KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah laporan hasil diskusi
kelompok kecil ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan
ini disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi
kelompok kecil (DKK) kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya laporan ini. Pertama-tama kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. drg. Listiyawati selaku tutor kelompok 2 yang telah
membimbing kami dalam melaksanakan diskusi kelompok kecil (DKK)
dalam skenario modul 1 blok 12 ini.
2. Teman-teman kelompok 2 yang telah mencurahkan pikiran dan
tenaganya sehingga diskusi kelompok kecil (DKK) 1 dan 2 dapat
berjalan dengan baik dan dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi
kelompok kecil (DKK) kelompok 2.
3. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman khususnya program studi kedokteran gigi angkatan 2013,
segala fasilitas yang telah kami gunakan untuk menambah pengetahuan
tentang modul kami ini, serta pihak-pihak lain yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu.
Kami sengaja menyelesaikan laporan ini untuk memenuhi salah satu
tugas kuliah dengan sistem PBL. Dan tentunya kami selaku penyusun
juga mengharapkan agar laporan ini dapat berguna baik bagi penyusun
sendiri maupun bagi pembaca di kemudian hari.
Laporan ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran
serta kritik yang membangun sangat kami harapkan demi tercapainya
kesempurnaan dari isi laporan hasil diskusi kelompok kecil (DKK)
ini.
Samarinda, Mei 2015
Hormat kami,
Tim penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..1
DAFTAR ISI.2
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang...3
II. Tujuan....3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Skenario 4
2.2 Step 1 Terminologi 4
2.3 Step 2 Identifikasi Masalah 5
2.4 Step 3 Analisa masalah 5
2.5 Step 4 Kerangka Konsep 8
2.6 Step 5 Learning Objective 8
2.7 Step 6 Belajar Mandiri 8
2.8 Step 7 Sintesis9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 23
3.2 Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Amalgam terdiri dari campuran antara dua logam atau lebih , yang
salah satunya merupakan merkuri. Sebenarnya amalgam terdiri dari
merkuri yang dipadukan dengan bubuk alloy dari perak dan timah.
Merkuri berupa liquid pada suhu ruang dan mampu membentuk sebuah
massa yang efektif digunakan bila tercampur dengan alloy. Sifat
inilah yang membuat amalgam menjadi material yang sesuai digunakan
dalam bidang kedokteran gigi.
Reaksi antara merkuri dan alloy yang merupakan reaksi
pencampuran keduanya disebut dengan reaksi amalgamasi. Reaksi ini
menghasilkan bentuk material restorasi yang keras dengan tampilan
berwarna perak keabu-abuan. Warna amalgam seperti ini menjadikannya
terbatas dalam pengaplikasian karena memang material ini bukan
untuk faktor estetik.
Amalgam telah digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama
dengan ukuran kesuksesan yang cukup besar karena penggunaanya telah
digunakan secara meluas. Namun, karena alasan tingkat keamanan yang
relatif rendah, kepopuleran amalgam menjadi turun bila dibandingkan
dengan material restorasi lainnya.
II. TUJUAN
Setelah melaksanakan diskusi diharapkan nantinya mahasiswa mampu
mengerti dan memahami cara melakukan manipulasi bahan restorasi
amalgam dengan benar, prinsip-prinsip serta persyaratan yang perlu
dipahami dalam melakukan preparasi dengan menggunakan restorasi
amalgam, dan indikasi serta kontraindikasi dari penggunaan amalgam
sebagai bahan restorasi gig yang diharapkan dapat bermanfaat untuk
profesi kedokteran gigi nantinya.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
SKENARIO
Budi adalah mahasiswa prodi kedokteran gigi, saat ini
mengeluhkan terdapat karies media pada gigi 16 dan 15. Setelah
dilakukan pemeriksaan dokter gigi mengatakan akan melakukan
preparasi pada gigi 16 adalah klas 1 dan pada gigi 15 adalah klas 2
serta dokter tersebut menyarankan melakukan tambalan menggunakan
kekuatan beban kunyah yang baik. Sembari merasakan tahap demi tahap
budi juga memperhatikan perawatan yang dilakukan dokter. Setelah
selesai budi menanyakan kepada dokter gigi tersebut setiap tahapan
yang dilakukan, dengan ramah dokter tersebut pun menjawab
pertanyaan budi tahap demi tahap restorasi hingga selesai. Diakhir
dokter gigi mengingatkan kepada budi untuk datang kembali besok
untuk dilakukan tahap polishing dan finishing.
STEP 1 TERMINOLOGI
1. Restorasi: Prosedur perawatan gigi yang bertujuan untuk
memperbaiki atau mengembalikan bentuk dan gigi yang rusak .
2. Karies Media: Karies yang telah mencapai dentin .
3. Preparasi: Suatu tindakan operasi untuk mengambil jaringan
karies secara biomekanis dengan membuat bentuk pada gigi untuk
menerima dan memperkuat restorasi .
4. Polishing: Proses pembuatan permukaan gigi menjadi halus dan
mengkilap .
5. Finishing: Proses penyelesaian / penyempurnaan berupa
membentuk kontur permukaan restorasi sesuai bentuk anatomi .
6. Karies Klas I: Karies pada bagian oklusal gigi posterior /
pada foramen caecum gigi anterior.
7. Tambalan: Suatu bahan untuk memperbaiki sesuatu , contoh
jaringan pada gigi .
8. Karies Klas II: Karies yang terletak pada aproximal gigi
posterior .
STEP 2 IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bahan tambalan apa yang mempunyai kekuatan beban kunyah yang
baik ?
2. Apa saja kelebihan dan kekurangan amalgam ?
3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi amalgam ?
4. a. Apa saja syarat dari preparasi kavitas gigi ?
b. Apa saja pertimbangan dokter gigi untuk memilih bahan
tambalan untuk pasien ?
5. Apa saja alat yang digunakan untuk restorasi amalgam ?
6. Bagaimana tahapan melakukan restorasi Amalgam ?
7. a. Mengapa bahan tambalan yang digunakan harus di polishing
dan finishing keesokan harinya ?
b. Apa yang terjadi jika Budi tidak datang untuk polishing dan
finishing ?
STEP 3 ANALISA MASALAH
1. Tambalan Amalgam baik digunakan pada gigi posterior yang
berfungsi untuk mengunyah makanan karena mempunyai daya tahan
terhadap keausan yang tinggi dan memiliki kekuatan yang besar
sehingga tidak pecah saat menahan daya kunyah dan dapat bertahan
kurang lebih selama 15 tahun tergantung penggunaan, namun tambalan
amalgam tidak baik digunakan untuk gigi anterior karena mempunyai
estetika yang buruk.
2. Kelebihan dari Amalgam yaitu :
a. Dapat menahan daya kunyah yang besar .
b. Tidak cepat aus .
c. Aplikasi mudah .
d. Dapat bertahan lama .
Kekurangan dari Amalgam yaitu :
a. Estetik kurang bagus .
b. Pada beberapa kasus , pasien ada yang alergi logam .
c. Masih diperdebatkan , merkuri yang bersifat toksik pada tubuh
.
d. Dapat menimbulkan perubahan warna pada gigi .
e. Menimbulkan arus Galvanis (menimbulkan rasa sensitive).
f. Rawan terjadi kerusakan tepi (pada kandungan tembaga yang
tinggi).
g. Perlekatan pada dentin secara makromekanik ( tidak dapat
melekat secara kimia).
h. Biaya mahal .
3. Penggunaan Amalgam diIndikasikan untuk :
a. Untuk preparasi Klas I dan II
b. Untuk preparasi Klas V , karena tidak terlalu masalah untuk
estetik yang terletak pada 1/3 servical.
Amalgam mempunyai Kontraindikasi yaitu :
c. Estetik buruk.
d. Tidak bisa digunakan untuk kavitas yang kecil.
4. a. Syarat dari Preparasi Kavitas Gigi
a. Bebas dari jaringan karies .
b. Dinding kavitas halus , dan berada pada email / jaringan yang
sehat.
c. Email disanggah dentin sehingga sejajar dengan enamel roods
.
d. Terdapat resistensi form : menahan tekanan tanpa menimbulkan
fraktur .
e. Terdapat retensi form : menahan bahan tambal agar tidak
lepas
f. Terdapat convenience form : memungkinkan operator melihat
kavitas yang luas , agar nyaman dan mudah saat pengerjaan .
g. Pembuangan jaringan sehat seminimal mungkin .
h. Extention for prevention ( menempatkan tepi tepi pada daerah
imun karies seperti lereng bonjol dan sisi aksial ) untuk
meminimalkan terjadinya karies sekunder .
i. Outline form : menggambarkan / membayangkan batas kavitas
.
b. Pertimbangan dokter gigi untuk memilih bahan tambalan untuk
pasien
a. Tergantung luas kavitas.
b. Tergantung biaya.
c. Tergantung operator dan kondisi .
5. Alat yang digunakan untuk restorasi amalgam untuk Triturasi
sendiri dapat menggunakan mortal dan pastle juga matrix, untuk
membentuk anatomi dari gigi dapat menggunakan carver dan burnisher,
saat proses triturasi selesai untuk mengambilamalgam dapat
menggunakan Amalgam pistol dan Amalgam stopper sedangkan untuk
Polishing dan Finishing dapat menggunakan Stone bur dan Rubber
bur.
6. Tahapan Restorasi amalgam sendiri dapat menggunakan round bur
, bur fissure , dan bur inverted yang digunakan untuk preparasi
kavitas, saat manipulasi sebelumnya kavitas diberikan basis untuk
menghindari hantaran panas dari amalgam yang konduktor dan
aplikasikan amalgam pada kavitas dan lakukan restorasi.
7. Mengapa tahapan polishing dan finishing harus dilakukan
keesokan harinya karena waktu setting time yang diperlukan untuk
pengerasan amalgam diperlukan 24 jam, karena harus menunggu reaksi
setting menunggu fase gama 2 , kristalisasi sempurna kurang lebih
24 jam, namun jika terlalu lama menunggu tahap polishinh dan
finishing dilakukan lebih dari 24 jam maka amalgam akan memiliki
eutetik tidak sempurna dan bentuk anatomi tidak sempurna atau sudah
terlalu keras.
STEP 4 PETA KONSEP
KARIES
( KLAS I & KLAS II)
PREPARASI
RESTORASI AMALGAM
STEP 5 LEARNING OBJEKTIVE
1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang syarat dan tahapan
preparasi Klas I & Klas II.
2. Mahasiswa mampu mengetahui tentang indikasi dan
kontraindikasi restorasi amalgam .
3. Mahasiswa mampu mengetahui tentang tahapan restorasi
amalgam.
4. Mahasiswa mampu mengetahui tentang factor yang mempengaruhi
keberhasilan restorasi
.STEP 6 BELAJAR MANDIRI
Pada step ini, kami melakukan pembelajaran mandiri secara
individu dan kelompok serta mencari jawaban learning objective dari
berbagai referensi.
STEP 7 SINTESIS
Prinsip Preparasi Kavitas
1. Out Line Form (bentuk perluasan kavitas) : Outline form yaitu
garis terluar dari hasil preparasi kavitas yang terdapat di
permukaan gigi. Untuk membuat outline form dapat dilakukan dengan
cara :
Pit dan fissure dihilangkan
Cusp dilingkari
Bentuk perluasan kavitas sampai ke area self cleansing
Semua jaringan karies dan fissure yang dalam dibuang
Email yang tidak didukung dentin dihilangkan
Gambar Outline Form Kelas II https://www.google.com/search
2. Resistence Form (bentuk resistensi) : bentuk yang dibuat
sedemikian rupa pada kavitas untuk mencegah pecahnya tumpatan atau
sisa jaringan gigi oleh karena tekanan daya kunyah. Jadi pada waktu
melakukan perluasan preparasi harus diperhatikan sisa jaringan gigi
yang ada cukup tebal
3. Retention Form (bentuk retensi) : Retention form dibuat pada
kavitas dengan tujuan agar tumpatan mempunyai pegangan yang kuat
dan tidak mudah lepas dan bergeser dari tempatnya, bila gigi
digunakan mengunyah.
Gambar Resisten Form dan Retention Form
https://www.google.com/search
4. Convinience Form (bentuk konvinien) : membentuk kavitas
sedemikian rupa sehingga mempermudah pengerjaan kavitas dan
pemasukan, insersi serta pemasangan bahan restorasi ke dalam
kavitas.
Gambar Convinience Form https://www.google.com/search
5. Menghilangkan Jaringan Karies : pembuangan jaringan karies
dentin dan debris-debris pada dinding kavitas. Jaringan karies
tidak boleh ditinggalkan di dalam kavitas, sebab akan menyebabkan
terjadinya karies sekunder serta, jika terjadi kebocoran pada
tumpatan, bakteri yang tertinggal di dalam kavitas akan aktif dan
dapat menimbukan gejala sakit dinding kavitas.
6. Membersihkan dan meratakan alas, dinding dan tepi kavitas
tindakan yang dilakukan untuk membentuk dinding enamel margin yang
halus dan rata, untuk mendapatkan kontak marginal serta adaptasi
tumpatan yang baik dan menambah retensi.
7. Membersihkan kavitas : tindakan terakhir dari prinsip
preparasi kavitas, yang bertujuan untuk membersihkan kavitas dari
debris. Kavitas dibersihkan dengan air atau untuk pembersihan yang
lebih efektif dianjurkan penggunaan bahan-bahan kimia seperti
H2O2.
Konsep Dasar dalam Preparasi Kavitas
Dalam melakukan restorasi perlu memperhatikan berbagai hal
antara lain :
a. Extention for Prevention yaitu Out line kavitas diletakkan
hanya pada daerah karies, juga menjadi pertimbangan untuk melakukan
preparasi yang konservatif. Misal : titik kontak klas III tetap
dipertahankan.
b. Cutting for Immunity adalah Mencegah terjadinya recurrent
caries, OLF harus mencakup developmental grooves pada permukaan
oklusal gigi posterior, permukaan preparasi pada bagian proksimal
margin harus diperluas (sedikit) ke arah buccal atau labial atau
lingual (cleansing areas).
c. Self Cleansing Areas yaitu Daerah yang terbebas dari
bacterial plaque akibat aksi dari makanan dan jaringan mulut.
d. Cleansible Areas yaitu Daerah yang dengan mudah dicapai oleh
sikat gigi.
TAHAPAN PREPARASI KELAS I
Kavitas kelas I merupakan kavitas yang dimulai dengan kerusakan
pada pit dan fissura yang terdapat pada permukaan oklusal gigi
molar dan premolar, permukaan bukal dan lingual/palatal semua gigi
di daerah 2/3 ke arah oklusal atau incisal, dan foramen caecum gigi
anterior atas. Pit dan fissura merupakan hasil perpaduan yang tidak
lengkap dari enamel dan sangat rentan terhadap karies. Dengan
menggunakan cairan resin viskositas rendah, daerah ini dapat
ditutup dengan cara melakukan etsa asam pada dinding-dinding pit
dan fissura serta beberapa milimeter permukaan enamel yang
berbatasan dengan daerah tersenut.
Penelitian klinis menunjukkan bahwa pit and fissura sealants
merupakan metode yang aman sekaligus efektif dalam mencegah karies.
Sealant yang paling efektif digunakan pada anak-anak, yaitu
diaplikasikan pada pit dan fissura gigi posterior permanen segera
setelah mahkota klinis erupsi. Orang dewasa juga dapat memperoleh
manfaat dari penggunaan sealants jika individu rentan terhadap
karies karena perubahan dalam diet mereka atau karena kondisi
medis. Indikasi penggunaan sealant adalah untuk lesi karies pada
permukaan email pit dan fissura yang belum meluas ke dentinoenamel
junction (DEJ).
Tahap Preparasi Kavitas Kelas I yaitu :
1. Membuat outline form mengikuti pit dan fissure dan jaringan
gigi yang karies.
2. Masuki kavitas dengan bur bulat berkecepatan tinggi hingga
kedalaman kurang lebih 2,5 mm.
3. Dengan menggunakan bur fisur hilangkan fosa dan groove dan
permukaan oklusal yang terkena karies.
4. Dinding preparasi dibuat sedikit konvergen ke arah permukaan
oklusal untuk menambah retensi tumpatan.
5. Atap ruang pulpa diratakan dengan bur inverted dengan
hati-hati agar tidak terjadi perforasi pulpa.
6. Sudut dan dasar preparasi diperiksa kembali dengan sonde
untuk memeriksa apakah pulpa terbuka.
7. Kavitas dibersihkan dengan air, kemudian dikeringkan dengan
semprotan udara.
Gambar: A. Out line preparasi untuk tumpatan amalgam kelas I. B
Pengambilan jaringan karies dengan fissure bur
TAHAPAN PREPARASI KELAS II
Definisi restorasi Klas II adalah bila jaringan karies telah
mengenai permukaan mesial atau distal (proksimal) gigi posterior.
Walaupun lesi Klas II terjadi pada permukaan proksimal, umumnya
dianggap sebagai kavitas campuran, yaitu suatu kavitas yang
mengenai dua permukaan, salah satunya adalah permukaan oklusal.
Begitu sering terjadi sehingga dalam praktik kavitas Klas II dibagi
menjadi mesial-oklusal (MO), disto-oklusal (DO), atau
mesial-oklusal-distal (MOD). Karena gigi-gigi biasanya saling
berkontak, akses ke kavitas tertutup dan harus dibuat dengan
memotong substansi gigi dari lingual, fasial, atau oklusal. Cara
yang biasa tentunya adalah membuat akses dari oklusal; meskipun
begitu, bila lesi dekat garis servikal, kadang-kadang preparasi
dari fasial atau lingual menjadi pilihan.
Amalgam adalah suatu bahan yang rapuh, sehingga dibutuhkan
dinding kavitas yang tegak lurus terhadap permukaan email. Bila
amalgam dimampatkan ke dinding ini, interfase antara email dan
amalgam akan berakhir sebagai butt join. Karakteristik amalgam yang
buruk ini sering disebut kekuatan tepi. Kekuatan dan keutuhan
bagian tepi adalah dua kriteria penting untuk memutuskan apakah
tonjolan yang lemah akan dipertahankan atau dikorbankan. Jika
dikorbankan, seluruh tonjol dipotong, dibuang kira-kira sepertiga
dari panjang total mahkota sehingga cukup banyak ruang untuk logam
agar bisa menahan fraktur selama pengunyahan.
Empat tipe perlekatan dapat dipakai untuk retensi restorasi: (1)
undercut pada daerah oklusal atau gingival, (2) interlock aksial
(alur fasial dan lingual), (3) parit, dan (4) dowel atau pin. Suatu
parit adalah lubang yang dibuat, tempat ke dalamnya amalgam akan
dimampatkan. Setelah mengeras amalgam menjadi kuat dengan retensi
yang besar. Panjangnya bervariasi dari 2-4 mm dan lebarnya
kira-kira 1 mm. Parit tidak ditempatkan terlalu jauh ke arah pulpa,
tetapi juga tidak terlalu dekat ke permukaan agar bagian tepi gigi
tidak patah. Lubang parit harus cukup besar untuk tempat pemampat
yang kecil dan dalamnya 1-2 mm.
Gambar 4. Diagram preparasi gigi, nomenklatur dasar dari kavitas
. A.Dinding dan dasar B. Pulpa dan dinding gingival boleh juga
dinamakan lantai
Untuk lebih bisa dipahami, kavitas Klas II dapat dibagi dalam
dua kategori; (1) Klas II amalgam insipien adalah tambalan yang
sedikit banyak menutupi lubang masuk melalui aktivitas mikroba
dapat menyerang gigi, dan (2) Klas II amalgam yang diperluas
merupakan tambalan yang mengembalikan bagian gigi yang hilang atau
rusak.
Tahapan Preparasi Klas II
1. Buat outline form preparasi kavitas karies proksimal.
2. Bentuk preparasi oklusal mengikuti bentuk fissure gigi molar
yang bersangkutan (sama seperti kavitas karies oklusal).
3. Preparasi dilanjutkan hingga memotong margin proksimal.
4. Boks aproksimal dibuat berbentuk step kebawah ke sisi mesial
atau distal dari kamar pulpa.
5. Tepi lingual dan bukal dari boks aproksimal dibuat sedemikian
rupa sehingga mudah dibersihkan.
6. Tepi gingiva dari boks aproksimal ditempatkan sedemikian rupa
sehingga cukup ruang antara daerah ini dengan gigi sebelahnya untuk
pemasangan matriks.
7. Dasar pulpa dan dinding gingiva rata serta sejajar dengan
bidang oklusal.
8. Dinding gingiva dibuat datar dan setinggi interdental papil
di daerah proksimal.
9. Dibuat bevel pada aksio line angel.
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI RESTORASI AMALGAM
1. Indikasi dari Restorasi Amalgam yaitu :
a. Kavitas klas I, II, dan V
b. Pada daerah yang memiliki beban kunyah yang besar
c. Tidak mempertimbangkan estetis
2. Kontraindikasi Restorasi Amalgam yaitu :
a. Jumlah karies dalam rongga mulut yang kompleks
b. Karies yang luas dan melibatkan cusp
c. Adanya kebutuhan estetik
d. Gigi antagonis direstorasi dengan menggunakan logam yang
tidak sejenis, karena akan menyebabkan terjadinya arus galvanish
yang bisa menimbulkan rasa ngilu dan nyeri pada gigi. Karena pada
kasus ini saliva berperan sebagai mediator.
3. Kelebihan dari Restorai Amalgam
a. Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang
paling kuat dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan
tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu
yang sangat lama di dalam mulut (pada beberapa penelitian
dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan
kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan
prosedur.
b. Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan
lain yang pada umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena
faktor-faktor dalam mulut yang saling berinteraksi seperti gaya
kunyah dan cairan mulut.
c. Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan
tidak terlalu technique sensitive bila dibandingkan dengan resin
komposit, di mana sedikit kesalahan dalam salah satu tahapannya
akan sangat mempengaruhi ketahanan dan kekuatan bahan tambal resin
komposit.
d. Biayanya relatif lebih rendah dan dapat disimpan lebih lama
jika dibandingkan dengan bahan restorasi lainnya.
4.Kekurangan dari Restorasi Amalgam
a. Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras
dengan warna gigi dan juga mudah mengalami perubahan warna
(tarnish) sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau
di mana pertimbangan estetis sangat diutamakan.
b. Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi
tambalan yang berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan
perubahan warna pada gigi sehingga tampak membayang kehitaman.
c. Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi
dengan logam yang terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain
itu, beberapa waktu setelah penambalan pasien terkadang sering
mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap rangsang panas atau
dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung lama dan
berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi.
d. Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan
dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada
negara-negara tertentu ada yang sudah memberlakukan larangan bagi
penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.
e. Adanya korosi berlebihan dapat menyebabkan peningkatan
porositas, penurunan integral marginal, berkurangnya kekuatan, dan
pelepasan produk-produk metal dalam lingkungan rongga mulut.
Galvanic korosi jiga bisa dapat terjadi yaitu korosi yang terjadi
apabila amalgam berkontak dengan bahan restorasi lainnya, misalnya
emas, amalgam konvensional, alloy prostodonti, dan lainnya.
TAHAPAN RESTORASI AMALGAM
1. Pemilihan Amalgam Alloy
Faktor berikut ini perlu dipertimbangkan saat memilih alloy
untuk restorasi;
a. Jenis alloy;
High copper atau low copper alloy
Alloy yang mengandung zink atau free zink
Ukuran dan bentuk partikel
b. Jika restorasi akan mengalami tekanan oklusal tinggi, maka
pilihlah amalgam dengan resistensi yang tinggi terhadap fraktur
marginal.
c. Pada preparasi yang lebih luas lebih diutamakan penggunaan
alloy dengan nilai creep yang rendah.
d. Jika sulit untuk mengontrol kelembaban maka lebih diutamakan
penggunaan alloy free zink untuk menghindari ekspansi tertunda.
2. Ratio Merkuri Alloy
Untuk keberhasilan restorasi, rasio merkuri harus spesifik dan
akurat sesuai dengan jenis alloy yang digunakan. Merkuri pada
dasarnya diperlukan untuk membasahi partikel alloy sebelum mereka
bereaksi. Umumnya, adalah 5:8 atau 5:7, jika kandungan merkuri
lebih dari jumlah yang diperlukan, maka campuran yang dihasilkan
akan lebih lemah, tapi jika kurang, mungkin tidak cukup untuk dapat
membasahi partikel alloy. Alloy amalgam Lathecut membutuhkan lebih
banyak merkuri untuk membasahi dibandingkan dengan alloys
spherical.
Perbandingan takaran alloy dengan merkuri : amalgam yang telah
set hendaknya kurang dari 50% , ada 2 teknik yang dikemukakan.
a. Menggunakan perbandingan alloy dan merkuri 5:7 atau 5:8.
Kelebihan merkuri mempermuda triturasi dan dapat di peroleh hasil
campuran yang plastis. Sebelum bahan dimasukan kedalam kavitas,
kelebihan merkuri di ambil dengan cara memerasnya dalam kain
kassa.
b. Minimal merkuri techniques (teknik Eames) dimana merkuri dan
alloy ditimbang dalam jumlah yang sama, tidak perlu dilakukan
pemerasan merkuri sebelum dilakukan kondensasi. Metode pencampuran
secara mekanis.
3. Triturasi
Triturasi bertujuan untuk melepaskan oksida dari bubuk alloy.
Agar terjadi reaksi bubuk alloy dan Hg secara cepat, permukaan
alloy harus bersih dengan cara menggesek partikel-partikel secara
mekanis sehingga mengangkat lapisan oksida yang menutupi partikel
alloy.
Triturasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Pencampuran manual dengan menggunakan mortal dan pestel
Dipergunakan mortar dan pestel yang terbuat dari gelas.
Permukaan dalam mortar agak kasar yang berguna untuk mempertinggi
frekuensi gesekan antara amalgam dan permukaan mortar. Kekasaran
permukaan ini dapat dipertahankan dengan sekali-sekali mengasahnya
dengan pasta karborundum. Pesteladalah alu kecil terbuat dari
gelas. Teknik tersebut sudah jarang digunkan sekarang ini, lebih
cepat menggunakan metode mekanis, dengan cara ini resiko merkuri
terhirup lebih kecil. Tiga faktor untuk mendapatkan campuran massa
amalgam yang baik, antara lain : jumlah putaran , kecepatan
pemutaran dan besarnya tekanan pada pengaduk. Idealnya 24-25 detik
merupakan waktu yang cukup.
b. Pencampuran secara mekanis
Alloy dan merkuri dalam perbandingan yang tepat dapat dicampur
secara mekanis di dalam kapsul baik dengan atau tanpa menggunkan
pastel atau stainless steel. Harus dipergunakan pastel yang
memiliki diameter jauh lebih kecil darikapsul apabila dipakai alloy
yang berbentuk kapsul sehingga memudahkan menghancurkannya.
Amalgamator mekanis mempunyai pengaturan waktu sehingga waktu
pencampuran yang tepat dapat terjamin serta dapat dilakukan
berulang-ulang. Bahan untuk ini tersedia dalam bentuk kapsul,
masing-masing kapsul berisi alloy dalam berat yang sudah diukur
serta merkuri dalam jumlah yang sebanding berada terpisah dengan
tutupnya. Sekat pemisag harus dipecah sebelum kapsul dimasukkan
dalam amalgamator.
Alat yang tersedia sesuai dengan proporsi dan pencampuran
amalgam. Penggunaan alat ini sangat tepat tetapi pemeliharaan harus
dilakukan ketika mengisi merkuri untuk menghindari tumpahnya
merkuri dan terjadinya kontaminasi. Problem lain yaitu biasanya
alat ini memiliki kecepatan yang rendah dan wktu triturasi sekitar
20-30 detik untuk mendapatkan massa yang menyatu. Hasil amalgam ini
umumnya kurang memuaskan.
Pemilihan wajtu triturasi adalah penting, ini tergantung pada
tipe alloy yang dipergunakan serta kecepatan mencampur. Pada
beberapa high copper alloy tertentu perlu diawasi kondisi triturasi
yang tepat. Beberapa produk seperti ini membutuhkan energy yang
besar pada pencampuran yang diperlukan untuk menghancurkan pelapis
oksida yang terbentuk pada partikel dengan tembaga yang banyak.
Tidak ada rekomendasi yang tepat untuk waktu pencampuran karena
amalgamator berbeda dalam hal kecepatan pola getaran dan desain
kapsul. Alloy sperikal biasanya membutuhkan waktu malgamasi yang
kurang dari alloy lathe.
Campuran dalam jumlah yang lebih sedikit. Keuntungan triturasi
mekanis yaitu waktu pencampuran lebih singkat dan prosedurnya lebih
standar.
4. Aplikasi Matrix Band
Matrix secara utama digunakan pada restorasi permukaan
proksimal. Menurut Roberson dkk., tujuan penggunaan matrix adalah
untuk: menyediakan kontak yang baik, kontur yang baik, pembatas
material restoratif, dan mengurangi penggunaan material yang
berlebih. Matrix yang efektif memiliki ciri: mudah diaplikasikan
maupun diambil, memanjang ke bawah margin gingival, memanjang
sampai ke atas marginal ridge, dan mempertahankan terhadap
deformasi selama penempatan material. Aplikasi matrix pada
preparasi gigi dapat melindungi gigi tetangga dari kerusakan
(Roberson dkk., 2006).
Tujuan dari penggunaan matrix adalah untuk (Summit dkk.,
2006):
a. Mempertahankan amalgam sehingga kondensasi yang adekuat dapat
dilakukan.
b. Re-establishment kontak dengan gigi tetangga.
c. Membatasi ekstrusi amalgam dan pembentukan overhang pada
hidden margin, seperti proximal gingival margin.
d. Menyediakan kontur fisiologis yang adekuat untuk permukaan
proksimal restorasi.
5. Kondensasi
Spherical amalgam lebih mudah dikondensasi daripada admixed
amalgam, tapi penempatan keduanya mudah. Secara umum, digunakan
amalgam condenser yang lebih kecil dahulu, agar amalgam
terkondensasi dengan baik pada sudut internal dan bagian retensi
sekunder. Setelah itu, digunakan condenser yang lebih besar.
6. Carving
Penempatan (kondensasi) dan carving amalgam harus dilakukan
sebelum amalgam menjadi terlalu keras untuk di-carving. Carving
pada area oklusal reatorasi amalgam menggunakan instrumen
discoid-cleoid, pada area facial dan lingual dengan Hollenbeck
carver, dan pada area embrasure proksimal dengan pisau amalgam atau
amalgam scaler.
7. Finishing dan polishing
Jika prosedur carving telah dilakukan dengan benar, proses
finishing tidak diperlukan. Sedikit cotton pellet yang dibasahi
dapat digunakan untuk menghaluskan restorasi. Namun, tambahan
finishing dan polishing restorasi amalgam mungkin diperlukan untuk
memperbaiki perbedaan marginal atau memperbaiki kontur. Pada proses
ini digunakan stone, atau instrument putar pada posisi margin
dibawah cementoenamel junction (CEJ).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN RESTORASI AMALGAM
Menurut Anusavice (2003), kualitas dari restorasi amalgam dapat
dipengaruhi oleh :
1. Perbandingan Merkuri dan alloy
Jumlah merkuri dan alloy yang akan digunakan disebut sebagai
rasio merkuri : alloy, menunjukkan berat merkuri dan alloy yang
akan digunakan untuk suatu teknik tertentu. Perbandingan yang
instruksi pabrik berbeda-beda sesuai dengan komposisi alloy, ukuran
partikel, bentuk partikel, dan suhu yang digunakan. Jika kandungan
merkuri agak rendah, campuran amalgamnya bisa kering dan kasar
serta tidak ada cukup matriks untuk mengikat keseluruhan massa.
Penggunaan merkuri yang terlalu sedikit akan melemahkan kekuatan
amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi, sama seperti
penggunaan merkuri yang terlalu banyak, daya tahan terhadap
korosinya juga menurun.
2. Triturasi
Tujuan triturasi (pengadukan) adalah amalgamisasi yang benar
dari air raksa dengan logam campur. Tidak ada anjuran yang bisa
diberikan tentang waktu pengadukan karena ada banyak faktor yang
mempengaruhi. Waktu pengadukan yang pendek (undertrituration)
ataupun yang panjang (overtrituration) akan mengurangi kompresi dan
kekuatan karena ada kekosongan dan karena tidak terbentuknya fase
Y1 sehingga partikel-partikel amalgam tidak berikatan seluruhnya.
Amalgam yang pengadukanya terlalu lama mempunyai konsistensi yang
kental, lengket dan kekuatan yang lemah karena pembentukan Y1 yang
berlebihan.
3. Kondensasi
Tujuan kondensasi adalah memadatkan alloy ke dalam kavitas yang
sudah dipreparasi sehingga tercapai kepadatan yang maksimal, dengan
cukup merkuri yang tertinggal untuk menjamin kelanjutan tahap
matriks diantara partikel-partikel alloy yang ada. Tekanan
kondensasi berpengaruh terhadap kekuatan amalgam. Kekuatan yang
diberikan selama kondensasi adalah sekitar 1-50 N dan hal ini
tergantung pada bentuk dan ukuran partikel alloy. Tekanan
kondensasi yang lebih besar dianjurkan untuk meminimalkan porositas
dan mengeluarkan kelebihan merkuri dari lathecut amalgam.
4. Efek Laju Pengerasan Amalgam
Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang kita inginkan,
sebagai contoh, pada akhir ke-20, compressive strength hanya 6%
dari kekuatan sesudah 1 minggu. Spesifikasi ADA menyebutkan
compressuve strength minimal adalah 80 Mpa pada 1 jam. Compressive
strength 1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang kandungan
tembaganya tinggi sangat besar. Setelah 8 jam, amalgam umumnya
sudah mempunyai 70% dari kekuatan totalnya.
BAB III PENUTUP
I. KESIMPULAN
Dari hasil diskusi kelompok didapatkan kesimpulan bahwa saat ini
penggunaan Amalgam sebagai bahan tambalan jarang sekali digunakan
karena estetikanya yang kurang baik, dalam hal penggunaan amalgam
sebagai bahan tambalan juga dalam tahapan restorasinya memiliki
banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Amalgam sering digunakan
untuk kavitas kelas I dan kelas II karena tingkat kekuatan yang
tinggi sehingga cocok digunakan untuk gigi posterior yang tidak
akan pecah jika menerima daya kunyah juga memiliki tingkat
ketahanan terhadap keausan yang tinggi, namun amalgam lebih banyak
memiliki kekurangannya, karena jarang sekali digunakan harga antara
amalgam dan resin komposit yang sewarna gigi yang sering digunakan
memiliki perbandingan harga yang sama, sedangkan penggunaan amalgam
sebagai bahan tumpatan sediripun memiliki kekurangan yang tidak
sewarna dengan gigi, menimbulkan toksisitas karena kandungan
merkuriny, dan memiliki daya creep yang tinggi sehingga menyebabkan
gigi tumpatannya menjadi warna hitam juga. Pada tahap preparasi
kavitas pun perlu dilakukan sesuai dengan tahapan yang akan
dilaksanakan untuk membuat tambalan amalgam dapat bertahan lama
yaitu pembuatan outline form, resistensi dan retention form,
convenience form, correction of enamel margins, dan toilet of the
cavity perlu dilakukan. Pada Tahap penumpatan pun perlu
diperhatikan tahapan triturasi, kondensasi, reaksi pengerasan dan
pemolesan tumpatan amalgam.
II. SARAN
Setelah mempelajari tentang restorasi amalgam, diharapkan
mahasiswa memahami apa tujuan dari pembelajaran ini untuk
memudahkan mahasiswa sendiri nantinya. Baiknya menjaga kondisi gigi
geligi dan meminimalkan untuk pencabutan gigi geligi juga
memperhatikan kondisi gigi yang perlu ditambal dan memperhatikan
indikasi dari penggunaan tumpatan amalgam yang baik digunakan untuk
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice KJ. Philllips : Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.
Ed 10. Alih Bahasa. Budiman JA, Purwoko S. Jakarta : EGC, 2004
Baum, L., Phillips, R. W., dan Lund, M.R. Buku Ajar Ilmu
Konservasi Gigi, Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran, 1997
Garg N, Garg A. Textbook of Operative Dentistry. New Delhi :
JAYPEE : 2010
SYARAT
TAHAP
ALAT
TAHAPAN
INDIKASI