LAPORAN HASIL DISKUSI BLOK 9 SKENARIO 1 Kelompok 1 / A “Ortodonti Peranti Lepasan” DK 1 : 23 Agustus 2010 DK 2 : 26 Agustus 2010 Fasilitator : drg. Yuliana Ratna Kumala SpKG Ketua : Akhmad Hilmi M (0810740006) Sekertaris : Amaliyah Nur Irianti (0810740007) Peserta diskusi : Andi Octafianto (0810740008) Charisman Arie B (0810740011) Dwita Budiarti (0810740018) Gissa Khenia (0810740026) Mutiara Tungga Dewi (0810740034) Olivia Indah Suhardiman (0810740041) R. Putri Noer P (0810743044) Imania Purbaning (0810743010) Nur Aini B (0810743013) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN HASIL DISKUSI BLOK 9 SKENARIO 1
Kelompok 1 / A
“Ortodonti Peranti Lepasan”
DK 1 : 23 Agustus 2010
DK 2 : 26 Agustus 2010
Fasilitator : drg. Yuliana Ratna Kumala SpKG
Ketua : Akhmad Hilmi M (0810740006)
Sekertaris : Amaliyah Nur Irianti (0810740007)
Peserta diskusi :
Andi Octafianto (0810740008)
Charisman Arie B (0810740011)
Dwita Budiarti (0810740018)
Gissa Khenia (0810740026)
Mutiara Tungga Dewi (0810740034)
Olivia Indah Suhardiman (0810740041)
R. Putri Noer P (0810743044)
Imania Purbaning (0810743010)
Nur Aini B (0810743013)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Agustus 2010
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Semakin berkembangnya jaman, informasi yang didapat semakin mudah.
Banyak orang yang menginginkan giginya terlihat rapi, mereka bisa mencari informasi
dari internet, buku, atau bertanya ke orang lain. Oleh karena itu, pada topik ini akan
dibahas mengenai alat ortodonti peranti lepasan. Pada topic ini kita akan mengetahui
jenis-jenisnya berdasarkan komponen dan juga desainnya., indikasi, kontraindikasi,
keuntungan, dan keterbatasan menggunakan peranti ini.
Laporan ini membahas tentang “Ortodonti Peranti Lepasan”, diharapakan
dengan dibuatnya laporan ini, mahasiswa mengerti dan memahami tentang hal-hal
yang berkaitan dengan topik yang dibahas
Batasan Masalah:
1. Menjelaskan Macam-macam Alat Ortodonti:
- Peranti Lepasan, cekat, dan fungsional
- Perbedaan dari peranti tersebut
2. Menjelaskan Peranti Lepasan
- Definisi
- Indikasi
- Kontraindikasi
- Keuntungan
- Keterbatasan
- Macam-macam
o Komponen
o Desain
- Rencana Perawatan
ORTODONTI PERANTI LEPASAN
Definisi
1. Peranti ortodonti lepasan: Peranti dapat dilepas dan dipasang oleh pasien.
2. Peranti fungsionaL: Digunakan untuk mengireksi maloklusi dengan
memanfaatkan, menghalangi atau memodifikasi kekuatan yang dihasilkan otot
orofacial, erupsi gigi dan pertumbuhkembangan dentomaksilofacial.
3. Peranti cekaT: Peranti orthodonti yang melekat pada gigi pasien sehingga tidak
bias dilepas oleh pasien.
Macam-macam peranti ortodonti
(menurut Buku Ajar Ortodonsi)
1. Piranti Cekat
2. Piranti fungsional
3. Piranti cekatan
(menurut Contemporary Orthodontics)
1. Peranti Fungsional untuk pertumbuhan ( guidance pertumbuhan)
2. Peranti lepasan untuk pergerakan gigi
3. Peranti lepasan dengan pegas untuk memposisikan sebuah gigi ( individual
teeth)
4. Kombinasi perawatan fungsional dan plat aktif
Piranti cekat
Peranti orthodonti yang melekat pada gigi paien sehingga tidak bisa dilepas
sendiri oleh pasien. Komponen utamanya yakni lekatan (attachment) berupa bracket
dan band, kawat busur (archwire) dan penunjang (auxilliaries ataupun accesories)
misalnya rantai elastomerik dan modul.
Peranti Fungsional
Piranti yang dapat berupa piranti lepasan atau cekat yang menggunakan
kekuatan yang berasal dari regangan otot, fasia, dan atau jaringan yang lain untuk
mengubah relasi skelet dan gigi. Hanya efektif pada anak yang sedang bertumbuh
kembang terutama yang belum melewati pubertal growth spurt.
Peranti Lepasan
Piranti yang dapat dipasang dan dilepas sendiri oleh pasien.
Perbedaan
1) Pergerakan gigi yang dihasillkan peranti lepasan
Peranti lepasan menghasilkan pergerakan gigi lewat 1 titik kontak antara
pegas dan gigi.
Pergerakan yang dihasilkan adalah pergerakan condong (simple titling
movements/tipping movements) ke arah mesial, distal, bukal, atau lingual.
Pada pergerakan ini apeks akan bergerak berlawanan dengan arah
pergerakan mahkota.
Letak awal gigi sangat menentukan keberhasilan pergerakan gigi ke letak
baru gigi tersebut ; gigi dalam letak mesioklinasi akan terletak pada posisi
yang baik sesudah diretraksi.
2) Pergerakan gigi yang dihasilkan peranti cekat
Gerakan gigi yang dihasilkan peranti cekat adalah gerakan tipping akan tetapi
peranti cekat memungkinkan gerakan translasi dan torque apabila diperlukan.
3) Perbedaan antara peranti lepasan dengan peranti cekat dapat ditinjau
berdasarkan indikasi dan kontraindikasinya, yaitu sebagai berikut:
- Adanya rotasi yang parah
- Bila diperlukan pergerakan gigi secara translasi (bodily)
- Bila terdapat problema ruangan, seperti adanya diastema yang berebiha.
Ketiga kasus di atas merupakan kontraindikasi dari peranti lepasan, di sisi lain
ketiganya merupakan indikasi dari peranti cekat
Ruang Lingkup Peranti Lepasan
1. Piranti lepasan mempunyai lingkup yang terbatas
2. Piranti ini hanya cocok untuk pasien-pasien yang mau melakukan peranannya
dalam perawatan, dan yang pergerakan aktif dari gigi hanya melibatkan gerak
tipping dan gerak rotasi (gerak dengan tekanan ringan).
3. Beberapa maloklusi yang tidak parah bisa diperbaiki dengan menggunakan
gerak tipping dan terapi piranti lepasan berperan penting dakam perawatan
ortodonsi.
Indikasi Peranti Lepasan:
1. Pasien kooperatif, kebersihan mulut dan geligi dalam kondisi yang baik.
2. Maloklusi dengan pola skelet kelas I atau yang tidak jauh menyimpang dari kelas
I disertai kelainan letak gigi, yaitu : a. terdapat jarak gigit yang besar disebabkan
kesalahan inklinasi gigi b. gigitan terbalik disebabkan kesalahan inklinasi gigi c.
malposisi gigi tetapi akar gigi tersebut terletak pada tempat yang benar d.
kelainan jurusan bukolingual (gigitan silang unilateral posterior) yang disebabkan
displacement mandibula)
3. Pencabutan yang terencana hendaknya member kesempatan gigi untuk
bergerak tiping, dan hendaknya hanya menyisakan sedikit diastema atau bahkan
tidak menyisakan diastema sama sekali.
Kontraindikasi Peranti Lepasan:
1. Diskrepansi skeletal yang jelas dalam arah sagital maupun vertical
2. Bila dibutuhkan penjangkaran antarmaksila
3. Adanya malposisi apeks, rotasi yang parah ataupun rotasi multiple
4. Bila diperlukan pergerakan gigi secara translasi (bodily)
5. Bila terdapat problema ruangan, misalnya adnya gigi berdesakan yang parah
ataupun adanya diastema
Keuntungan Peranti Lepasan:
a. Maloklusi yang memerlukan pergerakan gigi condong (tipping), bila dirawat
dengan menggunakan peranti lepasan hasilnya cukup baik
b. Pengurangan tumpang gigit mudah dilakukan pada masa geligi pergantian
c. Peranti lepasan dapa diberi peninggian gigit untuk menghilangkan halangan dan
displacement mandibula. Hal ini tidak mungkin dilakukan dengan peranti cekat
d. Pengontrolan peranti lebih mudah dbandingkan dengan peranti cekat karena
hanya beberapa gigi yang digerakkan setiap saat
e. Peranti lepasan dibuat di laboratorium, sedangkan insersi dan aktivasi yang
dilakukan di klinik tidak memerlukan waktu yang terlalu lama. Iniberarti operator
dapat menangani pasien lebih banyak yang dirawat pada waktu itu
f. Relative murah dan tidak diperlukan bahan yang banyak dan mahal
g. Dapat dilepas oleh pasien untuk dibersihkan sehingga pemeliharaan kebersihan
mulut tidak sukar
h. Apabila ada kerusakan atau menyebabkan rasa sakit, pasien dapat melepas
peranti unutk sementara dan segera mengunjungi dokter gigi yang merawat.
Keterbatasan Peranti Lepasan:
a. Kekuatan hanya diberikan pada 1 titik di mahkota
b. Rotasi multipel tidak mudah untuk dilakukan
c. Hanya beberapa gigi saja yang dapat digerakkan setiap tahap
d. Sisa diastema pada kasus pencabutan sukar atau bahkan tidak mungkin ditutup
dari distal
e. Penutupan diastema dengan gigi tetangga sukar dicapai
f. Piranti lepas rahang bawah tidak begitu dapat diterima oleh pasien karena lidah
terdesak
g. Pasien yang tidak kooperatif sering kali tidak memakai pirantinya
KOMPOSISI PIRANTI LEPASAN
·Kawat
·Dapat dibentuk pada suhu kamar dan dikeraskan melalui pemanasan
·Pengerasan kawat terjadi dengan manipulasi berulang dan dapat terjadi fraktur bila telah dibengkok dengan pakasa
·Ada 2 proses pengerasan:
·Soldering
Prosedur yang digunakan:
·Bersihkan kawat
·Campurkan fluoride yang berisi flux ke dalam air untuk membentuk pasta dan aplikasikan pada area yang akan disolder, flux akan menghilangkan lapisan oksida pasif
·Panaskan suhu rendah dalam api biru serta aplikasikan pada area tadi, pastikan kawat berkontak dengan sangat dekat
·Pindahkan api dengan cepat untuk menghindari pendinginan kawat ke sambungan
·Welding
Komponen dilas dengan kecepatan leleh 100 A, 5 V dalam 0,01 detik
·Resin akrilik
·Untuk konstruksi baseplate, separator harus diaplikasikan pada model kerja setelah komponen kawat diposisikan
·Berasal dari polymethylmethacrylate (PMMA)
·Karakteristik heat cure
·Lebih kuat
·Tidak porous
·Lebih resisten terhadap abrasi
·Terdiri dari sedikit monomer yang tidak bereaksi
·Harga dan waktunya lebih tinggi
·Kekurangan self cure
·Rawan absorbs air
·Monomer residu dapat menyebabkan reaksi sensitive
Macam-Macam Peranti Lepasan:
Berdasarkan Komponen:
a. Komponen Aktif
Pegas
Idealnya kekuatan yang dihasilkan pegas adalah kekuatan yang terus menerus,
sehingga dapat menggerakkan gigi secara terus menerussampai ke posisi yang
diinginkan.
Hal yang harus diperhatikan saat mendesain pegas:
1. Dimensi kawat
2. Defleksi
3. Arah pergerakan gigi
4. Mudah diinsersi dan nyaman untuk pasien.
Dimensi kawat
Kelenturan sebuah pegas bergantung pada panjang dan diameter kawat yang
digunakan. Kekuatan yang dihasilkan sebuah pegas dengan defleksi tertentu
berbanding langsung dengan pangkat empat diameter kawat dan berbanding
terbalik dengan pangkat 3 panjang kawat.
Memerbesar pegas 2x lipat, kekuatan akan mengecil 1/8 dari kekuatan awal.
Memperbesar diameter kekuatan kawat 2x lipat maka kekuatan meningkat 16x
dari kekuatan awal. Untuk mendapatkan kekuatan ringan pegas harus di
perpanjang. Pegas dari kawat berdiameter 0,5 mm akan mudah rusak. Untuk
melindungi pegas palatal dari kawat 0,5 mm perlu dilakukan boxed in. kawat
berukuran 0,5 mm juga baik untuk pegas retractor bukal berpenyangga. Pegas
bukal tanpa penyangga di buat dari kawat berukuran 0,7mm.
Defleksi
Dapat dikatakan seberapa jauh pegas digerakkan dari letak semula. Pergerakan
yang diharapkan ± 1 mm perbulan. Pegas berdiameter 0,5 mm disertai koil
cukup diaktivasi 3 mm perbulan. Pegas palatal berdiameter 0,5 mm memberikan
kekuatan sebesar 15 gram/mm.
Arah pergerakan gigi
Ditentukan titik kontak pegas dengan gigi. Gigi akan bergerak pada garis yang
tegak lurus titik kontak pegas dan gigi. Penempatan pegas yang salah akan
menyebabkan gigi bergerak kea rah yang salah.
Mudah diinsersi dan nyaman.
Pegas bukal dan busur sering menyebabkan rasa tidak nyaman dan
menyebabkan ulserasi traumatic apabila ada bagian yang terlalu menjorok ke
sulkus/gigi.
Macam-macam Pegas:
a. Pegas kantilever tunggal (pegas jari)
Selain dapat menggerakkan gigi kearah mesiodistal dapat juga di pergunakan
untuk menggerakkan gigi ke labial atau sarah lengkung gigi. Dibuat dari kwat
baja nirkarat keras, berdiameter 0,5mm. koil dengan diameter ±3mm dibuat di
dekat masuknya pegas kedalam lempeng akrilik. Menambah koilberarti
memperpanjang pegas sehingga pegasakan lebih lentur. Untuk kelenturan
maksimal koil harus terletak berlawanan dengan arah pergerakan gigi. Sehingga
koil akan menutup bila peranti diinsersi dan akan membuka bila gigi telah
bergerak.
b. Pegas kantilever ganda (pegas Z)
Ada ruangan yang tidak memungkinkan penempatan pegas kantilever yang
dibengkokkan, sehingga pegas kantilever ganda akan lebih sesuai. Aktivasi
dilakukan pada lengan pegas. Mula-mula yang di dekat koil yang jauh dari gigi,
kemudian baru ujung lainnya yang mengenai gigi.
c. Pegas T
Pegas T digunakan sebagai alternatif apabila pasien merasa kesulitan sewaktu
memasang peranti menggunakan pegas kantilever tunggal ataupun ganda saat
menggerakan premolar (atau kadang-kadang kaninus) ke bukal.
Pegas T dibuat dari kawat 0,5 mm.
Prinsip mekanikanya sama dengan pegas kantilever, tetapi kelenturan pegas T
berkurang karena tidak mempunyai koil. Pegas diaktivasi sedikit saja, sebab
aktivasi yang banyak mengakibatkan pasien mengalami kesukaran sewaktu
memasang peranti.
Aktivasi dilakukan dengan cara menarik pegas menjauhi lempeng akrilik.
Pegasini kaku dan hanya perlu diaktivasi sedikit, pegas akan terletak dalam
posisi yang benar sewaktu pasien memasang peranti. Apabila gigi sudah
bergerak agak banyak padahal belum mencapai letak yang diinginkan, pegas
dapat diperpanjang dengan cara membuka lup pegas.
d. Pegas Coffin
Pegas Coffin merupakan pegas yang kuat (dibuat dari kawat berdiameter 1,25
mm) yang digunakan untuk ekspansi lengkung geligi ke arah transversal,
misalnya kasus gigitan silang posterior unilateral dengan displacement
mandibula. Keuntungan pemakaian pegas ini adalah aktivasi dapat diatur
apakah akan diekspansi daerah premolar, molar ataukah keduanya. Sebelum
pegas diaktivasi, lempeng akrilik perlu diberi tanda dengan mengebor sedikit
masing-masing satu titik di samping belahan lempeng akrilik, selanjutnya dengan
divider diukur jarak dua titik tersebut. Cara aktivasi pegas coffin adalah dengan
menggunakan tangan untuk menarik kedua bagian akrilik anterior ke lateral.
Tidak boleh menggunakan tang, karena akan mudah distorsi. Setelah itu diukur
jarak dua titik tersebut yang harus lebih lebar daripada sebelum diaktivasi,
sehingga banyaknya ekspansi dapat diketahui. Yang harus diperhatikan adalah
waktu menarik, arah kedua bagian lempeng akrilik harus betul-betul dalam satu
bidang horizontal, jika sampai tertarik ke arah vertika maka peranti menjadi tidak
sesuai lagi dengan keadaan rongga mulut dan tidak akan stabil.
Gambar Pegas Coffin
e. Pegas Bukal Tanpa Penyangga (Self-supporting Buccal Spring)
Digunakan pada kaninus yang terletak dibukal yang perlu digerakkan ke distal
dan palatal. Bila kaninus terletak dibukal, penggunaan pegas palatal tidak akan
memuaskan. Pegas bukal seringkali tidak disenangi karena tidak nyaman bagi
pasien; kadang-kadang sukar diaktivasi dank kurang stabil dalamjurusan vertical.
Apabila pegas jatuh pada bidang miring, seringkali pegas tergelincir menyusuri
bidang miring tersebut. Karena pegas bukal dibuat dari kawat 0,7 mm, dengan
defleksi sedikit saja sudah didapatkan kekuatan yang cukup besar. Ada juga
yang ditambah koil sehingga pegas lebih lentur.
Desain dan pembuatan pegas bukal harus benar. Cetakan sulkus bukal dan
batas mukosa yang bergerak harus cukup jelas sehingga nantinya pegas tidak
akan mengenai keduanya. Untuk mendapatkan kelenturan, pegas dibuat
sepanjang mungkin, tetapi tidak mengenai mukosa. Koil terletak tepat di distal
dari sumbu panjang gigi. Kaki pegas turun melalui tengah-tengah mahkota,
kemudian melingkarinya, ujungnya kontak dengan daerah mesial gigi. Kaki distal
pegas masuk ke dalam akrilik melalui titik kontak premolar pertama dan kedua
Aktivasi pegas hanya sebesar 1mm untuk menghindari kekuatan yang
berlebihan. Aktivasi ke distal paling efektif apabila lengan depan ditarik ke distal,
koil ditahan dengan tang pembentuk lup. Sedangkan untuk ke palatal, lengan
depan sesudah koil dibengkokkan kea rah palatal. Apabila peranti dipasang,
kemungkinan ujung pegas jatuh pada bidang miring dekat tonjol kaninus. Pasien
dilatih untuk menaruh ujung pegas pada tempat yang benar.
Seberapa besar defleksi pegas dapat diketahui dengan mengukur perubahan
jarak dua titik, misalnya satu titik di arrowhead mesial cangkolan Adams dan satu
titik pada lengan pegas. Dilakukan pengukuran dalam mulut (misalnya x mm),
kemudian peranti dilepas. Dilakukan aktivasi (misalnya 1 mm) kemudian diukur
jarak dua titik ini, seharusnya x-1 mm. Untuk mengetahui secara tepat besar
kekuatan yang dihasilkan dapat dilakukan pengukuran dengan alat pengukur,
misalnya Correx
f. Retraktor Bukal Berpenyangga (Supported Buccal Retractor)
Desain pegas ini sama dengan pegas bukal tanpa penyangga, dibuat dari kawat
baja 0,5 mm yang diberi penyangga tabung baja nirkarat berdiameter 0,55 mm.
kelenturan pegas 2 kali lebih besar dibandingkan dengan kawat tanpa
penyangga. Pegas ini cukup diaktivasi 2 mm dan jangan membengkokkan pegas
pada bagian yang baru muncul dari tabung penyangga karena akan mudah
patah.
g. Retraktor Bukal dengan lup terbalik
Pegas ini kaku pada bid horizontal dan sangat tidak stabil dalam arah vertical
sehingga jarang digunakan. Pegas ini tidak boleh diaktivasi lebih dari 1mm. cara
aktivasi adalah dengan membengkokan ujung pegas kemudian memotong ujung
pegas sepanjang 1 mm. cara lain adalah dengan membuka koil sebanyak 1 mm.
Busur Labial
Aktif digunakan untuk menarik insisiv ke lingual. Busur yang lentur yang dibuat
dari kawat berdiameter 0,5 mm, seperti Retraktor Roberts, paling sesuai untuk
mengurangi jarak gigit yang besar.
Macam-macam Busur Labial:
i. Retraktor Roberts
Busur ini sangat lentur karena dibuat 0,5 mm dan terdapat koil pada kedua
ujungnya. Bagian kawat sesudah koil dimasukkan ke tabung baja nirkarat untuk
menyangga busur sehingga busur tidak mudah distorsi .Kelenturan busur ini
terletak pada lenagn vertical dengan koil yang diameter dalam 3 mm. Busur ini
dapat diaktivasi sampai 3mm karena busur ini lentur dan memberikan kekuatan
ringan.
ii. Busur labial tinggi dengan pegas apron
Pegas apron sangat lentur ,pada prinsipnya busur sama dengan retraktor
roberts .suatu kawat 0,9mm melebar masuk ke sulkus bukal jangan sampai
pada dasar sulkus ,apabila digunakan cold cured acrylic,pegas apron dipasang
pada busur kawat 0,9 terlebih dahulu sebelum peranti diberi aklirik .bila di
gunakan heat cured acrylic ,pegas apron dipasang setelah aklirik di proses dan
di poles .pegas apron di buat dari kawat 0,35-0,40mm dan di gulung pada kaki
vertikal,busur kawat kemudian dua atau tiga gulung pada bagian
horizontal .pegas apron mempunyai sifat mekanik yang bagus ,tetapi rektraktor
roberts lebih sering dipilih karena lebih mudah dan nyaman dipakai.
Sekrup Ekspansi (Expansion Screw)
- Terdapat berbagai macam sekrup ekspansi yang dapat digunakan untuk
menggerakkan gigi, ada yang mempunyai guide pin tunggal maupun ganda.
- Sekrup dengan pin ganda lebih stabil, tetapi sekrup dengan pin tunggal lebih
berguna apabila tempatnya sempit, misalnya di RB.
- Keuntungan memakai sekrup : dapat digunakan untuk menggerakkan gigi tetapi
gigi tersebut juga digunakan sebagai retensi peranti
- Untuk mengaktifkan sekrup dilakukan pemutaran dengan kunci yang tersedia,
sesuai dengan arah perputaran yang biasanya berupa tanda panah.
- Sekrup ekspansi memberikan kekuatan intermitten yang besar, yang akan
berkurang setelah gigi bergerak.
- Sekrup ekspansi digunakan unruk mengekspansi lengkung geligi kea rah
transversal maupun sagital, anterior maupun posterior tergantung jenis dan
penempatan sekrup.
- Untuk mengekspansi lengkung geligi anterior kea rah transversal dapat
digunakan sekrup ekspansi tipe kipas atau dengan pegas coffin.
Elastik
- Jarang digunakan bersamaan dengan peranti lepasan.
- Kadang –kadang digunakan untuk meretraksi insisivus atas maupun bawah.
- Sebuah elastik lateks atau power chain ditarik antara dua kait di distal kaninus.
- Elastik mudah tergelincir ke servikal trauma pada gingiva. Hal ini dihindari
dengan memasang bracket pada permukaan labiah insisivus sentral, elastik