LAPORAN STUDI KASUS
BAB I
PENDAHULUANRecurrent aphthous stomatitis (RAS) yang dikenal juga
sebagai aphtae atau canker sore merupakan radang yang terjadi pada
mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Masyarakat
umum mengenalnya sebagai Sariawan. Ulser ini dapat berupa ulser
tunggal maupun lebih dari satu. RAS dapat menyerang selaput mukosa
pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, serta palatum dalam rongga
mulut.(8)
Etiologi RAS belum diketahui secara pasti. Terdapat beberapa
faktor yang telah diketahui berperan dalam timbulnya lesi-lesi RAS.
Faktor-faktor tersebut diantaranya: defisiensi zat besi, folat, dan
B12 , trauma, herediter, infeksi bakteri dan virus, stress,
gangguan sistem imun, alergi, hormonal, penyakit gastrointestinal,
kelainan darah, dan pengaruh obat.(3)(4)Pada makalah laporan kasus
ini dibahas mengenai seorang pasien wanita usia 60 tahun yang
datang dengan keluhan terdapat sariawan di bibir atas bagian dalam
dekat gusi, pasien sering mengalami sariawan yang muncul tiba-tiba.
Diagnosis dari pasien ini adalah RAS. Pada permukaan lidah pasien
juga terdapat selaput putih tidak beraturan yang menyebabkan lidah
terasa kasar, tebal, dan kotor yang kemudian didiagnosis sebagai
coated tongue. Rencana perawatan yang diberikan pada pasien adalah
pemberian obat kumur, dan multivitamin untuk penyembuhan
ulsernya.BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Status Pasien 2.1.1 Identitas PasienNama
: Ny. PUsia
: 60 tahunJenis Kelamin
: Wanita
Agama
: IslamStatus Perkawinan
: Sudah Menikah
Alamat : Sekotong Tanggal pemeriksaan
: 20 Mei 2015Nomor Rekam Medik : 03 40 822.1.2 Anamnesa Keluhan
Utama: Sariawan Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan
keluhan terdapat sariawan berukuran cukup besar di bibir atas
bagian dalam dekat gusi, terasa sakit sampai mengganggu pada saat
makan dan berbicara. Sariawan muncul sejak 5 hari yang lalu. Pasien
mengaku bahwa sariawan muncul tiba-tiba. Sariawan terasa semakin
perih pada saat makan dan minum (panas maupun dingin), berkumur,
dan berbicara. Pasien juga mengaku sering mengalami sariawan yang
muncul tiba-tiba. Riwayat Penyakit Dahulu: Penyakit jantung: -
Hipertensi
: - Diabetes Mellitus: - Asma/Alergi
:Alergi telur, tongkol dan makanan berminyak Kelainan GIT
: Maag
Penyakit Ginjal: - Kelainan Darah: -2.1.3 Kondisi Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Suhu
: 36,7 0C
Tensi
: 130/90 mmHg
Pernafasan
: 20 x/menit
Nadi
: 80 x/menit2.1.4 Pemeriksaan Ekstra Oral
Kelenjar Limfe
Submandibula:kiri: teraba +/-lunak/kenyal/kerassakit +/-
kanan: teraba +/-lunak/kenyal/kerassakit +/-
Submental:kiri: teraba +/-lunak/kenyal/kerassakit +/-
kanan: teraba +/-lunak/kenyal/kerassakit +/-
Servikal:kiri: teraba +/-lunak/kenyal/kerassakit +/-
kanan: teraba +/-lunak/kenyal/kerassakit +/-
Mata : Pupil isokhor; konjungtiva anemis; sklera non ikterik
TMJ: tidak ada kelainanBibir: tidak ada kelainan Wajah:
simetris, tidak ada kelainanSirkum Oral: tidak ada kelainan2.1.5
Pemeriksaan Intra Oral
Kebersihan Mulut: buruk, plak +
Gingiva: tidak ada kelainanMukosa Bukal:tidak ada kelainanMukosa
Labial: terdapat lesi ulser pada mukosa labial RA berbentuk bulat
dengan diameter ( 1 cm, tepi reguler dan eritem, dasar berwarna
putihPalatum Durum: tidak ada kelainan
Palatum Mole: tidak ada kelainan
Frenulum: tidak ada kelainan Lidah:terdapat selaput berwarna
putih irreguler pada dorsal lidahDasar Mulut: tidak ada
kelainan
2.1.6 Status geligi
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28 48 47 46 45 44
43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Radiologi:TDL
Darah:TDLPatologi Anatomi:TDL
Mikrobiologi:TDL
2.1.8 Diagnosis
D/ Recurrent Aphtous Stomatitis minor mukosa labial rahang atas
D/ Coated TongueDD/ : Hairy Tongue2.1.9 Rencana terapy dan
perawatan Pro Oral Hygiene Instructions
Pro anjuran pola makan sehat, diet sayur dan buah-buahan yang
berserat, sayuran hijau (Fe), diet tinggi protein Pro skeling
Pro resep :
R/ Dexamethasone 0,5 mg No. X 2 dd 1R/ Minosep gargle fl 65 ml
No. 1
3 dd coll oris PCR/ sangobion No. X
2 dd 1BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Recurrent Aphthous Stomatits (RAS)3.1.1 DefinisiRecurrent
aphthous stomatitis (RAS) merupakan suatu kelainan yang ditandai
dengan adanya ulser rekuren pada mukosa oral pada pasien (Greenberg
and Glick, 2003). RAS merupakan penyakit mukosa oral yang paling
umum dan mempengaruhi 10-15% dari populasi, namun kebanyakan kasus
tergolong ringan dengan sedikit keluhan.(1) RAS, yang juga dikenal
dengan aphtae atau canker sores, memiliki
karakterisasi-karakterisasi sebagai berikut: ulser tunggal maupun
multiple yang muncul berulang, berukuran kecil dengan bentuk bulat
atau oval dibatasi dengan tepi yang eritem dan dasar berwarna
kekuningan atau keabuan, biasa muncul pada daerah yang tidak
berkeratin dan mukosa bergerak jarang pada gingiva atau palatum,
muncul pertama kali pada masa kanak-kanak atau remaja.(8)Namun
banyak peneliti dan spesialis dalam oral medicine tidak lagi
menganggap RAS sebagai penyakit tunggal, melainkan beberapa gejala
patologis dengan manifestasi klinik yang serupa. Immunologic
disorders, hematologic deficiencies, dan keabnormalan alergi atau
psikologis semuanya telah dianggap sebagai gejala patologis dari
RAS.(4)3.1.2 InsidensiRAS menyerang sedikitnya 10% dari populasi.
Pada kelompok etnik tertentu atau social-ekonomi tertentu yang
diteliti, terdapat insidensi dengan rentang dari 5%-50%. Menurut
umur, RAS biasanya mulai muncul ketika masa anak-anak atau remaja.
Faktor jenis kelamin pun berpengaruh, biasanya lebih sering
menyerang wanita. Insidensi RAS terdapat di seluruh dunia, walaupun
lebih sering di negara-negara berkembang.(4)(8)3.1.3 Etiologi dan
Faktor PredisposisiPenyebab terjadinya RAS belum diketahui secara
pasti. Terdapat beberapa factor pendukung terjadinya RAS menurut
Greenberg and Glick pada tahun 2003 yaitu:
1. GenetikFaktor genetik merupakan kemungkinan penyebab paling
tinggi dari seluruh kejadian RAS, dengan peningkatan insidensi yang
dipengaruhi keterlibatan faktor lingkungan. Sekitar 40-50% pasien
yang terkena RAS memiliki riwayat keluarga yang juga pernah terkena
RAS. Kemungkinan dipengaruhi oleh status RAS orangtua.
2. Defisiensi hematologic
Gangguan hematologik terutama defisiensi besi, folat atau
vitamin B12. khususnya serum Fe, folat, atau vitamin B12 juga
dihubungkan dengan RAS. Pada defisiensi ini, hemoglobin berada di
bawah normal, dan ditandai dengan mikro/makrositosis sel darah
merah.(1)3. Abnormalitas immunologis
Sebagian besar penelitian etiologi RAS, mengungkapkan
keterkaitan antara RAS dan faktor immunologi. Pada penelitian
terbaru, menganggap bahwa RAS merupakan abnormalitas dari respon
imun terhadap antigen bakteri mulut khususnya Streptococcus
Sanguis.
4. Faktor SistemikKondisi sistemik yang mempengaruhi kejadian
RAS diantaranya gangguan GIT, neutropenia, HIV, defisiensi IgA, dan
penggunaan obat-obatan anti inflamasi non steroid.
5. Trauma
Pasien RAS sering dilaporkan terkena ulser akibat trauma seperti
terkena sikat gigi atau injeksi saat anestesi local.(2) Trauma
akibat gigitan dan penyikatan gigi yang salah, dapat menyebabkan
robeknya mukosa dan memperparah ulser yang sudah ada.(1)6. Stress
dan menstruasiPada wanita, RAS dihubungkan dengan siklus
menstruasi. Tidak ada hubungan yang pasti dari menstruasi maupun
stres dengan RAS namun dapat dihubungkan dengan kondisi
hormonal.(8) Stress berpengaruh pada kondisi rongga mulut, salah
satunya juga merupakan faktor predisposisi dari terjadinya RAS.
Stress berhubungan dengan fungsi hormonal, dimana di saat stress
bagian emosional dari otak akan mempengaruhi pengeluaran hormon
dari kelenjar pituitary dan kelenjar adrenal. Hormon-hormon
tersebut yang dikeluarkan adalah adrenalin dan kortisol.
Pengeluaran kortisol yang berlebihan akan menekan fungsi sistem
imun dengan mengurangi limfosit.(5) 7. Defisiensi nutrisiDefisiensi
zat besi (Fe), asam folat, vitamin B12 dan vitamin B-kompleks
(vitamin B1, B2, dan B6) dilaporkan berhubungan dengan kejadian
RAS.(2) Hubungannya biasanya karena defisiensi, terutama vitamin
B12 dan asam folat akibat malabsorpsi. Gangguan hematologik
terutama defisiensi besi, folat atau vitamin B12 khususnya serum
Fe, folat, atau vitamin B12 juga dihubungkan dengan RAS.(4) Pada
defisiensi ini, hemoglobin berada di bawah normal, dan ditandai
dengan mikrositosis atau makrositosis sel darah merah.(1)3.1.4
Gambaran Klinis
Lesi terbatas pada mukosa oral dan dimulai dengan prodromal
burning pada 2-48 jam sebelum ulcer muncul. Selama periode initial
ini, suatu area erythema yang terlokalisir muncul. Dalam satu jam,
muncul papule putih kecil, membisul, dan berangsur-angsur membesar
dalam 48-72 jam berikutnya. Lesi individual berbentuk bulat,
simetris, dan dangkal (serupa dengan viral ulcer), tetapi tidak ada
tissue tags yang keluar dari vesikel yang rupture (ini dapat
membedakan RAS dari penyakit dengan ulcer yang irregular seperti
EM, pemphigus, dan pemphigoid). Lesi multipel biasanya muncul,
tetapi jumlah, ukuran, dan frekuensinya sangat berubah-berubah.
Lesi paling sering muncul di mukosa bukal dan mukosa labial. Lesi
biasanya jarang muncul pada palatum atau ginggiva yang berkeratin.
Pada RAS yang ringan, lesi mencapai ukuran 0,3-1,0 cm, disebut juga
minor ulcer dan memulai penyembuhan dalam satu minggu. Penyembuhan
tanpa scarring biasanya selesai dalam 10-14 hari.(4)
Sumber gambar: Cawson and Odell, 20023.1.5 DiagnosisDiagnosis
diperoleh melalui suatu proses dan berddasarkan gejala-gejala
penyakit. Langkah awal dari diagnosis yaitu pengumpulan data yang
berhubungan dengan diagnosis sehingga didapat informasi. Untuk
mengumpulkan informasi, pertama perlu dilakukan anamnesis, lalu
pemeriksaan klinis yang meliputi pemeriksaan ekstraoral dan
intraoral, serta dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan radiologis, pemeriksaan laboratorium, atau biopsy dan
pemeriksaan patologi anatomi. Setelah didapat informasi-informasi
kita mulai mengklasifikasikan kelainan atau lesi-lesi yang ada,
kemudian disusun berbagai kemungkinan diagnosis, dan terakhir
ditentukan diagnosis akhir untuk selanjutnya dapat dibuat rencana
perawatan yang sesuai untuk pasien.(4)(8)
3.1.6 PerawatanNyeri lesi ringan dapatdiberikan anestesi topikal
agen atau topikaldiclofenac. Dalam kasus yang lebih berat,
digunakan topicalsteroid, seperti fluosinonida, betametasonatau
clobetasol, diberikan langsung pada penyembuhan lesi dengan jangka
waktu lebih singkat. Gel dapat dengan hati-hatidiaplikasikan
langsung pada lesi setelah makan dan pada waktu tidurdua sampai
tiga kali sehari.(4) Lesi yang lebih besar dapat diobati
denganmenempatkan perban berisi steroid topikal padaulcer. Untuk
mempercepat waktu penyembuhan lesi Recurrent Apthous Stomatitis
diberikan pasta topikal amlexanox tetracycline, yang dapat
digunakan baik sebagai cuci mulut. Intralesional steroid dapat
digunakan untuk mengobati lesi Recurrent Apthous Stomatitis yang
besar. Bila tidak responsif, diberikan terapi topikal, maka
penggunaan terapi sistemikharus dipertimbangkan misalnya
colchicine, pentoxifylline, dapson, dan thalidomide. Thalidomide
diberikan untuk mengurangi insiden dan tingkat keparahan Recurrent
Apthous Stomatitis terutama pada pasien HIV-positif dan
HIV-negatif, namun obat ini harusdigunakan dengan sangat hati-hati.
Efek samping lain dari thalidomidetermasuk neuropati perifer,
masalah gastrointestinal, dan mengantuk.(4)Pemberian vitamin juga
penting untuk membantu penyembuhan RAS terutama vitamin B12 dimana
pada penderita RAS biasanya terdapat defisiensi vitamin B12.
Vitamin B12 adalah sebuah vitamin yang berperan penting dalam
fungsi normal otak dan system saraf, serta dalam pembentukan
komponen darah.(4)3.2. Coated Tongue3.2.1. Definisi
Coated tongue atau furred tongue adalah kondisi dimana terdapat
lapisan putih pada dorsum lidah. Kondisi ini terjadi akibat keratin
yang gagal terdeskuamasi sehingga akan mengakibatkan papilla
filiformis mengalami hipertrofi dan elongasi. Bakteri, sisa
makanan, pigmentasi rokok, ataupun permen dapat terakumulasi pada
papilla filiformis ini. Lidah akan tampak berselaput atau berambut.
Coated tongue atau furred tongue biasanya terjadi pada daerah
posterior dorsum lidah. Pada kondisi ini, pasien biasanya merasa
gatal dan terdapat perubahan rasa.(4)3.2.2. EtiologiBeberapa faktor
yang dapat mengakibatkan timbulnya coated tongue(4) :
1) Penggunaan obat-obatan baik lokal ataupun sistemik dapat
menyebabkan perubahan pada flora normal rongga mulut. Termasuk
penggunaan antibiotik sistemik, agen topikal yang bersifat
mengoksidasi seperti hydrogen peroksida dan perborat.2) Merokok,
minum minuman beralkohol, gangguan lambung dan saluran pencernaan,
gangguan saluran pernapasan, serta demam tifoid juga dapat
menyebabkan lidah menjadi berselaput. Demam tifoid dapat
menyebabkan hiposalivasi pada kelenjar saliva. Hiposalivasi ini
mengakibatkan xerostomia pada rongga mulut, dimana produksi saliva
berkurang, saliva berfungsi sebagai self cleansing, kurangnya
produksi saliva dapat mempermudah terjadinya coated tongue.3)
Keadaan tidak bergigi, diet makanan lunak, oral hygiene yang buruk,
berpuasa, febrile, dan xerostomia.3.2.3. Gambaran Klinis
Coated tongue memberikan gambaran klinis seperti lidah yang
ditutupi oleh selaput berwarna putih, coklat, atau hitam. Pewarnaan
ini tergantung dari pigmen yang masuk. Coated tongue biasanya
melibatkan 2/3 posterior bagian dorsum lidah. Pada keadaan ini,
papila filiformis mengalami pemanjangan dan kekurangan deskuamasi
papilla. Oleh karena itu, lidah tampak tebal dan terbungkus.(4)
Gambar 3.5 Coated Tongue3.2.4. Terapi
Terapi yang paling efektif untuk kondisi ini adalah dengan
menyikat lidah setiap hari. Penggunaan sikat lidah dapat
menghilangkan sel-sel keratin yang mati. Dari hasil penelitian
didapat bahwa dengan menyikat lidah dapat menghilangkan bakteri dan
bau mulut. Membersihkan mulut secara rutin telah dilaporkan menjadi
metode pencegahan yang paling utama dalam mencegah timbulnya lesi
pada mukosa.(7) Terdapat beberapa penelitian klinis mengenai
penuntun yang direkomendasikan yakni(10) :1. Sikatlah gigi sebelum
membersihkan lidah. Pastikan juga menyikat di bagian belakang gigi
untuk mengurangi akumulasi bakteri.
2. Arahkan spoon dari tongue scraper menjangkau bagian paling
posterior dari lidah, dan sepanjang permukaan lidah.
3. Gunakan bentuk tongue scraper sesuai ukuran dari mulut
anda.
4. Gunakan tongue scraper timbal balik, scraper berlekuk atau
menggunakan pegangan untuk membersihkan lidah. Menjangkau sejauh
mungkin dalam mulut dan pembersih dari belakang ke depan dengan
tekanan ringan.
5. Bilas tongue scraper dan pastikan mencuci bersih semua
bakteri dan saliva yang terakumulasi pada tongue scraper. Lakukan
pembersihan lidah paling tidak dua sampai tiga kali setiap
pembersihan.
6. Cuci mulut dengan obat kumur pembunuhan bakteri setelah
membersihkan lidah.
7. Gunakan tekanan yang ringan ketika menggunakan tongue
scraper, jangan menekan terlalu keras karena dapat mengiritasi
lidah.
Selain pembersihan lidah, terapi yang dapat dilakukan yaitu
pemberian obat kumur efervesen yang mengandung asam askorbat
(vitamin C) mungkin dapat membantu pembersihan selaput coated
tongue, namun tetap harus diimbangi dengan pembersihan lidah secara
manual (Field and Longman, 2003). Terapi dapat berupa aplikasi
keratolytic agent secara topikal yang tersedia dalam azelaic acid
dan glycolic acid serta dalam formulasi asam salisilat, sulfur dan
benzoyl peroxide. Selain itu, konsumsi yoghurt atau minuman yang
mengandung lactobacillus acidophilus juga dapat digunakan untuk
terapi coated tongue. Yoghurt mengandung bakteri menguntungkan yang
disebut acidophilus, yang membantu memperbaiki ketidakseimbangan
mikroba dalam tubuh, yang menjadi penyebab coated tongue.(4)BAB
IV
KESIMPULAN
Pasien pada laporan kasus ini datang dengan keluhan terdapat
sariawan berukuran cukup besar di bibir atas bagian dalam dekat
gusi, terasa sakit sampai mengganggu pada saat makan dan berbicara.
Sariawan muncul sejak 5 hari yang lalu. Pasien mengaku bahwa
sariawan muncul tiba-tiba. Pada pemeriksaan intraoral ditemukan
adanya ulser berwarna putih yang dikelilingi daerah eritem, dengan
diameter kurang lebih 1 cm berbentuk bulat di mukosa labialis atas.
Dari anamnesis dan pemeriksaan klinis, dapat disimpulkan diagnosis
penyakit dari pasien ini adalah Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS)
dan coated tongue.DAFTAR PUSTAKA
(1) Cawson, R.A. ; E.W. Odell. 2002. Essentials of Oral
Pathology and Oral Medicine. 7th ed. Churchill Livingstone :
Edinburg.(2) Field, A and L. Longman. 2003. Tyldesley's Oral
Medicine. 5th ed. New York : Oxford University Press.(3) Gandolfo
et al. 2006. Oral Medicine. Churchill Livingstone : Elsevier.(4)
Greenberg and Glick. 2008. Burkets Oral Medicine: Diagnosis and
Treatment. 11th edition. Ontario: BC Decker Inc.(5) Imanda, K.
2003. Stress dan Manifestasinya di Rongga Mulut serta Perawatannya.
Medan: FKG USU.(6) Langlais and Miller. 2003. Color atlas of common
oral disease. Philadelphia: Lippincot William & Wilkins.(7)
Laskaris, George. 2006. Pocket Atlas of Oral Disease 2nd Ed. New
York : Thieme. (8) Scully, C. 2008. Oral and Maxillofacial
Medicine: The Basis of Diagnosis and Treatment. 2nd edition. USA:
Elsevier.(9) Systig S, et al. 2001. Natural immunity in recurrent
aphthous ulceration. J Oral Pathology Medicine.(10) Yaegaki K,
Coil, Kamemizu T, Miyazaki H. Tongue brushing and mouth rinsing as
basic treatment measures for halitosis. Int Dent J 2002: pp. 52,
192-5.
Gambar . lesi ulser pada mukosa labial
Gambar 2.4 Coated tongue
Gambar 3.1 RAS tipe minor
Gambar 3.2 RAS tipe mayor
Gambar 3.3 RAS tipe herpetiform