Top Banner

of 24

Laporan TA SOSIS EDAMAME

Apr 09, 2018

Download

Documents

Tulus
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    1/24

    I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Di Indonesia, kedelai merupakan bahan baku utama industri pengolahan

    pangan seperti tahu, tempe, kecap dan lain-lain. Konsumsi bahan pangan yang

    berasal dari kacang-kacangan, khususnya kedelai bagi masyarakat Indonesia pada

    saat ini sudah sangat poluler susu kedelai.

    Salah satu jenis kedelai yang sangat populer adalah kedelai edamame.

    Kedelai ini merupakan kedelai asal Jepang yang sangat digemari. Selain unggul

    dalam kualitas dan ukuran, kandungan protein kedelai ini juga lebih tinggi dari

    kedelai biasa.

    PT Mitratani Dua Tujuh terletak di Jember, Jawa Timur dan berdiri sejak

    tahun 1992 adalah perusahaan yang bergerak dibidang budidaya, produksi serta

    pemasaran produk edamame. Sasaran utama PT. Mitratani memproduksi

    Edamame adalah untuk diekspor ke Jepang dan sebagian kecil untuk pasar lokal.

    Edamame yang dikirim ke Jepang adalah Edamame yang polongnya tidak

    kurang dari 2, dalam keadaan baik, kulitnya tidak sobek, tidak busuk,

    kenampakannya baik. Edamame yang tidak memenuhi persyaratan eksport tetapi

    dalam keadaan baik, oleh Mitratani dijual ke masyarakat sekitar, untuk edamame

    yang kulitnya rusak tetapi polongnya masih utuh akan dikupas dan dijadikan

    Mukimame yaitu Edamame dalam bentuk polong. Polong Mukimame yang tidak

    utuh (pecahan) telah menjadi produk sampingan dan tidak dimanfaatkan. Bila ada

    yang menginginkan maka oleh PT. Mitratani akan diberikan atau dijual dengan

    harga yang sangat murah. Keping Edamame ini sebenarnya masih dalam kondisi

    segar sehingga perlu dimanfaatkan lebih optimal agar nilai ekonominya lebih

    meningkat. Untuk itu dijadikan sebagai bahan tambahan substitusi pembuatan

    sosis.

    Sosis merupakan produk olahan daging yang mempunyai nilai gizi tinggi.

    Komposisi gizi sosis berbeda-beda, tergantung pada jenis daging yang digunakan

    dan proses pengolahannya. Produk olahan sosis kaya energi, dan dapat digunakan

    sebagai sumber karbohidrat. Selain itu, sosis juga memiliki kandungan kolesterol

    1

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    2/24

    dan sodium yang cukup tinggi, sehingga berpotensi menimbulkan penyakit

    jantung, stroke, dan hipertensi jika dikonsumsi berlebihan. (Teguh Vedder, 2008).

    Melihat pembuatan sosis ayam diatas dapat dilakukan variasi produk

    dimana sosis tersebut dicampur dengan serpihan edamame. Dimana nantinya

    dapat diharapkan sosis dengan kandungan gizi yang lebih dan tidak

    mempengaruhi sifat organoletiknya.Sehingga diperlukan formulasi yang tepat

    untuk menghasilkan karakteristik sosis ayam dengan penambahan edamame yang

    baik. Secara ekonomi diharapkan dapat menekan atau mengurangi daging ayam

    sebagai bahan baku pembuatan sosis, karena harga edamame yang jauh lebih

    murah dibandingkan daging ayam.

    1.3 Tujuan Program

    Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan TP ( Topik

    Perorangan) ini yaitu:

    1. Mengetahui karakteristik sosis ayam dengan penambahan edamame

    cincang sebagai substitusi

    2. Mencari formulasi yang tepat dengan perlakuan penambahan edamame

    dalam pembuatan sosis ayam

    1.4 Manfaat

    Manfaat yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan TP ( Topik

    Perorangan) ini yaitu :

    Memunculkan sumber pangan alternatif baru yang potensial dan

    mempunyai nilai ekonomis tinggi

    Mengurangi ketergantungan terhadap daging ayam dalam

    pembuatan sosis, mengingat kandungan kolesterol yang tinggi.

    Meningkatkan nilai tambah limbah produksi mukimame.

    1.5 Luaran Yang Diharapkan

    Diversifikasi produk serta dapat menghasilkan produk sosis yang disukai

    oleh konsumen dan dapat meningkatkan nilai gizi produk

    2

    http://id.shvoong.com/authors/teguh-vedder/http://id.shvoong.com/authors/teguh-vedder/
  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    3/24

    1.6 Kegunaan Program

    Dengan dibuatnya produk sosis ayam dengan penambahan edamame ini

    diharapkan:

    1. Memunculkan sumber pangan alternative baru yang potensial dan

    mempunyai nilai ekonomis tinggi.

    2. Mengurangi ketergantungan terhadap daging, mengingat daging yang

    dikonsumsi banyak mengandung kolesterol tinggi, sekaligus masyarakat

    tidak terlalu suka mengkonsumsi daging dengan berlebihan.

    3. Masyarakat semakin menyadari dapat memilih dan dapat membedakan

    makanan yang bergizi atau tidak demi kebaikan dirinya sendiri maupun

    orang disekitarnya.

    1.7 Perumusan Masalah

    Pada proses pembuatan sosis ayam memungkingkan mengganti sebagian

    (substitusi ) daging ayam pada formulasi dengan edamame, serta penambahan air

    yang akan digunakan. Akan tetapi berapa persen jumlah daging ayam, edamame

    yang akan digunakan untuk mempunyai karakteristik fisik, kimia dan organoleptik

    yang unggul belum diketahui. Untuk itu diperlukan penelitian untuk mempelajari

    sosis ayam dengan penambahan edamame sebagai substitusi.

    3

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    4/24

    II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Daging Ayam

    Daging ayam merupakan daging yang relative murah dibandingkan

    dengan daging yang lain ( Daging sapi, kerbau dan kambing) sehingga banyak

    dikonsumsi oleh masyarakat dari tingkat atas sampai tingkat bawah. Daging ayam

    yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) adalah daging yang diharapkan oleh

    semua konsumen, karena dari berbagai aspek daging ayam yang ASUH terjamin

    jika dikonsumsi oleh masyarakat.

    Daging adalah bahan dasar dalam pembuatan sosis. Bagian terpenting

    dalam bahan ini adalah protein (aktin dan myosin), bertindak sebagai emulsifier.

    Dalam pembuatan sosis fase protein-air dalam campuran daging akan membentuk

    matriks yang menyelebungi terbentuk butiran-butiran stbail ( Buckle et al, 1987)

    Beberapa kriteria daging ayam segar yaitu: Warna dagingnya putih segar,

    Warna lemak putih kekuningan dan merata di bawah kulit, Bau dagingnya segar

    dan tidak berbau asing, Dagingnya elastis bila ditekan jari, dan akan kembali

    seperti semula, Tak ada tanda-tanda memar atau tanda lain yang mencurigakan

    (Komariah, dkk. 2005)

    Daging ayam merupakan sumber protein yang baik, berkualitas tinggi,

    mudah dicerna dan mengandung asam amino esensial yang sangat dibutuhkan

    dalam makanan manusia, terdiri dari arginin, sistin, histidin, isoleusin, leusin,

    lisin, metionin, fenilalanin, threonin, triptofan, tirosin dan valin.

    Daging ayam lebih unggul dari pada daging sapi, kambing dan babi.. Oleh

    karena itu, daging ayam banyak dikonsumsi oleh masyarakat daripada daging-

    dagingan lainnya, karena daging ayam gampang dimasak. Ditambah masa

    pertumbuhan dan peternakannya agak pendek.. Dilihat secara obyektif, nilai gizi

    daging ayam, kecuali kulit dan lemaknya yang mengandung lemak tinggi, bagian

    tubuh ayam lainnya mengandung lemak tidak jenuh, ditambah daging ayam

    4

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    5/24

    mengandung protein yang kaya, sehingga menjadi bahan makanan yang

    berprotein tinggi dan berlemak rendah.

    Table 1. Komposisi kimi daging ayam per 100gram

    No Zat gizi Jumlah

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    Kalori

    Lemak total

    Karbohidrat

    Protein

    fosfor

    Kalsium

    Air

    Vitamin B1

    302 kkal

    25 mg

    0 mg

    18,2 mg

    200 mg

    14 mg

    55,9 mg

    0,08 mg

    Sumber. Departemen kesehatan RI, 1996

    2.2 Kedelai EdamameKedelai edamame merupakan kedelai asal jepang yang sangat dikenal.

    Biasanya orang jepang merebus polongnya yang masih muda sebagai camilan dan

    saat minum sake. Bentuk tanaman lebih besar dari kedelai biasa, begitu pula biji

    dan polongnya, sedangkan warna kulit polong hijau atau kuning. (Anonim, 2005).

    Edamame mengandung serat diet tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan

    karena mengandung mineral (K, P, Ca, dan Mg), vitamin (C, E, K) 50 mg

    isoflavon yang merupakan nutrisi bermanfaat dalam mereduksi resiko penyakit

    kronis seperti misalnya stroke dan kanker Juga terdapat respon positif terhadap

    penderita sakit jantung, gangguan fungsi hati, dan kolesterol tinggi. Kelebihan

    lainnya yaitu kandungan tripsin inhibator, senyawa pilat, asam urat dan

    oligosakarida yang rendah.

    Struktur isoflavon dan estrogen pada biji kedele telah diteliti dapat

    meningkatkan penyerapan kalsium dalam pencernaan sehingga dapat mereduksi

    kemungkinan pengkeroposan tulang (osteoporosis). Asosiasi isoflafon dan

    5

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    6/24

    estrogen berfungsi sebagai hormon terapi dengan terjadinya fase penuaan

    (menopouse). Mengkonsumsi protein yang ada dalam kedelai edamame dapat

    membantu mereduksi gejala diabetes. Hal ini ditunjukan dengan penurunan

    postprandial hyperglycernia, memperbaiki glucose tolerance, dan penurunan

    glycocylate hemoglobin. Kedelai edamame memiliki kandungan protein 34,9

    gram, Kalori 331 kal, lemak 18,1 gram, hidratarang 34,8 gram, Kalsium 227 mg,

    fosfor 585 mg, besi 8 mg, vitamin A 110 SI, Vitamin B1 1,07 mg, dan Air 7,5

    gram (Anonim, 2009)

    Kedelai yang baik untuk diolah menjadi adalah kedelai yang sudah

    cukup tua, tidak tercampur dengan benda asing, tidak berjamur, dan bau - bauan

    yang lain. (Supriadi, 2003).

    2.3 Sosis

    Sosis merupakan produk olahan daging yang mempunyai nilai gizi tinggi.

    Komposisi gizi sosis berbeda-beda, tergantung pada jenis daging yang digunakan

    dan proses pengolahannya. Produk olahan sosis kaya energi dan dapat digunakan

    sebagai sumber karbohidrat. Selain itu, sosis juga memiliki kandungan kolesterol

    dan sodium yang cukup tinggi, sehingga berpotensi menimbulkan penyakit

    jantung, stroke, dan hipertensi jika dikonsumsi berlebihan. Ketentuan mutu sosis

    berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 013820-1995) adalah: kadar air

    maksimal 67 persen, abu maksimal 3 persen, protein minimal 13 persen, lemak

    maksimal 25 persen, serta karbohidrat maksimal 8 persen.

    Sosis segar dibuat dari daging segar yang tidak dikuring. Penguringan

    adalah suatu cara pengolahan daging dengan menambahkan beberapa bahan

    seperti garam natrium klorida (NaCl), natrium-nitrit, natrium-nitrat, gula, serta

    bumbu-bumbu. Sosis segar tidak dimasak sebelumnya dan biasanya tak diasapi,

    sehingga sebelum dikonsumsi, sosis segar harus dimasak dibuat dari daging yang

    telah dikuring sebelum digiling. Sosis jenis ini dimasak dan biasanya diasapi

    Komponen utama sosis terdiri dari daging, lemak, dan air. Selain itu, pada

    sosis juga ditambahkan bahan tambahan seperti garam, fosfat, pengawet (biasanya

    6

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    7/24

    nitrit/nitrat), pewarna, asam askorbat, isolat protein, dan karbohidrat.(Made

    Astawan,2008). Sosis edamame pada dasarnya sama dengan sosis pada umumnya,

    hanya ada penambahan edamame yang dicincang.

    2.4 Es batu

    Bahan paling penting dalam pembuatan sosis adalah es atau air menurut

    (Kramachi, 1971) tekstur dan keempukan produk akhir dari produksi emulsi

    daging dipengaruhi oleh kandungan air yang ditambahkan.

    Lebih lanjutnya bahwa penambahan es pada pembentukan emulsi daging

    bertujuan untuk melarutkan garam, mendistribusikan secara merata keseluruh

    bagian masa daging mudah ekstraksi protein dan mempertahankan susu adonan

    tetap rendah.

    2.5 Bawang Putih

    Menurut Lewis (1984) karakteristik bau yang kuat dari bawang putih

    disebabkan oleh adanya senyawa volatile sekitar 0,1% yang mengandung senyawa

    sulfur. Senyawa tersebut terbentuk ketika sel terpecah , sehingga terjadi reaksi

    antar precursor yang disebut allin dan enzim alliinase. Terbentuknya substansi

    yang disebut allicin (diali tiosulfat) , menimbulkan bau yang segar dari bawang

    putih. Allicin mengalami degradasi non enzimatik untuk membentuk metal dan

    allil mono, dan trisulfit dan sulfur oksida.

    2.6 Merica

    Biji merica digunakan sebagai bumbu pemberi rasa dan aroma , karena

    rempah-rempah dapat menyamarkan makanan dengan menutup rasa bagi

    makanan yang kurang enak. Selain itu , juga berfungsi sebagai pengawet. Merica

    mengandung minyak atsiri , pinena , kariofilena , filandrena , alkaloid , piperina ,

    kavisina , piperitina , zat pahit dan minyak lemak. (Lewis , 1984)

    7

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    8/24

    2.7 Bahan Penyedap

    Bahan penyedap yang digunakan sebagai pembangkit aroma dan cita rasa

    pada makanan merupakan senyawa-senyawa sintetik. Pada umumnya senyawa

    yang digunakan adalah senyawa-senyawa ester dalam jumlah sangat kecil telah

    dapat memberikan aroma dan cita rasa yang baik. Salah satu senyawa cita rasa

    adalah monosodium glutamate (MSG) yang merupakan garam natrium dari asam

    glutamat. MSG dibuat melalui proses fermentasi dari tetes-tetes gula (molasses)

    oleh bakteri. Dalam proses fermentasi ini , akan dihasilkan asam glutamate ,

    kemudian penambahan sodium karbonat akan terbentuk MSG setelah terlebih

    dahulu dimurnikan dan dikristalisasi. Tingkat penggunaan yang tepat secara

    umum berkisar antar 0,2- 0,6 % berdasarkan berat makanan yang dikonsumsi

    (Jenie , 2001).

    2.8 Garam

    Garam yang sering digunakan dalam pembuatan sosis adalah garam dapur.

    Garam dapur yang ditambahkan keberadaanya berfungsi untuk memberikan rasa

    dan konsentrasi garam yang digunakan adalah 1,5% dari berat total adonan.

    Penambahan garam pada pembuatan sosis bertujuan untuk meningkatkan cita

    rasa,pengembang protein daging, pelarut protein daging, meningkatkan kapasitas

    pengikatan air (water holding capacity = WHC), serta sebagai pengawet.

    Penambahan fosfat akan bersinergi dengan garam untuk meningkatkan WHC

    pada sosis. Tanpa garam dan fosfat, sosis akan sulit untuk dibuat. Asam askorbat

    sering ditambahkan dalam bentuk asam askorbat maupun natrium askorbat untukmembantu pemerahan daging. Selain itu, asam askorbat juga berfungsi sebagai

    antioksidan agar produk tidak mudah tengik.

    2.9 Minyak atau Lemak

    Lemak sering ditambahkan pada pembuatan sosis sebagai pembentuk

    permukaan aktif, mencegah pengerutan protein, mengatur konsistensi produk,

    meningkatkan cita rasa, dan mencegah denaturasi protein. Minyak goreng adalah

    8

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    9/24

    minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan.

    Minyak goring mempunyai fungsi sebagai media penghantar panas , penambah

    rasa gurih , serta penambah nilai gizi dan kalori pada bahan panganyang digoreng

    (Hui , 1992). Mutu minyak goreng dipengaruhi oleh titik asapnya yang

    merupakan suhu dimana pemanasan minyak mulai terbentuk akrolein yang tidak

    diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Kerusakan

    minyak goreng yang berlangsung selama penggorengan akan berpengaruh

    terhadap mutu dan nilai bahan pangan yang digoreng yaitu tekstur dan

    kenampakan yang kurang menarik serta cita rasa dan bau yang kurang enak

    (Ketaren , 1986).

    2.10 Sodium Tripolifosfat (STTP)

    Sodium tripolifosfat umum digunakan dalam pengolahan daging.

    Penggunaan STPP maksimal adalah 0,5%. Alkali fosfat berfungsi antara lain

    untuk meningkatkan pH daging, menurunkan penyusutan selama pemasakan,

    meningkatkan keempukan dan menstabilkan warna (Ockerman, 1983).

    Menurut (Pearson dan Tauber, 1984), alkali fosfat dapat meningkatkan

    emulsi lemak pada protein miofibril sehingga STTP cepat larut dan memecah

    aktomiosin menjadi aktin dan miosin.

    Phosphat ditambahkan untuk meningkatkan kapasitas pengikatan air pada

    produk. Menurut Barbut (2002) cara kerja phosphate dalam mengikat kapasitas

    pengikatan air adalah :

    1. Meningkatkan pH2. Menyebabkan pengembangan dari protein otot , sehingga

    menyebabkan munculnya banyak tempat yang cocok untuk

    mengikat air.

    Batasan yang dibenarkan dalam penambahan residu phosphate adalah

    0.5% dari produk akhir. Sejak daging mengandung 0.01% phosphate alami , ini

    harus diikutsertakan dalam menghitung level yang ditambahkan selama curing

    (Desrorier , 1978).

    9

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    10/24

    2.11 Casing (selongsong)

    Terdapat tiga jenis casing yang sering digunakan dalam pembuatan sosis,

    yaitu alami, kolagen, serta selulosa. Selongsong alami berasal dari saluran

    pencernaan yaitu dari usus kecil, usus besar bagian tengah ternak, dapat berasal

    dari sapi ataupun domba muda ( payne dan Williamson,1996). Casing ini

    mempunyai keuntungan dapat dimakan, bergizi tinggi, dan melekat pada produk.

    Kerugian penggunaan casing ini adalah produk tidak awet. Keuntungan dari

    penggunaan casing ini adalah dapat diwarnai, bisa dimakan, dan melekat pada

    produk.

    Casing selulosa biasanya berbahan baku pulp. Keuntungan casing selulosa

    adalah dapat dicetak atau diwarnai dan murah. Saat ini telah dikembangkan poly

    amid casing, yaitu casing yang terbuat dari plastik. Casing jenis ini tidak bisa

    dimakan, dapat dibuat berpori atau tidak, bentuk dan ukurannya dapat diatur,

    tahan terhadap panas, dan dapat dicetak

    Casing dari plastic tidak dapat tembus oleh asap dan cairan , dan dapat

    dipergunakan untuk sosis yang tidak diasap, misalnya pada sosis segar, dan sosis

    mentah (Soeparno, 1994)

    2.12 Tepung tapioka

    Tepung tapioka merupakan tepung yang diekstraksi pati singkong yang

    sumber karbohidrat dalam makanan yang merupakan campuran dua polisakarida

    yaitu amilosa dan amilopektin. Selain karbohidrat zat gizi lain yang terdapat

    dalam tepung tapioca yaitu protein, lemak, dan mineral.

    Tepung tapioca dalam industri pangan digunakan sebagai bahan pengikat

    maupun sebagai bahan pengental. Fungsi dari tapioca adalah bahan pengikat

    dimana kemampuan sosis sebagai bahan restrukturisasi ditentukan oleh

    kemampuan saling mengikat diantara bahan-bahan yang digunakan , maka sebab

    itu digunakan pati , misalnya tepung tapioca. Tapioka mempunyai amilopektin

    tinggi , tidak mudah menggumpal , daya lekatnya tinggi , tidak mudah pecah ,

    10

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    11/24

    atau rusak dan mempunyai suhu gelatinasasi relative rendah (Prinyawiwatkul ,

    1997). Pati Tapioka mempunyai sifat mudah mengembang (swelling) dalam air

    panas. Selain itu , pati tapioca mempunyai kadar amilosa sebesar 17%-23% dan

    suhu gelatinisasi berkisar 52C 64C (Hui , 1992)

    Tepung tapioca banyak digunakan dalam pengolahan pangan diantaranya

    sebagai bahan pengisi dalam pembuatan sosis Menurut (Kramlich, 1971) bahan

    tersebut ditambahkan dengan tujuan untuk memperbaiki tekstur, memperbaiki

    sifat irisan, meningkatkan citra rasa, meningkatkan daya ikat air dan mengurangi

    biaya produksi.

    Jumlah penambahan tepung tapioka pada pembuatan sosis sangat

    bervariasi. Semakin banyak tepung tapioka yang ditambah semakin tertutup rasa

    khas daging ayam oleh tepung akan menurunkan kualitas sosis yang dihasilkan.

    sosis dengan keseimbangan tepung:daging sebesar 60:40 pangan kualitas jelek

    dengan demikian kualitas lebih baik maka penambahan tepung tapioka tidak boleh

    sama atau lebih dari 50% dari berat daging. Menurut Singgih, 1995 konsentrasi

    tepung tapioka yang digunakan untuk sosis adalah diantaranya 10-20% dari berat

    daging.

    2.13 Emulsi Sosis

    Emulsi adalah suatu system yang terdiri dari dua atau lebih jenis fase

    cair yang tidak bercampur dimana salah satu fasanya terdispersi dalam bentuk

    globula-globula, dapat distabilkan dengan emulgator. (Lawrie, 1983)

    Emulsifikasi adalah suatu system yang tidak stabil secara termodinamik

    yang mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur , satu

    diantaranya didispersikan sebagai globula-globula dalam fase cair lain. Fase yang

    didispersikan disebut sebagai fase terdispersi dan fase yang mendispersikan

    disebut sebagai fase kontinu(Martanti,2000)

    Air dan minyak membentuk emulsi. Fase air terdiri atas larutan garam, gula

    atau senyawa organik lainnya dan senyawa koloid (bahan hidrofilik). Agar

    diperoleh senyawa emulsi yang stabil maka perlu penambahan bahan pengemulsi.

    Jika minyak dicampur dengan air maka terbentuk jenis emulsi. Minyak akan

    11

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    12/24

    menjadi fase terdispersi yang memberikan emusi minyak dalam air. Air

    terdispersi menjadi emulsi air dalam minyak. Emulsi air dalam minyak dapat

    dilarutkan dengan air sebaliknya emulsi minyak dalam air dapat dilarutkan dengan

    minyak.

    Emulsifier kadang-kadang ditambahkan untuk meningkatkan efektifitas

    emulsifikasi karena emulsifier mengurangi efek homogenisasi dengan jalan

    menurunkan tegangan permukaan dan meningkatkan nilai bilangan weber. Fungsi

    bahan pengemulsi adalah untuk mereduksi tegangan interfasial antar fase dan

    menurunkan energi yang diperlukan untuk membentuk emulsi. Kestabilan emulsi

    ditentukan oleh faktor-faktor seperti jenis dan jumlah bahan pengemulsi, ukuran

    dalam fase disperse, fungsi gaya interfasial pada permukaan bahan pangan,

    kekentalan pada fase kontinyu, perbedaan densitas pada fase disperse dan

    kontinyu, dan semakin besar tensi interfasial antara fase kontinyu dan disperse

    semakin sulit membentuk dan memelihara fase emulsi (Suharto, 1998).

    Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama, yaitu bagian yang

    terdispersi yang terdiri dari butur-butir yang biasanya terdiri dari lemak, bagian

    kedua disebut media pendispersi yang juga dikenal sebagai continuous phase,

    yang biasanya terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi

    menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi di dalam air. Bila minyak dan air

    saja dikocok bersama-sama, akan terbentuk butir-butir lemak, dan terbentuklah

    suatu emulsi, tetapi bila dibiarkan, partikel-pertikel minyak akan bergabung lagi

    dan memisahkan diri dari molekul-molekul air. Jenis emulsi ini dikenal sebagai

    emulsi temporer. Karena itu harus cepat digunakan, atau harus dikocok lagi

    sebelum waktu pemakaian (Winarno, 2002).

    Emulgator ada beberapa macam, diantaranya surfaktan, koloid

    hidrofilik, dan partikel padat terbagi halus. Ketiganya memiliki karakteristik

    tersendiri, namun pada dasarnya tetap berfungsi sama yakni untuk menstabilkan

    system emulsi (anonym, 1990)

    Masalah yang dihadapi dalam pembuatan sosis adalah pecahnya emulsi.

    Emulsi dapat pecah karena penggilingan yang berlebihan, penggunaan daging

    12

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    13/24

    yang nisbah myosin, kolagen yang tidak seimbang, pemanasan yang berlebihan

    dan terlampau cepat selama proses pengolahan (Winarno, 1993)

    Stabilitas emulsis lemak dipengaruhi oleh temperature selama proses

    emulsifikasi, ukuran partikel lemak,pH, jumlah dan tipe protein yang larut dan

    viskositas emulsi (kramclich, 1971)

    Penggilingan yang berlebihan menyebabkan terjadinya pemecah emulsi.

    Hal ini disebabkan diameter partikel lemak menjadi kecil dan luas permukaan

    lemak semakin besar, sehingga protein tidak cukup untuk menyelubungi semua

    partikel lemak menyebabkan lemak yang tidak akan keluar dari emulsi sehingga

    akan terbentuk kantung lemak atau lemak akan terpisah dan keluar dari sosis

    ( Lawrie, 1995).

    Kenaikan temperature dapat dicegah atau dikurangi denga penambahan es

    selama proses. Penggilingan daging bersama es dan garam serta penyimpanan

    selama beberapa jam akan menyebabkan ekstraksi protein atau kemampuan

    protein mengikat lemak adan aie yang lebih efisien dan mempengaruhi kandungan

    protein sosis (Soeparno, 1994).

    Struktur produk daging misalnya sosis hati , frankfurter dan bologna

    adalah contoh emulsi lemak dalam air. Lemak membentuk fase disperse dari

    emulsi sedangkan air yang mengandung protein dan garam terlarut membentuk

    fase kontinu. Protein-protein daging yang terlarut bertindak sebagai pengemulsi

    mempunyai afinitas,baik terhadap air yaitu porsi molekul hidrofilik , maupun

    terhadap lemak yaitu molekul hidrofobik(Forrest et all, 1975)

    Kapasitas protein dan air mengikat globula tau partikel-partikel lemak di

    dalam suatu emulsi disebut kapasitas emulsi. Protein daging yang larut dalam air,

    terutama adalah protein sarkosplasmik. Protein miofibrilar merupakan agensia

    pengemulsi yang lebih efisien dan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan

    stabilitas emulsi yang lebih besar dibandingkan protein daging lainnya , misalnya

    protein sarkoplasmik (Soeparno,1992)

    13

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    14/24

    III METODE PENELITIAN

    3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Proses Pengolahan Pangan dan

    Laboratorium Analisis Pangan, dan Laboratorium pengolahan pangan Politeknik

    Negeri Jember. Lama penelitian direncanakan selama 4 (Empat) bulan.

    3.3 Alat dan Bahan Penelitian

    3.3.1 Alat Penelitian

    Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah robot cup,

    stufer, grinder, pisau, talenan, timbangan, baskom, panci, piring, gelas

    ukur, sendok, serok, dan kompor gas. Alat untuk analisa Sentrifus, Reotek,

    Coloderemeter, Oven, Water Bath, Cawan Oven Dan Beaker Glass.

    3.3.2 Bahan PenelitianBahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging

    ayam, edamame, tepung terigu, merica bubuk, garam, gula, minyak

    goreng, es batu, STTP, selongsong. Sedangkan bahan kimia yang

    digunakan dalah aquadest, NaOH, formaldehida, k-oksalat,

    phenolphetalein

    3.5 Metode Penelitian

    Penelitian dilakukan secara bertahap. Tahap pertama (1) mencari

    konsentrasi edamame yang tepat. Penelitian dilakukan dengan menggunakan satu

    (1) factor dengan ulangan 3 kali. Konsentrasi edamame dengan taraf sebagai

    berikut :

    Adapun metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

    (RAK) non factorial yang terdiri 6 perlakukan dan 3 ulangan

    14

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    15/24

    Adapun susunan perlakuan percobaan sebagai berikut:

    B01 B 11 B21 B 31 B41 B 51

    B02 B 12 B22 B 32 B42 B 52

    B03 B 13 B23 B 33 B43 B 53

    Konsentrasi edamame dengan taraf sebagai berikut :

    Edamame segar 0 gram, daging ayam 625 gram, air 200gramEdamame segar 75 gram, daging ayam 550 gram, air 200gram

    Edamame segar 150 gram, daging ayam 475 gram, air 200gram

    Edamame segar 225 gram, daging ayam 400 gram, air 200gram

    Edamame segar 300 gram, daging ayam 350 gram, air 200gram

    Edamame segar 375 gram, daging ayam 250 gram, air 200gram

    Metode penelitian yang digunakan Rancangan Acak kelompok (RAK)

    pola non factorial dengan ulangan sebanyak tiga kali.

    3.6 Analisa Data

    Model analisa data penelitian 1 menggunakan rancangan kelompok non

    factorial sebagai berikut :

    Yi = + Aij + ij

    Keterangan :

    Yij = Nilai pengamatan untuk faktor A levelke-i, dan ulangan ke-j

    = Nilai tengah umum

    Ai j = Pengaruh factor B pada levelke-i

    Eij = galat percobaan untuklevelke-i (A) dan ulangan ke-j

    Data hasil penelitian dilakukan analisa sidik ragam dan uji lanjutan Beda

    Nyata Jujur (BNJ).

    15

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    16/24

    3.7 Pelaksanaan Penelitian

    Perlakuan bahan

    Edamame dibersihkan dan dicincang halus, kemudian dibuang kulit

    arinya. Daging ditrimming untuk menghilangkan lemaknya, lalu dihaluskan

    menggunakan grinder.

    Pembuatan sosis

    Formulasi yang digunakan

    Daging ayam : Sesuai perlakuan

    Edamame : Sesuai perlakuan

    Tapioca : 100gr

    Air : 200gr

    Merica : 2gr

    STTP : 30gr

    Gula halus : 15gr

    Garam : 15gr

    Minyak/lemak : 30gr

    Bawang putih : 6gr

    MSG : 4gr

    Prosedur pembuatan sosis

    Melakukan pengecilan ukuran pada edamame dan daging, lalu masukkan

    edamame dan daging dalam robot cup. Bawang putih, merica, STTP, dan garam

    dicampur yang homogen, campurkan dalam robot cup, diaduk sampai kalis.

    Penambahan minyak dan air dilakukan secara sedikit demi sedikit. Setelah kalis

    angkat adonan lakukan didinginan, alat yang digunakan dalam kondisisi dingin.

    Lakukan pencetakan sosis, kemudian pengikatan dan pemasakan

    16

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    17/24

    Diagram Alir Pembuatan sosis ayam

    17

    Pengisian

    Triming

    Mixing

    Penggilingan

    Pendinginan

    Bumbu (halus) air

    dan minyak

    Edamame

    segar

    Perebusan

    Blansing

    Pengikatan

    sosis

    Daging

    Sosis

    CincangHalus

    Pengemasan vacum

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    18/24

    3.8 Pengamatan

    Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

    3.8.1 Uji fisik

    1.WHC ( Water Holding Capacity )

    Penimbangan sampel sebanyak 10 gr

    Dipanaskan selama 60 menit pada water bath 90 C

    Didinginkan sampel pada temperature ruang

    Masukkan sampel pada tabung sentrifuse yang dididalam tabung

    sentrifuse telah dialasi tissue. Kemudian sentrifuse selama 15

    menit pada 4000 rpm dengan temperature 4C

    Sampel yang terbungkus tissue dibersihkan dan berat sampel

    ditimbang.

    % WHC = 1 T / M X 100 = 1 B A X 100

    M

    Dimana:

    T: Total cairan yang hilang selama pemanasan dan sentrifus

    B: Berat awal sampel

    A: Berat sampel setelah dipanaskan dan sentrifuse

    M: Jumlah air pada sampel

    (Meltem Serdarogolo dan Meltem Sapanci Ozsumer, 2003)

    2. Susut Masak

    Penimbangan sampel 25 gr

    Panaskan pada water bath pada suhu 800C selama 15 menit

    Letakkan sampel diatas tissue pada suhu ruang, kemudian timbang

    berat sampel.

    Susut masak = Berat sampel sebelum dimasakBerat sampel sudah

    dimasakX100%

    Berat sampel sebelum dimasak

    18

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    19/24

    3. Folding Test / Uji lipat

    Uji lipat dilakukan menurut Lanier (1992). Uji spesimen disiapkan

    dengan memotong sosis yang dimasak ke dalam ketebalan 3mm. Spesimen

    tes diadakan antara ibu jari dan jari telunjuk untuk mengamati cara pecah

    dan kemudian dievaluasi menurut skala berikut:

    1. Ditekan jari pecah

    2. Mudah patah bila dilipat 2

    3. Mudah retak bila dilipat 2

    4. Tidak retak bila dipecah 2

    5. Tidak retak setelah dilipat 4 (utuh)

    ( Nurul Huda dkk, 2005)

    5. Warna

    Warna sosis sampel diukur menggunakan Color Reader CR-10. Termasuk

    membaca warna ringan (L), hijau (a) dan warna kuning (b). Peralatan yang

    standar dengan warna putih standar. Mean dari lima pengukuran diambil untuk

    setiap L, a dan b nilai-nilai. (Nurul Huda dkk, 2005)

    6. Tekstur

    Tekstur sosis diukur menggunakan Rheo Tex type SD 700 (Jepang)

    dengan mode distance. Bahan ketebalan disesuaikan, kemudian diukur dengan

    menusukkan jarum sedalam 15 mm, dan beban yang dibutuhkan untuk menusuk

    (g) merupakan nilai tekstur dari sosis tersebut. Pengukuran dilakukan di 10 titik

    pada setiap sampel. (Achmad Subagio dkk, 2003)

    7. PH

    Mengambil 5 gr sampel kemudian dimasukkan dalam labu ukur 100ml dan

    ditambahkan aquadest netral 60 ml. gojok dan panaskan dalam penanggas air

    mendidih selama 5 menit, kemudian gojok dan dinginkan, setelah dingin tambah

    19

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    20/24

    aquadest netral sampai mencapai volume 60 ml. kemudian saring dan diambil

    filtratnya dan tentukan pH-nya dengan pH-Meter (Sudarmadji dkk, 1997).

    3.8.2 Analisa Kimia

    1. Kadar Protein ( Metode Kjeldhal)

    Timbang bahan 0.5 gr dan larutkan 10 ml.

    Tambahkan 10 ml H2SO4 pekat 93-95%

    Tambahkan 1 gram campuran Na2SO4.HgO (20:1) Katalisator

    Masukkan penanggas selama 30 menit dan keluarkan kemudian

    bilas dengan aquades dan didihkan selama 30 menit. dinginkan

    Tambahkan 175 ml NaOH.Na2S2O3

    Tamping dierlemneyer dan tambahkan asam borat jenuh 25 ml.

    Titrasi dengan HCL 0.02 N

    Perhitungan : % N = ( titrasi sampel titrasi blanko ) x 100 X 14.008

    Berat bahan ( gr ) x 1000

    % protein = % N X Faktor Konversi

    (Sudarmadji, Bambang dan Suhardi, 1997)

    2. Kadar Air ( Metode Oven )

    Timbang bahan yang akan di uji sebnayak 1 2 gram dalam cawan

    penggring, yang sebelumnya telah diketahui beratnya ( bobot ).

    Cawan sebelum di gunakan terlebih dahulu dikeringkan dalam

    oven bersuhu 105C.

    Keringkan contoh dalam oven bersuhu 100 - 105C, selama 3 5

    jam tergantung bahannya

    Dinginkan dalam eksikator dan setelah dingin lakukan

    penimbangan

    20

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    21/24

    Bahan beserta wadah dipanaskan kembali dalam oven selama 30

    menit. Dinginkan dalam eksikator dan timbang. Pekerjaan ini

    diulangi sampai mencapai bobot tetap ( selisih penimbangan harus

    kurang dari 2 mg )

    Perhitung kadar air ( % ) = b-k x 100 %

    b

    dimana : b = berat contoh bahan basah (awal)

    k = berat contoh bahan kering (akhir)

    b-k = kehilangan bobot (berat air yang menguap)

    (Sudarmadji, Bambang dan Suhardi, 1997)

    3. Kadar lemak ( Metode Soxhlet)

    Hancurkan bahan sampai bahan halus (untuk bahan berupa padat)

    Lakukan pengeringan pendahuluan untuk bahan padatan yang

    lembab yaitu timbang 10 gram bahan yang telah dihaluskan,

    letakkan pada himble lalu masukkan dalam oven yang bersuhu

    80oC selama 30 menit

    Labu dari alat ekstraksi dikeringkan dalam oven 100oC dinginkan

    1 jam dalam eksikator.

    Tempatkan bungkusan yang telah berisi contoh ke dalam alat

    ekstraksi.

    Tuangkan pelarut petroleum eter kedalam labu lemak secukupnya

    Lakukan reflux selama 3 -5 jam (sampai ekstraksi sekurang-

    kurangnya 3 tetes setiap detik)

    Destilasi pelarut dalam labu lemak dan tampung pelarutnya

    Panaskan labu lemak yang berisi hasil ekstraksi dalam oven pada

    suhu 105oC sampai berat konstan

    Dinginkan dalam eksikator dan timbang

    Perhitungan: % lemak = Berat lemak X 100

    21

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    22/24

    Berat sampel

    Dimana berat lemak = berat dalam gram dari penimbangan terakhir setelah

    ekstraksi

    (Sudarmadji, Bambang dan Suhardi, 1997)

    4. Kadar Karbohidrat (Metode Luff Schorll)

    Timbang 2.5 5 gram contoh, masukkan Erlenmeyer

    Tambahkan 200 ml larutan HCL 3 %, panaskan dengan pendingin

    balik sambil sekali kali dikocok

    Dinginkan dan netralkan dengan NaOH 10 %

    Pindahkan larutan kedalam labu ukur 500 ml dan ditambahkan air

    suling sampai tanda tera dan saring

    Pipet 10 ml larutan kedalam erlemnyer 250 ml, tambahkan 25 ml

    larutan luff school yang telah disaring dan beri batu didih lalu

    tambah lagi 15 ml air suling

    Buat blanko

    Contoh dalam erlamenyerdan blanko dipanaskan pada pendingin

    balik 9 atur pemanas sehingga isi erlemenyer mendidih dalam

    waktu kurang lebih 3 menit ) dan dipertahankan selama 10 menit

    Dinginkan dengan air mengalir, jangan di goyang goyang,

    kemudian tambahkan 15 ml larutan KJ 20 % dan 25 ml H2SO4 25

    % secara perlahan lahan

    Setelah reaksi yang terjadi selesai, titrasi dengan larutan thiosulfat (

    Na2S2O3)0.1 N sebagai indicator gunakan larutan kanji yang

    ditambahkan pada akhir titrasi.

    Kadar pati ( % ) = At x Fp x 0.90 x 100

    g

    At = Angka Tabel Luff school

    Fp = Faktor pengenceran

    g = bobot contoh ( mg )

    22

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    23/24

    (Sudarmadji, Bambang dan Suhardi, 1997)

    3.8.3 Uji organoleptik

    1. Skala Mutu Hedonik

    Tabel 2. Skala mutu hedonik organoleptik sosis edamame

    NO ATRIBUT

    MUTU

    TOLAK UKUR KRITERIA

    1. Aroma/ bau Segar khas edamame

    (Khas sosis

    edamame)

    1. sangat amis

    2. amis, edamame

    3. agak amis,

    edamame

    4. tidak amis edamame

    5. segar khas edamame

    2. Tekstur Kenyal agak keras 1. tidak kenyal lunak

    2. agak kenyal lunak

    3. kenyal lunak

    4. agak kenyal keras

    5. kenyal agak keras

    3. Kenampakan Sangat halus 1. sangat tidak halus

    2. tidak halus

    3. agak halus

    4. halus

    5. sangat halus

    4. Rasa Sangat gurih 1. sangat tidak gurih

    2. tidak gurih

    3. agak gurih

    4. gurih

    5. sangat gurih

    23

  • 8/7/2019 Laporan TA SOSIS EDAMAME

    24/24

    2. Skala Hedonik Sosis Edamame

    Table 3. Skala Mutu Hedonik Kesukaan Sosis Edamame

    NO ATRIBUT MUTU KRITERIA

    1. Aroma/ bau 1. Sangat tidak suka

    2. Tidak suka

    3. Agak suka

    4. Suka

    5. Sangat suka

    2. Tekstur 1. Sanga tidak suka

    2. Tidak suka

    3. Agak suka

    4. Suka

    5. Sangat suka

    3. Kenampakan 1. Sangat tidak

    2. Tidak suka

    3. Agak suka

    4. suka

    5. Sangat suka

    4. Rasa 1. Sangat tidak suka

    2. Tidak suka

    3. Agak suka

    4. Suka

    5. Sangat suka