SKENARIORestorasi Rigid Inlay/OnlaySeorang pasien laki-laki usia
30 tahun datang ke klinik RSGM UNEJ ingin merawatkan kembali gigi
belakang kanan bawah yang pernah ditambal komposit klas II MO 3
tahun yang lalu. Pasien mengeluh ada gigi yang gupil sehingga tidak
nyaman untuk dipakai makan. Bila berkuur-kumur terasa linu tetapi
tidak pernah merasa sakit spontan (hilang timbul). Pada pemeriksaan
tampak gigi 46 terdapat karies sekunder antar tepi timpatan dengan
tepi gigi pada sisi proksimal bagian bukal dan bagian lingual.
Dokter gigi melakukan pembongkaran bahan tumpatannya sehingga
tampak karies sekunder pada sisi proksimal yang menghadap ke bukal
dan lingual serta melibatkan sebagian cusp bukal dan cusp
lingualnya. Gigi masih vital, pada pemeriksaan perkusi dan tekanan
tidak memberikan reaksi rasa sakit. Dokter gigi menyarankan kepada
pasien untuk dibuatkan restorasi rigid sehingga dapat merasakan
rasa nyaman untuk dipakai mengunyah makanan.STEP 11. Restorasi
Rigid : restorasi yang keras / kaku yang dibuat di dental lab
dengan menggunakan cetakan gigi yang telah dipreparasi sebelumnya,
lalu disemenkan pada gigi; restorasi rigid membutuhkan kunjungan
berulang sehingga biayanya lebih mahal.1. Inlay : restorasi yang
terletak diantara cusp / sebagian cusp untuk memperbaiki kerusakan
ringan sampai sedang. Inlay mencakup karies MO, DO, MOD. Bahan yang
sering digunakan antara lain adalah komposit, porselen, dan alloy
emas.1. Onlay : restorasi rigid yang rekonstruksinya lebih luas
dari inlay dan melibatkan 1 cusp atau lebih. 1. Karies Sekunder :
karies yang terjadi pada tepi restorasi yang dapat terjadi karena
kebocoran tepi yang menyebabkan terbentuknya celah sehingga bakteri
dapat masuk ke daerah tersebut, selain itu dapat juga terjadi
karena preparasi kavitas yang kurang baik sehingga memunculkan
akumulasi debris.1. Kelas II MO : kavitas yang telah mengenai
bagian proksimal yaitu bagian mesio oklusal dari gigi.
STEP 21. Apa yang menyebabkan terjadinya karies sekunder?1. Apa
saja macam macam dari restorasi rigid?1. Bahan apa yang digunakan
pada restorasi rigid beserta pertimbangannya?1. Apa restorasi rigid
yang sesuai untuk kasus pada skenario beserta pertimbangannya?1.
Hal hal apa yang perlu dipertimbangkan sebelum preparasi kavitas?1.
Bagaimana preparasi kelas II MO untuk restorasi rigid?
STEP 31. Penyebab terjadinya karies sekunder antara lain:
Pecahnya tumpatan akibat restrasi yang kurang benari Gigi mendapat
tekanan berlebih Bad habit : bruxism / kebiasaan mengunyah 1 sisi
Perukaan tumpatan yang kasar sehingga debris mudah menempel
Perbedaan koefisiensi muai sehingga menyebabkan shrinkage Adanya
mikroleakage atau kebocoran tepi Kavitas yang terlalu dalam, dimana
restorasi plastis komposit tidak dapat bertahan lama Restorasi yang
overhanging yang dapat menyebabkan food impaction Preparasi kavitas
yang kurang benar Restorasi plastis yang sudah lama dan harus
diganti dalam selang waktu tertentu
1. Macam macam restorasi rigid:1. Inlay: restorasi yang
melibatkan setengah cusp, dimana sisa jaringan gigi masih ada.
Inlay dapat juga digunakan untuk menggantikan restorasi yang
lama.1. Onlay: restorasi yang melibatkan 1 cusp atau lebih dan
masih terdapatnya sisa jaringan gigi.1. Veneer: restorasi untuk
melapisi permukaan gigi akibat perubahan warna pada gigi.1. Crown:
restorasi yang digunakan untuk menyelubungi mahkota apabila sudah
tidak dapat dilakukan inlay / onlay. Biasanya pada gigi yang
mengalami karies yang sangat luas, dan dapat dipakai pada gigi yang
sangat pendek.1. Mahkota pasak : restorasi yang dilakukan pada gigi
perawatan post endodontic / perawatan saluran akar. Dimana retensi
berupa pasak pada saluran akarnya. 1. Bahan yang digunakan pada
restorasi rigid beserta pertimbangannya Emas : berupa 60% alloy dan
20% emas murni. Emas memiliki kekuatan tensi yang tinggi, namun
estetiknya kurang. Porselene : estetiknya sangat baik karena
warnanya serupa dengan warna gigi dan tidak akan mengalami
perubahan warna dalam jangka waktu yang lama, memiliki toleransi
degan jaringan sekitar yang baik, tahan abrasi. Porcelain
tradisional hanya dapat digunakan untuk gigi anterior karena
kekuatannya yang kurang baik, namun porcelain yang terbaru memiliki
kekuatan yang cukup baik sehingga dapat digunakan pada gigi
posterior. Komposit : lebih murah dan mudah daripada inlay, mudah
dalam proses pembuatannya daripada porselen. Ada tahap penyinaran
dan pemanasan diluar mulut sehingga dapat memperbaiki sifat
fisiknya dan menyempurnakan polimerisasinya dan menghasilkan
restorasi yang lebih kuat. Komposit hanya digunakan untuk restorasi
rigid inlay. Porcelain fused to metal: warna bisa berubah dalam
jangka waktu tertentu. Kekuatan lebih baik daripada porselen tetapi
masih dibawah kekuatan logam. Estetik lebih baik daripada logam
tetapi masih dibawah estetik all porcelain. 1. Restorasi rigid yang
sesuai untuk kasus pada skenario beserta pertimbangannyaAlasan
dilakukannya restorasi rigid adalah karena sisa jaringan pada gigi
sudah sedikit, yaitu sudah mengenai sebagian cusp dan meluas ke
daerah proksimal bukal dan lingual, sehingga apabila dilakukan
restorasi plastis ditakutkan restorasi tersebut akan pecah dan
tidak kuat menerima tekanan. Selain itu restorasi rigid yang
diberikan pada gigi 46 yang memiliki tekanan kunyah yang besar
dapat berfungsi sebagai penyalur tekanan. Sehingga tekanan dapat
terdistribusi dengan baik. Jenis restorasi rigid yang digunakan
adalah inlay karena karies telah melibatkan setengah cusp bukal dan
setengah cusp lingual. Bahan yang dapat digunakan untuk restorasi
rigid inlay adalah logam, porcelain, dan komposit. Apabila pasien
tidak memiliki kebiasaan buruk seperti bruxism / clenching, dapat
diberikan bahan komposit atau porcelain, namun apabila pasien
memiliki kebiasaan buruk dapat diberikan bahan logam karena logam
sifatnya lebih kuat dalam menahan tekanan yang kuat. Karena
sebelumnya pasien telah ditumpat kelas II MO dengan restorasi
komposit, artinya pasien lebih memilih restorasi yang lebih
mementingkan estetik, sehingga pilihan bahan yang digunakan adalah
komposit atau porcelain. Jika kondisi social ekonomi pasien
memungkinkan, dapat diberikan porcelain karena selain memiliki
estetik yang baik, porcelain juga kuat dalam menahan tekanan
apabila digunakan pada gigi posterior. Sehingga restorasi yang
diberikan kepada pasien adalah restorasi rigid inlay dengan bahan
porcelain. 1. Hal hal yang perlu dipertimbangkan sebelum preparasi
kavitas OH pasien harus baik, apabila ada kalkulus sebaiknya
dilakukan scalling terlebih dahulu Dapat dilakukan RO untuk
memeriksa penyakit yang ada Pulpa sudah sehat Membuat model studi1.
Bagaimana preparasi kelas II MO untuk restorasi rigid? Membuat
outline sesuai dengan prinsip resistensi, retensi, extension for
prevention, dan convenience Melakukan pembongkaran tumpatan
sebelumnya Preparasi diding oklusal dengan keadalaman menyesuaikan
dari bahan yang akan digunakan. Dengan dinding dibuat bentukan
divergen ke oklusal untuk memudahkan penempatan restorasi ke dalam
kavitas, menghilangkan undercut. Memberi bevel apda axiopulpo line
angle. Sudut internal dibuat tajam untuk memenuhi prinsip retensi.
Diberi bevel pada cavosurface line angle agar retensinya baik,
dinding dan dasar kavitas juga harus halus.
STEP 4MAPPING
STEP 5LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan macam
macam restorasi rigid Inlay dan Onlay:a. Indikasi dan
Kontraindikasib. Prosedur2. Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan macam bahan restorasi rigid, mencakup:a. Sifat Bahanb.
Indikasi dan Kontraindikasic. Kelebihan dan kekurangand.
Prosedur
STEP 7
1. Macam macam restorasi rigid Inlay dan Onlay:a. Indikasi dan
KontraindikasiONLAYIndikasi1. Untuk menggantikan tambalan lama,
terutama bila jaringan gigi yang tersisa sedikit (pada gigi
belakang).1. Kerusakan gigi posterior yang menerima tekanan yang
besar1. Kemungkinan bisa terjadi fraktur cusp1. Pengganti restorasi
amalgam yang rusak1. Lebar karies atau kavitas > 1/3 - 1/2 jarak
antar cusp 1. Bila diperlukan perlindungan cusp. Dimana cusp yang
ada sudah tidak kuat / memeiliki resiko fraktur karena kurangnya
jaringan pendukung1. Abrasi gigi posterior yang luas1. Pasca
endodontik1. Mahkota klinis masih tinggi sebagai retensi dari
onlayKontra indikasi1. Dinding bukal dan lingual rusak2. Mahkota
klinis yang pendek3. Oral Hygiene buruk4. Frekuensi karies
tinggi
INLAYIndikasi1. Lebar karies atau kavitas < 1/3 - 1/2 jarak
antar cusp1. Resistensi cusp yang ada masih kuat1. Kavitas kecil
yang melebar ke proksimal1. Untuk mengembalukan estetik gigi
posterior1. Memerlukan kontak yang lebih baik dengan gigi
tetanggaKontra Indikasi1. Preparasi subgingiva yang dalam. Bukan
merupakan kontraindikasi yang mutlak, namun sebaiknya preparasi
dengan subgingiva yang dalam dapat dihindari. Hal ini dikarenakan
preparasi yang dalam pada subgingiva sulit untuk dilakukan
pencetakan dan pemolesan.
b. Prosedur1. Kunjungan pertama1. Teknik preparasi1. Akses ke
kavitas1. Penghilangan karies dengan sempurna1. Preparasi kavitas
Tidak ada undercut Line angle dibuat tajam Dinding kavitas harus
halus Bevel yang (pada restorasi rigid tertentu) Memperhatikan
prinsip preparasi yaitu retensi dan resistensi1. Pola
malamTergantung dari bahan restorasi rigid, bisa dilakukan secara
direk maupun indirek.1. Tumpatan sementaraSementara Inlay tuangnya
dibuat, dibutuhkan restorasi sementara yang kuat untuk: Melindungi
pulpa Mencegah pertumbuhan kedalam dari jaringan gingiva Mencegah
perubahan kontak oklusal dan aproksimal Merestorasi penampilan dan
kenyamanan1. Prosedur laboratorisProsedur pembuatan Inlay/Onlay
yang dilakukan di dental Laboratories.
1. Kunjungan keduaSebelum pasien datang, sebaiknya operator
memeriksa terlebih dahulu ketepatan hasil pengecoran pada die dan
permukaan cekatnya untuk memastikan apakah ada kelebihan kecil yang
bisa membuat restorasi sulit dipasang.a. Melepas inlay sementarab.
Mencoba restorasi tuangPada tahap ini, pas tidaknya restorasi harus
dinilai; kalau banyak kekurangan maka inlay atau onlay perlu
diulang. Sedangkan hasil tuangan yang berlebih dapat dipotong dan
disesuaikan. Pemeriksaan oklusi harus mencakup keprematuran dalam
oklusi antar cusp. Setiap keprematuran harus dibuang karena
walaupun pada tahap laboratorium telah dilakukan dengan benar
tetapi biasanya masih ada penyesuaian klinik yang minimal.Jika
restorasi tidak mau duduk dengan baik, carilah penyebab kesalahan
dengan urutan sebagai berikut: Kotoran atau semen sementara masih
ada dalam preparasi Pertumbuhan berlebih dari gingiva kedalam
preparasi Kontur proksimal terlalu besar Jika restorasi tidak bisa
juga dipasang mungkin penyebabnya adalah perubahan bentuk pola
malam atau cetakannya.c. Sementasi restorasiPermukaan dalam inlay
atau onlay dibersihkan dari bubuk poles atau debris lainnya,
kemudian dikeringkan. Inlay bisa disemenkan dengan semen ionomer
kaca atau seng fosfat. Untuk ini kuadran rahang harus direstorasi
dan dikeringkan. Serta semen diaduk menurut petunjuk pabrik.Semen
seng fosfat diaduk perlahan sampai seperti krim. Semen ionomer kaca
diaduk dengan cepat sampai konsistensinya agak kental. Kavitas
diisi dengan semen, menggunakan instrumen plastik datar, dan inlay
diletakkan dengan cepat dan ditekan. Pasien diminta untuk menggigit
gulungan kapas agar diperoleh tekanan yang mantap sementara semen
mengeras. Kelebihan semen baru boleh dibersihkan setelah semen
mengeras dan dilakukan hati-hati agar jangan ada semen yang
terjungkit dari tepi gingiva. Bahan luting atau semen biasanya
terdiri dari powder dan liquid dimana harus dicampur secara manual
atau telah tercampur secara mekanik di dalam kapsul. Tetapi,
sekarang ini kebanyakan bahan luting terdiri dari dua
pasta.Pengerasan bahan luting dapat melalui reaksi kimia antar
bahan pengisi ataupun melalui polimerisasi senyawa monomer.Pada
awal abad ke-20, macam-macam bahan luting terdiri dari zinc
oxide-phosphoric acid, zinc oxide eugenol, silicate
glass-phosphoric acid, zinc phosphate, zinc eugenate, dan silicate
cement. Dimana pada abad ini, terdapat perbaikan bahan luting dalam
melindungi pulpa dari toksisitas bahan ataupun kebocoran tepi,
dengan dikembangkannya bahan luting dengan dasar asam poliakrilat,
seperti zinc poliaksilat, glass ionomer cementresindan hybrid
ionomer.Syarat bahan luting untuk restorasi rigid, yaitu : Cukup
tahan terhadap cairan di dalam rongga mulut Memiliki ikatan yang
cukup kuat melalui ikatan mechanic interlocking atau adhesion
Memiliki kekuatan kompresi dan tensi yang kuat Tahan terhadap
fraktur dan tekanan yang mengenai gigi Memiliki sifat manipulasi
yang baik Biokompatibel
d. Finishing dan PolishingPermukaan oklusal kemudian dipoles
dengan pasta pumis yang diletakkan pada brush, kemudian dengan
menggunakan whiting pada bur karet supaya kilatnya sempurna.
Tepi-tepi restorasi dipernish kembali.
2. Macam bahan restorasi rigid, mencakup:a. Sifat BahanPada
umumnya da beberapa bahan yang di gunakan untuk restorasi inlay.
Beberapa di antaranya yaitu logam dan non logam seperti resin
komposit dan juga porcelain, serta terdapat pula kombinasi dari
logam dan non logam yang disebut porselen fused to metal.1.
LOGAMLogam sendiri di klasifikasikan menurut Craig, 5th ed menjadi
3 golongan, yaitu : Noble dental alloy Base metal alloy Ceramic
metal restorationPada umumnya logam campur yang digunakan pada
kedokteran gigi memiliki kekuatan , dan juga kekerasan yang sesuai
dengan pengunaannya. 1. Noble dental alloyTerdapat beberapa jenis :
Gold (Au),Platinum (Pt), Palladium (Pd), Irridium (Ir), Ruthenium
(Ru), Rhodium (Rh), Osmium (Os)Secara umum noble dental alloy ini
memiliki permukaan yang baik, dan tahan terhadap udara kering.
Noble dental alloy mudah bereaksi dengan sulfur untuk mbentuk
sulfide , namun tetap tahan terhadap oksidasi tarnish, korosi
selama pemanasan, casting dan juga dalam rongga mulut Gold
(Au)Memiliki sifat halus, mudah di tempa di banding dengan jenis
yang lain, memiliki warna kuning berkilau, memiliki kekuatan yang
paling rendah di antara jenis yang lain, tidak terpengaruh oleh
perubahan suhu udara dan air yang ekstrim. Semakin tinggi kandungan
Au dalam alloy maka kekerasan logam tersebut semakin rendah.
Platinum (Pt)Metalnya berwarna putih kebiruan,keras, ductile, dan
malleable,serta tahan terhadap kondisi dan temperature dalam rongga
mulut. Palladium (Pd)Hanya digunakan untuk campuran dengan bahan
yang lain. Tidak digunakan sebagai unsur utama tunggal. Iridium
(Ir), Ruthenium (Ru), Rhodium (Rh)Ir dan Ru hanya di pakai dalam
jumlah yang sedikit, ukuran grainnya kecil sehinga bisa
meningkatkan sifat mekanik dari alloy. Osmium (Os)Biaya dan titik
leburnya tinggi sehingga tidak di gunakan dalam casting alloy.
1. Based metal alloyBerikut adalah beberapa jenis metal yang
digunakan dalam kombinasi pada logam mulia yaitu : silver (Ag),
Copper (Co), Zink (Zn), Indium (In), Tin (Sn), Gallium (Ga), Nickel
(Ni) Silver (Ag) Menangkap banyak oksigen sehingga menyulitkan
casting yang disebabkan karena adanya gas pada solidification
sehingga akan terbentuk permukaan casting yang kasar. Silver atau
perak murni tidak di gunakan pada restorasi. Namun jika perak di
tambah dengan palladium akan dapat mencegah adanya korosi di dalam
rongga mulut. Silver + Palladium + Emas, perak akan menguatkan
warna putih dari alloy dan menetralisir warna kemerahannya. Perak
membentuk solid solution dengan palladium dan emas. Sehingga
terbentuk solid dan palladium based alloy. Copper (Co)Memiliki
sifat lunak,metal ductile dengan konduktivitas termal dan listrik
yang tinggi, memiliki karakteristik warna merah. Pada palladium
based alloy, copper menurunkan titik lebur dan menguatkan alloy.
Zinc (Zn)Dalam bentuk murni zinc halus, britle, dan low strength.
Namun bila terlalu banyak di gunakan zinc akan meningkatkan sifat
brittlenessnya (pecah) Indium (In)Memiliki sifat yang halus,
berwarna metal putih keabuan, titik leburnya rendah yaitu 156,6
derajat celcius, dapat digunakan pada gold based alloy sebagai
pengganti zinc Tin (Sn)Berkilau, halus dan memiliki warna metal
putih, jika Tin dikombinasikan dengan platinum dan palladium akan
keras tapi memiliki sifat brittleness yang tinggi. Gallium
(Ga)Memiliki warna keabu abuan, stabil pada udara kering, namun
tarnish terhadap udara lembab. Nickel (Ni)Dapat memutihkan alloy
serta meningkatkan kekuatan dan kekerasan alloy.Menurut American
Dental Association (ADA) Specification No. 5 logam emas
diklasifikasikan berdasarkan kekuatan dan kandungan emasnya ke
dalam 4 tipe, yaitu: Tipe I : Jarang dipakai Tipe 2 : Untuk
restorasi intrakorona dan ekstrakorona tunggal Tipe 3 : Untuk onlay
dan mahkota sebagian Tipe 4 : Untuk inti mahkota pasak dan
jembatan
Klasifikasi Dental Gold Alloy diatas pada umunnya kekerasannya
akan bertambah tinggi dari type 1 hingga type 1V. Brinell Hardness
Number (BHN) dari alloy-alloy ini berhubungan langsung dengan
tensile strength. Pada umumnya gold alloy dengan BHN kurang dari 40
tidak boleh dipergunakan didalam mulut. Alloy tersebut sangat
lunak, dan akan rusak oleh tekanan pengunyahan.1.
KOMPOSITKebanyakan restorasi pada premolar atau molar pertama,
terutama ketika mempertimbangkan segi estetik Menghasilkan derajat
polimerisasi yang lebih tinggi Tidak abrasif untuk struktur gigi
yang berlawanan 1. mudah, preparasi gigi tidak terlalu
kompleks/rumit1. Adanya efek pengerutan polimerisasi (shrinkage
polymerisation) 1. Elastisitas rendah
1. PORCELAIN- Mempunyai kekuatan tekan dan mampu menahan beban
oklusal yang besar.Sifat porcelain ini sangat bergantung pada
melting point nya, semakin tinggi melting pointnya maka semakin
baik kekuatannya
4. PORCELEN FUSE TO METALKarena titik lebur logam yang lebih
rendah dari pada porselen, sehingga dalam porselen fuse to metal,
dipilih bahan porselen yang memiliki titik lebur rendah sedangkan
logam yang digunakan memiliki titik lebur tinggi. Porselen tipe low
melting point dapat digunakan bersama titanium alloy karena
memiliki koefisien ekspansi termal hampir sama dengan logam.
b. Indikasi dan Kontraindikasi1. PORSELENIndikasi: Pada kasus
dimana faktor estetik sangat penting diperhatikan. Pada daerah yang
mengalami erosi disebabkan oleh cara menyikat gigi yang salah. Pada
kavitas yang besar di permukaan proksimal gigi depan. Sebagai bahan
pengganti restorasi komposit pada gigi posterior.Kontra Indikasi:
Pada kavitas kelas I, II, dan IV. OH buruk Insidensi karies tinggi
Pasien dengan kebiasaan bruxism
2. LOGAMIndikasi : Pilihan pasien. Pasien bersangkutan mungkin
lebih memilih alloy emas bila indikasinya memungkinkan. Pengganti
amalgam. Bila restorasi amalgam yang besar rusak, alloy emas
merupakan pengganti yang lebih baik. Lesi karies yang besar.
Apabila tumpatan amalgam tidak mendapat dukungan yang baik, maka
diindikasikan alloy emas. gi-gigi yang aus. Email yang aus,
sehingga dentin terbuka, maka gigi-gigi ini diindikasikan dengan
alloy emas. Gigi post perawatan saluran akar.Kontraindikasi: Pasien
dengan alergi logam.
3. KOMPOSITIndikasi: Restorasi yang berukuran kecil dan sedang,
terutama dengan margin email Kebanyakan restorasi pada premolar
atau molar pertama, terutama ketika mempertimbangkan segi estetik
Restorasi yang dapat diisolasi selama prosedur dilakukan Sebagian
besar restorasi yang digunakan untuk memperkuat sisa struktur gigi
yang melemah Beberapa restorasi yang dapat berfungsi sebagai
landasan untuk mahkota
Kontraindikasi: Pasien dengan bad habbit seperti bruxism.
Terdapat restorasi porselen pada gigi antagonisnya. Hal ini
disebabkan karena meskipun porselen memiliki sifat rapuh, namun ia
memiliki kekerasan permukaan yang tinggi sehingga dapat mengikis
komposit yang berada pada gigi antagonisnya saat pasien melakukan
oklusi.
c. Kelebihan dan kekurangan1. Alloy EmasKelebihan :a. Kekuaatan
baik walau dalam bentuk tipis.b. Ketahanan terhadap kerusakan tepi
dan korosi.c. Pembuatan restorasi dilakukan di dal yang mana
memiliki akses yang baik, sehingga kerusakan gigi parah dengan
mngembalikan kontur alamiah dan kontak oklusal dan aprosimal yang
tepat menjadi mudahd. PenampilanPernah suatu saat, ketika pilihan
restorasi adalah amalgam, emas atau silikat. Emas sering menjadi
bahan yang paling disukai untuk alasan estetika karena lebih
menarik daripada amalgam dan tidak rusak seperti silikat. Selain
itu, dilingkungan masyarakat tertentu, emas di anggap sebagai
symbol status jika diletakkan di depan atau di pinggir mulut.
Dengan di perkenalkannya bahan restorasi sewarna dengan gigi yang
lebih andal, mode tersebut lambat laun menghilang dan kini relative
sedikit pasien yang meminta tambalan emas.Kekurangana. Memakan
waktu lama.b. Kesempatan melakukan kesalahan lebih banyak daripada
membuat restorasi sederhana dengan bahan restorasi plastis.
2. PorselainKelebihan:a. Tidak korosi atau larut.b. Kekuatan
kompresif baik.c. Mempunyai permukaan yang halus sehingga akumulasi
plak dapat dihindari.Kekurangan:a. Porselen memiliki sifat regas
dan gampang retak, terutama jika ada cacat pada restorassinya.b.
Porselen tidak aus secepat email, dan ini menjadi masalah bila
keausan sisa gigi asli tetap berlanjut seperti pada pasien yang
giginya erosi atau memiliki kebiasaann bruxism.c. BiayaBiaya
merupakan kelemahan terbesar dari restorasi porselen. Penyebab
tingginya biaya adalah jumlah waktu yang harus dialokasikan. Selalu
ada tahap laboratorium sehingga minimal harus ada dua perjanjian
klinis dengan pasien. Pertama untuk preparasi gigi dan pencetakan,
dan kedua untuk pengepasan restorasi setelah dibuat di
laboratorium. Waktu ekstra yang harus di keluarkan oleh dokter gigi
dan tekniker gigi tak terhindarkan lagi menyebabkan biaya yang
beberapa kali lebih mahal dari pada restorasi plastisnya yang
setara.3. KompositKelebihan:a. Estetiknya bagusb. Preparasi minimal
c. Mudah di lakukan pemolesand. Tidak mengalami perubahan warna
(diskolorisasi)Kekurangan:a. Shrinkage Meskipun komposit mengalami
shrinkage, adanya polimerisasi yang dilakukan dua kali dapat
menyebabkan shrinkage komposit ini menjadi berkurang. Polimerisasi
komposit dilakukan dengan light cure dan pemanasan. Karena
polimerisasi dilakukan sebanyak dua kali, artinya monomer yang
masih tersisa (tidak terpolimerisasi) pada polimerisasi pertama,
dapat di lakukan polimerisasi kembali. Sehingga shrinkage-nya
berkurang.
d. ProsedurInlay/Onlay Logam1. Inlay/Onlay Logam Direk Kunjungan
pertama1. Tahap preparasi Karakteristik utama preparasi pada
inlay/onlay logam adalah tidak boleh ada undercut. Secara teoritis
sudut antara dinding kavitas antara 7o-10o. Dinding kavitas
dihaluskan dengan finishing bur fissure tapered dengan kecepatan
rendah ataupun tinggi dan membentuk sudut internal yang tajam. Tepi
kavitas dibevel untuk mendapatkan adaptasi tepi yang baik.1.
Membuat pola malam direkPada sebagian besar kasus dipakai malam
inlay. Pertama, permukaan preparasi dilumas dulu dengan lapisan
tipis parafin cair atau larutan sabun. Kemudian sebatang malam
inlay dilunakkan dan dibentuk mengerucut dengan cara memanaskan
ujung malam diatas api spirtus. Kerucut malam yang lunak tersebut
ditekan ke kavitas sampai malam mendingin. Jika sudah menngeras,
malam dikeluarkan dengan instrumen panas atau tajam sambil
hati-hati dalam membentuk bevel sudut tepi kavitas dan kontur gigi.
Lalu, permukaan malam dihaluskan dengan cotton pellet yang sudah
dibasahi terlebih dahulu.1. Memberi sprue pada pola malamSprue
terbuat dari kawat bulat lurus dengan diameter 1 mm dan panjang 15
mm. Sprue dipanaskan dan ditambah selapis malam inlay
disekelilingnya dan kemudian ditusukkan pada tengah pola malam dan
dibiarkan sampai dingin. Fungsi sprue ini adalah sebagai pegangan
untuk menarik pola malam dari kavitas dan untuk membuat saluran
tempat mengalir logam setelah pola malam ditanam.1. Tambalan
sementaraTambalan/Inlay sementara diperlukan untuk melindungi
dentin yang terbuka sampai inlay selesai dicor. Dimana tambalan
ini, dapat berupa semen zinc oxide eugenol atau akrilik.1. Tahap
LaboratoriumSprue dan pola malam diletakkan pada crucible former
dan dituutp dengan bumbung tuang, kemudian dituang bahan investment
dan dibiarkan mengeras. Jika telah mengeras, crucible former dan
sprue diangkan dengan pinset. Lalu bumbung tuang dipanaskan dalam
tungku sampai malam meleleh dan menguap, kemudian logam cair
dicorkan dan dibiarkan mengeras. Ketika masih panas, bumbung tuang
dicelupkan ke dalam air agar bahan investment mudah pecah dan mudah
dibuka. Selanjutnya sprue dipotong dan disisakan sedikit sebagai
pegangan untuk mencoba inlay/onlay pada pasien. Kunjungan
keduaInlay sementara dibuka, kavitas dibersihkan, dan diperiksa
dari sisa tambalan sementara. Sebelum dicobakan, permukaan
inlay/onlay harus diperiksa lalu dapat dicobakan kedalam kavitas.
Jika restorasi pas, maka tepi inlay/onlay diburnish dengan
burnisher dari restorasi ke gigi. Selanjutnya tepi restorasi
dipoles, restorasi diangkat dan sprue dipotong dengan disk
karborundum. Lalu restorasi diulaskan semen dengan SIK atau semen
Zn(PO4) pada permukaan dalam restorasi. Restorasi dimasukkan ke
dalam kavitas dan ditekan sampai posisinya baik dengan menggunakan
burnisher. Jika semen telah mengeras, kelebihan semen dihilangkan
dengan ekskavator atau sonde, baru terakhir restorasi dipoles lagi
dan tepi restorasi divernish ulang. 1. Inlay/Onlay Logam
IndirekTeknik preparasi inlay/onlay logam indirek sama dengan
inlay/onlay logam direk, yang membedakan adalah proses pencetakkan.
Pencetakkan pada inlay/onlay logam indirek menggunakan bahan cetak
elastomer dan cetakan rahang antagonisnya menggunakan alginat.
Bahan cetak elastomer konvensional ini bersifat hidrofobik,
sehingga permukaan gigi yang dipreparasi harus kering dan gigi
diisolasi dengan kapas atau bisa menggunakan saliva ejector.
Inlay/Onlay KompositProsedur inlay komposit mirip dengan alloy
emas. Hanya saja, tidak dilakukan pembuatan bevel dan tidak perlu
preparasi line angle. Kekuatan lapisan inlay komposit yaitu 1,5 mm.
Kunjungan Pertama1. Anestesi1. Pasang rubber dam1. Hilangkan
restorasi lama1. Bersihkan karies 1. Dilakukan preparasi dengan
bentuk divergen 6 kearah oklusal1. Pembuatan cetakan dengan
polyeter1. Membuat restorasi sementara dengan resin Kunjungan
Kedua1. Anestesi local1. Membuka restorasi sementara1. Membersihkan
kavitas1. Inlay dicobakan dengan mengecek warna dan titik kontak1.
Tempatkan rubber dam1. Etsa dilakukan pada inlay dan kavitas dengan
asam fosfat 10% selama 20-30 detik atau asam fosfat 30-40% selama
15 detik1. Kavitas dicuci kemudian dikeringkan1. Aplikasikan bahan
bonding pada kavitas dan tempatkan inlay pada semen bonding1.
Polimerisasi inlay secara sempurna dengan light cure selama 3
menit1. Hilaangkan kelebihan inlay1. Lepas rubber dam1. Dilakukan
penyelesaian oklusal dan cek oklusi1. Lakukan kontrol
Inlay/Onlay Porselen Kunjungan Pertama1. Tumpatan amalgam
dibongkar1. Kavitas dibersihkan1. Preparasi kavitas Akses Ke
KariesTahap pertama preparsi adalah memperoleh akses ke dentin
karies dengan menggunkan bur fisur tungsten carbide pendek-kuncup
dengan kecepatan tinggi. Penggunaan bur kuncup dan bukan bur fisur
sejajar adalah untuk mencegah terbentuknya undercut. Menentukan
Luas KariesJika akses telah diperoleh, kavitas bisa dilebarkan
kearah bukopalatal sampai dicapai pertautan email-dentin yang
sehat. Hal ini menentukan lebar boks arah bukopalatal. Desain
Preparasi KavitasDesain preparasi kavitas harus memastikan retensi
seperti dinding vertikal kavitas utama yang hampir sejajar dan
sedut divergensi dinding bukal dan lingual pada bagian proksimal
masing-masing adalah 50-100. Jika sudut kurang 50, struktur gigi
yang masih ada berada pada keadaan yang terlalu banyak tekanan
selama prosedur sementasi dan jika sudut lebih dari 100, retensinya
bermasalah. KeywayKeyway dibuat dengan kemiringan minimal sekitar
100 memakai bus fisur kuncup dan dijaga agar sumbu bur sejajar
dengan sumbu gigi. Lebar keyway diantara tonjol merupakan daerah
yang paling sempit dan melebar kearah yang berlawanan dengan letak
karies aproksimalnya dan dengan mengikuti kontur fisurnya. Setelah
membuat keyway, kavitas dikeringkan untuk memeriksa ada tidaknya
sisa karies dibagian ini dan bahwa kavitasnya sedikit membuka
dengan sumbu yang benar. Jika kemiringan dinding tidak tepat, maka
ketidaktepatan itu harus diperbaiki. Boks AproksimalKini perhatian
dapat dialihkan kembali ke lesi aproksimalnya. Dibagian ini kavitas
harus di dalamkan memakai bur bulat kecepatan rendah dan dengan
cara yang sama dengan jalan membuang dentin karies pada daerah
pertautan email-dentin. Ketika dentin karies pada pertautan
email-dentin telah dibuang, dinding email dapat dipecahkan dengan
pahat pemotong tepi gingiva. Preparasi dibuat miring sebesar 10
derajat dengan bur fisur runcing. Gigi tetangga dilindungi dengan
lempeng matriks untuk melindunginya dari kemungkinan terkena bur.
Menjaga agar sumbu bur sejajar dengan waktu pembuatan keyway
merupakan hal yang sangat penting sehingga bagian boks dan
keywaynya mempunyai kemiringan yang sama. Pelebaran ke arah gingiva
hanya dilakukan seperlunya saja sekedar membebaskan pertautan
email-dentin dari karies, demikian juga halnya dalam arah
bukolingual. Setiap email yang tak terdukung dentin sehat,
hendaknya dibuang dengan bur fisur kecepatan tinggi. Pembuangan
Karies DalamKaries mungkin masih tertinggal di dinding aksial. Jika
dinding karies telah terbuang, periksalah kemungkinan masih adanya
daerah undercut. Undercut padadaerah pertautan email-dentin
seharusnya telah dibersihkan. Jika masih terdapat undercut pada
dinding aksial, maka undercut tersebut biasanya terletak seluruhnya
pada dentin dan ditutup dengan semen pelapik pada tahap preparasi
berikutnya sehingga preparasi mempunyai kemiringan yang
dikehendaki. BevelGaris sudut aksiopulpa hendaknya dibevel, dengan
menggunkan bur fisur. Hal ini untuk memungkinka diperolehnya
ketebalan yang cukup bagi pola malam yang kelak akan dibuat di
daerah yang dinilai kritis. Bevel hendaknya diletakkan di tepi
email agar tepi tipis hasil tuangan dapat dipaskan seandainya
kerapatan hasil tuangan dengan gigi tidak baik. Hendaknya bevel
tidak diluaskan lebih ke dalam lagi karena retensi restorasi akan
berkurang. Tepi luar bevel harus halus dan kontinyu untuk
memudahkan penyelesaian restorasi dan supaya tepi tumpatannya
beradapatsi baik dengan gigi. Bevel biasanya tidak dibuat didinding
aproksimal karena akan menciptakan undercut, mengingat sebagian
besar tepi kavitas terletak di bawah bagian gigi yang paling
cembung. Akan tetapi dinding gingiva dapat dan harus dibevel. Bevel
gingiva sangat penting karena akan menigkatkan kecekatan tuangan
yang biasanya merupakan hal yang paling kritis.1. Pola Malam Pola
malam dibuat secara- Direct: pembuatan restorasi rigid secara
langsung dalam satu kali kunjungan.- Indirect: pembuatan restorasi
rigid yang dilakukan di laboratorium dan berkali-kali kunjungan 1.
Gigi direstorasi rigid sementara dengan menggunakan semen perekat
sementara, seperti zinc oksid eugenol. Kunjungan Kedua1. Tumpatan
rigid sementara dibongkar1. Setelah preparasi selesai, aplikasikan
lapisan tipis lubricant larut air atau separating medium (cairan
agar atau gliserin) pada gigi. Kemudian tempatkan matriks band,
wedge atau cincin penahan untuk menghasilkan kontak proksimal yang
baik.1. Lalu tumpat dengan porselen. Sesuaikan anatomi oklusal
dengan menggunkan bur untuk menghasilkan pit dan fisur, inklinasi
tonjol dan batas margin yang baik dan sistemis.1. Trial Inlay/
Onlay porselen pada pasien1. Jika kedudukannya baik, restorasi
rigid yang sudah ditrial disemenkan pada gigi tersebut.1. Kelebihan
semen dari tepi-tepi yang dapat dijangkau dibersihkan dengan
eskavator sementara benang gigi digunakan untuk membuang kelebihan
di aproksimal. Tepi-tepi restorasi harus dilapisi dua lapisan
pernis copalite untuk mengurangi pelarutan semen selama jam-jam
pertama pengerasan. Setelah itu, Permukaan oklusal harus dipoles
dengan pasta pumis yang diletakkan pada bur sikat, diikutu oleh
whiting yang diletakkan pada berbagai sikat.
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J. (2003). Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran
Gigi. (Johan Arief Budiman & Susi Purwoko, Penerjemah).
Jakarta: EGC.Ford, T.R Pitt. 1993. Restorasi Gigi. Jakarta :
EGCJosef, Schmidseder. 2000. Color Atlas of Dental Medicine
Aesthetic Dentistry. New York : ThiemeLOKidd, A.M., Smith, BGN.,
and Pickard, HM. 2000. Manual Conservative Restoratif 6th Ed.
Jakarta: Widya MedikaOBrien, William J. 2002. Dental Materials and
Their Selection 3rd Ed. Chicago: Quintessence Publishing
Co,IncTarigan R., 1993, Tambalan Inlay, Penerbit Buku kedokteran
EGC. Jakarta
1