LAPORAN KASUS PREEKLAMPSIA BERAT : Oleh: Farizahanim Z Ariffin 0610710047 Ajeng Putih Sekarningrum 0610713003 Nor Aimi binti Mohd Shairy 0610714019 Konsulen: dr. Bambang Raharjo SpOG Pembimbing: dr. Tatik Sulystiowati
LAPORAN KASUS
PREEKLAMPSIA BERAT
:
Oleh:
Farizahanim Z Ariffin 0610710047
Ajeng Putih Sekarningrum 0610713003
Nor Aimi binti Mohd Shairy 0610714019
Konsulen:dr. Bambang Raharjo SpOG
Pembimbing:dr. Tatik Sulystiowati
LABORATORIUM OBSTETRI & GINEKOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
RSU Dr. SAIFUL ANWARMALANG
2011LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
PREEKLAMPSIA BERAT
Oleh:
Farizahanim Z Ariffin 0610710047
Ajeng Putih Sekarningrum 0610713003
Nor Aimi binti Mohd Shairy 0610714019
Menyetujui:Pembimbing, Konsulen,
dr.Tatik Sulystiowati dr. Bambang Rahardjo, SpOG
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini, kematian ibu dan angka kematian perinatal di Indonesia
masih sangat tinggi. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2002-
2003), angka kematian ibu adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Jika
dibandingkan dengan target yang ingin dicapai oleh pemerintah pada tahun 2010
sebesar 125/100.000 kelahiran hidup angka tersebut masih tergolong tinggi.
(BPS, 2003) Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan
dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas
ibu bersalin selain pendarahan (45%) dan infeksi (15%). Sisanya terbagi atas
penyebab partus macet, abortus tidak aman, dan penyebab tidak langsung
lainnya. (Sarwono, 2008)
Berdasarkan Report of the National High Blood Pressure Education
Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2001,
hipertensi dalam kehamilan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu
hipertensi kronik, preeklampsia-eklampsia, hipertensi kronik dengan
superimposed preeklampsia dan hipertensi gestational. Preeklampsia merupakan
penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan postpartum. Dari
gejala-gejala klinik preeklampsia dapat dibagi menjadi menjadi preeklampsia
ringan dan preeklampsia berat. Pembagian ini tidaklah berarti adanya dua
penyakit yang jelas berbeda sebab seringkali ditemukan penderita dengan
preeklampsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam koma.
(Sarwono, 2008)
Gambaran klinik preeklampsia bervariasi luas dan sangat individual.
Secara teoritik urutan-urutan gejala yang timbul pada preeklampsia ialah edema,
hipertensi, dan terakhir proteinuria; namun kadang-kadang sukar untuk
menentukan gejala preeklampsia mana yang timbul terlebih dahulu. Dari semua
gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria merupakan gejala yang
paling penting namun penderita seringkali tidak merasakan perubahan itu hingga
kondisi preeklampsia yang ringan menjadi berat atau masuk ke kondisi
eklampsia. (Sarwono, 2008)
Sampai dengan saat ini etiologi pasti dari preeklampsia/eklampsi masih
belum diketahui. Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi
dari kelainan tersebut di atas, sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the
diseases of theory. (Ketut, 2001) Adapun teori-teori tersebut antara lain adalah
teori kelainan vaskularisasi plasenta, teori iskemia plasenta, radikal bebas dan
disfungsi endotel, teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin, teori adaptasi
kardiovaskularori genetik, teori defisiensi gizi dan teori inflamasi. (Sarwono,
2008)
Oleh itu, dalam rangka menurunkan angka kematian maternal dan
perinatal akibat preeklampsia-eklampsia, deteksi dini dan penanganan yang
adekuat terhadap kasus preeklampsia harus senantiasa diupayakan. Hal
tersebut hanya dapat dilakukan dengan mempertajam kemampuan diagnosa
para penyelenggara pelayanan bumil dari tingkat terendah sampai teratas, dan
melakukan pemeriksaan bumil secara teratur.
1.2 Tujuan1. Mengetahui definisi preeklampsia berat
2. Mengetahui etiologi preeklampsia berat
3. Mengetahui pathogenesis preeklampsia berat
4. Mengetahui klasifikasi preeklampsia berat
5. Mengetahui penegakan diagnosis preeklampsia berat
6. Mengetahui penatalaksanaan dan prognosis dari preeklampsia berat
1.3 ManfaatPenulisan makalah laporan kasus dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman dokter muda mengenai preeklampsia berat dalam hal: pelaksanaan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang, penegakkan diagnosa,
penatalaksanaan, monitoring, serta penanganan komplikasi.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
BAB IIILAPORAN KASUS
1.1 IDENTITAS PASIENNama : Ny. RH
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : 12 tahun
Alamat :Kotalama Malang
No. RM : 1103062
MRS : 4 Februari2011
3.2 Timeline SOAP
4/2/2011 Time : ?
1. S[subjektif]
Keluhan utama : Tekanan darah tinggi
Pasien periksa ke PKM dengan TD 160/100
kemudian pasien dirujuk ke RSSA.
Riwayat Hipertensi sebelum dan selama kehamilan
disangkal.
Pasien tahu tekanan darahnya tinggi saat kontrol 2
minggu yang lalu.
Riwayat pusing, nyeri ulu hati, mual, dan muntah
(-)
Riwayat persalinan yang lalu1. Aterm/ 2650gr/ SC a.i PEB/ RS Panti Nirmala/ L/ 3
thn/ H
2. Hamil ini
Riwayat Perawatan Antenatal ANC: RSSA 1x
PKM 5x
Bidan 5x
SpOG 1x
HPHT :nggak jelas tglnya
Taksiran persalinan: nggak jelas tglnya
Usia kehamilan : 30-32 minggu
Kontrasepsi sebelum hamil ini: IUD dilepas 1 tahun
yang lalu
2. O[objektif]
Pemeriksaan Fisik:KU : Baik, compos mentis
Tekanan Darah : 170/110 mmHg
Nadi : 82 x/ menit
Respiratory Rate : 20 x/ menit
Tax : 36,6 C
Kepala/Leher : conjunctiva anemis -/-, sklera icterik -/-
Thorax : c/p dbn
Abdomen: FU 23 cm U
DJJ 12.12.12
TBJ 1550 gr
His (-)
Pemeriksaan Dalam: tidak dilakukan
Darah Lengkap:Leukosit :
Hemoglobin : 13,5 g/dL
Hematokrit : 39,4 %
Trombosit :265.000
PPT : 8,3 detik (K: 12,9 detik)
APTT : 23,9 detik (K: 27,4 detik)
GDA : 89
SGOT/PT : 18/11
Ur/Cr : 8,5/ 0,73
LDH : 436
Alb : 2,59
SE : 125/ 3,4/ 103
UL : protein +4
Cardiotocography (CTG):
Hasil CTG : patologis loss of variability
Baseline rate : 145 bpm
Variability: <5 bpm
Decelerasi : -
Accelerasi : -
3. A[assasement]
G2P1001Ab000part37-38 minggu T/H
+ preeclampsia berat + primi tua sekunder
+ impending eklampsia
+ fetal compromised + unfavorable cervix
4. P[planning]
PTx :
1. Usul Terminasi SC cito
2. Persiapan Operasi
- Injeksi SM Full Dose 20% dan 40% kemudian
dilanjutkan dosis maintenance 40% 5 gr tiap 6
jam jika KI (-)
- Injeksi Ampicilin 3 x 1 gr i.v (Skin Test)
- Tokolitik: Kaltrofrene Supp II
- Pasang DC
3. Persiapan sediaan Darah/ Daftar OK/ Consult
Anastesi/ Pembuatan SP
PMO :
Observasi Vital Sign, keluhan, His, DJJ, produksi
urine, balance cairan / 6 jam dan reflex patella.
Ped: SP/ KIE
Konsul senior
3.3 Laporan Tindakan Persalinan Kala IITindakan SCTP, tanggal 11 Januari 2011 jam 17.40-17.45 WIB.
1. Pasien tidur terlentang di atas meja operasi dengan GA
2. Antisepsi lap operasi dengan savlon dan betadine. Demarkan lap operasi
dengan doex steril
3. Dilakukan incisi dinding abdomen pada linea mediana dari
suprasymphisis sampai dengan dibawah umbilicus + 10 cm. Incisi
diperdalam secara tajam kecuali oto secara tumpul sampai cavum
abdomen terrbuka.
4. Tampak uterus gravidarum
5. Dipasang kassa laparotomi
6. Dibuat bladder flap dngan mengincisi peritonium visceralw + 2 cm diatas
plica vesico uterina. Dilebarkan ke lateral, dijauhkan ke kcaudal dengan
hook besar untuk melindungi VU
7. Incisi SBR + 1 cm dibawah bladder flap, dilebarkan kelateral secara
tumpul, keluar cairan ketuban warna jernih jumlah cukup
8. Janin dilahirkan dengan meluksir kepala. Lahir bayi laki – laki/ 1905 gr /
45 cm / AS: 7-9 jam 17.45, kemudian tali pusat diklem didua tempat
dipotong ditengah-tengahnya bayi dirawat.
9. Placenta dilahirkan dengan tarikan ringan ukuran 15 x 15 x 2 cm dengan
panjang tali pusat + 40 cm
10. Eksplorasi ke dalam cavum uteri, sisa placenta (-), perdarahan aktif (-)
11. Dibuat jahitan sudut pada kanan dan kiri SBR, dilanjutkan jahitan jelujur
feston 2 lapis.
12. Reperitonialisasi
13. Kassa laparotomi dikeluarkan.
14. Evaluasi perdarahan, perdarahan aktif (-), adnexa D/S dalam batas
normal
15. Luka operasi dijahit lapis demi lapis
16. Operasi selesai
17. Perdarahan durante op + 100 cc
BAB IVPERMASALAHAN
Permasalahan pada kasus di atas dapat disimpulkan, yaitu:
1. Mengapa pasien ini didiagnosa sebagai Preeklampsi berat dengan
Impending eklampsi + unfavorable cervix + fetal compromised?
2. Apa yang menyebabkan adanya keluhan – keluhan subyektif seperti
kepala pusing, mual dan penglihatan kabur pada pasien ini?
3. Apakah Faktor Risiko preeklampsi berat pada pasien ini?
4. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini?
BAB VPEMBAHASAN
5.1 Mengapa pasien ini didiagnosa sebagai Preeklampsi berat dengan
Impending eklampsi + unfavorable cervix + fetal compromised?
Ny.NK didiagnosa sebagai Preeklampsi berat dengan impending eklampsi +
unfavorable cervix dan fetal compromised. Keadaan tersebut ditegakkan atas
dasar:
1. Anamnesa
Penderita mengeluh nyeri kepala, mual dan muntah. Hal ini menandakan
adanya keluhan subyektif pada preeklampsi dengan impending eklampsi.
Preeklampsi itu sendiri ditegakkan dari pemeriksaan fisik dan lab.
Keluhan subyektif berupa nyeri kepala terjadi karena adanya vasospasm
dan oedema otak. Pasien didiagnosa sebagai Preeklampsia karena
pasien juga menyangkal riwayat tekanan darah tinggi sebelum dan
selama kehamilan sehingga diagnosa banding hipertensi kronis bisa
disingkirkan.
Anak terakhir penderita berusia 10 tahun dimana kehamilan saat ini
memiliki rentang waktu yang sangat panjang (Primi tua sekunder). Primi
tua sekunder merupakan salah satu faktor risiko terjadinya PEB.
2. Status:
Status Obstetri
Penderita ini menikah 1x, lama menikah 12 tahun dengan jumlah
anak 1 orang yang berusia 10 tahun.
Riwayat perawatan ANC
Pasien ANC 3 kali di Puskesmas Tumpang
HPHT
9/5/2010
Tanggal Persalinan
16/2/2011
3. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan pemeriksaan fisik pada penderita ini didapatkan tekanan
darah 180/120 mmHg dimana memenuhi salah satu syarat diagnostik
Preeklampsi berat. Pada pemeriksaan dalam didapatkan nilai pelvic score
sebesar 2 jadi pada pasien ini terdapat unfavorable cervix
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini meliputi:
Pemeriksaan Darah lengkap dan kimia darah
Pada pasien ini didapatkan nilai trombosit, SGOT dan SGPT dan
kadar LDH yang normal yang berarti tidak ditemukannya HELLP
syndrome pada pasien ini.
Pemeriksaan Urine lengkap
Pada pasien ini juga didapatkan proteinuria 4+ yang memenuhi salah
satu kriteria diagnostik preeklampsia berat. Proteinuria ini terjadi
karena peningkatan permeabilitas vaskuler karena terjadinya
disfungsi endotel yang disebabkan karena peningkatan kadar radikal
bebas yang diinduksi hipoxia sementara.
Non Stress Test
Non stress test dilakukan menggunakan cardiotocography (CTG),
ditemukan adanya loss of variability karena variacy dari heart rate
janin < 5 bpm. Loss of variability merupakan salah satu kriteria Fetal
compromised.
5.2Apa yang menyebabkan adanya keluhan – keluhan subyektif seperti kepala
pusing, mual dan penglihatan kabur pada pasien ini?
1. Sakit kepala yang keras karena vasospasm atau oedema otak yang
disebabkan terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi
penumpukan cairan pada otak.
2. Gangguan penglihatan: penglihatan menjadi kabur sampai terkadang
buta. Hal ini disebabkan karena vasospasm, oedema atau ablation
retinae. Perubahan – perubahan ini dapat dilihat dengan ophtalmoskop.
(Sastrawinata)
5.3 Apakah factor risiko terjadinya preeklampsi pada pasien ini?
Dugaan bahwa faktor imunologik berperan terhadap terjadinya hipertensi
dalam kehamilan terbukti dengan fakta sebagai berikut;
Primigravida mempunyai faktor risiko lebih besar terjadinya
hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan multigravida
Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai risiko lebih
besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan
dengan suami yang sebelumnya.
Seks oral mempunyai risiko lebih rendah terjadinya hipertensi dalam
kehamilan. Lamanya periode hubungan seks sampai saat
kehamilan ialah makin lama periode ini makin kecil terjadinya
hipertensi dalam kehamilan.
Pada perempuan hamil normal respon imun tidak menolak adanya
“hasil konsepsi” yang bersifat asing.Hal ini disebabkan adanya human
leucocyte antigen protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam
modulasi respon imun, sehingga si ibu tidak menolak hasil konsepsi
(plasenta).Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin
dari lysis oleh sel natural killer (NK) ibu.
Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas ke
dalam jaringan decidua ibu. Jadi HLA-G merupakan prakondisi untuk
terjadinya invasi trofoblas dalam jaringan decidua ibu, disamping untuk
menghadapi sel natural killer.Pada placenta hipertensi dalam kehamilan,
terjadi penurunan ekspresi HLA-G.Berkurangnya HLA-G di decidua daerah
placenta, menghambat invasi trofoblas kedalam decidua.Invasi trofoblas
sangat penting agar jaringan decidua menjadi lunak, dan gembur sehingga
memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis.HLA-G juga merangsang
produksi sitokin, sehingga memudahkan terjadinya reaksi
inflamasi.Kemungkinan terjadi Immune-Maladaption pada preeklampsia.
Pada awal trimester kedua kehamilan perempuan yang mempunyai
kecenderungan terjadi preeklampsia, ternyata mempunyai proporsi Helper
sel yang lebih rendah dibanding pada normotensive. (Sarwono)
5.4 Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini?
Diagnosa pada pasien ini adalah Preeklampsia berat dengan tanda–
tanda impending eclampsi + unfavorable cervix dan fetal compromised
sehingga penatalaksanaan menurut literature adalah:
1. Terapi medikamentosa untuk stabilisasi yang terdiri dari pemberian
SM full dose dan maintenance dose, Kaltrofen (tocolytic) untuk
menghentikan kontraksi karena pasien akan dilakukan operasi
terminasi SC dan Ampicillin 3 x 1 gr sebagai antibiotik profilaksis
setengah jam sebelum dilakukan operasi
2. Karena kehamilan > 37 minggu maka penatalaksanaan terhadap
kehamilan yang dipilih adalah aktiv ;agresif. Pasien ini belum ada
tanda–tanda inpartu dan tidak bisa dilakukan persalinan
pervaginam karena unfavourable cervix dimana score bishop = 2 (<
8) sehingga harus dilakukan terminasi SC. Terminasi SC cito
dilakukan juga karena adanya tanda fetal compromised yang
ditunjukkan dari hasil CTG (loss of variablity)
Rencana KIE yang dilakukan adalah menjelaskan pada pasien
tentang permasalahan yang dihadapi pasien dan risiko apabila persalinan
dilakukan pervaginam. Juga menjelaskan tindakan medis dan operasi yang
akan dilakukan serta efek samping dari tindakan yang akan dilakukan.
Setelah operasi pembedahan dilakukan, pasien dirawat di ruangan
dan dilakukan perawatan luka operasi. Dilakukan pula pemeriksaan status
generalis pasien untuk memantau keadaan umum setiap harinya. Pasien
diberi penjelasan tentang perawatan luka operasi, waktu kontrol kembali ke
poliklinik dan penjelasan mengenai obat-obatan yang harus diminum.
Prognosis pasien ini untuk saat ini dapat dikatakan baik.
PLANNING MONITORINGObservasi Vital Sign, Keluhan, His, DJJ, Produksi Urine, balance cairan / 6 jam
dan reflex patella
BAB VIPENUTUP
5.1 KESIMPULANKasus Ny. NK, usia 31 tahun, datang berobat dengan keluhan utama kepala
pusing disertai nyeri kepala, mual dan muntah. Berdasarkan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang mengarahkan pada suatu
diagnosis Preeklampsi berat dengan impending eklampsi + unfavorable cervix
dan fetal compromised. Persalinannya dipilih secara perabdominal karena bayi
dalam kondisi fetal compromissed harus segera dilahirkan untuk menghindarkan
kematian dalam persalinan.Persalinan perabdominal juga dilakukan keranabelum
ada tanda–tanda inpartu dan kondisi unfavourable cervix.
5.2 SARAN
Diperlukan ketepatan dan ketelitian dalam melakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik, terutama dalam mendiagnosis preeklampsia berat,
mengingat banyaknya diagnosis banding dari keluhan tersebut.
Diperlukan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) yang baik pada
pasien dan keluarga untuk mengoptimalkan kesejahteraan pasien baik
sebelum, selama maupun setelah pengobatan.