21
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangRestorasi rigid merupakan restorasi yang
dibuat di laboratorium dental dengan menggunakan model cetakan gigi
yang dipreparasi kemudian disemenkan pada gigi. Umumnya restorasi
ini membutuhkan kunjungan berulang dan penempatan tumpatan
sementara sehingga lebih mahal untuk pasien (Sari,
2006).Berdasarkan kepustakaan Inggris, restorasi rigid terdiri dari
inlay, onlay, dan crown/ mahkota. Inlay adalah tumpatan rigid yang
ditumpatkan di kavitas diantara tonjol gigi/ cusp, sedangkan onlay
merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi satu atau
lebih tonjol gigi/ cusp. Crown/ mahkota adalah penggantian sebagian
atau seluruh mahkota klinis yang disemenkan. (Putri Sari H. USU.
2006: 1) Pilihan bahan restorasi rigid antara lain logam tuang,
porselen, porselen fuse to metal, resin komposit, dan kombinasi
keduanya. Logam merupakan bahan restorasi rigid dengan kekuatan
tensil yang besar, yang membutuhkan preparasi kavitas yang luas dan
bevel sebagai retensi, tetapi memiliki masalah estetik. Sedangkan
porselen merupakan bahan restorasi rigid estetik yang paling unggul
dengan kekuatan kompresif yang tinggi. Porselen mebutuhkan biaya
besar biasanya, dua sampai tiga kali lebih mahal dari restorasi
rigid logam atau komposit plastis selain waktu pembuatan di
laboratorium (Sari, 2006)1.2 Rumusan Masalah1. Apa itu restorasi
crown?2. Apa saja macam-macam restorasi crown?3. Bagaimana teknik
preparasinya?4. Apa saja syarat-syarat preparasi?
11.3 Tujuan1. untuk mengetahui restorasi crown2. untuk
mengetahui macam-macam restorasi crown3. untuk mengetahui cara
preparasinya4. untuk mengetahui syarat-syarat preparasi
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 Restorasi RigidRestorasi merupakan
perawatan untuk mengembalikan strukturanatomi dan fungsi pada gigi,
yang disebabkan karies, fraktur, atrisi, abrasidan erosi. Bahan
restorasi merupakan salah satu bahan yang banyak dipakai dibidang
kedokteran gigi. Bahan restorasi berfungsi untuk memperbaiki dan
merestorasi gigi yang rusak atau mengganti gigi yang hilang,
sehingga dapat mengembalikan fungsi kunyah, fungsi bicara, dan
fungsi estetika gigi tersebut. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang kedokteran gigi telah menemukan teknik dan
bahan untuk merestorasi berbagai kelainan atau kerusakan gigi
khususnya yang berkaitan dengan estetika (T.R. Pitt Ford, 1993 :
61). Restorasi dapat dibagi atas dua bagian yaitu plastis dan
rigid. Restorasi plastis adalah teknik restorasi dimana preparasi
dan pengisian tumpatan dikerjakan pada satu kali kunjungan, tidak
memerlukan fasilitas laboratorium dan murah. Tumpatan plastis
cenderung digunakan ketika struktur gigi cukup banyak untuk
mempertahankan integritas dengan bahan tumpatan. Restorasi rigid
merupakan restorasi yang dibuat di laboratorium dental dengan
menggunakan model cetakan gigi yang dipreparasi kemudian disemenkan
pada gigi. Umumnya restorasi ini membutuhkan kunjungan berulang dan
penempatan tumpatan sementara sehingga lebih mahal untuk pasien.
(T.R. Pitt Ford, 1993 : 61).
3Berlawanan dengan sifat bahan tumpatan plastis yang bisa
dimanipulasi selama melakukan penumpatan, ada sekelompok bahan
restorasi yang harus dibentuk dan diselesaikan dahulu diluar mulut
sebelum ditumpatkan ke dalam gigi atau diatas gigi yang telah
dipreparasi. Jika restorasinya cocok dengan kavitas yang telah
dipreparasi didalam gigi disebut restorasi intrakorona, sedangkan
jika cocok menutupi gigi yang telah dipreparasi disebut restorasi
ekstrakorona. Sifat mekanik yang sangat baik dari bahan restorasi
kelompok ini telah menyebabkan meluasnya pemakaian restorasi
ekstrakorona. Dalam restorasi intrakorona bahan tersebut sedikit
digunakan karena dengan bahan tumpatan plastis pekerjaan bisa lebih
mudah, lebih cepat, dan jauh lebih murah. Jika pada gigi terdapat
kavitas yang sangat luas, maka lebih baik menambal kavitas dengan
bahan restorasi plastis yang memperoleh restorasi tambahannya
misalnya dari pin, lalu membuat restorasi ekstra korona untuk
melindungi tonjolnya yang telah lemah. Cara demikian lebih baik
daripada membuat restorasi rigid intrakorona misanya inlay emas
yang tidak menyediakan perlindungan yang diperlukan dan retensinya
jelas tidak memadai (T.R. Pitt Ford, 1993 : 115). Retensi restorasi
rigid diperoleh dari bentuk geometric preparasinya, dibantu oleh
selapis tipis semen perekat yang juga berfungsi mencegah bocornya
tepi tumpatan atau masuknya bakteri (T.R. Pitt Ford, 1993 :
115).Bertahun-tahun lamanya bahan yang banyak digunakan untuk
restorasi rigid adalah aloi emas tuang dan kaca keramik atau
porselen dental. Kedua bahan ini dalam bentuk modifikasinya dapat
juga dikombinasikan sehingga memiliki estetika yang baik yang
disebabkan oleh porselen dental dan mempunyai kekuatan seperti aloi
metalnya, hasilnya adalah restorasi metal keramik atau sering
disebut sebagai mahkota bonded porcelain (T.R. Pitt Ford, 1993 :
115).Pilihan bahan restorasi rigid antara lain logam tuang,
porselen, porselen fused to metal, resin komposit, dan kombinasi
keduanya. Logam merupakan bahan restorasi rigid dengan kekuatan
tensil yang besar, yang membutuhkan preparasi kavitas yang luas dan
bevel sebagai retensi, tetapi memiliki masalah estetik. Sedangkan
porselen merupakan bahan restorasi rigid estetik yang paling unggul
dengan kekuatan kompresif yang tinggi. Porselen mebutuhkan biaya
besar biasanya, dua sampai tiga kali lebih mahal dari restorasi
rigid logam atau komposit plastis selain waktu pembuatan di
laboratorium. Teknik restorasi rigid dibagi atas tiga metode yaitu
direct, semidirect, dan indirect. Teknik semidirect intraoral
merupakan pembuatan inlay/ onlay, resin komposit satu kali
kunjungan, resin komposit langsung ditumpatkan pada gigi, disinar
dari setiap arah dan kemudian di post-cured sebelum dibonding pada
gigi. Teknik semi direct ekstraoral merupakan pembuatan restorasi
rigid satu kali kunjungan yang dibuat menggunakan die fleksibel dan
berfungsi untuk mengoreksi kontak marginal. Teknik indirect
merupakan pembuatan restorasi rigid yang dilakukan dalam
laboratorium dental dengan menggunakan model dari kavitas gigi yang
dipreparasi, membutuhkan tumpatan sementara dan kunjungan
berulang.
2.2 Restorasi CrownRestorasi Crown adalah penggantian sebagian
atau seluruh mahkota klinis yang disemenkan. Pembuatan mahkota gigi
bertujuan untuk memperkuat gigi yang kekuatannya menurunkarena
hal-hal tertentu, seperti gigi yang berlubang besar. Restorasi
mahkotajuga dapat digunakan untuk memodifikasi warna dan juga
posisi gigi asli. Restorasi mahkotatidak hanya dapat memperbaiki
penampilan, tetapi juga menjadi alternatif yang lebih baik
dibandingkan dengan pencabutan gigi.Keuntungan dari pemasangan
crown yaitu:a) Memperbaiki struktur gigi dan penampilan.b)
Memperbaiki gigi yang telah mengalami perubahan warna atau memiliki
bentuk yang tidak estetis.c) Menutupi dan menyangga gigi dengan
kondisi seperti berikut ini: Pada keadaan sisa gigi yang tidak
mencukupi untuk dilakukan tambalan.d) Untuk menyangga bridge
(protesa gigi jembatan).e) Untuk melindungi gigi yang lemah dari
fraktur atau bahkan memperbaiki gigi yang telah rusak.f) Untuk
menutupi gigi implan
2.2.1 Jenis-Jenis CrownMahkota Selubung (Jacket Crown)Mahkota
selubung adalah mahkota yang menyelubungi seluruh permukaan gigi
dan dapat dibuat pada gigi posterior maupun anterior,baik pada gigi
yang vital maupun nonvital (post endodontic treatment).Indikasi
Mahkota selubung pada gigi posterior adalah :a) Tidak memungkinkan
untuk ditumpat secara langsungb) Resistensi kurang baik untuk
restorasi onlayc) Mengalami kerusakan sekeliling cervikalnya maupun
abrasi oklusald) Mahkota klinis yang rendahe) Gigi pasca perawatan
Saluran akarTahapan kerja sebelum melakukan preparasi mahkota
selubung :1. Diagnosa2. Pencocokan warna dengan shade guide yang
sesuai3. Pembuatan mahkota sementara4. Rontgen foto untuk mellihat
keadaan jaringan periapikal maupun bentuk dan besarnya ruang
pulpa5. Preparasi pada gigi yang masih vital perlu dilakukan
anastesi terlebih dahulu untuk mengurangi rasa sakitMacam-macam
mahkota selubung :1. Mahkota Tuangan Penuh (Full Cast Crown)Mahkota
tuangan penuh adalah restorasi yang menyelubungi seluruh permukaan
mahkota klinis gigi dan terbuat dari logam campur secara
tuang.Indikasi :a. Sebagai restorasi single unitatau sebagai
restorasi penyangga suatu jembatan gigi.b. Digunakan pada gigi
posterior yang tidak membutuhkan estetik, gigi dengan karies
cervikal, dekalsifikasi, enamel hipoplasi atau untuk memperbaiki
fungsi kunyah.Kontraindikasi :a. Sisa mahkota gigi tidak cukup
untuk menerima beban daya kunyah terutama pada gigi dengan pulpa
vital.b. Bila restorasi untuk kepentingan estetik. Pada pasien yang
memiliki oral hygiene buruk sehingga restorasi mudah korosi atau
tarnish. Gusi cukup sensitif terhadap logam.
Prinsip dasar preparasi :1. Pemeliharaan struktur gigi2. Bentuk
retensi dan resistensi3. Daya tahan dari restorasi4. Integritas
tepi restorasi5. Pemeliharaan jaringan periodontiumTeknik
Preparasia. Dimulai dengan pengurangan oklusal, sekitar 1,5mm pada
tonjol fungsional dan 1,0 mm pada tonjol non-fungsional.b. Groove
orientasi sedalam 1,0 mm dibuat pada permukaan oklusal gigi agar
diperoleh acuan untuk menentukan apakah pengurangan sudah cukupc.
Bevel yang luas dibuat pada tonjol fungsional menggunakan bur intan
taper berujung bulat. Bevel tonjol fungsional dibuat pada inklinasi
bukal dari tonjol bukal rahang bawah dan inklinasi lingual dari
tonjol lingual rahang atas. Kegagalan dalam penempatan bevel ini
dapat berakibat pada hasil tuangan yang tipis atau bentuk morfologi
restorasi yang burukd. Teknik pengambilan aksial hampir sama dengan
pengambilan oklusal. Sisa-sisa struktur gigi pada daerah groove
dihilangkan dengan tepi chamfer, dan bur intan taper berujung bulat
digunakan dalam prosedur inie. Dinding bukal dan lingual dikurangi
dengan bur torpedo, sehingga akan didapatkan pengurangan daerah
aksial yang diharapkan karena ujungnya yang taper akan membentuk
chamfer. Akhiran diperlukan untuk memungkinkan agar restorasi tepat
dan chamfer merupakan akhiran yang dibutuhkan untuk mendapatkan
kekuatan selama adaptasif. Pengurangan daerah proksimal dilakukan
dengan bur intan needle yang pendek. Ujung buryang tipis bekerja
pada daerah proksimal dengan gerakan memotong oklusogingival atau
bukolingual, berhati-hati dalam menghindari gigi tetangga. Jika
daerah yang cukup sudah didapatkan, bur torpedo digunakan untuk
membentuk chamfer sebagai akhiran gingiva pada interproksimalg.
Pada langkah akhir preparasi diselesaikan untuk permukaan yang
lebih rata dengan menggunakan bur intan taper berujung bulat untuk
membuat tepi preparasi. Gunakan long fissure bur diamond 1,6 mm
atau 2,1 mm. Hilangkan semua garis tepi sudut tajam dari gigi yang
di preparasi.2. Mahkota Pigura (dengan Facing Akrilik)Mahkota
pigura adalah suatu restorasi yang menyelubungi seluruh permukaan
klinis gigi dan terbuat dari logam campur, di mana bagian
labial/bukal dilapisi dengan bahan sewarna gigi (akrilik, porselen,
resin komposit).Indikasi :a. Jika dibutuhkan restorasi mahkota
tuangan, tetapi memerlukan estetik. Misalnya pada anterior dengan
gigitan dalam, premolar atau molar pertama.b. Jika ruang pulpa
tidak terlalu besar, karena pada saat restorasi dibutuhkan
pengambilan pada bidang labial atau bukal lebih banyak untuk tempat
pigura.Kontraindikasi :a. Gigi dengan mahkota klinis pendek, karena
sulit dipakai untuk retensi dan kekuatannya pun sangat kurang
terutama di bagian oklusal, sehingga mudah pecah atau mudah
lepas.b. Pasien dengan indeks karies tinggic. Pasien dengan
kebiasaan buruk brixism
3. Mahkota Jaket dan Jembatan (Crown and Bridge)Mahkota jaket
dan jembatan adalah suatu restorasi yang meliputi seluruh permukaan
gigi anterior, dan ibuat dari bahan akrilik atau porselen sesuai
dengan warna gigi. Crown dan Bridge digunakan untuk menggantikan
satu atau lebih gigi yang hilang, baik secara fungsional maupun
estetik. Gigi pada kedua celah gigi yang hilang di preparasi untuk
dibuatkan mahkota tiruan dan dicetak secara akurat, kemudian hasil
cetakan dikirim ke laboratorium gigi. C&B akan dilekatkan pada
gigi dengan bahan sementasi.
Indikasi :a. Gigi anterior yang fraktur.b. Kasus perubahan warna
gigi, hipoplasi aenamel, atau dekalsifikasi.c. Kasus perubahan
bentuk gigi, atrisi, atau rotasi gigi yang terbatas.d. Menutup
diastema yang terbatas. Sebagai retainer suatu
jembatanKontraindikasi :a. Mahkota klinis yang terlalu pendek dan
tidak mempunyai cingulum.b. Pada gigitan anterior yang dalam (deep
bite).c. Kerusakan gigi sedemikian rupa. Gigi non-vital dengan
perubahan warna yang sangat gelap.Tahap Preparasia. Preparasi
mahkotaPreparasi mahkota jaket meliputi pembuangan jaringan gigi
secukupnya yang ditujukan untuk kekuatan dan estetik. Preparasi
tidak merusak jaringan pulpa dan juga harus mendukung retensi dari
mahkota jaket. Preparasi harus landai dan dengan sudut tidak tajam.
Ada beberapa macam finishing line :butt joint: mahkota jaket
porcelainchamfer: mahkota jaket porcelain fused to metaltaper:
mahkota jaketb. Preparasi tonggak mahkota jaket1) Pengurangan
bagian insisal setebal 1,5-2 mm menggunakan fissure diamond.
Setelah lingual-labial membentuk sudut 45 derajat2) Pengurangan
permukaan proksimalTonggak bagian proksimal bersudut 6 derajat
terhadap bidang sagital menggunakan fissure diamond bentuk
meruncing diameter 0,8-1 mm.3) Pengurangan permukaan labialBur
diamond bentuk tappered diletakkan dipertengahan permukaan labial,
selanjutnya dilakukan pengurangan gigi sampai sedikit dibawah
dentino enamel function pada dentin. Tindakan ini sebagai panduan
sampai pada batas operator melakukan pengurangan bagian labial.
Preparasi dilanjutkan dengan menggerakkan bur kearah mesial dan
distal sampai seluruh email dan sedikit dentin hilang dengan arah
bur yang konstan sehingga tidak terjadi undercut. Pengurangan
setebal 0,7-1 mm4) Pengurangan permukaan lingualEmail daerah
cingulum dikurangi dengan bur fissure tappered kearah servikal
mengikuti permukaan lingual kesejajaran akan menambah retensi
mahkota jaket.5) Preparasi daerah servikal gigi sesuai dengan
indikasiBahu bagian labial masuk ke subgingival 1 mm, bahu bagian
lingual tepat pada margin gingiva. Keuntungan Mahkota jaket dan
Jembatan :a. Lebih konservatif. b. Reaksi jaringan periodontal
lebih baik.c. Lebih estetik karena jaringan labial/bukal tidak di
preparasi .d. Dapat dilakukan electric pulp-testkarena ada bagian
yang tidak tertutup restorasi.e. Mudah dibersihkan oleh pasien.f.
Lebih mudah didudukan pada gigi penyangga saat sementasi.4. Mahkota
PasakMahkota pasak dapat didefinisikan sebagai restorasi pengganti
gigi yang terdiri dari inti berpasak yang dilekatkan dengan suatu
mahkota. Restorasi ini merupakan restorasi dengan konstruksi dua
unit yaitu inti yang berpasak dan mahkota yang nantinya disemenkan
pada inti.Indikasi :a. Gigi non vital yang fraktur melebihi
setengah mahkota klinis.b. Memperbaiki iklinasi gigi dengan
batas-batas atau ketentuan tertentu.c. Gigi yang telah dirawat
endodontik, sedangkan sisa gigi tidak mungkin dilakukan penumpatan
langsung.Kontraindikasi :a. Gigi dengan kelainan periapikal
menetap. Jaringan yang mendukung gigi tidak cukup.b. Oral hygiene
buruk.Keuntungan mahkota pasak :1. Jika mahkota berubah warna
setelah pemakaian beberapa tahun, maka mahkota jaket akan mudah
diganti tanpa harus mengeluarkan atau merusak pasak inti2. Adaptasi
pinggiran mahkota terhadap permukaan akar dan posisi mahkota
terhadap gigi sebelahnya dan gigi-gigi lawan tidak tergantung pada
fit pasak dengan saluran akar3. Restorasi ini dapat digunakan untuk
mengubah posisi mahkota.Restorasi ini dilakukan pada gigi yang
telah mengalami perawatan endodontik baik pada gigi anterior maupun
posterior. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan mengapa gigi yang
telah dirawat endodontik memerlukan suatu pasak, antara lain :1.
Gigi yang telah dirawat endodontik menjadi non vital dan sehat,
tetapi jaringan non vital yang tersisa memiliki kelembaban yang
lebih rendah daripada gigi vital sehingga gigi menjadi rapuh2. Pada
gigi yang telah mengalami perawatan endodontik kontinuitas jaringan
telah terputus akibat pembuanganjaringan sehinggamahkota menjadi
rapuh apabila hanya dilakukan dengan pembuatan mahkota jaket
saja.3. Suplai nutrisi pada gigi post endodontik otomatis terputus
sehingga gigi menjadi rapuh4. Gigi mengalami kehilangan banyak
mahkota akibat dari kariesPada perawatan endodontik, seluruh
jaringan yang ada pada ruang pulpa dan saluran akar dibuang dan
diganti dengan bahan atau obat pengisi saluran akar. Bahan pengisi
ini tidak cukup kuat untuk menahan tekanan yang datang dari gigi
lawan pada proses pengunyahan. Untuk itu diperlukan kekuatan dalam
ruang pulpa dan saluran akar yang sama dengan kekuatan yang datang
dari luar sehingga tidak terjadi fraktur karena gigi dapat menahan
tekanan. Terdapat perbedaan kekuatan resistensi pada gigi yang
telah dirawat endodontik tetapi tidak dibuatkan pasak dimana gigi
yang dibuatkan pasak inti lebih bisa bertahan terhadap fraktur
dibandingkan gigi yang tidak dibuatkan pasak inti. Sebagai
pengganti jaringan yang hilang tadi maka dibuatlah suatu inti(core)
yang terbuat dari logam atau bahan lain. Inti atau core ini satu
kesatuan dengan pasak atau dowel yang masuk ke dalam saluran akar
gigi yang telah dipreparasi , oleh karena itu restorasi ini sering
juga dinamakan sebagai restorasi interradikuler. Pasak inti ada
yang diproduksi pabrik dan ada dalam bentuk logam tuang.Macam-macam
core :1. Gold postSuatu restorasi dimana mahkota gigi asli masih
ada dan dipreparasi sesuai preparasi mahkota jaket2. Full gold
coreMahkota gigi asli telah hilang setelah saluran akan
dipreparasi3. Partial gold coreSebagian mahkota gigi asli masih
tertinggal sedikit disebelah palatinal atau labial dan masih cukup
kuat untuk dipertahankan4. Gold core with windowWindow diisi dengan
bahan akrilik atau porselen atau semen silikat5. Off centre gold
corePasak inti dibuat sesuai dengan kemauan operator. Hampir sama
dengan full gold core hanya saja pasak inti dibuat untuk koreksi
posisi gigi.Macam-macam pasak :1. Endopost Terbuat dari campuran
logam mulia dengan ukuran sesuai standar alat endodontik yaitu
70-140. Merupakan campuran emas atau logam mulia lainnya2. Endowel
Pasak plastik, ukuran sesuai dengan alat endo 80-140. Pada saat
pengecoran logam pasak ini dapat mencair keluar dari investmen3.
Parapost Pasak plastik ukuran tidak disesuaikan dengan alat endo,
tetapi preparasi saluran akar memakai rotary instrument khusus yang
nantinya disesuaikan panjangnya dengan pasakMacam-macam mahkota
pasak (Post crown) :1. Davis crownSuatu mahkota yang keseluruhannya
terbuat dari porselen dan diberi dowell dari silver. Terdapat dua
tipe :a. Ground in type : pada kasus belum ada kerusakan gigi
dibawah permukaan gigib. Case base type : pada kasus dimana terjadi
kerusakan terjadi di bawah permukaan gusi2. Richmond crownMahkota
pasak yang terbuat dari porselen dengan facing dari porselen dan
backing logam. Digunakan pada kasus yang memerlukan kekuatan besar,
misalnya GTC dengan empat insisivus hilang3. Porselen jaket crown
dengan dowell crownUntuk gigi anterior dimana sebagian mahkota
klinis masih utuh, tetapi sudah tidak cukup kuat untuk menahan
tekanan daya kunyah4. Akrilik crownRestorasi pada gigi anterior
dimana gigi anterior dalam keadaan berjejal, sehingga sulit untuk
menetukan lebar mesio distal gigi tersebut.Syarat keberhasilan
mahkota pasak :Untuk keberhasilan suatu mahkota pasak, harus
memenuhi syarat sebagai berikut :1. Pengisian saluran akar yang
lengkap, hermetis, sampai ke ujung akar2. Pada akar tidak boleh
terdapat peradangan periapikal3. Jaringan pendukung harus dalam
keadaan sehat. Tidak terdapat resorbsi tulang alveolar baik
vertikal maupun horizontal4. Jaringan akar masih padat, keras dan
dinding saluran akar cukup tebal5. Posisi gigi lawan dalam segala
kedudukan rahang bawah menyediakan tempat yang cukup bagi inti dan
mahkota jaket6. Pada gigi yang mengalami apikoektomi rasio panjang
akar dengan dowel crown harus seimbangHal- hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan post crown :1. Pengisian saluran akar
a. Harus hermetis sampai keujung akarb. Pengisian paling baik
dengan gitapercha point setelah satu bulan kontrol dan tidak
terdapat tanda-tanda peradanganc. Tidak terdapat peradangan
periapikal seperti tidak ada abses, granuloma, kista maupun over
fillingd. Metode pengisian dengan sectional methode. Metode lain
boleh dilakukan dengan rotary instrumen tetapi menggunakan
pesoreamers, bur drill dengan putaran rendah, alat plugger yang
dipanaskan2. Keadaan mahkota gigi harus sesuai dengan indikasi3.
Keadaan oklusalApabila terdapat cervikal bite, close bite,.
Ketebalan gigi dalam arah labio-lingual kurang ini menjadi indikasi
untuk pembuatan mahkota jenis Richmond crown.Tahap Preparasi :1.
Preparasi bagian mahkota:a. Dilakukan preparasi tonggak seperti
pada prinsip preparasi tonggak mahkota jaket, hanya saja
disesuaikan dengan sisa jaringan gigi yang tertinggal.b. Tumpatan
sementara pada mahkota diambil, kemudian dipreparasi intra korona
harus diingat tidak ada undercut.c. Cavosurface dibuat contrabevel
supaya hubungan tepi antara inti dan gigi baik. 2. Preparasi bagian
saluran akar:Pengambilan guta perca dapat dilakukan dengan cara:a.
Konvensional Dengan instrumen putar, putaran rendah menggunakan bur
drill bentuk bulat dengan diameter lebih kecil danpada diameter
orifice (1 - 1,2 mm).b. Dengan instrumen tanganYaitu dengan root
canal plugger yang dipanaskan untuk mengambil guta perca sepanjang
pasak yang dikehendaki
c. Kombinasi.Pengambilan guta perca dengan plugger kemudian
dilanjutkan dengan gates glidden drill dan peeso reamer sepanjang
pasak yang dikehendaki.
Retensi Mahkota Pasak :1. Panjang pasak : panjang pasak yang
masuk saluran akar tidak boleh kurang dan setengah jarak puncak
alveoler ke apeks.2. Kesejajaran (Taper/Paralel)Taper yaitu bentuk
ke arah kerucut, dibuat demikian karena kalau berbentuk kerucut
maka tekanan ke dinding proksimal menyebabkan akar terbelah. 3.
Diameter : kurang lebih 1/3 diameter akar dalam arah mesio-distal.
Bila terlalu kecil mudah lepas, patah dan berputar.Pembuatan model
inti pasak :1. Inlay wax dipanaskan, ditekan sehingga berbentuk
kerucut, dalam keadaan lunak dimassukkan ke dalam preparasi pasak
yang telah dibasahi dengan akuades dan dipadatkan dengan sonde yang
dipanaskan sampai memenuhi seluruh preparasi pasak.2. Kemudian
malam coba diambil untuk mengetahul apakah malam sudah sesual
dengan preparasi, juga untuk mengetahui apakah masih ada
undercut.3. Bagian Inti dibentuk sesuai tonggak mahkota jaket,
setelah itu sprue dipasang dan kawat yang dipanasi terlebih dahulu.
Arah sprue diusahakan sejajar arah gigi. Sprue tadi diberi tanda
cara membengkokkan supaya mengetahui bagian labial dan
Iingualnya.4. Setelah model malam baik, maka model tersebut ditanam
dalam moffel dan dicor dengan logam. Pengepasan Inti Pasak :a. Inti
pasak coba dimasukkan ke dalam preparasi saluran akar. Kemudian
diperiksa retensinya apakah sudah baik.b. Hubungan tepi inti dengan
sisa mahkota diperiksa, apakah sudah baik.c. Seteah pas dilakukan
pencetakkan untuk mahkotanya.d. Pembuatan mahkota persis seperti
membuat mahkota jaketCatatan : tidak boleh untuk menggigit dengan
satu tekanan hanya pada daerahmahkota saja karena akan terjadi
gerakan mengungkit fraktur akar gigi.
Pembuatan mahkota sementara :a. pilih mahkota akrilik yang sudah
jadi dengan ukuran,bentuk dan warna yang sesuai dengan gigi aslinya
dan dicobakan untuk mengecek ketepatan kontaknya di daerah
gingival.b. setelah selesai cpba suatu endopost atau file terakhir
untuk preparasi guna ruang pasaknya. Ujung korona dipotong sehingga
ada bagian yang dapat masuk ke dalam mahkota buatan. Jika digunakan
endopost harus ditakik untuk membuat undercut dan terjadi ikatan
mekanis dengan akrilik.c. sediakan adukan akrilik yang cepat
mengeras, dimasukkan kedalam mahkota buatan dan tekan ke dalam
pasak dan gigi ditekan dengan tekanan ringan.d. pada waktu akrilik
dalam proses setting, buang kelebihan akrilik selagi lunak dengan
sonde.e. jika telah setting, lepaskan mahkota dan pasaknya secara
bersama-sama, dibentuk dan mahkota dipolesf. coba mahkota dan pasak
ke dalam gigi dan sesuaikan dengan oklusi gigi antagonisnnyag.
pasang mahkota sementara dengan semen sementara.
Pemasangan Mahkota Pasak :Hal-hal yang perlu diperhatikan pada
saat uji coba pemasangan atau try in mahkota pasak antara lain :a.
estetik warna dari post crown harus sesuai dengan gigi asli yang
ada dalam rongga mulut. Bentuk dan ukuran harus disesuaikan dengan
anatomi gigib. oklusitidak boleh terjadi prematur kontak yang akan
mengakibatkan trauma oklusi. Untuk mengetahuinya digunakan kertas
artikulasi, adanya teraan yang lebih tebal menunjukkan terjadinya
traumatik oklusi.c. AdaptasiTerutama keakuratan atau kerapatan
pinggiran servikal antara tepi mahkota jaket dengan bagian servikal
gigi asli. Pada bagian pundak, pinggiran mahkota tidak boleh
menekan gusi (overhang), karena kelebihan mahkota dapat menjadi
tempat tertimbunnya plak yang akan mengakibatkan peradangan gusid.
KedudukanMahkota tidak boleh labioversi ataupun palatoversi,
disesuaikan dengan kedudukannya terhadap gigi lain yang ada dalam
rongga mulute. Daerah titik kontak
Penyemenan post crown:Semen yang akan digunakan harus
disesuaikan dengan bahan crown. Semen-semen yang mengandung eugenol
(zinc oxide eugenol cement) tidak cocok untuk menyemen mahkota yang
terbuat dari bahan akrilik, karena akan bereaksi dengan bahan
akrilik dimana akrilik akan berubah warna menjadi lunak dan
permukaannya menjadi retak-retak (crazing). Semen jenis komposit
memiliki sifat mekanis yang lebih baik. Semen jenis polikarboksilat
memiliki sifat adhesi terhadap dentin dan glasir lebih baik
daripada semen zinc-phospat dimana semen zinc-phospat lebih mudah
larut dalam cairan mulut. Mahkota diisi penuh dengan adukan semen
dan sebagian diulaskan merata pada sekeliling preparasi post untuk
mencegah terkurungnya gelembung udara pada sudut pundak. Setelah
mahkota masuk dengan seksama pada tempatnya, operator harus
mempertahankan kedudukannya sampai semen mengeras. Kemudian
sisa-sisa semen dibersihkan.
Instruksi pada penderita :a) Jangan makan atau mengunyah dengan
crown baru selama 24 jam setelah pemasangan. Perekat permanent yang
di pakai waktu pemasangan memerlukan waktu untuk mengeras dengan
sempurna. Gunakan sisi yang lain untuk menguyah pada waktu makan.
b) Pastikan anda bersihkan crown dan gusi di sekelilingnya dengan
teliti. Sikat dan gunakan benang gigi setiap hari. c) Untuk
pemasangan bridge, Anda perlu menggunakan benang gigi yang tebal
untuk membersihkan dibawah bridge. d) Apabila anda merasakan
iritasi pada gusi di sekitar crown, kumur secara perlahan dengan
air garam hangat. e) Jika diperlukan, setelah prosedur pemasangan
crown / bridge anda bisa mengkonsumsi obat pereda sakit seperti
advil atau tylenol f) Gigi ada yang di rawat akan terasa sedikit
sensitif karena trauma yang telah terjadi sewaktu prosedur. 2.3
Bahan Restorasi Gigi1. Porselen Porselen digunakan untuk restorasi
estetik seperti jacket crown, inlay dan veneer laminate. Porselen
ini bisa digunakan sendiri atau dengan alloy logam, dapat disatukan
sebagai pondasi atau sebagai penguat. Pada dasarnya merupakan
komposit Kristal glass yang berpigmen. Porselen yang paling modern
terdiri dari homogenisasi, bubuk yang berkonsistensi sedikit dan
bertemperatur rendah, biasanya dikenal dengan low fusing Indikasi :
1. untuk restorasi klas 1 dan klas 2 pada pasien yang mengutamakan
estetika 2. pada karies yang besar atau kegagalan restorasi
sebelumnya 3. bila keadaan social ekonomi pasien mengizinkan Kontra
indikasi : 1. tidak dianjurkan bila ada karies yang banyak atau
tekanan oklusal yang besar 2. pada preparasi subgingival yang dalam
3. pada pasien yang mempunyai kebiasaan bruxism atau clenching
Kelebihan : 1. estetik bagus (sewarna dengan gigi) 2. toleransi
terhadap jaringan lunak bagus 3. tidak korosi 4. tidak larut dalam
saliva 5. kekuatan tekan tinggi 6. adaptasi marginalnya baik tidak
ada celah marginal pada waktu pemasangan. Kekurangan : 1. Biaya
mahal 2. waktu kunjungan lama 3. memerlukan keterampilan yang
tinggi 4. keausan gigi antagonis dan restorasi 5. Kekuatan tarik
jelek
2. Porselen Fuse to Metal Restorasi all kramik sangat baik
penampilannya dan terlihat natural atau sewarna dengan gigi tetapi
brittle dan cendrung mudah fraktur. Berbeda degan restorasi metal
yang cenderung kuat namun tidak bisa digunakan pada gigi anterior
karena pertimbangan estetik. Sehingga kombinasi keduanya antara
restorasi metal dan keramik memiliki kekuatan yang baik dan
penampilan yang diharapkan (Annusavice, 2003).Indikasi Pemakaian
restorasi PFM diindikasikan, antara lain, adalah sebagai berikut:
a. Gigi anterior dengan ruang yang tidak cukup untuk restorasi all
ceramic.b. Kegagalan mahkota jaket porselen. c. Restorasi yang
mengutamakan estetis. d. Situasi yang memerlukan kekuatan tinggi.
e. Kerusakan gigi menengah sampai tinggi yang memerlukan perbaikan
kuspid.
Kontraindikasi Restorasi PFM tidak diindikasikan, antara lain,
adalah sebagai berikut : a. Resiko kerusakan pulpa tinggi, biasanya
pada usia muda dibawah 18 tahun. b. Pasien dengan tekanan
pengunyahan yang ekstrem. c. Adanya kebiasaan bruksism dan kliking.
d. Adanya riwayat alergi terhadap metal pada logam tuang.
Keuntungan PFM adalah : a. unggul sebagai bahan langsung pada
daerah yang memerlukan tekanan tinggi b. kekuatan pemakaian baik c.
tahan lama dan estetis. Sedangkan kerugian PFM adalah : a. relatif
mahal b. reaksi alergi, korosi, dan berpotensi terhadap reaksi
galvanik. 3. Logam TuangLogam tuang yang digunakan di laboratorium
gigi untuk membuat inlay, onlay, mahkota, jembatan konvensional
yang seluruhnya terdiri atas logam, jembatan logam-keramik,
jembatan logam-resin, dan pasak endodontik. Logam-logam ini harus
menunjukkan kecocokan biologis, mudah untuk dicairkan, dilas
(disolder) dan dipoles, mengalami sedikit penyusutan ketika
memadat, bereaksi minimal terhadap bahan mold, mempunyai ketahanan
abrasi yang baik, berkekuatan tinggi dan tahan terhadap tekanan
serta tahan terhadap karat dan korosi (Annusavice, 2003). Indikasi
:1.Karies dalam dan besar2.Penyangga suatu jembatan3.Abrasi yang
luas4.Tekanan oklusal besar5.Untuk perlindungan jaringan
periodontalKontraindikasi :1.Frekuensi karies tinggi2.Usia
muda3.Oral higiene burukKelebihan :1. Murah2. kekuatan tarik dan
kekuatan tekan besar3. tidak mudah retak.Kekurangan: 1. estetika
kurang karena tidak sewarna dengan gigi
4. Crown, Inlay atau Onlay dari KompositRestorasi yang terbuat
dari komposit ini dibuat di laboratorium gigi. Bahan yang digunakan
sama dengan yang digunakan sebagai bahan tambalan. Keunggulannya
dibanding porselen adalah tidak menyebabkan terkikisnya gigi lawan.
Selain itu restorasi ini mudah pecah dan berubah warna.
BAB IIIKONSEP MAPPING
Pemeriksaan
Diagnosa
Rencana Perawatan
Mahkota SelubungFull Cast CrownMahkota PiguraMahkota Pasak
Indikasi dan Kontraindikasi
Tahap Perawatan
Instruksi Paska Perawatan
23BAB IVPEMBAHASAN
Untuk menentukan diagnosa perlu dilakukan beberapa pemeriksaan
baik pemeriksaan subjektif maupun objektif dan pemeriksaan
penunjang apabila diperlukan. Pemeriksaan subjektif didapatkan
melalui anamnesa. Pemeriksaan Objektif dibagi menjadi 2 yaitu
pemeriksaan ekstra oral dan intraoral. Pemeriksaan Ekstra Oral
dilakukan dengan melihat penampakan secara umum dari pasien,
pembengkakan di muka dan leher, pola skeletal, kompetensi bibir,
temporo mandibular joint, serta melakukan palpasi limfonodi, TMJ
dan otot-otot mastikasi. Diagnosa dapat ditegakkan setelah
pemeriksaan tersebut dilakukan.
24Rencana perawatan dalam kasus ini adalah restorasi crown
dimana restorasi crown terdiri dari beberapa jenis yaitu mahkota
pasak, full cest crown, mahkota pigura dan mahkota jaket. Sesuai
dengan kasus maka rencana perawatan yang tepat adalah mahkota
pasak. Mahkota pasak dapat didefinisikan sebagai restorasi
pengganti gigi yang terdiri dari inti berpasak yang dilekatkan
dengan suatu mahkota. Restorasi ini merupakan restorasi dengan
konstruksi dua unit yaitu inti yang berpasak dan mahkota yang
nantinya disemenkan pada inti. Indikasi mahkota pasak yaitu Gigi
non vital yang fraktur melebihi setengah mahkota klinis,
Memperbaiki iklinasi gigi dengan batas-batas atau ketentuan
tertentu, Gigi yang telah dirawat endodontik, sedangkan sisa gigi
tidak mungkin dilakukan penumpatan langsung. Kontraindikasi mahkota
pasak yaitu Gigi dengan kelainan periapikal menetap. Jaringan yang
mendukung gigi tidak cukup, Oral hygiene buruk. Keuntungan mahkota
pasak , Jika mahkota berubah warna setelah pemakaian beberapa
tahun, maka mahkota jaket akan mudah diganti tanpa harus
mengeluarkan atau merusak pasak inti, Adaptasi pinggiran mahkota
terhadap permukaan akar dan posisi mahkota terhadap gigi sebelahnya
dan gigi-gigi lawan tidak tergantung pada fit pasak dengan saluran
akar, Restorasi ini dapat digunakan untuk mengubah posisi
mahkota.
BAB VPENUTUP
5.1 KesimpulanMacam-macam restorasi crown adalah mahkota pasak,
mahkota pigura, full cast crown, mahkota jaket. Crown merupakan
onlay yang menggantikan keseluruhan permukaan gigi. Indikasi dari
restorasi ini tergantung dari luasnya karies, struktur jaringan
gigi yang tinggal, kebersihan rongga mulut. Restorasi ini dilakukan
pada gigi yang telah mengalami perawatan endodontik baik pada gigi
anterior maupun posterior. Pada perawatan endodontik, seluruh
jaringan yang ada pada ruang pulpa dan saluran akar dibuang dan
diganti dengan bahan atau obat pengisi saluran akar. Bahan pengisi
ini tidak cukup kuat untuk menahan tekanan yang datang dari gigi
lawan pada proses pengunyahan. Untuk itu diperlukan kekuatan dalam
ruang pulpa dan saluran akar yang sama dengan kekuatan yang datang
dari luar sehingga tidak terjadi fraktur karena gigi dapat menahan
tekanan. Terdapat perbedaan kekuatan resistensi pada gigi yang
telah dirawat endodontik tetapi tidak dibuatkan pasak dimana gigi
yang dibuatkan pasak inti lebih bisa bertahan terhadap fraktur
dibandingkan gigi yang tidak dibuatkan pasak inti5.2
SaranDiharapkan kepada mahasiswa fakultas kedokteran gigi dapat
memahami mengenai pokok bahsan tentang Restorasi crown.
14
25
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J. (2003). Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran
Gigi. (Johan Arief Budiman & Susi Purwoko, Penerjemah).
Jakarta: EGC. Baum L. dkk. (1985). Textbook of Operative Dentistry,
Philadelphia: W. B. Saunders.Kidd, E.A.M. 2000. Manual Konservasi
Restoratif Menurut Pickard. Edisi 6. Jakarta: Widya
Medika.Sturdevant, CM. (2006) The Art and Science of Operative
Dentistry, ed.5. St Louis Mosby.Victor O.A. 1995. Case selection
for porcelain veneer. Quintessence International. p 311-315.
26
RESTORASI CROWN
Oleh:
INDAH PURNAMAWATI10610018
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIINSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI
WIYATAKEDIRI2014
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
melaksanakan tugas makalah dengan judul Restorasi Rigid tanpa
halangan suatu apapun. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moral
maupun bantuan material. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar -besarnya kepada :1.
drg. Endah sebagai dosen Pembimbing makalah yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian makalah.1. Seluruh staf dosen FKG IIK
yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu karena
keterbatasan hal.1. Semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya penyusunan makalah ini.Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, merupakan bagian tersendiri bagi kami apabila diberikan
saran dan kritik yang bersifat membangun, guna meningkatkan
pengetahuan dan kesempurnaan tulisan ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada
umumnya.
Hormat Saya
Penulis
iiDAFTAR ISI
HALAMAN JUDULiKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiBAB IPENDAHULUAN10.
Latar Belakang10. Rumusan Masalah10. Tujuan20. Hipotesa2BAB
IITINJAUAN PUSTAKA 32.1 Restorasi Rigid32.2 Restorasi Crown 52.2.1
Macam-macam Restorasi Crown 62.3 Bahan Restorasi Gigi19BAB III
KONSEP MAPPING23BAB IV PEMBAHASAN 24BAB VKESIMPULAN DAN SARAN255.1.
Kesimpulan 255.2. Saran 25DAFTAR PUSTAKA26
iii