1 Laporan Praktikum Farmasetika Dasar “SUSPENSI” OLEH Kelompok V Arifin Oputu : 821412081 Astin Basalama : 821412121 Dessi N .F Tahir : 821412059 Nurfa tmawati A. H : 821412052 Fatmawati Maspeke : 821412066 Asisten : Chusnul Hikmah Djibran, S.Farm LABORATORIUM FARMASETIKA DASAR JURUSAN FARMASETIKA FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2013
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
Laporan Praktikum
Farmasetika Dasar
“SUSPENSI”
OLEH
Kelompok V
Arifin Oputu : 821412081
Astin Basalama : 821412121
Dessi N .F Tahir : 821412059
Nurfa tmawati A. H : 821412052
Fatmawati Maspeke : 821412066
Asisten : Chusnul Hikmah Djibran, S.Farm
LABORATORIUM FARMASETIKA DASAR
JURUSAN FARMASETIKA
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2013
2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dalam bidang industri farmasi, perkembangan tekhnologi farmasi
sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal
ini banyak ditunjukkan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang
disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan
peningkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa
harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat.
Suspensi merupakan salah satu contoh dari bentuk sediaan cair, yang
secara umum dapat diartikan sebagai suatu sistem dispersi kasar yang
terdiri atas bahan padat tidak larut tetapi terdispersi merata ke dalam
pembawanya. Bentuk suspensi yang di pasarkan ada 2 macam, yaitu
suspensi siap pakai atau suspensi cair yang langsung bisa diminum, dan
suspensi yang dilarutkan terlebih dahulu ke dalam cairan pembawanya,
suspensi bentuk ini digunakan untuk zat aktif yang kestabilannya dalam
akhir kurang baik dan sebagai pembawa dari suspensi yaitu berupa air dan
minyak.
Ada beberapa alasan pembuatan suspensi . salah satu adalah karena obat-
obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi stabil dalam
disuspensi. Dalam hal seperti ini suspensi oral menjamin stabilitas kimia dan
memungkinkan terapi dengan cairan. Untuk banyak pasien, bentuk cair lebih
disukai ketimabang bentuk padat (tablet atau kapsul dari obat yang sama), karena
mudahnya menelan cairan dan keluwesan dalam pemberian dosis, pemberian
3
lebih mudah serta lebih mudah untuk memberikan dosis yang relatif sangat besar,
aman, mudah diberikan untuk anak-anak, juga mudah diatur penyesuaian
dosisnya untuk anak.
Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para konsumen
dikarenakan penampilan baik itu dari segi warna ataupun bentuk wadahnya.
I.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1. Maksud Percobaan
1. Untuk mempelajari dan memahami teori suspensi secara umum.
2. Untuk memahami dan membuat sediaan obat berbentuk suspensi
dengan pemilihan suspending agent yang sesuai.
3. Untuk mempelajari bahan-bahan pembuatan sediaan suspensi yang
baik.
I.2.2. Tujuan Percobaan
1. Praktikkan mampu mempelajari dan memahami teori suspensi secara
umum.
2. Praktikkan mampu memahami metode-metode dalam pembuatan obat
sediaan suspensi
3. Praktikkan mampu menganalisis zat aktif yang terdapat dalam resep
sediaan suspensi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKAN
II.1. Teori Umum
II.1.1. Pengertian Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak
melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan
padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau
tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan
pembawa yang di tetapkan (Fornas, 333).
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut
dalam bentuk halus yang terdispersi kedalam fase cair (Ires, 135).
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat
dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dengan cairan pembawa
(FI III, 32).
Suspensi adalah sediaan obat yang terbagi dengan halus yang
ditahan dalam suspensi dengan menggunakan pembawa yang sesuai
(Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, 97).
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (FI IV, 17).
II.1.2. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Suspensi
II.I.2.1. Keuntungan Bentuk Sediaan Suspensi
- Suspensi merupakan sediaan yang menjamin stabilitas kimia
dan memungkinkan terapi dengan cairan.
5
- Suspensi untuk banyak pasien, bentuk cair lebih disukai
ketimbang bentuk padat (tablet atau kapsul dari obat yang
sama), karena mudahnya menelan cairan dan keluwesan
dalam pemberian dosis.
- Suspensi pemberiannya lebih mudah serta lebih mudah
untuk memberikan dosis yang relatif sangat besar.
- Suspensi merupakan sediaan yang lebih aman, mudah
diberikan untuk anak-anak, juga mudah diatur penyesuaian
dosisnya untuk anak (Ansel, 335).
II.I.2.2. Kerugian Bentuk Sediaan Suspensi
- Suspensi memiliki kestabilan yang rendah (pertumbuhan
kristal jika jenuh , degradasi, dll)
- Jika membentuk caking akan sulit terdispersi kembali
sehingga homogenitasnya akan turun
- Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sukar
dituang
- Ketepatan dosis lebih rendah dari pada bentuk sediaan
larutan
- Pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan
sistem dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika
terjadi fluktuasi/ perubahan suhu
- Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk
memperoleh dosis yang diinginkan (Ansel, 356 ; Syamsuni,
136).
6
II.1.3. Macam-macam Suspensi
a. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan
pengaroma yang sesuai yang ditujukan untuk penggunaan oral.
Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma
termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi dapat langsung
digunakan, sedangkan yang lain berupa campuran padat dalam bentuk
halus yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa
yang sesuai, segera sebelum digunakan. Sediaan ini di sebut “Untuk
suspensi oral”.
b. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
dalam bentuk halus yang terdispersi dalam pembawa cair yang
ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Losion eksternal harus mudah
menyebar didaerah pemakaian, tidak mudah mengalir dari daerah
pemakaian, dan cepat kering membentuk lapisan film pelindung.
Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “lotio” termasuk dalam
kategori ini.
c. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-
partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian
luar.
d. Suspensi oftalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung
partikel-partikel sangat halus yang terdispersi dalam cairan pembawa
untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi harus dalam bentuk
termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada
7
kornea. Suspensi obat mata tidak boleh digunakan jika terdapat massa
yang mengeras atau terjadi penggumpalan.
e. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan cair steril berupa suspensi
serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak boleh menyumbat
jarum suntiknya (syringe ability) serta tidak disuntikkan secara
intravena atau kedalam larutan spinal.
f. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering
dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang
memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah
penambahan bahan pembawa yang sesuai.
II.1.4. Stabilitas Suspensi
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan
suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga
homogenitas partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk
menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas
suspensi ialah:
a. Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel
tersebut serta daya tekan ke atas dari cairan suspensi itu. Hubungan
antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas
penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan
keatas terdapat hubungan linier. Artinya semakin kecil ukuran partikel
semakin besar luas penampangnya (dalam volume yang sama).
Sedangkan semakin besar luas penampang partikel, daya tekan keatas
8
cairan akan semakin besar , akibatnya memperlambat gerakan partikel
untuk mengendap sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut
dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
b. Kekentalan (Viskositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari
cairan tersebut, semakin kental suatu cairan, kecepatan alirannya
semakin turun atau semakin kecil. Kecepatan aliran dari cairan tersebut
akan memengaruhi pula gerakan turun partikel yang terdapat
didalamnya. Dengan demikian, dengan menambah kekentalan atau
viskositas cairan, gerakan turun partikel yang dikandungnya akan
diperlambat. Perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh
terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan tuang.
c. Jumlah Partikel (konsentrasi)
Jika didalam suatu ruangan terdapat partikel dalam jumlah besar, maka
partikel akan sulit melakukan gerakan bebas karena sering terjadi
benturan antara partikel tersebut. Oleh benturan ini akan menyebabkan
terbentuknya endapan zat tersebut, oleh karena itu semakin makin
besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinannya terjadi
endapan partikel dalam waktu yang singkat.
II.1.5. Bahan Pensuspensi dari Alam
Bahan alam dari jenis gom sering disebut “gom atau hidrokoloid”.
Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran
tersebut membentuk muchilago atau lendir. Dengan terbentuknya
muchilago, viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah
9
stabilitas suspensi. Kekentalan muchilago sangat dipengaruhi oleh panas,
PH, dan proses fermentasi bakteri.
II.1.5.1 Golongan gom meliputi
a. Akasia (pulvis Gummi Arabic)
Bahan ini diperoleh dari eksudat tanaman Acasia sp.,
dapat larut dalaam air, tidak larut dalam alcohol, dan bersifat
asam. Viskositas optimum muchilagonya adalah antara PH 5-
9. Jika ada suatu zat yang menyebabkan PH tersebut
menjadi diluar PH 5-9 akan menyebabkan penurunan
viskositas yang nyata. Muchilago Gom Arab dengan kadar
35% memiliki kekentalan kira-kira sama dengan gliserin.
Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi
harus ditambahkan zat pengawet (preservalive).
a) Chondrus
Diperoleh dari tanaman Chondrus crispus atau
Gigartina mamilosa, dapat larut dalam air, tidak larut
dalam alcohol, dan bersifat basa. Ekstrak dari Chondrus
disebut “karagen”, yang banyak dipakai oleh industry
makanan. Karagen merupakan derivat dari sakarida
sehingga mudah dirusak oleh bakteri dan memerlukan
penambahan pengawet untuk suspensi tersebut.
b) Tragakan
Merupakan eksudat dari tanaman Astragalus
gummifera. Tragakan sangat lambat mengalami hidrasi
10
sehingga untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan
pemanasan. Muchilago tragakan lebih kental dari pada
muchilago dari Gom Arab. Muchilago tragakan hanya
baik sebagai stabilisator suspensi, tetapi bukan sebagai
emulgator.
c) Algin
Diperoleh dari beberapa spesies ganggang laut. Di
perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya, yaitu
natrium alginat. Algin merupakan senyawa organik yang
mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi
dengan algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang
dipakai sebagai bahan pensuspensi umumnya 1-2%.
II.1.5.2. Bahan Pensuspensi Alam Bukan Gom
Suspending agent alam yang bukan gom adalah tanah liat.
Tanah liat yang sering digunakan untuk tujuan menambah
stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu bentonit, hectorite, dan
vegum. Jika tanah liat dimasukkan kedalam air, mereka akan
mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan pengocokkan.
Peristiwa ini disebut “tiksotrofi”. Karena peristiwa tersebut,
kekentalan cairan akan bertambah sehingga stabilitas suspensi
menjadi lebih baik.
Ketiga tanah liat tersebut bersifat tidak larut dalam air
sehingga penambahan bahan tersebut kedalam suspensi adalah
dengan menaburkan pada campuran suspensi. Keuntungan
11
penggunaan bahan suspensi dari tanah liat adalah tidak
dipengaruhi oleh suhu atau panas dan fermentasi dari bakteri,
karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa anorganik,
bukan golongan karbohidrat.
II.1.6. Bahan Pensuspensi Sintesis
a. Derivat selulosa
Termasuk kedalam golongan ini adalah metil selulosa