This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN SGD 5 LBM 6 BLOK 19
“GERODONTOLOGY”
KELOMPOK SGD 5 :
1. Bayyin Bunayya C (112110183)
2. Desy Rachmawati N (112110189)
3. Karina (112110203)
4. Ken Sekar Langit (112110205)
5. Laily Maghfira N.R (112110207)
6. Lola Carola (112110208)
7. M Yaqiudin A (112110209)
8. Rahmadika K F (112110221)
9. Riska Perwitasari (112110223)
10. Umi Kulsum (112110231)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2014
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin, kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan SGD LBM 6 mengenai
“Gerodontology” Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas SGD yang telah dilaksanakan. Meskipun banyak
rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaan laporan, Alhamdulillah kami berhasil
menyelesaikannya dengan baik.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami
dalam mengerjakan laporan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang sudah
bersusah payah membantu membuat laporan ini baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena
itu, kami akan menerima kritik dan saran dengan terbuka dari para pembaca.Tentunya ada hal-hal yang ingin
kami berikan kepada para pembaca dari hasil laporan ini. Karena itu, kami berharap semoga laporan ini dapat
menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kita semua. Pada bagian akhir, kami akan mengulas mengenai pendapat-
pendapat dari para ahli. Oleh karena itu, kami berharap hal ini dapat berguna bagi kita. Semoga laporan ini dapat
membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi. Amin.
Jazakumullahi khoiro jaza’
Semarang, 22 Mei 2014
Penyusun
SKENARIO LBM VI
Judul Skenario : Kakek Geriatri yang ingin memakai gigi tiruan.
Seorang pasien geriatri, pria berusia 70tahun, datang ke poliklinik gigi spesialis
RSIGM. Kedatangannya ke bagian poliklinik gigi karena ingin dibuatkan gigi tiruan supaya
penampilannya tetap menarik. Pasien tersebut adalah pensiunan suatu perusahaan BUMN dan
dahulu pernah menjabat sebagai direktur utama. Pada saat dilakukan pemeriksaan pasien
tampak kurang kooperatif dan mudah tersinggung. Pasien merupakan penderita hipertensi
dan diabetes tipe 2 yang kurang terkontrol dan mempunyai riwayat perokok aktif pada saat
masih muda. OHIS pasien buruk. Dokter melakukan pendekatan psikologis untuk melakukan
perawatan selanjutnya.
PEMBAHASAN
A. Usia Lanjut
Definisi
Menurut Ernawati lansia adalah orang yang berusia 50 tahun atau lebih. Lansia
merupakan kelompok orang lanjut usia yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara
bertahap dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari. Menurut BKKBN 1998,
penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus,
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik dan rentan terhadap penyakit yang
mengakibatkan kematian. Secara ekonomi lansia dianggap sebagai beban sumber daya.
Proses menua merupakan proses yang normal terjadi pada setiap manusia dan bukan
merupakan penyakit. Penuaan juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses menghilangnya
secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mnegganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga lebih rentan terhadap infeksi dan tidak dapat
memperbaiki kerusakan yang dideritanya.
Berdasarkan kelompok usia, lanjut usia menurut DEPKES RI dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu :
1. Kelompok usia dalam masa virilitas (45-54 tahun) merupakan kelompok yang
berada dalam keluarga dan masyarakat luas.
2. Kelompok usia dalam masa pra-senium (55-64 tahun) merupakan kelompok yang
berada dalam keluarga, organisasi usia lanjut dan masyarakat pada umumnya.
3. Kelompok usia masa senecrus ( > 65 tahun) merupakan kelompok yang
umumnya hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit berat.
Berdasarkan WHO lansia dibagi atas :
1. Middle aged antara 45-59 tahun
2. Elderly antara 60-74 tahun
3. Aged > 75 tahun
Gerondology
Gerondology adalah cabang kedokteran yang membahas fisiologis proses penuaan
dan diagnosa serta pengobatan penyakit yang dipengaruhi oleh usia, terfokus pada kondisi
abnormal dan penatalaksanaan medik terhadap kondisi itu.
Tujuan dilaksanakannya perawatan pelayanan kesehatan bagi lansia adalah :
1. Mempertahankan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga terhindar dari
penyakit atau gangguan kesehatan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai kemampuan dan
aktivitas mental yang mendukung.
3. Melakukan diagnosis dini secara tepat dan memadai.
4. Melakukan pengobatan yang tepat.
5. Memelihara kemandirian secara maksimal.
6. Memberikan bantuan moril dan perhatian para lansia agar dapat mengupayakan
kesehatan dan ketenangan jiwa sampai akhir hayat mereka.
Ada empat ciri-ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan psikogeriatri, yaitu :
1. Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia.
2. Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif.
3. Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan pada orang
lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri atau menarik diri dari
kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani masa
pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan lain-
lain.
4. Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga
membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama
aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu
biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya
kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan
penegak hukum, atau trauma psikis.
Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap psikologi lansia. Faktor-faktor
tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua
mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat
mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut :
- Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik
yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang,
enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb.
Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami
penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau
kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan
suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat
tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-
kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau
harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya.
- Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan
dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung, gangguan metabolisme,
misal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai operasi : misalnya prostatektomi,
kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat
kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid,
tranquilizer.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
a. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.
b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh
tradisi dan budaya.
c. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
d. Pasangan hidup telah meninggal.
e. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa
lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
- Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan
perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif)
meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan,
tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan
aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa
perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai
berikut :
a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak
banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia
tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya
sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu
harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika
tidak segera bangkit dari kedukaannya.
d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak
keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga
menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain
atau cenderung membuat susah dirinya.
- Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal
pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua,
namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering
diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status
dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari
model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.
Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah lansia?
Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa
pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang
merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh
terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak
bagi masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih
menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan
hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan
pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri,
bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji
penuh.
- Perubahan dalam peran sosial di masyarakat.
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.
Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan
kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya
dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain
dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung
diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis
bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang
memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung
karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat
umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan
pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara
karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan
pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali
menjadi terlantar.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
a) Perubahan fisik
Sel
- Jumlah sel lebih sedikit dan berukuran besar.
- Cairan tubuh berkurang.
Sistem persyarafan
- Cepat penurun hubungan persyarafan.
- Lambat dalam merespon dan waktu untuk beraksi, khususnya dalam stress.