Outline Makalah IPAL THAILAND By: Wina dan Murti DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan D. Ruang lingkup BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengolahan Air Limbah di Negara Berkembang 2. Jenis- Jenis Pengolahan Air Limbah di Negara Berkembang 3. Permasalahan Pengolahan Air Limbah di Negara Berkembang BAB III Gambaran umum Negara Thailand A. Profil Negara Thailand B. Kondisi Kualitas Air Permukaan Sumber Air Permukaan Kualitas Air Permukaan C. Sumber Penghasil Limbah D. Kondisi Pengolahan Air Limbah BAB IV Sistem Penanganan dan Pengolahan Air Limbah di Negara Thailand
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Outline Makalah IPAL THAILAND
By: Wina dan Murti
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Ruang lingkup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengolahan Air Limbah di Negara Berkembang
2. Jenis- Jenis Pengolahan Air Limbah di Negara Berkembang
3. Permasalahan Pengolahan Air Limbah di Negara Berkembang
BAB III Gambaran umum Negara Thailand
A. Profil Negara Thailand
B. Kondisi Kualitas Air Permukaan
Sumber Air Permukaan
Kualitas Air Permukaan
C. Sumber Penghasil Limbah
D. Kondisi Pengolahan Air Limbah
BAB IV Sistem Penanganan dan Pengolahan Air Limbah di Negara Thailand
A. Regulasi dan Standar yang ditetapkan Terkait Penanganan Limbah di Negara Thailand
B. Kelembagaan yang berwenang menangani permasalahan air Limbah di Thailand
a. Struktur Organisasi (jika ada)
C. Jenis teknologi pengolahan air limbah kota di Thailand
D. IPAL ….. dibahas secara mendetail mengenai pengelolaannya atau sekilas saja??
a. Data Teknis
b. Kelembagaan yang mengelola
c. Permasalahan IPAL
E. Permasalahan Local Government Authorities
a. Permasalahan Umum
b. Tarif Retribusi yang ditetapkan oleh masing
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara global negara-negara di Asia terikat upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan,
sebagaimana rekomendasi pada KTT Bumi di Johannesburg 2000, dimana salah satu sasarannya
adalah bidang penyediaan air minum dan sanitasi. Sasaran tersebut diagendakan dalam
Millenium Development Goals (MDGs)dengan menetapkan horizon pencapaian sasaran pada
tahun 2015 dan sasaran kuantitatif; ”Mengurangi 50% proporsi jumlah penduduk yang kesulitan
memperoleh akses terhadap air minum aman dan sanitasi yang memadai”.
The Sanitation Drive to 2015 (Gerakan Sanitasi dalam Menyongsong 2015) mengimbau seluruh
negara di dunia untuk meningkatkan investasi, seraya melakukan penargetan yang lebih baik dari
pendanaan guna memenuhi target Millennium Development Goal (MDG) 7c – untuk mengurangi hingga
separuhnya proporsi penduduk tanpa akses berkelanjutan terhadap sanitasi dasar pada tahun 2015. Baik
untuk pengembangan sosial maupun ekonomi, sanitasi merupakan investasi ekonomi yang sangat bagus,
dengan pengembalian rata-rata sebesar US$5.50 untuk setiap dolar yang diinvestasikan
Menurut Peter Warr (2003), disampaikan mengenai progress pencapaian target MDGs yang
telah dicapai oleh Negara-negara di Asia Tenggara. Dua negara yang memiliki pencapaian
terbaik adalah negara Malaysia dan Thailand. Dimana negara tersebut dapat mencapai target-
target MDGs yang dapat ditetapkan dan berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan. Namun terdapat hal yang harus diperhatikan secara khusus oleh Thailand adalah
dalam masalah lingkungan dan untuk Malaysia adalah masalah kasus HIV/AIDS.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh UNICEF terkait pencapaian target MDGs diketahui
bahwa pada Tahun 2010, Negara Thailand sebanyak 95.4% penduduknya telah memperoleh
sanitasi yang layak dengan menempati peringkat pertama melebih Negara Malaysia. Berbeda
halnya dengan Negara Indonesia yang hanya 53,57% penduduknya yang memperoleh sanitasi
layak (UNICEF, 2012).
Saat ini negara Thailand dianggap sebagai salah satu Negara yang paling penting didunia
untuk produksi pangannya. Thailand saat ini dianggap sebagai Negara industri ekonomi yang
baru. Dimana, ekspor produk Thailand ke mancanegara sangat tinggi, dengan perhitungan
ekspornya melebihi dua pertiga dari total produksi domestiknya. Jumlah penduduk Thailand
pada tahun 2009 sekitar 66 juta jiwa, yang mana akan semakin meningkat pesat ditahun 2010
dan 2011. Rata-rata pertumbuhan penduduk sampai tahun 2010 adalah 0,65%. Grafik
pertumbuhan penduduk tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Air limbah menjadi salah satu dari banyak masalah lingkungan yang serius di banyak
Negara-negara industry dan berkembang, termasuk Negara Thailand. Pada tahun 2003, sekitar 14
juta m3/hari umumnya air limbah dihasilkan oleh penduduk di Thailand dan dibuang ke badan
air penerima serta lingkungan sekitar (simachaya, 2009).
Untuk mengetahui bagaimana Thailand dapat mengelola limbahnya, maka diperlukan adanya
studi literatur mengenai hal tersebut. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai
pengelolaan air limbah di Kota Thailand dan permasalahan yang ada di negara Thailand.
1.2 Maksud dan Tujuan Makalah
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai
kondisi sanitasi di Thailand mengenai pengolahan air limbah di Thailand, dengan tujuan sebagai
berikut:
1. Mengetahui jenis-jenis pengolahan air limbah di Thailand
2. Mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah di Thailand
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Limbah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, air limbah adalah
sisa dari hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Selain itu, dalam Peraturan Menteri PU
Nomor 16/PRT/M/2008 disebutkan bahwa air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga,
termasuk tinja manusia dari lingkungan permukiman. Air limbah dapat dikategorikan sebagai berikut,
yaitu:
1. Air limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga (air limbah domestik), terdiri dari yaitu:
a. Black Water dengan komponen utama adalah tinja manusia (faeces),
b. Yellow Water dengan komponen utama adalah urine manusia, dan
c. Grey Water yang merupakan air bekas cuci, mandi dan kegiatan lainnya yang dilakukan
oleh manusia.
Kuantitas dari air limbah domestik adalah sekitar 80% dari total air yang dikonsumsi oleh
manusia tiap harinya. Air limbah domestik mengandung bahan organik, sehingga
memudahkan dalam pengelolaannya.
2. Air limbah yang berasal dari kegiatan industri, yaitu air buangan yang berasal dari berbagai
jenis kegiatan industri. Air limbah ini mengandung zat-zat yang ckup berbahaya, seperti logam
berat, amonia dan lainnya. Air limbah industri membutuhkan pengolahan yang lebih rumit
untuk mencegah terjadinya polusi lingkungan.
3. Air limbah yang berasal dari kegiatan jasa, yaitu air buangan yang berasal dari fasilitas publik,
seperti perdagangan, perkantoran dan sebagainya. Umumnya air limbah jenis ini memiliki
kandungan zat serupa dengan air limbah rumah tangga.
2.2 Sistem Penyaluran Air Limbah di Negara Berkembang
Sistem penyaluran air limbah adalah suatu rangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi atau membuang air limbah dari suatu kawasan/lahan baik itu dari rumah tangga
maupun kawasan industri. Sistem penyaluran biasanya menggunakan sistem saluran tertutup
dengan menggunakan pipa yang berfungsi menyalurkan air limbah tersebut ke bak interceptor
yang nantinya di salurkan ke saluran utama atau saluran drainase. Sistem penyaluran air limbah
ini pada prinsipnya terdiri dari dua macam yaitu: sistem penyaluran terpisah dan sistem
penyaluran campuran, dimana sistem penyaluran terpisah adalah sistem yang memisahkan aliran
air buangan dengan limpasan air hujan, sedangkan sistem penyaluran tercampur
menggabungkan aliran buangan dan limpasan air hujan
Air limbah domestik dikumpulkan dalam pipa bawah tanah yang disebut ' Selokan' . Aliran
dalam saluran pembuangan biasanya dialirkan secara gravitasi , dengan pompa induk hanya yang
digunakan saat tidak dapat dihindari. Desain sewerage konvensional (sistem saluran pembuangan
yang digunakan dalam negara-negara industri dan di daerah pusat kota-kota dalam di negara
berkembang) dijelaskan dalam beberapa teks (misalnya Metcalf dan Eddy , Inc , 1986) dan
dalam kode sewerage nasional ( misalnya untuk India , Kementerian Perkotaan Pembangunan,
1993). Namun, hal ini sangat mahal . Sebuah biaya yang jauh lebih rendah alternatif, yang cocok
untuk digunakan di kedua daerah miskin dan kaya sama, adalah pembuangan kotoran
'disederhanakan', kadang-kadang disebut 'condominial' pembuangan kotoran. Desain sewerage
disederhanakan sepenuhnya rinci oleh Mara et al ( 2001a * ) .
Di banyak negara berkembang, saluran air limbah pribadi maupun publik masih sangat
kurang, malah cenderung tidak ada.Untuk mengurangi atau menghindari permasalahan lebih
lanjut dari kondisi lingkungan di negara tersebut, maka air limbah yang dihasilkan harus diolah.
Jika berbicara mengenai permasalahan kandungan organik yang ada dalam limbah domestik,
fasilitas wisata, maka pendekatan dengan menggunakan saluran pengumpul limbah secara
desentralisasi menjadi pendekatan yang paling memungkinkan dengan menerapkan teknologi
sederhana yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat. Pemilihan teknologi yang
sesuai sangat bergantung pada beberapa factor, diantaranya adalah komposisi dari air limbah,
ketersediaan lahan, ketersediaan dana, dan keahlian untuk mengelolanya. Perbedaan dalam cara
pengoperasian dan pemeliharaan harus menjadi pertimbangan dalam pemilihan teknologi agar
menjamin keberlanjutan dari sistem yang akan dibangun dengan memperhitungkan ketersediaan
sumber daya lokal dan sumber daya manusia yang ada di masing-masing tempat.
2.3 Jenis- Jenis Pengolahan Air Limbah di Negara Berkembang
Sanitasi tepat guna dalam bidang pembuangan air limbah domestik terdiri 2 (dua) sistem,
yaitu. 1. Sistem pembuangan setempat (on-site system) 2. Sistem pembuangan terpusat (off-site
system) Sistem pembuangan setempat adalah fasilitas sanitasi yang berada di dalam daerah
persil (batas tanah yang dimiliki). Sarana sistem pembuangan setempat dapat dibagi 2 (dua)
yaitu: - Sistem individual: tangki septic, cubluk - Sistem komunal: MCK Sedangkan sistem
pembuangan terpusat adalah fasilitas sanitasi yang berada di luar persil. Contoh sistem sanitasi
ini adalah sistem penyaluran air limbah yang kemudian dibuang ke suatu tempat pembuangan
(disposal site) yang aman dan sehat, dengan atau tanpa pengolahan sesuai dengan kriteria baku
mutu dan besarnya limpahan.
Pembuangan air kotor dan air bekas secara setempat (on-site) di negara berkembang
biasanya lebih murah daripada sistem terpusat (off-site). Namun ada hal-hal/keadaan tertentu,
dimana kondisi tanah tidak memungkinkan untuk diterapkannya sistem setempat, sehingga
dalam keadaan seperti ini maka penanganan air limbah dengan sistem terpusat mutlak diperlukan
dengan pilihan teknologi yang lebih murah dibandingkan konvensional sewerage yaitu small
bore sewer dan shallow sewer.
Shallow sewer merupakan sewerage kecil yang terpisah dan dipasang secara dangkal dengan
kemiringan yang lebih landai dibandingkan sewerage konvensional dan bergantung pada pembilasan air
limbah untuk mengangkut benda padat. Prinsip shallow sewer adalah sebagai berikut.
– Mengalirkan air saja/campuran antara air dan padatan (tinja)
– Menggunakan jaringan pipa berdiameter kecil ( 100-200 mm)
– Jaringan saluran terdiri dari :
• Pipa persil
• Pipa servis
• Pipa lateral
• IPAL
– Ditanam di tanah, dangkal dari permukaan tanah
– Bahan Pipa dapat dari bahan tanah liat, PVC dll
– Cocok digunakan untuk daerah kecil, misalnya tingkat RW, kelurahan, dll. Dengan kepadatan
menengah sampai tinggi, 300-500 orang/Ha
– Digunakan untuk penduduk yang sudah sebagian besar mempunyai sambungan air limbah dan
jamban/kakus pribadi dengan sistem pembuangan yang memadai
– Pemilihan Lokasi :
• Pada daerah yang mempunyai kemiringan > 4 %
• Daerah tersebut belum mendapat program, misalnya Program Perbaikan Kampung
Sedangkan ketentuan teknis untuk shallow sewer adalah sebagai berikut.
– Aliran maksimum (hanya lokal) = 3 x Aliran rata-rata;