This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 32
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada laporan tutorial kali ini, laporan membahas blok mengenai Neurologi dan
Sistem Indera yang berada dalam blok 19 pada semester 5 dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang.
Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran
untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang.
Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem KBK
di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor : dr. Subandrat
Moderator : Ivandra Septiadi Rama Putra
Sekretaris Meja : Nur Suci Trendy Asih
Sekretaris Laptop : Charisma Tiara Ramadhani
Hari, Tanggal : Senin, 2 September 2013
Peraturan : 1. Alat komunikasi di non-aktifkan
2. Semua anggota tutorial harus aktif mengeluarkan pendapat
3. Dilarang makan dan minum
2.2. Skenario kasus
Otoy, 4 tahun, dibawa orang tuanya untuk berobat ke poliklinik IKKK RSMH
dengan keluhan timbul bercak merah sebagian ditutup keropeng kekuningan di tungkai
kanan dan kiri disertai gatal sejak 4 hari yang lalu. Kisaran 5 hari lalu timbul lepuh-lepuh
ukuran biji kacang hijau sampai biji jagung berisi cairan bening sampai kekuningan pada
kedua tungkai. Lepuh mudha pecah menjadi keropeng warna kuning madu. Dalam 3 hari
ini muncul benjolan sebesar kelereng di lipat paha kanan dan kiri. Keluhan ini tidak
disertai demam. Saudara kembar Otoy, Oboy juga pernah mendrita sakit yang sama 10 hari
yang lalu dan sembuh setelah berobat ke dokter. Mereka sering menggunakan baju dan
handuk bersama. Mereka berdua sering bermain di luar rumah dan malas bila disuruh
mandi.
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum: sadar dan kooperatif
Vital sign :
5
Nadi: 88x/menit, RR: 20x/menit, suhu: 37,0º C
Keadaan spesifik :
KGB inguinalis lateral dextra et sinistra : terdapat pembesaran berupa nodul, 2 buah, bulat,
diameter 1 cm, konsistensi kenyal, mobile, tidak nyeri tekan.
Status Dermatologikus :
Region ektremitas inferior dextra et sinistra:
Plak eritem multipel, bulat, lentikuler, diskret, dengan permukaan ditutupi krusta
kekuningan.
2.3. Paparan
I. Klarifikasi Istilah
1. Lepuh : Gelembung yang berisi cairan serum.
2. Plak : Peninggian diatas permukaan kulit, permukaannya rata dan berisi
zat padat ( biasanya infiltrat), diameter 2 cm atau lebih.
3. Eritem : Kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh darah
kapiler yang reversibel.
4. Lentikuler : Sebesar biji jagung.
5. Nodul : Tonjolan atau nodus kecil yang padat dan dapat dikenali melalui
sentuhan.
6. Krusta : Cairan badan yang mongering.
7. Diskret : Terpisah satu dengan yang lain.
II. Identifikasi Masalah
1. Otoy, 4 tahun, dibawa orang tuanya untuk berobat ke poliklinik IKKK RSMH
dengan keluhan timbul bercak merah sebagian ditutup keropeng kekuningan di
tungkai kanan dan kiri disertai gatal sejak 4 hari yang lalu
6
2. Kisaran 5 hari lalu timbul lepuh-lepuh ukuran biji kacang hijau sampai biji
jagung berisi cairan bening sampai kekuningan pada kedua tungkai. Lepuh
mudha pecah menjadi keropeng warna kuning madu
3. Dalam 3 hari ini muncul benjolan sebesar kelereng di lipat paha kanan dan kiri.
Keluhan ini tidak disertai demam
4. Saudara kembar Otoy, Oboy juga pernah mendrita sakit yang sama 10 hari yang
lalu dan sembuh setelah berobat ke dokter. Mereka sering menggunakan baju
dan handuk bersama. Mereka berdua sering bermain di luar rumah dan malas
bila disuruh mandi
5. Pemeriksaan fisik6. Status dermatologikus
III. Analisis Masalah
1. Otoy, 4 tahun, dibawa orang tuanya untuk berobat ke poliklinik IKKK RSMH
dengan keluhan timbul bercak merah sebagian ditutup keropeng kekuningan di
tungkai kanan dan kiri disertai gatal sejak 4 hari yang lalu
a. Apa saja etiologi yang berkaitan dengan keluhan ?
Organisme penyebab dari impetigo krustosa adalah Staphylococcus aureus
selain itu, dapat pula ditemukan Streptococcus beta-hemolyticus grup A (Group A
betahemolytic streptococci (GABHS) yang juga diketahui dengan nama
Streptococcus pyogenes). Sebuah penelitian di Jepang menyatakan peningkatan
insiden impetigo yang disebabkan oleh kuman Streptococcus grup A sebesar 71%
dari kasus, dan 72% dari kasus tersebut ditemukan pula Staphylococcus aureus
pada saat isolasi kuman.
b. Bagaimana epidemiologi yang berkaitan dengan keluhan ?
Insiden impetigo ini terjadi hampir di seluruh dunia dan pada umumnya
menyebar melalui kontak langsung. Paling sering menyerang anak-anak usia 2-5
tahun, namun tidak menutup kemungkinan untuk semua umur dimana frekuensi
laki-laki dan wanita sama. Sebuah penelitian di Inggris menyebutkan bahwa
insiden tahunan dari impetigo adalah 2.8 % terjadi pada anak-anak usia di bawah 4
7
tahun dan 1.6 persen pada anak-anak usia 5 sampai 15 tahun. Impetigo nonbullous
atau impetigo krustosa meliputi kira-kira 70 persen dari semua kasus
impetigo. Kebanyakan kasus ditemukan di daerah tropis atau beriklim panas serta
pada negara-negara yang berkembang dengan tingkat ekonomi masyarakatnya
masih tergolong lemah atau miskin.
c. Bagaimana mekanisme timbulnya gejala ?
i. Bercak merah
ii. Keropeng kekuningan
iii. Gatal
Bercak merah dan keropeng kekuningan merupakan tanda khas pada non-
bullous impetigo. Setelah terjadi infeksi epidermis terbagi/break in tepat di bawah
stratum granulosum membentuk lepuh besar. Neutrofil bermigrasi melalui
epidermis spongiotic ke dalam rongga blister, yang juga mungkin mengandung
cocci. Sel acantholytic Sesekali dapat dilihat, mungkin karena aksi neutrofil. Atas
dermis mengandung peradangan menyusup neutrofil dan limfosit. Vesikel yang
terbentuk ini sangat tipis dan berdinding eritematosa. Vesikel ini mudah pecah dan,
serum exuding yang mongering membentuk kerak coklat kekuningan
Faktor resiko: Bermain di luar rumah dan malas mandi, (higienis kurang), saudara
kembar menderita sakit yang sama 10 hari yang lalu,menggunakan baju dan handuk
bersama bakteri menempel dikulit koloni meningkat mengeluarkan
eksotoksin mengaktifkan limfosit T mengeluarkan IL-4 menghasilkan igE
faktor pertumbuhan sel mast meningkat histamin gatal
2. Kisaran 5 hari lalu timbul lepuh-lepuh ukuran biji kacang hijau sampai biji
jagung berisi cairan bening sampai kekuningan pada kedua tungkai. Lepuh
mudah pecah menjadi keropeng warna kuning madu
a. Bagaimana mekanisme timbulnya lepuh ?
8
Faktor resiko: Bermain di luar rumah dan malas mandi, (higienis kurang), saudara kembar menderita sakit yang sama 10 hari yang lalu,menggunakan baju dan handuk bersama.
b. Kenapa lepuh mudah pecah ?
Karena dinding vesikel tipis dengan isi yang padat, maka hanya dengan
garukan atau tekanan sedikit dinding vesikel akan mudah pecah
c. Apa hubungan timbul lepuh dengan munculnya keropeng ?
Lepuh yang mudah pecah dan menjadi krusta menunjukan impetigo
krustosa , karena lesi pada kulit superficial dan dinding vesikel yang tipis dan
mudah pecah sehingga mengeluarkan sekret yang seropurulen kuning kecoklatan
yang kemudian mengering menjadi keropeng
3. Dalam 3 hari ini muncul benjolan sebesar kelereng di lipat paha kanan dan kiri.
Keluhan ini tidak disertai demam
9
bakteri menempel di kulit
Koloni meningkat
Mengeluarkan eksotoksin
Merusak desmosom (jembatan sel )
Epidermis terenggang (akantolisis)
Menyebabkan rongga antar s.korneum dan s. granulosum
Neutrofil migrasi ke dalam rongga
Lepuh berisi cairan
a. Apa makna klinis timbulnya benjolan di lipat paha kanan dan kiri tanpa
disertai demam ?
Pada kasus nonbullous impetigo, 90% kasus pasien dengan infeksi yang
lama lama dibiarkan dan tidak diobati, akan mengalami regional limfadenopati
yang disebabkan penetrasi bakteri ke jaringan yang lebih dalam dan masuk dalam
jaringan limfatik.
b. Bagaimana mekanisme timbulnya benjolan di lipat paha kanan dan
kiri ?
Faktor Resiko infeksi bakteri pada kulit di tungkai melalui limfogen
masuknya antigen / mikroba ke KGB regional(daerah inguinal) untuk
identifikasi dan pemrograman penghancurannya sel KGB menghasilkan
pertahanan tubuh seperti limfosit, plasma, histiosit, monosit atau sel-sel radang
(neutrofil) pembesaran KGB tampak pembesaran berupa nodul, 2 buah, bulat,
diameter 1 cm, konsistensi kenyal, mobile, tidak nyeri tekan
4. Saudara kembar Otoy, Oboy juga pernah mendrita sakit yang sama 10 hari yang
lalu dan sembuh setelah berobat ke dokter. Mereka sering menggunakan baju
dan handuk bersama. Mereka berdua sering bermain di luar rumah dan malas
bila disuruh mandi
a. Adakah keterkaitan keluhan otoy dengan riwayat penyakit saudara
kembarnya 10 hari yang ? Jelaskan !
Ada , riwayat penyakit yang diderita oleh oboy menjadi faktor resiko otoy
tertular penyakit tersebut.
b. Bagaimana hubungan kebiasaan malas mandi dan menggunakan handuk
dan baju bersama dengan keluhan ?
Impetigo krustosa sangat menular, berkembang dengan cepat melalui
kontak langsung dari orang ke orang dalam kasus ini saudara kembar Otoy yang
pernah menderita penyakit yang sama merupakan faktor resiko, apalagi anak-anak
10
yang selalu bermain, makan, tidur, memakai barang yang sama bersama. Impetigo
banyak terjadi pada musim panas dan cuaca yang lembab. Pada anak-anak sumber
infeksinya yaitu binatang peliharaan, kuku tangan yang kotor, anak-anak lainnya di
sekolah, daerah rumah kumuh.
Dari kebiasaan otoy yang sering bermain diluar ini bisa menyebabkan kuku
tangan Otoy yang kotor sehingga menjadi faktor resiko hygiene yang buruk
ditambah lagi kebiasaan malas bila disuruh mandi sehingga menjadi sumber infeksi
dari bakteri Steptococcus.
5. Pemeriksaan fisik
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik ?
Pemeriksaan fisik Interpretasi
Keadaan umum: sadar dan kooperatif
Vital sign :
Nadi: 88x/menit, RR: 20x/menit, suhu:
37,0º C
Keadaan spesifik :
KGB inguinalis lateral dextra et
sinistra : terdapat pembesaran berupa
nodul, 2 buah, bulat, diameter 1 cm,
konsistensi kenyal, mobile, tidak nyeri
tekan.
Normal
Normal
Abnormal
b. Bagaimana mekanisme abnormal pemeriksaan fisik ?
KGB terletak di submandibular, lipat paha, dan inguinal. Terbungkus kapsul
fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan tubuh dan merupakan
tempat penyaringan antigen (protein asing) dari pembuluh-pembuluh getah bening
yang melewatinya. Pembuluh limfe mengalir ke KGB sehingga dari lokasi KGB
11
akan diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya. Oleh karena dilewati
pembuluh getah bening menghasilkan antigen dan memiliki sel pertahanan tubuh
maka apabila ada antigen yang menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat
menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yg lebih banyakuntuk mengatasi antigen
tersebut sehingga KGB membesar. Pembesaran dapat berasal dari penambahan sel-
sel pertahanan tubuh yang berasal dari KGB seperti limfosit,sel plasma, monosit,
dan histiosit atau datangnya sel peradangan (neutrofil) untuk mengatasi infeksi di
kelenjar getah bening, infiltrasi sel ganas atau timbunan penyakit metabolik
makrofag
6. Status dermatologikus
a. Bagaimana interpretasi status dermatologikus ?
Interpretasi : abnormal
o Plak eritem multiple : penonjolan padat, rata ,diameter 0,5 cm
o Lentikuler : ukuran sebesar jagung/kacang tanah
o Diskret : letak terpisah dekat
o Krusta : cairan eksudat yang mengering
b. Bagaimana mekanisme abnormalnya ?
Plak eritem multipel vesikel, lentikuler, diskret pecah sekret &
kering krusta berlapis è krusta diangkat erosi yg mengeluarkan sekret
krusta menebal
12
c. Bagaimana efflourosensi dari keluhan ?
Makula eritematosa miliar sampai lentikular, difus, anular, sirsinar, vesikel
dan bula lentikular difus, pustula miliar sampai lentikular; krusta kuning
kecoklatan, berlapis-lapis, mudah diangkat
7. Differential diagnosis ?
1. Dermatitis atopi
Lesi gatal yang bersifat kronik dan berulang, kering; pada orang dewasa dapat
ditemukan likenifikasi pada daerah fleksor ekstremitas. Sedangkan pada anak
sering berlokasi pada daerah wajah dan ekstremitas ekstensor
2. Dermatofitosis
Lesi kemerahan dan bersisik dengan bagian tepi yang aktif agak meninggi;
dapat berbentuk vesikel, terutama berlokasi di kaki.
3. Ektima
Lesi berkrusta yang menutupi ulkus, jarang berupa erosi; lesi menetap
berminggu-minggu dan dapat sembuh dengan menyisakan jaringan perut jika
infeksi meluas hingga ke dermis.
4. Skabies
Lesi terdiri dari terowongan dan vesikel yang kecil; gatal pada daerah lesi saat
malam hari merupakan gejala yang khas.
5. Varisela
Vesikel berdinding tipis, ukuran kecil, pada daerah dasar yang eritem yang
awalnya berlokasi di badan dan menyebar ke wajah dan ekstremitas; vesikel
pecah dan membentuk krusta; lesi dengan tingkatan berbeda dapat muncul pada
saat yang sama.
8. Bagaimana cara penegakan diagnosis ?
Berdasarkan anamnesis :
Lepuh -lepuh berisi cairan bening di tungkai kanan dan kiri disertai gatal . Lepuh
mudah pecah dan menjadi koreng.
13
Pemeriksaan fisik :
Keadaan spesifik : KGB inguinalis lateral dextra et sinistra: terdapat pembesaran
berupa nodul, 2 buah, bulat, diameter 1 cm, konsistensi kenyal, mobile, tidak nyeri
tekan . Status dermatologikus : regio extremitas inferior dextra et sinistra; plak
eritem multiple, bulat, lentikuler, diskret, dengan permukaan ditutupi krusta
kekuningan
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan Darah : biasanya akan menunjukkan leukositosis
Kultur bakteri: bertujuan untuk mengetahui jenis bakteri penyebab, sehingga akan
membantu pada proses pengobatan (eradikasi bakteri)
Uji sensitivitas :untuk mengetahui jenis bakteri, dan pengobatan pilihan.
9. Working Diagnosis ?
Impetigo non bulosa ( kontangiosa )
10. Bagaimana pathogenesis ?
Streptococcus masuk melalui kulit yang terluka dan melalui transmisi kontak
langsung, setelah infeksi, lesi yang baru mungkin terlihat pada pasien tanpa
adanya kerusakan pada kulit. Bentuk lesi mulai dari makula eritema yang
berukuran 2 – 4 mm. Secara cepat berubah menjadi vesikel atau pustula.
Vesikel dapat pecah spontan dalam beberapa jam atau jika digaruk maka akan
meninggalkan krusta yang tebal, karena proses dibawahnya terus berlangsung
sehingga akan menimbulkan kesan seperti bertumpuk-tumpuk, warnanya
kekuning-kuningan. Karena secara klinik lebih sering dilihat krusta maka
disebut impetigo krustosa. Krusta sukar diangkat, tetapi bila berhasil akan
tampak kulit yang erosif.
Kulit yang intak resisten terhadap kolonisasi atau impetigenasi, kemungkinan
tidak adanya reseptor fibronectin untuk asam teichoic moieties(salah satu
lapisan dinding bakteri yang ada pada bakteri gram +) pada S.aureus dan group
streptococcus yang menyebabkan lesi.
11. Apa saja pemeriksaan penunjang ?
14
1) Gram-stain
Bila diperlukan dapat memeriksa isi vesikel dengan pengecatan gram untuk
menyingkirkan diagnosa banding dengan gangguan infeksi gram negatif. Bisa
dilanjutkan dengan tes katalase dan koagulase untuk membedakan antara
Staphylokokus dan Streptokokus. Pada pewarnaan gram akan memperlihatkan neutrofil
dengan kuman gram-positif di dalam rantai atau kelompok
2) Kultur bakteri
Kultur akan memperlihatkan S.aureus, kebanyakan merupakan kombinasi dengan
S.pyogenes atau GABHS yang lain, tetapi kadang timbul sendiri. Kultur bakteri juga
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi methicillin-resistant Staphylococcus aureus
(MRSA), jika lesi imeptigo pecah, jika ada glomerulonefritis poststreptokokus. Eksudat
diambil dari bawah krusta untuk dilakukan kultur. Kultur bakteri pada lubang hidung
terkadang dibutuhkan untuk menentukkan seseorang S.aureus karier atau bukan. Jika
pada kultur tersebut negatif dan penderita persisten terhadap timbulnya impetigo, maka
kultur bakteri harus dilakukan pada aksila, faring dan perineum. Pada penderita dengan
status S.aureus karier yang negatif dan tidak mempunyai faktor predisiposisi dapat
dilakukan pemeriksaan level serum IgM. Pemeriksaan level serum IgA, IgM, dan IgG
juga dapat dilakukan untuk mengetahui imunodefisiensi yang lain.
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pada darah tepi terdapat leukositosis pada hampir 50% kasus impetigo, terutama
pada infeksi yang disebabkan streptokok. Level Anti DNAase
(Antideoksiribonuklease) B meningkat cukup signifikan pada pasien impetigo
streptokok. Urinalisis perlu dilakukan untuk mengevaluasi glomerulonefritis
poststreptokokus jika pada pasien timbul edema dan hipertensi. Hematuria, proteinuria,
cylindruria merupakan indikator terlibatnya ginjal.
4) Pemeriksaan lainnya
Selain itu dapat juga dilakukan biakan bakteriologis eksudat besi; biakan sekret
dalam media agar darah, dilanjutkan dengan tes resistensi. Biopsi dapat diindikasikan.
15
Tes yang lainnya berupa :
- Titer Antistreptolysin-O (ASO) memberikan positif lemah terhadap streptokokus,
tapi ini jarang dilakukan.
- Streptozyme : positif untuk Streptokokus, tapi jarang dilakukan
12. Bagaimana penatalaksanaan kasus ?
1. Terapi non medikamentosa
Dapat dilakukan kompres dengan menggunakan larutan Sodium kloride 0,9%.
Menghilangkan krusta dengan cara mandikan anak selama 20-30 menit, disertai
mengelupaskan krusta dengan handuk basah
Jika krusta banyak, dilepas dengan mencuci dengan H2O2 dalam air, lalu diberi
salep antibiotik
Mencegah anak untuk menggaruk daerah lecet. Dapat dengan menutup daerah
yang lecet dengan perban tahan air (kasa) dan memotong kuku anak.
Lanjutkan pengobatan sampai semua luka lecet sembuh
2. Terapi medikamentosa
Pengobatan yang diberikan pada impetigo krustosa terdiri dari pengobatan topikal
dan pengobatan secara sistemik.
TERAPI LOKAL
Obat-obat topikal ini mempunyai potensi yang lebih rendah dibandingkan dengan
antibiotik sistemik atau obat oral, tapi obat topikal ini hanya digunakan pada kasus
dengan lesi yang kecil atau tidak terlalu banyak jumlahnya.
Mupirocin (Bactroban)
Mupirocin (dalam bentuk salap) merupakan salah satu antibiotik yang sudah mulai
digunakan sejak tahun 1980an. Mupirocin ini bekerja dengan menghambat sintesis
RNA dan protein dari bakteri. Obat ini digunakan untuk beberapa lesi yang kecil tanpa
limfadenopati. Dan obat ini sudah dibuktikan dimana lebih unggul dibandingkan
polymiksin B dan neomisin topikal dan keefektifannya sama dengan obat cephalexin
16
(oral). Kombinasi mupirocin dan obat cephalexin lebing unggul daripada bacitracin.
Sayangnya, S.aureus dan MRSA resisten terhadap mupirocin dengan penafsiran antara
5-10%.
Penggunaan mupirocin topikal dapat dilihat di bawah ini :
Mupirocin 2% cream/salap 5/10 g
Oleskan tipis pada daerah yang terkena 3-5 kali /hari, selama 1 minggu, sebelumnya
di bersihkan lukanya.Jika penyakit tinbul kembali atau recurens maka oleskan pada
lubang atau cuping hidung 2x/hari untuk 5 hari selama sebulan
Retamapulin (Altabax)
Retamapulin ini sudah terbukti pada US Food and Drug Administration (FDA) tahun
2007 untuk digunakan sebagai pengobatan impetigo secara topikal pada orang dewasa
dan anak-anak (>9 bulan) yang disebabkan oleh S.aureus dan methicillin-susceptible S
aureus. Retamapulin mempunyai spektrum aktifitas yang luas, jauh melebihi
mupirocin. Obat ini digunakan untuk mencegah kembalinya aktifitas bakteri dimana
sudah resisten terhadap banyak obat antibiotik, seperti metisilin, eritromisin, fusidic
acid, mupirocin, azithromycin, and levofloxacin.
Retapamulin berikatan dengan subunit 50S ribosom pada protein L3 dekat dengan
peptidil transferase yang pada akhirnya akan menghambat protein sintesis dari bakteri.
Obat ini merupakan kelas antibiotik baru yang pertama kali disebut pleuromutilins.
Indikasinya untuk impetigo yang disebabkan oleh S.aureus atau S.pyogenes.
Penggunaan retamapulin topikal dapat dilihat di bawah ini :
Digunakan pada anak umur > 9 bulan oleskan tipis pada daerah yang terkena ± 5 hari
untuk total area < 100 cm2 ; daerah yang terkena harus ditutup dengan penutup yang
steril setelah pemakaian.Total area untuk pengobatan harus < 2% dari total BSA pada
pasien usia 9 bulan sampai 18 tahun.
Fusidic acid
Fusidic acid sekarang ini tidak tersedia di United States, tapi diakui sebagai terapi first-
line di Eropa dan negara bagian lainnya. Fusidic acid telah dilaporkan dapat
mengakibatkan resisten yang tinggi dengan persentase 32,5-50%.
Penggunaan fusidic acid topikal dapat dilihat di bawah ini :
17
Fusidic acid 2% cream/salap 5 g 2-3 x sehari selama 7 hari.
Dicloxacillin (Peridex)
Penggunaan dicloxacillin merupakan First line untuk pengobatan impetigo, namun
akhir-akhir ini penggunaan dicloxacillin mulai tergeser oleh penggunaan retamapulin
topikal karena diketahui retamapulin memiliki lebih sedikit efek samping bila
dibandingkan dengan dicloxacillin.
TERAPI SISTEMIK ATAU SECARA ORAL
Pengobatan antibiotik sistemik diindikasikan untuk penyakit-peyakit kulit.
Sefalosporin, penisilin semisintetik, atau kombinasi inhibitor ß laktamase umumnya
merupakan digunakan sebagai terapi First line.
1) Penisilin
Penisilin V (fenoksimetil penisilin)
Anak : 7,5-12,5 mg/dosis 4 kali/hari a.c.
Penisilin G
Anak : 25.000-50.000 U IM 1-2 x sehari
Obat ini jarang dipakai karena tidak praktis, diberikan i.m. dengan dosis tinggi,
dan makin sering terjadi syok anafilaktif.
Benzathine penisilin G
Anak-anak < 6 tahun : 600.000 U IM
Anak-anak > 7 tahun : 1,2 juta U
2) Penisilin semisintetik (untuk Staphlococci yang kebal Penisilin)
Cloxacillin
Anak : 10-25 mg/kgBB/dosis 4 x sehari a.c.
Dicloxacillin (Dycill, Dynapen)
Anak : 4-8 mg/kg/dosis (neonatus).
<40 kg : 12,5-50 mg/kg/hari
>40 kg : 125-500 mg/hari
18
Mengikat satu atau lebih penisilin dengan protein, selain itu juga menghambat
sintesis dinding sel. Digunakan untuk pengobatan infeksi akibat penisilin-
produksi staphlococcus; kadang digunakan sebagai terapi jika diduga infeksi
staphylococcus. Obat ini sangat efektif tapi kurang toleransi daripada
cephalexin.
3) Aminopenicililins
Amoksisilin
Anak : 20 mg/kgBB
Kelebihan obat ini dapat diberikan setelah makan. Juga cepat diabsorbsi
dibandingkan ampisilin sehingga konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.
Amoxicillin plus asam klavulanat (ß-laktamase inhibitor)
Anak : 20 mg/kgBB/hari 3 kali/hari
Ampicillin
Dewasa : 250-500 mg 4 kali/hari (sejam sebelum makan) selama 7-10 hari