Kata PengantarPuja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
yang memberi kita kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas
Prima Indonesia ini. Kami para mahasiswa/I akan menyinggung
permasalahan tentang penyakit infeksi dan tropical
medicine,Penyakit yang di derita manusia dapat ditimbulkan oleh
berbagai macam penyebab. Salah satunya oleh mikroorganisme yang
bersifat pathogen yang dapat menyerang tubuh manusia sehingga
menyebabkan sakit. Penyakit infeksi dapat berakhir dengan kematian
apabila tidak di tangani dengan benar, lain halnya dengan sekarang
ini,setelah obat-obatan antibiotic dan kemoterapi yang sesuai dapat
di gunakan untuk memusnahkan kuman-kuman tersebut.Penyakit-penyakit
infeksi dan Tropical Medicine umumnya merupakan penyakit yang
sering terjadi di Indonesia. Yang dibahas dalam makalah ini hanya
beberapa penyakit infeksi dan tropical medicine. Dalam pembuatan
makalah ini bertujuan untuk memicu mahasiswa/i mengetahui
etiologi,manifestasi klinis,pathogenesis dan komplikasi dari
beberapa penyakit infeksi dan tropical medicine.Kami para mahasiswa
juga mengucapkan terima kasih kepada dosen-dosen pembimbing yang
telah membantu kami dalam penyusunan makalah penyakit infeksi dan
tropical medicine ini. Mudah-mudahan ilmu yag kami dapatkan dapat
berguna hingga dikemudian hari.
Medan 27 Maret 2010
Daftar isiKata pengantarDaftar isi...Bab IPendahuluanBab II
Pembahasana. Demam..b. Demam Tifoid...c. Malaria..d.
Leptosirosis...e. Penyakit InfeksiBab III Permasalahan.Bab IV
Pembahasan Permasalahan..Daftar PustakaPertanyaan yang muncul
BAB IPENDAHULUANI. INFEKSI BAKTERIBakteri gram positif dan gram
negatifKokus : umumnya gram positif, kecuali gonococcus,
meningococcus dan N. catarrhalis.Basilus : yang pathogen umumnya
gram negatif, Spirilla pun gram negatif, kecuali C. diptheriae,
golongan tahan asam dan golongan yang membentuk spora aerobic dan
anaerobic.Di negeri yang sedang berkembang, di rumah sakit
terpencil, pembiakn kuman secara rutin untuk menentukan diagnosis
etiologis sangat sukar. Di kota besar di Indonesia walaupun
pembiakan dapat dilakukan tetapi biasanya jawaban hasil pemeriksaan
datang terlambat.Dengan demikian bila menghadapi seseorang yang
sakit infeksi berat dokter harus memberikan antibiotika berdasarkan
pengalamannya. Sampai beberapa tahun terakhir ini infeksi berat
dipikirkan terutama oleh kuman gram positif dan dalam tahap pertama
pengobatannya ditujukan hanya terhadap gram positif, sedangkan gram
negatif dianggap komensal. Namun sekarang ini, terutama di rumah
sakit dari negeri maju dengan pemakaian antibiotika terhadap gram
positif yang sangat luas, keseimbangan biologis antara gram positif
dan gram negatif berubah sehingga gram negative pun dapat
menyebabkan infeksi berat dan lebih ganas serta tidak jarang
berakhir denga kematian bila tidak disadari dan diobati secepatnya
(misal infeksi Klebsiella, E.coli, Shigella, Proteus, Pseudomonas
dan Aerobacter).Peristiwa seperti ini telah timbul pula di
Indonesia khususnya di kota besar. Bila menghadapi infeksi berat
terutama pada bayi dan anak kecil. Hal di atas hendaknya selalu
mendapat perhatian. Kombinasi antibiotika untuk mengatasi infeksi
gram positif dan negatif mulai lebih sering digunakan.Fungus :
diantaranya Candida albicansDi negeri maju dengan asepsis dan
antisepsis yang sempurna, infeksi oleh fungus masih merupakan hal
yang belum terpecahkan. Di rumah sakit modern, bayi yang mendapat
makanan secara intravena terus menerus, sesudah beberapa minggu
mengalami kematian dengan mortalitas 70% lebih oleh karena sepsis
kandidiasis. Di Indonesia juga infeksi fungus tidak boleh
diabaikan. Kemungkinan infeksi fungus juga selalu dipikirkan bila
menghadapi seorang anak atau bayi terus menerus menderita panas,
walaupun telah diberi bermacam-macam antibiotika.Keseimbangan flora
berubah justru sesudah pemberian antibiotika yang lama sehingga
fungus menjadi pathogen.Hal yang sama juga hendaknya selalu diingat
bila menghadapi bayi atau anak yang menderita diare kronik yang
tidak mau sembuh walaupun telah diberikan berbagai macam
antibiotika dan pengaturan diet.
BAB IIDemamFebris atau demam pada umumnya diartikan sebagai suhu
tubuh diatas 37,2C. Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari
dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen
eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan hasil
dari suatu reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi.
Pirogen adalah suatu protein yang identik dengan interleukin-1
(IL-1). Di dalam hipotalamus zat ini merangsang pelepasan asam
arachidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin
E2 (PG E2) yang langsung dapat menyebabkan pireksia Beberapa tipe
demam yang mungkin dijumpai adalah:Jenis DemamCiri-ciri
Demam septikMalam hari suhu naik sekali, pagi hari turun hingga
diatas normal, sering disertai menggigil dan berkeringat.
Demam remittenSuhu badan dapat turun setiap hari tapi tidak
pernah mencapai normal. Perbedaan suhu mungkin mencapai 2 derajat
namun perbedaannya tidak sebesar demam septik.
Demam intermitenSuhu badan turun menjadi normal selama beberapa
jam dalam satu hari. Bila demam terjadi dua hari sekali disebut
tertiana dan apabila terjadi 2 hari bebas demam diantara 2 serangan
demam disebut kuartana.
Demam kontinyuVariasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih
dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi
sekali disebut hiperpireksia.
Demam siklikkenaikan suhu badan selama beberapa hari yang
diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang diikuti
kenaikan suhu seperti semula
Demam tifoid Demam tifoid adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh kuman Salmonella typhi, namun dapat juga disebabkan
oleh S. enteriditis bioserotip paratyphi A dan S. enteriditis
serotip paratyphi B yang disebut demam paratyphoid.Makanan dan
minuman yang terkontaminasi merupakan mekanisme transmisi
Salmonella, termasuk S. typhi. Khususnya S. typhi, carrier manusia
adalah sumber infeksi. S. typhi bisa berada dalam air, es, debu,
sampah kering, yang bila organisme ini masuk ke dalam vehicle yang
cocok (daging, kerang, dan sebagainya) akan berkembang biak
mencapai dosis infektif (Karsinah et.al, 1994).Kuman masuk melalui
saluran pencernaan lewat makanan yang terkontaminasi. Sebagian
dimusnahkan dalam lambung, namun ada yang lolos sampai usus,
kemudian berkembang biak. Bila respon imunitas mukosa (IgA) kurang
baik, kuman dapat menembus sel epitel (terutama sel-M), selanjutnya
ke lamina propia. Di lamina propia kemudian berkembang biak dan
difagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup di makrofag
kemudian dibawa ke plaques peyeri kemudian ke kelenjar getah bening
mesenterika. Kemudian kuman masuk ke sirkulasi darah (menyebabkan
bakteremia pertama yang asimtomatik), kemudian menyebar ke seluruh
organ retikuloendotelial terutama hati dan limpa. Di organ ini
kuman menyebarkan meninggalkan sel fagosit kemudian berkembang biak
di luar sel atau ruang sinusoid selanjutnya masuk ke dalam
sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakteremia kedua kalinya dengan
disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik.Masa
tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala klinis
yang timbul sangat bervariasi. Pada minggu pertama ditemukan gejala
dan keluhan serupa penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu demam,
nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,
obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan
epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan
meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama
pada sore hingga malam hari. Dalam minggu kedua gejala tampak lebih
jelas berupa demam, bradikardi relatif (peningkatan suhu 1C tidak
diikuti dengan peningkatan denyut nadi 8 kali per menit), lidah
yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta
tremor), hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan mental
berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis. Roseolae
jarang ditemukan pada orang Indonesia.Pemeriksaan laboratorium
untuk demam tifoid terdiri dari pemeriksaan rutin, yang sering
dijumpai leukopenia walaupun kadar leukosit bisa normal atau malah
leukositosis, Uji serologi Widal (digunakan untuk deteksi antibodi
terhadap S. typhi), dan pemeriksaan kultur darah.Komplikasi dari
demam tifoid dapat berupa komplikasi intestinal seperti perdarahan
usus, perforasi usus, ileus paralitik, dan pankreasitik, sedangkan
komplikasi non intestinal dapat berupa komplikasi kardiovaskular,
darah, paru, hepatobilier, ginjal, tulang, dan
neuropsikiatrik/tifoid toksik (Widodo, 2007).MalariaMalaria
disebabkan oleh infeksi parasit plasmodium yang menyerang
eritrosit. Plasmodium malaria yang sering dijumpai di Indonesia
adalah Plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana (Benign
malaria) dan Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika
(Malignan malaria).Masa inkubasi malaria bervariasi pada jenis
plasmodium. Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya
demam berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit belakang,
merasa dingin di punggung, sendi dan tulang, demam ringan,
anoreksia, perut tidak enak, diare ringan, dan kadang-kadang
dingin, yang sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale. Gejala
klinisnya secara umum berupa demam, menggigil, anemia, dan
splenomegali.Diagnosa malaria sering memerlukan anamnesa yang tepat
dari penderita tentang asal penderita (dari daerah endemis atau
tidak), riwayat bepergian, dan riwayat pengobatan preventif maupun
kuratif. Pemeriksaan untuk malaria mencakup pemeriksaan tetes darah
tebal dan tipis, tes antigen, tes serologi, dan pemeriksaan PCR
LeptospirosisLeptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang
disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira interrogans. Manusia
dapat terinfeksi melalui kontak dengan air, atau tanah, lumpur yang
telah terkontaminasi dengan urine binatang yang telah terinfeksi
leptospira, melalui luka/erosi pada kulit ataupun selaput
lendir.Setelah leptospira masuk aliran darah dan berkembang,
kemudian menyebar ke jaringan secara luas. Selanjutnya terjadi
respon imun, walaupun demikian beberapa organisme ini masih
bertahan pada daerah yang terisolasi secara imunologi seperti di
dalam ginjal, yang kemudian dilepaskan melalui urine. Leptospira
dapat dihilangkan dengan fagositosis dan mekanisme humoral. Kuman
ini dapat dengan cepat lenyap dari darah setelah terbentuknya
agglutinin. Tiga mekanisme yang terlibat dalam pathogenesis
leptospirosis adalah invasi bakteri langsung, faktor inflamasi non
spesifik, dan reaksi imunologi. Manifestasi yang sering timbul
berupa demam, menggigil, sakit kepala, meningismus, anoreksia,
mialgia conjuctival suffusion, mual, muntah, nyeri abdomen,
ikterus, hepatomegali, ruam kulit, dan fotopobi. Sedangkan
splenomegali mungkin muncul, walaupun kejadian ini terhitung
jarang.PENYAKIT INFEKSI Shigella dysentriae
Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang
menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala
khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni: sakit di perut
yang sering disertai dengan tenesmus, berak-berak, dan tinja
mengandung darah dan lendir. Adanya darah dan lekosit dalam tinja
merupakan suatu bukti bahwa kuman penyebab disentri tersebut
menembus dinding kolon dan bersarang di bawahnya. ltulah sebabnya
pada akhir-akhir ini nama diare invasif lebih disukai oleh para
ahli.Dulu dikenal hanya dua macam disentri berdasarkan penyebabnya,
yakni disentri basiler yang disebabkan oleh Shigella spp. dan
disentri amuba yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica. Tapi
sekarang telah diketahui banyak penyebab lain berupa parasit dan
bakteri, yaitu Shigella spp., Salmonella spp., Campylobacter spp.,
Vibrio parahaemolyticus, I'leisomonas shigelloides, EIEC
(Enteriinnasive E. coil), Aeromonus spp., Entamoeba histolytica
atau Giardia lambha. Wabah umumnya terjadi pada kelompok
homoseksual, pada kondisi crowding, ditempat-tempat dimana sanitasi
lingkungan dan kebersihan perorangan rendah seperti di penjara,
tempat penitipan anak, panti asuhan, rumah sakit jiwa dan pada
tempat pengungsi yang padat. Shigellosis endemis pada daerah iklim
tropis maupun iklim sedang, kasus-kasus yang dilaporkan hanyalah
sebagian kecil saja dari kasus, yang sebenarnya terjadi.Penularan
secara orofaecal dengan ambang infeksi yang rendah dan merupakan
basil yang rapuh sehingga penularannya dapat dicegah dengan cuci
tangan saja (hand washing disease). Ada empat spesies Shigella,
yaitu Shigella flexneri, Shigella dysentriae, Shigella boydii dan
Shigella sonnei. Pada umumnya S. flexneri, S.Boydii dan S.
dysentriae paling banyak ditemukan di negara berkembang seperti
Indonesia. Sebaliknya S. sonnei paling sering ditemukan dan S.
dysentriae paling sedikit ditemukan di negara maju. Antibiotik
terpilih untuk infeksi Shigella adalah ampisilin, kloramfenikol,
sulfametoxazol-trimetoprim. Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa
kanamisin, streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang
dianjurkan untuk kasus- kasus infeksi Shigella. Masalah resistensi
kuman Shigella terhadap antibiotik dengan segala aspeknya bukanlah
merupakan suatu hal yang baru. Shigella yang resisten terhadap
multiantibiotik (seperti S. dysentriae 1) ditemukan di seluruh
dunia dan sebagai akibat pemakaian antibiotika yang tidak rasional.
SHIGELLA Shigella adalah binatang tidak bergerak, gram negatif,
bersifat fakultatif anaerobik yang dengan beberapa kekecualian
tidak meragikan laktosa tetapi meragikan karbohidrat yang lainnya,
menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan gas. Habitat alamiah
Shigella terbatas pada saluran pncernaan manusia dan primata
lainnya dimana sejumlah spesies menimbulkan disentri basiler.
Patogenesis dan patologi Shigellosis disebut juga Disentri basiler
. Disentri sendiri artinya salah satu dari berbagai gangguan yang
ditandai dengan peradangan usus , terutama kolon dan disertai nyeri
perut , tenesmus dan buang air besar yang sering mengandung darah
dan lender. Habitat alamiah kuman disentri adalah usus besar
manusia, dimana kuman tersebut dapat menyebabkan disentri basiler.
Infeksi Shigella praktis selalu terbatas pada saluran pencernaan,
invasi dalam darah sangat jarang. Shigella menimbulkan penyakit
yang sangat menular. Dosis infektif kurang dari 103 organisme.
Proses patologik yang penting adalah invasi epitel selaput lendir,
mikroabses pada dinding usus besar dan ileum terminal yang
cenderung mengakibatkan nekrosis selaput lendir, ulserasi
superfisial, perdarahan, pembentukan pseudomembran pada daerah
ulkus. Ini terdiri dari fibrin, lekosit, sisa sel, selaput lendir
yang nekrotik, dan kuman. Waktu proses berkurang, jaringan
granulasi mengisi ulkus dan terbentuk jaringan parut. Toksin Semua
Shigella mengeluarkan lipopolisakarida yang toksik. Endotoksin ini
mungkin menambah iritasi dinding usus. Selain itu Shigella
dysentriae tipe 1 menghasilkan eksotoksin yang tidak tahan panas
yang dapat menambah gambaran klinik neurotoksik dan enterotoksik
yang nyata. Gejala Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari)
secara mendadak timbul nyeri perut, demam, dan tinja encer. Tinja
yang encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam usus
halus. Sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi
ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer
tapi sering mengandung lendir dan darah. Tiap gerakan usus disertai
dengan mengedan dan tenesmus (spasmus rektum), yang menyebabkan
nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh secara spontan
dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa. Namun, pada
anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian. Kebanyakan
orang pada penyembuhan mengeluarkan kuman disentri untuk waktu yang
singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman
usus menahun dan dapat mengalami serangan penyakit berulang-ulang.
Pada penyembuhan infeksi, kebanyakan orang membentuk antibodi
terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi antibodi ini tidak
melindungi terhadap reinfeksi. Epidemiologi Disentri basiler dapat
ditemukan di seluruh dunia. Disentri ini dapat terjadi di daerah
yang populasinya padat tetapi sanitasinya sangat buruk.
Penyebarannya dapat terjadi melalui kontaminasi makanan atau
minuman dengan kontak langsung atau melalui vector, misalnya lalat.
Namun factor utama dari disentri basiler ini adalah melalui tangan
yang tidak dicuci sehabis buang air besar. Pencegahan Penyakit
disentri basiler ini dapat dicegah dengan cara :
1. Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan
sabun secara teratur dan teliti. 2. Mencuci sayur dan buah yang
dimakan mentah. 3. Orang yang sakit disentri basiler sebaiknya
tidak menyiapkan makanan. 4. Memasak makanan sampai matang. 5.
Selalu menjaga sanitasi air, makanan, maupun udara. 6. Mengatur
pembuangan sampah dengan baik. 7. Mengendalikan vector dan binatang
pengerat.
GIARDIASISGiardiasis adalah penyakit usus yang disebabkan oleh
parasit mikroskopik yang disebut Giardia lamblia. Ini merupakan
contoh yang cukup umum penyebab penyakit diare. Kasus dapat terjadi
secara sporadic atau dalam kelompok atau wabah.Giardia lamblia ada
dalam dua bentuk, bentuk aktif disebut trophozoite, dan bentuk yang
tida aktif yang disebut kista. Trophozoite aktif menempel di
dinding usus kecil dan menyebabkan tanda-tanda dan gejala
giardiasis. Trophozoite tidak dapat hidup lama di luar tubuh, oleh
karena itu tidak dapat menyebarkan infeksi kepada orang lain. Kista
yang tidak aktif dapat bertahan dalam jangka waktu lama di luar
tuubuh. Jika tertelan, asam lambung mengaktifkan kista dan kista
berkembang menjadi penyebab penyakit trophozoite. Trophozoite
memproduksi kista yang keluar dari tubuh dalam tinja dan
menyebarkan infeksi kepada orang lain.Kista Giardia terdapat pada
kotoran orang yang terinfeksi. Dengan demikian, infeksi dapat
ditularkan dari orang ke orang melalui kontaminasi makanan dengan
tinja atau fecal oral. Kista juga bertahan hidup di air, misalnya
di danau air tawar dan sungai. Akibatnya giardiasis adalah penyebab
paling umum yang terbawa air. Giardiasis juga telah terjadi sebagai
wabah dari sumber air rekreasi seperti kolam renang, taman air, dan
bak air panas, kemungkinan besar karena pengguna yang terkena
daripada sumber air yang terkontaminasi.Orang yang terkena Giardia
dapat mengalami diare ringan atau berat, atau dalam beberapa kasus
tidak ada gejala sama sekali. Demam jarang hadir. Kadang-kadang
beberapa akan memiliki diare kronis selama beberapa minggu atau
bulan, dengan berat badan yang signifikan. Gejala-gejala dapat
muncul dari 3-25 hari setelah terkena, tapi biasanya dalam waktu 10
hari.Pengobatan yang paling umum untuk giardiasis adalah
metronidazole selama 5-10 hari. Tetapi sering kali menyebabkan efek
samping pada pencernaan seperti mual serta pusing dan sakit kepala.
Namun obat ini tidak disetujui oleh FDA di AS. Satu-satunya obat
yang disetujui untuk mengobati giardiasis di AS adalh furazolidone
(furoxone) selama 7-10 hari. Obat ini hampir sama efektifnya dengan
metronidazol. Quinacrine sangat efektif untuk mengobati giardiasis
tetapi tidak lagi tersedia di AS dan albendazole paromomycin.
Meskipun efektif, kurang efektif daripada pengobatan
lain.Kadang-kadang pengobatan gagal memberantas Giardia. Dalam
kasus tersebut, obat dapat diubah atau durasi yang lebih lama atau
dosis yang lebih tinggi dapat digunakan. Terapi kombinasi juga
mungkin efektif (misalnya quinacrine dan metronidazole).
TRIKURIARIS(TRIKOSEFALIASIS)Defenisi: suatu infeksi yang disebabkan
oleh Trichuris TrichuraEpidemiologi: parasit ini sering ditemukan
didaerah tropis dan subtropis dimana kebersihan lingkungannya buruk
dan iklim yang lembab memungkinkan telur mengeram didalam
tanah.Telur ini akan mati dengan suhu > 40 C dengan pemanasan 1
jam dan suhu < -8CMorfologi: Cacing betina panjang kira-kira 5
cm,sedangkan cacing jantan dengan panjang 4 cm Bagian anterior
langsing seperti cambuk,panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang
seluruh tubuh,bagian posterior bentuknya lebih lebih gemuk. Cacing
betina bentuknya membulat tumpul,cacing jantan melingkar Seekor
cacing betina menghasilkan telur setiap hari antara 3000-10000
butir.Telur berukuran 50-54 mikron X 32 mikron berbentuk seperti
tempayan dan terdapat penonjolan yang jernih pada kedua kutub.Kulit
telur bagian luar berwarna kekuning-kuningan dan bagian dalam
jernihDaur hidupTelur infektif (telur matang) berisi larva tertelan
oleh manusia larva keluar tertelan melalui dinding telur masuk
keusus halus cacing dewasa hidup dalam sekum dan kolon telur keluar
bersama tinja telur menjadi infeksi setelah 3 minggu ditanah Gejala
KlinisInfeksi berat : 1. Diare 2. Nyeri didaerah epigastrium
disertai muntah-muntah ,konstipasi3. Perut gembung4. Berat badan
menurun 5. Perdarahan usus 6. AnemiPatofisiologiTrikuris pada
manusia hidup disekum,dapat juga ditemukan didalam kolon
ascendens.Pada infeksi berat terutama pada anak,cacing ini tersebar
diseluruh kolon dan rectum,kadang-kadang terlihat dimukosa rectum
yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita sewaktu
defekasi.Cacing ini memasukkan kepalanya kedalam mukosa usus hingga
terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa
usus.Pada tempat perlekatannya menimbulkan perdarahan yang dapat
menyebabkan anemiPencegahan Gunakan jamban yang bersih Tingkatkan
kebersihan individu Hindari sayuran yang belum dicuci bersih
DEHIDRASI dan TERAPI CAIRANDehidrasi adalah suatu keadaan dimana
tubuh kekurangan air beserta elektrolit-elektrolitnya.Derajat
dehidrasi dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:1. Dehidrasi ringan:
keadaan umum sadar baik,rasa haus (+),sirkulasi darah/nadi
normal,pernafasan biasa,mata agak cekung,turgor/tonus biasa,kencing
biasa.2. Dehidrasi sedang: keadaan umum gelisah,rasa haus(+
+),sirkulasi darah/nadi cepat (120-140),pernafasan agak cepat,mata
cekung,turgor/tonus agak berkurang,kencing sedikit.3. Dehidrasi
berat: keadaan umum apatis/koma,rasa haus(+),sirkulasi darah/nadi
cepat sekali (lebih dari 140),pernafasan Kussmaul(cepat dan
dalam),mata cekung sekali,turgor/tonus kurang sekali,kencing tidak
ada.
Cairan yang dipakai untuk dehidrasi yaitu:1. Ringer laktat 2.
NaCl :
Jalur pemberian terapi penggantian cairan:1. Jalur oral: pasien
dalam keadaan sadar dan dapat menelan dan kehilangan cairan yang
sedang terjadi dalam batas normal.2. Jalur nasogastrik : gangguan
menelan pada pasien yang keadaannya stabil dan sedang menjalani
terapi jangka panjang.3. Jalur intravena : terapi jangka
panjang