LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR ASAM AMINO DAN PROTEIN NAMA : RIPKA SAPUTRI NIM : H31112286 GOL/KEL : H5 / 14 HARI/TGL : JUM’AT / 09 APRIL 2013 ASISTEN : STEPHANIE TUNGGALA
LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA ORGANIK DASAR
ASAM AMINO DAN PROTEIN
NAMA : RIPKA SAPUTRI
NIM : H31112286
GOL/KEL : H5 / 14
HARI/TGL : JUM’AT / 09 APRIL 2013
ASISTEN : STEPHANIE TUNGGALA
LABORATORIUM KIMIA DASARJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan, protein memegang peranan yang penting. Proses kimia
dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein
yang berfungsi sebagai biokatalis. Di dalam tubuh kita protein berfungsi sebagai
zat pembangun, pengatur, pertahanan, dan sebagai sumber energi setelah
karbohidrat dan lemak. Di samping untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga
dapat digunakan sebagai sumber energi apabila tubuh kita kekurangan karbohidrat
dan lemak
Protein merupakan polimer alam yang tersusun dari asam-asam amino
melalui ikatan peptida, sehingga protein juga disebut sebagai polipeptida. Protein
merupakan polimer dari sekitar 20 jenis asam α-amino. Massa molekul relatifnya
berkisar antara 6.000 sampai jutaan. Unsur utama penyusun protein adalah C, H,
O, dan N. Banyak juga protein yang mengandung belerang (S), dan fosfor (P)
dalam jumLah sedikit. Ada juga beberapa protein yang mengandung besi,
mangan, tembaga, dan iodin.
Sifat reaksi asam amino dan protein adalah sangat ditentukan oleh
gugus α-karboksil, α-amino, dan gugus yang terdapat pada rantai samping
molekulnya. Gugus α -karboksil dan gugus α -amino bereaksi sebagaimana
lazimnya reaksi organik lainnya untuk membentuk amida, ester dan asil halida
lainnya. Untuk mengidentifikasi asam amino dan protein, ada beberapa uji
reaksi yang dilakukan diantaranya tes ninhidrin, reaksi dengan gugus R, reaksi
biuret dan reaksi millon. Dengan demikian maka diadakanlah percobaan
mengenai reaksi asam amino dan protein ini.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Mengenal beberapa sifat asam amino dan protein berdasarkan reaksi
kimia
1.2.2 Tujuan Percobaan
1. Menentukan adanya gugus indol spesifik pada asam amino tirosin
melalui tes Millon.
2. Mengidentifikasi adanya asam amino dan protein yang mengandung
gugus amino bebas melalui tes ninhidrin.
3. Mengidentifikasi adanya ikatan peptida dalam protein melalui tes Biuret.
1.3 Prinsip Percobaan
Mengidentifikasi adanya asam amino dan protein dengan
menggunakan beberapa tes yang dilakukan yaitu dengan menggunakan tes
Millon, tes ninhidrin, dan tes Biuret yang ditandai dengan adanya perubahan
warna dan endapan yang menunjukkan bahwa adanya reaksi uji positif terhadap
asam amino.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protein termasuk dalam kelompok senyawa yang terpenting dalam
organisme hewan. Sesuai dengan peranan ini, kata protein berasal dari kata
Yunani proteios, yang artinya adalah pertama. Protein adalah poliamida, dan
hidrolisis protein menghasilkan asam-asam amino (Fessenden dan Fessenden,
1997).
Asam amino yang merupakan monomer ( satuan pembentuk) protein
adalah suatu senyawa yag mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus amino dan
gugus karboksil. Pada asam amino, gugus amino terikat pada atom karbon yang
berdekatan dengan gugus karboksil (C-α) atau dapat dikatakan juga bahwa gugus
amina dan gugus karboksiul apada asam amino terikat pada atom karbon yang
sama (Tim Dosen Kimia, 2013).
Pada akhir tahun 1800, telah diidentifikasi bahwa unit protein terkecil
adalah asam α-amino. Sekarang telah diketahui bahwa ada 20 macam asam amino
yang terdapat dalam protein sebagai hasil langsung dari kode genetik (Fessenden
dan Fessenden, 2010).
Protein adalah salah satu makrobiomolekular yang berfungsi sebagai
pembentuk struktur sel dari pada makhluk hidup termasuk manusia. Protein
adalah polimer dari asam-asam amino yang tersambung melalui ikatan peptida,
oleh karenanya dapat juga disebut sebagai polipeptida. Hal yang menarik bahwa
protein pada semua bentuk kehidupan (organisme) hanya mengandung 20 jenis
asam amino, namun interkoneksinya menghasilkan ragam makhluk hidup yang
tak terhingga banyaknya. Glisin merupakan asam amino yang paling sederhana
dan pertama diisolasi dari hidrolisis protein. Sebagai contoh, hamper setengah
molekul asam amino yang diperoleh bila sutra diisolasi adalah glisin. Treoning
adalah asam amino pembentuk protein yang paling akhir dapat diisolasi yaitu dari
hidrolisis fibrin (Tim Dosen Kimia, 2013).
Asam amino yang terbentuk sebagai hasil hidrolisis protein aialah asam
α-amino. Pada asam amino, gugus amino terikat pada atom karbon yang
bersebelahan dengan gugus karboksil atau terletak pada posisi α. Karbon α pada
asam amino merupakan pusat kiral, kecuali pada asam amino glisin yang gugus
R-nya adalah atom H. dengan demikian seluruh asam amino yang diturunkan dari
protein (kecuali glisin) bersifat optik aktif. Asam amino mempunyai konfigurasi-L
yang sejenis dengan gliseraldehida. Perlu diperhatikan bahwa konvendi Fischer
yang biasa duginakan pada karbohidrat dapat pula diterapkan pada asam amino
(Hart, ).
Dari 20 asam amino yaitu isoleusin dan treonin mempunyai 2 karbon
kiral. Konfigurasi karbon α dari kedua asam amino ini sama dengan yang
dijumpai dalam asam amino lain dan L-gliseraldehida. Dalam isoleusin kiral
karbon kedua adalah (S), sedangkan dalam treonin konfigurasinya adalah (R)
(Fessenden dan Fessenden, 2010).
Semua asam amino kiral yang terdapat dalam protein mempunyai
konfigurasi sama pada karbon 2, tetapi asam amino pada konfigurasi berlawanan
seperti D-α-asam amino terdapat juga pada beberapa zat yang dijumpai di alam,
misalnya kerangka karbon dari D-valin terdapat dalam antibiotic penisilin dan
aktinomisin (Fessenden dan Fessenden, 2010).
Asam amino tidak selalu bersifat seperti senyawa-senyawa organic.
Misalnya titik lelehnya di atas 2000C, sedang kebanyakan senyawa-senyawa
organic dengan bobot molekul sekitar itu berupa cairan pada tempertaur kamar.
Asam amino larut dalam air dan pelarut polar lain, tetapi tidak larut dalam pelarut
nonpolar seperti dietil eter atau benzena. Asam amino mempunyai momen dipole
yang besar. Juga, mereka kurang bersifat asam dibandingkan sebagian besar asam
karboksilat dan kurang basa dibansinkan sebagian amina (Fessenden dan
Fessenden, 1997).
Mengapa asam amino menunjukkan sifat yang tak biasa ini? Karena
suatu asam amino mengandung gugus amino yang bersifat basa dan gugus
karboksil yang bersifat basa dalam molekul yang sama. Suatu asam amino
mengalami reaksi asam-basa internal yang menghasilkan suatu ion dipolar, yang
juga disebut zwitterion (dari kata jerman zwitter, “hibrida”). Karena terjadi
muatan ion, suatu asam amino mempunyai banyak sifat garam. Ta,mbahan pula,
pKa suatu asam amino bukanlah pKa dari gugus –COOH, melaibkan dari gugus –
NH3+. pKb bukanlah dari gugus amino yang bersifat basa, melainkan dari gugus –
COO- yang brsifat basa sangat lemah (Fessenden dan Fessenden, 1997).
Selain 20 asam amino dasar dikenal 150 lebh asam amino yang kurang
umum. Kebanyakan daari aam amino ini tidak ada hubungannya dengan
pembentukan protein dan banyak yang merupakan turunan sederhana dari 20
asam amino biasa. Asam-asam amino yang demikian mungkin merupakan bentuk-
bentuk antara metabolic atau bagian dari suatu molekul bukan protein. Ada du
akelompok asam amino yang bukan merupakan pembentuk protein yaitu yang
jarang didapatkan sebagai pembentuk protein dan yang sama sekali tidak
merupakan satuan pembentuk protein. Termasuk dalam golongan pertama, yaitu
asam amino yag jarang terdapat dalam protein adalah 4-hidroksipialin (turunan
prolin yang banyak terdapat pada kolagen), 5-hidroksilisin (turunan dari lisin yang
juga banyak terdapat pada kolagen), desmosin dan isodesmosin ( terdapat dalam
protein elastin) yang mempunyai struktur luar biasa, yaitu terdiri dari 4 molekul
lisin dengan gugus R bergabung membentuk lingkaran piridin yang tersubtitusi
(Tim Dosen Kimia, 2013).
Sebagian besar golongan ini bmerupakan turunan α-asam amino (asam
amino yang terdapat dalam protein) seperti β- dan γ-asam amino. Beberapa asam
amino bukan pembentuk protein ini mempunyai fungsi penting sebagai sumber
atau senyawa antara dalam metabolism. Β-alanin umpamanya, merupakan sumber
vitamin asam pentotenat. Sitrulin dan Ornitin merupakan senyawa antara dalam
sintesis arginin. Beberapa asam amino lain yag terdapat dalam tumbuhan besifat
racun terhadap kehidupan lain, misalnya kanavamin, asam jengkolat dan β-
sianolanin (Tim Dosen Kimia, 2013) .
Beberapa asam amino dapat disintesis oleh suatu organism dari
“persediaan” senyawa organiknya. Suatu cara sintesis semanya itu adalah
pengubahan suatu asam amino yag terdapat berlebih menjadi asam amino yang
diinginkan oleh suatu reaksi transminasi (Fessenden dan Fessenden, 1997).
Tidak semua asam amino dapat diperoleh dengan antar pengubahan
(interkonversi) dari asama amino lain atau sintesis dari senyawa lain dalam system
binatang. Asam amino yang diperlukan untuk sintesis protein dan tidak disintesis
sendiri oleh organism itu tetapi harus terdapat dalam maknannya. Senyawa
semacam ini dirujuk sebagai asam amino essensial. Asam amino yang essensial
bergantung pada spesi hewan itu dan bahkan bergantung pada perbendaan
individu (Fessenden dan Fessenden, 1997).
Kebutuhan untuk asama amino berbeda berdasarkan spesies, umur dn
jenis makanan. Misalnya, histidin sangat dibutuhkan oleh anak kecil dan semua
anjing, tetapi tak dibutuhkan oleh orang dewasa. Sedangkan sistein adalah contoh
dari asam amino yang harus ada. Kebutuhan dari sistein tergantung pada jumlah
banyaknya metionin maka sistein menjadi asam amino essensial. Akan tetapi
apabila jumalah metionin banyak, kelebihannya akan diubah menjadi sistein.
Dalam hal ini sistein bukanlah suatu komponen diet yang essensial (Fessenden
dan Fessenden, 2010).
Hal yang sama juga ditemukan antara tirosin dan fenilalanin. Tirosin
menjadi essensial apabila tidak ada fenilalanin karena tirosin dapa dibiosintesis
dari fenilalanin. Apabila tirosin tidak ada dalam makanan, maka harus diberikan
fenilalanin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tirosi dan fenilalanin pada
tubuh (Fessenden dan Fessenden, 2010).
Saying tak semua makhluk hidup dapat menyintesis tirosin dari
fenilalanin. Satu dari 10000 makhluk mempunyai penyakit turunan yang disebut
feniketonuria atau PKU (berarti ada fenilketon dan urine). Orang-orang ini tidak
mempunyai enzim fenilalalnin hidroksilase yang diperlukan untuk mengubah
fenilalalnin menjadi tirosin. Kelebihan fenilalanin akan berakumulais dalam tubuh
dan sebagian akan diubah menjadi asam fenil piruvat. Apabila konsentrasi kedua
senyawa ini cukup tinggi, sebagian akan dikeluarkan melalui urine. Konsntrasi
yang tinggi dari kediua senyawa ini dalam darah akan menyebabkan mental
retadasi pada anak. Manusia dapat dihindari dari penyakit ini denga mengatur
makanan. Oleh sebab itu, adalah suatu keharusan bahwa sindoma PKU
didiagnosis sedini mungkin setelah bayi lahir (Fessenden dan Fessenden, 2010).
Gugus karboksil dan gugu amino asam amino memperlihatkan semua
rekai yang dapat diharapkan dari fungsi-funsi ini misalnya pembentukan garam,
pengesteran dan asilasi. Di samping itu, gugus yang terdapat pada rntai samping
(R) juga dapat memberikan reaksi khas asam amino. Beberapa reaksi asama mino
yang umum digunakan antara lain reaksi Ninhidrin, reaksi Sanger dan reaksi
Edmand. Reaksi-reaksi tersebut dangat berguna adalam reakasi analisis asam
amino (Tim Dosen Kimia, 2013).
Reaksi asam amino untuk membetuk suatu senyawa berwarna snagat
penting dalam analisis pemisahan. Asam amino sendiri tidak berwarna dan tidak
dapat dideteksi secara visual pada kertas kromatografi atau cara analisis lainnya.
Dengan mengubahnya menjadi senyawa berwarna, kita dapat melihatnya
(Fessenden dan Fessenden, 2010)
Asam-asam amino bereaksi dengan ninhidrin untuk mebentuk produk
yang disebut ungu Ruhemann. Reaksi itu biasa digunakan untuk uji bercak untuk
mendeteksi hadirnya asam-asam amino pada kertas kromatografi. Karena reaksi
itu kuantitatif, reaksi itu digunakan sebagai pengaalisis asam amino yang
diotomasi, instrument-instrumen yang menetapkan presentasi asam-asam amino
yang ada dalam suatu contoh (Fessenden dan Fessenden, 1997)
Reaksi Sanger merupakan reaksi antara α-amino dengan 1-floro-2,4-
dinitrobenzena (FDNB). Dalam suasana basa lemah FDNB bereaksi dengan asam
α-amino membetuk turunan 2,4-dinitrofenil yang disebut DNP-asam amino.
Reaksi ini dipakai untuk penentuan asam amino N-ujung suatu rantai peptide.
FDNB juga bereaksi dengan gugus α-amino yang terjadi dapat diidentififkasi
dengan kromatografi (Tim Dosen Kimia, 2013).
Selanjutnya adalah reaksi Edmand. Reaksi ini merupakan reaksi antara
α-amino dengan fenil isotiosianat, yang menghasilkan turunan asam amino fenil
tio karbonil. Dalam suasana asam dan pelarut nitrometana, turunan asam amino
fenil tiokarbonil mengalami siklisasi membentuk senyawa lingkar fenil
tiohindantion. Reaksi ini juga dipakai untuk menetukan asam amino N-ujung
rantai peptide. Hasil reaksi yang terjadi dapat dipisahkan dan diidentifikasi dengan
cara kromatografi (Tim Dosen Kimia, 2013).
Suatu peptide ialah suatu amida yang dibentuk dari dua asam amino
atau lebih. Ikatan amida antara suatu gugus α-amino dari suatu asam amino dan
gugus karboksil dari asam amino lain disebut ikatan peptide. Contoh peptide
berikut yang dibentuk dari alanin dan glisin disebut alaninglisina (Fessenden dan
Fessenden, 1997).
Tiap asam amino dalam suatu molekul peptide disebut suatu satuan
(unit) atau suatu residu. Alaniglisisna mempunyai dua residu ayaitu residu alanina
dan residu glisina. Bergatung dari banyaknya satuan asam amino dalam molekul
itu, maka suatu peptide dirujuk sebagai dipeptida (dua satuan), suatu tripeptida
(tiga satuan), dan sterusnya. Suatu pokipeptidan adalah suatu peptide dengan
banyak sekali residu asam amino. Menurut perjanjian, suatu poliamida denga
reisdu asm amino kurang dari 50 dikelompokkan sebagai suatu peptide,
sedangkan poliamida yang lebih besar dianggap sebagai protein (Fessenden dan
Fessenden, 1997).
Makin banyak resdu asam amino dalam suatu peptida, makin banyak
kemungkinan strukturnya. Glisina dan alanina dapat digabung dengan dua cara.
Dalam suatu tipeptida, tiga asam amino dapat digabung dengan 6 cara berbeda.
Sepuluh asam amino berlainan dapat menghasilkan lebih dari empat trilyun
dekapeptida (Fessenden dan Fessenden, 1997).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu larutan
albumin, larutan alanin, glisin, tirosin, metionin, arginin, tritopan, sistein, sistin,
gelatin, pereaksi millon, larutan ninhidrin 0,1%, NaOH 2 N, CuSO4 0.01 N.
3.2 Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak
tabung, pipet tetes, kaki tiga, kasa, gegep dan lampu spiritus.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Uji Millon
Disiapkan 10 buah tabung reaksi yang bersih dan kering yang masing
masing tabung reaksi diisi dengan 2 mL glisin, sistein, sistin, meteonin, alanin,
tirosin, triptopan, arginin, gelatin, dan protein. Kemudian ditambahkan 5 tetes
pereaksi millon, lalu dikocok dan dipanaskan sambil digoyang- goyangkan
kemudian diamati. Dicatat perubahan yang terjadi, jika pereaksi berlebih warna
akan hilang.
1.3.2 Uji Ninhidrin
Disiapkan 10 buah tabung reaksi yang bersih dan kering yang
masing-masing tabung reaksi diisi dengan 2 mL glisin, sistein, sistin, meteonin,
alanin, tirosin, triptopan, arginin, gelatin, dan protein. Kemudian ditambahkan
0,5 mL larutan ninhidrin 0,1 % lalu dikocok, dan dipanaskan sampai mendidih
kemudian diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
1.3.3 Uji Biuret
Disiapakan 10 buah tabung reaksi yang bersih dan kering, masing-
masing tabung reaksi diisi dengan 2 mL glisin, sistein, sistin, meteonin, alanin,
tirosin, triptopan, arginin, gelatin, dan protein. Kemudian ditambahkan 1 mL
NaOH 2 N lalu dikocok kemudian ditetesi setetes CuSO4 0,01 N. selanjutnya
dikocok lagi dan amati serta dicatat perubahan yang terjadi. Jika tidak rimbul
warna, ditambahkan lagi setetes atau lebih CuSO4.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel Pengamatan Uji Millon
Larutan Contoh Perubahan yang terjadi setelah ditambahkan
Millon
Perubahan yang terjadi setelah dipanaskan
L-Glisin Bening Bening
L-Sistin Bening, endapan putih Bening, endapan putih
L-Sistein Keruh, endapan putih Keruh, endapan putih
L-Alanin Bening Bening
L-Thirosin Bening Merah
L-Triptolisin Kuning, endapan cokelat Kuning, endapan cokelat
Glatin Bening Bening
Protein Bening, endapan putih Bening, endapan merah bata
4.1.2 Tabel Pengamatan Uji Ninhidrin
Larutan Contoh + Ninhidrin (warna yang terbentuk)
Setelah dipanaskan (warna yang terbentuk)
L-Glisin Bening Bening
L-Sistin Bening Bening
L-Sistein Bening Bening
L-Alanin Bening Ungu
L-Thirosin Bening Bening
L-Triptolisin Bening Hijau Mudah
Gelatin Putih Ungu
Protein Keruh Ungu
4.1.3 Tabel Pengamatan Uji Biuret
Larutan
Contoh + NaOH 2 N + CuSO4 0,01 N + CuSO4 0,01 N berlebih
L-Glisin Bening Bening Biru
L-Sistin Bening Bening Hijau
L-Sistein Bening Bening Hijau
L-Alanin Bening Bening Ungu
L-Thirosin Bening Bening Biru
L-Triptolisin Bening Bening Biru
Gelatin Bening Bening Ungu
Protein Bening Ungu Ungu Pekat
4.2 Reaksi
4.2.1 Reaksi Uji Millon
4.2.2 Reaksi Ninhidrida
4.2.3 Reaksi Uji Biuret
4.3 Pembahasan
4.3.1 Uji Millon
Pada percobaan uji millon, disediakan10 buah tabung reaksi yang
bersih dan kering kemudian masing-masing diisi dengan 2 mL glisin, sistein,
sistin, alanin, tirosin, triptopan, gelatin, dan protein lalu pada masing-masing
tabung itu ditetesi pereaksi 5 tetes kemudian dikocok dan dipanaskan sambil
digoyang-goyangkan.
Ternyata setelah dipanaskan , larutan glisin, sistin, alanin, sistein,
triptopan dan gelatin tetap atau tidak mengalami reaksi baik dari segi perubahan
warna ataupun pembentukan endapan. Sementara tirosin yang tadinya berwarna
bening berubah menjadi merah dan albumin yang tadinya endapannya berwarna
putih berubah menjadi endapan merah bata. Hal ini berarti terjadi reaksi uji positif
terjadi uji positif dengan tirosin dan albumin yang ditandai dengan larutan
berwarna merah.
Pereaksi millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam
nitrat yang memberikan warna merah. Pada dasarnya, reaksi ini positif untuk
fenol-fenol karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil
yang berwarna. Sementara protein juga memberika reaksi positif dengan pereaksi
millon karena protein mengandung tirosin.
4.3.1 Uji Ninhidrin
Pada percobaan uji millon, disediakan10 buah tabung reaksi yang
bersih dan kering kemudian masing-masing diisi dengan 2 mL glisin, sistein,
sistin, alanin, tirosin, triptopan, gelatin, dan protein lalu pada masing-masing
tabung itu diisi 0,5 mL larutan ninhidrin 0,1% dan dikocok lalu dipanaskan
sampai mendidih.
Ternyata setelah dipanaskan, larutan glisin, sistein, dan sistin tidak
mengalami perubahan artinya tidak terjadi reaksi sementara alanin, gelatin dan
protein berubah dari bening menjadi ungu, sedangkan triptopan berubah menjadi
hijau muda. Adanya warna ungu pada alanin, gelatin dan protein menandakan
bahwa asam-asam amino tersebut mengandung gugus α-amino bebas sedangkan
larutan yang berwarna kuning dikarenakan adanya subtitusi gugus α-amino.
Berdasarkan teori seharusnya uji ninhidrin positif terhadap semua asam
amino kecuali prolin dan 4-hidroksiprolin yang menghasilkan warna kuning.
Kesalahan ini mungkin disebabkan karena zat yang direaksikan telah rusak atau
telah bercampur dengan zat lain.
4.3.1 Uji Biuret
Pada percobaan uji millon, disediakan10 buah tabung reaksi yang
bersih dan kering kemudian masing-masing diisi dengan 2 mL glisin, sistein,
sistin, alanin, tirosin, triptopan, gelatin, dan protein lalu pada masing-masing
tabung itu ditambahkan 1 mL NaOH 2 N, dikocok lalu ditetesi CuSO4 dan
dikocok kembali.
Ternyata setelah dikocok, larutan glisin, tirosin dan triptopan manjadi
warna biru, larutan sistein dan sistin menjadi hijau sedangkan larutan alanin,
gelatin dan protein menjadi ungu. Reaksi uji biuret dikatakan positif jika terbentuk
larutan ungu yang artinya yang positif terhadap uji biuret adalah larutan alanin,
gelatin dan protein.
Berdasarkan teori, alanin tidak seharusnya positif terhadap biuret
karena alanin tidak mmpunyai rantai peptida seperti gelatin dan protein. Ikatan
peptide adalah ikatan yang menghubungkan antara satu asam amino dengan asam
amino yang lain.. sedangkan warna biru yang dihasilkan dari percobaan adalah
warna CuSO4 itu sendiri. Kesalahan-kesalahan di atas meungkin disebabkan
karena zat yang direaksikan telah rusak atau bercampur dengan zat lain atau
mungkin pipet yang dipakai tidak lagi steril atau bekas pakai larutan lain.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa larutan yang positif
terhadap pereaksi millon adalah tirosin dan protein yang ditandai dengan larutan
merah dan endapan putih yang berarti dalam tirosin dan protein terdapat gugus
fenol. Selanjutnya larutan yag positif terhadap uji ninhidrin adalah alanin, gelatin
dan protein yang menandakan bahwa asam amino tersebut mengandung gugus α-
amino bebas. Yang terakhir, larutan yang positif terhadap biuret adalah gelatin
dan protein yang menandakan bahwa keduanya mengandung rantai/ ikatan peptida
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk laboratorium
Dalam melakukan praktikum ini, kami sedikit terkendala pada bagian
bahan-bahan yang akan digunakan dimana dalam melakukan praktikum kemarin,
kita harus berbaur antara kelompok lain untuk berebut bahan yang terbatas.
5.2.2 Saran untuk praktikum selanjutnya
Dalam melakukan praktikum ini, kami sedikit terganggu dengan
ketidaktahuan jadwal sehingga kami kurang mempersiapkan diri karena tidak
mengetahui percobaan selanjutnya sehingga untuk ke depannya diharapkan
kejelasan sehingga hal-hal yang tidak diinginkan seperti gagal respond bisa
dihindari.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, April 2013
Asisten Praktikan
STEPHANIE TUNGGALA RIPKA SAPUTRI