatkan kepuasan atas pelayanan yang diberikan sehingga diharapkan
kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet zat besi dapat ditingkatkan
(Juanda, 2020).
Hasil penelitian Selvaraj et al., (2017) di Tamil India, wanita hamil
memiliki persepsi positif terhadap pelayanan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan sehingga kepuasan terhadap pelayanan kesehatan bisa
mempengaruhi kepatuhan konsumsi suplemen zat besi. Sedangkan pelayanan
dari bukan tenaga kesehatan misalnya dukun bayi, ibu hamil yang memilih
dukun bayi untuk memeriksakan kehamilan ataupun untuk menolong saat
melahirkan dengan alasan karena tidak bisa menghubungi bidan, selain itu
biaya yang dikeluarkan juga cukup murah.
Pengetahuan dan keterampilan dukun bayi tidak diperoleh dari
pendidikan formal, melainkan bentuk proses sosial semata. Dalam
prakteknya sebagian menggunakan bantuan kekuatan spiritual sehingga
sangat terbatas sekali pengetahuan tentang ilmu kesehatan yang berkaitan
Page 93
78
dengan kehamilan ibu termasuk pengetahuan tentang manfaat tablet zat besi
(Habari, 2020).
9. Tempat tinggal dengan kepatuhan konsumsi TTD
Tempat tinggal merupakan faktor yang signifikan berhubungan dengan
kepatuhan konsumsi TTD. Ibu hamil yang tinggal di pedesaan beresiko 1,257
kali untuk mengonsumsi TTD tidak sesuai rekomendasi dibandingkan dengan
ibu yang tinggal di perkotaan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian di
Gondar Ethiopia yang menemukan bahwa tempat tinggal berhubungan
dengan kepatuhan terhadap suplementasi zat besi dan asam folat. Wanita di
perkotaan lebih cenderung untuk mematuhi suplemen zat besi daripada
wanita di pedesaan. Penduduk perkotaan memiliki keistimewaan terhadap
faktor pendukung dibandingkan dengan penduduk pedesaan, penduduk
perkotaan memiliki akses yang lebih baik ke fasilitas kesehatan (Birhanu et
al., 2018). Berbeda dengan hasil penelitian di Tigay Ethiopia menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara wanita hamil di perkotaan
dan di pedesaan dalam hal kepatuhan terhadap konsumsi suplemen zat besi
(Gebre, 2015).
Wanita di pedesaan memiliki informasi terbatas tentang suplemen zat
besi dan asam folat serta manfaatnya. Beberapa alasan terkait hal tersebut,
mereka malas melakukan kunjungan kesehatan karena jarak ke fasilitas
kesehatan yang jauh, kemiskinan dan tidak ada informasi yang diberikan oleh
dokter bahkan ketika mereka mengunjungi fasilitas kesehatan. Sumber
informasi tentang sumplemen zat besi dan asam folat berbeda antara di
Page 94
79
perkotaan dan di pedesaan, wanita yang tinggal diperkotaan akan cenderung
menerima informasi lebih cepat dari berbagai sumber karena akses pelayanan
kesehatan di perkotaan jauh lebih banyak dibandingkan di pedesaan (Nisar et
al., 2014).
Semakin jauh jarak fasilitas kesehatan dari tempat tinggal ibu hamil serta
semakin sulit akses menuju ke fasilitas kesehatan akan menurunkan motivasi
ibu hamil untuk melakukan kunjungan ANC sehingga peluang ibu untuk
mendapatkan tablet zat besi sangat kecil. Jauhnya jarak ke fasilitas kesehatan
akan membuat ibu berfikir dua kali untuk melakukan kunjungan karena akan
memakan banyak waktu dan tenaga setiap melakukan kunjungan
(Rachmawati et al., 2017).
10. Sosial ekonomi dengan kepatuhan konsumsi TTD
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara
statistik antara status sosial ekonomi ibu dengan kepatuhan konsumsi tablet
tambah darah di Indonesia. Ibu hamil dengan status sosial ekonomi sangat
miskin beresiko 2 kali untuk mengonsumsi TTD tidak sesuai rekomendasi
dibandingkan ibu hamil dengan status sosial ekonomi sangat kaya. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Kiambu, Kenya yang
menjelaskan bahwa faktor sosial ekonomi terutama pendapatan tinggi
berpengaruh terhadap kepatuhan yang baik dalam mengonsumsi suplemen zat
besi (Kamau et al., 2018).
Berbeda dengan penelitian di Lucknow, India yang menemukan bahwa
status sosial ekonomi tidak berpengaruh terhadap kepatuhan konsumsi tablet
Page 95
80
zat besi, namun dalam penelitian tersebut menjelaskan latar belakang sosial
perlu mendapat perhatian khusus. Seringkali lingkungan sosial dan kendala
budaya menjadi kendala dalam mencari perawatan kesehatan yang tepat tidak
hanya untuk konsumsi tablet zat besi tapi juga untuk peningkatan status
kesehatan ibu sehingga akar penyebab dari masalah ekonomi harus diatasi
(Manas et al., 2013). Penelitian di Tamil, India juga menyebutkan bahwa
wanita dari rumah tangga dengan kuintil kekayaan tinggi cenderung tidak
mematuhi suplemen zat besi karena kesehatan yang baik dan dapat
mengaksesnya saat dibutuhkan (Selvaraj et al., 2017).
Pendapatan mempengaruhi sosial ekonomi keluarga, pendapatan
keluarga yang rendah cenderung mempengaruhi ibu untuk tidak mematuhi
konsumsi tablet zat besi dibandingkan dengan keluarga yang memiliki
pendapatan yang lebih tinggi (Agegnehu et al., 2019). Ibu yang berada dalam
ekonomi yang berkecukupan akan bisa memenuhi kebutuhan selama
kehamilan terutama kebutuhan dalam mengonsumsi makanan yang bergizi.
Sebaliknya, ibu hamil yang berada dalam ekonomi yang kurang maka akan
sulit untuk memenuhi kebutuhannya karena ibu akan mengutamakan
kebutuhan keluarga terlebih dahulu dan tidak memikirkan kebutuhan
makanan bagi dirinya sendiri (Juanda, 2020).
Pendapatan keluarga yang kurang menyebabkan penurunan kebutuhan
makan sehari-hari sehingga keluarga harus mengurangi jumlah dan kualitas
makanan ibu hamil per hari yang berakibat pada penurunan status gizi.
Sumber makanan yang dibutuhan untuk mencegah anemia umumnya berasal
Page 96
81
dari sumber protein yang lebih mahal, dan sulit dibeli oleh mereka yang
berpenghasilan rendah (Nur et al., 2018). Defisiensi makronutrient lebih
umum disebabkan oleh asupan makanan yang buruk, namun secara khusus
kekurangan zat besi, kalsium, folat, seng, tiamin, riboflavin, dan vitamin A,
D, B6, dan B12 sangat sering terjadi dan menjadi perhatian di kalangan
wanita usia subur, penyebabnya adalah tingkat pendapatan yang rendah dan
kurangnya pendidikan tentang praktik sehat seperti pola makan sehat
(Dunneram & Jeewon, 2015).
Status sosial ekonomi yang rendah juga mempengaruhi kunjungan ibu hamil
ke fasilitas kesehatan. Alasannya ibu hamil dengan penghasilan keluarga
yang rendah akan lebih dahulu memprioritaskan pemenuhan kebutuhan
pokok untuk keluarganya sehingga hal lain menjadi terabaikan termasuk
kebutuhan terkait kesehatan kehamilannya. Rendahnya penghasilan keluarga
akan rendah pula angka kunjungan ibu ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk
memeriksakan kehamilannya (Rachmawati et al., 2017).
Page 97
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ibu hamil di Indonesia mengonsumsi tablet tambah darah dengan tingkat
kepatuhan sebagian besar tidak sesuai rekomendasi.
2. Ibu hamil di Indonesia mayoritas berusia 20-35 tahun, sebagian besar
dengan pendidikan menengah, lebih dari setengah ibu bekerja, sebagian
besar dengan paritas multipara, mayoritas ibu dengan kuantitas dan kualitas
ANC baik, hampir semua ibu melakukan pemeriksaan kehamilan dengan
tenaga kesehatan.
3. Ibu hamil di Indonesia sebagian besar tinggal di perkotaan dan status sosial
ekonomi yang mendominasi adalah sangat miskin.
4. Kuantitas ANC, kualitas ANC, tenaga pemeriksa kehamilan, tempat tinggal
dan status sosial ekonomi berhubungan signifikan secara statistik dengan
kepatuhan konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil di Indonesia.
5. Kuantitas ANC adalah faktor yang paling dominan berhubungan dengan
kepatuhan konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil di Indonesia.
B. Saran
1. Bagi Masyarakat, khususnya ibu penting untuk melakukan kunjungan ANC
lengkap selama kehamilan, dan periksa kehamilan sebaiknya dengan tenaga
kesehatan. Bagi masyarakat umum dan orang terdekat ibu juga diharapkan
memberikan dorongan dan motivasi kepada ibu untuk datang kunjungan
Page 98
83
ANC sehingga dari kunjungan tersebut ibu bisa mendapatkan informasi
tentang tablet tambah darah.
2. Bagi Poltekkes Kemenkes Bengkulu, diharapkan penelitian ini nantinya
dapat menambah pengetahuan dan ilmu baru terkait faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah pada ibu
hamil sehingga menjadi bahan ajar yang dapat dibahas di beberapa jurusan
terkait dengan ilmu gizi.
3. Bagi Peneliti Lain, diharapkan selanjutnya lebih mengembangkan
penelitian ini dengan meneliti variabel lain yang belum diteliti dalam
penelitian ini seperti (pengetahuan tentang tablet Fe, pengetahuan anemia,
pola makan, dukungan keluarga, dan sikap ibu hamil) tentunya
menggunakan data yang mewakili seluruh masyarakat di Indonesia (data
nasional).
4. Bagi Kementrian Kesehatan, perlunya kehadiran tenaga gizi di fasilitas
kesehatan khususnya di tempat pemeriksaan kehamilan, mengaktifkan
kembali pengawas minum tablet tambah darah, memberikan edukasi dan
konseling gizi tentang manfaat, efek samping, dan cara mengonsumsi tablet
tambah darah dengan benar saat kegiatan ANC sehingga bisa mengurangi
ketidakpatuhan ibu dalam mengonsumsi tablet tambah darah yang tidak
sesuai rekomendasi, dan menambah akses pelayanan kesehatan di pedesaan,
serta mengadakan program pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat
miskin.
Page 99
84
DAFTAR PUSTAKA
Abdullahi, H., Gasim, G. I., Saeed, A., Imam, A. M., & Adam, I. (2014). Antenatal
iron and folic acid supplementation use by pregnant women in Khartoum,
Sudan. BMC Research Notes, 7(1), 1–4. https://doi.org/10.1186/1756-0500-7-
498
Abebaw, B., Dessie, Y., Baraki, N., Oumer, A., & Gebru, M. (2020). Adherence to
iron and folic acid supplementation and associated factors among antenatal
care attendants in Northwest Ethiopia. International Journal of Public Health
Science, 9(1), 20–28. https://doi.org/10.11591/ijphs.v9i1.20385
Agegnehu, G., Atenafu, A., Dagne, H., & Dagnew, B. (2019). Adherence to Iron
and Folic Acid Supplement and Its Associated Factors among Antenatal Care
Attendant Mothers in Lay Armachiho Health Centers, Northwest, Ethiopia,
2017. International Journal of Reproductive Medicine, 2019, 1–9.
https://doi.org/10.1155/2019/5863737
Agustina, W. (2019). Perbandingan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil yang
Mengkomsumsi Tablet Besi dengan dan Tanpa Vitamin C di Wilayah Kerja
Puskesmas Langsa Lama tahun 2019. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan, 2(2),
76–87.
Al-Yaqoobi, H. S. S. (2015). The Impact of Daily Iron Supplementation on
Hemoglobin Levels of Pregnant Omani Women. Canadian Journal of Clinical
Nutrition, 3(1), 15–31. https://doi.org/10.14206/canad.j.clin.nutr.2015.01.03
Aminin, F., & Dewi, U. (2020). Kepatuhan Ibu Hamil mengkonsumsi Tablet Fe di
Kota Tanjung pinang tahun 2017. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of
Ners and Midwifery), 7(2), 285–292.
https://doi.org/10.26699/jnk.v7i2.art.p285-292
Anggraini, D. D. (2018). Faktor Predisposisi Ibu Hamil dan Pengaruhnya terhadap
Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi (FE) dan Anemia pada Ibu Hamil.
Strada Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(1), 9–22.
https://doi.org/10.30994/sjik.v7i1.141
Anggraini, D. D., Purnomo, W., & Trijanto, B. (2018). Interaksi Ibu Hamil dengan
Tenaga Kesehatan dan Pengaruhnya Terhadap Kepatuhan Ibu Hamil
Mengonsumsi Tablet Besi (Fe) dan Anemia di Puskesmas Kota Wilayah
Selatan Kota Kediri. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 21(2), 82–89.
https://doi.org/10.22435/hsr.v21i2.346
Awalamaroh, F. A., Rahayu, L. S., & Yuliana, I. (2018). Kepatuhan mengonsumsi
tablet Fe berhubungan dengan status anemia pada ibu hamil. ARGIPA, 3(2),
80–90.
Birhanu, T. M., Birarra, M. K., & Mekonnen, F. A. (2018). Compliance to iron and
folic acid supplementation in pregnancy, Northwest Ethiopia. BMC Research
Notes, 11(1), 3–7. https://doi.org/10.1186/s13104-018-3433-3
BPS. (2017). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Kerjasama
Page 100
85
BPS, BKKBN dan Kementerian Kesehatan. Measure DHS ICF International.
Chalik, R. (2019). Kepatuhan Ibu Hamil dalam Meminum Tablet Fe dengan
Kejadian Anemia di Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar. Media
Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar, 10(1), 37.
https://doi.org/10.32382/jmk.v10i1.902
Dahlan M.S. (2010). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika.
Damayanti, D., Pritasari, & Lestari, N. T. (2017). Gizi Dalam Daur Kehidupan.
Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Darmawan, A. . K. N. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan
Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Posyandu di Desa Pemecutan
Kelod Kecamatan Denpasar Barat. Jurnal Dunia Kesehatan, 5(2), 29–39.
Darmawati, Laila, K., Kamil, H., & Tahlil, T. (2018). Hubungan Status Sosial
Ekonomi dengan Kejadian Anemia Defisiensi Zat Besi pada Ibu Hamil. Idea
Nursing Journal, 9(3), 6–13.
Dunneram, Y., & Jeewon, R. (2015). Healthy Diet and Nutrition Education
Program among Women of Reproductive Age: a Necessity of Multilevel
Strategies or Community Responsibility. Health Promotion Perspectives,
5(2), 116–127. https://doi.org/10.15171/hpp.2015.014
Erlina, R., Larasati, T. A., & Kurniawan, B. (2013). Faktor-faktor yang
mempengaruhi ibu hamil terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan di
Puskesmas rawat inap Panjang Bandar Lampung. Jurnal Majority, 2(4), 29–
34.
Fratiwi Febbryanti, R., Alam Fajar, N., & Purnama Sari, I. (2016). The Relationship
Antenatal Care Visits With Caesarean Section Delivery in Indonesia (Analysis
Data IDHS 2012). Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 7(2), 89–95.
https://doi.org/10.26553/jikm.2016.7.2.89-95
Gebre, A. (2015). Assessment of Factors Associated with Adherence to Iron-Folic
Acid Supplementation Among Urban and Rural Pregnant Women in North
Western Zone of Tigray, Ethiopia: Comparative Study. International Journal
of Nutrition and Food Sciences, 4(2), 161.
https://doi.org/10.11648/j.ijnfs.20150402.16
Gebremichael, T. G., & Welesamuel, T. G. (2020). Adherence to iron-folic acid
supplement and associated factors among antenatal care attending pregnant
mothers in governmental health institutions of Adwa town, Tigray, Ethiopia:
Cross-sectional study. PLoS ONE, 15(1), 1–11.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0227090
Guspaneza, E., & Martha, E. (2019). Analisis Faktor Penyebab Kejadian Anemia
pada Ibu Hamil di Indonesia ( Analisis Data SDKI 2017 ). Jurnal Kesehatan
Masyarakat Aceh, 5(2), 399–406.
https://doi.org/https://doi.org/10.37598/jukema.v5i2.735
Page 101
86
Habari, Ramli, N. (2020). Bidan atau Dukun? Pilihan Ibu Hamil dalam Pertolongan
Melahirkan (Studi pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sulamadaha
Kota Ternate). Journal of Ethnic Diversity and Local Wisdom, 2(2), 52–58.
Hamdiyah. (2019). Pelaksanaan Standar Asuhan Pelayanan Antenatal oleh Bidan
di Wilayah Kerja Puskesmas Amparita Kabupaten Sindereng Rapping tahun
2018. Jurnal Ilmiah Kesehatan Iqra, 7(1), 26–31.
Handayani, L. (2013). Peran Petugas Kesehatan dan Kepatuhan Ibu Hamil
Mengkonsumsi Tablet Besi. KESMAS, 7(2), 83–88.
Hardani, Andriani, H., Ustiawaty, J., Utami, E. F., Istiqomah, R. R., Fardani, R. A.,
Sukmana, D. J., & Auliya, N. H. (2020). Metode Penelitian Kualitatif &
Kuantitatif (H. Abadi (ed.); Cetakan I, Issue March). CV. Pustaka Ilmu Group.
Juanda, S. F. E. (2020). Factors that Influence the Adherence of Pregnant Women
in Consuming Iron Supplements : Systematic Literature Review.
PLACENTUM Health Scientific Journals and Their Applications, 8(1), 18–24.
Juarna, Hartini, L., & Dewi, R. (2015). Keteraturan dan Cara Mengkonsumsi Tablet
Fe dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil. Jurnal Media Kesehatan, 8(1),
01–99.
Junianti, E. Z. (2012). Hubungan Sosial Ekonomi dan Asupan Tablet Fe dengan
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tamangapa
Tahun 2012. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Kamau, M. W., Mirie, W., & Kimani, S. (2018). Compliance with Iron and folic
acid supplementation (IFAS) and associated factors among pregnant women:
Results from a cross-sectional study in Kiambu County, Kenya. BMC Public
Health, 18(1), 1–11. https://doi.org/10.1186/s12889-018-5437-2
Kamidah. (2015). Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil
Mengkonsumsi Tablet Fe di Puskesmas Simo Boyolali. Gaster, XII(1), 36–45.
Kassa, Z. Y., Awraris, T., Daba, A. K., & Tenaw, Z. (2019). Compliance with iron
folic acid and associated factors among pregnant women through pill count in
Hawassa city, South Ethiopia: A community based cross-sectional study.
Reproductive Health, 16(1), 10–17. https://doi.org/10.1186/s12978-019-0679-
8
Kemenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 88
Tahun 2014 Tentang Standar Tablet Tambah Darah Bagi Wanita Usia Subur
dan Ibu Hamil.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan
Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta
Pelayanan Kesehatan Seksual, Kemenkes RI 1 (2014).
Kemenkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
Page 102
87
Kemenkes RI. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. In Kementerian
Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang
Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2020-2024.
Keswara, U. R., & Hastuti, Y. (2017). Efektifitas Pemberian Tablet Fe Terhadap
Peningkatan Kadar Hb Pada Ibu Hamil. Jurnal Dunia Kesmas, 6(1), 17–21.
Khoiriah, A., & Latifah. (2020). Pemberian Tablet Zat Besi (Fe) pada Ibu Hamil di
Posyandu Mawar Berduri Rt 05 Kelurahan Tuan Kentang Kecamatan
Jakabaring Kota Pelembang. Jurnal Pengabdian Masyarakat Kebidanan, 2(1),
1–8.
Kurniawan, R., & Melaniani, S. (2018). Hubungan Paritas, Penolong Persalinan
dan Jarak Kehamilan dengan Angka Kematian Bayi di Jawa Timur. Jurnal
Biometrika Dan Kependudukan, 7(2), 113.
https://doi.org/10.20473/jbk.v7i2.2018.113-121
Lacerte, P., Pradipasen, M., Temcharoen, P., Imamee, N., & Vorapongsathorn, T.
(2011). Determinants of adherence to iron/folate supplementation during
pregnancy in two provinces in Cambodia. Asia-Pacific Journal of Public
Health, 23(3), 315–323. https://doi.org/10.1177/1010539511403133
Laksono, A. D., Rukmini, R., & Wulandari, R. D. (2020). Regional disparities in
antenatal care utilization in Indonesia. PLoS ONE, 15(2), 1–13.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0224006
Litasari, D., Sartono, A., & Mufnaetty. (2014). Kepatuhan Minum Tablet Zat Besi
dengan Peningkatan Kadar Hb Ibu Hamil di Puskesmas Purwoyoso Semarang.
Jurnal Gizi, 3(2), 25–33.
Malshani, Pathirathna, Wimalasiri, K. M. ., Sekijima, K., & Sadakata, M. (2020).
Maternal Compliance to Recommended Iron and Folic Acid Suplementation
in Pregnancy, Sri Langka: A Hospital-Based Cross-Sectional Study. Nutrients,
12(3266), 1–10. https://doi.org/https://doi.org/10.3390/nu12113266
Manas, R. P., Mohan, U., Singh, S. K., Singh, V. K., & Srivastava, A. K. (2013).
Socio-economic determinants of adherence to iron and folic acid tablets
among rural ante-natal mothers in Lucknow, India. National Journal of
Community Medicine., 4(3), 386–391.
Mardhiah, A., & Marlina, M. (2019). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Mengkonsumsi Tablet Fe pada Ibu Hamil. Window of Health : Jurnal
Kesehatan, 2(3), 266–276. https://doi.org/10.33368/woh.v0i0.182
Mariza, A. (2016). Hubungan Pendidikan dan Sosial Ekonomi dengan Kejadian
Anemia pada Ibu Hamil di BPS T Yohan Way Halim Bandar Lampung Tahun
2015. Kesehatan Holistik, 10(1), 5.
Page 103
88
Martha, E., & Hayati, H. (2020). Status Gizi dan Sosial Ekonomi sebagai Penyebab
Anemia Ibu Hamil. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 16(1), 1.
https://doi.org/10.30597/mkmi.v16i1.8658
Mekonnen, A., Awoke, Z., & Goba, G. (2017). Adherence And Associated Factors
On Iron Folate Supplement Use Among Pregnant Women Attending Antenatal
Care In Selected Health Facilities Of Bahir Dar Town, Northwest Ethiopia
2015. WJPLS, 3(1), 68–90.
Mithra, P., Unnikrishnan, B., Rekha, T., Nithin, K., Mohan, K., Kulkarni, V.,
Kulkarni, V., & Agarwal, D. (2014). Compliance with iron-folic acid (IFA)
therapy among pregnant women in an urban area of south India. African
Health Sciences, 14(1), 880–885. https://doi.org/10.4314/ahs.v13i4.3
Nasir, B. B., Fentie, A. M., & Adisu, M. K. (2020). Adherence to iron and folic acid
supplementation and prevalence of anemia among pregnant women attending
antenatal care clinic at Tikur Anbessa Specialized Hospital, Ethiopia. PLoS
ONE, 15(5), 1–11. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0232625
Nisar, Y. B., Alam, A., Aurangzeb, B., & Dibley, M. J. (2014). Perceptions of
antenatal iron-folic acid supplements in urban and rural Pakistan: A qualitative
study. BMC Pregnancy and Childbirth, 14(1), 1–12.
https://doi.org/10.1186/1471-2393-14-344
Nur, R., Rahman, A., Anaparagna, S, N., Syam, S., S., N., & Pitriani, P. (2018).
Socio-Economic, Fe Tablet Consumtion and Anemia Incidence in Pregnant
Women on Community Health Center Talise in Palu. International Journal of
Development Research, 08(11), 23974–23979.
Nurmasari, V., & Sumarmi, S. (2019). Hubungan Keteraturan Kunjungan Antenatal
Care dan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia pada Ibu
Hamil Trimester III di Kecamatan Maron Probolinggo. Amerta Nutrition, 3(1),
4–7. https://doi.org/10.20473/amnt.v3.i1.2019.46-51
Oktaviani. (2018). Faktor Asupan Zat Besi dan Sosio Ekonomi dengan Kejadian
Anemia pada Ibu Hamil. Jurnal Skala Kesehatan, 9(1).
https://doi.org/10.31964/jsk.v9i1.145
Permana, V. A., Sulistiyawati, A., & Meliyanti, M. (2019). Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di
Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung tahun 2019. Jurnal Sehat Masada,
XIII(2), 50–59.
Priyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif (T. Chandra (ed.); 2016th ed.).
Zifatama Publishing.
Putri, M. (2016). Hubungan Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Kepatuhan Ibu
Hamil dalam Mengkonsumsi Tablet Fe. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Rachmawati, A. I., Puspitasari, R. D., & Cania, E. (2017). Faktor-faktor yang
Memengaruhi Kunjungan Antenatal Care ( ANC ) Ibu Hamil. Majority, 7(1),
Page 104
89
72–76.
Rahmi, R. F. (2019). Hubungan tingkat kepatuhan dosis, waktu dan cara
mengkonsumsi tablet fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil dengan umur
kehamilan 28-31 minggu di puskesmas semanu. Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
Ratih, R. H. (2017). Pengaruh Pemberian Tablet Zat Besi (Fe) Terhadap
Peningkatan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil yang Anemia. JOMIS
(Journal Of Midwifery Science), 1(1), 30–34.
Rikwan, & Sari, N. G. A. W. (2018). Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Konsumsi
Tablet Fe di Wilayah Kerja Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong.
Jurnal Ilmiah Kesmas IJ (Indonesia Jaya), 20(1), 17–21.
Rimawati, E., Kusumawati, E., Gamelia, E., Sumarah, & Nugraheni, S. A. (2018).
Intervensi Suplemen Makanan untuk Meningkatkan Kadar Hemoglobin pada
Ibu Hamil. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9(3), 161–170.
Ruwayda. (2016). Pelaksanaan Standar Pelayanan Antenatal oleh Bidan di
Puskesmas Kota Jambi. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 12(2), 91–
97.
Selvaraj, K., Arumugasamy, P., & Sarkar, S. (2017). Compliance and patterns of
iron-folic acid intake among adolescent girls and antenatal women ini rural
Tamil Nadu. CHRISMED Journal of Health and Research, 4(2), 87–93.
https://doi.org/10.4103/cjhr.
Sembiring, R., Lestari, J., & Adenora. (2020). Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Ibu Hamil Tentang Manfaat Mengkonsumsi Zat Besi di Desa Garingging
Tahun 2019. Chmk Health Journal, 4(2), 183–189.
Septiani, W. (2017). Pelaksanaan Program Pemberian Tablet Zat Besi (Fe) pada Ibu
Hamil. Journal of Midwifery Science, 1(2), 86–92.
Shofiana, F. I., Widari, D., & Sumarmi, S. (2018). Pengaruh Usia, Pendidikan, dan
Pengetahuan Terhadap Konsumsi Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil di
Puskesmas Maron, Kabupaten Probolinggo. Amerta Nutrition, 2(4), 356–363.
https://doi.org/10.2473/amnt.v2i4.2018.356-363
Siabani, S., Siabani, S., Siabani, H., Moeini Arya, M., Rezaei, F., & Babakhani, M.
(2018). Determinants of Compliance With Iron and Folate Supplementation
Among Pregnant Women in West Iran: A Population Based Cross-Sectional
Study. Journal of Family & Reproductive Health, 12(4), 197–203.
Spring. (2014). A Rapid Initial Assessment of the Distribution and Consumption of
Iron – Folic Acid Tablets Through Antenatal Care in The Philippines.
Strengthening Partnerships Results and Innovations in Nutrition Globally,
September, 1–12.
Sri Hartatik, T. A. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil
Mengkonsumsi Tablet Fe di UPTD Puskesmas Bantur. Journal of Visual
Languages & Computing, 1(1), 22–31.
Page 105
90
Sukchan, P., Singdam, P., & Kamnate, A. (2020). Fators Associated with Non-
adherence to Iron Supplements among Pregnant Women in Southernmost
Provinces of Thailand: A Hospital–Based Longitudinal Survey. Princess of
Naradhiwas University Journal, 3(12), 80–101.
Sulistiyanti, A. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia
dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe di Wilayah Kerja Puskesmas Masaran
I Sragen. Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan, 2(2), 8–22.
Sumi Anggreani. (2019). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil
Mengonsumsi Tablet Fe di BPM Isniwati Sukoharjo. Media Ilmu Kesehatan,
8(1), 64–70.
Susiloningtyas, I. (2012). Pemberian Zat Besi (Fe) dalam Kehamilan. Majalah
Ilmiah Sultan Agung, 50(128), 1–26.
Tanto, C., & Gede Kayika, I. P. (2014). Kapita Selekta Kedokteran (D. Chris Tanto
(ed.); Edisi IV). Media Aesculapius.
Tarekegn, M., Wubshet, M., Atenafu, A., Derso, T., & Woretaw, A. (2019).
Antenatal care and mothers’ education improved iron-folic acid adherence at
Denbiya district health centers, Northwest Ethiopia: Using pills count method.
Archives of Public Health, 77(1), 1–6. https://doi.org/10.1186/s13690-019-
0356-y
Taye, B., Abeje, G., & Mekonen, A. (2015). Factors associated with compliance of
prenatal iron folate supplementation among women in Mecha district, Western
Amhara: A cross-sectional study. Pan African Medical Journal, 20, 1–7.
https://doi.org/10.11604/pamj.2015.20.43.4894
Theng, C. E., Zakaria, N. S., & Yusof, H. M. (2017). Knowledge and attitude on
consumption of iron supplement among pregnant women in Kuala
Terengganu, Terengganu. Malaysian Applied Biology, 46(3), 105–112.
Triyani, S., & Purbowati, N. (2016). Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe dalam
Mencegah Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Jakarta Pusat. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kesehatan, 3(2), 215–
229.
Wahyuni, I. (2019). Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian
Anemia pada Ibu Post Partum di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki
Pekanbaru. Medika Usada, 2(2), 32–39.
WHO. (2012). Guideline : Daily iron and folic acid supplementation in pregnant
women. World Health Organization.
WHO. (2014). Global Nutrition Targets 2025: Anaemia Policy Brief.
https://doi.org/WHO/NMH/NHD/14.
WHO. (2016). Prevalence of anaemia in pregnant women aged 15-49 years (%).
World Health Organization.
Widji Utomo, A. P., Nurdiati, D. S., & Padmawati, R. S. (2015). Rendahnya asupan
Page 106
91
zat besi dan kepatuhan mengonsumsi tablet besi berhubungan dengan kejadian
anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran, Banyumas.
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and
Dietetics), 3(1), 41. https://doi.org/10.21927/ijnd.2015.3(1).41-50
Windarti. (2012). Gambaran Kejadian Anemia Ibu Hamil Dan Faktor-faktor yang
Berhubungan di Wilayah Kerja Puskesmas Kismantoro Wonogiri tahun 2012.
Universitas Indonesia.
Yakout, S. M., Taha, N., Badawy, A. S., & Al-Salooly, H. A. (2014). Effect of Iron
Supplementation and Nutritional Education Among a Group of Anemic
Pregnant Women on Their Perinatal Outcome in Riyadh. Journal of Current
Research in Science, 2(1), 41–47. https://doi.org/10.13140/RG.2.1.4841.1289
Yuliansyah, S. A., Trismiana, E., & Keswara, U. R. (2015). Hubungan pendapatan
dan konsumsi tablet fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja
puskesmas sukajaya kecamatan gunung agung tulang bawang barat tahun
2014. Kesehatan Holistik, 9(2), 80–84.
Yuliarti, M. A. (2018). Hubungan Paritas dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe
Pada Ibu Hamil di Puskesmas Godean II. Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta.
Yunita, N., Supiyah, S., & Isdana, E. (2018). Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe) di Wilayah Kerja
Puskesmas Tirtajaya Kecamatan Bajuin tahun 2018. Jurkessia, 8(3), 148–160.
Page 108
LAMPIRAN 1
Bukti Registrasi Data SDKI 2017
Oct 19, 2020
Sonia Noptriani Poltekkes Kemenkes Bengkulu Indonesia Phone: 0812796938 Email: [email protected] Request Date: 10/19/2020
Dear Sonia Noptriani:
This is to confirm that you are approved to use the following Survey Datasets for your registered research paper titled: “FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN KONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH PADA IBU HAMIL DI INDONESIA (ANALISIS DATA SDKI 2017)”:
Indonesia
To access the datasets, please login at:https://www.dhsprogram.com/data/dataset_admin/login_main.cfm. The user name is the registered email address, and the password is the one selected during registration.
The IRB-approved procedures for DHS public-use datasets do not in any way allow respondents, households, or sample communities to be identified. There are no names of individuals or household addresses in the data files. The geographic identifiers only go down to the regional level (where regions are typically very large geographical areas encompassing several states/provinces). Each enumeration area (Primary Sampling Unit) has a PSU number in the data file, but the PSU numbers do not have any labels to indicate their names or locations. In surveys that collect GIS coordinates in the field, the coordinates are only for the enumeration area (EA) as a whole, and not for individual households, and the measured coordinates are randomly displaced within a large geographic area so that specific enumeration areas cannot be identified.
The DHS Data may be used only for the purpose of statistical reporting and analysis, and only for your registered research. To use the data for another purpose, a new research project must be registered. All DHS data should be treated as confidential, and no effort should be made to identify any household or individual respondent interviewed in the survey. Please reference the complete terms of use at: https://dhsprogram.com/Data/terms-of-use.cfm.
The data must not be passed on to other researchers without the written consent of DHS. However, if you have coresearchers registered in your account for this research paper, you are authorized to share the data with them. All data users are required to submit an electronic copy (pdf) of any reports/publications resulting from using the DHS data files to: [email protected] .
Sincerely,
Bridgette Wellington
Data Archivist The Demographic and Health Surveys (DHS) Program
530 Gaither Road, Suite 500, Rockville, MD 20850 USA +1.301.407.6500 +1.301.407.6501 fax icf.com
Page 109
LAMPIRAN II
Perhitungan Sampel Minimal
Rumus: n₁ = n₂ =(Zα√2PQ +𝑍ꞵ√𝑃1𝑄1 +𝑃2𝑄2
𝑃1−𝑃2) ² × 2
Ket :
Zα = deviat baku alfa (1,96)
Zꞵ = deviat baku beta (1,28)
P₂ = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya (0,10)
Q₂ = 1 - P₂ (0,90)
P₁ = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgemer peneliti
(0,18)
Q₁ = 1 - P₁ (0,82)
P₁ - P₂ = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna (0,08)
P = proporsi total = (P₁ - P₂)/2
Q = 1 – P (0,86)
n₁ = n₂ = (1,96√2.0,14.0,86 +1,28√0,15+0,09
(0,18−0,10)) ² × 2
n₁ = n₂ = (1,96√0,24+1,28√0,24
0,08) ² × 2
n₁ = n₂ = (1,96.0,49+1,28.0,49
0,08) ² × 2
n₁ = n₂ = (0,96+0,63
0,08) ² × 2
n₁ = n₂ = (1,59
0,08) ² × 2
n₁ = n₂ = (2,5281
0,0064) × 2
n₁ = n₂ = 395 × 2
n₁ = n₂ = 790 Sampel
Page 110
LAMPIRAN III
Kuesioner Data SDKI 2017
No Variabel Pertanyaan Nomor Kuesioner
1 Kepatuhan
Konsumsi
Tablet
Tambah
Darah
420: Selama mengandung, apakah ibu/saudari
mendapat atau membeli tablet/pil/sirup zat besi?
KODE:
YA….....................1
TIDAK………….2
TIDAK TAHU….8
421: Selama mengandung, berapa ibu/saudari
minum tablet/pil/sirup zat besi?
KODE:
JUMLAH HARI: [….]
TIDAK TAHU….998
Kuesioner WUS Bagian 4. Kehamilan Dan
Pemeriksaan Sesudah Melahirkan (pertanyaan no.
420-421) Halaman W-27
2 Umur Ibu 105: Paada bulan apa dan tahun berapa
ibu/saudari dilahirkan
KODE:
BULAN:…………………..[….]
TIDAK TAHU BULAN…….98
TAHUN:…………………..[….]
TIDAK TAHU TAHUN….9988
106: Berapa umur ibu/saudari pada ulang tahun
terakhir?
KODE:
UMUR DALAM TAHUN: [….]
Kuesioner WUS Bagian 1. Latar Belakang
Responden (pertanyaan no. 105-106) Halaman
W-5
3 Pendidikan
Ibu
108:Apakah Jenjang
Pendidikan tertinggi yang
pernah/sedang
ibu/saudari duduki?
KODE: SD/MI SEDERAJAT……………1
SMP/MTs/SEDERJAT………….2
SMA/SMK/MA SEDERAJAT….3
AKADEMISI/DI/DII/DIII………4
DIPLOMA IV/UNIVERSITAS....5
109: Apakah kelas/tingkat tertinggi yang
ibu/saudari selesaikan pada jenjang tersebut?
KODE:
TAHUN PERTAMA=…0
TIDAK TAHU/TT=……7
TAMAT=………………8
KELAS/TINGKAT:…[…]
Kuesioner WUS Bagian 1. Latar Belakang
Responden (pertanyaan no. 108-109) Halaman
W-6
4 Pekerjaan Ibu 913: Apakah jenis pekerjaan utama ibu/saudari?
KODE:
PROFESIONAL,TEKNISI………...01
KEPEMIMPINAN DAN
KETATALAKSANAAN……..……02
PEJABAT PELAKSANA DAN TATA
USAHA…………………..………...03
TENAGA USAHA PENJUALAN...04
TENAGA USAHA JASA………….05
TENAGA USAHA PERTANIAN…06
TENAGA PRODUKSI………....….07
LAINNYA (tuliskan)………..…..…96
TIDAK TAHU……………………..98
Kuesioner WUS Bagian 9. Latar Belakang
Suami/Pasangan Dan Pekerjaan Responden
(pertanyaan no. 913) Halaman W-61
5 Paritas 203:Berapa jumlah anak laki-lakiatau anak
perempuan yang ibu/saudari lahirkan yang
sekarang tinggal bersama ibu/saudari? Dan
Kuesioner WUS Bagian 2. Riwayat Kelahiran
(pertanyaan no. 203+205+207=208) Halaman
W-7
Page 111
berapa jumlah anak perempuan yang tinggal
bersama ibu/saudari?
KODE:
ANAK LAKI-LAKI DI RUMAH: [……]
ANAK PEREMPUAN DI RUMAH: […...]
205: Berapa jumlah anak laki-laki yang masih
hidup tetapi tidak tinggal bersama ibu/saudari?
Dan Berapa jumlah anak perempuan yang masih
hidup tetapi tidak tinggal bersama ibu/saudari?
KODE:
ANAK LAKI-LAKI DI TEMPAT LAIN:
[….]
ANAK PEREMPUAN DI TEMPAT LAIN:
[….]
207: Berapa jumlah anak laki-laki yang sudah
meninggal? Dan berapa jumlah anak perempuan
yang sudah meninggal?
KODE:
ANAK LAKI-LAKI YANG SUDAH
MENINGGAL: [..]
ANAK PEREMPUAN YANG SUDAH
MENINGGAL: [..]
208: Jumlahkan Isian Di 203.205, Dan 207, Dan
Tuliskan Jumlahnya. Jika Tidak Ada Kelahiran
Hidup Atau Tidak Pernah Melahirkan, Tuliskan
‘00’
KODE:
JUMLAH: [….]
6 Kuantitas
ANC
408: Pada saat ibu/saudari mengandung apakah
ibu/saudari memeriksakan kehamilan?
KODE:
YA………1
TIDAK….2
Kuesioner WUS Bagaian 4. Kehamilan dan
Pemeriksaan Sesudah Melahirkan (pertanyaan no.
408) halaman W-24
7 Kualitas ANC
413: Pada saat pemeriksaan kehamilan apakah
ibu/saudari?
- Ditimbang berat badannya?
- Diukur tinggi badannya
- Diukur tekanan darahnya?
- Diperiksa lingkar lengannya?
- Diperiksa tinggi rahimnya?
- Diperiksa (diraba) perutnya?
- Diperiksa denyut jantung janin?
- Diperiksa darahnya di laboratorium?
- Diperiksa air seninya di laboratorium
(tes protein urin)?
- Konsultasi?
KODE:
YA……….1
TIDAK.….2
413A: Selama Ibu/saudara memeriksakan
kehamilan, apakah ibu/saudari diberi tanda-tanda
bahaya (komplikasi) kehamilan?
KODE.
YA.....1
TIDAK....2
TIDAK TAHU....8
414: Selama ibu/saudari mengandung apakah
ibu/saudari pernah mendapat suntikan di lengan
atas untuk mencegah bayi dari penyakit tetanus,
atau kejang-kejang setelah lahir?
Kuesioner WUS Bagaian 4. Kehamilan dan
Pemeriksaan Sesudah Melahirkan (pertanyaan no.
413, 413A, 414, 420) halaman W-26
Page 112
KODE:
YA……………..1
TIDAK………….2
TIDAK TAHU….8
420: Selama mengandung apakah ibu/saudari
mendapat atau membeli tablet/pil/sirup zat besi?
KODE:
YA………………...1
TIDAK…………....2
TIDAK TAHU……8
8 Tempat
Tinggal
5: Daerah
KODE:
Perkotaan -1
Perdesaan -2
Kuesioner Daftar Rumah Tangga Bagian I.
Pengenalan Tempat pertanyaan (nomor 5)
Halaman RT-1
9 Status Sosial
Ekonomi
121: Apakah rumah tangga ini memiliki:
j) Listrik?
k) Radio?
l) Televisi?
m) Telepon rumah?
n) Komputer/laptop?
o) Lemari es?
p) Kipas angin?
q) Mesin cuci?
r) Pendingin ruangan AC?
KODE:
YA………1
TIDAK….2
122: Apakah ada anggota rumah tangga ini
memiliki:
h) Jam tangan?
i) Telepon seluler?
j) Sepeda?
k) Sepeda motor/skuter?
l) Delman/gerobak ditarik binatang?
m) Mobil/truk?
n) Kapal/perahu motor?
KODE:
YA……....1
TIDAK….2
123: Apakah ada anggota rumah tangga yang
memiliki rekening bank atau lembaga keuangan
lainnya yang resmi?
KODE:
YA………1
TIDAK….2
Wealth Index di Kuesioner Daftar Rumah Tangga
Bagian IV, kepemilikan barang (pertanyaan No
121,122,123) halaman RT-6
10 Tenaga
Pemeriksaan
Kehamilan
409: Siapa yang memeriksa kandungan
ibu/saudari?
KODE:
PETUGAS KESEHATAN
- DOKTER UMUM…………..A
- DOKTER KANDUNGAN….B
- PERAWAT………………….C
- BIDAN…………………...….D
- BIDAN DESA………….……E
ORANG LAIN
- DUKUN BAYI/PARAJI…….F
- LAINNYA (sebutkan)……….X
Kuesioner WUS Bagian 4 Kehamilan dan
Pemeriksaan Sesudah Melahirkan (pertanyaan no.
409) halaman W-24
Page 113
LAMPIRAN IV
Output Hasil Analisis Data Menggunakan SPSS 26
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah Ibu Hamil di
Indonesia
Konsumsi_TTD_Ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Sesuai Rekomendasi (≥90 tablet)
6042 48,5 48,5 48,5
Tidak Sesuai Rekomendasi (<90 tablet)
6424 51,5 51,5 100,0
Total 12466 100,0 100,0
b. Karakteristik Ibu di Indonesia
Umur Ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 20-35 Tahun 9016 72,3 72,3 72,3
<20 Tahun 314 2,5 2,5 74,8
>35 Tahun 3136 25,2 25,2 100,0
Total 12466 100,0 100,0
Pendidikan Ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Pendidikan Tinggi (PT) 2231 17,9 17,9 17,9
Pendidikan Menegah (SMP dan SMA/MA)
7162 57,5 57,5 75,3
Pendidikan Dasar (SD/MI) 2954 23,7 23,7 99,0
Tidak Sekolah 119 1,0 1,0 100,0
Total 12466 100,0 100,0
Pekerjaan Ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Bekerja 6683 53,6 53,6 53,6
Tidak Bekerja 5775 46,3 46,4 100,0
Total 12458 99,9 100,0 Missing System 8 ,1 Total 12466 100,0
Paritas Ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Multipara 7695 61,7 61,7 61,7
Primipara 3899 31,3 31,3 93,0
Grandemultipara 872 7,0 7,0 100,0
Total 12466 100,0 100,0
Page 114
Kuantitas ANC Ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Baik (≥4 kali) 9573 76,8 78,1 78,1
Kurang (<4 kali) 2689 21,6 21,9 100,0
Total 12262 98,4 100,0 Missing System 204 1,6 Total 12466 100,0
Kualitas ANC Ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Baik (10T) 9149 73,4 74,9 74,9
Kurang (<10T) 3069 24,6 25,1 100,0
Total 12218 98,0 100,0 Missing System 248 2,0 Total 12466 100,0
Tenaga Pemeriksa Kehamilan Ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tenaga kesehatan 11953 95,9 96,3 96,3
Non Tenaga kesehatan 465 3,7 3,7 100,0
Total 12418 99,6 100,0 Missing System 48 ,4 Total 12466 100,0
c. Karakteristik Keluarga di Indonesia
Tempat Tinggal Ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Perkotaan 6301 50,5 50,5 50,5
Pedesaan 6165 49,5 49,5 100,0
Total 12466 100,0 100,0
Status Sosial Ekonomi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Sangat kaya 2177 17,5 17,5 17,5
Kaya 2322 18,6 18,6 36,1
Menengah 2383 19,1 19,1 55,2
Miskin 2481 19,9 19,9 75,1
Sangat Miskin 3103 24,9 24,9 100,0
Total 12466 100,0 100,0
Page 115
2. Analisis Bivariat (Uji Chi Square)
Umur Ibu * Konsumsi_TTD_Ibu Crosstabulation
Count
Konsumsi_TTD_Ibu
Total
Sesuai Rekomendasi (≥90 tablet)
Tidak Sesuai Rekomendasi (<90 tablet)
Umur Ibu 20-35 Tahun 4380 4636 9016
<20 Tahun 124 190 314
>35 Tahun 1538 1598 3136
Total 6042 6424 12466
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic Significance (2-
sided)
Pearson Chi-Square 10,594a 2 ,005
Likelihood Ratio 10,687 2 ,005
Linear-by-Linear Association ,027 1 ,870
N of Valid Cases 12466 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 152,19.
Pendidikan Ibu * Konsumsi_TTD_Ibu Crosstabulation
Count
Konsumsi_TTD_Ibu
Total
Sesuai Rekomendasi (≥90 tablet)
Tidak Sesuai Rekomendasi (<90 tablet)
Pendidikan Ibu Pendidikan Tinggi (PT) 1208 1023 2231
Pendidikan Menegah (SMP dan SMA/MA)
3525 3637 7162
Pendidikan Dasar (SD/MI) 1277 1677 2954
Tidak Sekolah 32 87 119
Total 6042 6424 12466
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic Significance (2-
sided)
Pearson Chi-Square 85,050a 3 ,000
Likelihood Ratio 86,146 3 ,000
Linear-by-Linear Association 79,353 1 ,000
N of Valid Cases 12466 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 57,68.
Pekerjaan Ibu * Konsumsi_TTD_Ibu Crosstabulation
Count
Konsumsi_TTD_Ibu
Total
Sesuai Rekomendasi (≥90 tablet)
Tidak Sesuai Rekomendasi (<90 tablet)
Pekerjaan Ibu Bekerja 3284 3399 6683
Tidak Bekerja 2756 3019 5775
Total 6040 6418 12458
Page 116
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic Significance (2-
sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 2,489a 1 ,115 Continuity Correctionb 2,433 1 ,119 Likelihood Ratio 2,489 1 ,115 Fisher's Exact Test ,118 ,059
Linear-by-Linear Association 2,489 1 ,115 N of Valid Cases 12458 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2799,89. b. Computed only for a 2x2 table
Paritas Ibu * Konsumsi_TTD_Ibu Crosstabulation
Count
Konsumsi_TTD_Ibu
Total
Sesuai Rekomendasi (≥90 tablet)
Tidak Sesuai Rekomendasi (<90 tablet)
Paritas Ibu Multipara 3756 3939 7695
Primipara 1958 1941 3899
Grandemultipara 328 544 872
Total 6042 6424 12466
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic Significance (2-
sided)
Pearson Chi-Square 46,268a 2 ,000
Likelihood Ratio 46,785 2 ,000
Linear-by-Linear Association 12,137 1 ,000
N of Valid Cases 12466 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 422,64.
Kuantitas ANC Ibu * Konsumsi_TTD_Ibu Crosstabulation
Count
Konsumsi_TTD_Ibu
Total
Sesuai Rekomendasi (≥90 tablet)
Tidak Sesuai Rekomendasi (<90 tablet)
Kuantitas ANC Ibu Baik (≥4 kali) 5161 4412 9573
Kurang (<4 kali) 850 1839 2689
Total 6011 6251 12262
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic Significance (2-
sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 417,814a 1 ,000 Continuity Correctionb 416,922 1 ,000 Likelihood Ratio 426,393 1 ,000 Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 417,780 1 ,000 N of Valid Cases 12262
Page 117
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1318,18. b. Computed only for a 2x2 table
Kualitas ANC Ibu * Konsumsi_TTD_Ibu Crosstabulation
Count
Konsumsi_TTD_Ibu
Total
Sesuai Rekomendasi (≥90 tablet)
Tidak Sesuai Rekomendasi (<90 tablet)
Kualitas ANC Ibu Baik (10T) 4817 4332 9149
Kurang (<10T) 1116 1953 3069
Total 5933 6285 12218
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic Significance (2-
sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 244,045a 1 ,000 Continuity Correctionb 243,393 1 ,000 Likelihood Ratio 246,770 1 ,000 Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 244,025 1 ,000 N of Valid Cases 12218 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1490,29. b. Computed only for a 2x2 table
Tenaga Pemeriksa Kehamilan Ibu * Konsumsi_TTD_Ibu Crosstabulation
Count
Konsumsi_TTD_Ibu
Total
Sesuai Rekomendasi (≥90 tablet)
Tidak Sesuai Rekomendasi (<90 tablet)
Tenaga Pemeriksa Kehamilan Ibu
Tenaga kesehatan 5898 6055 11953
Non Tenaga kesehatan 136 329 465
Total 6034 6384 12418
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic Significance (2-
sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 72,360a 1 ,000 Continuity Correctionb 71,558 1 ,000 Likelihood Ratio 74,776 1 ,000 Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 72,354 1 ,000 N of Valid Cases 12418 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 225,95. b. Computed only for a 2x2 table
Page 118
Tempat Tinggal Ibu * Konsumsi_TTD_Ibu Crosstabulation Count
Konsumsi_TTD_Ibu
Total
Sesuai Rekomendasi (≥90 tablet)
Tidak Sesuai Rekomendasi (<90 tablet)
Tempat Tinggal Ibu Perkotaan 3476 2825 6301
Pedesaan 2566 3599 6165
Total 6042 6424 12466
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic Significance (2-
sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 228,857a 1 ,000 Continuity Correctionb 228,315 1 ,000 Likelihood Ratio 229,579 1 ,000 Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 228,838 1 ,000 N of Valid Cases 12466 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2988,04. b. Computed only for a 2x2 table
Status Sosial Ekonomi * Konsumsi_TTD_Ibu Crosstabulation Count
Konsumsi_TTD_Ibu
Total
Sesuai Rekomendasi (≥90 tablet)
Tidak Sesuai Rekomendasi (<90 tablet)
Status Sosial Ekonomi Sangat kaya 1376 801 2177
Kaya 1270 1052 2322
Menengah 1204 1179 2383
Miskin 1070 1411 2481
Sangat Miskin 1122 1981 3103
Total 6042 6424 12466
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic Significance (2-
sided)
Pearson Chi-Square 445,979a 4 ,000
Likelihood Ratio 450,688 4 ,000
Linear-by-Linear Association 442,817 1 ,000
N of Valid Cases 12466 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1055,14.
Page 119
3. Analisis Multivariat (Uji Regresi Logistik)
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Umur Ibu ,654 2 ,721 Umur Ibu(1) ,088 ,129 ,467 1 ,494 1,092 ,848 1,406
Umur Ibu(2) -,021 ,049 ,178 1 ,673 ,980 ,891 1,078
Pendidikan Ibu 5,657 3 ,130 Pendidikan Ibu(1) -,067 ,055 1,495 1 ,221 ,935 ,839 1,041
Pendidikan Ibu(2) -,138 ,068 4,163 1 ,041 ,871 ,763 ,995
Pendidikan Ibu(3) ,168 ,225 ,557 1 ,456 1,183 ,761 1,840
Pekerjaan Ibu ,003 ,039 ,005 1 ,943 1,003 ,929 1,083
Paritas Ibu 5,807 2 ,055 Paritas Ibu(1) -,056 ,044 1,614 1 ,204 ,945 ,867 1,031
Paritas Ibu(2) ,164 ,083 3,851 1 ,050 1,178 1,000 1,387
Kuantitas ANC Ibu ,723 ,049 221,099
1 ,000 2,061 1,873 2,267
Kualitas ANC Ibu ,504 ,045 125,121
1 ,000 1,655 1,516 1,808
Tenaga Pemeriksa Kehamilan Ibu
,594 ,109 29,714 1 ,000 1,811 1,463 2,242
Tempat Tinggal Ibu ,231 ,042 29,579 1 ,000 1,260 1,159 1,369
Status Sosial Ekonomi
119,454
4 ,000
Status Sosial Ekonomi(1) ,329 ,064 26,090 1 ,000 1,389 1,224 1,576
Status Sosial Ekonomi(2) ,409 ,066 38,355 1 ,000 1,506 1,323 1,714
Status Sosial Ekonomi(3) ,615 ,069 80,423 1 ,000 1,849 1,617 2,115
Status Sosial Ekonomi(4) ,748 ,072 107,174
1 ,000 2,112 1,833 2,433
Constant -,732 ,061 143,469
1 ,000 ,481
a. Variable(s) entered on step 1: Umur Ibu, Pendidikan Ibu, Pekerjaan Ibu, Paritas Ibu, Kuantitas ANC Ibu, Kualitas ANC Ibu, Tenaga Pemeriksa Kehamilan Ibu, Tempat Tinggal Ibu, Status Sosial Ekonomi.
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Umur Ibu ,644 2 ,725 Umur Ibu(1) ,088 ,129 ,471 1 ,493 1,092 ,849 1,406
Umur Ibu(2) -,020 ,048 ,163 1 ,686 ,981 ,892 1,078
Pendidikan Ibu 5,618 3 ,132 Pendidikan Ibu(1) -,063 ,054 1,352 1 ,245 ,939 ,845 1,044
Pendidikan Ibu(2) -,135 ,067 4,095 1 ,043 ,874 ,766 ,996
Pendidikan Ibu(3) ,170 ,225 ,572 1 ,449 1,186 ,763 1,844
Paritas Ibu 5,786 2 ,055 Paritas Ibu(1) -,057 ,044 1,675 1 ,196 ,944 ,866 1,030
Paritas Ibu(2) ,162 ,083 3,766 1 ,052 1,175 ,998 1,384
Kuantitas ANC Ibu ,724 ,049 221,525 1 ,000 2,062 1,874 2,268
Kualitas ANC Ibu ,504 ,045 125,278 1 ,000 1,655 1,516 1,808
Tenaga Pemeriksa Kehamilan Ibu
,593 ,109 29,660 1 ,000 1,810 1,462 2,241
Tempat Tinggal Ibu ,231 ,042 29,729 1 ,000 1,260 1,160 1,370
Status Sosial Ekonomi
119,179 4 ,000
Page 120
Status Sosial Ekonomi(1)
,326 ,064 25,722 1 ,000 1,385 1,221 1,571
Status Sosial Ekonomi(2)
,408 ,066 38,174 1 ,000 1,504 1,321 1,711
Status Sosial Ekonomi(3)
,612 ,068 80,028 1 ,000 1,845 1,613 2,109
Status Sosial Ekonomi(4)
,746 ,072 106,877 1 ,000 2,108 1,830 2,428
Constant -,732 ,060 147,147 1 ,000 ,481 a. Variable(s) entered on step 1: Umur Ibu, Pendidikan Ibu, Paritas Ibu, Kuantitas ANC Ibu, Kualitas ANC Ibu, Tenaga Pemeriksa Kehamilan Ibu, Tempat Tinggal Ibu, Status Sosial Ekonomi.
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Pendidikan Ibu 5,606 3 ,132 Pendidikan Ibu(1) -,060 ,054 1,248 1 ,264 ,942 ,847 1,046
Pendidikan Ibu(2) -,134 ,067 4,084 1 ,043 ,874 ,767 ,996
Pendidikan Ibu(3) ,169 ,225 ,560 1 ,454 1,184 ,761 1,841
Paritas Ibu 5,589 2 ,061 Paritas Ibu(1) -,046 ,042 1,230 1 ,267 ,955 ,880 1,036
Paritas Ibu(2) ,151 ,080 3,574 1 ,059 1,163 ,994 1,360
Kuantitas ANC Ibu ,726 ,048 224,627 1 ,000 2,068 1,880 2,274
Kualitas ANC Ibu ,505 ,045 125,783 1 ,000 1,657 1,517 1,810
Tenaga Pemeriksa Kehamilan Ibu
,594 ,109 29,769 1 ,000 1,812 1,464 2,243
Tempat Tinggal Ibu ,231 ,042 29,772 1 ,000 1,260 1,160 1,370
Status Sosial Ekonomi 121,628 4 ,000 Status Sosial Ekonomi(1)
,327 ,064 25,913 1 ,000 1,387 1,223 1,573
Status Sosial Ekonomi(2)
,409 ,066 38,508 1 ,000 1,506 1,323 1,713
Status Sosial Ekonomi(3)
,615 ,068 81,224 1 ,000 1,849 1,618 2,114
Status Sosial Ekonomi(4)
,750 ,072 108,950 1 ,000 2,116 1,838 2,436
Constant -,742 ,058 166,006 1 ,000 ,476 a. Variable(s) entered on step 1: Pendidikan Ibu, Paritas Ibu, Kuantitas ANC Ibu, Kualitas ANC Ibu, Tenaga Pemeriksa Kehamilan Ibu, Tempat Tinggal Ibu, Status Sosial Ekonomi.
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Pendidikan Ibu 4,604 3 ,203 Pendidikan Ibu(1) -,052 ,054 ,940 1 ,332 ,949 ,854 1,055
Pendidikan Ibu(2) -,109 ,065 2,783 1 ,095 ,897 ,789 1,019
Pendidikan Ibu(3) ,220 ,224 ,966 1 ,326 1,246 ,803 1,934
Kuantitas ANC Ibu ,735 ,048 231,266 1 ,000 2,085 1,897 2,292
Kualitas ANC Ibu ,506 ,045 126,185 1 ,000 1,658 1,518 1,811
Tenaga Pemeriksa Kehamilan Ibu
,597 ,109 30,020 1 ,000 1,816 1,467 2,249
Tempat Tinggal Ibu ,231 ,042 29,636 1 ,000 1,260 1,159 1,369
Status Sosial Ekonomi 122,439 4 ,000 Status Sosial Ekonomi(1)
,323 ,064 25,333 1 ,000 1,381 1,218 1,566
Page 121
Status Sosial Ekonomi(2)
,404 ,066 37,574 1 ,000 1,497 1,316 1,703
Status Sosial Ekonomi(3)
,610 ,068 80,171 1 ,000 1,840 1,610 2,103
Status Sosial Ekonomi(4)
,752 ,072 110,081 1 ,000 2,121 1,843 2,441
Constant -,757 ,055 187,719 1 ,000 ,469 a. Variable(s) entered on step 1: Pendidikan Ibu, Kuantitas ANC Ibu, Kualitas ANC Ibu, Tenaga Pemeriksa Kehamilan Ibu, Tempat Tinggal Ibu, Status Sosial Ekonomi.
Classification Tablea
Observed
Predicted Konsumsi_TTD_Ibu
Percentage Correct
Sesuai Rekomendasi (≥90 tablet)
Tidak Sesuai Rekomendasi (<90 tablet)
Step 1 Konsumsi_TTD_Ibu Sesuai Rekomendasi (≥90 tablet)
3499 2423 59,1
Tidak Sesuai Rekomendasi (<90 tablet)
2307 3858 62,6
Overall Percentage 60,9
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Kuantitas ANC Ibu ,735 ,048 231,495 1 ,000 2,085 1,897 2,292
Kualitas ANC Ibu ,504 ,045 125,824 1 ,000 1,655 1,515 1,807
Tenaga Pemeriksa Kehamilan Ibu
,597 ,109 30,018 1 ,000 1,816 1,467 2,248
Tempat Tinggal Ibu ,233 ,042 30,303 1 ,000 1,262 1,162 1,371
Status Sosial Ekonomi 130,177 4 ,000 Status Sosial Ekonomi(1) ,306 ,063 23,811 1 ,000 1,358 1,201 1,535
Status Sosial Ekonomi(2) ,377 ,063 35,816 1 ,000 1,459 1,289 1,651
Status Sosial Ekonomi(3) ,578 ,065 80,073 1 ,000 1,783 1,571 2,023
Status Sosial Ekonomi(4) ,713 ,066 115,923 1 ,000 2,041 1,792 2,324
Constant -,788 ,047 276,587 1 ,000 ,455 a. Variable(s) entered on step 1: Kuantitas ANC Ibu, Kualitas ANC Ibu, Tenaga Pemeriksa Kehamilan Ibu, Tempat Tinggal Ibu, Status Sosial Ekonomi.
Page 122
LAMPIRAN V
Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi
Page 126
LAMPIRAN VI
Etichal Clearence