Blok 19 Blok 19(ENT and Dentist) Modul 1 Gangguan ENT and Dentist 1 Group 18 Chendry Febrito (0610007) Elvin Richella (0610049) Andreas (0610055) Anindyagari (0610074) Andi Susanto (0610114) Ibnu Katsir M (0610044) Vellyana Lie (0610147) Samuel (0610164) Ananda Dwi Putri (0610200) Tutor : Surja, dr.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Blok 19
Blok 19(ENT and Dentist)
Modul 1
Gangguan ENT and Dentist 1
Group 18
Chendry Febrito (0610007)
Elvin Richella (0610049)
Andreas (0610055)
Anindyagari (0610074)
Andi Susanto (0610114)
Ibnu Katsir M (0610044)
Vellyana Lie (0610147)
Samuel (0610164)
Ananda Dwi Putri (0610200)
Tutor : Surja, dr.
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha
Bandung – 2008
ANATOMI
Faring atau kerongkongan adalah daerah persilangan dari bagian atas saluran pernafasan dan
saluran pencernaan, masing-masing melanjutkan diri menjadi laring (tenggorok) dan esophagus.
Faring meliputi 3 bagian yang disebut Nasofaring (epifaring), Orofaring (mesofaring) dan
laringofaring (hipofaring).
Nasofaring diliputi mukosa berepitel kolumnar berlapis dan bercilia, sedangkan orofaring dan
laringofaring diliputi oleh mukosa yang berepitel pipih berlapis. Mukosa ini melapisi bagian
dalam dari otot-otot faring yang terdiri atas :
konstriktor : - m. konstriktor faringis superior
- m. konstriktor faringis medius
- m. konstriktor faringis inferior
elevator : - m. stilofaringeus
- m. palatofaringeus
NASOFARING
Atap nasofaring adalah sesuai dengan dasar dari korpus ossis sfenoidalis yang mengandung sinus
sfenoidalis.
Batas depan dari nasofaring adalah koana yang merupakan muara dari kavum nasi.
Dinding belakangnya sesuai dengan vertebra cervicalis I dan II.
Batas bawahnya dibentuk oleh palatum molle dan rongga nasofaring terpisah dari orofaring pada
waktu menelan oleh kontraksi dari otot-otot palatum molle ( m. tensor veli palatine dan m. levator
veli palatine ) bersama dengan m. konstriktor faringis superior.
Struktur anatomis yang penting dalam klinik :
Pada dinding lateral nasofaring dibelakang dari konka nasi inferior, terdapat muara dari tuba
auditiva yang disebut ostium tubae yang dibatasi di dorsal dan kranialnya oleh tonjolan yang
disebabkan oleh m. levator veli palatine yang melekat pada kartilago tuba auditiva dan disebut
torus tubarius. Pada bayi muara tuba ini terletak setinggi dasar kavum nasi, sehingga selalu
dilewati secret hidung yang mengalir ke nasofaring. Karena itulah mudah terjadi infeksi telinga
tengah melalui tuba ini pada bayi yang pilek.
Di dorsal dari torus tubarius, terdapat lekukan ke lateral dari rongga nasofaring yang disebut
Fossa Rossenmulleri ( resessus faringeus) . Jaringan limfoid di sekitar muara tuba dan di fossa
rossenmulleri ini biasa disebut tonsilla tubaria. Sering terjadi pendangkalan fossa ini oleh
pertumbuhan tumor ganas nasofaring.
Pada pertemuan antara atap dan dinding dorsal nasofaring terdapat adenoid (tonsilla faringea)
yang terdiri atas jaringan limfoid berbentuk lipatan-lipatan vertical.
Pada bagian atas dari dinding dorsal ini kadang-kadang ada satu cekungan atau kantong yang
disebut bursa faringea yang jika meradang, menyebabkan penyakit Thornwaldt (bursitis
nasofaringealis) dengan gejala utama postnasal discharge.
Perlu diingat adanya foramen laserum di sebelah lateral dari atap nasofaring, ini yang merupakan
jalan masuk ke rongga intracranial dari tumor ganas nasofaring.
OROFARING
Batas cranial : palatum molle
Batas kaudal : tepi atas epiglottis
Batas depan : isthmus fausium
Batas dorsal : dinding faring yang menutupi kolumna vertebralis servikalis.
Struktur anatomis yang penting dalam klinik :
Dinding dorsal faring penting karena seringnya mengalami peradangan. Padanya dapat dilihat
adanya granula yakni bercak-bercak jaringan limfoid yang tersebar, dan lateral faringeal bands
(lateral bands) yang merupakan jaringan limfoid berbentuk seperti pita sepanjang dan di dorsal
dari arkus palatofaringeus dan merupakan lanjutan dari tonsila tubaria.
Arkus anterior (arkus palatoglossus) adalah lipatan mukosa yang berisi serabut-serabut m.
palatoglossus.
Arkus posterior (arkus palatofaringeus) adalah lipatan mukosa yang berisi serabut-serabut
m.palatofaringeus.
Fossa tonsilaris adalah cekungan antara kedua arkus anterior dan arkus posterior yang ditempati
oleh tonsila palatine.
Fossa supratonsilaris merupakan sisa fossa tonsilaris pada bagian atas yang tak terisi oleh tonsila
palatine. Pada pembesaran tonsila palatine fossa supratonsilaris ini biasanya menghilang.
Tonsila palatina yang dikenal sebagai tonsil atau amandel, terdiri atas jaringan limfoid yang
tersusun sebagai follikel-follikel dengan sentrum germinativum dan juga terdapat saluran-saluran
yang bercabang-cabang berlapis epitel yang bermuara sebagai kripte-kripte pada permukaan
tonsil. Tonsil ini di sebelah lateral dibatasi oleh m. konstriktor faringis superiordan dipisahkan
dengannya oleh jaringan ikat longgar yang biasanya disebut kapsula, meskipun kapsul ini tidak
meliputi tonsil seluruhnya. Karena jaringan ikat longgar itulah, tonsil dapat dengan mudah
diangkat pada operasi tonsilektomi
LARINGOFARING.
Batas atas : suatu bidang datar setinggi tepi atas epiglottis
Batas bawah : introitus esophagus setinggi kartilago krikoidea atau verteb servikalis VI
Batas depan : aditus laringis
Batas dorsal : dinding faring yang menutupi columna vertebralis servikalis.
Struktur penting dalam klinis :
Vallekula : sepasang cekungan antara radiks lingua dengan epiglottis yang terdapat antara
plika glosso-epiglotika medius dan plika glosso-epiglottika lateralis. Disebut juga “pill
pocket” karena pil dapat tersangkut disini pada orang-orang tertentu.
Fossa piriformis : cekungan di lateral dari plika ariepiglottika. Pada dasar dari fossa
piriformis ini lewat ramus internus n.laringeus superior yang berisi serabut-serabut
sensibel untuk mukosa laring. Anestesi mukosa laring dapat dicapai dengan memberi
anestetikum local disini.
Fisiologi
Fungsi faring
Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi suara dan untuk
artikulasi.
Fungsi menelan
Terdapat 3 fase dalam proses menelan yaitu fase oral, fase faringeal dan fase esophageal.pada
tahap pertama makanan dari mulut ke faring secara volunteer. Tahap kedua, transport makanan
melalui faring, dan tahap ketiga, jalannya bolus melalui esophagus, keduanya secara involunter.
Langkah yang sebenarnya adalah :
Mengunyah makanan ( 1/3 bagian tengah lidah ) elevasi lidah dan palatum mole bolus
masuk ke orofaring. Otot suprahyoid berkontraksi, elevasi tulang hyoid dan laring dan dengan
demikian membuka hipofaring dan sinus piriformis. Secara bersamaan otot laryngis instrinsik
berkontraksi dalam gerakan seperti sfingter untuk mencegah aspirasi. Gerakan yang kuat dari
lidah bagian belakang akan mendorong makanan ke bawah melalui orofaring, gerakan dibantu
oleh kontraksi otot kontriktor faringis inferior berkontraksi dan otot krikofaringeus berelaksasi.
Peristaltic dibantu oleh gaya berat, menggerakan makanan melalui esophagus dan masuk ke
lambung.
Fungsi faring dalam proses bicara
Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot – otot palatum dan faring.
Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole ke arah dinding belakang faring.
Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula - mula m.salpingofaring dan m.
palatofaring, kemudian m.levator veli palatine bersama – sama m.kontriksi faring superior. Pada
gerakan penutupan nasofaring m. levator veli palatine menarik palatum mole ke atas belakang
hamper mengenai dinding posterior faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan ( fold of )
Passavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu
pengangkatan faing sebagai hasil gerakan m.palatofaring ( m.salpingofaring) dan oleh kontraksi
aktif m.konstriksi faring superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidak pada waktu yang
bersamaan.
Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap pada periode fonasi, tetapi ada pula
pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan hilang secara cepat bersamaan dengan gerakan
palatum.
Fungsi pernapasan hidung
Bila udara mengalir masuk melalui hidung, aka nada tiga fungsi tertentu yang dikerjakan oleh
rongga hidung ( fungsi pelembabp udaa dari saluran pernapasan atas):
Udara dihangatkan permukaan konka dan septum yang luas.
Udara dilembabkan sampai hamper lembab sempurna sebelum udara meninggalkan
hidung.
Udara disaring.
Bila orang bernapas melaui pipa langsung ke trakea ( trakeostomi), pendinginan dan terutama
efek pengeringan di bagian bawah paru dapat menimbulkan kerusakan dan infeksi paru yang
serius.
Fungsi penyaringan hidung
Menyaring partikel yang besar
Mengeluarkan partikel melalui presipitasi turbulen ( udara masuk ke dalam hidung banyak
penghalang konka, septum dan dinding faring . udara yang masuk itu tidak bisa langsung
merubah alirannya secepat udara, oleh karena itu partikel – pertikel terebut terus maju ke depan
dijerat oleh mucus dan oleh silia faring ditelan.)
Ukuran partikel yang terjerat dlam saluran pernapasan
Hamper tidak ada ukuran partikel yang lebih dari 6 µm yang bisa masuk ke paru lewat hidung
mekanisme turbulensi hidung yang baik.
Mucus yang melapisi saluran pernapasan, dan kerja silia untuk membersihkan saluran
pernapasan
Mucus disekresikan sebagian oleh sel goblet dalm epitel saluran napas dan sebagian lagi oleh
kelenjar submukosa yang kecil.
Fungsi mucus :
Untuk mempertahankan kelembapan permukaan serta menangkap partikel – partikel kecil dari
udara inspirasi dan menahannya untuk tidak terus ke alveoli.
Mucus dikeluarkan dari saluran pernapasan dengan cara sebagai berikut:
Seluruh permukaan saluran napas mulai dari hidung sampai bronkiolus terminalis dilapisi oleh
epitel bersilia dengan kira – kira 200 silia pada masing – masing sel epitel.silia dalam paru
memukul kea rah ata, sedangkan dalam hidung memukul kearah bawah. kedua mekanisme ini
membawa partikel dan mucus masuk ke dalam faring. mukus dan partikel yang dijeratnya tertelan
atau dibatukkan keluar.
Reflek bersin
Berlangsung dalam saluran hidung bukan saluran pernapasan bawah. Rangsangan yang bisa
nimbulin efek bersin adalah iritasi dalam saluran hidung, impuls afferent berjalan dalam nervus
ke lima menuju ke medulla, dimnan reflek ini dicetuskan. Dalam reflek ini uvula ditekan,
sehingga sejumlah besar udara dengan cepat melalui hidung, sehingga membantu membersihkan
saluran hidung dari benda asing.
Reflek batuk
Bronkus dan trakea itu sangat sensitive sehingga rangsangan dalam jumlah berapa pun reflek
batuk. Yang paling sensitive di lring dan kanina.
2,5 liter udara diinspirasi epiglottis dan pita suara menutup menjerat udara dalam paru
otot perut kontraksi mendorong diafragma tekanan dalam patu meningkat sampai 100mmHg
atau lebih epiglottis dan pita suara terbuka lebar udara tekanan tinggi keluar batuk.
Histologi
Permukaan tonsila palatina yang dilapisi mukosa terdiri dari epitel berlapis pipih yang
mempunyai daya tahan yang lebih baik daripada jenis epitel yang lain dimana mukosa tonsila
palatina ini selalu mendapat gesekan dalam tubuh sehingga memerlukan perlindungan yang lebih
baik agar lebih tahan terhadap trauma.
Kripte pada tonsila palatina dalam dan bercabang-cabang dan terdapat kripte dalam jumlah yang
banyak. Pada kripte ini bermuara kelenjar-kelenjar submukosa yang terdapat di sekitar tonsil.
Namun pada tonsila palatina ini kelenjar-kelenjar tidak bermuara pada dasar kripte sehingga dasar
kripte tidak selalu tercuci. Adanya banyak percabangan dari kripte dan adanya muara kelenjar
yang tidak pada dasar kripte memberi kesempatan untuk mendapat infeksi yang lebih besar.
Sistem Imun
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang
dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan
benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan
sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya
melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang
menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga
memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
Sistem imun adalah sekumpulan sel, jaringan, dan organ yang terdiri atas:
bagian yang bisa dilihat seperti kulit, air mata, air liur, hidung dan paru-paru
bagian yang tidak dapat dilihat seperti timus, limpa, sistem limfa, sumsung tulang, sel darah
putih, antibodi dan hormon
Imunologi Tonsil
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit, 0,1-0,2% dari keseluruhan
limfosit tubuh pada orang dewasa. Proporsi limfosit B dan T pada tonsil adalah 50%:50%,
sedangkan di darah 55-75%:15-30%. Pada tonsil terdapat sistim imun kompleks yang terdiri atas
sel M (sel membran), makrofag, sel dendrit dan APCs (antigen presenting cells) yang berperan
dalam proses transportasi antigen ke sel limfosit sehingga terjadi sintesis imunoglobulin spesifik.
Juga terdapat sel limfosit B, limfosit T, sel plasma dan sel pembawa IgG.
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi
limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1) menangkap dan
mengumpulkan bahan asing dengan efektif; 2) sebagai organ utama produksi antibodi dan
sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.
Aliran getah bening
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal profunda
(deep jugular node) bagian superior di bawah M. Sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar
toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening
eferan sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada.
Daftar Istilah
Tonsil : massa jaringan berbentuk bulat kecil, terutama jaringan limfoid
Tonsilitis : peradangan tonsil, terutama tonsil palatina
Manuver Valsalva : usaha ekshalasi secara paksa melawan cuping hidung yang tersumbat
dan mulut yang tertutup menyebabkan peningkatan tekanan dalam tuba
Eustachii dan telinga tengah, sehingga membran tympani akan bergerak
ke luar
Rinoskopi anterior : pemeriksaan lubang hidung dengan menggunakan rinoskop terhadap
struktur anterior hidung melalui nares
Rinoskopi posterior : rinoskopi terhadap struktur posterior hidung melalui nasofaring
Detritus : bahan sisa yang dihasilkan atau bekas pengausan atau disintegrasi
bahan atau jaringan
TONSILITIS
Definisi
Peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer.