I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular adalah masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia. Pemberantasan penyakit menular membutuhkan kerjasama antar daerah karena penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif (Depkes, 2003). Tuberkulosis (TB) adalah masalah kesehatan yang cukup penting. Tahun 1992 World Health Organization (WHO) mencanangkan TB sebagai “Global Emergency”. Tahun 2004, WHO menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru TB pada tahun 2002, dimana 3,9 juta merupakan kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif (PDPI, 2002). Menurut regional WHO, jumlah terbesar kasus TB terjadi pada daerah Asia tenggara, yaitu 33% dari total seluruh kasus TB di dunia, atau kira- kira 182 kasus per 100.000 penduduk. Angka kematian TB diperkirakan adalah 8000 setiap hari atau 2-3 juta setiap tahun. WHO melaporkan bahwa angka mortalitas sebesar 39 orang per 100.000 penduduk (PDPI, 2002). Indonesia menempati negara urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan China. Hampir setiap tahun terdapat 250.000 kasus 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit menular adalah masalah utama kesehatan masyarakat
Indonesia. Pemberantasan penyakit menular membutuhkan kerjasama
antar daerah karena penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah
administratif (Depkes, 2003). Tuberkulosis (TB) adalah masalah kesehatan
yang cukup penting. Tahun 1992 World Health Organization (WHO)
mencanangkan TB sebagai “Global Emergency”. Tahun 2004, WHO
menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru TB pada tahun 2002,
dimana 3,9 juta merupakan kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif (PDPI,
2002).
Menurut regional WHO, jumlah terbesar kasus TB terjadi pada
daerah Asia tenggara, yaitu 33% dari total seluruh kasus TB di dunia, atau
kira-kira 182 kasus per 100.000 penduduk. Angka kematian TB
diperkirakan adalah 8000 setiap hari atau 2-3 juta setiap tahun. WHO
melaporkan bahwa angka mortalitas sebesar 39 orang per 100.000
penduduk (PDPI, 2002).
Indonesia menempati negara urutan ke 3 di dunia untuk jumlah
kasus TB setelah India dan China. Hampir setiap tahun terdapat 250.000
kasus baru TB dan didapati sekitar 140.000 kematian akibat TB (PDPI,
2002).
TB adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis. TB adalah penyakit infeksi kronis yang menjadi perhatian
dunia. Penyakit TB sangat dipengaruhi oleh sanitasi lingkungan rumah,
perilaku, tingkat pendidikan, serta jumlah penghasilan keluarga. Bakteri
Mycobacterium tuberculosis dapat hidup selama 1-2 hjam bahkan hingga
beberapa hari tergantung pada ada atau tidaknya sinar matahari, keadaan
ventilasi, kelembaban, suhu, lantai, serta kepadatan penghuni rumah
(Achmadi, 2008).
Selain faktor sanitasi lingkungan rumah, penyakit TB paru juga
sangat dipengaruhi oleh perilaku dan jumlah penghasilan serta ada atau
1
tidaknya edukasi tentang penyakit. Sebagian besar status pendapatan
keluarga penderita TB paru rata-rata perbulan adalah menengah ke bawah,
dan kebanyakan tidak mengetahui tentang TB sebelum menderita sakit
(Notoatmodjo, 2003).
Mitos yang berhubungan dengan penularan TB masih banyak
dijumpai pada masyarakat. Banyak masyarakat yang mengira TB hanya
penyakit batuk biasa dan tidak menular, yang hanya disebabkan karena
kebanyakan mengkonsumsi es, gorengan, tidur di lantai yang basah, dan
lain-lain (Depkes, 2011).
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam melakukan praktik lapangan dan
penyusunan laporan ini adalah:
a. Mengidentifikasi sebaran kejadian TB Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Baturraden I.
b. Mengidentifikasi faktor-faktor risiko penyakit TB Paru, baik dari
faktor perilaku maupun lingkungan dengan menekankan pada aplikasi
prinsip-prinsip epidemiologi dan biostatistik di Wilayah Kerja
Puskesmas Baturraden I.
2
II. GAMBARAN UMUM
A. Keadaan Geografi Puskesmas Baturraden I
Puskesmas I merupakan salah satu wilayah Kecamatan Baturraden,
Kabupaten Banyumas dengan luas wilayah 987.407 Ha. Puskesmas I
Baturraden terdiri dari 6 desa yang ada di Kecamatan Baturraden. Desa
Karang Tengah merupakan desa yang paling luas yaitu sekitar 305.000 Ha,
sedangkan desa Pamijen merupakan desa yang paling kecil yaitu sekitar :
85.650 Ha.
Letak geografis Puskesmas I Baturraden berbatasan dengan wilayah
beberapa Puskesmas, yaitu :
1. Di sebelah utara : PERHUTANI
2. Di sebelah selatan : Puskesmas Purwokerto Utara
3. Di sebelah barat : PuskesmasKedungbanteng
4. Di sebelah timur : Puskesmas II Baturraden
Letak Puskesmas I Baturraden 65 % merupakan daerah dataran tinggi
(Pegunungan) sedangkan 35 % merupakan daerah dataran rendah.
Puskesmas I Baturraden sebagian besar berada 25 – 100m dari permukaan
laut. Luas penggunaan lahan di Puskesmas I Baturradenterdiriatas :
1. Tanah sawah : 148.47 Ha (1,50%)
2. Tanah pekarangan : 178.49 Ha (1,81%)
3. Tanah tegalan : 198.36 Ha (2,01%)
4. Tanah perkebunan : 267.86 Ha (2,71%)
5. Tanah hutan : - Ha
6. Tanah kolam : 98.87 Ha (1,00%)
7. Tanah lain-lain : 207.355 Ha (20,99%)
B. Keadaan Demografi Puskesmas Baturraden I
1. Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data dari Statistik Kecamatan Baturraden hasil registrasi
penduduk tahun 2011, jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas I
Baturraden 27.875 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 13.177 jiwa dan
3
perempuan 14.698 jiwa yang tergabung dalam 6.448 rumah dan 7.350
Kepala Keluarga (KK). Sedangkan jumlah penduduk tahun 2010
sebanyak 25.983 jiwa yang terdiri dari 12.990 jiwa laki-laki dan 12.993
jiwa perempuan. Laju pertumbuhan penduduk tahun 2010 – 2011
sebanyak 1,07 %.
2. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
Jumlah penduduk di Puskesmas I Baturraden Tahun 2011 dapat
dilihat pada Tabel I di bawah ini. Kepadatan penduduk tahun 2011
meningkat 2 jiwa/km² dibandingkan dengan tahun 2010.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Golongan
Umur Di Wilayah Puskesmas I Baturraden
NO UMUR (TAHUN) LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 2 3 4 5
2 0 – 4 263 280 543
3 5 – 9 1320 1374 2694
4 10 – 14 1412 1405 2817
5 15 – 19 1245 1270 2515
6 20 – 24 1235 1230 2465
7 25 – 29 1145 1204 2349
8 30 – 34 1160 1280 2440
9 35 – 39 1148 1245 2393
10 40 – 44 970 1148 2118
11 45 – 49 805 1160 1965
12 50 – 54 650 868 1518
13 55 – 59 641 879 1520
14 60 – 64 380 444 824
15 65 – 69 280 327 607
16 70 – 74 262 335 597
17 75+ 261 249 510
Total 13003 14698 27.875
4
Jika dilihat jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur,
penduduk berusia penduduk berumur 10-14 tahun yaitu kelompok umur
tertinggi, yaitu 2.817 jiwa atau 10,11 %. Maka penduduk dalam Wilayah
Puskesmas I Baturraden tergolong pada usia muda atau usia produktif.
Sedangkan jumlah penduduk berumur 0-4 tahun yaitu sebesar 543 jiwa
atau 1,95 %.
3. Kepadatan Penduduk Puskesmas Baturraden I
Penduduk di Wilayah Puskesmas I Baturraden untuk tahun 2011
belum menyeluruh secara merata, pada umumnya penduduk banyak
menumpuk, rata-rata kepadatan penduduk Wilayah Puskesmas I
Baturraden sebesar2 Jiwa / Km². Desa terpadat di wilayah Puskesmas I
Baturraden yaitu Desa Purwosari dengan tingkat kepadatan 3,96 Jiwa /
Km². Sedangkan desa dengan kepadatan penduduk terendah yaitu Desa
Kebumen dengan tingkat kepadatan 1,47 Jiwa / Km².
C. Keadaan Sosial Ekonomi
1. Tingkat Pendidikan
Dari hasil statistik desa tahun 2011 jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan usia 10 tahun keatas menurut pendidikan tertinggi dapat dilihat
pada gambar I yang tidak atau belum tamat sekolah 1.413 (5,73%). Ini
dapat membuktikan bahwa tingkat pendidikan yang ada di Kecamatan
Baturraden I masih bisa dikatakan rendah. Maka dari itu perlu adanya
peningkatan strata pendidikan di Kecamatan tersebut agar derajat
pendidikannya meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
Berikut disajikan grafik jumlah penduduk berusia 10 tahun keatas
menurut tingkat pendidikan di wilayah Puskesmas I Baturraden.
5
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
1 2 3 4 5 6 7
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
1 2 3 4 5 6 7
Laki-Laki Perempuan
Grafik 1. Jumlah penduduk berusia 10 tahun keatas menurut tingkat
pendidikan diwilayah Puskesmas I Baturraden.
Tabel 2. Status Pendidikan Masyarakat
No Keterangan Laki-laki Perempuan
1
Tidak/belum pernah
sekolah 528 330
2 Tidak/belum tamat SD 2675 7001
3 SD/MI 2455 5075
4 SLTP/MTs 2904 5445
5 SLTA/MA 2266 3959
6 Akademi/Diploma 387 992
7 Universitas 739 753
6
Dari data Kecamatan Baturraden tahun 2011 jumlah penduduk laki-
laki dan perempuan usia 10 tahun keatas menurut pendidikan yang tidak
atau belum tamat sekolah sebesar 7.001 orang (28,41 %), tamat SD/MI
sebesar 5.075 orang ( 20,60 %), tamat SLTP/MTS sederajat sebesar 5.445
orang (22,10 %), tamat SLTA/MA sebesar 3.959 orang (16,07 %), tamat
Akademi/Diploma sebesar 992 orang (4,03 %) tamat universitas sebesar
753 orang ( 3,06 % ).
2. Mata pencaharian penduduk
Dari data Kecamatan Baturradentahun 2011, mata pencaharian/ jenis
pekerjaan penduduk Puskesmas I Baturraden adalah sesuai situasi sebagai
berikut: Petani sendiri 3052 (13,56 %), Buruh tani 2979 (13,24%),
Untuk memberi gambaran derajat Kesehatan masyarakat Puskesmas I
Baturraden pada tahun 2011 disajikan situasi mortalitas dan morbilitas.
1. Mortalitas
Gambaran perkembangan derajat Kesehatan masyarakat dapat dilihat
dari kejadian kematian dalam masyarakat. Disamping kejadian kemataian
juga dapat digunakan sebagai indicator dalam penilaian keberhasilan
pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainya. Angka
kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai
survei dan penelitian.Perkembangan tingkat kematian dan penyakit
penyakit yang terjadi pada periode terahir akan diuraiakn dibawah ini.
a. Angka Kematian Bayi
Pada tahun 2011 terdapat 462 terdidi darl laki-laki 221,perempuan
241 kelahiran hidup dimana jumlah lahir mati sebanyak 5 bayi.
Jumlah bayi mati sebesar 5 bayi . (AKB) di wilayah Puskesmas I
Baturraden 10,1 per1000 kelahiran hidup. pada tahun 2010 terdapat
lahir mati 5 bayi, jumlah bayi mati 5 bayi (AKB) Puskesmas I
Baturraden 10,1 per 1000 kelahiran hidup.tidak Terjadi peningkatan
lahir mati pada tahun 2011 sebesar 10,8 per 1000 kelahiran hidup.
Jika dibandingkan dengan indicator Indonesia Sehat tehitung masih
rendah ( IIS 2011 = 40 per kelahiran hidup).
b. Angka Kematian Ibu
Berdasrakan tabel 8 lampiran profil diperoleh informasi bahwa
jumlah kematian ibu hamil dalam wilayah Puskesmasa I Baturraden
tahun 2011 sebanyak 1 (2,18) Per 1000 dan tahun 2010 tidak terdapat
kematian ibu hamil.
c. Angka Kematian Balita
Berdasrkan Tabel 7 lampiran profil Puskesmas I Baturraden
diperoleh informasi bahwa jumlah balita sebanyak 1651 balita, balita
8
mati sebanyak 3 balita dengan demikian angka kematian balita di tahun
2011 sebesar 6,6 per 1000 kelahiran hidup.
d. Angka kecelakaan
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Baturraden terjadi
kecelakaan sebanyak 34 kejadian, dari peristiwa tersebut tidak
terdapat korban meninggal, luka berat 24 orang, dan luka ringan
sebanyak 10 orang. Dengan demikian angka kejadian kecelakaan per
100.000 penduduk sebesar 130,85.
2. Morbilitas
a. Penyakit Malaria
Tahun 2011 kasus penyakit malaria klinis tidak detemukan
sedang tahun 2010 kasus penyakit malaria klinis sebesar 4 kasus
atau 0,15 per 1000 penduduk dibandingkan tahun 2011 mengalami
penurunan karena tidak detemukan kasus.
b. TB Paru
Jumlah kasus TB paru positif tahun 2011 sebanyak 16 kasus
atau 55,17 per 100.000 penduduk. Jumlah kasus TB paru positip tahun
2010 sebanyak 22 kasus atau 82 per 100.000 penduduk, pada tahun
2011 TB paru positip mengalami penurunan 26,83 per 100.000
penduduk.
c. HIV
Kasus HIV AIDS pada tahun 2011 dalam wilayah puskesmas I
Baturraden tidak ditemukan kasus.
d. Prosentase Diare ditemukan dan ditangani
Jumlah kasus Diare tahun 2011 sebanyak 880 kasus terdiri dari
laki-laki 403 kasus atau 72,3 % perempuan 477 kasus atau 74,6 %
sedang jumlah perkiraan kasus 1.179 kasus terdiri dari laki-laki 557
kasus dan perempuan 622 kasus di bandingkan temuan kasus diare
dengan jumlah perkiraan kasus masih belm memenuhi target.
e. Jumlah kasus baru kusta
Jumlah kasus baru kusta tahun 2011 di wilayah puskesmas I
Baturraden tidak ditemukan kasus.
9
f. Accute faccid paralysis
Kasus AFP tahun 2011 dalam wilayah puskesmas I Baturraden tidak
ditemukan kasus.
g. Demam Berdarah Dengue
Jumlah kasus DBD diwilayah Puskesmas I Baturraden tahun 2011
sebanyak 6 kasus atau 21,5 per 100.000 penduduk, Tahun 2010
ditemukan sebanyak 7 kasus atau sebesar 26,94 per 100.000
penduduk, dibandingkan dengan tahun 2011 mengalami penurunan 1
kasus, atau sebesar 5,44 per 100.000 penduduk.
h. Penyakit tidak menular
Penyakit tidak menular yang terdapat pada Puskesmas I Baturraden
tahun 2011 terdiri dari: Diabetes Militus, Penyakit syaraf, penyakit
jantung dan pembuluh darah, Neoplasma Tumor, Gangguan mental dan
perilaku, Glukoma,Katarak,gangguan Fungsi hati, Gangguan fungsi
gijnal, Gangguan prostate. Kasus terbanyak yang ditemukan adalah
Hypertensi Esensial 1.351 kasus. Banyaknya kaus penyakit tidak
menular dapat disebabkan gaya hidup dan pola makan.
i. Angka Kesakitan Filariasis
Jumlah kasus Filariasis tahun 2011 di wilayah Puskesmas I
Baturraden tahun 2011 tidak ditemukan kasus.
3. Status Gizi
Upaya perbaikan gizi masyarakat hakekatnya dimaksud untuk
menangani permasalahan gizi yang ada dimasyarakat. Berdasarkan
pemantauan status gizi Balita pada tahun 2009 adalah sebagai berikut :
a. Gizi Lebih sebanyak : 20 anak (1,18 %)
b. Gizi Baik sebanyak : 1. 603 anak (94,46 %)
c. Gizi Kurang sebanyak : 67 anak (3,95 %)
d. Gizi buruk sebanyak : 7 anak (0,41 %)
e. KEP total ( Gizi kurang + Gizi buruk ): 74 anak (4,36 %)
Satutus gizi tersebut tersesebar di 6 desa dalam wilayah Puskesmas I
Baturraden
10
B. Perilaku Masyarakat
Secara umum prilaku masyarakat dalam upaya pencapaian program
kesehatan di daerah kerja puskesmas Baturraden 1 sudah cukup baik,akan
tetapi masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan ditingkatkan
kembali seperti pembangunan jamban,pembangunan tempat sampat dan
adanya peningkatan edukasi masyarakat tentang menjaga kesehatan.pesan
perubahan perilaku yang terlalu banyak sering membuat masyarakat
bingung,oleh karena itu masyarakat perlu memilih dua atau tiga perubahan
perilaku terlebih dahulu seperti pembuangan tinja yang aman, Cuci tangan
pakai sabun, Pengamanan air minum dan makanan, Pengelolaan sampah,
Pengelolaan limbah cair rumah tangga. Umumnya ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perilaku masyaraka dalam upaya pencapaian program
kesehatan yang meliputi :
1. Fasilitas misalnya adanya sumber air bersih yang lebih dekat.
2. Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat
dalam konteks pengetahuan lokal.
3. Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh
agama) setempat menyetujui dan mempraktekkan perilaku yang di
anjurkan.
4. Kesanggupan untuk mengadakan perubahan secara fisik misalnya
kemampuan untuk membangun jamban dengan teknologi murah namun
tepat guna sesuai dengan potensi yang di miliki.
C. Kesehatan Lingkungan
Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar Puskesmas I Baturraden
1. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Jumlah institusi yang terdiri dari sarana kesehatan, sarana
pendidikan, sarana ibadah, dan perkantoran di wilayah Puskesmas I
Baturraden sebanyak 90 buah, dan yang telah dibina sebanyak 83 (92,2%).
Standar Pelayanan Minimal untuk Institusi yang dibina sebesar 70
%, dengan demikian institusi yang dibina Puskesmas I Baturraden telah
mencapai standar.
11
2. Pelayanan Hygiene Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Jumlah tempat–tempat umum (TTU) yang terdiri dari hotel, restoran,
rumah makan, pasar dan TPUM lainnya yang diperiksa persyaratan
kesehatanya adalah 71 buah dari 85 buah TTU yang ada. Sebanyak 61
buah (85,92%) dari jumlah TTU yang diperiksa telah memenuhi syarat
kesehatan. Secara kualitas TTU yang diperiksa mengalami peningkatan
3,87% dari tahun sebelumnya.
3. Rumah Sehat
Dari 6.448 rumah yang diperiksa persyatan kesehatannya, sebanyak
5.513 (85,5%) rumah telah memenuhi syarat kesehatan. Cakupan rumah
sehat ini tidak bisa menggambarkan kondisi rumah sehat seluruh wilayah
Puskesmas I Baturraden, mengingat tidak seluruh rumah yang ada
diperiksa.
4. Akses Air Bersih
Dari 7.350 keluarga yang ada, sebanyak 5.565 keluarga (77,1%)
yang menggunakan sarana air bersih yang terdiri dari kemasan ledeng,
SPT, SGL, mata air, pah, dan lain-lain dan sebanyak 4.708 keluarga
(83,1%) yang diperiksa sarana air bersihnya.
5. Sanitasi Dasar
Dari 7.350 keluarga, 3.769 (66,5 %) keluarga memiliki jamban,
2.818 (74,8%) keluarga memiliki jamban sehat. Dari 5.505 (74,9%)
keluarga yang diperiksa tempat sampahnya, keluarga yang memiliki
tempat sampah sebanyak 4.189 (76.1%), namun hanya 3.263 keluarga
(77,9%) yang memiliki tempat sampah yang sehat. Dari 5.351 (72,8%)
keluarga yang diperiksa pengelolaan air limbahnya, terdapat 3.769
(70,4%) yang memiliki pengelolaan air limbah, namun hanya 3.033 yang
memiliki pengelolaan air limbah yang sehat.
D. Pelayanan Kesehatan
Upaya peayanan Kesehatan Dasar merupakan langkah awal yang
sangat penting dalam memberikan pelayan kesehatan kepada masyarakat
dengan pemberian kesehatan dasar secara tepat dan cepat,diharapkan 12
sebagaian besar masalah sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan
dasar yang yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah
sebagai berikut :
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar didalam
pertubuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang
dialami seorang ibu apalagi yang sedang hamil bisa berpengaruh terhadap
kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa
pertumbuhan bayi dan anaknya.
a. Pelayanan K-4
Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik
Kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya.
Sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara
teratur. Hal ini dilakukan mencegah gangguan sedini mungkin dari
segala sesuatu yang membahayakan kesehatan ibu dan janin yang
dikandungnya.
Pada tahun 2011 di Puskesmas I Baturraden jumlah ibu
hamil Sebanyak 546 ibu hamil, adapun Ibu hamil yang
mendapatkan pelayan K.4. 556 atau 101,8% ibu hamil, di
bandingkan tahun 2010 yang mendapatkan pelayan K-4
sejumlah 546 ibu hamil atau 95,24 % berarti pelayan K-4
mengalami kenaikan sebesar 6,56%. Padasarnya kegiatan-kegiatan
dalam rangka pelayanan kesehatan K-4 sudah dilaksanakan oleh
petugas Puskesmas melalui bidan bidan di desa yang tersebar di 6
desa, hal itu menunjukan bahwa kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pemeriksaan kesehatan pada waktu hamil belum maksimal.
Selain itu pula petugas kesehatan belum maksimal dalam memberikan
motivasi kepada ibu hamil.
Standar Pelayan Minimal untuk cakupan kunjungan ibu Hamil
K-4 sebesar 95%. Dengan demikian untuk Wilayah Puskesmas
Baturraden masih belum memenuhi standar pelayanan minimal yang
diharapkan.
13
b. Pertolongan oleh tenaga Kesehatan (Nakes)
Komplikasi kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian
besar terjadi pada masa disekitar persalinan. Hal ini antara lain
disebabkan oleh pertolongan yang tidak dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai kepetensi Kebidanan (Profesional) Jumlah
ibu bersalin tahun 2011 sesuai table 28 sebanyak 521 orang, jumlah
ditolong nakes 469 orang atau sebesar 90,0%, dibandingkan tahun
2010 jumlah persalinan yang ditolong nakes 492 orang atau sebesar
94,43 % berarti pelayan kesehatan oleh nakes mengalami penurunan
sebesar 4,43 %.
Target Standar Pelayan Minimal untuk pertolongan pesalinan
oleh Nakes tahun 2011 sebesar 81%. Dengan demikian cakupan nakes
Puskesmas I Baturraden tahun 2011 sudah memenuhi Standar Pelayan
Minimal. Namun demikian kegiatan kegiatan yang mendukung
pencapaian SPM tersebut masih tetap dilaksanakan untuk ebih
meniungkatkan cakupan antara lain pengembangan Pondok Bersalin
Desa ( Polindes) menjadi Poli Kelinik Kesehatan Desa (PKD)
didaerah daerah yang terisolir, pemerataan penempatan Bidan di Desa,
penyuluhan persalinan / sosialisasi persalinan sehat dan aman, dan
meningkatkan ketrampilan tenaga Bidan tentang asushan Persalinan
Normal (APN).
c. Bumil Risiko Tinggi di rujuk
Pada tahun 2011 sesuai dengan tabel 31 jumlah ibu hamil resiko
tinggi komplikasi di wilayah Puskesmas I Baturraden sebayak 109 atau
sebesar 19,96% sedangkan jumlah ibu hami risiko tinggi komplikasi
ditangani sebanyak 111 orang atau 101,6 % dibandingkan dengan
tahun 2010 sebanyak 197 orang atau 39,72% sedang Bumil Risti
ditangani 197 orang atau 100% maka terjadi peningkatan sebesar 1,6
% bumil risti.
d. Bayi dan Bayi BBLR
Pada tahun 2011 Jumlah bayi lahir hidup sebayak 457 bayi yang
terdiri dari laki-laki 218 bayi dan perempuan 239 bayi dengan Berat
14
Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 16 bayi atau sebesar 4,8% dari
bayi yang lahir. Jumlah bayi tahun 2010 sebanyak 466 bayi. Jumlah
bayi BBLR sebayak 17 bayi atau sebesar 19,90 % dari bayi yang
lahir naik sebesar 15,66 % Target SPM tahun 2010 untuk
penanganan kasus BBLR adalah 100 % penanganan kasus BBLR di
Puskesmas I Baturraden sudah Sesuai SPM Kabupaten Banyumas.
e. Pelayanan Keluarga Berencana
Masa subur sorang wanita memiliki peranpenting bagi
terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita untuk melahirkan
menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian usia subur seorang
wanita biasanya antara 15 – 49 tahun. Oleh karena itu jumlah
kelahiran atau menjarangakan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih
diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB. Berdasarkan data
yang dihimpun tahun 2011 jumlah Pasangan Subur (PUS) berdasarkan
sumber dari PLKB Kecamatan Baturraden Sebesar 5.182 pasanagan.
Jumlah PUS tahun 2010 sebesar 4.935 terjadi kenaikan 247 pasangan.
Jika diperhatikan jumlah PUS tertinggi terdapat didesa Karang
tengah yaitu sebanyak 1.440 pasangan sedangkan peserta KB Aktif
pada tahun 2011 sebesar 4.298 atau sebesar 82,9 %. Sedangkan 2010
sebesar 3.382 atau 78,66 % sehingga jumlah peserta KB Aktif
menurun.
f. Pelayanan Imunisasi
Kegitan Imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi
laki-laki 221, (BCG 178 bayi atau 178 %, Polio3 204 bayi atau 165 %)
dan perempuan 236 ( BCG 236 bayi atau 166%, Polio3 215 bayi atau
151 % umur 0 – 1 than (BCG Polio), imunisasi untuk wanita subur ibu
hamil (TT) dan imunisasi untuk anak sekolah SD (Kelas 1: DT dan
kelas 2 – 3 : TT ). Dengan demikian belum dapat dikatakan berhasil
Jumlah desa diwilayah Puskesmas I Baturraden sebanyak 6 desa
Universal Cild Immunization ( UCI ) sudah 100 %. Sedangkan target
SPM tahun 2011 kabupaten Banyumas 85 % dengan demikian pada
tahun 2011 memenuhi target SPM.
15
IV. ANALISIS MASALAH
A. Analisis Masalah
Dari hasil rekapan status kesehatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Baturraden I didapatkan 10 daftar penyakit yang paling banyak terjadi selama
bulan November 2012. Penyakit tersebut antara lain:
j. ISPA
k. Arthritis
l. Hipertensi
m. Dispepsia
n. Dermatitis
o. Myalgia
p. Diare Non Spesifik
q. Otitis Media Akut
r. Asthma Bronkhi
s. ISK
Cakupan wilayah kerja Puskesmas Baturraden I, yaitu Desa Pamijen, Desa
Kutosari, Desa Kebumen, Desa Ketenger, Desa Karang Tengah, dan Desa
Purwosari. Adapun penjelasan mengenai 10 penyakit tertinggi di Puskesmas
Baturraden I sebagai berikut:
a. Penyakit ISPA
Dua bulan terakhir, November 2012, perekapan data penyakit dari
Puskesmas Baturraden I kasus penyakit infeksi saluran pernafasan
sebanyak 297 kasus denagn rincian 0-5 tahun sebanyak 93 kasus, 6-12
tahun terdapat 45 kasus, 13-20 tahun sebanyak 28 kasus, 21-44 tahun
sebanyak 35 kasus, 45-59 tahun sebanyak 42 tahun, >60 tahun ada 54
kasus. Namun, jumlah ini mengalami penurunan dari 3 bulan terakhir yaitu
bulan Agustus dengan jumlah 454 kasus, bulan September sebanyak 452
kasus, dan bulan Oktober 305 kasus.
16
b. Arthritis
Jumlah kasus arthritis pada bulan November 2012 yaitu sebanyak 121
kasus. Kasus berdasarkan umur 45-49 tahun sebanyak 14 kasus dan lebih
dari 60 tahun sebanyak 107 kasus.
c. Hipertensi
Kasus hipertensi pada bulan November 2012 dalam wilayah
puskesmas I Baturraden ditemukan kasus sebanyak 112 kasus. Didominasi
oleh 21-44 tahun ada 5 kasus, 45-49 tahun sebanyak 23 kasus, dan lebih
dari 60 tahun sebanyak 84 kasus.
d. Dispepsia
Jumlah kasus dispepsia bulan Novermber 2012 sebanyak 98 kasus.
Kasus penyakit dyspepsia menurun dari bulan sebelumnya yaitu terdapat
sebanyak 151 kasus.
e. Dermatitis
Jumlah kasus baru dermatitis bulan November 2012 di wilayah
puskesmas I Baturraden ditemukan 96 kasus. Pada bulan Oktober 2012
terdapat sebanyak 142 kasus, sehingga didapati penurunan jumlah kasus
ada bulan November.
f. Myalgia
Kasus myalgia pada bulan November 2012 dalam wilayah puskesmas I
Baturraden terdapat 88 kasus. Dimana terjadi peningkatan dari bulan
sebelumnya (Oktober 2012) yaitu didapati sebanyak 62 kasus.
g. Diare Non-Spesifik
Jumlah kasus Diare diwilayah Puskesmas I Baturraden bulan
November 2012 sebanyak 22 kasus. Dimana pada 3 bulan terakhir didapati
dengan jumlah kasus, Oktober 2012 sebanyak 74 kasus, September 2012
sebanyak 57 kasus, dan Agustus 2012 sebanyak 68 kasus.
h. Otitis Media Akut
Penyakit Otitis Media Akut (OMA) menduduki urutan ke-7 penyakit
tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Baturraden 1. Terdapat 21 kasus
OMA pada bulan November 2012.
17
i. Asthma Bronkhial
Jumlah kasus asthma bronkhial diwilayah Puskesmas I Baturraden
bulan November 2012 sebanyak 18 kasus. Dimana pada 3 bulan terakhir
didapati dengan jumlah kasus, Oktober 2012 sebanyak 12 kasus,
September 2012 sebanyak 32 kasus, dan Agustus 2012 sebanyak 23 kasus.
j. Infeksi Saluran Kemih
Kasus Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada bulan November 2012 dalam
wilayah puskesmas I Baturraden ditemukan kasus sebanyak 15 kasus.
Rincian kasus berdasarkan umur, yaitu 6-12 tahun sebanyak 2 kasus, 13-20
tahun ada 2 kasus, 21-44 tahun sebanyak 3 kasus, 45-59 tahun sebanyak 4
kasus, dan umur lebih dari 60 tahun sebanyak 4 kasus.
B. Perumusan Masalah
1. Apa saja faktor risiko penyakit TB Paru yang terjadi
di Wilayah Kerja Puskesma Baturraden I, Kecamatan Baturraden,
Kabupaten Banyumas?
2. Jelaskan mengenai hubungan pengetahuan
responden tentang penyakit TB terhadap terjangkitnya penyakit TB!
3. Bagaimana hubungan kebiasaan penderita
membuang dahak di sembarang tempat dengan penularan penyakit TB
Paru?
4. Bagaimana hubungan antara kebiasaan perilaku
batuk yang kurang benar dengan penularan penyakit TB Paru?
5. Bagaimana mengetahui pengaruh dari indoor air
pollution dengan penularan penyakit TB?
C. Prioritas Masalah
Berdasarkan data yang kami dapatkan dari Puskesmas I Baturraden,
penyakit terbanyak yang diderita warga antara lain ISPA, Arthritis, Hipertensi,
Dermatitis, Myalgia, ISK, dan Diare. ISPA terdiri dari antara lain penyakit
pneumonia, tuberkulosis, dan penyakit-penyakit lain.
18
Menurut Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011 (Depkes, 2012),
jumlah kasus baru TB paru BTA positif, Jawa Tengah menempati tempat
ketiga setelah Jawa Barat dan Jawa Timur dengan jumlah 20.294 penduduk.
Sementara Indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah India dan
China. Di Indonesia TB adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit
menular lain. TB juga merupakan penyebab kematian nomor tiga, di bawah
penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut di setiap kalangan usia (PDPI,
2002).
Sejak tahun 1993, WHO menyatakan TB adalah kedaruratan global
bagi kemanusiaan. Meskipun strategi DOTS (Direct Observed Treatment
Short Course) terbukti sangat efektif untuk mengendalikan TB, tetapi beban
penyakit TB di masyarakat masih sangat tinggi. Menurut WHO pada tahun
2009, diperkirakan sekitar 9,5 juta kasus baru TB, dan 0,5 juta orang
meninggal akibat TB di seluruh dunia (Depkes, 2011).
Mengingat cukup tingginya angka kejadian TB di Indonesia khususnya
jawa tengah , maka pengetahuan mengenai penyakit TB sangat perlu untuk
diketahui. Selain itu, pengendalian TB banyak menghadapi tantangan baru
seperti ko-infeksi TB/HIV, TB yang resisten terhadap obat dan tantangan lain.
Hal ini membuat pengendalian TB semakin sulit sehingga akan lebih baik dan
bijaksana jika kita mulai menggencarkan tindakan preventiv, mencegah
penularan TB lebih luas. Untuk melakukan hal ini kita harus tahu terlebih
dahulu mengenai penyebab penyakit, faktor yang bisa mendorong/memicu
terjadinya penyakit dan apa saja hal yang bisa dilakukan untuk menghindari
penularan TB dari penderita ke keluarga atau sekitar.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, kelompok kami memutuskan untuk
meneliti tentang penyakit TB, dan faktor-faktor risiko yang mempengaruhi
penyakit TB.
D. Analisis Penyebab Masalah
1. Faktor Risiko TB Paru yang terjadi di Wilayah Kerja
Puskesmas Baturraden I
1.1 Jenis Kelamin
19
Berdasarkan hasil penelitian, dari 37 responden didapat bahwa
responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 18 dan responden
perempuan berjumlah 19. Dengan presentase responden laki-laki 49%
dan responden perempuan 51%.
Grafik 2. Faktor Risiko Jenis Kelamin
1.2 Umur
Dari data yang didapatkan, responden TB paru tertinggi
merupakan kelompok usia 21-30 tahun sedangkan paling sedikit
merupakan kelompok usia 11-20 tahun.
Grafik 3. Faktor Risiko Umur Responden
20
1.3 Pendidikan
Dari 37 responden, didapatkan sebagian masyarakat
berpendidikan terakhir SD yaitu sejumlah 13 orang.
Grafik 4. Faktor Risiko Pendidikan Terakhir Responden
1.4 Pekerjaan
Sebagian besar Sebagian besar responden yang diwawancarai
adalah masyarakat yang tidak mempunyai penghasilan tetap
(serabutan) yaitu sebanyak 10 orang (38%).
21
Grafik 5. Faktor Risiko Pekerjaan responden
1.5 Tingkat Penghasilan
Sebagian besar responden berpenghasilan kurang dari Rp
795.000 yaitu sekitar 65%.
Grafik 6. Faktor Risiko Tingkat Penghasilan Responden
1.6 Pelaksanaan Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS)
22
Pada aspek perilaku hidup bersih dan sehat ditanyakan lima
belas pertanyaan yang relevan untuk penilaian PHBS. Skoring
dilakukan dengan memberikan nilai nol jika jawaban ‘tidak’ dan satu
jika jawaban responden ‘ya’. Skor yang menggambarkan strata PHBS
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. 0 – 5 : sehat pratama
b. 6 – 10 : sehat madya
c. 11 – 15 : sehat utama
d. 16 : sehat paripurna
Dari hasil diperoleh 76% responden masuk ke dalam strata
PHBS sehat utama.
Grafik 7. Faktor Risiko Berdasar Strata PHBS
1.7 Asupan Gizi
Sebagian besar responden memiliki asupan gizi yang baik,
dilihat dari makanan yang dikonsumsi tiap harinya seperti sayur-
sayuran, lauk pauk hewani dan nabati serta susu dan vitamin. Sebanyak
28 responden (76%) asupan gizinya sudah baik, dan sisanya 9
responden (24%) memiliki asupan gizi yang kurang.
23
Grafik 8. Faktor Risiko Status Gizi.
1.8 Pengetahuan Responden tentang Penyakit TB
Responden yang kami survei, sebagian besar tidak memiliki
pengetahuan tentang penyakit TB Paru yaitu 84%.
Grafik 9. Faktor Risiko Edukasi tentang TB.
1.9 Kebiasaan Merokok
Responden yang memiliki kebiasaan merokok berjumlah 12
orang (32%), sedangkan responden yang merokok berjumlah 25 orang
(68%).
24
Grafik 10. Faktor Risiko Kebiasaan Merokok.
1.10 Kebiasaan Membuang Dahak
Sesuai dengan survei yang dilakukan ditemukan bahwa 62% dari total
yang disurvei sudah memiliki kebiasaan yang baik dalam membuang
dahak ditempat yang jauh dari orang lain. Dalam arti masyarakat yang
terkena penyakit TB telah mempunyai edukasi yang baik dalam
pencegahan penyakit TB ini ke orang-orang di sekitarnya.
Grafik 11. Faktor Risiko Kebiasaan Membuang Dahak.
1.11 Pengetahuan tentang Cara Batuk yang Baik
Pengetahuan pasien dalam tata cara batuk yang baik masih kurang
terbukti bahwa ditemukan lebih dari setengah yaitu 59% dari penderita
25
yang masih belum faham tata cara batuk yang benar agar droplet
nuclei ini tidaktertular kepada orang lain
Grafik 12. Faktor Risiko Pengetahuan Tentang Cara Batuk.
1.12 Keteraturan Minum Obat
Dari total pasien yang di wawancarai sudah 81% sudah memiliki
kebiasaan minum obat yang teratur dikarenakan dipantau oleh
keluarganya masing-masing, akan tetapi ada beberapa yang masih
belum minum obat teratur dikarenakan sosial-ekonomi pasien.
Grafik 13. Faktor Risiko Konsumsi Obat Secara Teratur.
1.13 Keadaan Rumah
Keadaan rumah dapat dinilai dari kelembapan rumah, ventilasi
rumah, pencahayaan rumah, serta keadaan rumah responden. Sebagian
26
responden yang kami survei memiliki rumah yang lembab, ventilasi,
dan pencahayaannya yang kurang.
Rumah yang baik seharusnya setiap anggota keluarga menempati
ruang minimal 9m2. Data yang diperoleh dari responden didapatkan
hasil bahwa 68% responden memiliki luas rumah yang cukup.
Grafik 14. Faktor Risiko Kelembapan Rumah.
Grafik 15. Faktor Risiko Ventilasi dan Pencahayaan dalam Rumah.
27
Grafik 16. Faktor Risiko Kepadatan Penghuni Rumah.
1.14 Indoor Air Polution
Rata-rata dari hasil survei yang ditemukan bahwa masih banyak
dari rumah penderita yang masih dalam kondisi yang tidak sehat yang
dapat mendukung penularan dari penyait TB ini khususnya di dalam
rumah misalnya masak masih menggunakan tungku kayu bakar, asap
rokok, dan ada sebagian lagi yang masih menggunakan anti nyamuk
bakar.
Grafik 17. Faktor Risiko Indoor Air Polution..
2. Hubungan pengetahuan responden tentang TB terhadap
terjadinya penyakit TB
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan
28
ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu,
kelompok atau masyarakat (Notoatmodjo, 2011).
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap
pengetahuan seseorang yang diantaranya pengetahuan mengenai rumah
yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit tuberkulosis.
Sehingga dengan pengetahuan yang cukup, seseorang akan mencoba untuk
memiliki perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, pendidikan seseorang
akan mempengaruhi jenis pekerjaannya (Suwarni, 2009).
Rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan mengenai penyakit
tuberkulosis yang kurang, kesadaran untuk menjalani pengobatan secara
teratur dan lengkap juga relative rendah. Pengaruh lain dari tingkat
pendidikan yang rendah tercermin dalam hal menjaga kesehatan dan
kebersihan lingkungan yaitu perilaku membuang dahak dan meludah di
sembarang tempat (Suwarni, 2009).
3. Hubungan kebiasaan para penderita yang membuang dahak
di sembarang tempat dengan penularan
Penderita dapat menyebarkan bakteri ke udara dalam bentuk
percikan dahak, yang dalam istilah kedokteran disebut droplet nuklei.
Sekali batuk dapat menghasilkan 3000 percikan dahak. Melalui udara yang
tercemar oleh Mycobacterium tuberculosis yang dikeluarkan oleh
penderita tuberkulosis paru saat batuk. Bakteri akan masuk ke dalam paru-
paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak terutama pada
orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah. Sementara, bagi yang
mempunyai daya tahan tubuh baik, maka penyakit tuberkulosis paru tidak
akan terjadi. Akan tetapi bakteri akan tetap ada di dalam paru dalam
keadaan ”tidur”, namun jika setelah bertahun-tahun daya tahan tubuh
menurun maka bakteri yang ”tidur” akan ”bangun” dan menimbulkan
penyakit (Aditama, 2006).
Daya penularan dari seseorang penderita tuberkulosis paru
ditentukan oleh banyaknya bakteri yang dikeluarkan dari parunya. Faktor
yang memungkinkan seseorang terpapar bakteri tuberkulosis paru
ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lama menghirup
29
udara tersebut. Risiko tertular tergantung dari tingkat terpapar dengan
droplet dan kerentanan terhadap penularan (Depkes, 2008).
4. Kurangnya pengetahuan mengenai cara batuk yang benar
agar tidak menular ke orang-orang di sekitarnya.
Perjalanan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang setelah di
batukkan akan terhirup oleh orang disekitarnya sampai ke paru-paru.
Konsentrasi droplet bervolume udara dan lamanya waktu menghirup udara
tersebut memungkinkan seseorang akan terinfeksi bakteri Mycobacterium
tuberculosis (Depkes, 2002).
Beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam pengendalian
penyakit tuberkulosis paru yaitu dengan cara pencegahan penyebaran dan
penularan penyakit sebagai upaya agar penderita tidak menularkan kepada
orang lain dan meningkatkan derajat kesehatan pribadi dengan cara:
a. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin dengan sapu tangan
atau tissue.
b. Tidak batuk di hadapan anggota keluarga atau orang lain.
c. Tidur terpisah dari keluarga terutama pada dua minggu pertama
pengobatan.
d. Tidak meludah disembarang tempat, tetapi dalam wadah yang diberi
lysol, dan dibuang dalam lubang dan ditimbun dalam tanah.
Meludah di tempat yang terkena sinar matahari merupakan hal yang
dianjurkan bagi penderita TB paru.
e. Menjemur alat tidur secara teratur pada siang hari karena bakteri
Mycobacterium tuberculosis akan mati bila terkena sinar matahari.
f. Membuka jendela pada pagi hari dan mengusahakan sinar matahari
masuk ke ruang tidur dan ruangan lainnya agar rumah mendapat
udara bersih dan cahaya matahari yang cukup sehingga bakteri
Mycobacterium tuberculosis dapat mati.
g. Minum obat secara teratur sampai selesai dan sembuh bagi penderita
tuberkulosis paru (Chin, 2000).
30
5. Adanya indoor air pollution.
Perokok pasif adalah orang-orang yang tidak merokok, namun menjadi
korban perokok karena turut mengisap asap sampingan selain asap utama yang
dihembuskan balik oleh perokok. Asap rokok yang dihirup oleh perokok pasif
kandungan bahan kimianya lebih tinggi dibandingkan dengan yang dihirup
oleh perokok aktif. Pajanan terhadap asap rokok terjadi pada kehidupan
sehari-hari seperti di rumah, di tempat kerja, di transportasi umum, dan
tempat-tempat umum lainnya (Danusantoso, 2000).
Tiga komponen utama yang terdapat pada asap rokok yaitu nikotin, gas
karbonmonoksida (CO), dan tar. Gas CO pada prinsipnya akan menghambat
pengangkutan oksigen oleh sel darah merah dari paru-paru ke organ tubuh
lain. Nikotin dapat mengakibatkan pembuluh darah menyempit dengan cepat,
sehingga organ-organ tubuh akan kekurangan oksigen, antara lain otak dan
otot jantung. Pemakaian jangka lama, nikotin juga akan mengakibatkan
dinding pembuluh darah menjadi kaku dan berkapur (Danusantoso, 2000).
Tingkat paparan oleh asap rokok dapat diketahui melalui beberapa
indikator diantaranya pasangan yang merokok, orang tua merokok, jumlah
perokok dalam rumah, terpapar perokok 1 tahun lalu, iritasi terhadap paparan
asap rokok 1 minggu lalu, jumlah jam terpapar asap rokok 1 minggu lalu,
paparan asap rokok di tempat kerja, rata-rata batang tembakau dihisap tiap
hari di rumah (Danusantoso, 2000).
Selain perokok pasif, penggunaan kayu bakar menjadi pembahasan yang
sering dibicarakan, karena menghasilkan pembakaran tidak sempurna berupa
bermacam-macam partikel, antara lain CO, NO, SO, aldehid, hidrokarbon
aromatik yang polisiklik, benzena, akrolin 1,3 butadiena dan particulate
matter (Soesanto, 2002).
Beberapa penelitian mengkaitkan adanya hubungan antara indoor air
pollution dengan Tuberkulosis paru. Maka dalam pelaksanaan DOTS sudah
ada intervensi yang dilakukan dengan memperhatikan tingginya penggunaan
kayu bakar, arang dan bahan padat lainnya. beberapa studi epidemiologi
terjadi peningkatan risiko kejadian dan kematian tuberkulosis paru pada orang
yang terpapar dengan indoor air pollution (Soesanto, 2002).
31
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kejadian TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Baturraden I sebanyak 37
kasus dengan rincian 10 kasus di desa Karang Tengah, 7 kasus di desa
Kuto Sari, 6 kasus di desa Ketenger, 7 kasus di desa Kebumen, 2 kasus di
desa Pamijen, 3 kasus di desa Rempoah, dan 1 kasus di desa Purwosari.
2. Faktor-faktor risiko dari penyakit TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas
Baturraden I meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaanm tingkat
penghasilan, pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), status
gizi, pengetahuan responden tentang penyakit TB, kebiasaan merokok,
kebiasaan membuang dahak, pengetahuan tentang cara bentuk yang baik,
keteraturan minum obat, keadaan rumah, dan indoor air polution.
B. Saran
1. Bagi Puskesmas
Puskesmas seharusnya memberi penyuluhan kepada masyarakat
mengenai bahaya penyakit TB, cara penularan penyakit TB, serta
penyuluhan mengenai pengobatan penyakit TB. Karena sebagian besar
dari masyarakat yang terkena penyakit TB kurang mengetahui bagaimana
cara mencegah penularan dari TB itu sendiri misalnya masih batuk tanpa
menutup mulut. Jadi dengan adanya edukasi yang baik dari puskesmas
mengenai 3 hal diatas tentang penyakit TB maka kemungkinan
terjangkitnya penyakit ini bisa lebih diminimalisir dan akhirnya nanti
diharapkan masyarakat di kecamatan Baturraden I tidak ada lagi yang
terkena penyakit TB.
2. Bagi Pihak Blok
Bagi pihak blok dimohon untuk melakukan briefing terlebih dahulu
mengenai penyakit-penyakit apa yang lebih diprioritaskan untuk disurvei
di blok CHEM III ini, Agar seluruh mahasiswa lebih dapat mengusai
penyakit yang natinya akan di survei. Selain itu mungkin kita lebih dapat
32
menjaga diri dari meularnya penyakit yang kita survei terkhusus penyakit
TB ini.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat hendaknya selalu menjaga dan membersihkan
lingkungannya secara teratur untuk menghindari faktor-fakor risiko
terjadinya penyakit TB. Selain itu juga diharapkan masyarakat mampu
mengendalikan diri dan membatasi kontak dengan orang yang terkena
penyakit TB.
4. Bagi Mahasiswa
Saran bagi mahasiswa yang akan melakukan survei mengenai
penyakit ini lebih menguasai tentang penyakit yang akan disurvei.
Sehingga diharapkan ketika berkomunikasi dengan responden apapun
yang responden tanyakan mengenai penyakitnya baik itu penularan, faktr
resiko, dan juga pengobatannya mahasiswa dapat menjelaskan lebih baik.
5. Bagi Pemerintah
Perlu adanya koordinasi yang baik dan kerjasama antara dinas
kesehatan (puskesmas), petugas desa (kecamatan, kelurahan, RW, RT)
serta masyarakat dalam menangani penyakit TB.
6. Bagi Keluarga
Bagi keluarga hendaknya memperhatikan kondisi rumah mulai dari
ventilasi rumah, jendela, pencahayaan, dan kelembapan udara di dalam
rumah bila untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit TB. Karena
pengaruh dari lingkungan sangat berpengaruh terhadap penyakit TB ini.
33
GAMBAR
Gambar 1. Foto Bersama dr. Metta dan dr.Hasanah di bangunan Baru Puskesmas Baturraden I
Gambar 1. Foto Bersama dr. Metta dan dr.Hasanah di bangunan Baru Puskesmas Baturraden I
34
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
I. IDENTITAS RESPONDENA. Nama Responden :B. Jenis Kelamin :C. Umur responden :D. Pendidikan tertinggi responden :
1) Tidak pernah sekolah 4) D32) SD 5) S13) SLTP 6) S24) SLTA
E. Pekerjaan pokok :1) PNS 4) Petani2) BUMN 5) Buruh3) Karyawan swasta 6) Lainnya……..
F. Pengahasilan keluarga rata-rata/bulan:1) < Rp 795.0002) Rp 795.000 – Rp 3.000.0003) > Rp 3.000.000
G. Desa :H. Alamat :I. Responden : Kasus / Bukan kasus
Pewawancara :
II. KUESIONER PHBS Petunjuk : berilah tanda contreng (√) pada kolom sesuai jawaban responden
No.
PERTANYAAN INDIKATOR YA(1)
TIDAK(0)
I KIA & GIZI
1 RT yang memilliki ibu hamil mempunyai akses pertolongan persalinan oleh petugas/tenaga kesehatan
Bagi RT yang tidak atau belum pernah hamil, maka diganti dengan pertanyaan mengenai pengetahuan dan sikapnya tentang persalinan oleh tenaga kesehatan, misalnya: apabila ibu/istri anda hamil, anda lebih suka memeriksakan kehamilan kemana? Siapakah yang rencananya akan anda mintai tolong ketika bersalin/melahirkan? (Bila jawabannya bidan/dokter jawaban (+) ya)
2 RT yang memilliki bayi, apakah diberi ASI eksklusif sejak usia 0 – 6 bulan?
Bagi RT yang tidak atau belum pernah memiliki bayi, maka diganti dengan pertanyaan mengenai pengetahuan dan sikapnya tentang ASI eksklusif. (Misal: apakah manfaat ASI Eksklusif bagi bayi? Apakah ibu merencanakan untuk memberikan ASI Eksklusif apabila nanti memiliki bayi? Pengetahuan & sikap (+)ya)
3 RT yang memiliki balita, menimbangkan balitanya secara teratur 35
(minimal 8 kali setahun) Bagi RT yang tidak atau belum pernah memiliki balita, ditanyakan
apakah anda tahu pentingnya menimbang balita tiap bulan di posyandu? Sebutkan? Apakah anda merencanakan untuk menimbang balita anda di posyandu tiap bulan? (Pengetahun & sikap (+)ya)
4 Anggota rumah tangga mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah cukup untuk memenuhi gizi seimbang
II KESEHATAN LINGKUNGAN
5 Anggota RT menggunakan/memanfaatakan air bersih untuk keperluan sehari-hari
6 Anggota RT menggunakan jamban sehat7 Anggota RT membuang sampah pada tempatnya8 Anggota RT menempati ruangan rumah minimal 9 m29 Anggota RT menempati ruangan rumah yang berlantai kedap air (bukan
tanah) dan dalam keadaan bersihIII GAYA HIDUP
10 Anggota RT yang berumur > 10 tahun melakukan aktivitas fisik/olahraga secara terukur 30 menit/hari, 3 – 5 kali/minggu
11 Anggota RT tidak ada yang merokok12 Anggota RT terbiasa mencuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB13 Anggota RT menggosok gigi minimal 2 kali sehari14 Anggota RT tidak minum miras dan tidak menyalahgunakan narkobaIV UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)
15 Anggota RT menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)16 Anggota RT melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) minimal
seminggu sekaliTOTAL NILAI
Klasifikasi:Jawaban Ya diberi skor 1, sedangkan jawaban tidak diberi skor 0. Klasifikasi strata PHBS adalah sebagai berikut:Nilai 0 – 5 : Strata SEHAT PRATAMANilai 6 – 10 : Strata SEHAT MADYANilai 11 – 15 : Strata SEHAT UTAMANilai 16 : Strata SEHAT PARIPURNA
36
III. KUESIONER FAKTOR RISIKO TBA. Kekebalan Tubuh
1. Apakah asupan makanan sehari-hari terdiri dari beraneka ragam makanan dengan jumlah cukup?a. Ya b. Tidak
B. Jika responden anak1. Berat Badan Lahir
a. >4000gr b. 2500-4000gr c.<2500gr2. Mengkonsumsi ASI hingga usia….
a. >6 bulan b. 6 bulan c. <6 bulan3. Pemberian Imunisasi…
a. Tidak pernah b. Pernah, sebutkan…C. Faktor Perilaku
1. Apakah Anda mengetahui tentang penyakit TB? a. Tahu b. Tidak tahu
2. Apakah anda memiliki kebiasaan merokok?a. Ya b. Tidak
3. Jika ya, berapa batang yang Anda konsumsi setiap harinya?a. Kurang dari ½ bungkusb. 1 bungkusc. Lebih dari 1 bungkus
4. Kebiasaan membuang dahak…a. Di WC b. Di sembarang tempat
5. Kebiasaan batuk apakah sudah sesuai dengan cara batuk yang benar? a. Ya b. Tidak
6. Apakah anda mengkonsumsi OAT ( Obat Anti Tuberkulosis ) secara teratur?
a. Ya b. Tidak7. Jika ya, sudah berapa lama?...8. Apakah anda rutin memeriksakan dahak?
a. Ya b. TidakD. Sanitasi Lingkungan Rumah
1. Luas Rumah yang ditempati…a. 36 m2 b. 21 m2 c. Kurang dari 21m2 d.lain-lain,
sebutkan…2. Ventilasi dalam rumah…
a. Cukup (10% luas lantai) b. Kurang
37
3. Kondisi lantai dalam rumah…a. Kedap air b. Tidak kedap air
4. Keadaan atap rumah…a. Bocor b. Tidak bocor
6. Bagaimana pencahayaan matahari di dalam rumah…a. Cukup b. Kurang
7. Kebiasaan membuang kotoran atau limbah rumah tangga…a. Di tempat sampah b. lain-lain, sebutkan…
8. Apakah di dalam rumah anda terdapat Indoor Air Polution?a. Ya b. Tidak
9. Jika ya, sebutkan…E. Lingkungan dan Sosial
1. Kepadatan penghuni dalam rumah…a. lebih dari 4 orang b. 4 orang c. kurang dari 4 orang
2. Apakah di sekitar tempat tinggal anda ada yang memiliki penyakit TB?a. Ada b. Tidak
3. Apakah anda sering berinteraksi dengan orang yang memiliki penyakit TB?a. Ya b. Tidak
4. Apakah anda memiliki PMO ( Pengawas Minum Obat )?a. Ya b. Tidak
5. Jika Ya, siapa?...
IV. KUESIONER TIPE PENDERITA TB1. Anda termasuk dalam penderita TB tipe…
a. Tb Paru Kasus Barub. Tb Paru Kasus Kambuh ( Relaps )c. Tb Paru Kasus Pindah ( Tb-09 )d. Tb Paru Kasus Gagale. Tb Paru Kasus Putus Obatf. Tb Paru Kasus Kronik
38
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, UF. 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: Kompas.
Aditama, T. 2006. Tuberkulosis Paru: Masalah dan Penanggulangannya. Jakarta: UI Press.
Chin, J. 2000. Pengendalian Penyakit Menular Edisi 17. Washington, DC: Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika.
Danusantoso, H. 2000. Rokok dan Perokok. Jakarta: Arcan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Available at: http://www.tbindonesia.or.id/pdf/2011/STRANAS_TB.pdf (Diakses pada: Januari, 2013).
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1479/MENKES/SK/X/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilens Epidemiologi Penyakit Menular Dan Penyakit Tidak Menular Terpadu
Notoatmodjo, S. 2011. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Persatuan Dokter Paru Indonesia. 2002. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Available at: http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.pdf ( Diakses pada: Januari 2013 ).
Soesanto, S. 2002. Hubungan Kondisi Perumahan dengan Penuralan Penyakit ISPA dan TB Paru, Bahan Lokakarya Sehari Penyehatan Perumahan. Jakarta.
Suwarni, H. 2009. Faktor Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Tuberkulosis BTA positif di Kecamatan Pancoran Maskota Depok Bulan Oktober Tahun 2009-April Tahun 2009. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Available at: http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125833-S-5761-Faktor%20risiko-Abstrak.pdf.