Top Banner
PEMISAHAN DENGAN CARA EKSTRAKSI PELARUT I.Tujuan a. Melakukan pemisahan ion dari dalam larutan air dan KI dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut kloroform. b. Menentukan konstanta distribusi iod pada sistem air dan kloroform. c. Memisahkan asam lemak yang terdapat dalam sabun dan menentukan kuantitasnya dengan cara titrasi asam basa. II.Landasan Teori Ektraksi pelarut adalah suatu metode pemisahan berdasarkan transfer suatu zat terlarut dari suatu pelarut kedalam pelarut lain yang tidak saling bercampur. Menurut Nerst, zat terlarut akan terdistribusi pada kedua solven sehingga perbandingan konsentrasi pada kedua solven tersebut tetap untuk tekanan dan suhu yang tetap. Ekstraksi pelarut terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan 1
28

Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

Jan 15, 2016

Download

Documents

Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

PEMISAHAN DENGAN CARA EKSTRAKSI PELARUT

I.Tujuan

a. Melakukan pemisahan ion dari dalam larutan air dan KI dengan cara

ekstraksi menggunakan pelarut kloroform.

b. Menentukan konstanta distribusi iod pada sistem air dan kloroform.

c. Memisahkan asam lemak yang terdapat dalam sabun dan menentukan

kuantitasnya dengan cara titrasi asam basa.

II.Landasan Teori

Ektraksi pelarut adalah suatu metode pemisahan berdasarkan transfer

suatu zat terlarut dari suatu pelarut kedalam pelarut lain yang tidak saling

bercampur. Menurut Nerst, zat terlarut akan terdistribusi pada kedua solven

sehingga perbandingan konsentrasi pada kedua solven tersebut tetap untuk

tekanan dan suhu yang tetap.

Ekstraksi pelarut terutama digunakan, bila pemisahan campuran

dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena

pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak

ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas

sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi

dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin.

(Shevla, 1985)

Metode pemisahan pada ekstraksi diantaranya :

1. Ekstraksi bertahap adalah cara yang paling sederhana,mencampurkan

pelarut pengekstraksinya yang tidak bercampur dengan pelarut semula

kemudian dilakukan pengocokan.

2. Ekstraksi kontiyu adalah perbandingan distribusi relatif kecilsehingga

untuk pemisahan yang kuantitatif diperlukan beberapatahap distribusi.

3. Ekstraksi Counter current adalah fase cair pengekstraksi dialirkan

dengan arah yang berlawanan dengan larutan yangmengandung zat

1

Page 2: Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

yang akan diekstraksikan. Biasanya digunakan untuk pemisahan

zat, pemurnian ataupun isolasi

Mekanisme ekstraksi dengan proses distribusi dari zat yang

terekstraksi ke fase organik, tergantung pada bermacam faktor,antara lain:

kebasaan ligan, faktor stereokimia dan adanya garam pada sistem ekstraksi.

Kelarutan kompleks logam selain ditetapkan oleh perbandingan koefisien

distribusinya juga ditentukan oleh perubahan aktivitas zat terlarut pada

masing-masing fase.

Pengaruh adanya pelarut lain yang tercampur pada pelarut pertama

dapat menambah kelarutannya bila pelarut keduatersebut bereaksi dengan zat

terlarut. Jenis ikatan mempengaruhi kelarutan kompleks pada fase organik.

Kelarutan elektrolit pada medium yang sangat polar akan bertambah dengan

gaya elektrostatik. Kelarutan zat pada air atau alkohol lebih ditentukan oleh

kemampuan zat tersebut membentuk ikatan hidrogen. Kelarutan zat-zat

aromatik pada fase organik sebanding dengan kerapatan elektron pada inti

aromatik dari senyawa-senyawa tersebut. Garam-garam logam tidak dapat

larut sebab bersifat sebagai elektrolit kuat. Sifat kelarutan khelat atau asosiasi

ion sangat penting pada mekanisme ekstraksi.

(Khopkar, 2008)

Partikel-partikel zat terlarut antara dua cairan yang tidak campur

menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis.

Seringkali pemisahan secara ekstraksi dapat dilakukan dalam beberapa menit,

teknik itu dapat diterapkan untuk suatu batas-batas konsentrasi yang luas, dan

telah dipakai secara ekstensif untuk isolasi isotop-isotop bebas pembawa

dalam  jumlah yang sangat sedikit  yang diperoleh baik dari transmutasi

nuklir maupun dari material-material industri yang dihasilkan

dalam jumlah ton. Pemisahan ekstrasi pelarut biasanya “bersih” dalam arti

tidak ada analogi kopresipitasi dengan sistem sejenis itu.

Pemisahan yang ideal oleh ekstraksi pelarut, semua bahan yang

diinginkan akan larut dalam satu pelarut dan semua bahan yang tidak  diinginkan

akan larut dalam pelarut yang lain. Pemindahan semua atau tidak satu pun

2

Page 3: Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

dari satu pelarut kepelarut yang lain yang demikian itu jarang,

dan besar kemungkinannya untuk didapatkan campuran bahanyang hanya

berbeda sedikit dalam kecenderungannya untuk berpindah dari pelarut yang

satu ke yang lain.Jadi satu kali pemindahan tidak akan berakibatkan

pemisahan yang benar-benar murni.

(Underwood, 1986)

Fakta pembagian solut antara dua solvent yang tak saling campur

telah memberikan banyak kemungkinan bagi metode pemisahan, baik untuk

tujuan preratif maupun analitik. Ekstraksi solvent (pelarut) merupakan

metode pemisahan yang didasarkan atas fakta diatas. Cara ini cukup banyak

digunakan karna dapat menggunakan alat yang sederhana seperti corong

pisah.

Ekstraksi dapat digunakan untuk memisahkan solut dalam pelarut A

dengan menggunakan pelarut B. pada saat penambahan pelarut B, solut akan

membagi diri antara 2 pelarut yang tak saling campur tersebut. Pada saat

kesetimbangan terdapat hubungan antara konsentrasi solut dalam 2 pelarut

tersebut. Hal ini sesuai dengan Hukum Distribusi yang dinyatakan oleh

Nernst dan dirumuskan sebagai:

KD=CA

CB

Dimana KD adalah tetapan distribusi dan CA serta CB adalah

konsentrasi solut, masing-masing dalam solvent A dan B. harga ketettapan

kesetimbangan distribusi yang khas untuk masing-masing zat. Dan satu hal

yang penting untuk di ingat bahwa Hukum Distribusi tersebut hanya dapat

ditrapkan pada zat-zat yang tak mengalami disosiasi dan asosiasi serta tidak

bereaksi dengan solvent.

Proses ekstraksi dilakukan secara berulang kali akan memberikan

tingkat efisien yang lebih tinggi dari pada ekstraksi satu kali, meskipun volum

yang digunakan dalam pelarut sama.

(Tim Kimia Analitik, 2014)

3

Page 4: Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

III.Prosedur Percobaan

III.1 Alat dan Bahan

Alat

Alat-alat gelas

Pipet tetes

Ring penyangga

Pisau

Buret

Kaca arloji

Spatula

Krus

Neraca

Hot plate

Corong pisah

Standar dan klem

Lampu spirtus

Batang pengaduk

Bahan

Kloroform

Na-Tiaosufat

Indikator amilium

Etanol

NaOH

Sabun

Larutan Iodium

Aquades

Indikator PP

NaCl

PE (Petroleum Enter)

3.2 Skema Kerja

3.2.1 Pemisahan Larutan Iod Dalam Air dan Menentukan Kostanta

Distribusi.

di standarisasi dengan titrasi

menggunakan

diambil

4

Larutan iod 0,1 N

Na-Tiosulfat 0,1 N

25 ml larutan Iod

Page 5: Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

dimasukkan dalam corong pisah,

ditambahkan

dikocok selama ±15 menit

dibiarkan membentuk dua lapisan

dipisahkan dalam kloroform

ditambahkan

dilakukan titrasi

menggunakan

larutan standart

diamati

dicatat

5

25 ml kloroform

Hasil

Na-Tiosulfat 0,1

N

Larutan Iod

Bagian atas

Indikator Amilum

Hasil

Na-Tiosulfat 0,1

N

Larutan Iod

Bagian bawah

Page 6: Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

3.2.2 Pemisahan Asam Lemak Dalam Sabun dan Penentuan Kadarnya

dipotong kecil-kecil

dilarutkan dalam

ditambahkan

dipanaskan hingga hampir mendidih

didinginkan dan diencerkan hingga volum 500

ml

dimasukkan 20 ml larutan tersebut dalam

corong pisah

ditambahkan

dikocok, jika terbentuk emulsi ditambahkan

dikocok kembali selama ±15 menit

dibiarkan hingga terjadi pemisahan

dipisahkan

dilakukan kembali ekstraksi sebanyak 3 kali

masing - masing dengan menggunakan 10 ml

larutan PE

6

10 ml NaCl jenuh

10 ml PE

2 tetes indikator

400 ml aquades

0,5 gram sabun

Larutan PE

larutan PE yang mengandung asam lemak

Page 7: Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

dimasukkan kedalam corong pisah

ditambahkan

dikocok kembali

dipisahkan airnya

ditambahkan lagi

dikocok kembali hingga air tidak bersifat basah

ditambahkan

dikocok selama 15 menit

dibiarkan hingga terbentuk lapisan

dipisahkan dan ditempatkan dalam erlenmeyer

serta ditambahkan

dititrasi alkohol tersebut dengan menggunakan

diamati

dicatat

7

2 ml air dan 2 tetes indikator pp

20 ml larutan etanol

Larutan alkohol

2 tetes indikator PP

NaOH 0,01 N

Hasil

Page 8: Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

IV.Hasil dan Pembahasan

IV.1 Hasil

Penentuan kadar I2 dalam KI yang digunakan

Perlakuan Hasil pengamatan

10 ml larutan I2 dititrasi dengan

larutan Na2S2O3 0,1 N

Sebanyak 0,3 ml larutan Na2S2O3

0,1 N mengubah warna larutan iod

dari semula kuning menjadi bening.

Pemisahan larutan Iod dalam air dan menentukan konstanta distribusi

Perlakuan Hasil pengamatan

25 ml larutan Iod + 25 ml

kloroform (dalam corong pisah),

lalu digajlog selama 15

menit/sampai terbetuk 2 lapisan

Tidak terbentuk lapisan berbeda

fasa pada larutan. Larutan terlihat

homogen .

20 ml (larutan Iod + kloroform) +3

tetes indikator amilum + dititrasi

dengan larutan Na2S2O3 0,1 N

Sebanyak 0,5 ml Na2S2O3 bereaksi

mengubah warna larutan yang

semula kuning menjadi bening.

Pemisahan asam lemak dalam sabun dan penentuan kadarnya.

Perlakuan Hasil pengamatan

0,5 gram potongan sabun + 400 ml

air+ 2 tetes indikator PP,

dipanaskan. Kemudian diencerkan

samapai volume 500 ml.

Larutan sedikit keruh selama

pelarutan dan pemanasan.

20 ml larutan sabun + 10 ml dietil

eter + 10 ml NaCl jenuh. Dikocok

selama 15 menit.

Diulangi sebanyak 3 kali

Terbentuk 2 lapisan berbeda fasa.

Lapisan atas merupakan dietil eter

yang mengandung asam lemak

(ekstrak sabun)

Lapisan bawah merupakan lapisan

air.

Lapisan eter yang dipisahkan + 2

ml air + 2 tetes indikator PP,

Larutan asam lemak dalam dieti eter

yang tidak bersifat basa.

8

Page 9: Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

dikocok (dalam corong pisah)

Larutan ekstrak + 20 ml etanol

digojlog dan dipisahkan

Laruatn tidak dapat dipisahkan,

karean bersifat homogen

Asam lemak yang terkandung pada

alkohol + 2 tetes indikator PP +

titran NaOH 0,1 N

Larutan menjadi berwarna pink

setelah 8,1 ml NaOH 0,1 N

ditambahkan.

IV.2 Pembahasan

Pada praktikum ini bertujuan untuk mengekstraksi suatu zat atau

senyawa menggunakan pelarut. Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu

zat terlarut (solut) diantara 2 fasa cair yang tidak saling bercampur teknik

ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih baik untuk

zat organic maupun untuk zat anorganik. Cara ini juga dapat digunakan

untukanalisis makro maupun mikro. Ekstraksi banyak digunakan untuk

pekerjaan – pekerjaan preparative dalam bidang kimia organik, biokimia dan

anorganik dilaboratorium. Alat yang digunakan berupa corong pisah, alat

ekstraksi soxlet, sampai yang paling rumit berupa alat (counter current craig).

Pada praktikum yang dilaksanakan, ada percobaan ekstraksi yang

dilakukan yaitu

1. Pemisahan larutan Iod dalam air dan menetukan konstanta

distribusinya.

2. Pemisahan asam lemak dalam sabun dan penentuan kadarnya

1. Pemisahan larutan Iod dalam air dan menetukan konstanta

distribusinya.

Pada percobaan ini praktikan akan mengekstraksi kandungan Iod

dalam larutan KI dengan menggunakan pelarutan kloroform dan menetukan

konstanta distribusinya.

Ion I- merupakan senyawa halida yang mudah larut dalam pelarut

organik seperti kloroform maupun pelarut air. Ketika kloroform di reaksikan

dengan ion I- dalam laruatn KI maka akan membentuk reaksi kesetimbangan

sebagai berikut :

9

Page 10: Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

CHCl3+ I−¿→CHI 3+3 Cl−¿¿ ¿

Reaksi ini terjadi karena daya oksidasi dari Cl- yang lebih besar

daripada I- sehingga dapat mendesak I- untuk berikatan. Sedangkan ion I-

dalam KI akan terlarut dalam air membentuk kesetimbangan ionisasi:

KI⇌ K+¿+I−¿¿¿

Masing-masing pelarut tersebut memiliki kelarutan yang berbeda satu

sama lainnya. Disamping itu kedua pelarut tersebut merupakn senyawa yang

tidak saling melarutkan, artinya ketika dicampurkan maka akan terbentuk dua

fasa yang berbeda pada larutan, sehingga keduanya dapat dipisahkan

menggunakan corong pisah.

Sebelum memulai prosedur ekstraksi, perku diketahui konsentrasi dari

Ion I- yang akan digunakan. Karena itu perlu dilakukan standarisasi

menggunakan larutan standar seperti Natrium tiosulfat dengan metode titrasi.

Dari hasil pengamatan terhadap praktikum yang dilakukan. Untuk

larutan KI yang digunakan setelah dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N

sebanyak 0,3 tetes diketahui normalitas dari larutan KI sebesar 0,0015 N.

Reaksi yang berlangsung saat titrasi ini yaitu:

I 2(aq )+2 Na2 S2 O3(aq )→ 2NaI (aq )+Na2 S4 O6(aq )

Natrium tiosulfat akan mereduksi I2 menjadi I- disertai perubahan warna pada

larutan, yang semla kuning akibat adanya I2 menjadi bening ketika menjadi I-.

Prosedur ekstraksi yang dilakukan menggunakan 25 ml larutan I-

dengan pelarut kloroform sebanyak 25 ml dengan disertai penggojlogan yang

bertujuan untuk memaksimalkan proses reaksi ekstraksi.

Dari hasil pengamatn yang dilakukan, tidak terbentuknya 2 fasa pada

larutan. Kemungkinan terjadi kesalahan dalam proses pelarutan ion I -

sebelumnya dengan pelarut air, sehingga pelarutan tidak maksimal. Dengan

mengambil 20 ml sampel dari larutan tersebut, praktikan mencoba untuk

mengetahui jumlah mol ion I- yang terkandung dalam larutan menggunakan

metode titrasi dengan larutan standar Natrium tiosulfat 0,1 N dan

penambahan indikator amilum.

Ketika indikator amilum ditambahkan dalam larutan, maka akan

terjadi reaksi pengikatan Ion I- dengan amilum. Reaksinya:

10

Page 11: Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

I−¿+amilum → I−amilum ¿

Setelah dilakukan titrasi maka reaksi yang terjadi adalah:

2 I−amilum+2 S2O32−¿ →2 I−¿+S 4O6

2−¿±amilum¿ ¿¿

Penggunaan indikator kanji atau amilum ini dalam proses titrasi

natrium thiosulfat karena Natrium thiosulfat lebih kuat pereaksinya

dibandingkan dengan amilum sehingga amilum atau larutan kanji tersebut

dapat didesak keluar dari proses reaksi tersebut. Jadi hal ini menyebabkan

warna berubah kembali seperti semula setelah dilakukannya titrasi dengan

Natrium thiosulfat.

Sebanyak 0,5 ml titran Na-tiosulfat bereaksi dengan larutan Iod

membentuk perubahan warna pada larutan, dari semula kuning menjadi

bening. Dan setelah dilakukan perhitungan diketahui bahwa jumlah mol dari

larutan I- setelah diekstraksi lebih besar dari pada sebelum diekstraksi, yaitu

dengan selisih 0,01 mmol.

Kejadian tersebut merupakan dampak dari tidak terpisahnya larutan

iod dalam kloroform maupun dalam air. Kemungkinan terjadi reaksi yang

berlebihan yang menyebabkan adanya senyawa yang ikut beraksi dengan Na-

tiosulfat sehingga perhitungannya tidak sesuai dengan teori yang ada. Dan

efek lain dari tidak terpisahnya kedua pelarut tersebut, praktikan tidak dapat

menentukan konstanta distribusi pelarut dalam prosedur ekstraksi larutan iod

ini.

2. Pemisahan asam lemak dalam sabun dan penetuan kadarnya

Prosedur ini menjelaskan bagaimana proses ekstraksi senyawa yang

terkandung dalam sabun menggunakan metode ekstraksi pelarut. Diketahui

bahwa sabun merupakan persenyawaan antara senyawa logam alkali dengan

asam karbosilat. Reaksi ini disebut saponifikasi, berikt reaksinya

R−COOH+NaOH⇌ R−COO−Na+ H 2O

Reaksi ini berlangsung reversibel sehingga dapat digunakan untuk

menentukan kandungan asam lemaknya.

Pada praktikum yang dilakukan, sebanyak 0,5 gr sabun dilarutkan

dalam air untuk melarutkan ion-ionya. Senyawa alkali karbosilat akan

11

Page 12: Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

mengalami reaksi penguraian membentuk asam lemaknya dan larutan yang

bersifat basa. Reaksinya:

R−COO−Na+H 2O ∆→

RCOO−¿−H +¿+Na+ ¿−OH−¿¿¿¿¿

R−COO−Na+H 2O ∆→

R−COOH +NaOH

Dengan terbentuknya kembali asam lemak dari senyawanya, maka dapat

diekstraksi untuk memperoleh kadarnya.

Prosedur ekstraksi ini menggunakan pelarut dietil eter. Sebanyak 20

ml larutan sabun diektraksi dengan 10 ml dietil eter sebanyak 3 kali guna

untuk memaksimalkan pelarutan dari asam lemak. Kemudian dari hasil

ekstraksi dengan pelarut dietl eter tersebut kemudian ditambahkan etanol

untuk melarutkan asam lemak yang terkandung pada pelarut sebelumnya.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan kelarutan pelarut dietil eter

dengan etanol sangat besar. Hal tersebut mengakibatkan tidak terpisahnya

kedua pelarut tersebut dalam larutan. karena itu praktikan mengalami

kesulitan dalam prosedur pemisahannya.

Setelah disimpulkan bahwa reaksi di atas tidak dapat dipisahkan,

maka praktikan melanjutkan prosedur dengan menitrasi menggunakan larutan

NaOH 0,1 N. Tujuan titrasi ini untuk menentukan jumlah mol kandungan

asam lemak dalam larutan sehingga dapat diketahui kadarnya terhadap

senyawa sampel.

Sebanyak 8,1 ml larutan NaOH digunakan untuk menitrasi asam

lemak dalam larutan yang terlebih dahulu ditambahkan indikator PP sebagai

media perubahan. Dan setelah melalui perhitungan diketahuilah jumlah mol

asam lemak yang terkandung dalam senyawa sabun yang digunakan yaitu

sebanyak 0,23 gram (dengan menganggap bahwa kandungan asam lemak

yang dimaksud adalah asam stearat). Dengan begitu kadar kandungan asam

lemak dalam media sampel yang digunakan sebesar 46 %.

12

Page 13: Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

V.Kseimpulan dalam Saran

V.1Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan:

1. Ekstraksi merupakan prosedur pemisahan yang menggunakan

prinsip perbedaan kelarutan dalam sistemnya.

2. Proses pemisahan ekstraksi pelarut merupakan prosedur

pemisahan yang menggunakan media pelarut dalam menentukan

kuantitas ekstrak yang akan dipisahkan.

3. Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat trlarut (solut)

diantara 2 fasa cair yang tidak saling bercampur teknik ekstraksi

sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih baik

untuk zat organic maupun untuk zat anorganik.

4. Larutan iod lebih banyak terdistribusi kedalam kloroform

dibandingkan air.

5. Kadar asam lemak dalam sabun diperoleh sebesar 46 %.

V.2Saran

Pada praktikum yang telah dilakukan, sebagai saran dari praktikan

yaitu perlu dilengkapi lagi perlatan yang mendukung saat menjalankan

praktikum, karena pada praktikum sebelumnya terjadi keterlambatan prosedur

akibat kurangnya peralatan. Diharapkan pada praktikum selanjutnya baik itu

peralatan maupu bahan tidak mengalami keterkendalaan dalam hal

pengadaannya.

VI.Daftar Pustaka

Khopkar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.

Shevla, G. 1985. Vogel Analisis Anorgami Kualitatif Makro dan Semimikro.

Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka

Tim Kimia Analitik. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Analitik II. Jambi :

Universitas Jambi.

13

Page 14: Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

Underwood & R.A Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta

14

Page 15: Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

Perhitungan

1. Penentuan larutan Iod dalam air dan menetukan konstanta distribusinya

Penentuan norlmalitas larutan Iod dengan metode titrasi menggunakan larutan

standar Na2S2O3.

Persamaan reaksi yang terjadi:

I 2(aq )+2 Na2 S2 O3(aq )→ 2 NaI (aq )+Na2 S4 O6(aq )

1 mol 2mol

A. Menentukan Normalitas larutan I2

Normalitas larutan iod sebelum diekstrak

Volume larutan Iod = 10 ml

Normailtas Na2S2O3 = 0,1 N

Volume titrasi Na2S2O3 = 0,3 ml

mol Na2 S2 O3

2=mol I 2

N 1 x V 1

2=N 2 xV 2

0,1 N x 0,3 ml2

=N2 x10 ml

N2=0,1 N x 0,3 ml

2 x 10 ml=0,0015 N

Normalitas larutan Iod setelah diekstrak

Volume larutan Iod setelah diekstraksi = 20 ml

Normailtas Na2S2O3 = 0,1 N

Volume titrasi Na2S2O3 = 0,5 ml

Indikator amilum = 3 tetes

15

Page 16: Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

mol Na2 S2 O3

2=mol I 2

N 1 x V 1

2=N 2 xV 2

0,1 N x 0,5 ml2

=N2 x20 ml

N2=0,1 N x 0,5 ml

2 x 20 ml=0,00125 N

B. Menentukan Mol I2 yang terekstrak

Mol I2 dalam larutan sebelum diekstrak

mol=N xV =0,0015 N x 10 ml=0,015 mmol

Mol I2 dalam larutan sesudah diekstrak

mol=N xV =0,00125 N x 20 ml=0,025 mmol

Selisih mol yang terekstrak (Δmol)

∆ mol=mol sebelum diekstrak−mol sesudahdiekstrak=0,015 mmol−0,025 mmol

¿−0,01mmol

2. Penentuan kandungan asam lemak dalam sabun

A. Penentuan Normalitas ekstrakasam lemak

Volume ekstrak asam lemak= 20 ml

Normalitas NaOH = 0,1 N

Volume NaOH = 8,1 ml

mol asamlemak=mol NaOH

N1 xV 1=N2 xV 2

N1 x20 ml=0,1 N x 8,1 ml

N1=0,1 N x 8,1 ml

20 ml=0,405 N

B. Penentuan mol ekstrak asam lemak

mol ektrak asamlemak=N x V=0,405 N x 20 ml=0,81mmol

massa esktra asamlemak (asam stearat )=mol x Mr

¿0,81 mmol x284,48mg

mmol

16

Page 17: Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

¿230,4288 mg=0,23 gr

17

Page 18: Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

kadar asam lemak dalam sabun=massa asam lemakmassa sabun

x 100 %=0,23 gr0,5 gr

x 100 %=46 %

Lampiran

1. Suatu zat x dalam pelarut B memiliki KD sebesar 500 ingin diekstraksi

dengan pelarut A. jika volum pelarut B dan A masing-masing 100 ml.

dilakukan dua cara ekstraksi, yang pertama dengan menggunakan 100

ml larutan A sekaligus dan kedua dilakukan ekstraksi secara bertahap

sebanyak 10 kali dengan 10 ml pelarut A tiap kali ekstraksi. Perlihatkan

dengan perhitungan bahwa cara kedua lebih evisien?

Jawab:

Penyelesaian

mis : massa awal sampel = 5 gram

dik : KD = 500

Vair = 100 mL

Vorg = 100 mL

Wo = 5 gram

dit : W1 ….. ?

Jawab :

W 1=W o[ VairKD . Vorg+Vair ]1

= 5 gr [ 100 mL500.100 mL+100 mL ]1

= 5 gr [ 100 mL50100 ]1

= 0,078

Zat yang terekstraksi dapat dihitung menggunakan rumus :

18

Page 19: Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

W = WO – W1

= 5 gram – 0,078

= 4,922

Untuk ekstraksi berulang sebanyak 10 kali

W 1=W o[ VairKD . Vorg+Vair ]10

= 5 gr [ 100 mL500.10 mL+100 mL ]10

= 5 gr [ 100 mL5100 ]10

= 19.10-30

Zat yang terekstraksi dapat dihitung menggunakan rumus :

W = WO – W1

= 5 gram – 19.10-30

= 4,999999999999999999999999002

Dari perhitungan didapat hasil, bahwa ekstraksi berulang jauh lebih effisien.

Berdasarkan literatur, ekstraksi dengan bayak pengulangan lebih

efektif karena jumlah zat terlarut yang tertinggal setiap kali ekstraksi

akan semakin berkurang

2. Buatlah reaksi redoks yang terjadi pada titrasi iod dengan Na-tiosulfat

dan tentukan berapa kadar iod jika volume Na-tiosulfat 0,1 N yang

terpakai sebanyak 1 ml?

Jawab:

Reaksi redoks

I 2+2 S2 O32−¿→2 I−¿+S4O 6

2−¿¿¿ ¿

0 +2 -1 +2,5

19

Page 20: Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

Reduksi

oksidasi

Reduksi : 2I- + 2e- I2

Oksidasi : 2S2O32- S4O6

2- + 2e

Hasil : I2 + 2S2O32- 2I- + S4O6

2-

3. Jenis asam lemak apakah yang umumnya terdapat dalam minyak dan

berapakah massa molekul relative dari massa asam stearat?

Jawab :

Umumnya asam lemak yang terkandung dalam minyak adalah asam

lemak jenuh, seperti asam stearat yang mempunyai rumus molekul

C17H35COOH dengan massa atom relative sebesar 284,48 g/mol

Pertanyaan pascapraktikum

1. Pada titrasi iod dalam kloroform dengan Na-tiosulfat tidak digunkan

indicator amilum, sedangkan pada titrasi iod dalam air digunakan

indicator amilum. Mengapa demikian, apakah tujuannya, jelaskan?

Jawab:

digunakan indicator amilum yang berfungsi untuk mengetahui apakah

seluruh iod telah habis bereaksi atau belum.

2. Hitunglah konstanta distribusi dalam iod berdasarkan data hasil

percobaan, bandingkan dengan data dari literature, serta hitung

persentase kesalahan?

Jawab:

Berdasarkan literature :

KD = C1 / C2

= 0,098 / 0,888

= 1,11364

20

Page 21: Laporan Praktikum Kimia Analitik Ekstraksi Pelarut

3. Hitunglah kadar asam lemah dalam sabun, anggap saja bahwa asam

lemah yang ada dalam sabun hanya asam stearat?

Jawab:

Volume ekstrak asam lemak = 20 ml

Normalitas NaOH = 0,1 N

Volume NaOH = 8,1 ml

mol asamlemak=mol NaOH

N1 xV 1=N2 xV 2

N1 x20 ml=0,1 N x 8,1 ml

N1=0,1 N x 8,1 ml

20 ml=0,405 N

mol ektrak asamlemak=N x V=0,405 N x 20 ml=0,81mmol

massa esktra asamlemak (asam stearat )=mol x Mr

¿0,81 mmol x284,48mg

mmol

¿230,4288 mg=0,23 gr

kadar asam lemak dalam sabun=massa asam lemakmassa sabun

x 100 %=0,23 gr0,5 gr

x 100 %=46 %

21