I. Nomor Percobaan : 01 II. Tanggal Praktikum : 28 Agustus 2014. III. Judul Praktukum : Reaksi uji terhadap asam amino. IV. Tujuan Praktikum :Untuk mengidentifikasi atau menguji gugus fungsi yang terdapat dalam suatu asam amino melalui reaksi dengan reagen Millon, Hopkins- Cole, dan Ninhidrin. V. Alat dan Bahan Alat Bahan 1. pipet tetes 2. gelas ukur 3. beker gelas 4. neraca analitik 5. bunsen 6. tabung reaksi 7. rak tabung reaksi 8. batang pengaduk pengaduk 9. penjepit tabung 10. penangas air 1. Kuning telur 2. Putih telur 3. Reagen Millon 4. Reagen Ninhidrin 5. Alanin 1 – 10% 6. Tirosin 1 – 10% 7. Histidin 1 -1 0%
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. Nomor Percobaan : 01
II. Tanggal Praktikum : 28 Agustus 2014.
III. Judul Praktukum : Reaksi uji terhadap asam amino.
IV. Tujuan Praktikum :Untuk mengidentifikasi atau menguji gugus
fungsi yang terdapat dalam suatu asam amino
melalui reaksi dengan reagen Millon,
Hopkins-Cole, dan Ninhidrin.
V. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. pipet tetes
2. gelas ukur
3. beker gelas
4. neraca analitik
5. bunsen
6. tabung reaksi
7. rak tabung reaksi
8. batang pengaduk
pengaduk
9. penjepit tabung
10. penangas air
1. Kuning telur
2. Putih telur
3. Reagen Millon
4. Reagen Ninhidrin
5. Alanin 1 – 10%
6. Tirosin 1 – 10%
7. Histidin 1 -1 0%
VI. Dasar Teori
Asam amino yang merupakan monomer (satuan pembentuk) protein
adalah suatu senyawa yang mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus amino dan
gugus karboksil. Pada asam amino, gugus amino terikat pada atom karbon yang
berdekatan dengan gugus karboksil (C-α) atau dapat dikatakan juga bahwa
gugus amina dan gugus karboksil dalam asam amino terikat pada atom karbon
yang sama. Rumus asam amino dapat ditunjukkan pada gambar:
Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut
organik non polar seperti eter, aseton, dan kloroform. Sifat asam amino ini
berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat
alifatik maupun aromatic yang terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang
larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik. Demikian pula amina pada
umumnya larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik. Perbedaan sifat
antara asam amino dengan asam karboksilat dan amino terlihat pula pada titik
leburnya. Asam amino mempunyai titik lebur yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan asam karboksilat atau amina. Kedua sifat fisika ini menunjukan bahwa
asam amino cenderung mempunyai struktur yang bermuatan dan mempunyai
polaritas tinggi dan bukan sekedar senyawa yang mempunyai gugus –COOH dan
gugus –NH2. Hal ini tampak pula pada sifat asam amino sebagai elektrolit
Seperti juga semua senyawa organik, reaksi kimia asam amino
mencirikan gugus fungsional yang terkandung. Karena semua asam amino
mengandung gugus amino dan karboksilat, senyawa ini akan memberikan reaksi
kimia yang mencirikan gugus ini. Sebagai contoh gugus amino dapat memberikan
reaksi asetilasi, dan gugus karboksil esterifikasi. Walaupun kita tidak akan
menganalisa semua reaksi-reaksi organic spesifik asam amino, terdapat dua reaksi
penting yang secara luas dipergunakan untuk melakukan deteksi, pengukuran, dan
identifikasi asam amino (Lehninger, 1982).
Yang pertama adalah reaksi ninhidrin, yang digunakan untuk mendeteksi
dan menduga asam amino secara kuantitatif dalam jumlah kecil. Pemanasan
dengan ninhidrin berlebih menghasilkan produk berwarna ungu pada semua asam
amino yang mempunyai gugus α-amino bebas, sedangkan produk yang dihasilkan
oleh prolin berwarna kuning, karena pada molekul ini terjadi substitusi gugus α-
amino. Pada kondisi yang sesuai intensitas warna yang dihasilkan dapat
dipergunakan untuk mengukur konsentrasi asam amino secara kalorimetrik.
Metode ini amat sensitive bagi pengukuran konsentrasi asam amino (Lehninger,
1982).
Reaksi kedua dari asam amino yang penting adalah dengan pereaksi 1-
fluoro-2,4-dinitrobenzen (FDNB). Didalam larutan basa encer, FDNB bereaksi
dengan asam α-amino menghasilkan turunan 2,4-dinitrofenil yang berguna dalam
identifikasi masing-masing asam amino. Kemudian kita akan melihat pentingnya
reaksi ini, dalam menentukan deret asam amino peptide (Lehninger, 1982).
Dua molekul asam amino dapat diikat secara kovalen melalui suatu
ikatan amida subsitusi, yang disebut ikatan peptida menghasilkan suatu dipeptida.
Ikatan seperti ini dibentuk dengan menarik unsur H2O dari gugus karboksil suatu
asam amino dan gugus α-amino dari molekul lain, dengan reaksi kondensasi yang
kuat . Tiga asam amino dapat disatukan oleh dua ikatan peptida dengan cara yang
sama untuk menembus suatu tripeptida, tetrapeptida, dan pentapeptida. JIka
terda[pat banyak asam amino yang bergabung dengan cara demikian, struktur
yang dihasilkan dinamakan polipeptida. Peptida dengan panjang yang bermacam-
macam dibentuk oleh hidrolisa sebagaian dari rantai polipeptida yang panjang dari
protein, yang mengandung retusan asam amino. (Lehninger, 1982 : 126)
Cara yang digunakan untuk mengklasifikasi asam amino ada beberapa, misalnya
cara yang mendasarkan pada jumlah gugus karboksil dan gugus asam amino yang
dikandung oleh senyawa itu. Cara lain ialah mendasarkan pada sifat gugus R. Dibawah
ini dicantumkan klasifikasi asam amino atas dasar gugus R-nya, menjadi 4 golongan :
(Andina,yayuk)
1. Golongan asam aminso dengan R yang tidak polar, hidrofobik (tidak suka air).