PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN PENGUJIAN KEKUATAN AGREGAT TERHADAP TUMBUKAN (Aggregate Impact Value) (BS 812 : Part 3 : 1975) I. Acuan Pustaka Nilai Impact menyatakan ketahanan agregat terhadap tumbukan roda-roda kendaraan. Gaya tumbukan oleh roda-roda kendaraan atau pesawat menyebabkan degradasi yaitu agregat pecah dan hancur, maka gradasi yang diharapkan berubah. Dengan demikian, pengujian kekuatan agregat terhadap tumbukan penting dilakukan sebagai bahan analisis perencanaan tebal perkerasan. Nilai Aggregate Impact Value (AIV) adalah persentase perbandingan antara agregat yang hancur dengan jumlah sampel yang ada. Agregat yang hancur dinyatakan dengan jumlah agregat yang lolos saringan 2,36 mm (No. 8). Berdasarkan British Standar, nilai AIV > 30% dikatakan tidak normal dan nilai AIV yang besar ini menunjukan jumlah agregat yang hancur cukup besar. Artinya sampel tersebut relative tidak terlalu kuat terhadap beban tekan. Tabel 4.1 Persyaratan Agregat Kasar Pengujian Metode Pengujian Nilai Impact Test Divisi 6 SNI Maks 13% (Sumber : Spesifikasi khusus campuran beraspal panas 2010) KELOMPOK B2-2015 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
PENGUJIAN KEKUATAN AGREGAT
TERHADAP TUMBUKAN
(Aggregate Impact Value)
(BS 812 : Part 3 : 1975)
I. Acuan Pustaka
Nilai Impact menyatakan ketahanan agregat terhadap tumbukan roda-roda kendaraan.
Gaya tumbukan oleh roda-roda kendaraan atau pesawat menyebabkan degradasi yaitu agregat
pecah dan hancur, maka gradasi yang diharapkan berubah.
Dengan demikian, pengujian kekuatan agregat terhadap
tumbukan penting dilakukan sebagai bahan analisis
perencanaan tebal perkerasan.
Nilai Aggregate Impact Value (AIV) adalah
persentase perbandingan antara agregat yang hancur
dengan jumlah sampel yang ada. Agregat yang hancur
dinyatakan dengan jumlah agregat yang lolos saringan
2,36 mm (No. 8).
Berdasarkan British Standar, nilai AIV > 30% dikatakan tidak normal dan nilai AIV
yang besar ini menunjukan jumlah agregat yang hancur cukup besar. Artinya sampel tersebut
relative tidak terlalu kuat terhadap beban tekan.
Tabel 4.1 Persyaratan Agregat Kasar
Pengujian Metode Pengujian Nilai
Impact Test Divisi 6 SNI Maks 13%
(Sumber : Spesifikasi khusus campuran beraspal panas 2010)
II. Tujuan Pengujian
Tujuan pengujian ini adalah mengukur kekuatan sampel agregat terhadap beban
tumbukan sebagai salah satu simulasi terhadap kemampuan agregat terhadap rapid load.
III. Peralatan Pengujian
a. Aggregate Impact Machine. Alat ini masih digerakkan secara manual dengan
tenaga manusia.
KELOMPOK B2-2015 1
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
b. Cylindrial Steel Cup memiliki diameter dalam 102 mm dan kedalaman 50
mm. Ketebalan cup tidak lebih dari 6 mm.
c. Palu baja yang digunakan memiliki berat antara 13,5 sampai 14,0 kg dengan
bagian bawah (bidang kontak) merupakan lingkaran dan berbentuk datar.
Diameter kontak sebesar 100 mm dan ketebalan 50 mm, dengan chamfer
1,5mm. Palu diatur sedemikian rupa hingga dapat naik turun dengan mudah
tanpa gesekan yang berarti. Palu baja bergerak jatuh bebas dengan tinggi jatuh
380 ± 5mm, diukur dan bidang kontak palu sampai permukaan sampel di
dalam cup.
d. Alat pengunci palu dapat diatur sedemikian rupa untuk dapat memudahkan
pergantian sampel dan pemasangan cup.
e. Saringan dengan ukuran lolos 14,0 mm, 10,0 mm, dan 2,36 mm.
f. Besi penusuk dengan panjang 230 mm serta memiliki potongan melintang
lingkaran berdiameter 10 mm.
g. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr.
IV. Benda Uji
a. Ambil sampel dengan berat tertentu, lakukan Splitting lalu saring sampel.
b. Sampel yang dipakai adalah agregat yang lolos saringan #½” dan yang
tertahan saringan #3/8”.
c. Cuci sampel dengan air yang mengalir dan keringkan dalam oven (110 ± 5) ˚C
selama 24 jam (kondisi kering oven) lalu dinginkan hingga mencapai berat
tetap.
V. Peralatan Pengujian
a. Timbang cup (Cylindrial Steel Cup) dengan ketelitian 0,1 gram (W1).
b. Isilah cup dengan sampel dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis
dipadatkan dengan 25 kali tusukan besi penusuk secara merata di seluruh
permukaan. Pada lapis terakhir, isi cup dengan agregat agak menyembul dan
padatkan.
c. Ratakan permukaan sampel dengan besi penusuk dan timbang (W2).
d. Hitunglah berat awal sampel (A’ = W2-W1).
e. Letakkan Mesin Impact Agregat pada lantai datar dan keras.
KELOMPOK B2-2015 2
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
f. Letakkan cup berisi sampel pada tempatnya dan pastikan letak cup sudah baik
dan tidak akan bergeser akibat tumbukan palu.
g. Atur ketinggian palu agar jarak antara bidang kontak palu dengan permukaan
sampel 380 ± 5mm.
h. Lepaskan pengunci palu dan biarkan palu jatuh bebas ke sampel. Angkat palu
pada posisi semula dan lepaskan kembali (jatuh bebas). Tumbukan dilakukan
sebanyak 15 kali dengan tenggang waktu tumbukan tidak kurang dari 1 detik.
i. Setelah selesai saring benda uji dengan saringan 2,36 mm selama satu menit
dan timbang berat yang lolos dengan ketelitian 0,1 gram yang dinyatakan
sebagai Bgr dan yang tertahan sebagai C gr. Pastikan tidak ada partikel yang
hilang selama proses tersebut. Jika selisih jumlah berat agregat yang lolos dan
tertahan (A) dengan berat awal (A’) lebih dari 1 gram, maka pengujian harus
diulangi.
VI. Rumus Perhitungan Impact Value
Dimana :
A = Berat awal sampel (gr)
B = Berat sampel lolos saringan 2,36 mm (gr).
VII. Perhitungan
Terlampir !
KELOMPOK B2-2015 3
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN ALAT ABRASI
LOS ANGELES
(Los Angeles Abrasion Test)
(AASTHO T-96-87/SNI 03-2417-1991)
I. Acuan Pustaka
Kekerasan adalah ketahanan agregat terhadap gaya gesekan pada roda-roda
kendaraan. Gaya gesekan oleh kendaraan menyebabkan keausan (abrasi) pada permukaan
agregat sehingga mudah terjadinya slip yaitu kontak antara roda kendaraan dan permukaan
jalan tidak ada.
Agregat dengan nilai keausan yang tinggi sebelum dipakai pada lapisan permukaan
jalan sudah mengalami pengikisan awal pada waktu pencampuran dan pemadatan. Untuk itu,
sebelum digunakan, agregat harus diuji kekerasannya melalui Los Angeles Test. Nilai
kekerasan dapat diketahui dan diklasifikasikan pada lapisan perkerasan. Yang keras pada
lapisan permukaan, sedangkan yang kurang keras dipakai pada lapisan base dan sub base.
Los Angeles Test adalah pengukuran perontokan agregat dari gradasi standarnya
akibat kombinasi abrasi atau atrisi, tekanan dan penggilisan dalam drum baja.
Tabel 3.1 Persyaratan Agregat Kasar
Pengujian Metode Pengujian Nilai
Abrasi dengan Mesin
Los AngelesSNI 2417:2008 Maks 40%
(Sumber : Spesifikasi khusus campuran beraspal panas 2010)
II. Tujuan Pengujian
Tujuan pengujian ini adalah mengetahui durabilitas
(ketahanan terhadap keausan) agregat dengan cara mekanis
dengan menggunakan alat Los Angeles Abrasion Test.
Pemeriksaan ini adalah untuk agregat kasar yang lebih kecil
dari 37,5 mm (11/2”).
KELOMPOK B2-2015 4
Gambar Mesin Los Angeles
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
III. Peralatan Pengujian
a. Mesin abrasi Los Angeles.
b. Bola-bola baja, dengan diameter rata-rata 4,68 cm dan berat masing-masing antara
400-440 gram.
c. Saringan, ukuran 12.5 mm, 9.52 mm dan 1,7 mm.
d. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr.
e. Oven, untuk pemanasan agregat dengan suhu sampai 105
± 5oC atau Kompor dan Wajan, (alternative alat
pemanasan agregat dengan suhu sampai 150 ± 5oC).
IV. Benda Uji
a. Ambil sampel dengan berat tertentu lalu lakukan splitting.
b. Cuci agar bersih dari abu yang melekat dan keringkan dengan oven suhu (110 ± 5˚C)
hingga beratnya tetap.
c. Saring sampel, lalu pisahkan sampel kedalam fraksi masing-masing lalu ditimbang
(A).
Tabel 3.2 Tabel Ukuran Fraksi
*Sumber : SNI 2417:2008
KELOMPOK B2-2015 5
Gambar Timbangan
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
d. Sampel dan bola baja dimasukan kedalam mesin Los Angeles dan mesin diputar
dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm untuk 500 putaran.
e. Setelah putaran selesai, sampel dikeluarkan lalu dilakukan penyaringan menggunakan
saringan 1,7 mm (No. 12). Sampel yang tertahan saringan lalu dicuci dan dikeringkan
dalam oven bersuhu (105 ± 5oC), lalu ditimbang. (B).
V. Rumus Perhitungan Keausan dengan Los Angeles
Keterangan :
A = berat sampel semula (gram)
B = berat sampel yang tertahan saringan 1,7 mm (No. 12)
VI. Perhitungan
Terlampir !
KELOMPOK B2-2015 6
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
PENGUJIAN PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN
(Penetration of Bituminous Materials)
(AASTHO T-49-89/ASTM D-5-86/SNI 2456-2011)
I. Acuan Pustaka
Bahan bitumen adalah material termoplastik yang secara bertahap
mencair, sesuai dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada
pengurangan suhu. Salah satu parameter yang digunakan untuk
menggambarkan karakteristik ragam respon material bitumen adalah nilai
PEN (Penetrasi).
Nilai ini menggambarkan kekerasan bahan bitumen pada suhu
standar 25oC yang diambil dari pengukuran kedalaman penetrasi jarum
standar dengan beban standar 100gr dalam rentang waktu standar 5 detik.
Nilai penetrasi sangat sensitif terhadap suhu, maka pengontrolan
terhadap suhu penting agar hasil penetrasi sama. Jika pengukuran
dilakukan diatas suhu 25oC akan menghasilkan nilai penetrasi yang
berbeda.
Tabel 5.1 Persyaratan Nilai Penetrasi menurut AASTHO
Pengujian Nilai Penetrasi Keterangan
Penetrasi40-59 Bitumen Keras
200-300 Bitumen Lembek
II. Tujuan Pengujian
Tujuan pengujian ini adalah mengetahui tingkat kekerasan aspal yang dinyatakan
dalam masuknya jarum dengan beban tertentu pada kurun waktu tertentu pada suhu standar.
III. Peralatan Pengujian
a. Alat penetrasi yang dapat menggerakan pemegang jarum naik-turun tanpa gesekan
dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
b. Pemegang jarum seberat 47,5 gram yang dapat dilepas dengan mudah dari alat
penetrasi untuk peneraan.
KELOMPOK B2-2015 7
Alat Penetrasi
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
c. Pemberat sebesar 50 gram dan
100 gram masing-masing
digunakan untuk
pengukuran penetrasi
dengan beban 100 gram dan 200
gram.
d. Jarum penetrasi dibuat dari
stenless steel mutu 440 o C, ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
e. Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas yang berbentu silinder dengan dasar
yang rata.
f. Bak perendam atau water bath terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10
liter dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian 0,1o C
g. Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi. Tempat tersebut
mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang cukup untuk meredam
benda uji tanpa bergerak.
h. Termometer
i. Pengukur waktu. Untuk pengukuran penetrasi
dengan tangan diperlukan stop watch dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik
atau kurang dan kesalahan tertinggi 0,1 detik.
IV. Benda Uji
a. Panaskan aspal dengan hati hati untuk mencegah pemanasan yang lebih sampai
menjadi cukup untuk ditumpahkan. Suhu dinaikan sampai lebih 60 0C diatas titik
yang diharapkan sesuai dengan metode.
b. Tuangkan sampel sampai kedalaman tertentu. Dinginkan sampai temperatur
pengujian. Kedalaman dari sampel adalah 10 mm lebih besar dari kedalaman
sampai jarum telah menembus 3. Tutup setiap wadah untuk melindungi dari
kotoran dan dinginkan pada temperatur antara 150C dan 300C selama 1 - 1.5 jam
untuk wadah kecil dan 1.5 – 2 jam untuk wadah lebih besar.
V. Langkah Pengujian
a. Letakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan tempat air kedalam
bak perendam kedalam suhu 25o C. Diamkan dalam bak perendam selama 1 jam.
KELOMPOK B2-2015 8
Gambar Pengujian Penetrasi
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
b. Periksa ujung jarum agar dapat dipasang dengan baik dan bersihkan jarum
penetrasi dengan bensin, kemudian dikeringkan dengan lap dan pasanglah jarum
pada pemegang jarum.
c. Letakkan beban 50 gram untuk benda uji kecil.
d. Pindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat penetrasi.
e. Turunkan jarum perlahan-lahan sampai ujung jarum menyentuh permukaan aspal,
kemudian aturlah angka nol pada alat penetrasi.
f. Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stopwatch selama 5 detik.
g. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang berhimpit dengan
jarum penunjuk.
h. Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk percobaan
berikut.
i. Lakukan pekerjaan 1 s/d 8 untuk 2 atau 3 kali benda uji yang sama.
VI. Perhitungan
Terlampir !
KELOMPOK B2-2015 9
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER
(Softening Point with Ring and Ball Test)
(SNI M-20-1990-F/AASHTO T-53-89 / ASTM D-36-70)
I. Acuan Pustaka
Titik lembek menjadi salah satu batasan dalam penggolongan aspal dan ter. Titik
lembek haruslah diperhatikan saat akan membangun konstuksi perkerasan jalan. Titik lembek
hendaknya lebih tinggi dari suhu permukaan jalan
sehingga tidak terjadi pelelehan aspal akibat temperatur
permukaan jalan.
Titik lembek aspal dan ter adalah 30oC – 200oC,
yang artinya masih ada nilai-nilai titik lembek yang hampir
sama dengan suhu permukaan jalan pada umumnya. Untuk
itu dilakukan usaha untuk mempertinggi titik lembek
antara lain dengan menggunakan filler terhadap campuran
beraspal.
Tabel 6.1 Persyaratan Titik Lembek menurut AASTHO
Pengujian Nilai Penetrasi Keterangan
Titik Lembek40 51oC s/d 63oC
60 48oC s/d 58oC
II. Tujuan Pengujian
Tujuan pengujian ini adalah mengetahui suhu dimana aspal dimulai lembek dan dapat
digunakan alat ring and ball. Suhu ini pun menjadi acuan di lapangan atas kemampuan aspal
untuk menahan suhu permukaan yang terjadi untuk tidak lembek sehingga dapat mengurangi
daya lekat.
III. Peralatan Pengujian
a. Cincin kuningan.
KELOMPOK B2-2015 10
Gambar Pengujian Titik Lembek
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
b. Bola baja diameter 9,53 mm, berat 3,45 sampai 3,55 gram.
c. Dudukan benda uji lengkap dengan pengaruh bola baja dan plat dasar yang
mempunyai jarak tertentu.
d. Bejana gelas tahan pemanasan mendadak diameter dalam 8,5 cm dengan tinggi
12 cm, kapasitas 800 ml.
e. Termometer.
f. Penjepit.
g. Alat pengarah bola.
h. Pengukur waktu. Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stop
watch dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dan kesalahan
tertinggi 0,1 detik.
IV. Benda Uji
a. Aspal dipanaskan secara perlahan-lahan sambil
diaduk terus menerus hingga cair merata.
Pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-
lahan agar gelembung udara cepat keluar.
b. Setelah cair merata contoh dituangkan kedalam
dua buah cincin. Suhu aspal tidak melebihi 36o C
di atas titik lembeknya dan untuk aspal tidak lebih
dari 111o C di atas titik lembek.
c. Panaskan duah buah cincin sampai mencapai suhu
tuang contoh dan letakkan kedua cincin di atas plat kuningan yang telah diberi
lapisan dari campuran sabun.
d. Tuangkan contoh kedalam dua cincin, diamkan pada suhu sekurang-kurang 8
derajat dibawah titik lembeknya selama 30 menit.
e. Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau yang telah
dipanaskan.
V. Langkah Pengujian
a. Pasang dan atur dua benda uji di atas dudukan, dan letakkan pengarah bola
diatasnya. Kemudian masukkan seluruh peralatan tersebut ke dalam bejana gelas.
KELOMPOK B2-2015 11
Gambar Pengamatan Titik lembek
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
b. Isi bejana dengan air suling baru dengan suhu 5 derajat sehingga tinggi
permukaan air berkisar antara 101,6 sampai 108 mm.
c. Letakkan termometer yang sesuai dengan pekerjaan ini diantara kedua benda
ujung (kurang lebih 12,7 mm dari tiap cincin).
d. Periksa dan atur jarak antara plat dasar benda uji sehingga menjadi 25,4 mm.
e. Letakkan bola baja yang bersuhu 5o C di atas dan di tengah permukaan masing-
masing benda uji yang bersuhu 5o C menggunaka penjepit dengan memasang
kembali pengarah bola.
f. Panaskan bejana sehingga kenaikkan suhu menjadi 2o C/menit kecepatan rata-rata
dari awal dan akhir dari pekerjaan ini. Untuk 3 menit pertama perbedaan
kecepatan pemanasan tidak boleh melebihi 0,5o C.
VI. Pelaporan
Laporan pada saat setiap bola menyentuh plat dasar.
Laporan suhu titik lembek bahan yang bersangkutan dari hasil
pengamatan rata-rata dan di bulatkan sampai 0,5 derajat terdekat
Untuk mengetahui kekenyalan aspal yang di nyatakan dengan panjang pemuluran
aspal yang dapat tercapai sebelum terputus. Daktilitas ini tidak menyatakan kekuatan tarik
aspal.
II. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Termometer
b. Cetakan daktilitas kuningan;
c. Bak
perendam isi 10 liter, yang
menjaga suhu tertentu selama
pengujian dengan ketelitian
0,1oC, dan benda uji dapat
terendam sekurang-kurangnya
100 m dibawah permukaan air;
bak tersebut diperlengkapi
denag pelat dasar berlubang
yang diletakkan 50 mm dari
dasar bak perendam untuk
meletakkan benda uji.
d. Mesin
uji ketentuan sebagai berikut:
e. Dapat menarik benda uji dengan kecepatan yang tetap;
f. Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak
menimbulkan getaran selama pemeriksaan;
g. Bahan metil alkohol teknik atau glycerin teknik
KELOMPOK B2-2015 15
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
III.Persiapan Benda Uji
Benda uji adalah contoh aspal sebanyak 100 gram yang dipersiapkan sebagai
berikut :
1) Lapisi semua bagian dalam sisi-sisi cetakan daktilitas dan bagian atas pelat
dasar dengan campuran glycerin dan dextrin atau glycerin dan talk atau SNI
06-2432-1991 glycerin dan kaolin atau amalgan; kemudian pasanglah cetakan
daktilitas di atas pelat dasar;
2) Panaskan contoh aspal sehingga cair dan dapat dituang; untuk menghindarkan
pemanasan setempat, lakukan dengan hati-hati; pemanasan dilakukan sampai
suhu antara 80oC – 100oC di atas titik lembek; kemudian contoh disaring
dengan saringan N0. 50 dan setelah diaduk, dituang dalam cetakan.
3) Pada waktu mengisi cetakan, contoh dituang hati-hati dari ujung ke ujung
hingga penuh berlebihan;
4) Dinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit lalu
pindahkan seluruhnya ke dalam bak perendam yang telah disiapkan pada suhu
pemeriksaan selama 30 menit; kemudian ratakan contoh yang berlebihan
dengan pisau atau spatula yang panas sehingga cetakan terisi penuh dan rata.
IV. Proses Pengujian
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1) Diamkan benda uji pada suhu 25oC dalam bak perendam selama 85 sampai 95
menit, kemudian lepaskan benda uji dari pelat dasar dan sisi-sisi cetakannya;
2) Pasanglah benda uji pada alat mesin dan tariklah benda uji secara teratur
dengan kecepatan 50 mm/menit sampai benda uji putus; perbedaan kecepatan
atau kurang dari 5% masih diizinkan; bacalah jarak antara pemegang benda
uji, pada saat benda uji putus (dalam sentimeter); selama percobaan
berlangsung benda uji harus selalu terendam sekurang-kurangnya 25 mm
dalam air dan suhu harus dipertahankan tetap (25oC ± 0.5oC);
3) Apabila benda uji menyentuh dasar mesin uji tau terapung pada permukaan air
maka pengujian dianggap tidak normal; untuk menghindari hal semacam ini
KELOMPOK B2-2015 16
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
maka berat jenis air harus disesuaikan dengan berat jenis benda uji dengan
menambah metil alkohol atau glycerin, apabila pemeriksaan normal tidak
berhasil setelah dilakukan 3 kali maka dilaporkan bahwa pengujian daktilitas
bitumen tersebut gagal.
V. Pelaporan
Laporkan hasil rata-rata dari 3 benda uji normal sebagai harta daktilitas contoh
tersebut.
Panjang setelah elastilitas 9.7cm
Persen setelah elastilitas 3%
VI. Perhitungan
Terlampir !!!
Gambar Termometer
KELOMPOK B2-2015 17
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR
(Specific Gravity and Absorption)
-AGREGAT KASAR-
(AASTHO T-85-88 / SNI 03-1969-1990)
I. Acuan Pustaka
Berat jenis dari agregat adalah perbandingan berat antara satu unit volume agregat
dengan berat air pada suhu 20oC hingga 25oC dengan volume yang sama dengan agregat.
Besarnya berat jenis agregat sangat penting dalam perencanaan campuran agregat
dengan aspal karena umumnya direncanakan berdasarkan perbandingan berat dan juga
menentukan besarnya pori.
Agregat dengan berat jenis kecil mempunyai volume yang besar sehingga dengan
berat yang sama membutuhkan jumlah aspal yang lebih banyak. Disamping itu agregat
dengan pori besar membutuhkan jumlah aspal yang banyak.
Ada 3 macam berat jenis agregat :
a. Berat Jenis Kering Oven (Bulk Specific Gravity)
Berat jenis kering oven adalah berat jenis dengan memperhitungkan berat
agregat kering dan seluruh volume agregat.
b. Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (Saturated Surface Dry)
KELOMPOK B2-2015 18
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
Berat jenis kering permukaan jenuh adalah berat jenis dengan
memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering permukaan dan seluruh
volume agregat.
c. Berat Jenis Semu (Apparent Specific Gravity)
Berat jenis semu adalah berat jenis dengan memperhitungkan berat agregat
dalam keadaan kering dan seluruh volume agregat yang tidak dapat diresapi
oleh air.
Penyerapan air adalah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
agregat kering.
Tabel 1.1 Persyaratan Agregat Kasar
Pengujian Metode Pengujian Nilai
Penyerapan Air SNI 03-1969-1990 Maks 3%
(Sumber : Spesifikasi khusus campuran beraspal panas 2010)
II. Tujuan Pengujian
Tujuan dari pengujian ini adalah menentukan berat jenis lepas (bulk), berat jenis
kering-permukaan jenuh (saturated surface dry), berat jenis semu (apparent) dan
penyerapan air.
III. Peralatan Pengujian
a. Keranjang kawat ukuran 3,35mm atau 2,36 mm
untuk proses penimbangan agregat dalam air.
b. Oven, pemanas agregat dengan suhu sampai 105
± 5oC
c. Kompor dan Wajan, pemanas alternatif agregat
dengan suhu sampai 150 ± 5oC.
d. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr
e. Pan, Kuas, Sikat Kuningan, baskom dan alat
lainnya
IV. Benda Uji
Benda uji yaitu agregat kasar yang tertahan saringan #4 dan diperoleh dari proses
splitting ≥ 3kg untuk 1 percobaan.
KELOMPOK B2-2015 19
Gambar Timbangan
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
V. Langkah Pengujian
a. Ambil sampel (berat tertentu), lalu lakukan splitting.
b. Cuci sampel hingga bersih dari kotoran yang menempel pada agregat.
c. Rendam sampel dalam air selama 20 ± 4 jam.
d. Masukan sampel dalam keranjang, lalu timbang sampel dalam air. (Ba).
e. Keluarkan sampel dari air, lap dengan kain sampai selaput air pada
permukaan hilang (Kondisi SSD).
f. Timbang sampel dalam kondisi SSD (Bj).
g. Sampel dikeringkan dalam oven hingga mencapai suhu 105 ± 5oC. Dinginkan
sampel ada suhu ruangan lalu ditimbang (Bk).
h. Catat dan hitung hasil pengujian.
VI. Rumus Perhitungan Berat Jenis Agregat Kasar
VII. Perhitungan
Terlampir !
KELOMPOK B2-2015 20
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR
(Specific Gravity and Absorption)
-AGREGAT HALUS-
(AASTHO T-84-88 / SNI 03-1969-1990)
I. Acuan Pustaka
Berat jenis dari agregat adalah prbandingan berat antara 1 unit volume agregat
dengan berat air pada suhu 20oC hingga 25oC dengan volume yang sama dengan agregat.
Besarnya berat jenis agregat sanGat penting dalam perencanaan campuran agregat
dengan aspal karena umumnya direncanakan berdasarkan perbandingan berat dan juga
menentukan banyaknya pori.
Agregat dengan berat jenis kecil mempunyai volume yang besar sehingga dengan
berat yang sama membutuhkan jumlah aspal yang lebih banyak. Disamping ituagregat
dengan pori besar membutuhkan jumlah aspal yang banyak.
Ada 3 macam berat jenis agregat :
a. Berat Jenis Kering Oven (Bulk Specific Gravity)
KELOMPOK B2-2015 21
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
Gambar Bahan Pengujian
Berat jenis kering oven adalah berat
jenis dengan memperhitungkan berat
agregat kering dan seluruh volume
agregat.
b. Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh
(Saturated Surface Dry)
Berat jenis kering permukaan jenuh adalah berat jenis dengan
memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering permukaan dan seluruh
volume agregat.
c. Berat Jenis Semu (Apparent Specific Gravity)
Berat jenis semu adalah berat jenis dengan
memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering dan seluruh volume
agregat yang tidak dapat diresapi oleh air.
Penyerapan air adalah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap
berat agregat kering.
II. Peralatan
a. Splitter (alat pemisah sampel)
b. Saringan #4 dan #200.
c. Koran
d. Tempat perendaman
e. Pan
f. Timbangan, kapasitas 5 kg dengan
ketelitian 0,1 gram
g. Termometer
h. Kerucut terpancung (cone), diameter bagian atas (40 ± 3)
mm, diameter bagian bawah (90 ± 3) mm dan tinggi
(75 ± 3) mm dibuat dari logam tebal minimum 0.8 mm
i. Batang penumbuk yang mempunyai
bidang penumbuk rata, berat
(340 ± 1) gram, diameter permukaan
penumbuk (25 ± 3) mm
j. Piknometer dengan kapasitas 500 ml
KELOMPOK B2-2015 22
9 cm
7,5 cm
4 cm
Sketsa Batang Penumbuk
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
Gambar Piknometer yang digunakan
Gambar Oven yang digunakan
k. Air suling atau air mineral (Aqua)
l. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu mencapai
160o C
III. Persiapan benda uji
Sampel berupa agregat (pasir dan abu batu) yang lolos saringan #4 tertahan saringan
#200 sebanyak kurang lebih 1 kg.
IV. Prosedur pengujian
1. apai garis batas. Kemudian timbang berat piknometer +
air (b).
1. Masukkan benda uji kedalam piknometer.
2. Goyang dan kocok piknometer sampai tidak
berbuih/berbusa untuk mengeluarkan udara yang
tersekat dalam benda uji.
3. Tambahkan air suling sampai tanda batas dan keringkan bagian luar dan ditimbang
(bt).
4. Rendam benda uji dalam air dan tambahkan es batu sampai suhu didalam
piknometer menjadi 25o C. Cuci sampel hingga air terlihat jernih. Pencucian
dilakukan dengan bantuan saringan pengaman #4 dan saringan #200.
5. Rendam benda uji selama 24 jam.
6. Buang air perendaman dan tebarkan sampel yang sudah direndam di atas koran
yang di letakkan di atas meja.
7. Buatlah benda uji menjadi kering permukaan jenuh
(SSD).
Keadaan kering permukaan jenuh diperiksa dengan
cara mengisi benda uji ke dalam kerucut
terpancung dan padatkan sebanyak 25 kali
tumbukan (9 kali untuk pertama dimana benda uji di isi 1/3 dari isi kerucut, 8 kali
untuk penumbukan kedua dimana benda uji diisi 2/3 dari isi kerucut dan 8 kali
untuk penumbukan terakhir dimana benda uji diisi penuh). Keadaan kering
permukaan jenuh (SSD) dicapai apabila kerucut diangkat, benda uji runtuh tapi
masih terbentuk (seperti pada gambar).
KELOMPOK B2-2015 23
Gambar Pasir yang telah SSD
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
8. Timbang 500 gram masing-masing sampel yang
sudah kering permukaan jenuh.
9. Timbang berat piknometer.
10. Isi piknometer dengan air suling hingga menc
11. Timbang berat pan yang
telah disiapkan.
12. Tuangkan benda uji ke dalam pan lalu keringkan dalam oven selama 24 jam.
13. Keluarkan benda uji dan didinginkan lalu kemudian ditimbang (berat kumulatif).
V. Perlaporan
Berat jenis bulk agregat pecah halus yang di dapat adalah 2.545
Berat jenis SSD agregat pecah halus yang di dapat adalah 2.579
Berat jenis Semu agregat pecah halus yang di dapat adalah 2.634
Penyetapan agregat pecah halus yang di dapat adalah 1.338
VI. Perhitungan
Terlampir !!!
ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR
(Sieve Analysis)
(AASTHO T-27-74 / ASTM D 136-46 / SNI 03-1970-1990)
I. Acuan Pustaka
Gradasi adalah susunan butiran agregat dengan berbagai macam ragam ukuran. Ukuran
agregat dapat diketahui dengan analisa saringan yang mana saringan disusun dari ukuran
besar hingga ukuran terkecil.
Agregat kasar dan halus dapat membentuk kepadatan perkerasan aspal untuk menahan
deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas. Kepadatan yang tinggi tergantung dari gradasi
agregat dalam campuran.
Agregat kasar adalah butir agregat yang tertahan saringan #4 terdiri dari batu pecah
atau kerikil pecah. Agregat kasar memberikan kekakuan dan kekuatan pada campuran aspal.
II. Tujuan Pengujian
KELOMPOK B2-2015 24
Gambar Abu batu yang telah SSD
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
Tujuan dari pengujian ini adalah mendapatkan suatu distribusi ukuran butiran agregat
dan mendapatkan material agregat yang lolos saringan No. 200 yang dibuat dalam bentuk
grafik gradasi.
III. Peralatan Pengujian
a. Splitter, alat pemisah sampel
menjadi dua bagian yang sama (duplo)
b. Sieve Shaker, mesin
pengguncang saringan.
c. Oven, pemanas agregat dengan
suhu sampai 110 ± 5oC
d. Kompor dan Wajan, pemanas
alternatif agregat dengan suhu sampai
150 ± 5oC
e. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr
f. Pan, Kuas, Sikat Kuningan dan alat lainnya
g. Satu set saringan.
Ukuran Saringan yang digunakan
Standar ASTM (mm)
1” 25,403/4” 19,101/2” 12,703/8” 9,521/4” 6,35
No. 4 4,76
No. 8 2,38
No. 16 1,19
No. 30 0,59
No. 50 0,279
No. 100 0,149
No. 200 0,074
KELOMPOK B2-2015 25
Gambar Saringan
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
IV. Benda Uji
a. Agregat Sedang : Lolos saringan 9,50 mm
b. Agregat Kasar : Lolos saringan 25,4 mm
V. Langkah Pengujian
a. Ambil sampel (berat tertentu), lalu lakukan splitting.
b. Sampel dikeringkan dalam oven hingga mencapai suhu 105 ± 5oC hingga
mencapai berat tetap. Yang dimaksud berat tetap adalah keadaan berat benda uji
selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dalam waktu 2
jam beturut-turut, tidak akan mengalami perubahan kadar air lebih besar dari
0.1%. (Cat : Alternatif lain yaitu sampel disangrai menggunakan kompor dan
wajan. Keuntungan sangrai yaitu sampel akan lebih cepat kering dibandingkan
oven selama 20±4 jam)
c. Dinginkan sampel pada suhu ruangan (25oC) lalu ditimbang (a).
d. Saring agregat secara basah (wet sieve). Saring dengan menggunakan air dengan
maksud agar ukuran butiran yang lolos saringan #200 yang melengket pada
butiran yang lebih besar terlepas dan terbawa air
KELOMPOK B2-2015 26
Keterangan :
Saringan Pengaman (Saringan #8)
agar saringan #200 dibawahnya
tidak rusak.
Saringan #200 agar agregat
tertahan saringan#200.
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
e. Setelah dilakukan Wet Sieving, kembali lakukan sangrai atau oven terhadap
agregat yang tertahan saringan #200 hingga mencapai suhu 110 ± 5oC.
f. Dinginkan sampel lalu timbang (b).
g. Agregat yang sudah kering disaring secara kering. Gunakan semua saringan yang
dibutuhkan.
h. Timbang tiap sampel yang tertahan disetiap saringan.
i. Catat setiap sampel tertahan diatas saringan.
VI. Pelaporan
Hitung persentase kumulatif sampel yang tertahan diatas masing-masing saringan
terhadap berat total sampel. Laporan meliputi :
Jumlah persentase melalui masing-masing saringan atau jumlah persentase
diatas masing-masing saringan .
Kurva Gradasi menggunakan grafik semi logaritma.
Catatan :
(a) – (b) yaitu jumlah berat agregat lolos #200 yang hanyut tercuci pada
proses saring secara basah.
Biasanya pada saat saring secara kering, walaupun telah lewat proses
pencucian, pasti selalu masih ada agregat yang lolos saringan #200 pada PAN.
Istilah dikeringkan maksudnya dibuat menjadi kering oven (di oven ± 12 jam
pada temperature ±110oC)
Setiap pengujian dilakukan duplo (2 sampel dari sumber yang sama). Hal ini
demi ketelitian hasil pemeriksaan.
VII. Perhitungan
Terlampir !
KELOMPOK B2-2015 27
Gambar Pengujian analisa saringan
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS
(Sieve Analysis)
(AASTHO T-27-74 / ASTM D 136-46 / SNI 03-1970-1990)
I. Acuan Pustaka
Gradasi adalah susunan butiran agregat dengan berbagai macam ragam ukuran. Ukuran
agregat dapat diketahui dengan analisa saringan yang mana saringan disusun dari ukuran
besar hingga ukuran terkecil.
Agregat kasar dan halus dapat membentuk kepadatan perkerasan aspal untuk menahan
deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas. Kepadatan yang tinggi tergantung dari gradasi
agregat dalam campuran.
Agregat Halus adalah butir agregat yang lolos saringan no.#4 dan tertahan saringan no.
#200 terdiri dari abu batu dan pasir. Agregat halus menentukan tingkat fleksibilitas suatu
campuran aspal.
KELOMPOK B2-2015 28
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
II. Tujuan Pengujian
Tujuan dari pengujian ini adalah mendapat suatu distribusi ukuran butiran agregat
dalam bentuk grafik serta memperlihatkan gradasi suatu agregat.
III. Peralatan Pengujian
a. Sieve Shaker, mesin pengguncang saringan.
b. Oven, pemanas agregat dengan suhu sampai 105 ± 5oC
c. Kompor dan Wajan, pemanas alternatif agregat dengan suhu sampai 150 ± 5oC
d. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr
e. Pan, Kuas, Sikat Kuningan dan alat lainnya
f. Satu set saringan.
Ukuran Saringan yang digunakan
Standar ASTM (mm)
1” 25,403/4” 19,101/2” 12,703/8” 9,521/4” 6,35
No. 4 4,76
No. 8 2,38
No. 16 1,19
No. 30 0,59
No. 50 0,279
No. 100 0,149
No. 200 0,074
IV. Benda Uji
Agregat Halus (Pasir dan Abu Batu) : Lolos saringan 4,75 mm
KELOMPOK B2-2015 29
Gambar Alat Sieve Shaker
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
V. A. Langkah Pengujian Analisa Saringan Basah
a. Ambil sampel (berat tertentu), lalu lakukan Quartering.
b. Sampel dikeringkan dalam oven hingga mencapai suhu 110 ± 5oC hingga
mencapai berat tetap. (Cat : Alternatif lain yaitu sampel disangrai menggunakan
kompor dan wajan. Keuntungan sangrai yaitu sampel akan lebih cepat kering
dibandingkan oven selama 20±4 jam)
c. Dinginkan sampel pada suhu ruangan (25oC) lalu ditimbang (a).
d. Saring agregat secara basah (wet sieve). Saring dengan menggunakan air dengan
maksud agar ukuran butiran yang lolos saringan #200 yang melengket pada
butiran yang lebih besar terlepas dan terbawa air
KELOMPOK B2-2015 30
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
e. Setelah dilakukan Wet Sieving, kembali lakukan sangrai atau oven terhadap
agregat yang tertahan saringan #200 hingga mencapai suhu 110 ± 5oC.
f. Dinginkan sampel lalu timbang (b).
g. Agregat yang sudah kering disaring secara kering. Gunakan semua saringan yang
dibutuhkan.
h. Timbang tiap sampel yang tertahan disetiap saringan.
i. Catat setiap sampel tertahan diatas saringan.
B. Pengujian Analisa Saringan Kering
1. Tujuan
Untuk mendapatkan susunan ukuran butir agregat termasuk mendapatkan
kandungan material agregat yang lolos saringan # 200 (0.074 mm).
2. Peralatan
A. Spliter (alat pemisah contoh)
KELOMPOK B2-2015 31
Keterangan :
Saringan Pengaman (Saringan #8)
agar saringan #200 dibawahnya
tidak rusak.
Saringan #200 agar agregat
tertahan saringan#200.
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
B. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu sampai 160o C
C. Timbangan
E. Kompor
F. Termometer
G. Wajan
H. Satu set saringan (sesuai spesifikasi)
I. Mesin pengguncang saringan (sieve shaker)
J. Kuas, sikat, kuningan, sendok, pan dan alat lainnya
K. Kantong plastik gula
3. Persiapan benda uji
Sampling tergantung ukuran butiran agregat yang diperiksa. Semakin besar
ukuran butiran maksimal semakin banyak jumlah sampel untuk ukuran butiran
maksimal ¾ “ – 1” jumlah sampel minimum ± 5000 gram. Sampel harus diambil
secara random jadi tidak mungkin tepat pada berat titik ukuran butiran maksimal
5 mm (berat sampel 1-2 kg) dan spliter sampel hingga menjadi duplo.
4. Prosedur Pengujian
1. Keringkan sampel sampai mencapai berat tetap (overdried)
2. Timbang (berat = A)
3. Agregat yang sudah kering disaring secara kering. Gunakan semua ayakan atau
saringan yang diperlukan
Ukuran Saringan yang
digunakan
Standar ASTM (mm)
1” 25,40
3/4” 19,10
1/2” 12,70
3/8” 9,52
1/4” 6,35
No. 4 4,76
KELOMPOK B2-2015 32
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
No. 8 2,38
No. 16 1,19
No. 30 0,59
No. 50 0,279
No. 100 0,149
No. 200 0,074
4. Timbang agregat yang tertahan masing-masing saringan
5. Perhitungan
a. Buat perhitungan sampai diperoleh besarnya presentasi kumulatif agregat yang
lolos masing-masing saringan. (lihat tabel)
b. Gambar grafik gradasi (semi log)
Catatan :
(A) – (B) = Jumlah berat agregat lolos #200 yang hanyut tercuci pada proses
saringan secara basah.
Biasanya pada saat saringan secara kering, walaupun telah lewat “pencucian”
pasti selalu ada agregat lolos saringan #200 pada pan.
Istilah dikeringkan maksudnya dibuat menjadi “kering oven” (di oven ± 12
jam pada temperatur ± 105C)
KELOMPOK B2-2015 33
% lolos saringan
Ukuran saringan
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
Setiap pengujian dilakukan “duplo” (dua sampel dari sumber yang sama, hal
ini demi ketelitian hasil pemeriksaan)
V. Pelaporan
Hitung persentase kumulatif sampel yang tertahan diatas masing-masing
saringan terhadap berat total sampel. Laporan meliputi :
Jumlah persentase melalui masing-masing saringan atau jumlah persentase
diatas masing-masing saringan .
Kurva Gradasi menggunakan grafik semi logaritma.
Catatan :
(a) – (b) yaitu jumlah berat agregat lolos #200 yang hanyut tercuci pada
proses saring secara basah.
Biasanya pada saat saring secara kering, walaupun telah lewat proses
pencucian, pasti selalu masih ada agregat yang lolos saringan #200 pada PAN.
Istilah dikeringkan maksudnya dibuat menjadi kering oven (di oven ± 12 jam
pada temperature ±110oC)
Setiap pengujian dilakukan duplo (2 sampel dari sumber yang sama). Hal ini
demi ketelitian hasil pemeriksaan.
VI. Perhitungan
Terlampir !
KELOMPOK B2-2015 34
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
PERANCANGAN DAN PENGUJIAN CAMPURAN BERASPAL
PANAS DENGAN ALAT MARSHALL
(AASHTO T-245-74 / SNI 06-2489-1991)
A. Maksud1. Mencari komposisi agregat gabungan
2. Menguji Marshall
Untuk menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan plastis
(flow) dari campuran.
Analisa Volumetric
3. Mencari kadar aspal terbaik
B. Peralatan
1. Tiga buah cetakan benda uji dari logam yang berdiameter
10,16 dan tinggi 7,62 cm lengkap dengan pelat alas dan
leher sambung.
2. Mesin penumbuk manual lengkap dengan :
Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang berbentuk
silinder dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm.
Landasan pemadat terdiri dari balok kayu yang dilapisi pelat baja dan
dijangkarkan pada lantai beton dikeempat bagian sudutnya.
Pemegang cetakan benda uji.
3. Ekstuder atau dongkrak hidrolik.
4. Alat Marshall lengkap dengan :
Kepala penekan (breaking head) berbentuk
lengkung.
KELOMPOK B2-2015 35
Gambar Molk
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
Cincin pengunci (proving ring)
kapasitas 2500 kg dan atau 5000kg,
dilengkap arloji (dial) tekan dengan
ketelitian 0,0025 mm.
Arloji pengukur kelelehan (flow)
dengan ketelitian 0,25 mm beserta perlengkapannya.
5. Kompor dan Wajan, pemanas alternatif agregat dengan suhu sampai 150 ± 5oC
6. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr.
7. Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu.
8. Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 200oC.
9. Perlengkapan lainnya seperti :
Teko untuk memanaskan aspal.
Sendok pengaduk.
Sarung tangan dari asbes.
Masker dan celemek.
Minyak tanah, gemuk dan bensin.
Koran, kuas, pan, sikat kuningan dan lainnya.
I.Perancangan Campuran
a. Mencari komposisi agregat
Dapat dirancang berdasarkan pilihan jenis campuran, dalam hal ini dapat dipilih jenis campuran beraspal panas yang dikehendaki yang apakah bergradasi menerus (jenis Laston) atau bergradasi senjang ( jenis Lataston). Atau juga dapat dipilih
KELOMPOK B2-2015 36
Gambar Alat Marshall
Gambar Alat-alat yang digunakan dalam
praktikum Hot-Mix
PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
jenis campuran Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) yang selanjutnya disebut HRS, yang terdiri dari dua jenis campuran, HRS Pondasi (HRS - Base) dan HRS Lapis Aus (HRS Wearing Course, HRS-WC) dan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm. HRS-Base mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih besar daripada HRS - WC. Namun pada praktikum ini digunakan campuran HRS-Base.
b. Menghitung perkiraan kadar aspal mula – mula
Dengan rumus :
Pb = 0.035*a + 0.045*b + k*c + F
dimana :
Pb : Perkiraan nilai kadar aspal (% terhadap berat campuran)
a : Prosentasi agregat yang tertahan saringan #8
b : Prosentasi agregat yang lolos saringan #8 dan tertahan saringan #200
c : Prosentasi agregat yang lolos saringan #200
k = 0.15 untuk 11% ≤ c ≥ 15% lolos saringan #200
= 0.18 untuk 6% ≤ c ≥ 10% lolos saringan #200
= 0.20 untuk c < 5% atau kurang yang lolos saringan #200