LAPORAN PRAKTIKUM VI Pemeriksaan Uji Silang Serasi (Crossmatching) dengan Metode Gel Test OLEH KELOMPOK 1 1. Made Indah Kesuma Dewi P 07134011001 2. Ni Wayan Febi Suantari P 07134011009 3. A.A. Putu Sintya Darmayani P 07134011017
LAPORAN PRAKTIKUM VI
Pemeriksaan Uji Silang Serasi
(Crossmatching) dengan Metode Gel Test
OLEH
KELOMPOK 1
1. Made Indah Kesuma Dewi P 07134011001
2. Ni Wayan Febi Suantari P 07134011009
3. A.A. Putu Sintya Darmayani P 07134011017
4. Ni Luh Komang Ita Purnama Sari P 07134011029
5. I Putu Wijaya Pradharma P 07134011037
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN DIII ANALIS KESEHATAN
2013
Pemeriksaan Uji Silang Serasi (Crossmatching) dengan Metode Gel Test
Hari, Tanggal Praktikum : Senin, 13 Mei 2013
Tempat Praktikum : Unit Transfusi Darah Pembina PMI Daerah Bali
RSUP Sanglah
I. Tujuan
I.1 Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan uji silang serasi atau cross
matching dengan metode gel test untuk satu donor
I.2 Mahasiswa mengetahui hasil uji silang serasi atau cross matching
dengan metode gel test pada satu donor yang diperiksa
II. Metode
Metode yang digunakan adalah metode gel test
III. Prinsip
Antibodi yang terdapat dalam serum atau plasma, bila direaksikan
dengan antigen pada sel darah merah melalui inkubasi pada suhu 370C
dalam waktu tertentu dan dengan penambahan anti monoglobulin akan
terjadi reaksi aglutinasi
IV. Dasar Teori
A. Tinjauan Umum Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang
berfungsi sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil
metabolisme tubuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain
sebagainya. Beda halnya dengan tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi
punya sistem transportasi dengan darah (Gustini, 2011).
Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena
berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya
untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat
mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian
(Gustini, 2011).
Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan
darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada
tubuh kita yaitu sekitar sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar
4 atau 5 liter (Gustini, 2011).
Fungsi darah pada tubuh manusia yaitu (Gustini, 2011) :
1. Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
2. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
3. Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
4. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi
5. Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu
6. Menjaga suhu temperatur tubuh
7. Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku
8. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh.
B. Transfusi Darah
Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari
seseorang (donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi bertujuan
mengganti darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi
shock, mempertahankan daya tahan tubuh terhadap infeksi (Tarwoto, 2006).
Pertimbangan utama dalam transfusi darah khususnya yang mengandung
eritrosit adalah kecocokan antigen-antibodi eritrosit. Golongan darah AB
secara teoritis merupakan resipien universal, karena memiliki antigen A dan
B di permukaan eritrositnya, sehingga serum darahnya tidak mengandung
antibodi (baik anti-A maupun anti-B). Karena tidak adanya antibodi
tersebut, berarti darah mereka (lagi-lagi, secara teoritis) tidak akan menolak
darah golongan manapun yang berperan selaku donor, dengan kata lain
mereka boleh menerima darah dari semua golongan darah lainnya.
Sedangkan golongan darah O secara teoritis merupakan donor universal,
karena memiliki antibodi anti-A dan anti-B. Darah yang diberikan
diharapkan tidak memicu reaksi imunitas dari resipien, dengan kata lain
mereka boleh memberikan darah ke semua golongan darah lain, termasuk
golongan A dan B.
Resepien ( Pasien )
Orang atau pasien yang menerima darah dari donor yang aman bagi
pasien artinya pasien tidak tertular penyakit infeksi melalaui transfusi darah
dan pasien tidak mendapatkan komplikasi seperti misalnya ketidak cocokan
golongan darah (Peraturan Pemerintah No 18 th 1980).
Donor Darah ( Penyumbang darah )
Semua orang yang memberikan darah untuk maksud dan tujuan transfusi
darah ( Peraturan Pemerintah No 18 th 1980 ). Darah harus aman bagi
pasien artinya pasien tidak tertular penyakit infeksi melalui transfusi darah,
pasien tidak mendapatkan komplikasi seperti ketidakcocokan golongan
darah . Aman bagi donor artinya donor tidak tertular penyakit infeksi
melalui tusukan jarum atau vena, donor tidak mengalami komplikasi setelah
penyumbangan darah, seperti: kekurangan darah, mudah sakit/ sering sakit
(R Banundari, 2005).
C. Uji Cocok Serasi
Uji cocok serasi adalah reaksi silang invitro antara darah pasien yang
akan ditransfusi dengan darah donornya yang akan ditransfusikan. Interaksi
antigen-antibodi invitro adalah dimana antigen hanya dapat dikenal dengan
interaksi terhadap zat antinya atau sebalikanya, dasar reaksi ini adalah :
1. Pemeriksaan antigen (pemerikaan golongan darah)
Mereaksikan sel darah merah yang belum dikenal dengan zat anti yang
telah diketahui jenisnya
2. Pemeriksaan zat anti.
Serum yang belum diketahui zat antinya direaksikan dengan sel darah
merah yang telah yang telah diketahui jenis antigennya
Reaksi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah nantinya sel darah
donor yang akan ditransfusikan bisa hidup di dalam tubuh pasien dan untuk
mengetahui ada tidaknya antibodi komplit (tipe IgM) maupun antibodi
incomplit (tipe IgG) dalam serum pasien (mayor) maupun dalam serum
donor yang melawan pasien (minor) sehingga akan memperberat anemia,
disamping adanya reaksi hemolitik transfusi yang bisa membahayakan
pasien (Pelatihan Analis Bank Darah, 1998).
1. Metode Pemeriksaan uji cocok serasi (cross matching) dengan Gel Test
a) Terbentuk aglutinasi sel berupa garis merah pada permukaan gel atau
aglutinasi menyebar di dalam gel dikatakan positif .
b) Terbentuk garis yang kompak (padat) pada dasar microtube dikatakan
negatif.
2. Prinsip uji cocok serasi ( cross matching )
7Uji cocok serasi yang dijalankan adalah suatu test invitro yaitu
mereaksikan darah pasien dengan darah donor melalui proses yang dibagi
menjadi 2 :
a) Mayor cross matching ( uji cocok serasi mayor )
Mereaksikan serum pasien terhadap sel donor, untuk mencari apakah
ada antibodi irregular yang melawan sel donor. ( Pelatihan Analis Bank
Darah, 1998 )
b) Minor cross matching ( uji cocok serasi minor )
12Mereakasikan serum donor terhadap sel pasien, untuk mencari apakah
ada irregular antibodi di dalam serum donor yang melawan sel pasien.
3. Tujuan uji cocok serasi adalah:
a) Mencegah terjadinya reaksi hemolotik transfusi pada pasien yang
ditransfusi.
b) Supaya darah yang ditransfusikan itu benar-benar ada manfaatnya
bagi kesembuhan pasien.
4. Interprestasi hasil uji cocok serasi ada 2 yaitu:
a) Hasil uji cocok serasi kompatibel artinya bahwa hasil tersebut cocok,
atau tidak terdapat aglutinasi antara darah pasien dengan darah donor
baik mayor maupun minor.
b) Hasil uji cocok serasi inkompatibel artinya bahwa hasil tersebut tidak
cocok atau terdapat aglutinasi baik mayor dan atau minor.
Darah yang dilakukan uji cocock serasi juga harus sesuai dengan
golongan ABO dan Rhesus darah pasien dan semestinya harus diperiksa
terlebih dahulu sebelumnaya (Pelatihan Analis Bank Darah, 1998).
D. Metode Gel Test
Metode gel test yang merupakan suatu pengembangan dari metode uji
reaksi silang yang sebelumnya yang menggunakan tabung reaksi sebagai
alat tesnya. Gel tes mempermudah kerja penguji darah dan lebih akurat
dalam pemeriksaan hasil dari uji reaksi silang. Gel test selain lebih akurat
juga lebih efisien dalam waktu, sehingga banyak jumlah permintaan darah
dapat diselesaikan tepat waktu dan lebih praktis. Sampel darah pasien cocok
menunjukan hasil negatif (kompatibel) sedangkan yang tidak cocok
menunjukkan keruh pada gel test dan hasilnya positif (inkompatibel)
(Anonim, 2009).
Gel Test ditemukan pertama kali oleh Y.Lapierre pada tahun 1984 di
Regional Blood Transfusion Center of Lyon. Lapierre telah melakukan
bermacam-macam percobaan, misalnya dengan Gelatin, polyacrylamide,
Solid nets, Silica Beads, Ficoll dan Dextran gels. Dan akhirnya Lapierre
menemukan bahwa pemeriksaan yang terbaik untuk dapat membedakan
antara reaksi positif dengan reaksi negatif secara jelas dan stabil, yaitu
dengan menggunakan Sephadex G 100 Superfine yang secara kebetulan
ditemukan, oleh karena kesalahan teknisi laboratorium saat memesan
Sephadex G 100 yang seharusnya Sephadex G 25 (Anonim, 2009).
Akhirnya untuk menentukan parameter sentrifugasi, bentuk tube dan
komposisi medium serta antiglobulin serum yang sesuai tidak membutuhkan
waktu yang lama, sehingga pada (Anonim, 2009) :
Tahun 1985 dilakukan registrasi patent yang pertama
Tahun 1987 uji coba di lapangan
Tahun 1988 dibuat kit pertama
Metode gel test dapat digunakan pada pemeriksaan :
Sistem golongan darah ( ABO,Phenotyp Rhesus, subgroup A dan H,
Kell, Duffy, Kidd, Lewis, MNS, P1, Lutheran, dan profil antigen
lainnya.
Uji Cocok Serasi
Skrining antibodi
Identifikasi antibodi
V. Alat, Bahan, dan Reagen
A. Alat
1. ID sentrifuge
2. ID Inkubator
3. Mikropipet 25 µL dan 50 µL
4. Yellow tip
B. Bahan
1. Serum dan sel donor suspensi 1% Dn 26
2. Serum dan sel resipien suspense 1% Ny. Wati
C. Reagen
1. ID Liss (Coomb’s Card) merk DiaMed (exp. date : 05.2014, suhu
penyimpanan : 18-250C)
2. ID Diluent-2 (exp. date : 05.2014, suhu penyimpanan : 2-80C)
VI. Langkah Kerja
Uji Silang Serasi Terhadap 1 Orang Donor
1. ID Liss / Coomb’s card disiapkan
2. Penutup ID Liss / Coomb’s card dibuka
3. Masing-masing microtube dimasukkan :
a. Microtube 1 (mayor test) : dimasukkan 50 µL sel donor suspensi 1%
dan ditambahkan 25 µL serum pasien
b. Microtube 2 (minor test) : dimasukkan 50 µL sel pasien suspensi 1%
dan ditambahkan 25 µL plasma donor
c. Microtube 3 (auto control) : dimasukkan 50 µL sel pasien suspensi
1% dan ditambahkan 25 µL serum pasien
4. ID Liss / Coomb’s card diinkubasi pada ID incubator pada suhu 370C
selama 15 menit
5. ID Liss / Coomb’s card diputar dalam ID sentrifuge
6. Hasil reaksi dibaca secara makroskopis
7. Pembacaan hasil :
Tidak terjadi hemolisis atau aglutinasi : cocok atau compatible
(darah boleh diberikan pasien).
Terjadi hemolisis atau aglutinasi : tidak cocok atau
incompatible (darah tidak boleh diberikan kepada pasien.
Tabel Tingkatan Reaksi
Negatif Seluruh sel menembus/melewati gel dan membentuk
endapan pada bagian dasar microtube
Positif I Seluruh sel beraglutinasi dalam media gel dan
kepekatan aglutinasi dapat berpusat pada bagian dasar
microtube
Positif II Seluruh sel beraglutinasi dalam media gel dan
aglutinasi dapat dilihat memanjang pada seluruh
bagian microtube
Positif III Seluruh sel beraglutinasi dalam media gel dan
kepekatan aglutinasi terlihat hamper atau mendekati
bagian permukaan atas microtube
Positif IV Seluruh sel beraglutinasi dan letak aglutinasi terdapat
pada permukaan atas microtube (lapisan atas
microtube)
MF (Mixed
Field)
Sebagian sel beraglutinasi dan terdapat pada bagian
atas microtube, sebagian lagi terletak pada bagian
dasar microtube mengendap tak beraglutinasi
VII. Hasil Pengamatan
No Gambar Keterangan
1 ID Diluent-2 yang
digunakan untuk membuat
sel suspense 1%
2 Sel donor dan resipien 1%
yang dibuat dari 500 µL ID
Diluent-2 dan ditambahkan
dengan 5 µL sel darah
merah pekat yang sudah
dicuci
3 Sampel serum dan sel darah
merah pekat yang sudah
dicuci dari :
1. Donor : Dn 26 (X,X, 13
Mei 2013)
2. Resipien : Ny. Wati (X,
Perempuan, 13 Mei
2013)
4 1. Mayor : 50 µL sel donor
suspensi 1% dan
ditambahkan 25 µL
serum pasien
2. Minor : 50 µL sel pasien
suspensi 1% dan
ditambahkan 25 µL
plasma donor
3. AC : 50 µL sel pasien
suspensi 1% dan
ditambahkan 25 µL
serum pasien
Dimana ID Liss/Coomb’s
card siap diinkubasi dan
disentrifugasi
5 Hasil pembacaan pada
microtube dimana pada :
1. Mayor : positif 1
2. Minor : negatif
3. Autocontrol : negatif
VIII. Pembahasan
Pemeriksaan uji silang serasi darah merupakan pemeriksaan utama
sebelum dilakukan tranfusi darah yaitu memeriksa kecocokan antara darah
pasien dengan darah donor sehingga darah yang dikeluarkan dari Unit
Transfusi Darah benar-benar cocok (kompatibel). Tujuan dari pemeriksaan
ini adalah untuk memastikan bahwa transfusi darah tidak menimbulkan
reaksi apapun pada resipien serta sel-sel darah merah bisa mencapai masa
hidup maksimum setelah diberikan. Uji silang serasi dilakukan untuk
Mayor
Mayor
Minor
Minor
AC
AC
memastikan bahwa tidak ada antibodi pada darah pasien yang akan bereaksi
dengan darah donor atau sebaliknya. Bahkan walaupun golongan darah
ABO dan Rh pasien dan donor telah diketahui, adalah hal mutlak untuk
melakukan uji silang serasi.
Melihat urgensinya permintaan darah bagi seorang pasien maka cross
– match dibagi dalam 3 kategori yaitu :
1. Cross Matching Rutin
2. Crossmatch Emergency
3. Crossmatch Persiapan Operasi
Dalam melaksanakan masing-masing crossmatch tersebut, langkah
pertama yang harus dilakukan adalah :
1. Memeriksa golongan darah ABO dari resipien dan donor
2. Memeriksa faktor rhesus dari pasien dan darah donor yang akan
ditranfusikan dengan cara yang benar
3. Mempersiapkan suspensi sel pasien maupun donor 5%.
Barulah dilakukan crossmatch sesuai dengan urutannya.
Mayor crossmatch adalah serum penerima dicampur dengan sel donor
dan minor crossmatch adalah serum donor dicampur dengan sel penerima.
Jika golongan darah ABO penerima dan donor sama, baik mayor maupun
minor test tidak bereaksi. Jika berlainan umpamanya donor golongan darah
O dan penerima golongan darah A maka pada test minor akan terjadi
aglutinasi.
Pemeriksaan uji silang serasi ini dilakukan untuk satu donor
menggunakan metode gel test. Metode gel test merupakan merupakan suatu
pengembangan dari metode uji reaksi silang yang sebelumnya yang
menggunakan tabung reaksi sebagai alat tesnya. Gel tes mempermudah kerja
penguji darah dan hasilnya lebih akurat.
Kelebihan dari metode gel tes pada uji silang cocok serasi daripada
menggunakan metode konvensional atau tabung, antara lain :
1. Semua tahapan terstandarisasi, karena semua konsentrasi reagen terukur
2. Sederhana dan cepat
3. Hasil objektif, tidak ditentukan ketrampilan petugas dalam melakukan
tes uji silang cocok serasi dimana hal ini tidak dijumpai pada metode
tabung. Hasil crossmatch dengan menggunakan metode tabung sangat
subjektif karena keterampilan operator memberikan kontribusi yang
paling besar terhadap hasil yang didapat.
4. Hasil reaksi stabil, tidak perlu terburu-buru dalam melakukan
pembacaan hasil reaksi
5. Sampel yang diperlukan hanya sedikit, hal ini sangat membantu untuk
melakukan uji silang cocok serasi pada bayi yang membutuhkan darah
6. Tidak ada tahap pencucian sehingga menghindari terjadinya reaksi “false
negatif” karena kurang sempurnanya tahap pencucian, dengan tidak
adanya tahap pencucian maka penambahan Coombs Control Cells pada
reaksi negatif tidak diperlukan lagi
7. Pembacaan reaksi secara makroskopis sehingga penggunaan mikroskop
tidak diperlukan lagi
8. Lebih sensitif dibandingkan metode konvensional sehingga
meminimalisir ditemukannya reaksi false negatif yang berbahaya bagi
penerima darah
9. Hasil reaksi secara visual dapat didokumentasikan
10. Mengurangi limbah di laboratorium karena semua limbah berada dalam
ID Liss atau Coomb’s Card
11. Masa kadaluarsa panjang
Dalam praktikum uji silang serasi terhadap satu donor ini dilakukan
tiga pengujian yaitu mayor test, minor test, dan auto control. Mayor test
yaitu antara sel donor suspensi 1% dengan serum pasien. Minor test yaitu
antara sel pasien suspensi 1% dengan plasma donor sedangkan autocontrol
antara sel pasien suspensi 1% dengan serum pasien. Pengujian dilakukan
pada ID Liss atau Coomb’s Card yang didalamnya berisi gel dan
immunoglobulin. Prinsip dari metode gel test adalah adanya reaksi
aglutinasi antara antibodi yang terdapat di dalam serum/plasma dengan
antigen pada sel darah merah melalui inkubasi pada suhu 370C dan dalam
waktu tertentu. Apabila tidak terjadi aglutinasi, maka semua sel darah akan
dapat melawati gel yang ada pada microtube dan akan terbentuk endapan
eritrosit yang jelas di dasar microtube. Sedangkan apabila terjadi aglutinasi,
sel darah merah tidak dapat melewati gel sehingga tampak aglutinasi atau
gumpalan pada kolom microtube.
Dari pemeriksaan uji silang serasi antara donor Dn 26 (X,X, 13 Mei
2013) dengan resipien Ny. Wati (X, Perempuan, 13 Mei 2013) diperoleh
hasil pada reaksi mayor terjadi aglutinasi dengan tingkat reaksi positif 1,
pada reaksi minor tidak terjadi reaksi, dan pada autocontol tidak terjadi
aglutinasi. Dari pemeriksaan tersebut menunjukkan hasil yang inkompatibel
dimana terjadi ketidakcocokan antara darah donor dan resipien, yang berarti
bahwa darah donor tidak bisa ditransfusikan ke penerima.
IX. Kesimpulan
Jadi, dari hasil pemeriksaan uji silang serasi dengan metode gel test
yang dilakukan antara donor Dn 26 (X,X, 13 Mei 2013) dengan resipien Ny.
Wati (X, Perempuan, 13 Mei 2013) diperoleh hasil inkompatibel dimana
terjadi ketidakcocokan antara darah donor dan resipien, yang berarti bahwa
darah donor tidak bisa ditransfusikan ke penerima.
X. Daftar Pustaka
Anonim. Tt. Darah. Diakses dari :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21754/4/Chapter
%20I.pdf. Diakses pada : Jumat, 17 Mei 2013
Anonim. Tt. Crossmatch Metode Gel Test. Diakses dari :
http://www.panasea-bjm.com/products/18/0/Crossmatch-Gel-Test-
Diamed-Biorad/. Diakses pada : Jumat, 17 Mei 2013
Anonim. 2009. Metode Gel Test. Diakses dari :
http://mokotransequipment.blogspot.com/2009/02/proposal-instalasi-
diamed-geltesti.html. Diakses pada : Jumat, 17 Mei 2013
Gustini, Yulisa. 2011. Pemeriksaan Golongan Darah ABO. Diakses dari :
http://yulisa-gustini.blogspot.com/2011/11/v-
behaviorurldefaultvmlo.html. Diakses pada : Jumat, 17 Mei 2013
Irfan. 2012. Bank Darah. Diakses dari :
http://dokirfan.com/ilmiah/hematologi/item/98-bank-darah-blood-bank.
Diakses pada : Jumat, 17 Mei 2013
Murtafiah, Rizqi. 2011. Reaksi Silang Serasi. Diakses dari :
http://rizqimurtafiah.blogspot.com/2011/10/reaksi-silang-serasi.html.
Diakses pada : Jumat, 17 Mei 2013
LEMBAR PENGESAHAN
Denpasar, 20 Mei 2013
Mahasiswa
1. Made Indah Kesuma Dewi ( )
2. Ni Wayan Febi Suantari ( )
3. A.A. Putu Sintya Darmayani ( )
4. Ni Luh Komang Ita Purnamasari ( )
5. I Putu Wijaya Pradharma ( )
Pembimbing I Pembimbing II
(dr. Tjok. Gede Oka, MS., Sp.PK) (dr. Ni Kadek Mulyantari, Sp.PK)
Pembimbing III Pembimbing IV
(I Gede Putu Sudana) (Ni Made Darmaasih )
Pembimbing V Pembimbing VI
(Gusti Ayu Ngurah Wardani) (Surya Bayu Kurniawan, A.Md.AK)