Page 1
LABORATORIUM FARMAKOGNOSIPROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MIPAUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
PEMERIKSAAN FARMAKOGNOSTIK DAN IDENTIFIKASI KIMIA
PASAK BUMI (Eurycoma longifolia L.) ASAL KELURAHAN SEI
GOHONG KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA
PROPINSI KALIMANTAN TENGAH
DISUSUN OLEH :
NAMA : MUHAMMAD AZMI
NIM : J1E107207
KELOMPOK : III (TIGA)
PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARBARU
DESEMBER
2008
1
Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Obat asli Indonesia adalah obat-obat yang diperoleh langsung dari
bahan-bahan alam yang terdapat di Indonesia, diolah secara sederhana atas
dasar pengalaman dan penggunaannya dalam pengobatan tradisional (Dalil ini
sesuai dengan ketetapan yang tercantum dalam Undang-Undang tentang
Farmasi tahun 1963 pasal 2 ayat c). Obat asli Indonesia hendaknya
dipergunakan sebagai penyempurna usaha pengobatan dan mencakupi
kebutuhan rakyat dalam logistik kesehatan. Penelitian (obat-obat asli
Indonesia) terhadap hasil karya nenek moyang kita (babad, lontar, tambo)
dalam hubungannya dengan latar belakang perkembangan ilmu pengobatan
dan kebudayaan pada masa itu (Sastroamidjojo, 1997).
Obat-obatan dalam bentuk tumbuh-tumbuhan dan mineral telah ada
jauh lebih lama dari manusianya sendiri. Penyakit pada manusia dan nalurinya
untuk mempertahankan hidup, setelah bertahun-tahun, membawa kepada
penemuan-penemuan. Penggunaan obat-obatan walaupun dalam bentuk
sederhana tidak diragukan lagi sudah berlangsung sejak jauh sebelum sejarah
yang ditulis, karena naluri orang-orang primitif untuk menghilangkan rasa
sakit pada luka dengan merendamnya dalam air dingin atau menempelkan
daun segar pada luka tersebut atau menutupnya dengan lumpur, hanya
berdasarkan pada kepercayaan orang-orang primitif belajar dari pengalaman
dan mendapatkan cara pengobatan yang lebih efektif dari yang lain, dari dasar
permulaan ini pekerjaan dengan terapi dimulai (Ansel, 1989).
Tanaman obat mudah dikenali yaitu dapat diketahui dari baunya dan
rasanya. Tanaman-tanaman obat berperan penting bagi kehidupan manusia.
Oleh sebab itu pemerintah menganjurkan agar setiap tanah pekarangan yang
masih kosong diwujudkan menjadi apotik hidup. Dalam rangka mewujudkan
apotik hidup, membudidayakan berbagai tanaman dapat dikembangkan pada
sebidang tanah yang khusus diperuntukkan tanaman-tanaman yang berkhasiat
obat-obatan dengan pengelolaannya yang baik karena tanaman-tanaman yang
21
Page 3
mulus pertumbuhannya akan memberikan hasil-hasil yang baik bagi
penggunaan sendiri maupun yang banyak dicari atau dibutuhkan oleh para
pengusaha industri obat-obatan, apotik, maupun industri obat-obatan
tradisional (Kertasapoetra, 1996).
Saat ini dengan pesatnya perkembangan penelitian dalam bidang obat.
Saat ini tersedia berbagai jenis pilihan obat sehingga diperlukan pertimbangan
yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Temuan dan terobosan
substansial di bidang obat telah memberikan konstribusi yang besar dalam
meningkatan pelayanan kesehatan, namun perlu disadari bahwa obat dapat
menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat.
Obat sintesis merupakan obat yang telah banyak beredar dipasaran dengan
bermacam-macam merek dan kemasan, tetapi kelemahan dari jenis obat
sintesis tersebut berupa efek samping yang dihasilkan dan juga harganya yang
relatif mahal, bila dibandingkan dengan obat tradisional (Endarwati, 2005).
Saat ini lebih dianjurkan menggunakan obat-obat tradisional, dengan
begitu efek samping dari suatu obat dapat dikurangi. Oleh karena itu,
dikembangkanlah budaya penggunaan obat dari alam, contohnya berupa akar
pasak bumi (Eurycoma longifolia L.), yang berkhasiat untuk meningkatkan
stamina di samping sebagai obat sakit kepala, sakit perut, dan sipilis
(Anonim3, 2003).
Sudah berpuluh tahun penduduk di Asia Tenggara menggunakan pasak
bumi (Eurycoma longifolia L.) disebabkan oleh khasiatnya yang tinggi dan
mengagumkan. Sulit untuk dikatakan bagaimana ramuan ini terkenal sebagai
bahan yang ‘afrodisiak’ yaitu ‘perangsang nafsu syahwat’ dan juga obat untuk
pelbagai penyakit, contohnya jangkitan kulit, luka, deman, panas, malaria,
tekanan darah tinggi, dan kencing manis, juga untuk menambah tenaga dan
stamina seseorang (Anonim8, 2006).
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari pada percobaan ini adalah melakukan pemeriksaan
farmakognostik, yaitu pemeriksaan morfologi, anatomi, dan organoleptik
tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.) dan melakukan reaksi
3
Page 4
identifikasi kimia, serta untuk memenuhi tugas akhir praktikum Farmakognosi
I.
I.3 Maksud Percobaan
Maksud dari pada percobaan ini ialah untuk mengetahui morfologi,
anatomi, dan organoleptik dari tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.),
serta untuk mengetahui senyawa kimia yang terkandung pada tanaman
tersebut.
4
Page 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 URAIAN TANAMAN
II.1.1 Klasifikasi Tanaman
Klasifikasi tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.)
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Family : Simaroubaceae
Genus : Eurycoma
Species : Eurycoma longifolia L.
(Anonim6, 2006).
II.1.2 Morfologi Tanaman
Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.) merupakan
tanaman berbentuk semak atau pohon kecil yang tingginya jarang
mencapai 10 m, berdaun majemuk, menyirip ganjil, ibu tangkainya
mencapai 1 m, mengelompok di ujung ranting yang tebal. Anak daun
berhadapan, berbentuk lanset atau agak berbentuk bundar telur dengan
ujung agak meruncing. Bunga yang berwarna merah kejinggaan keluar
dari ketiak daun dan seluruh bagiannya berbulu-bulu halus dengan
benjolan kelenjar di ujungnya (Anonim2, 2003).
II.1.3 Kandungan Kimia
Eurikomanone, eurikomalaktone, dan eurikomanol
(quassinoids) yang banyak terdapat dalam akar, methanol,
dichloromethane atau chloroform, terpernoids, stigmasterol, sitosterol,
sterol, saponins, quassinoid, campesterol, benzoquinpones, alkaloid,
scopoletin, piscidinol, nilocitin, methoxycantin-one-oxide,
54
Page 6
methoxycantin-one, meliane, longilene, longilactone A and B,
hydroxyeurycomalactone, hydroxycantin-one-oxide, hydroxycantine-
one, hydroxxydehydro, hispidone, eurylene, durylactone, eurycomanol
oD-glycopyranoside, epispelin, dihydroxyklaineanone,
dihydroxyeurycomanone, dihydroeurycomalactone (Anonim4, 2005).
II.1.4 Kegunaan
Keseluruhan bagian dari tumbuhan pasak bumi (Eurycoma
longifolia L.) dapat digunakan sebagai obat, antara lain obat demam,
radang gusi, obat cacing, dan sebagai tonikum setelah melahirkan.
Batang dan akar pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) yang telah
diperdagangkan secara luas berkhasiat untuk meningkatkan stamina di
samping sebagai obat sakit kepala, sakit perut, dan sipilis. Daun pasak
bumi (Eurycoma longifolia L.) dipakai sebagai obat disentri, sariawan,
dan meningkatkan nafsu makan. Selain itu juga berguna untuk sakit
kepala, luka-luka, kurap, disentri, bengkak, kelenjar, antileukemik,
antitumor, antiviral, antifidan, insektisidal, antiamebik, antimalaria,
dan antiradang (Anonim5, 2006).
II.1.5 Nama Daerah
Sumatera: kayu kebel (Lampung), bidara, bidara puti, bidara
putih (Palembang), bidara laut, bidara putih (Sumatera Utara), puli,
pule, mempoleh, kayu pule, bidara laut, bidara putih, kayu lawang
(Bangka), bedara puti (Belitung), kayu petimah, kayu poris potala
(Aceh), beseng besan, besan peku gancang, begu gajan (Batak),
Sulawesi: bidara mapai (Bugis), bidara pai, kayu pai (Makassar), Jawa:
babi kurus (Jakarta), widara putih (Jawa), Kalimantan: pasak bumi
(Banjar), bidara pahit, dara pahit (Kalimantan Timur), tanyu ulat
(Kalimantan Tengah), sahalai, tunglirit (Kalimantan Tengah)
(Anonim2, 2003).
6
Page 7
II.2 Reaksi Identifikasi Kimia
II.2.1 Reaksi Identifikasi Terhadap Lignin
Lignin adalah polimer yang terdiri dari unit fenilpropana.
Penyelidikan lignin didasarkan pada isolasi ligninnya.
Selanjutnya diidentifikasi produk reaksi dengan tehnik
kromatografi dan spekstroskopi. Fenilpropana adalah unit dasar
dari lignin sudah diketahui sejak lama, tetapi sulit diterima
bahwa ada gugus aromatik. Adanya gugus aromatik dibuktikan
oleh Lange pada tahun 1954 dengan spektroskopi ultraviolet
(Robensonstrever, 1995).
Tehnik penandaan radio isotop 14C yang digunakan
memastikan bahwa prazat lignin adalah koniferil alkohol, p-
kumaril alkohol dan sinapil alkohol.
Gambar 1. Prazat lignin (1). p-Kumaril alkohol; (2) konferil
alkohol; (3) sinapil alkohol.
Penyelidikan yang dilakukan oleh Erdtman pada tahun 1930
mempunyai arti yang penting untuk memahami pembentukan dan
struktur lignin. Ia menyimpulkan bahwa lignin dibentuk dari
jenis seperti koniferil alkohol melalui dehidrogenasi enzimatik.
Reaksi dehidrogenasi enzimatik diawali dengan transfer elektron
yang menghasilkan radikal fenoksi, yaitu suatu radikal yang
dimantapkan oleh resonansi. Gugus fungsi yang sangat
mempengaruhi reakstivitas lignin terdiri dari hidroksil fenolik,
hidroksil benzilik dan gugus karbonil (Pengel, 1995)
7
Page 8
Reaksi lignin dilakukan dengan membasahi lisan atau
serbuk dengan larutan floroglusin P, kemudian menambahkan
asam klorida P. Hasil kemudian diamati pada mikroskop. Bahan
akan berwarna merah apabila dinding sel mengandung lignin.
Gambar 2. Struktur lignin
(Anonim2, 1995).
II.2.2 Reaksi Identifikasi Terhadap Pati dan Aleuron
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang
tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak
berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh
tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai
produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Pati tersusun dari
dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam
komposisi yang berbeda-beda (Pengel, 1995).
Reaksi identifikasi terhadap pati dan aleuron dilakukan
dengan menambahkan iodium 0,1 N pada bahan di atas kaca
objek. Hasil kemudian diamati. Hasil akan berwarna biru
apabila mngandung pati dan akan berwarna kuning coklat
sampai coklat apabila mengandung aleuron (Anonim2, 1995).
8
Page 9
II.2.3 Reaksi Identifikasi Terhadap Lendir
Reaksi identifikasi terhadap lendir dilakukan dengan
menambahkan beberapa tetes larutan merah ruthenium P pada
bahan kering atau serbuk di atas kaca objek, kemudian kaca
objek ditutup dengan kaca penutup. Serbuk kemudian dibiarkan
selama 15 menit, apabila hasil positif maka lendir dan pektin
akan berwarna merah intensif. Perbedaannya secara jelas, dapat
dilihat dengan cara mencuci terlebih dahulu sampel dengan
menggunakan larutan timbal (II) asetat P 9,5% sebelum sampel
serbuk diidentifikasi (Anonim2, 1995).
II.2.4 Reaksi Identifikasi Terhadap Katekol
Katekol merupakan fenol terhidroksilasi yang bersifat
toksik terhadap mikroorganisme. Katekol memiliki dua grup
hidroksil dan pirogalol merupakan fenol terhidroksilasi yang
bersifat toksik terhadap mikroorganisme. Katekol memiliki dua
grup hidroksil dan pirogalol memiliki tiga. Sisi dan jumlah
grup hidroksil pada grup fenol diduga memiliki hubungan
dengan toksisitas relatif mereka terhadap mikroorganisme,
dengan bukti bahwa hidroksilasi yang meningkat menyebabkan
toksistas yang meningkat (Robensonstrever, 1995).
Reaksi identifikasi terhadap katekol dilakukan dengan
menambahkan larutan vanillin P 10% b/v dalam etanol (90%) P
pada bahan atau serbuk di atas kaca objek dan menambahkan
asam klorida P. Bagian yang positif mengandung turunan
katekol akan berwarna merah intensif (Anonim2, 1995).
II.2.5 Reaksi Identifikasi Terhadap Polifenol
Istilah polifenol mengacu pada sejumlah besar senyawa
terutama yang berasal dari turunan flavan. Polifenol yang
terdapat pada kulit diklasifikasikan menurut molekul dan
kelarutannya (Pengel, 1995).
9
Page 10
1. Identifikasi dilakukan pada hasil mikrosublimasi serbuk
dengan menambahkan larutan fosfomolibdat asam sulfat P.
Serbuk akan berwarna biru apabila hasil positif.
2. Identifikasi dilakukan pada hasil mikrosublimasi serbuk
dengan menambahkan larutan asam diazon benzensulfonat
P. Serbuk berwarna jingga sampai merah apabila hasil
positif.
(Anonim2, 1995)
II.2.6 Reaksi Identifikasi Terhadap Karbohidrat
Reaksi identifikasi terhadap karbohidrat dilakukan
dengan menambahkan pereaksi fehling dan benedict pada
serbuk dan memanaskannya. Hasil positif terlihat dengan
terbentuknya endapan merah bata (Pengel, 1995).
II.2.7 Reaksi Identifikasi Terhadap Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa nitrogen heterosiklik.
Salah satu contoh alkaloid yang pertama sekali bermanfaat
dalam bidang medis adalah morfin yang diisolasi tahun 1805.
Alkaloid diterpenoid yang diisolasi dari tanaman memiliki sifat
antimikroba. Solamargine, suatu glikoalkaloid dari tanaman
Berri solanum khasianum mungkin bermanfaat terhadap infeksi
HIV dan infeksi intestinal yang berhubungan dengan AIDS.
Ketika alkaloid ditemukan memiliki efek antimikroba
(termasuk terhadap Giardia dan Entamoeba), efek antidiare
utama mereka kemungkinan disebabkan oleh efek mereka pada
usus kecil. Berberin merupakan satu contoh penting alkaloid
yang potensial efektif terhadap typanosoma dan plasmodia.
Mekanisme kerja dari alkaloid kuaterner planar aromatik
seperti barberin dan harman dihubungkan dengan kemampuan
mereka untuk berinterkalasi dengan DNA (Anonim9, 2008).
10
Page 11
Gambar 3. Struktur kimia senyawa yang tergolong dalam
alkaloid
Banyak alkaloid bersifat terpenoid dan beberapa
sebaiknya ditinjau dari segi biosintesis sebagai terpenoid
termodifikasi. Yang lainnya terutama berupa senyawa aromatik
yang mengandung gugus basa sebagai gugus rantai samping.
Banyak sekali alkaloid yang khas pada suatu suku tumbuhan
atau beberapa tumbuhan sekerabat. Jadi, nama alkaloid sering
kali diturunkan dari sumber tumbuhan penghasilnya, misalnya
alkaloid Atropa atau alkaloid tropana, dan sebagainya
(Anonim2, 2003).
Reaksi identifikasi terhadap alkaloid dilakukan dengan
melembabkan sebanyak dua gram serbuk bahan dalam amnonia
25% dan menggerus dalam mortir. Campuran kemudian
ditambahkan 20 ml kloroform dan digerus kuat-kuat.
Campuran disaring dan filtratnya digunakan untuk percobaan
(larutan A). Larutan A diteteskan pada kertas saring dan
kemudian diberi pereaksi dragendorff. Warna jingga yang
timbul pada kertas saring menunjukkan bahan positif
mengandung alkaloid (Pengel, 1995).
II.2.8 Reaksi Identifikasi Terhadap Tanin
Tanin adalah suatu nama deskriptif umum untuk satu
grup substansi fenolik polimer yang mampu menyamak kulit
atau mempresipitasi gelatin dari cairan, suatu sifat yang dikenal
sebagai astringensi. Mereka ditemukan hampir di setiap bagian
11
Page 12
dari tanaman; kulit kayu, daun, buah, dan akar. Mereka dibagi
ke dalam dua grup, tanin yang dapat dihidrolisis dan tanin
kondensasi (Pengel, 1995).
Secara kimia ada dua jenis utama tanin yang tersebar
tidak merata dalam dunia tumbuhan. Tanin terkondensasi
yang hampir terdapat pada paku-pakuan dan gymnospermae,
serta tersebar luas dalam agiospermae, terutama pada jenis
tumbuhan berkayu. Sebaliknya, tanin yang terhidrolisiskan
penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua.
Cara yang dianjurkan:
a) Tanin terkondensasi
Proantosianidin dapat dideteksi langsung dalam
jaringan tumbuhan hijau yaitu tanpa adanya pigmentasian)
dengan mencelupknnya ke dalam HCl 2 M mendidih
selama setengah jam. Bila terbentuk warna merah yang
dapat diekstraksi dengan amil atau biutil alkohol, maka ini
meripakan bukti adanya senyawa tersebut.
b) Tanin terhidrolisikan
Deteksi pendahuluan dalam daun dan jaringan lain
setelah hidrolisis asam ialah dengan cara mengidentifikasi
asam galat dan asam elagat dalam ekstrak eter atau etil
asetat yang dipekatkan
Gambar 4. Salah satu struktur kimia tanin
Reaksi identifikasi terhadap tanin dilakukan dengan
memasukkan sebanyak masing-masing lima ml larutan
12
Page 13
filtrat ke dalam dua tabung reaksi. Tabung pertama
ditambah dengan larutan besi (14) klorida 1% akan
menunjukkan warna hijau violet bila bahan mengandung
tanin. Tabung kedua ditambah dengan larutan glatin akan
menunjukkan warna hijau violet bila bahan mengandung
tanin. Tanin kahekat dan tanin galat dibedakan dengan
menambahkan larutan filtrat dengan pereaksi Steasny L
formaldehid 3%-asam klorida (2:1) dan dipanaskan dalam
panas air 90oC. Terbentuknya filtrat dipisahkan dan
dijenuhkan dengan natrium asetat. Penambahan larutan besi
(III) klorida 1% pada campuran akan membentuk warna
biru tinta atau hitam yang menunjukkan adanya tanin galat
(Robensonstrever, 1995).
II.2.9 Reaksi Identifikasi Terhadap Dioksiantrakinon
Reaksi identifikasi terhadap dioksiantrakuinon
dilakukan dengan memanaskan larutan ekstrak sebanyak 2 ml
dengan 5 ml H2SO4 selama 1 menit. Larutan kemudian
didinginkan dan dikocok dengan 10 ml benzen. Warna kuning
pada lapisan benzen menunjukkan adanya senyawa
antrakuinon. Identifikasi dapat diperjelas dengan
menambahkan larutan natrium hidroksida 2 N, akan terjadi
warna merah pada lapisan air (Anonim2, 1995).
II.2.10 Reaksi Identifikasi Terhadap Saponin
Reaksi identifikasi terhadap saponin dilakukan dengan
mengocok sebanyak 10 ml larutan filtrat dalam tabung reaksi
secara vertikal selama 10 detik, kemudian didihkan selama 10
menit (Anonim2, 1995).
II.2.11 Reaksi Identifikasi Terhadap Steroid
Steroid ialah sejenis lipid terpenoid dicirikan oleh
rangka karbon mempunyai empat gelang terlakur, umumnya
diatur secara 6-6-6-5. Steroid adalah golongan lipid yang
13
Page 14
mempunyai karakteristik dari jenis struktur penyatuan cincin
karbon. Steroid tidak mengandung asam lemak ataupun
gliserol, karenanya tidak dapat mengalami penyabunan. Steroid
meliputi empat golongan, yaitu kolesterol, hormon,
adrenokortikoid, hormon seksual, dan asam empedu
(Anonim9, 2008).
Reaksi identifikasi terhadap steroid dilakukan dengan
menguapkan sebanyak 1 ml larutan ekstrak sampai kering,
kemudian ditambah dengan pereaksi Lieberman-Burchard.
Warna biru-ungu yang timbul menunjukkan adanya senyawa
terpenoid atau steroid (Pengel, 1995).
Gambar 5. Sinteis steroid
Reaksi identifikasi terhadap steroid dilakukan dengan
menambahkan bahan dengan beberapa tetes larutan Sudan III P
di atas kaca objek. Bahan dapat dijernihkan lebih dahulu
dengan larutan kloralhidrat P, kecuali jika bahan mengandung
minyak atsiri. Biarkan selama 30 menit sampai 48 jam dalam
bejana tertutup yang di dalamnya terdapat cawan berisi etanol
(90%) P. Bagian bahan yang mengandung suberin, kutin,
14
Page 15
minyak lemak atau minyak atsiri berwarna jingga
(Anonim2, 1995).
15
Page 16
BAB III
METODE PENGERJAAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Ayakan
2. Blender
3. Botol air mineral 1,5 L
4. Bunsen
5. Cutter
6. Corong gelas
7. Kaca objek
8. Kantong plastik
9. Kapas
10. Kardus
11. Karton
12. Kertas label
13. Kertas koran
14. Kertas saring
15. Korek api
16. Lakban
17. Lampu spiritus
18. Mikroskop elektrik
19. Parang
20. Plastik sampul
21. Plester
22. Penjepit kayu
23. Pipet tetes
24. Pisau silet
25. Polybag
26. Pot kecil
1615
Page 17
27. Sasak
28. Tabung reaksi
29. Tali rafia
III.1.2 Bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Aquades
2. Floroglusin
3. Herbarium basah dari tanaman Pasak Bumi (Eurycoma
longifolia L.)
4. Irisan melintang akar, batang, dan daun dari Tanaman
Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.)
5. Larutan Etanol
6. Larutan FeCl3 1 N
7. Larutan H2SO4 10%
8. Larutan HCl 0,5 N; 2%.
9. Larutan I2 0,1 N
10. Larutan KOH 10%
11. Larutan Mayer
12. Larutan Metilen blue
13. Larutan α-naftol
14. Larutan NaCl
15. Metanol
16. Serbuk dari Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma
longifolia L.)
III. 2 Cara Kerja
III. 2.1 Pengambilan Bahan
Pengambilan bahan tanaman Pasak Bumi (Eurycoma
longifolia L.) dilakukan di Kelurahan Sei Gohong Kecamatan
Bukit Batu Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah pada hari
Sabtu tanggal 30 Agustus 2008 pukul 10.00 WIB dengan cara
mencabut tanaman tersebut dengan menggunakan parang dan
17
Page 18
cangkul, agar diperoleh seluruh bagian tanaman yang akan
digunakan sebagai herbarium kering.
Pengambilan bahannya adalah dengan memilih tanaman
yang akan dikoleksi dan menentukan bagian tanaman yang
dikehendaki untuk dijadikan simplisia. Dalam pengambilan pasak
bumi (Eurycoma longifolia L.) ini, tidak bisa asal cabut saja dari
tanah karena tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.)
mempunyai akar tunggang yang panjang dan menancap ke dalam
bumi. Biasanya cara mengambilnya dengan cara memukul-mukul
bagian atas dari akar dengan palu besar agar akarnya semakin
menancap ke dalam tanah, kemudian di tarik-tarik lagi keatas.
Semakin keras dipukul, akan memudahkan menariknya kembali ke
permukaan. begitulah seterusnya hingga akar pasak bumi
(Eurycoma longifolia L.) bisa diangkat dari dalam tanah.
III. 2. 2 Pengolahan Bahan
Terdapat beberapa langkah dalam pengolahan bahan agar
menjadi simplisia. Proses pengolahan bahan yang pertama kali
dilakukan yaitu pencucian dan sortasi basah yang ditujukkan untuk
membersihkan tanaman dari kotoran dan benda-benda asing dari
seperti tanah, tanaman lain, batu, dan sebagainya. Tanaman
kemudian dipotong atau dirajang kecil-kecil. Tujuan perajangan ini
yaitu untuk memperluas permukaan dari tanaman pasak bumi
(Eurycoma longifolia L.) agar saat proses pengeringan berjalan
dengan cepat. Proses pengeringan simplisia harus dilakukan secara
hati-hati agar bahan aktif dari tanaman tidak rusak akibat
pemanasan. Simplisia yang digunakan berupa akar sehingga
pengeringannya dilakukan dengan cara menjemur di bawah sinar
matahari langsung, namun penjemuran maksimal dilakukan hingga
jam 10 pagi. Simplisia yang telah kering kemudian disortasi
kering, yaitu pemisahan dari partikel asing seperti kotoran atau
dipisahkan dari bagian tanaman yang rusak akibat terlalu kering.
Proses selanjutnya yaitu pengepakan dan penyimpanan. Sebagian
18
Page 19
dari simplisia yang telah dirajang tersebut disimpan sebagai haksel
dan sebagian lagi dihaluskan sehingga diperoleh serbuk dalam
bentuk halus. Haksel dan serbuk tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam pot terpisah. Untuk tanaman yang masih dalam bentuk utuh,
dibuat menjadi herbarium kering yaitu dengan cara
menempelkannya pada kertas karton, dan memberi etiket. Selain
itu juga dibuat herbarium basahnya.
Pengolahan herbarium basah tanaman pasak bumi
(Eurycoma longifolia L.) (mulai dari akar, batang dan daun)
dilakukan dengan memasukkan ke dalam botol air mineral
berukuran 1,5 liter yang berisi formalin 10%. Diusahakan agar
seluruh bagian tanaman yang dimasukkan tersebut terendam
sempurna dalam formalin. Botol kemudian ditutup rapat dengan
plester agar tanaman terisolasi sempurna. Pengolahan herbarium
kering dilakukan dengan mempersiapkan perwakilan bagian-
bagian tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) untuk diolesi
formalin. Bagian-bagian tanaman tersebut kemudian diletakkan
dan ditempel di atas kertas koran. Setelah itu, tanaman yang telah
ditempel di atas kertas koran tersebut dilapisi lagi dengan kertas
koran lalu disasak menggunakan sasak bambu yang telah disiapkan
sebelumnya.
III.3 Pemeriksaan Farmakognostik
III.3.1 Pemeriksaan Morfologi Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma
Longifolia L.)
Pemeriksaan morfologi tanaman dilakukan dengan
mengamati bagian-bagian tanaman, yang mencakup bentuk daun,
bentuk ujung daun, pangkal daun, tulang daun, bentuk tepi daun,
susunan tulang daun, jenis daun, bentuk batang, arah tumbuh batang,
dan sistem perakaran dari tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia
L.).
19
Page 20
III.3.2 Pemeriksaan Anatomi Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma
Longifolia L.)
Pemeriksaan anatomi tanaman dilakukan dengan memotong
bagian utama tanaman, yaitu bagian daun, akar dan batang secara
melintang dan membujur.
III.3.3 Pemeriksaan Organoleptik Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma
Longifolia L.)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengamati langsung
warna dari batang, daun, akar tanaman pasak bumi (Eurycoma
longifolia L.). Identifikasi kemudian dilanjutkan dengan melakukan
penginderaan bau dan uji rasa, dengan mencicipi sedikit dari bagian
tanaman tersebut, serta mengamati karakteristiknya.
III.4 Pemeriksaan Reaksi Identifikasi Kimia
III.4.1 Reaksi Identifikasi Terhadap Lignin
Reaksi identifikasi lignin dilakukan dengan mengambil
sejumlah serbuk sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) yang
diletakkan diatas kaca objek kemudian ditambahkan 2 tetes larutan
floroglusin dan 2 tetes HCl, dipanaskan agar serbuk melekat pada
kaca objek kemudian dilihat pada mikroskop. Jika terlihat dinding sel
yang berwarna merah maka pada sampel terdapat senyawa kimia
lignin.
III.4.2 Reaksi Identifikasi Terhadap Pati dan Aleuron
Reaksi identifikasi aleuron dilakukan dengan mengambil
serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) yang di
letakkan diatas kaca objek, kemudian ditambahkan larutan I2 0,1 N ,
kemudian dikeringkan di atas api agar serbuk melekat pada kaca
objek. Kemudian dilihat di mikroskop. Jika selnya berwarna biru
maka di dalam sampel positif terdapat pati, tetapi jika berwarna
kuning kecoklatan maka di dalam sampel positif terdapat aleuron.
20
Page 21
III.4.3 Reaksi Identifikasi Terhadap Lendir
Reaksi identifiaksi lendir dilakukan dengan memasukkan
sejumlah serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) ke
dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 3 tetes larutan methanol
dan 2 tetes metilen blue. Jika larutan berubah menjadi warna merah
maka hasil yang diberikan positif yaitu sampel mengandung lendir.
III.4.4 Reaksi Identifikasi Terhadap Katekol
Reaksi identifikasi katekol dilakukan dengan memasukkan
serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3. Jika
larutan berubah menjadi warna hijau maka di dalam sampel positif
terdapat senyawa katekol.
III.4.5 Reaksi Identifikasi Terhadap Polifenol
Reaksi identifiaksi polifenol dilakukan dengan memasukkan
serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan H2O lalu dipanaskan, setelah
itu disaring. Filtrat yang didapat didinginkan kemudian ditambahkan
2 tetes larutan FeCl3. Jika larutan berubah menjadi warna hijau,
berarti di dalam sampel positif terdapat senyawa polifenol.
III.4.6 Reaksi Identifikasi Terhadap Karbohidrat
Reaksi identifikasi karbohidrat dilakukan dengan
memasukkan serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia
L.) ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 tetes -naftol
dan 2 tetes H2SO4 10%. Jika hasilnya terdapat cincin ungu, maka di
dalam sampel positif mengandung karbohidrat.
III.4.7 Reaksi Identifikasi Terhadap Alkaloid
Reaksi identifikasi alkaloid dilakukan dengan memasukkan
serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan 3 tetes larutan HCl 0,5 N dan
21
Page 22
2 tetes pereaksi mayer. Jika terdapat endapan berwarna putih maka di
dalam sampel positif terdapat senyawa alkaloid.
III.4.8 Reaksi Identifikasi Terhadap Tanin
Reaksi identifikasi tanin dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1. Serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma
longifolia L.) ditambahkan air kemudian dipanaskan lalu
disaring, diambil filtratnya kemudian ditambahkan dengan 2 tetes
larutan HCl 0,5 N, hasil positif jika timbul endapan.
2. Serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma
longifolia L.) ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 1 N, apabila
positif menghasilkan warna biru kehitaman.
3. Serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.)
ditambah 2 tetes larutan H2SO4, apabila positif menghasilkan
endapan coklat kekuningan.
III.4.9 Reaksi Identifikasi Terhadap Dioksiantrokinon
Reaksi identifikasi dioksiantrokinon dilakukan dengan
memasukkan serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia
L.) kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan KOH
10%. Larutan akan berwarna merah jika hasil identifikasi positif.
III.4.10 Reaksi Identifikasi Terhadap Saponin
Reaksi identifikasi saponin dilakukan dengan memasukkan
serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) kedalam
tabung reaksi, lalu ditambahkan air dan dikocok, kemudian biarkan
selama 30 menit. Jika busa yang dihasilkan bertahan lama maka di
dalam sampel positif mengandung saponin.
III.4.11 Reaksi Identifikasi Terhadap Steroid
Reaksi identifikasi steroid dilakukan dengan menambahkan
serbuk sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dengan etanol
kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi dan disaring, diambil
filtratnya dan diuapkan hingga mengering. Hasil penguapan
22
Page 23
kemudian disuspensikan dengan air dan eter. Larutan dipisahkan
lapisan eternya dan ditambahkan reagen Lieberman-Burchard.
Apabila menghasilkan warna merah atau merah jambu berarti
identifikasi positif.
23
Page 24
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Pemeriksaan Morfologi Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.)
Pemeriksaan morfologi tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia
L.) yang diperoleh yaitu daunnya merupakan daun majemuk ganda dua,
berbentuk jorong, tepi daunnya rata, ujung daunnya meruncing, pangkal
daun meruncing, tulang daun menyirip, warna daun hijau tua, batangnya
berbentuk panjang bulat seperti silinder, dan arah tumbuh batang tegak
lurus, warna batang hijau kecokelatan dan tanaman ini memiliki akar
tunggang yang berwarna putih kecokelatan.
Hasil pemeriksaan morfologi tanaman pasak bumi (Eurycoma
longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3A.
IV.2 Pemeriksaan Anatomi Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.)
Pemeriksaan anatomi tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.)
yang diperoleh pada irisan melintang daun terlihat adanya trikoma,
epidermis atas, parenkim, dan epidermis bawah, sedangkan pada irisan
membujur tampak stomata, sel tetangga, dan epidermis. Bagian batang pada
irisan melintang terlihat adanya epidermis dan ikatan pembuluh, begitu juga
pada irisan membujur batang. Bagian akar pada irisan melintang tampak
adanya epidermis, berkas pengangkut, dan pati; sedangkan pada irisan
membujur terlihat adanya epidermis, korteks, dan pati.
Hasil pemeriksaan anatomi tanaman pasak bumi (Eurycoma
longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 2A, 2B, dan 2C.
IV.3 Pemeriksaan Organoleptik Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia
L.)
IV.3.1 Uji Bau
Akar, batang, dan daun pasak bumi (Eurycoma Longifolia L.)
memiliki bau khas.
2423
Page 25
Hasil pemeriksaan organoleptis tanaman untuk uji bau
tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada
lampiran 3B.
IV.3.2 Uji Rasa
Akar, batang, dan daun pasak bumi (Eurycoma longifolia L.)
memiliki rasa pahit.
Hasil pemeriksaan organoleptis tanaman untuk uji rasa
tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada
lampiran 3B.
IV.3.3 Uji Warna
Akar pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memiliki warna
kuning, batang pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memiliki
warna coklat, dan daun pasak bumi (Eurycoma longifolia L.)
memiliki warna hijau.
Hasil pemeriksaan organoleptis tanaman untuk uji warna
tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada
lampiran 3B.
IV.4 Reaksi Identifikasi Kimia
IV.4.1 Reaksi Identifikasi Terhadap Lignin
Reaksi identifikasi terhadap lignin serbuk sampel dari pasak
bumi (Eurycoma longifolia L.) memberikan hasil positif, karena
terdapat dinding sel yang berwarna merah yang menandakan adanya
lignin.
Hasil identifikasi kimia serbuk sampel pasak bumi
(Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3C.
IV.4.2 Reaksi Identifikasi Terhadap Pati dan Aleuron
Reaksi identifikasi terhadap pati dan aleuron terhadap serbuk
sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memberikan
hasil positif mengandung pati karena adanya warna biru tua yang
menggumpal setelah ditambahkan dengan I2, tetapi hasil tersebut
25
Page 26
negatif untuk aleuron karena tidak adanya warna kuning coklat atau
coklat setelah ditambahkan dengan I2.
Hasil identifikasi kimia serbuk sampel tanaman pasak bumi
(Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3C.
IV.4.3 Reaksi Identifikasi Terhadap Lendir
Reaksi identifikasi terhadap lendir, serbuk sampel tanaman
pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memberikan hasil negatif,
karena warna yang dihasilkan tidak berwarna merah melainkan
warna hijau.
Hasil identifikasi kimia serbuk sampel tanaman pasak bumi
(Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3C.
IV.4.4 Reaksi Identifikasi Terhadap Katekol
Reaksi identifikasi terhadap katekol, sampel serbuk sampel
tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memberikan hasil
negatif, karena larutan yang dihasilkan setelah ditambahkan FeCl3
tidak berwarna hijau melainkan terbentuk endapan berwarna kuning.
Hasil identifikasi kimia serbuk sampel tanaman pasak bumi
(Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3C.
IV.4.5 Reaksi Identifikasi Terhadap Polifenol
Reaksi identifikasi terhadap polifenol, serbuk sampel
tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memberikan hasil
negatif, karena warna yang dihasilkan dari penambahan FeCl3
terhadap filtrat penyaringan serbuk sampel tanaman pasak bumi
(Eurycoma longifolia L.) yang sebelumnya ditambahkan air dan
dipanaskan, menghasilkan larutan berwarna kuning pucat.
Hasil identifikasi kimia serbuk sampel tanaman pasak bumi
dapat dilihat pada lampiran 3C.
26
Page 27
IV.4.6 Reaksi Identifikasi Terhadap Karbohidrat
Reaksi identifikasi terhadap karbohidrat, serbuk sampel
tanaman pasak bumi memberikan hasil negatif karena tidak
terbentuk cincin ungu.
Hasil identifikasi kimia serbuk sampel tanaman pasak bumi
(Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3C.
IV.4.7 Reaksi Identifikasi Terhadap Alkaloid
Reaksi identifikasi terhadap alkaloid, serbuk sampel
tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memberikan hasil
positif, karena larutan mengasilkan endapan putih.
Hasil identifikasi kimia serbuk sampel tanaman pasak bumi
(Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3C.
IV.4.8 Reaksi Identifikasi Terhadap Tanin
Reaksi identifikasi terhadap tanin, dilakukan tiga prosedur
yang mana dari ketiganya serbuk sampel tanaman pasak bumi
(Eurycoma longifolia L.) selalu memberikan hasil negatif.
Hasil identifikasi kimia tanaman pasak bumi (Eurycoma
longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3C.
IV.4.9 Reaksi Identifikasi Terhadap Dioksiantrokinon
Reaksi identifikasi terhadap dioksiantrokinon, serbuk
sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memberikan
hasil negatif karena reaksi tidak menghasilkan larutan berwarna
merah namun menghasilkan larutan berwarna kuning setelah
serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.)
ditambahkan KOH 10%.
Hasil identifikasi kimia serbuk sampel tanaman pasak bumi
(Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3C.
27
Page 28
IV.4.10 Reaksi Identifikasi Terhadap Saponin
Reaksi identifikasi terhadap saponin, serbuk sampel
tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memberikan hasil
negatif, karena tidak menghasilkan buih yang dapat bertahan 30
menit.
Hasil identifikasi kimia serbuk sampel tanaman pasak bumi
(Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3C.
IV.4.11 Reaksi Identifikasi Terhadap Steroid
Pada reaksi identifikasi terhadap steroid, serbuk sampel
tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memberikan hasil
negatif, karena tidak terbentuk suspensi.
Hasil identifikasi kimia serbuk sampel tanaman pasak bumi
(Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3C.
28
Page 29
BAB V
PEMBAHASAN
Tujuan dari praktikum Farmakognosi I adalah untuk melakukan
pemeriksaan uji farmakognotif simplisia (morfologi, anatomi, dan organoleptis),
dan melakukan pemeriksaan uji identifikasi kandungan kimia simplisia. Indonesia
merupakan negara yang mempunyai banyak flora dan fauna yang kaya akan
khasiat dan kegunaan. Banyak di hutan-hutan Indonesia ditemukan tumbuh-
tumbuhan yang berfungsi sebagai obat. Walaupun dalam penggunaannya masih
bersifat tradisional dan belum mengalami suatu penelitian baik itu uji klinis
maupun uji kandungan serta toksisitas obat tersebut. Untuk mengetahui
keanekaragaman tanaman obat khususnya di hutan Kalimantan dilakukan
pengidentifikasian baik secara morfologi, anatomi, maupun organoleptis serta
dilakukan juga pengujian identifikasi kandungan kimia dari sampel tanaman yang
diambil. Tongkat ali atau pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) merupakan
keluarga dari Simaroubaceae yang tumbuh di hutan malar hijau di Asia Tenggara.
Di Malaysia pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) digunakan secara meluas dalam
penyediaan obat-obatan tradisional dan dijual dalam bentuk kapsul, tablet serta
tonik pasak bumi (Eurycoma longifolia L.).
Morfologi dari tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) yaitu
tanaman berbentuk semak atau pohon kecil yang tingginya jarang mencapai 10
m, berdaun majemuk ganda dua, menyirip, ibu tangkainya mencapai 1 m,
mengelompok di ujung ranting yang tebal. Anak daun berhadapan, berbentuk
jorong atau agak berbentuk bundar telur dengan ujung agak meruncing. Bunga
yang berwarna merah kejinggaan keluar dari ketiak daun dan seluruh bagiannya
berbulu-bulu halus dengan benjolan kelenjar di ujungnya. Biasanya tumbuh di
daerah yang tanahnya agak asam serta berpasir. Sering terdapat di hutan-hutan
pantai dan hutan tanah rendah, jarang sekali mencapai daerah yang terletak pada
ketinggian 500 m dpl (di atas permukaan laut).
Kandungan kimia yang terdapat pada pasak bumi (Eurycoma longifolia L.)
menurut literatur adalah eurikomanone, eurikomalaktone dan eurikomanol
(quassinoids) yang banyak terdapat dalam akar. Kandungan tanaman pasak bumi
2928
Page 30
(Eurycoma longifolia L.) menurut reaksi identifikasi yang dilakukan praktikan,
yaitu pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) positif mengandung lignin, pati dan
alkaloid. Keseluruhan bagian dari tumbuhan pasak bumi (Eurycoma longifolia L.)
dapat digunakan sebagai obat, antara lain obat demam, radang gusi, obat cacing,
dan sebagai tonikum setelah melahirkan. Batang dan akar pasak bumi (Eurycoma
longifolia L.) yang telah diperdagangkan secara luas berkhasiat untuk
meningkatkan stamina di samping sebagai obat sakit kepala, sakit perut, dan
sipilis. Daun pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dipakai sebagai obat disentri,
sariawan, dan meningkatkan nafsu makan. Selain itu juga berguna untuk sakit
kepala, luka-luka, kurap, disentri, bengkak, kelenjar, antileukemik, antitumor,
antiviral, antifidan, insektisidal, antiamebik, antimalaria dan antiradang.
Cara mengambil pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) tidak bisa langsung
dicabut dari tanah karena pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memiliki akar
tunggang yang panjang dan menancap ke dalam. Cara mengambilnya biasanya
dilakukan dengan cara memukul-mukul bagian atas dari akar dengan palu besar
agar akarnya semakin menancap ke dalam tanah, kemudian di tarik-tarik lagi ke
atas. Semakin keras dipukul, akan semakin memudahkan menariknya kembali ke
permukaan. Begitulah seterusnya hingga tanaman pasak bumi (Eurycoma
longifolia L.) bisa dicabut dari dalam tanah.
Pemeriksaan organoleptik dilakukan dengan maksud untuk mengetahui rasa,
bau, dan warna pada tanaman. Daun, batang, dan akar tanaman pasak bumi
(Eurycoma longifolia L.) memiliki rasa pahit. Selain itu dilakukan uji identifikasi
untuk mengetahui reaksi apa saja yang dapat menghasilkan reaksi yang positif
dengan sampel. Hasil uji identifikasi menunjukkan bahwa tanaman pasak bumi
(Eurycoma longifolia L.) menghasilkan reaksi positif mengandung lignin, pati,
dan alkaloid. Banyaknya hasil yang menunjukkan hasil negatif mungkin terjadi
karena simplisia tidak murni akibat tercampur bahan asing. Seharusnya simplisia
nabati hasus bebas dari serangga, fragmen hewan atau kotoran hewan, tidak boleh
mengandung lendir atau menunjukkan tanda-tanda pengotoran lain, dan tidak
boleh mengandung bahan lain yang beracun atau berbahaya. Selain itu, hasil
negatif mungkin terjadi akibat tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.)
memang tidak mengandung zat yang dimaksud dalam identifikasi.
30
Page 31
Berdasarkan kandungan tersebut pasak bumi (Eurycoma longifolia L.)
baik untuk diminum secara rutin. Hasil penelitian di Malaysia yang dilakukan
pada tikus selama tiga tahun, menunjukkan bahwa tikus jantan yang diinjeksi
pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) menjadi hiperaktif secara seksual, dan juga
memiliki jumlah sperma tinggi dan bergerak lebih cepat dibandingkan dengan
tikus pada kelompok kontrol. Saat ini di Malaysia sedang dilakukan uji klinis
terhadap tanaman ini. Selain itu uji khasiat terhadap laki-laki dewasa telah
dilakukan oleh PT Sido Muncul terhadap produk Kuku Bima TL Plus Tribulus
yang di dalamnya mengandung akar pasak bumi (Eurycoma longifolia L.).
Sebagai penambah stamina dan kesuburan pria dosis yang digunakan berkisar 20-
100 mg ekstrak atau 100-500 mg serbuk kering tergantung pada campuran bahan
lain yang digunakan. Sebagai penurun panas, 8-15 gram akar pasak bumi
(Eurycoma longifolia L.) digodog dengan tiga gelas air hingga menjadi satu gelas,
minum setengah gelas dua kali sehari.
Di daerah asalnya, yaitu Kelurahan Sei Gohong Kecamatan Bukit Batu
Palangka Raya Kalimantan Tengah, tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia
L.) dipercaya masyarakat sekitar berkhasiat untuk mengobati penyakit malaria dan
sebagai penambah vitalitas pria. Hal ini berdasarkan pengetahuan secara turun-
temurun dari nenek moyang. Khasiat tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia
L.) sebagai obat malaria memang belum diuji, namun sebagai penambah vitalitas
pria, tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memang telah terbukti, baik
dari identifikasi kandungan yang telah dilakukan oleh praktikan sendiri maupun
berdasarkan literatur yang ada. Tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.)
mengandung eurikomanone, eurikomalaktone dan eurikomanol (quassinoids)
serta mengandung lignin, pati, dan alkaloid. Masyarakat memanfaatkan tanaman
pasak bumi (Eurycoma longifolia L.), baik sebagai obat malaria maupun
penambah vitalitas dengan merebus akar pasak bumi yang sudah bersih dengan air
mendidih kemudian meminum airnya.
31
Page 32
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pemeriksaan sampel tanaman
pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) ini adalah :
1. Pemeriksaan morfologi tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.)
yang diperoleh yaitu daunnya merupakan daun majemuk ganda dua,
berbentuk jorong, tepi daunnya rata, ujung daunnya meruncing, pangkal
daun meruncing, tulang daun menyirip, warna daun hijau tua, batangnya
berbentuk panjang bulat seperti silinder, dan arah tumbuh batang tegak
lurus, dan memiliki akar tunggang.
2. Pemeriksaan anatomi tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.)
yang diperoleh pada irisan melintang daun terlihat adanya trikoma,
epidermis atas, parenkim, dan epidermis bawah, sedangkan pada irisan
membujur tampak stomata, sel tetangga, dan epidermis. Bagian batang
pada irisan melintang terlihat adanya epidermis dan ikatan pembuluh,
begitu juga pada irisan membujur batang. Bagian akar pada irisan
melintang tampak adanya epidermis, berkas pengangkut, dan pati;
sedangkan pada irisan membujur terlihat adanya epidermis, korteks, dan
pati.
3. Pemeriksaan organoleptis dilakukan dengan maksud untuk mengetahui
rasa, bau, dan warna pada tanaman. Tanaman pasak bumi (Eurycoma
longifolia L.) memiliki bau yang khas, rasa pahit, dan warna hijau tua
untuk daun, hijau kecokelatan untuk batang, dan putih kecokelatan
untuk akar.
4. Identifikasi kimia pada serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma
longifolia L.) dilakukan untuk mengetahui kandungan bahan obat pada
sampel. Tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) positif
mengandung lignin, pati, dan alkaloid.
5. Berdasarkan literatur tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.)
memiliki bahan berkhasiat terutama pada akar yang memiliki
3231
Page 33
kandungan kimia antara lain eurikomanone, eurikomalaktone, dan
eurikomanol (quassinoids).
6. Keseluruhan bagian dari tumbuhan pasak bumi (Eurycoma longifolia
L.) dapat digunakan sebagai obat, antara lain obat demam, radang gusi,
obat cacing, dan sebagai tonikum setelah melahirkan. Batang dan akar
pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) yang telah diperdagangkan secara
luas berkhasiat untuk meningkatkan stamina di samping sebagai obat
sakit kepala, sakit perut, dan sipilis. Daun pasak bumi (Eurycoma
longifolia L.) dipakai sebagai obat disentri, sariawan, dan meningkatkan
nafsu makan Selain itu juga berguna untuk sakit kepala, luka-luka,
kurap, disentri, bengkak, kelenjar, antileukemik, antitumor, antiviral,
antifidan, insektisidal, antiamebik, antimalaria dan antiradang.
VI.2 Saran
Agar para dosen serta asisten dapat lebih membantu para praktikan
dalam pengambilan bahan serta pengolahan bahan, mengingat hal ini baru
pertama kali dilakukan oleh para praktikan terutama mahasiswa farmasi
khususnya.
Selain itu, setelah mengetahui dan memahami kandungan dari
tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) ini, diharapkan akan semakin
membuka wawasan dan pengetahuan kita untuk menggunakan obat-obat
alami sebagai salah satu alternatif yang mudah untuk didapat dan murah dan
memiliki efek samping relatif lebih minim dibanding obat modren yang
dihasilkan dari senyawa bahan-bahan kimia sintetis yang memiliki tingkat
efek samping yang relatif lebih banyak.
33