PEMISAHAN DENGAN CARA EKSTRAKSI PELARUT I. Tujuan Memahami prinsip kerja ekstrasi pelarut II. Teori Fakta pembagian solute antara dua solven yang tak saling campur telah memberikan banyak kemungkinan bagi metode pemisahan, baik untuk tujuan preratif maupun analitik. Ekstraksi solven ( pelarut) merupakan metode pemisahan yang didasarkan atas fakta diatas. Cara ini cukup banyak digunakan karena dapat menggunakan alat yang sederhana seperti corong pisah. Ekstraksi ini dapat digunakan untuk memisahkan suatu solute dalam pelarut A dengan menggunakan pelarut B. pada saat penambahan pelarut B, solute akan membagi diri diantara 2 pelarut yang tak saling campur tersebut. Pada saat kesetimbangan terdapat hubungan antara konsentrasi solute dalam 2 pelarut tersebut. Hal ini sesuai dengan hukum distribusi yang dinyatakan oleh Nernst dan dirumuskan sebagai: KD = C A /C B Dimana KD adalah tetapan distribusi dan C A serta C B adalah konsentrasi solute, masing-masing dalam solvent A 1
23
Embed
Laporan Analitik Pemisahan Dg Cara Ekstraksi Pelarut
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PEMISAHAN DENGAN CARA EKSTRAKSI PELARUT
I. Tujuan
Memahami prinsip kerja ekstrasi pelarut
II. Teori
Fakta pembagian solute antara dua solven yang tak saling campur telah
memberikan banyak kemungkinan bagi metode pemisahan, baik untuk tujuan preratif
maupun analitik. Ekstraksi solven ( pelarut) merupakan metode pemisahan yang
didasarkan atas fakta diatas. Cara ini cukup banyak digunakan karena dapat
menggunakan alat yang sederhana seperti corong pisah.
Ekstraksi ini dapat digunakan untuk memisahkan suatu solute dalam pelarut
A dengan menggunakan pelarut B. pada saat penambahan pelarut B, solute akan
membagi diri diantara 2 pelarut yang tak saling campur tersebut. Pada saat
kesetimbangan terdapat hubungan antara konsentrasi solute dalam 2 pelarut tersebut.
Hal ini sesuai dengan hukum distribusi yang dinyatakan oleh Nernst dan dirumuskan
sebagai:
KD = CA/CB
Dimana KD adalah tetapan distribusi dan CA serta CB adalah konsentrasi
solute, masing-masing dalam solvent A dan B. harga ketetapan kesetimbangan
distribusi sangat khas untuk masing-masing zat. Dan suatu hal yang penting untuk
diingat bahwa hukum distribusi tersebut hanya dapat diterapkan pada zat-zat yang tak
mengalami disosiasi dan asosiasi setra tidak bereaksi dengan solvent.
Proses ekstraksi dilakukan secara berulang kali akan memberikan tingkat
efisiensi yang lebih tinggi dari pada ekstraksi satu kali, meskipun volum yang
digunakan dalam pelarut sama. Hal ini secara teoretis dapat ditentukan dengan rumus
yang sesuai.
(Tim kimia analitik II)
1
Ekstraksi adalah pemurnian suatu senyawa. Ekstraksi cairan-cairan
merupakan suatu teknik dalam suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan
dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada dasarnya tidak saling
bercampur dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solut) ke
dalam pelarut kedua itu. Pemisahan itu dapat dilakukan dengan mengocok-ngocok
larutan dalam sebuah corong pemisah selama beberapa menit.
Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut
dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat
fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa
mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapatdilakukan jika bahan
yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi
(Shevla, 1985).
Metode pemisahan pada ekstraksi diantaranya :
1. Ekstraksi bertahap adalah cara yang paling sederhana,mencampurkan pelarut
pengekstraksinya yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian
dilakukan pengocokan
2. Ekstraksi kontiyu adalah perbandingan distribusi relatif kecilsehingga untuk
pemisahan yang kuantitatif diperlukan beberapatahap distribusi
3. Ekstraksi Counter current adalah fase cair pengekstraksi dialirkan dengan
arah yang berlawanan dengan larutan yangmengandung zat yang akan
diekstraksikan. Biasanya digunakan untuk pemisahan zat, pemurnian ataupun
isolasi
Mekanisme ekstraksi dengan proses distribusi dari zat yang terekstraksi ke
fase organik, tergantung pada bermacam faktor,antara lain: kebasaan ligan, faktor
stereokimia dan adanya garam pada sistem ekstraksi. Kelarutan kompleks logam
selain ditetapkan oleh perbandingan koefisien distribusinya juga ditentukan oleh
perubahan aktivitas zat terlarut pada masing-masing fase.
Pengaruh adanya pelarut lain yang tercampur pada pelarut pertama dapat
menambah kelarutannya bila pelarut keduatersebut bereaksi dengan zat terlarut. Jenis
2
ikatan mempengaruhi kelarutan kompleks pada fase organik. Kelarutan elektrolit
pada medium yang sangat polar akan bertambah dengan gaya elektrostatik. Kelarutan
zat pada air atau alkohol lebih ditentukan oleh kemampuan zat tersebut membentuk
ikatan hidrogen. Kelarutan zat-zat aromatik pada fase organik sebanding dengan
kerapatan elektron pada inti aromatik dari senyawa-senyawa tersebut. Garam-garam
logam tidak dapat larut sebab bersifat sebagai elektrolit kuat. Sifat kelarutan khelat
atau asosiasi ion sangat penting pada mekanisme ekstraksi.
(Khopkar, 2008)
Partikel-partikel zat terlarut antara dua cairan yang tidak campur menawarkan
banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis. Seringkali pemisahan
secara ekstraksi dapat dilakukan dalam beberapa menit, teknik itu dapat diterapkan
untuk suatu batas-batas konsentrasi yang luas, dan telah dipakai secara ekstensif untuk
isolasi isotop-isotop bebas pembawa dalam jumlah yang sangat sedikit yang
diperoleh baik dari transmutasi nuklir maupun dari material-material industri yang
dihasilkan dalam jumlah ton. Pemisahan ekstrasi pelarut biasanya “bersih” dalam arti
tidak ada analogi kopresipitasi dengan sistem sejenis itu.
Pemisahan yang ideal oleh ekstraksi pelarut, semua bahan yang diinginkan
akan larut dalam satu pelarut dan semua bahan yang tidak diinginkan akan larut dalam
pelarut yang lain. Pemindahan semua atau tidak satu pun dari satu pelarut kepelarut
yang lain yang demikian itu jarang, dan besar kemungkinannya untuk didapatkan
campuran bahanyang hanya berbeda sedikit dalam kecenderungannya untuk
berpindah dari pelarut yang satu ke yang lain.Jadi satu kali pemindahan tidak akan
berakibatkan pemisahan yang benar-benar murni.
(Underwood, 1999)
III. Prosedur percobaan
3.1. Alat dan Bahan
3
Alat
4
- Alat-alat gelas
- Pipet tetes
- Ring penyangga
- Pisau buret
- Kaca arloji
- Spatula
- Kurs
- Neraca
- Hot plate
- Corong pisah
- Standar dan klem
- Lampu spirtus
- Batang pengaduk
Bahan
- Kloroform
- Na-tiaosulfat
- Indicator amilum
- Etanol
- NaOH
- Sabun
- Larutan Iodium
- Aquades
- Indikator pp
- NaCl
- PE(petroleum enter)
3.2. Skema Kerja
3.2.1. Pemisahan Larutan Iod Dalam Air dan Menentukan Konstanta
Disribusi
5
Dititrasi dengan Na-Tiosulfat 0,1 N
Dimasukkan dalam corong pisah
Ditambahkan 25 ml kloroform
Dikocok selama 15 menit,
Terbentuk 2 lapisan
Dipisahkan larutan iod dalam kloroform
Dititrasi dengan Na-tiosulfat , tanpa indicator amilum
Dititrasi degan zat yang sama menggunakan indicator
amilum
Dicatat volum Na-tiosulfat yang digunakan
3.2.2. Pemisahan Asam Lemak dalam Sabun dan Penentuan Kadarnya
6
Larutan iod 0,1 N
25 ml larutan iod
Larutan iod dalam air
Larutan iod
0,5 g sabun
Hasil pengamatan
Dipotong kecil-kecil dan dilarutkan dalam 400ml aquades
Ditambahkan 2 tetes indicator pp
Dipanaskan hingga hampir mendidih
Didinginkan dan diencerkan hingga volume 500 ml
Dimasukkan dalam corong pisah
Ditambahkan 10 ml PE dan dikocok
Ditambahkan 10 ml NaCl jenuh jika terbentuk emulsi
Dikocok kembali selama 15 menit
Diekstraksi kembali sebanyak 3 kali masing masing 10 ml PE
Dimasukkan ke corong pisah
Ditambahkan 2 ml air + indicator pp dikocok
dipisahkan airnya dan ditambahkan lagi dan dikocok kembali