Top Banner
MEMPELAJARI ASPEK SISTEM PRODUKSI DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV ADOLINA, SUMATERA UTARA MASKUR ROZAQI DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
113

Laporan Pl Sosro

Nov 29, 2015

Download

Documents

Zaqi Akio
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Pl Sosro

MEMPELAJARI ASPEK SISTEM PRODUKSI DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN DI PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA IV ADOLINA, SUMATERA UTARA

MASKUR ROZAQI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2013

Page 2: Laporan Pl Sosro
Page 3: Laporan Pl Sosro

MEMPELAJARI ASPEK SISTEM PRODUKSI DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN DI PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA IV ADOLINA SUMATERA UTARA

MASKUR ROZAQI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2013

Page 4: Laporan Pl Sosro
Page 5: Laporan Pl Sosro

Judul Praktik Lapangan : Mempelajari Aspek Sistem Produksi dan Manajemen Lingkungan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina

Nama : Maskur RozaqiNIM : F34100010Nama Pembimbing Lapangan : Agus Saud Sipayung, ST

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Anas M. Fauzi , M Eng NIP. 19600419298503 1 002

Page 6: Laporan Pl Sosro

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Lapangan yang berjudul “Mempelajari Aspek Sistem Produksi, Pengawasan Mutu dan Manajemen Lingkungan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina Perbaungan Sumatera Utara”.

Penyusunan laporan Praktik Lapangan ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari semua pihak. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :1. Prof. Dr. Ir. Anas M. Fauzi, M.Eng selaku dosen pembimbing akademik atas

bimbingan dan pengarahannya membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan Praktik Lapangan.

2. Dr. Ir. Wayan Astika, M.Si. dan panitia pelaksana Praktik Lapangan yang memberikan pembekalan Praktik Lapangan.

3. Ir. Paulus AK, M.Sc selaku Manager Unit Usaha Adolina yang telah memberikan izin untuk melakukan Praktik Lapangan.

4. Ir. D. Sembiring, MM selaku Kepala Dinas Teknik dan Pengolahan danArmansyah, BA. selaku Kepala Dinas Tata Usaha.

5. Agus S Sipayung, ST. selaku Asisten Pengolahan dan selaku pembimbing lapangan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina atas bimbingannya selama melaksanakan Praktik Lapangan.

6. Syamsudin, S.T. dan N. Pohan, S.Pd yang telah memberikan banyak arahan selama Praktik Lapangan.

7. Seluruh karyawan PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina yang telah banyak membagi ilmu dan pengalamannya.

8. Pihak lain yang telah membantu pelaksanaan dan pembuatan Laporan Praktik Lapangan.

Penulis menyadari laporan ini masih memerlukan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian serta bagi siapapun yang membacanya.

Bogor, Sepetember 2013

Maskur Rozaqi

Page 7: Laporan Pl Sosro

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Praktik Lapangan 1

Waktu dan Tempat Praktik Lapangan 2

Metode Pelaksanaan 2

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 3

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan 3

Letak Geografis 3

Luas Lahan 4

Struktur Organisasi 4

Ketenagakerjaan 6

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 7

Sistem Manajemen Mutu dan Sistem Manajemen Lingkungan 8

Jam Kerja 8

Sistem Pengupahan 10

SISTEM PRODUKSI 10

Penanganan Bahan Baku 10

Stasisun Penerimaan Buah 13

Stasisun Timbangan 13

Loading Ramp 15

Stasiun Perebusan 17

Stasiun Penebahan 20

Stasiun Kempa 23

Stasiun Pemurnian Minyak 25

Stasiun Pabrik Biji 37

Stasiun Pendukung Proses Produksi 41

Stasiun Boiler 41

Page 8: Laporan Pl Sosro

Power Plant 44

Water Treatment 46

MANAJEMEN LINGKUNGAN 48

Pelaksanaan Pengolahan Limbah 48

PEMBAHASAN 56

Sistem Produksi 56

Manajemen Lingkungan 62

SIMPULAN DAN SARAN 67

Simpulan 67

Saran 68

DAFTAR PUSTAKA 69

LAMPIRAN 59

Page 9: Laporan Pl Sosro

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah penyebaran tenaga kerja PTPN IV Adolina 2013 7Tabel 2. Jumlah pekerja dalam satu shift di PKS Unit Usaha Adolina 9Tabel 3. Derajat kematangan buah 12Tabel 4. Kriterian Penilaian TBS 13Tabel 5. Data analisis limbah cair untuk Unit Usaha Adolina 52Tabel 6. Hasil pengujian emisi boiler 53Tabel 7. Hasil pengujian udara ambient 54

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penampakan pabrik kelapa sawit Unit Adolina 3Gambar 2. Letak geografis Unit Adolina dalam google map dan Peta Sumatera Utara 4Gambar 3. Kriteria buah mentah, buah matang, dan buah busuk 11 Gambar 4. Timbangan 13Gambar 5. (a). Timbangan manual dan (b). Timbangan digital 14Gambar 6. (a). Loading ramp dan (b). Konstruksi loading ramp 15Gambar 7. Lori 17Gambar 8. (a). Transfer carriage (b)capstand dan(c).Konstruksi capstand. 17Gambar 9. Ketel rebusan 18Gambar 10. Siklus perebusan tripple peak 19Gambar 11. (a). Hoisting crane dan (b). Konstruksi hoisting crane 21Gambar 12. (a). Autofeeder dan (b). Konstruksi autofeeder pada stasiun penebah 22Gambar 13. (a). Thresher dan (b). Konstruksi thresher 22Gambar 14. Hopper janjangan 22Gambar 15. (a). Fruit conveyor dan (b). Fruit elevator 23Gambar 16. (a). Digester dan (b). Konstruksi digester 24Gambar 17. (a). Screw press dan (b). Konstruksi screw press 25Gambar 18. Crude oil gutter 26Gambar 19. (a). Sand trap dan (b). Konstruksi sand trap 27Gambar 20. (a). Vibrating screendan (b). Konstruksi vibrating screen 28Gambar 21.Crude oil tank 28Gambar 22. Balancing tank 29Gambar 23. (a). Continious settling tank dan (b). Konstruksi CST 29Gambar 24. (a). Oil tank dan (b). Konstruksi oil tank 30Gambar 25. (a). Oil purifier dan (b). Konstruksi oil purifier 31Gambar 26. (a). vacuum dryer dan (b). Konstruksi vacuum dryer 31Gambar 27. Storage tank 32Gambar 28. (a) Sludge tank dan (b). Konstruksi sludge tank 33Gambar 29. (a). Brush cleaning strainer dan (b). Konstruksi brush cleaning strainer 33Gambar 30. Sand cyclone 34Gambar 31. Buffer tank 34Gambar 32. (a). Sludge separator dan (b). Konstruksi sludge separator 35

Page 10: Laporan Pl Sosro

Gambar 33. Hot water tank 35Gambar 34. Bak Basin 36Gambar 35. Bak Penampung sludge(bak fat-fit) 36Gambar 36. Deoling pond 37Gambar 37. Cake breaker conveyor 38Gambar 38. Depericarper 38Gambar 39. Transport biji (Destroner) 39Gambar 40. Nut silo 39Gambar 41. Ripple mill 40Gambar 42. LTDS (Light Tenera Dust Separation) 40Gambar 43.Hydrocyclone 41Gambar 44. Kernel dryer 41Gambar 45. Boiler 42Gambar 46. Sistem kerja boiler 42Gambar 47. Turbin uap 44Gambar 48. Back pressure vessels 45Gambar 49. Kontrol panel 46Gambar 50. Tandan kosong dan hopper tandan kosong 49Gambar 51. (a) Cangkang (b) Serat 50Gambar 52. Abu ketel uap 50

Page 11: Laporan Pl Sosro

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tata Letak PT. Sinar Sosro KPB Cakung 591 Perhitungan Material Requirement Planning untuk Produk G dengan

Satuan Batch 602 Perhitungan Material Requirement Planning untuk TCM dengan

Satuan Batch 603 Perhitungan Material Requirement Planning untuk TCA dengan

Satuan Batch 604 Perhitungan Material Requirement Planning untuk Sirup Gula

dengan Satuan batch 615 Perhitungan Material Requirement Planning untuk TCP dengan

Satuan Batch 616 Perhitungan Material Requirement Planning untuk Crown Cork

dengan Satuan Pcs 617 Perhitungan Material Requirement Planning untuk Sodium Benzoat

dengan Satuan Kg 628 Perhitungan Material Requirement Planning untuk Sodium Sitrat

dengan Satuan Kg 629 Perhitungan Material Requirement Planning untuk Konsentrat Citrus

dengan satuan Kg 6210 Perhitungan Material Requirement Planning untuk Flavor Tebs

dengan Satuan Kg 6311 Perhitungan Material Requirement Planning untuk Asam Askorbat

dengan Satuan Kg 6312 Perhitungan Material Requirement Planning untuk Asam Sitrat

dengan Satuan Kg 6313 Perhitungan Material Requirement Planning untuk Gula Rafinasi

dengan Satuan Kg 6414 Perhitungan Material Requirement Planning untuk Teh Hitam

dengan Satuan Kg 6415 Perhitungan Material Requirement Planning untuk Air Softener

dengan Satuan Liter 6416 Perhitungan Material Requirement Planning untuk Air Baku dengan

Satuan Liter 65

Page 12: Laporan Pl Sosro

12

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah salah satu jenis tanaman dari famili palma yang mampu menghasilkan minyak nabati yang saat ini menjadi sangat kompetitif di pasar internasional. Jenis tanaman ini bukanlah satu-satunya tanaman penghasil minyak nabati, namun terdapat juga tanaman penghasil minyak nabati lain yang berpotensi tumbuh dengan baik di Indonesia seperti kelapa, bunga matahari, kacang kedelai dan masih banyak lainnya. Dari sekian banyak tanaman yang mengandung minyak, kelapa sawit merupakan tanaman yang paling produktif menghasilkan rendemen minyak tertinggi terutama di Indonesia. Tanaman industri ini menghasilkan minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunan dan pabrik pengolahannya mampu menghasilkan keuntungan besar sehingga sangat berpotensi untuk dikembangkan. Produk yang dihasilkan dari PKS (Pabrik Kelapa Sawit) berbentuk CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). Dari produk-produk ini terutama CPO dapat dihasilkan menjadi produk-produk turunan seperti bahan bakar, margarin, sabun, kosmetik, industri baja, industri farmasi, dan industri kulit.

CPO (Crude Palm Oil) adalah hasil pengolahan bagian serabut (endocarp) tanaman kelapa sawit dengan cara ekstraksi yang merupakan komoditas pertanian yang penting di Indonesia. Untuk mendapatkan kualitas CPO yang baik, perlu diperhatikan manajemen pasca panen dan teknologi proses mulai dari tahap penimbangan TBS (Tandan Buah Segar) hingga pemutuan produk CPO yang dihasilkan. Proses pemahaman dan pelaksanaan sesuai standar prosedur operasi yang akan dilakukan juga sangat mempengaruhi kualitas dari CPO yang dihasilkan. Oleh karena itu, dalam pengolahan atau proses produksi CPO perlu memepertimbangkan aspek pengawasan mutu yang tepat agar kualitas dan produktifitas yang akan dicapai lebih optimal. Pengawasan mutu dilakukan pada setiap proses dimulai dari penanganan bahan baku, teknologi proses, maupun dalam pengelolahan limbahnya.

Tujuan Praktik Lapangan

Secara umum tujuan Praktik Lapangan adalah :1. Tujuan Instruksional

a) Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan mahasiswa melalui latihan kerja dan aplikasi ilmu yang telah diperoleh sesuai dengan bidang keahliannya.

b) Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi, merumuskan, dan memecahkan permasalahan sesuai dengan bidang keahliannya di lapangan secara sistematis dan interdisiplin.

2. Tujuan InstitusionalMemperkenalkan dan mendekatkan IPB, khususnya Fakultas Teknologi Pertanian IPB dengan masyarakat, dan mendapatkan masukan bagi penyusunan kurikulum dan peningkatan kualitas pendidikan yang sesuai dengan kemajuan IPTEK dan kebutuhan `masyarakat pengguna.

Page 13: Laporan Pl Sosro

13

Adapun tujuan khusus dari kegiatan Praktik Lapangan di PT. Perkebunan Nusantara IV (PERSERO) Unit Usaha Adolina, antara lain: 1. Mempelajari aspek sistem produksi dan pengawasan mutu pada pengolahan

kelapa sawit (TBS) menjadi crude palm oil (CPO)2. Mempelajari aspek manajemen lingkungan 3. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan berkomunikasi dengan

masyarakat, sehingga menambah pengalaman mahasiswa dan persiapan memasuki dunia kerja nyata.

4. Melatih kemampuan mahasiswa dalam menganalisis dan melakukan observasi sehingga dapat memberikan solusi terhadap masalah yang ada berdasarkan ilmu yang telah dipelajari.

5. Menjalin hubungan yang baik antara mahasiswa, perguruan tinggi, dan dunia industri

Waktu dan Tempat Praktik Lapangan

Praktik Lapangan telah dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Waktu pelaksanaan Praktik Lapangan ini adalah 40 hari kerja efektif antara tanggal 24 Juni- 30 Agustus 2013.

Metode Pelaksanaan

Metode Praktik Lapangan yang telah dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina adalah sebagai berikut :1. Pengamatan di Lapangan

Kegiatan pengamatan di lapangan dilakukan dengan mengamati secara langsung dengan menitikberatkan pada pengamatan dalam aspek teknologi proses dalam pengolahan CPO dan manajemen lingkungannya.

2. WawancaraWawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi dan data mengenai permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan dengan menanyakan langsung kepada pihak yang terkait.

3. Praktik LangsungKegiatan ini dilakukan dengan ikut serta dalam kegiatan di lapangan untuk melatih kemampuan dan memperoleh pengalaman kerja di industri kelapa sawit serta mempelajari kesesuaian antara teori di perkuliahan dengan praktik di lapangan mengenai aspek teknologi proses dan manajemen lingkungan.

4. Studi PustakaKegiatan ini dilakukan dengan mencari referensi dan literatur yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan membandingkan dengan situasi yang terjadi di lapangan selama dilakukan Praktik Lapangan.

Page 14: Laporan Pl Sosro

14

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Pabrik kelapa sawit Unit Usaha Adolina didirikan oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1926 dengan nama “NV Cultuur Maatschappy Onderneming (NV CMO)” yang bergerak dalam budidaya tembakau. Pada tahun 1938, budidaya tembakau diubah menjadi kelapa sawit dan karet dengan nama “NV Serdang Cultuur Maatschappy (NV SCM)”. Pada tahun 1942, PKS Unit Usaha Adolina diambil alih oleh Pemerintah Jepang dan diambil kembali oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1946 dengan nama tetap “NV Serdang Cultuur Maatschappy (NV SCM)”. Pada tahun 1958, perusahaan ini diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara (PPN). Nama PPN diganti menjadi PPN baru SUMUT V tahun 1960. Pada tahun 1963 PPN Baru SUMUT V dipisah menjadi dua kesatuan yaitu : PPN Karet III Kebun Adolina Hulu dan PPN Aneka Tanaman II Kebun Adolina Hilir, yang mempunyai kantor kesatuan di Pabatu.

Pada tahun 1968 PPN Aneka Tanaman II diganti menjadi PNP VI, dengan penggabungan kembali PPN Karet III Kebun Adolina Hulu dengan PPN Aneka Tanaman II Kebun Adolina Hilir. Sejak tahun 1973, budidaya karet diganti menjadi kakao, sedangkan kelapa sawit tetap dipertahankan. Pada tahun 1978 PNP VI diubah menjadi bentuk Persero dengan nama PT Perkebunan VI (Persero). Tahun 1994 PTP VI, PTP VII, dan PTP VIII digabung dan dipimpin oleh Direktur Utama PTP VII. Sejak tanggal 11 Maret 1996 sampai dengan saat ini gabungan PTP VI, PTP VII, dan PTP VIII diberi nama PT Perkebunan Nusantara IV (Persero). Unit Usaha Adolina merupakan salah satu Unit Usaha dari PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) dan merupakan BUMN (Badan Usaha Milik Negara).

Gambar 1. Penampakan pabrik kelapa sawit Unit Usaha Adolina

Letak Geografis

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina berada di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara dengan koordinat 350 LU dan 98.90 BT. Letaknya di pinggir Jalan Raya Lintas Sumatera (Jalinsum) antara kota Medan dan Pematang Siantar, kurang lebih 38 km dari kota Medan. Daerah

Page 15: Laporan Pl Sosro

15

kerja Unit Usaha Adolina tersebar di dua kabupaten, delapan kecamatan, dan dua puluh tujuh desa. Kecamatan Perbaungan, Pantai Cermin, Pegajahan, Serba Jadi, dan Dolok Masihul berada di Kabupaten Serdang Bedagai. Sedangkan Kecamatan Galang, Bangun Purba, dan STM Hilir berada di Kabupaten Deli Serdang. Lokasi kebun memanjang dari utara ke selatan, kiri kanan berbatasan dengan desa-desa. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina terdiri dari 9 afdeling (Afdeling I s/d afdeling IX).

Gambar 2. Letak geografis Unit Usaha Adolina dalam google map dan

Peta Sumatera Utara

Luas Lahan

Luas kebun PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina berdasarkan HGU seluas 8.965,69 Ha dibagi menjadi tiga bagian yaitu kebun kelapa sawit seluas 7812 Ha, kebun benih kakao seluas 48 Ha, dan lain-lain seluas 1185,69 Ha (Emplasment, pondok, bibitan, dan pabrik). Unit Usaha Adolina dibagi menjadi sembilan afdeling, yaitu kelapa sawit sebanyak sembilan Afdeling, dengan kebun benih kakao terletak pada afdeling 3.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina, setiap stakeholder dalam struktur organisasi mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing. Berikut adalah tugas dan tanggung jawab pada beberapa stakeholder dalam struktur organisasi di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina Sumatera Utara.

1. Manager Unit

a. Mengelola Unit Usaha dalam mencapai kesatuan tujuan dan kinerja usaha secara efektif dan efisien dan untuk mendukung kesatuan GUU (Grup Unit Usaha) dan bertanggung jawab kepada Manajer GUU-III.

b. Menyusun rencana strategis untuk Unit Usaha yang dipimpinnya.c. Menyusun, melaksanakan, dan mengendalikan Rencana Anggaran Kerja

Perusahaan.d. Menyusun dan mengajukan kebutuhan barang, jasa, dan uang kerja.

Page 16: Laporan Pl Sosro

16

2. Kepala Dinas Teknik dan Pengolahan

a. Mengkoordinir penyusunan Rencana Anggaran Kerja Perusahaan di bagian Teknik dan Pengolahan sesuai dengan pengarahan Manajer Unit dan ketentuan yang berlaku.

b. Merencanakan kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan operasional pabrik dan mengatur atau mengawasi penggunaannya.

c. Mengawasi kualitas dan kuantitas TBS dan produk PKS dalam rangka pemeliharaan mutu dan kelancaran proses produksi.

d. Mengadakan kerja sama dengan bidang teknik dan bidang terkait dalam merencanakan, melaksanakan, mengawasi kegiatan-kegiatan antara lain menanggulangi stagnasi perbaikan.

3. Kepala Dinas Tanaman

a. Mengkoordinir penyusunan Rencana Anggaran Kerja Perusahaan di bagian tanaman sesuai dengan pengarahan Manajer Unit dan ketentuan yang berlaku.

b. Mengawasi kualitas dan kuantitas tanaman kelapa sawit dan hasil TBS.c. Merencanakan kebutuhan tenaga kerja untuk operasional tanaman dan

mengatur atau mengawasi penggunaannya.d. Mengadakan kerja sama dengan bidang pertanaman dan bidang terkait dalam

merencanakan, melaksanakan, mengawasi kegiatan-kegiatan antara lain pengawasan terhadap produksi TBS.

4. Kepala Dinas Tata Usaha

a. Merencanakan serta melaksanakan transaksi pembayaran yang berkaitan dengan semua kegiatan kebun sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh Direksi.

b. Mengkordinasikan sistem penyusunan Rencana Anggaran Kerja Perusahaan (RKAP) di bagian sesuai dengan pengarahan Manajer Unit dan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

c. Melakukan kas opname stock secara berkala dan melaporkan keadaan kas kepada Manajer sebagai penanggung jawab serta setiap bulan melaporkan keadaan saldo kas sesuai dengan ketentuan kepada Direksi.

d. Mengatur atau menyusun pembagian tugas pegawai yang berada dibawah tugas atau tanggung jawabnya serta mengadakan pengawasan terhadap tugas yang diberikan.

5. Asisten Pengolahan (Ast. PKS)

a. Bertanggung jawab atas hasil sortasi dan hasil produksi pengolahan TBS.b. Mengawasi kelancaran penerimaan bahan baku dan administrasi.c. Mengawasi pelaksanaan pemurnian air untuk proses ketel uap dan domestik.d. Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pembersihan instalasi

pabrik.

6. Asisten Teknik

a. Membantu Kepala Dinas Teknik dan Pengolahan bertanggung jawab pada seluruh tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka pengelolaan Bengkel Teknik atau Bengkel Reparasi dan kebersihan lingkungannya dengan mengacu

Page 17: Laporan Pl Sosro

17

kepada Sistem Manajemen Mutu dan Lingkungan (ISO 9001 dan ISO 14001) dan persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

b. Mengawasi pelaksanaan tugas pekerjaan Bengkel Teknik berdasarkan Rencana Anggaran Kerja Perusahaan yang telah disetujui oleh Manajer Unit.

c. Memberikan bimbingan dan dorongan untuk menciptakan iklim kerja yang harmonis.

d. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

7. Asisten Tanaman/Afdelinga. Mempertanggungjawabkan seluruh tugas pokok dan tugas tambahan dalam

rangka pengelolaan tanaman dan kebersihan areal tanaman (afdeling) Unit Usaha Adolina kepada Dinas Tanaman dengan mengacu kepada Sistem Manajemen Mutu dan Lingkungan (ISO 9001 dan 14001) dan persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

b. Mengawasi pelaksanaan pemeliharaan berdasarkan Rencana Anggaran Kerja Perusahaan yang telah disetujui oleh Manajer Unit.

c. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.d. Memberikan bimbingan dan dorongan untuk menciptakan iklim kerja yang

harmonis antar stakeholder di lapangan.

8. Asisten SDM dan Umum

a. Membantu dan memberikan saran atau pemikiran kepada Manajer Unit dalam melaksanakan fungsi-fungsi MSDM (Manejemen Sumber Daya Manusia).

b. Menyusun dan mengevaluasi kebijakan di bagian Sumber Daya Manusia.c. Menyusun program kegiatan dan kebutuhan anggaran di bagian Sumber Daya

Manusia.d. Melaksanakan pengelolaan mutu dan lingkungan di tempat kerja masing-

masing sesuai prosedur yang telah ditetapkan dengan mengacu kepada Sistem Manajemen Mutu dan Lingkungan (ISO 9001 dan 14001) dan persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan RSPO/ISPO

9. Perwira Pengaman (Pa.Pam)

a. Membantu dan memberikan saran atau pemikiran kepada Manajer Unit dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di bagian pengamanan Unit Usaha Adolina.

b. Menyusun dan mengawasi sistem keamanan yang ada di Unit Usaha Adolina.c. Menyusun program kegiatan dan kebutuhan karyawan dibagian pengamanan.d. Menyusun program pengembangan atau pembinaan dan melaksanakan

penilaian karyawan dibagian pengamanan.

Ketenagakerjaan

Tenaga kerja di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina sampai bulan Mei 2013 sebanyak 1.272 orang. Jumlah karyawan pria tercatat sebanyak 909 orang dan karyawan wanita sebanyak 363 orang. Jumlah tenaga kerja tersebar dibagian pengolahan dan tanaman yang terdiri dari 9 afdeling

Page 18: Laporan Pl Sosro

18

(Afdeling 1 sampai dengan afdeling IX). Penyebaran karyawan di bagian pengolahan dan afdeling dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah penyebaran tenaga kerja di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina 2013

No. Bagian /AfdelingPekerja

PriaWanita Jumlah

1 Dinas Tata Usaha 18 10 282 Sentral Gudang 7 3 103 SDM/Umum 16 26 424 Pengamanan 43 1 445 Dinas Tanaman 13 3 166 Dinas Pengolahan 25 7 327 PKS I 36 0 368 PKS II 36 0 369 Teknik Sipil 36 13 4910 Transport 22 1 2311 Bengkel Listrik/

Bengkel Umum45 1 46

12 Bengkel Motor 4 0 413 Afdeling I 65 37 10214 Afdeling II 64 33 9715 Afdeling III 99 69 16816 Afdeling IV 73 37 11017 Afdeling V 93 32 12518 Afdeling VI 85 23 10819 Afdeling VII 44 34 7820 Afdeling VIII 52 14 6621 Afdeling IX 33 19 52

  Jumlah 909 363 1272 Sumber : Dokumen SMK3 Unit Usaha Adolina, 2013

Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Pengawasan pengendalian dan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina menjamin terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, produktif, dan efektif di seluruh bagian dan Unit-Unit Usaha dengan memenuhi peraturan dan perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara berkesinambungan dan terpelihara.

Pengawasan, pengendalian, dan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dilakukan dengan cara :1. Meminimalisasi potensi bahaya dengan menjaga sistem pengawasan, perawatan

kesiapan lingkungan, dan tata cara pelaksanaan kerja karyawan.

Page 19: Laporan Pl Sosro

19

2. Memakai atau mempergunakan APD (Alat Pelindung Diri) di lokasi kerja yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

3. Memastikan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dipatuhi dan dilaksanakan sesuai kebijakan dan prosedur serta instruksi kerja yang telah ditetapkan.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja memiliki beberapa hal penting yang harus diketahui oleh semua stakeholder yang ada di Unit Usaha Adolina diantaranya :1. Pengelolaan sistem keselamatan dan kesehatan kerja kepada tamu dilakukan

oleh P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan kerja) dan Manajer Unit sebagai ketuanya.

2. Sistem izin kerja.3. Prosedur keadaan darurat yaitu jika lonceng darurat berbunyi maka seluruh

pekerja harus keluar menuju titik evakuasi.4. Semua stakeholder yang mengetahui adanya sumber bahaya harus melaporkan

kepada P2K3.5. Menyediakan kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan).6. Semua stakeholder maupun tamu yang memasuki areal kerja pabrik harus

menggunakan APD.7. Memasuki pembatas akses yaitu merupakan garis berwarna kuning yang berada

di lantai merupakan daerah terlarang bagi tamu terkecuali didampingi oleh pembimbing lapangan.

Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001-2008) Dan Sistem Manajemen

Lingkungan (ISO 14001-2004)

Dalam upaya meningkatkan pengelolaan perusahaan menjadi lebih baik, maka manajemen PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina memutuskan untuk menerapkan Sistem Manajemen Mutu dan Lingkungan secara terintegrasi. Tujuan dari Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001-2008) adalah untuk menjamin produksi yang dihasilkan bermutu baik secara konsisten dan memuaskan pelanggan. Audit dilakukan oleh pihak eksternal yang pertama tahun 2005 yaitu oleh PT TUV Nord Indonesia dan dilakuan re-sertifikasi setiap tahun. Sedangkan tujuan dari Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001-2004) adalah untuk memenuhi misi pengembangan usaha perkebunan dan industri hilir yang berwawasan lingkungan. Audit juga dilakukan oleh PT TUV Nord Indonesia. Sistem Manajemen Mutu dan Lingkungan adalah sistem manajemen perusahaan yang dipakai sebagai acuan bagi semua aspek kegiatan dan diterapkan mulai dari kegiatan penerimaan bahan baku, spare parts, proses pengolahan, penanganan limbah, kepuasan pelanggan, dan pengelolaan lingkungan.

Jam Kerja

1. Bagian KantorUntuk bagian kantor hanya ditetapkan satu shift dengan 7 jam per hari atau

rata-rata 40 jam per minggu. Adapun uraian jam kerja di bagian kantor adalah sebagai berikut :

Page 20: Laporan Pl Sosro

20

1. Hari Senin s/d KamisPukul 06.30 – 09.30 : kerja aktifPukul 09.30 – 10.30 : istirahatPukul 10.30 – 15.00 : kerja aktif

2. Hari Jum’atPukul 06.30 – 09.30 : kerja aktifPukul 09.30 – 10.30 : istirahatPukul 10.30 – 12.00 : kerja aktif

3. Hari SabtuPukul 06.30 – 09.30 : kerja aktifPukul 09.30 – 10.30 : istirahatPukul 10.30 – 13.00 : kerja aktif

2. Bagian Pabrik

Jumlah operator yang dibutuhkan dalam satu shift kerja disajikan pada Tabel 2. Dari tabel tersebut dapat diketahui terdapat beberapa operator yang dibutuhkan dalam satu shift. Untuk bagian pabrik, pekerja dibagi atas dua shift, yaitu :1. Shift I

Pukul 06.30 – 18.302. Shift II

Pukul 18.30 – bahan baku habis

Tabel 2. Jumlah pekerja dalam satu shift di PKS Unit Usaha Adolina

No. StasiunJumlah Tenaga Kerja

(orang)Jumlah

Shift1 Penerimaan TBS 4 22 Rebusan 8 23 Thresher 1 24 Hoisting crane 2 25 Kempa 2 26 Klarifikasi 3 27 Refericarfing & Kernel 4 28 Boiler operator 1 2

9Pembantu operator boiler

3 2

10 Kamar mesin 2 211 Water threatment 1 212 Laboratorium 3 213 Pengolahan Limbah 2 2∑ Jumlah 36 2

Sumber : Dokumen SMK3 Unit Usaha Adolina, 2013

Page 21: Laporan Pl Sosro

21

Sistem Pengupahan

Sistem pembagian gaji atau upah karyawan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina dilakukan 2 kali setiap bulannya yaitu Remisi I (gajian kecil) dan Remisi II (gajian besar). Jumlah upah atau gaji yang diberikan kepada karyawan disesuaikan dengan golongan (I A s/d II D). Selain gaji bulanan, karyawan juga mendapat upah lembur dihitung luar jam kerja. Setiap karyawan juga mendapat 15 Kg beras setiap kali gajian. Untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, perusahaan juga menyediakan fasilitas seperti :1. Perumahan untuk setiap karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana yang

berada di lokasi perkebunan di sekitar pabrik.2. Air dan listrik untuk keperluan rumah tangga.3. Tunjangan keselamatan kerja, duka cita dan tunjangan hariannya.4. Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan bagi karyawan.5. Tempat penitipan bayi.6. Sarana pendidikan dan sekolah gratis bagi anak karyawan berprestasi.7. Tempat ibadah di sekitar perumahan karyawan.8. Sarana olahraga.9. Transportasi.

SISTEM PRODUKSI

Penanganan Bahan Baku

Tandan buah segar yang telah dipanen akan diolah dalam PKS (Pabrik Kelapa Sawit). Pengolahan tandan buah segar ini dimaksudkan untuk memperoleh minyak sawit dari daging buah (Crude Palm Oil) dan inti (Kernel). Mutu dan rendemen yang dihasilkan di PKS Unit Usaha Adolina sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor penanganan bahan baku mulai dari pembibitan, pemuliaan tanaman, pemanenan, dan pengangkutan. Oleh karena itu untuk mendapatkan mutu minyak yang baik, maka harus diperhatikan hal-hal tersebut. Setelah didapatkan hasil panen yang baik maka diperlukan proses pengolahan di pabrik kelapa sawit yang baik juga untuk menekan penurunan mutu dan kehilangan (lossis) selama proses berlangsung. PKS Unit Usaha Adolina memiliki kapasitas produksi 30 ton/jam. Skema pabrik kelapa sawit Unit Usaha Adolina dapat dilihat pada lampiran 2 dan flowsheet Unit Usaha Adolina dapat dilihat pada lampiran 3.

Panen adalah serangkaian kegiatan penanganan bahan baku yang dimulai dari memotong tandan matang panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan, mengutip brondolan, menyusun tandan di TPH (Tempat Pengumpulan Hasil), dan pengangkutannya ke PKS (Pabrik Kelapa Sawit). Kelapa sawit dapat mulai dipanen pada umur 2.5-3 tahun atau 3.5-4 tahun termasuk pembibitan. Produksi pada tahun pertama dan selanjutnya bervariasi, tergantung pada faktor kelas tanah, hujan, pemupukan dan perawatan. Puncak produksi TBS (Tandan Buah Segar) selama 8-10 tahun, umumnya mulai tahun kelima di lapangan sampai umur 13-15 tahun dan kemudian produksi akan turun secara berangsur-angsur. Pada dasarnya pengolahan yang dilakukan di PKS tidak

Page 22: Laporan Pl Sosro

22

dapat meningkatkan mutu melainkan hanya mempertahankan mutu. Penanganan bahan baku di bagian lapangan mulai dari sistem panen, sortasi panen, sistem rotasi panen, pemanenan hingga sistem pengangkutan dari lapangan menuju PKS harus sangat diperhatikan agar mutu TBS yang akan dihasilkan baik. Dengan bahan baku TBS yang baik merupakan modal awal untuk menghasilkan CPO (Crude Palm Oil) yang bermutu baik dan berdaya saing di pasar internasional.

Kriteria Matang Panen

Kriteria matang panen adalah persyaratan kondisi tandan yang ditetapkan untuk dapat dipanen. Suatu buah dikatakan matang apabila sudah ada sebagian buah yang gugur (brondol) secara alami. Kriteria yang diberlakukan di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina adalah “5 Brondolan per tandan di piringan”. Brondolan yang digunakan sebagai kriteria matang segar adalah brondolan normal dan segar. Brondolan di piringan yang kecil ukurannya (partenocarp), brondolan kering atau yang sakit tidak bisa dijadikan dasar sebagai kriteria matang panen. Hal ini berdasarkan pertimbangan akan rendemen minyak sawit dan rendemen inti sawit serta perolehan total volume minyak dan inti sawit.

Gambar 3. Kriteria buah mentah, buah matang dan buah busuk

Dengan kriteria matang panen 5 brondolan normal dan segar per tandan di piringan maka pelaksanaan panen yang dilakukan menjadi lebih mudah. Pelaksana panen dilakukan oleh pemanen, pelaksana sortasi, dan pengawas. Kriteria matang panen yang baik menentukan jumlah dan kandungan minyak yang dihasilkan optimal dengan kandungan ALB (Asam Lemak Bebas) seminimal mungkin. Kandungan minyak yang optimal dengan ALB yang tinggi akan sia-sia. Karena semakin tinggi nilai ALB maka mutu dari minyak akan semakin rendah. Tingkat kematangan buah panen dapat dilihat dari persentase buah luar yang memberondol dan dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 23: Laporan Pl Sosro

23

Tabel 3. Derajat kematangan buah

Fraksi Jumlah brondolan yang jatuhDerajat

kematangan

00Sangat mentah, tidak ada buah yang membrondol, warna buah hitam

Sangat mentah

0Bagian buah luar ada yang memberondol 1-12.5%

Mentah

1 12.5%-25% buah luar memberondol Kurang matang2 25%-50% buah luar memberondol Matang 13 50-75% buah luar memberondol Matang 24 75-100% buah luar memberondol Lewat matang 15 Buah bagian dalam ada yang memberondol Lewat matang 2

Sumber : Nababan A, (2011)  Keterangan :Tandan buah segar tanpa brondolan AFKIR (=F00)Tandan buah segar dengan 1-4 brondolan MENTAH (=F0)Tandan buah segar dengan brondolan ≥5 MATANG

Sortasi Panen

Sortasi panen dilakukan di TPH (Tempat Penampungan Hasil) dan juga dilakukan di loading ramp yang sifatnya hanya untuk “cross check”, memeriksa apakah sortasi di TPH dilakukan dengan benar atau tidak. Hasil sortasi tersebut dijadikan dasar penentuan mutu buah karena hanya dilakukan secara sampling serta hasil disampaikan juga ke afdeling agar mengetahui hasil sortasi TBS kebun yang masuk. Pelaporan dilakukan setelah selesai penyortasian di loading ramp hari itu juga atau paling lambat sampai besok pagi. Hasil seluruh sortasi TBS dari kebun Unit Usaha Adolina dilaporkan ke Kepala Dinas Tanaman untuk laporan kepada Manajer Unit karena berdasarkan laporan tersebut permasalahan di afdeling dapat diketahui. Permasalahan-permasalahan yang terjadi di afdeling akan di musyawarahkan antara Manajer Unit, Kepala Dinas Tanaman, dan Asisten Afdeling untuk segera dicari solusi dari permasalahan tersebut.

Data mutu buah yang benar dan dapat digunakan sebagai dasar analisis masalah bila rendemen tidak memenuhi target adalah data sortasi yang dilakukan di TPH karena seluruh buah disortasi di TPH sebelum dikirim ke pabrik. Bila pelaksanaan sortasi di TPH tidak benar maka data hasil sortasi di loading ramp juga tidak benar dan apabila digunakan untuk menganalisis masalah, solusi yang di dapat tidak akan dapat menyelesaikan masalah tersebut tetapi justru mendatangkan masalah baru. Pengawasan mutu panen dan kondisi lapangan dilakukan oleh P2B atau mandor panen, mandor I, asisten afdeling, dan Kepala Dinas Tanaman. Masing-masing memiliki wewenang untuk memberi sanksi bila terdapat kesalahan dalam pelaksanaan sortasi di TPH tidak sama dengan sortasi di loading ramp. Pihak Unit Usaha Adolina tidak mengawasi sortasi panen buah pembelian (pihak ketiga) di lapangan tempat TBS tersebut dipanen (di luar tanggung jawab pihak Unit Usaha Adolina), Pihak Unit hanya melakukan sortasi buah pembelian di loading ramp. Oleh karena itu sortasi buah pembelian dilakukan dengan sangat teliti di loading ramp. Adapun kriteria penilaian TBS saat sortasi di TPH kebun milik Unit Usaha Adolina dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 24: Laporan Pl Sosro

24

Tabel 4. Kriteria Penilaian TBS Kriteria KetentuanPemeriksaan di TPH oleh P2B atau mandor panen

Buah afkir (F00) Tidak adaBuah mentah (F0) Tidak adaKebersihan brondolan di TPH BersihTangkai tandan tidak cangkem kodok Harus cangkem kodok

Pemeriksaan lapangan oleh mandor panenBuah matang tidak dipanen Tidak adaKebersihan brondolan di piringan atau gawangan

Bersih

Buah dipanen tidak dibawa ke TPH Tidak adaPelepah sengkleh karena terkena egrek Tidak ada

Sumber : Nababan A, (2011)

Proses Pengolahan Bahan Baku

Stasiun Penerimaan BuahStasiun penerimaan TBS merupakan stasiun yang menerima TBS yang

diangkut oleh truk-truk pengangkut dari kebun baik dari kebun milik Unit Usaha Adolina maupun dari kebun milik pihak ketiga. Stasiun penerimaan buah terdiri dari :

Stasiun TimbanganStasiun timbangan merupakan langkah awal sebelum melakukan proses

pengolahan TBS selanjutnya yang berfungsi sebagai tempat atau alat penimbangan TBS yang dibawa ke pabrik, hasil produksi pabrik (minyak/inti sawit), dan penimbangan barang lain yang terkait dengan aktivitas kebun seperti penimbangan seluruh kernel dan TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) yang akan dikirim keluar pabrik. Jembatan penimbangan yang terdapat di pabrik Unit Usaha Adolina menggunakan tipe hybrid system dengan kapasitas 50 ton. Jembatan ini memiliki panjang 12000 mm dan lebar 3000 mm. Ketelitian pengukuran yang diizinkan sebesar 10 kg.

Gambar 4. Timbangan

Page 25: Laporan Pl Sosro

25

Di setiap ujung timbangan terdapat load cell yang digunakan untuk mengkonversi deviasi pergeseran platform akibat tekanan beban yang berbentuk angka digital yang tertera pada indikator. Proses penimbangan menggunakan 2 sistem yaitu sistem digital dan sistem manual. Prinsip kerja sistem digital menggunakan alat bantu komputer yang terhubung dengan sensor yang terdapat di bawah daun timbangan. Hasil penimbangan akan muncul secara otomatis pada layar komputer dan akan dihubungkan secara langsung ke kantor pusat dengan menggunakan sistem LAN (Local Area Network). Sedangkan prinsip kerja pada sistem manual menggunakan alat timbangan yang dioperasikan secara manual oleh operator. Timbangan manual hanya digunakan jika tidak terdapat arus listrik untuk timbangan sistem digital dan kondisi cuaca dalam keadaan hujan.

(a) (b)Gambar 5. (a). Timbangan manual dan (b). Timbangan digital

Timbangan dengan sistem digital memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan sistem manual diantaranya dalam hal ketelitian penimbangan yang lebih tinggi, lebih efektif, efisien, dan mengurangi terjadinya kesalahan operator (human error). Disamping itu, sistem digital memiliki kekurangan yaitu tidak dapat digunakan dalam keadaan tidak ada arus listrik dan keadaan cuaca yang tidak baik. Proses perawatan (maintenance) terhadap kedua sistem timbangan tersebut dilakukan sekali dalam setahun. Pada timbangan sistem digital proses perawatan dilakukan oleh Badan Meteorologi Sumatera Utara di Medan.

Pada saat melakukan proses penimbangan, truk pengangkut TBS masuk ke tempat penimbangan dan supir truk harus keluar dari truk. Sedangkan pada penimbangan truk tangki CPO, sebelum melakukan penimbangan maka satpam dan mandor melakukan pemeriksaan pada setiap truk tangki CPO. Kelengkapan standar yakni satu unit ban cadangan, dongkrak dan kunci roda boleh tidak diturunkan saat penimbangan, tetapi pengganjal ban dan lain-lain termasuk supir tidak boleh berada di dalam truk. Hal ini dilakukan agar berat yang ditimbang tidak bertambah. Setiap truk yang mengangkut TBS ke pabrik akan ditimbang sebagai bruto dan setelah dikeluarkan TBS di loading ramp sebagai tarra. Buah yang tidak sesuai norma Unit Usaha Adolina akan dimasukkan kembali ke dalam truk dan juga akan dihitung sebagai tarra.Material balance dapat dilihat pada Lampiran 4.

Netto = Bruto – Tarra

Page 26: Laporan Pl Sosro

26

Loading RampTBS yang telah ditimbang selanjutnya akan dibawa ke loading ramp.

Loading ramp adalah tempat yang berfungsi untuk menampung TBS dari kebun sebelum di proses, mempermudah pemasukan TBS ke dalam lori, dan mengurangi kadar kotoran yang terdapat pada TBS. Sebelum TBS dimasukkan kedalam loading ramp, TBS yang telah ditimbang dilakukan penyortasian terlebih dahulu. Sortasi dilakukan di lantai atau peron loading ramp. Penyortasian TBS dilakukan untuk mengetahui jumlah TBS mentah, TBS gagang panjang, TBS matang, dan TBS yang sudah busuk yang sangat berpengaruh terhadap mutu dan produktivitas CPO yang akan dihasilkan. Sortasi buah dilakukan sesuai dengan kriteria panen yang terbagi atas beberapa fraksi yang telah dijelaskan sebelumnya. Buah dari pihak ketiga yang merupakan buah dari luar kebun Unit Usaha Adolina di sortasi secara menyeluruh. Untuk fraksi 00, 0, tandan kosong, dan buah busuk dari pihak ketiga akan dimasukkan kembali ke dalam truk untuk dihitung kembali sebagai tarra. Untuk buah yang kurang matang atau mentah ataupun yang terlalu matang dari kebun Unit Usaha Adolina, akan dikembalikan ke afdeling untuk diberitahukan kepada pemanen buah.

(a)

(b)

Gambar 6. (a). Loading ramp dan sortasi TBS (b). Konstruksi Loading ramp

TBS kemudian dimasukkan kedalam loading ramp. PKS Unit Usaha Adolina memiliki 1 unit loading ramp dengan 15 pintu (bays) yang masing-masing pintu berkapasitas 15 ton TBS. Kapasitas total kompartemen minimum = 40% x kapasitas pabrik x 20 jam. Untuk ketahanan kisi-kisi loading ramp, bagian

Page 27: Laporan Pl Sosro

27

atas (tempat jatuhnya buah) sepanjang loading ramp dilapisi plat besi dengan lebar 2 meter. Hal ini disesuaikan dengan rata-rata jatuhnya buah dari bak truk ke kompartemen ± 1.7 meter. Kemiringan lantai loading ramp 270 terhadap bidang datar dan setiap pintu kompartemen menggunakan pintu tegak lurus (vertikal) yang digerakkan oleh hidrolik untuk membuka atau menutup dengan power pack penggerak sistem hidrolik 1 unit berdaya 7.5 HP.

Kerusakan yang sering terjadi pada loading ramp di Unit Usaha Adolina yaitu terjadinya kemacetan pada pintu hidrolik dan terjadinya korosi pada besi penyangga loading ramp. Perawatan (maintenance) harus dilakukan untuk mengurangi resiko kerusakan pada loading ramp. Pemeriksaan pada setiap pintu (bays), pembersihan pada lantai loading ramp, dan pemeriksaan pada handle hidrolik karena kebocoran pelumas harus dilakukan secara berkala (seminggu sekali). Untuk perawatan komponen yang terdapat pada loading ramp harus dilakukan setiap hari.

TBS yang telah berada di dalam loading ramp selanjutnya akan dimasukkan ke dalam lori. Lori adalah tempat untuk merebus TBS. PKS Unit Usaha Adolina memiliki 66 unit lori rebusan. Lori tersebut terbuat dari plat besi yang berperforasi sebagai tempat keluarnya air, udara, dan sebagai lubang penetrasi steam ke dalam buah pada saat buah direbus. Untuk pemasukkan TBS ke dalam lori digunakan sistem FIFO (First In First Out), dimana hal ini perlu dilakukan agar buah restan tidak terlalu banyak yang menumpuk yang dapat meningkatkan asam lemak bebas pada buah. Ketika pengisian TBS ke dalam lori perlu diatur keseragaman isi lori dalam satu rebusan berdasarkan kondisi buah (segar, restan, dan buah kecil) untuk memudahkan penentuan holding time. Hal ini perlu dikoordinasikan kepada operator rebusan agar operator rebusan dapat menentukan holding time buah yang akan direbus. Pengisian lori juga harus penuh tetapi tidak boleh berlebihan karena dapat merusak bibir rebusan. Selain itu pengaruh dari pengisian berlebihan mengakibatkan brondolan akan berjatuhan di lantai rebusan sehingga menutup saringan kondensat.

Perawatan terhadap lori akan membantu kelancaran proses pengolahan. Dengan adanya lori yang anjlok dan jumlah lori yang kurang dalam proses pengisian dan pengeluaran buah dari rebusan sudah pasti mengakibatkan ketekoran (kekurangan buah terebus) sebagai umpan bagi screw press. Hal ini mengakibatkan kontinuitas tidak lagi terjamin. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dari lori untuk mencapai kinerja optimalnya yaitu sistem pengisian buah yang padat pada tiap siku lori agar mencapai kapasitas. Kerusakan yang sering terjadi pada lori yaitu pengait rantai yang patah dan korosi pada bahan konstruksi lori. Perawatan yang biasa dilakukan pada lori di PKS Unit Usaha Adolina yaitu dengan membersihkan lori setiap digunakan, memeriksa kekuatan pada lori, dan memperbaiki rel lori setiap digunakan.

Page 28: Laporan Pl Sosro

28

Gambar 7. Lori

Stasiun Perebusan

Tandan Buah Segar (TBS) yang telah dimasukkan ke dalam lori akan direbus dalam perebusan (sterilizer). Sebelum melakukan perebusan, lori yang berisi tandan buah segar akan dipindahkan terlebih dahulu menggunakan transfer carriage. Transfer carriage adalah suatu rel yang berfungsi untuk memindahkan jalur lori dari loading ramp menuju sterilizer yang dilengkapi dengan kontrol panel serta 4 buah roda pada relnya dengan pergerakan ke kiri dan ke kanan. PKS Unit Usaha Adolina memiliki 1 unit transfer carriage bertipe hidromotor yang berkapasitas 3 lori (7,5 ton TBS). Alat ini menggunakan tenaga elektromotor dengan daya 10 HP, 7.5 KW, 16 Amp, 380 Volt, dengan kecepatan putaran 965 rpm. Alat ini juga menggunakan tali dan kabel baja untuk menarik lori.

Lori yang telah dipindahkan pada jalur perebusan, selanjutnya akan ditarik dengan alat penarik (capstand). Capstand adalah alat yang digunakan untuk menarik lori pada posisi yang diinginkan seperti menarik lori masuk kedalam rebusan (sterilizer) dan mendekatkan lori pada housting crane. Capstand digerakkan dengan elektromotor yang dapat bergerak maju-mundur. Alat ini terdiri dari elmo, gear box, dan actuator (puli). Capstand yang dimiliki oleh PKS Unit Usaha Adolina memiliki spesifikasi dengan tipe double drum, kapasitas 7.5 HP, dan menggunakan tenaga elektromotor dengan daya 10 HP, 7.5 KW, 16 Amp, 380 Volt, dan kecepatan putaran 965 rpm. Gear box yang digunakan bertipe BAEEAC dengan kecepatan bollard 36 m/menit.

(a) (b)

Gambar 8. (a). Transfer carriage dan (b). Capstand

Lori yang telah berada di depan perebusan kemudian ditarik dengan capstand untuk dimasukkan ke dalam rebusan (sterilizer) yang merupakan bejana uap bertekanan yang digunakan untuk merebus TBS dengan uap (steam).

Page 29: Laporan Pl Sosro

29

Penggunaan uap pada rebusan diinjeksi dari BPV (Back Pressure Vessel) yang dihasilkan oleh boiler. Uap yang masuk ke dalam rebusan bertekanan 2.3-3.0 kg/cm2 dengan suhu 135-140°C. Proses perebusan bertujuan untuk mengurangi peningkatan asam lemak bebas, mempermudah proses pembrondolan pada thresher, memaksimalkan lekangnya kernel pada biji, melunakkan daging buah, menurunkan kadar air, dan sebagai supply bagi ketersediaan buah terebus (cooking fruit bunch).

CFB (Cooking Fruit Bunch) adalah ketersediaan buah terebus yang menjadi kapasitas stasiun rebusan (ton/jam) dan dapat mempengaruhi stasiun berikutnya. Untuk menentukan CFB maka harus menggunakan perhitungan sebagai berikut :

CFB=n x K x l x 60s

Dimana : n = Jumlah rebusan yang digunakanK = Kapasitas satu lori (kg)l = Jumlah lori dalam satu rebusans = Siklus proses rebusan yang digunakan (menit)

Pabrik kelapa sawit Unit Usaha Adolina memiliki 3 unit rebusan dengan kapasitas masing-masing rebusan 25 ton (berisi 10 lori dengan kapasitas lori 2.5 ton TBS/lori). Namun hanya dua unit yang dioperasikan sedangkan satu unit menjadi cadangan jika suatu saat ketel rebusan lainnya sedang dalam perawatan. Siklus yang dibutuhkan untuk di ketel rebusan adalah 100 menit. Maka untuk menghitung CFB atau kapasitas pabrik kelapa sawit Unit Usaha Adolina di ketel rebusan dengan menggunakan dua unit rebusan yaitu 2 buah rebusan x 2500 kg/lori x 10 lori x 60 / 100 menit dan menghasilkan kapasitas 30000 kg/jam atau 30 ton/jam. Ketel rebusan yang digunakan berbentuk silinder berdiameter 2070 mm dengan panjang 27000 mm dengan sistem 2 pintu. Rebusan harus dilengkapi dengan alat ukur (Manometer dan Termometer). Tiga buah untuk Manometer dan cukup satu buah untuk Termometer untuk mempermudah pemeriksaan tekanan kerja dan suhu perebusan.

Gambar 9. Ketel rebusan

Proses perebusan dilakukan dengan sistem perebusan tiga puncak (tripple peak). Sistem perebusan tiga puncak berarti jumlah puncak yang terbentuk selama proses perebusan terdiri dari tiga puncak akibat dari tindakan pemasukan uap,

Page 30: Laporan Pl Sosro

30

penahanan, dan pembuangan uap selama proses perebusan satu siklus. Kebutuhan uap rebusan yang digunakan untuk tripple peak di PKS Unit Usaha Adolina yaitu 260 kg uap/ton TBS. Proses puncak pertama berlangsung selama 15 menit dengan kran steam outlet ditutup dan kran pemasukan uap (steam inlet) dibuka selama 13 menit untuk mencapai tekanan 2.3 kg/cm2 (pemasukan uap). Kemudian kran steam inlet ditutup, kran pembuangan kondensat dibuka terlebih dahulu 1 menit lalu kran steam outlet dibuka dengan cepat untuk menurunkan tekanan menjadi 0 kg/cm2.Selanjutnya kran kondensat dan kran steam outlet ditutup kembali, kemudian kran steam inlet dibuka untuk puncak kedua. Puncak pertama berguna untuk memberikan kejutan pada buah. Kadar air pada buah akan keluar dan pada saat kran kondensat dibuka. Setelah itu, kran kondensat dan kran steam outlet ditutup kembali, dan kran steam inlet dibuka untuk melanjutkan proses puncak kedua. Pada puncak kedua operasionalnya sama dengan puncak I. Tekanan uap pada puncak II adalah 2.5 kg/cm2. Waktu yang diperlukan untuk menaikkan steam ± 12 menit dan untuk pembuangan selama 3 menit. Kran kondensat dan kran steam outlet ditutup kembali, kemudian kran steam inlet dibuka untuk puncak III. Puncak kedua bertujuan untuk pelunakan buah dan pematangan.

Puncak ketiga berlangsung selama 63 menit. Kran steam inlet dibuka penuh untuk mencapai tekanan 3.0 kg/cm2 selama 14 menit. Kemudian puncak ketiga ditahan (holding time) selama 40-50 menit. Selama holding time dilakukan pembuangan kondensat sebanyak tiga kali sehingga tekanan menurun sampai 2.7 kg/cm2.Setelah selesai holding time, pembukaan kran dilakukan secara beturut mulai dari kran pembuangan kondensat, kemudian kran steam outlet sehingga tekanan turun menjadi 0 kg/cm2. Waktu yang dibutuhkan untuk penurunan steam ± 4 menit. Setelah tekanan dalam rebusan turun hingga 0 kg/cm2, kran kontrol uap dibuka untuk memastikan tekanan dalam rebusan benar-benar sudah 0 kg/cm2. Puncak ketiga bertujuan untuk menyempurnakan pelunakan buah dan prekondisi biji dan inti biji akan lekang.

Gambar 10. Siklus Perebusan Tripple Peak

Tahapan dalam kecepatan pembukaan kran sangat menentukan keberhasilan pembuangan udara dalam rebusan atau tandan. Pembuangan udara dalam rebusan dilakukan sebelum puncak pertama dengan cara menutup kran steam outlet dan tetap membuka kran air kondensat pada saat steam dimasukkan ke rebusan. Kran air kondensat baru ditutup bila steam telah tampak keluar silencer. Pembuangan udara dalam tandan terjadi pada perebusan puncak I dan II dengan cara melakukan

Page 31: Laporan Pl Sosro

31

kejutan (pembuangan steam) secepat mungkin. Kejutan atau pembuangan steam yang dianggap baik dari 2.0-2.5 cm2/kg ke 0 cm2/kg adalah maksimum 2 menit.

Pada stasiun perebusan ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain tekanan rebusan 2.3< x < 3.0 kg/cm2, kandungan minyak dalam air kondensat yang lebih tinggi dari norma, kandungan minyak dalam tandan kosong di atas norma, brondolan lekat dalam tandan kosong di atas norma, ada air kondensat yang keluar pada saat pintu rebusan dibuka atau mengeluarkan buah masak, buah terlalu lama menunggu untuk dituang ke autofeeder (maksimum 3 lori per line sebelum keluar buah masak berikutnya) dan jumlah buah di autofeeder terlalu banyak atau menumpuk. Waktu perebusan yang terlalu lama dan terlalu cepat akan mempengaruhi warna minyak yang diperoleh terlalu tua, lossis minyak pada air rebusan yang bertambah, dan buah akan kurang masak (menyebabkan brondolan sulit lepas dari tandan). Selain itu waktu perebusan yang terlalu lama dan terlalu cepat juga mempengaruhi proses pelumatan dalam digester tidak sempurna sehingga sebagian daging buah tidak lepas dari biji yang mengakibatkan lossis minyak pada ampas dan biji bertambah.

Ketel rebusan harus dilakukan perawatan dan pemeliharaan (maintenance) agar operasi atau pengolahan tetap optimal. Pada PKS Unit Usaha Adolina, ketel rebusan akan dilakukan perawatan dan pemeliharaan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan. Pemeliharaan harian yang dilakukan pada ketel rebusan yaitu berupa pembersihan dan pelumasan packing pintu serta pemeriksaan dan perbaikan terhadap pipa yang bocor dan plat aus. Pemeliharaan mingguan biasanya dilakukan dengan memeriksa dan memperbaiki sambungan rel di badan rebusan, melumasi bearing pintu serta memperbaiki kran-kran yang bocor. Pemeliharaan bulanan dilakukan dengan mengganti packing pintu yang sudah aus, perbaikan kran dan baut yang telah longgar, memperbaiki valve, dan pengaturan kembali safety valve. Untuk pemeliharaan tahunan dilakukan empat kali setahun sesuai dengan rekomendasi dari Dirjen IPNKK dari Depnaker.

Stasiun Penebahan

Stasiun penebah berfungsi untuk memisahkan atau melepaskan brondolan dari tandannya. TBS yang telah selesai direbus dari sterilizer akan ditarik keluar menggunakan capstand. Lori-lori yang keluar dari rebusan diangkat menggunakan hoisting crane dan dituangkan ke auto feeder dengan memutar lori 360˚. Penuangan TBS ke auto feeder membutuhkan waktu 5 menit per lori. Hoisting crane juga menurunkan lori ke rel yang diinginkan (Penyusunan lori pada rel loading ramp untuk mempermudah proses pengisian tandan buah sawit ke dalam lori).

PKS Unit Usaha Adolina memiliki 2 unit hoisting crane yang berkapasitas 5 ton/unit dengan berat lori yang diangkut sebesar 2.5 ton. Satu unitnya berfungsi sebagai cadangan. Hoisting crane terdiri dari beberapa bagian, yaitu rel hoisting crane sebagai jalannya crane sewaktu dioperasikan dan tali baja berfungsi untuk mengangkat lori. Alat inimemiliki dua jenis elektomotor yaitu elektromotor naik turun dengan kapasitas 14 kw, 2560 rpm, 380 volt, dan dengan kecepatan 6 m/menit serta elektromotor maju mundur dengan kapasitas 5.7 kw, 2560 rpm, 400 V dengan kecepatan 9 m/menit. Pemeriksaan wire rope yang teratur harus dilakukan pada hoisting crane.Wire rope tidak ada boleh yang putus walaupun hanya satu lilitan dan harus diganti segera agar kinerja pengolahan menjadi

Page 32: Laporan Pl Sosro

32

optimal. Pemeliharaan pada hoisting crane seperti pemberian minyak pelumas pada wire rope, roda jalan, breake motor dan limit switch (alat pengaman) dilakukan setiap hari. Pemeriksaan akan kotoran-kotoran di control table dan control panel juga harus dilakukan secara berkala (seminggu dua kali). Hoisting crane harus dikemudikan oleh seorang operator yang telah mendapatkan pelatihan dan sertifikat kemudi dari Depnaker.

(a) (b)Gambar 11. (a). Hoisting crane dan (b). Konstruksi hoisting crane

Auto feeder adalah alat yang digunakan untuk menampung buah dari lori yang dituang hoisting crane dan mengatur pemasukan tandan buah ke dalam thresher. Alat ini dilengkapi dengan daun pendorong (scraper bar) yang terbuat dari rantai dan digerakkan oleh elektromotor melalui sprocket sehingga tandan buah masuk ke dalam thresher. Auto feeder memiliki putaran 20-23 rpm yang dioperasikan secara manual oleh operator. Kapasitas dari autofeeder yang digunakan PKS PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina adalah 30 ton TBS/jam.

(a) (b)Gambar 12. (a). Auto feeder dan (b). Konstruksi auto feeder pada stasiun

penebah

Pengaturan buah yang masuk dari auto feeder ke thresher disesuaikan dengan kapasitas thresher sehingga buah tidak terlalu banyak menumpuk dalam thresher yang dapat mengakibatkan proses perontokan tidak sempurna. Thresher adalah alat pemisah antara tandan dengan brondolan yang berbentuk drum dengan diameter 1.9-2.0 meter, panjangnya 3-5 meter dan dindingnya berupa kisi-kisi dengan jarak 50 mm. Dengan sudut-sudut yang ada dalam drum, tandan diputar dan dibanting sehingga tandan menjadi kosong dan keluar ke tempat

Page 33: Laporan Pl Sosro

33

penampungan tandan kosong (hopper empty bunch). Kecepatan putaran thresher adalah 23 rpm.

Pada PKS Unit Usaha Adolina, terdapat 3 unit thresher, yaitu thresher 1, thresher 2, dan thresher 3. Namun hanya 2 thresher yang digunakan yaitu thresher 1 dan 2. Untuk menyempurnakan proses perontokan, terdapat siku pengarah dan pisau cakar yang dipasang sejajar dengan kisi thresher. Pisau cakar ini berfungsi untuk mencabik-cabik tandan agar brondolan yang berada di dalam ikut membrondol. Cakar dibuat dari besi siku atau besi T 150 mm, panjang 70 cm sebanyak 12 buah dan dipasang secara seimbang pada kisi thresher. Sampah dan brondolan yang ada dalam thresher dan lantai di bawahnya, dibersihkan tiap minggu pada saat pabrik tidak beroperasi. Hal ini dimaksudkan agar sampah tidak terikut diolah. Alat inimenggunakan elektromotor dengan kapasitas 14 HP, 11 kw, 21 Amp, 380 Volt, 1450 rpm, dengan putaran gear box 24 rpm.

(a) (b)

Gambar 13. (a). Thresher dan (b). Konstruksi thresher

Thresher 1 digunakan untuk memipil atau memisahkan tandan dengan brondolannya. Tandan yang keluar dari thresher 1 masuk ke bunch crusher dengan menggunakan konveyor untuk meminimalkan lossis brondolan yang kemungkinan masih terikut dalam tandan. Dari bunch crusher, tandan tersebut diangkut ke thresher 2 untuk dipipil kembali. Brondolan hasil dari thresher 2 diangkut dengan fruit elevator ke digester. Fruit elevator berjumlah 2 unit.

Gambar 14. Hopper janjangan

Empty bunch conveyor berfungsi sebagai alat angkut janjangan atau tandan kosong dari stasiun penebah ke hopper janjangan. Prinsip kerjanya adalah janjangan kosong akan terdorong keluar dari thresher dan masuk ke horizontal

Page 34: Laporan Pl Sosro

34

empty bunch conveyor dan kemudian inclined empty bunch conveyor. Janjangan kosong kemudian dibawa ke hopper janjangan sebelum dibawa kembali ke afdeling (sebagai pupuk untuk perkembangan tanaman kelapa sawit) dengan menggunakan truk. Truk akan berada di bawah hopper janjangan untuk menampung tandan kosong yang berjatuhan setelah pintu hidrolik dibuka. Hopper janjangan dikendalikan oleh seorang operator dalam satu shift yang mengatur pengkondisian pengisian tandan buah kosong ke dalam truk dan pengaturan buka tutup pintu hidrolik. Operator ini akan bertanggung jawab langsung kepada asisten pengolahan. Horizontal empty bunch conveyor yang digunakan bertipe schkraper dengan gearbox elektromotor berdaya 15 HP, 11 Kw, 22.5 Amp, 380 Volt, 1455 rpm dan kecepatan linear 18 meter/menit.

Hopper janjang kosong berfungsi untuk menimbun janjangan kosong yang akan dibawa kembali ke kebun ataupun afdeling. Hopper janjangan kosong ini juga dilengkapi dengan elektomotor 5.5 HP, 1445 rpm serta lengkap dengan pengatur pintu keluar janjangan kosong yang bekerja dengan sistem hidrolik. Di dalam PKS Unit Usaha Adolina pada stasiun penebahan juga terdapat fruit conveyor dan fruit elevator. Ada dua jenis fruit conveyor yaitu bottom fruit conveyor dan top fruit conveyor. Fungsi dari fruit conveyor adalah untuk mengatur aliran (line) buah dari penebah (rotary drum) ke elevator buah untuk diteruskan ke digester. Alat ini bertipe ulir dengan kapasitas 20 ton TBS/jam dengan elektomotor berdaya gearbox 5.5 HP, 4 Kw, 6.6 Amp, 1450 rpm dan kecepatan 18 m/menit. Fruit elevator berfungsi untuk mengangkut brondolan dari fruit conveyor dan kemudian dibagikan ke distributor conveyor pembagi. PKS Unit Usaha Adolina memiliki fruit elevator bertipe rantai dengan kapasitas 30 Ton TBS/jam dengan elektomotor gearbox 7.5 HP, 5.6 Kw, 11.6 Amp, dan dengan kecepatan putar 1440 rpm.

(a) (b)Gambar 15. (a) Fruit Conveyor (b) Fruit elevator

Stasiun KempaBrondolan sawit yang telah lepas dari tandan kemudian memasuki stasiun

kempa. Stasiun kempa adalah tempat untuk proses pemisahan minyak dari sabut dan biji kelapa sawit. Pada stasiun ini terdapat dua proses utama, yaitu proses digestion dan pressing. Fungsi digester adalah untuk melepaskan daging buah dari biji (noten) dan melumatkannya dengan cara menekan brondolan menggunakan pisau pengaduk yang berputar sambil dipanaskan yang digerakkan oleh elektromotor. Digester memiliki 6 tingkat pisau yang terdiri atas 5 tingkat pisau

Page 35: Laporan Pl Sosro

35

pengaduk dan 1 tingkat pisau lempar pada bagian bawah. Letak pisau-pisau ini dibuat bersilangan agar daya adukan cukup besar dan sempurna. Temperatur yang digunakan dalam proses pelumatan adalah 90-95˚C dengan tekanan sebesar 3.5 kg/cm2. PKS Unit Usaha Adolina memiliki 3 unit digester yang memiliki volume sebesar 3.2-3.5 m3 untuk tiap digester. Gear box yang digunakan dalam digester menggunakan elektromotor dengan spesifikasi 30 HP, 22 Kw, 38.8 Amp, 380 Volt, 1465 rpm dan kecepatan digester 30 rpm. Sistem kerja pada digester awalnya buah hasil penebahan akan diisi penuh sebanyak 75 %, kemudian diputar selama 15 menit dan line press dibuka. Dalam silinder adukan buah sawit dilumat dengan pisau-pisau pengaduk yang berputar pada poros sehingga daging buah terlepas dari biji. Proses pemisahan ini dibantu dengan penambahan air dilusi 15-20% terhadap buaholah. Setelah buah dikempa kemudian akan menuju ke mesin pressing.

Gambar 16. Digester

Unit digester yang digunakan di PKS Unit Usaha Adolina terdiri dari beberapa bagian yaitu gear reducer yang berfungsi untuk memperlambat putaran motor agar sesuai dengan kecepatan putar poros digester yang diinginkan, copling berfungsi sebagai penghubung dan pemutus hubungan dari motor penggerak, saluran buah masuk yang berfungsi untuk memasukkan buah atau brondolan ke dalam digester, plat alumunium berfungsi sebagai dinding digester, pipa uap masuk yang berfungsi sebagai tempat pemasukan uap kedalam digester. Selain itu unit digester juga memiliki pisau pengaduk yang berfungsi untuk mengaduk buah didalam digester agar terlepas dari nutnya, steam mantel yang berfungsi sebagai dinding pemanas didalam digester, pipa injeksi uap yang berfungsi untuk menginjeksikan uap panas kedalam digester, saluran hasil kempa yang berfungsi sebagai saluran untuk memasukkan hasil pelumatan kedalam screw press, dan steam trap yang berfungsi untuk mengeluarkan sisa uap dari pemakaian di digester.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerja dari digester diantaranya kondisi pisau pengaduk digester yang ketika aus harus segera diganti, level volume buah dalam digester minimal berisi ¾ dari volume digester (pisau bagian atas tertutup oleh brondolan), masa adukan jangan terlalu lama, temperatur digester harus dijaga pada suhu 90-95oC untuk mempermudah proses pemisahan minyak dengan air, kecepatan pengadukan sebesar 25 rpm, dan waktu pengadukan pada start-up awal 15-20 menit. Proses pengempaan selanjutnya merupakan

Page 36: Laporan Pl Sosro

36

proses pemisahan minyak kasar (crude oil) dari massa adukan dengan cara mengempa pada tekanan 30-40 bar. Alat yang digunakan dalam proses ini adalah screw presser. Alat ini terdiri dari 2 batang baja spiral dengan susunan horizontal dan berputar berlawanan arah. Putaran dari presser adalah 10-12 rpm. Pada pengempaan digunakan air sebanyak 25% terhadap TBS yang diolah. Kapasitas screw press yang digunakan di Unit Usaha Adolina yaitu 10-12 ton TBS/jam. Minyak yang dihasilkan dari proses pengempaan kemudian masuk ke press silinder. Serabut dan biji (ampas) hasil pengepresan diteruskan ke cake breaker conveyor untuk diolah di Pabrik biji.

(a) (b)Gambar 17. (a). screw press dan (b). Konstruksi screw press

Ada enam bagian dari screw press yaitu gearbox yang berfungsi untuk memperkecil putaran dari elektromotor ke worm atau ulir sesuai dengan kecepatan putar yang ditentukan, elektromotor yang berfungsi sebagai penggerak gearbox untuk menggerakkan screw press, worm/ulir yang berfungsi untuk mengempa brondolan hasil lumatan dari digester, cone yang berfungsi untuk menahan hasil lumatan brondolan dari digester agar ampas yang keluar tidak basah, saluran pemasukan yang berfungsi sebagai tempat pemasukan lumatan dari digester, dan saluran pengeluaran yang berfungsi mengeluarkan hasil pengepressan.

Dalam screw press terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kerja pada alat, diantaranya kondisi worm atau main screw press, tekanan cone yang sebesar 35-45 bar, kematangan buah yang direbus, kebersihan pada pressan, dan air dilusi berfungsi untuk mempermudah proses pemisahan minyak dan air. Jika air delusi terlalu sedikit, minyak yang dihasilkan akan murni tetapi lossis akan tinggi. Temperatur dilusi harus dijaga 95oC. Norma yang diijinkan di stasiun kempa (press) adalah untuk oil lossis pada fibre yaitu 4.0-6.0%, dan untuk oil lossis pada biji yaitu maksimum 1.0 %. Terdapat dua operator yang bertanggung jawab pada screw press dalam satu shift nya.

Stasiun Pemurnian MinyakMinyak kasar (Crude Oil) yang keluar dari screw press masih mengandung

kotoran-kotoran seperti pasir dan benda kasar lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pemurnian minyak untuk mengurangi kandungan yang tidak diharapkan sesuai dengan norma yang telah ditetapkan. Stasiun pemurnian minyak berfungsi untuk memisahkan minyak dengan kotoran serta unsur-unsur yang mengurangi kualitas minyak dan mengupayakan kehilangan minyak seminimal mungkin. Hal

Page 37: Laporan Pl Sosro

37

ini berarti terdapat prinsip-prinsip perlakuan untuk memisahkan antara minyak dan non-minyak. Agar pemisahan tersebut dapat terjadi dengan sempurna, maka proses dilakukan secara bertahap mulai dari sand trap tank sampai ke vacuum dryer. Di samping itu, sludge dari CST diproses melalui sludge tank sampai ke decanting basin (bak basin). Diagram alirstasiun pemurnian dapat dilihat pada Lampiran 5. Stasiun pemurnian minyak dimulai dari sand trap tank.

Proses Pemurnian Minyaka. Oil Gutter

Crude oil gutter adalah alat yang berfungsi sebagai alat yang mengantarkan minyak hasil kempa (minyak kasar) ke sand trap tank. Ujung oil gutter berada tepat di bawah screw press.Bentuknya seperti talang yang terhubung langsung dengan sand trap tank. Alat ini harus dibersihkan ketika proses akan berjalan setiap harinya. Jika tidak dilakukan perawatan dan pembersihan secara berkala (setiap hari), maka akan semakin banyak lumpur bercampur minyak termasuk serabut-serabut yang terjatuh di lantai. Dan hal ini cukup membuang waktu operator hanya untuk membersihkan lantai. Kotoran yang berjatuhan di lantai pabrik ini akan dibawah ke bak basin secara manual oleh pekerja dengan menggunakan gerobak beko.

Gambar 18. Crude oil gutter

b.Sand Trap TankSand trap tank berfungsi untuk memisahkan pasir dari cairan minyak kasar

yang berasal dari screw press. Pasir yang masih terdapat di dalam minyak kasar mempersulit proses pengambilan minyak. Pasir juga dapat nozzle dan piringan (disc) pada sludge separator. Oleh karena itu pasir dipisahkan di awal proses pemurnian. Minyak yang keluar dari screw press dialirkan oleh oil gutter menuju sand trap tank. Di dalam sand trap tank, pasir dan bukan minyak padat yang berat jenisnya lebih besar dari minyak akan mengendap di bagian bawah sand trap tank. Pasir yang mengendap di bagian bawah akan dikeluarkan melalui blowdown setiap hari sebelum memulai proses. Kapasitas sand trap tank adalah 10 m3

dengan prinsip kerja berdasarkan berat jenis. Sand trap tank yang digunakan di PKS PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina bertipe silinder.

Page 38: Laporan Pl Sosro

38

(a) (b)Gambar 19. (a). Sand trap (b). Konstruksi Sand trap

Di dalam sand trap tank terdapat sand trap chamber yang berfungsi menampung pasir yang mengendap sebelum dibuang. Minyak yang berada di sand traptank diberi uap dengan suhu 90-95˚C. Sand trap tank ini berdiameter 2200 mm. Bagian-bagian dari sand trap tank adalah badan sand trap tank, pipa minyak masuk, blow down, dan pipa pengeluaran. Badan sand trap tank berfungsi sebagai dinding sand trap tank, pipa pemasukan berfungsi sebagai saluran minyak masuk ke dalam sand trap tank, blow down berfungsi sebagai saluran pengeluaran kotoran pada sand trap tank, dan pipa pengeluaran berfungsi sebagai saluran keluar minyak ke vibrating screen. Minyak yang keluar dari sand trap tank akan dialirkan menuju ke vibrating screen.

Di dalam sand trap tank terdapat sand trap chamber yang berfungsi menampung pasir yang mengendap sebelum dibuang. Minyak yang berada di sand traptank diberi uap dengan suhu 90-95˚C. Sand trap tank ini berdiameter 2200 mm. Bagian-bagian dari sand trap tank adalah badan sand trap tank, pipa minyak masuk, blow down, dan pipa pengeluaran. Badan sand trap tank berfungsi sebagai dinding sand trap tank, pipa pemasukan berfungsi sebagai saluran minyak masuk ke dalam sand trap tank, blow down berfungsi sebagai saluran pengeluaran kotoran pada sand trap tank, dan pipa pengeluaran berfungsi sebagai saluran keluar minyak ke vibrating screen. Minyak yang keluar dari sand trap tank akan dialirkan menuju ke vibrating screen.

c. Vibrating ScreenVibrating screen atau juga biasa disebut dengan vibre separatorberfungsi

untuk menyaring crude oil dari serabut-serabut yang lolos dari stasiun kempa yang dapat menggangu proses pemisahan minyak. Bandul yang diikatkan pada elektomotor menjadi sistem kontrol dari getaran pada alat ini. PKS Unit Usaha Adolina memiliki dua unit vibrating screen dimana masing-masing dari alat ini memiliki dua lapisan yaitu lapisan pertama yang berukuran 20 mesh dan lapisan kedua yang berukuran 40 mesh.

Page 39: Laporan Pl Sosro

39

.(a) (b)

Gambar 20. (a). Vibrating screen dan (b). Konstruksi vibrating screen

Kotoran yang tidak bisa tersaring akan masuk ke dalam bottom fruit conveyor untuk kembali diolah di dalam digester. Kapasitas dari vibrating screen yang digunakan di PKS Unit Usaha Adolina adalah 30 ton TBS/jam. Diameter dari vibrating screen adalah 1500 mm dan tinggi 660 mm. Vibrating screen yang digunakan hanya satu unit, satu unit lagi digunakan sebagai cadangan jika sewaktu-waktu unit yang digunakan sedang mengalami perbaikan atau maintenance. Perawatan dan pembersihan lantai di vibrating screen juga dilakukan setiap hari sebelum memulai proses

d. Crude Oil Tank / Bak ROCrude oil tank atau bak RO adalah tangki penampung minyak kasar hasil

saringan dari vibrating screen yang berfungsi untuk menurunkan NOS (Non Oil Solid) dan menambah panas. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan injeksi uap langsung hingga mencapai suhu 95-980C. Crude oil tank memiliki panjang 3000 mm, lebar 1600 mm, dan tinggi 1200 mm. Alat yang juga dikenal dengan Bak RO ini terdiri dari beberapa bagian diantaranya saluran pemasukan yang berfungsi sebagai saluran untuk memasukkan minyak, talang minyak yang berfungsi untuk saluran masuk minyak, badan tangki yang berfungsi sebagai dinding pada crude oil tank, sekat yang berfungsi untuk memisahkan minyak dengan kotoran, dan pompa minyak yang berfungsi untuk memompakan minyak menuju CST (Continious Settling Tank).

Gambar 21. Crude oil tank

20 mesh

Page 40: Laporan Pl Sosro

40

e. Balancing TankBalancing tank adalah tangki penampung minyak yang dipompakan dari

Bak RO sebelum dimasukkan ke CST. Fungsi dari tangki ini adalah untuk mengurangi tekanan cairan yang dipompakan langsung ke CST sehingga cairan di CST dalam kondisi tenang. Posisi balancing tank lebih tinggi dari CST.

Gambar 22. Balancing tank

f. Continious Settling Tank (CST)CST adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan minyak, sludge, dan air

secara gravitasi atau berdasarkan perbedaan berat jenis. Bentuknya silinder dengan diameter 4250 mm dan tinggi 6280 mm serta kapasitas masing-masing 70 m3. Tangki CST dilengkapi dengan pipa masuk ukuran 8 inci dan pipa keluaran 12 inci. CST juga dilengkapi dengan tangki distribusi di atasnya yang berbentuk segi empat dan juga pengaduk (agitator).

(a) (b)Gambar 23. (a). Continious settling tank dan (b). dan Konstruksi continious

settling tank

PKS Unit Usaha Adolina memiliki 2 unit CST dimana masing-masing CST memiliki 3 buah ruang. Ruang pertama berguna untuk menampung minyak dari pompa minyak kasar dan penambahan panas untuk memanaskan minyak dengan suhu 95-98˚C. Ruang kedua merupakan ruang pemisah antara minyak dan sludge. Minyak mengapung langsung dialirkan ke oil tank untuk dimurnikan di proses pemurnian minyak selanjutnya. Sludge yang berada pada bagian bawahnya dialirkan ke ruang ketiga untuk ditampung sementara sebelum dialirkan ke sludge tank. Cairan minyak yang sudah dipisahkan di CST mengandung batasan maksimum kadar air sebesar 0.40-0.80% dan kadar kotoran 0.20-0.40%.

Page 41: Laporan Pl Sosro

41

g. Oil TankOil tank berfungsi sebagai bak penampung sebelum minyak masuk ke oil

purifier. PKS Unit Usaha Adolina memiliki 1 unit oil tank. Minyak yang telah dipisahkan pada CST ditampung dalam tangki berdiameter 1630 mm dan tinggi 2710 mm. Bagian-bagian dari Oil tank adalah saluran pemasukan, saluran uap masuk, Termometer, saluran pengeluaran, katup pengeluaran, dan pipa uap pemanas. Saluran pemasukan berfungsi sebagai tempat masuknya minyak ke dalam oil tank,saluran uap masuk berfungsi sebagai tempat masuknya uap panas ke dalam oil tank, Termometer berfungsi untuk mengukur suhu di dalam oil tank, saluran pengeluaran berfungsi sebagai saluran pengeluaran minyak, katup pengeluaran berfungsi sebagai pengatur pembuangan kotoran, dan pipa uap pemanas berfungsi sebagai tempat uap panas yang memanasi minyak di dalam oil tank. PKS Unit Usaha Adolina memiliki satu unit oil tank yang berkapasitas 10 m3. Di dalam oil tank minyak dipanaskan dengan steam spiral yang dapat menghasilkan suhu 90-950C.

(a) (b)Gambar 24. (a). Oil tank dan (b). Konstruksi oil tank

h. Oil PurifierJumlah oil purifier di PKS Unit Usaha Adolina ada 3 unit masing-masing

berkapasitas 5000 liter minyak/jam. Alat ini berfungsi untuk memisahkan minyak dengan gaya sentrifugal dan prinsip perbedaan berat jenis dimana minyak yang mempunyai berat jenis lebih kecil akan terdorong ke bagian poros sedangkan kotoran dan air yang berat jenisnya lebih besar akan terdorong ke arah dinding. Minyak yang dikeluarkan dari oil purifier mengandung batasan maksimum kadar air sebesar 0.20-0.50% dan kadar kotoran 0.02%. Gear box motor pada oil purifier berdaya 7.5 HP, 5.5 Kw, 11.2 Amp, 380/420 Volt, 1440 rpm, dan kecepatan 6000 rpm.

Kinerja dari oil purifier dipengaruhi oleh kontrol valve feeding, kondisi gear pump,strainer, disc cleaner, kecepatan putar, dan back wash. Oil purifier terdiri dari tiga bagian penting yaitu saluran masuk yang berfungsi sebagai saluran pemasukan minyak ke dalam oil purifier, sudut-sudut yang berfungsi untuk memisahkan minyak dari air dan kotor, dan pipa pengeluaran yang berfungsi sebagai saluran pengeluaran minyak untuk dibawa ke vacuum dryer.

Page 42: Laporan Pl Sosro

42

(a) (b)Gambar 25. (a). Oil purifier dan (b). Konstruksi oil purifier

i. Vacuum DryerVacuum dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam minyak dengan

cara penguapan hampa. Temperatur yang diberikan pada minyak mencapai 90-95˚C. Hal ini dilakukan agar kadar air cepat menguap. Vacuum dryer yang digunakan di PKS Unit Usaha Adolina berjumlah 2 unit dengan masing masing berkapasitas 8 m3/jam.

(a) (b)Gambar 26. (a). Vacuum dryer dan (b). Konstruksi vacuum dryer

Tekanan hampa udara yang ada di alat ini adalah sebesar 0.8-1.0 kg/cm2. Standar minyak yang keluar dari vacuum dryer ini memiliki batasan maksimum kadar air sebesar 0.15% dan kadar kotoran 0.02%. Minyak yang telah bersih keluar dari vacuum dryer dan selanjutnya dipompakan ke storage tank. Faktor-faktor yang mempengaruhi operasi vacuum dryer adalah kebocoran-kebocoran yang terdapat pada tabung vacuum dryer, kondisi nozzle, temperatur, dan pompa.

j. Storage TankStorage tank adalah tempat untuk menyimpan sementara minyak yang

dihasilkan sebelum didistribusikan ke tempat pengolahan lain dan pelabuhan. Jumlah storage tank yang ada di PKS Unit Usaha Adolina adalah 3 unit yaitu 2 unit berkapasitas 500 ton dan 1 unit berkapsitas 1000 ton. Namun hanya satu yang dioperasikan sedangkan satu unit lainnya stand by jika sewaktu-waktu sedang

Page 43: Laporan Pl Sosro

43

pemeliharaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan di tangki ini adalah kebersihan tangki dimana storage tank harus dibersihkan secara rutin, suhu dijaga pada 40-60˚C, dan kondisi steam coil harus diperiksa secara rutin karena kebocoran mengakibatkan kadar air pada CPO naik. Daerah sekitar tangki penyimpanan harus bebas dari air, rumput liar, dan kotoran. Karena hal tersebut maka diperlukan pembersihan yang regular pada saluran pengeluaran dan pemotongan rumput. Tangki penyimpanan yang digunakan di PKS Unit Usaha Adolina ini dilengkapi dengan pemanas pipa uap dengan diameter 2 inci dan 2 unit pompa minyak dengan kapasitas 30 dan 60 m3/jam. Pompa minyak ini yang akan digunakan untuk memompa minyak keluar dari storage tank melalui pipa-pipa pada saat pengisian CPO ke dalam truk tangki. Sebelum pengisian CPO, maka tangki truk harus diperiksa terlebih dahulu dari sisa-sisa minyak dan peralatan lainnya di dalam truk yang dicatat oleh satpam.

Gambar 27. Storage tank

Proses Pengambilan Minyak dari Sludge

a. Sludge TankSludge tank berfungsi untuk menerima sludge dari CST yang masih

mengandung minyak untuk diolah lagi dengan temperatur yang sesuai. Saat ini sludge tank yang digunakan di PKS Unit Usaha Adolina berjumlah 2 unit dengan kapasitas 20 ton dengan diameter 3400 mm dan tinggi 3150 mm. Suhu yang digunakan dalam sludge tank adalah 90-95˚C. Proses pembersihan blowdown harus dilakukan secara rutin karena sangat mempengaruhi NOS dalam sludge. Alat ini memiliki beberapa bagian penting diantaranya pipa minyak masuk yang berfungsi untuk saluran minyak masuk ke dalam sludge tank, pipa uap masuk yang berfungsi untuk saluran uap panas masuk ke dalam sludge tank, pipa uap keluar yang berfungsi sebagai saluran keluar uap panas sesudah dari sludge tank,blowdown yang berfungsi untuk membuang kotoran yang mengendap dibagian bawah tangki, dan steam injection yang berfungsi untuk memasukkan uap.

Page 44: Laporan Pl Sosro

44

Gambar 28. (a). Sludge tank

b. Brush Cleaning StrainerBrush cleaning strainer berfungsi untuk memisahkan atau menghilangkan

serat-serat halus yang masih ada dalam cairan sludge. Jumlah brush cleaning strainer yang ada di PKS Unit Usaha Adolina adalah 2 unit. Minyak yang masuk dari sludge tank dipisahkan di brush cleaning strainer sebagai pembersih awal. Kotoran yang dihasilkan dari brush cleaning strainer akan langsung dikirim ke bak fat-fit. Sedangkan minyak yang masih mengandung sludge akan dialirkan ke sand cyclone. Brush cleaning strainer dilengkapi dengan elektromotor bertipe EMA 132M-4 dengan daya 10 HP, 7.5 Kw, 14.4 Amp, 1445 rpm. Kapasitas dari brush cleaning strainer yang digunakan di PKS Unit Usaha Adolina 30 ton TBS/jam. Saringan dari mesin ini harus dibersihkan satu jam sekali untuk membuang kotoran yang menghalangi aliran sludge pada saringan. Jika hal ini tidak dilakukan maka bisa mengakibatkan sludge separator tidak bisa berjalan karena tersumbat serat-serat. Apabila dalam satu proses sludge separator tidak berjalan normal, maka yang pertama kali dilakukan terlebih dahulu adalah pemeriksaan terhadap saringan pada brush cleaning strainer ini.

(a) (b)Gambar 29. (a). Brush cleaning strainer dan (b). Konstruksi Brush cleaning

strainer

c. Sand Cyclone/Pre CleanerSand cyclone/Pre-cleaner berfungsi untuk menangkap pasir yang

terkandung dalam sludge dan untuk memudahkan proses selanjutnya, yaitu

Page 45: Laporan Pl Sosro

45

sludge separator. Prinsip pemisahan pasir pada sand cyclone adalah akibat gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh cyclone serta perbedaan berat jenis. Untuk mengetahui apakah sand cyclone beroperasi dengan baik dapat diketahui dengan melihat selisih antara tekanan masuk dan keluar pada pressure gauge-nya. Pasir dan kotoran yang terperangkap pada sand cyclone selanjutnya dialirkan ke bak fat - fit untuk diolah kembali. Minyak yang masih mengandung sludge akan dialirkan ke sludge separator. Sand cyclone yang digunakan di PKS Unit Usaha Adolina berjumlah 1 unit.

Gambar 30. Sand cyclone

d. Buffer TankBuffer tank berfungsi sebagai tempat penampungan sementara dan untuk

menstabilkan aliran minyak kasar yang akan diolah di sludge separator. Prinsip kerja alat ini dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Pompa tidak digunakan lagi karena posisi buffer tank berada di atas sludge separator. Terdapat 1 buah buffer tank di PKS Unit Usaha Adolina.

Gambar 31. Buffer tank

e. Sludge SeparatorSludge separator berfungsi untuk menerima sludge yang mengandung

minyak maksimal 6% dari sludge tank dengan temperatur yang telah ditentukan serta memisahkan lumpur dan kotoran pada minyak dengan gaya sentrifugal. Alat ini dioperasikan dalam kondisi suhu 90-95˚C dengan tekanan yang digunakan sebesar 3 kg/cm2. Minyak bergerak menuju ke CST sedangkan kotoran dan lumpur yang tersaring langsung dikirim ke bak fat-fit. Terdapat 3 unit sludge separator yang digunakan di PKS Unit Usaha Adolina dengan masing-masing

Page 46: Laporan Pl Sosro

46

memiliki kapasitas 7000 liter sludge/jam. Hal yang perlu diperhatikan pada sludge separator diantaranya kualitas feeding, pembersihan dan pemeriksaan setiap hari, penambahan air panas dengan suhu 90-950C, kebersihan nozzle, dan pelumasan dan pendinginan bearing.Sludge separator dilengkapi dengan elektomotor dengan daya 25 HP, 18.5 Kw, 36.21 Amp, 380 Volt, dan kecepatan putar 1470 rpm.

Gambar 32. Sludge separator

f. Hot Water TankHot water tank adalah tempat penampungan air panas untuk disalurkan ke

proses-proses lainnya yang membutuhkan. Prinsip kerjanya memasukkan air panas secara bersamaan. Pada saat sludge diumpan dari balancing tank untuk dimasukkan ke sludge separator, lalu hot water juga dimasukkan ke sludge separator. Proses pencampuran dengan air panas yang masuk ke sludge separator dilakukan agar pemisahan minyak dengan kotoran dapat berjalan dengan baik.

Gambar 33. Hot water tank

g.Bak Basin Minyak yang bercampur lumpur akan ditampung ke dalam bak ini untuk

diambil minyak dan membuang lumpur. Lumpur dibuang melalui parit menuju bak fat-fit. Lumpur yang terbuang ini masih mengandung minyak sehingga masih perlu diambil pada proses-proses selanjutnya. Bak basin juga biasa disebut dengan bak resin atau juga dikenal dengan decanting basin. Bak basin terletak di bagian ujung di stasiun pemurnian (Area pengambilan minyak dalam sludge).

Page 47: Laporan Pl Sosro

47

Gambar 34. Bak Basin

h. Bak Penampung Sludge (Fat Fit)Bak penampung sludge (bak fat-fit) adalah bak untuk mengutip mengambil

sisa-sisa minyak yang masih ada di dalam sludge dengan sistem pemanasan 70-80˚C dan pengendapan sesuai dengan prinsip pemurnian minyak. Setelah itu, cairan sludge dialirkan ke deoiling pond untuk diproses kembali mengutip minyak yang tidak terambil pada proses ini. Sisa-sisa minyak yang terkutip dipompakan ke continious settling tank untuk diolah kembali melalui pipa-pipa. Sedangkan kotoran akan dibawa ke deoling pond melalui pipa-pipa dan melalui parit-parit yang terhubung antar bak. Bak fat-fit yang ada di PKS Unit Usaha Adolina berjumlah 1 unit dengan kapasitas 2 x 84 m3 dilengkapi dengan pipa pemanas dan pompa-pompa dengan kapasitas 20 m3/jam. Masalah yang sering ditemui di bak fat-fit adalah terlalu lama tidak dicuci sehingga cairan jenuh dan bagian bawah fat-fit sudah penuh dengan pasir. Pembersihan harus dilakukan secara berkala (satu minggu sekali) untuk menghindari meluapnya sludge. Terdapat satu operator yang menjaga dan mengatur bak penampung sludge dan bertanggung jawab langsung kepada Asisten Pengolahan dan KDTP (Kepala Dinas Teknik dan Pengolahan). Bak penampung sludge terletak di bagian belakang area PKS Unit Usaha Adolina.

Gambar 35. Bak penampung sludge (bak fat-fit)

i. Deoling PondDeoiling pond adalah tempat penampungan sisa minyak dan lumpur yang

berasal dari bak fat-Fit berbentuk bak terbuka dengan kedalaman 3 m dengan retention time selama 4 hari. Fungsi deoiling pond untuk kembali mengambil sisa minyak yang tidak terambil pada bak fat-fit sehingga kadar minyak menjadi 0,5% terhadap contoh. Deoiling pond dilengkapi dengan alat yang disebut rodos yang merupakan alat yang berupa silinder dan dapat berputar serta bergerak maju mundur. Rodos memiliki fungsi untuk mengutip minyak yang terdapat pada

Page 48: Laporan Pl Sosro

48

bagian atas cairan. Minyak akan menempel pada silinder rodos dan kemudian dikikis oleh pisau yang dimiliki rodos. Minyak ini kemudian dialirkan ke sebuah bak kecil dan kemudian dipompakan menuju stasiun klarifikasi. Lumpur yang telah terpisah dari minyak kemudian dialirkan menuju IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).

Gambar 36. Deoling pond

Stasiun Pabrik Biji

Campuran ampas atau serat (fibre) dan biji (nut) yang keluar dari screw press diproses kembali untuk menghasilkan cangkang (shell) dan serat yang digunakan sebagai bahan bakar boiler dan inti sawit (kernel)sebagai bahan baku yang siap dipasarkan. Bahan baku ini (kernel) akan diproduksi lebih lanjut menjadi PKO di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Pabatu. Diagram alir pabrik biji di Unit Usaha Adolina dapat dilihat pada Lampiran 6.

1. Cake Breaker Conveyor (CBC)Ampas press yang keluar dari screw press terdiri dariampas serat dan biji

yang masih mengandung air yang tinggi dan berbentuk gumpalan (cake ). CBC berfungsi untuk memecah dan menguraikan ampas kempa (fiber  dan noten) yang pada saat keluar dari pengempa masih berbentuk gumpalan menjadi bagian yang telah terurai sekaligus membawanya ke separating column untuk dipisahkan. Bagian-bagian dari CBC yaitu elektromotor yang berfungsi untuk menggerakan poros pada cake breaker conveyor, gear reducer yang berfungsi untuk memperkecil putaran dari elektromotorke CBC sesuai dengan kecepatan yang diinginkan, copling yang berfungsi untuk meneruskan putaran dari elektromotor serta juga berfungsi penghubung dan pemutus putaran. Selain itu CBC juga memiliki bagian yang biasa disebut dengan sirip. Sirip berfungsi untuk memecah ampas yang masih berupa gumpalan. Kapasitas dari CBC yang terdapat di PKS Unit Usaha Adolina 40 Ton TBS/jam dengan kecepatan 75 rpm.

Page 49: Laporan Pl Sosro

49

Gambar 37. Cake breaker conveyor

2. DepericarperDepericarper adalah suatu tromol tegak dan panjang yang di bagian

ujungnya terdapat blower pengisap serta fibre cyclone yang berfungsi memisahkan serat dengan biji. Dari cake breaker conveyor, press cake jatuh di depericarper, kemudian serat (fibre) terhisap ke fiber cyclone dan diangkat oleh conveyor untuk bahan bakar boiler, sedangkan biji yang lebih berat jatuh ke nutpolishing drum. Depericarper memiliki bagian-bagian yaitu motor pengerak yang berfungsi untuk menggerakkan polishing drum, ducting yang berfungsi untuk mengatur aliran udara didalam depericarper, ventilator yang berfungsi sebagai tempat ventilasi udara, fiber cyclone yang berfungsi memisahkan serat dari biji dengan memanfaatkan perbedaan berat dalam kondisi hisapan pneumatic, menghantarkan seratke conveyor sebagai bahan bakar boiler, dan menghantarkan biji masuk ke polishing drum. Kapasitas dari depericarper yang digunakan di PKS Unit Usaha Adolina yaitu 40 ton TBS/hari dengan fan yang berkapasitas 40.000 CFM air, tekanan statistik 200 mm wg, dan dengan motor penggerak 50 HP.

Gambar 38. Depericarper

3. Transport Biji ( Destroner )Destroner adalah transport biji yang dipakai untuk mengangkat biji yang

berasal dari pemisahan biji dan ampas ke nutsilo. Alat ini terdiri dari kolom pemisah, ducting, cyclone dan ujungnya dilengkapi dengan blower hisap. Sampah atau serat dihisap ke cyclone destroner. Biji akan masuk ke silo melalui drum pemisah.

Page 50: Laporan Pl Sosro

50

Gambar 39. Transport biji (Destroner)

4. Nut siloNut silo berfungsi untuk menyimpan sementara biji sebelum dipecah pada

unit pemecah. Selain itu nut silo juga difungsikan untuk menurunkan kadar air dalam inti (hidrasi) dan pemberian panas melalui nut heater. Berkurangnya kadar air dalam inti akan menyebabkan inti mengkerut dan akan mudah lekang dari cangkang, sehingga diharapkan kadar kotoran dalam inti produksi akibat banyaknya cangkang lekat pada inti akan berkurang.Bagian-bagian dari nut silo terdiri dari saluran masuk biji yang berfungsi sebagai saluran untuk memasukkan biji ke dalam nut silo, blower yang berfungsi untuk menghembuskan udara panas, heater yang berfungsi sebagai pemanas, saluran keluar biji yang berfungsi untuk mengeluarkan biji dari nut silo menuju ke ripple mill. Kapasitas dari nut silo yang digunakan di PKS Unit Usaha Adolina berkapasitas 57 m3.

Gambar 40. Nut Silo

5. Ripple MillRipple Mill berfungsi untuk memecahkan bijiseefisien mungkin dengan

kerusakan kernel seminim mungkin. Ripple mill terdiri dari 2 bagian yaitu rotaring rotor dan stationary plate. Rotary plate berbentuk batang rotor rod, sedangkan stationary plate berbentuk melengkung dengan permukaan bergerigi. Sebelum masuk ripple mill, bijiyang jatuh dari nut silo akan diterima oleh vibrating feeder. Vibrating feeder mengatur banyaknya biji yang akan masuk ripple mill. Cara kerja dari ripple mill yaitu biji yang masuk ke ripple mill akan ditekan oleh batang rotor rod yang berputar. Biji yang ditahan oleh stationary plate juga akan ditekan oleh batang rotor rod. Akibat penekanan ini, maka biji

Page 51: Laporan Pl Sosro

51

akan pecah. Kapasitas dari ripple mill yaitu 6-6.5 ton biji/jam dengan kecepatan putaran 970 rpm. Ripple mill juga dilengkapi dengan elektromotor dengan kapasitas 11 HP, 21.3 kw, 380-415 Volt, 1460 rpm dan dengan kecepatan 960 rpm.

Gambar 41. Ripple mill

6. LTDS (Light Tenera Dust Separation)LTDS berfungsi untuk memisahkan cangkang dan inti serta membawa

cangkang untuk bahan bakar boiler. Sistem pemisahan yang dilakukan disini adalah dengan menggunakan tenaga blower hisap dust separator dengan adjustmen damper untuk menentukan kualitas output yang dikehendaki, sehingga cangkang pecah yang mempunyai luas penampang lebih besar akan terhisap ke atas dan dialirkan ke boiler sedangkan inti yang terkutip dipompakan ke kernel silo. Campuran inti dan cangkang yang tidak terpisah karena memiliki berat hampir sama dialirkan ke hydrocyclone untuk dilakukan proses pemisahannya. LTDS Terdiri dari banyak bagian-bagian diantaranya cyclone yang berfungsi untuk menghisap campuran cangkang dan inti, fractiosting coloum yang berfungsi untuk mengatur kecepatan udara dari blower, cracked mixture yang berfungsi untuk tempat masuknya campuran cangkang dan inti, air lock yang berfungsi untuk mengunci udara, serta separating coloum yang berfungsi sebagai saluran keluar cangkang dari inti untuk diproses di hidrocyclone. Kapasitas dari LTDS yang digunakan di PKS Unit Usaha Adolina sebesar 6 ton biji/jam. LTDS dilengkapi dengan fan yang mempunyai tenaga gerak 40 HP, tekanan statis 520 mm wg, dan kapasitas 11000 CFM (cubik feet/min)

Gambar 42. LTDS (Light Tenera Dust Separation)

7. Hydrocyclone

Page 52: Laporan Pl Sosro

52

Hydrocyclone adalah alat untuk memisahkan cangkang dan inti sawit pecah yang besar dan beratnya hampir sama. Proses pemisahan dilakukan berdasarkan pada perbedaan berat jenis. Campuran cangkang dan inti dimasukkan ke dalam satu drum yang menggunakan air untuk menentukan berat jenis diantara berat jenis cangkang dan inti, untuk yang berat jenisnya lebih kecil dari berat jenis air akan terapung di atas dan yang berat jenisnya lebih besar dari air akan tenggelam.

Gambar 43. Hydrocyclone

8. Kernel DryerKernel dryer yang terdapat di PKS Unit Usaha Adolina ada empat buah

dengan ukuran masing-masing rata-rata panjang 2190 mm dengan lebar 1840 mm dan tinggi 5020 mm dengan volume ±16 m3. Total untuk empat unit yaitu ± 64 m3. Untuk pemanasan kernel dryer dilengkapi dengan satu blower dan satu heater. Kernel dryer dipakai untuk mengeringkan inti yang berasal dari hydocyclone sampai kadar air sesuai dengan norma yang telah ditentukan. Di dalam kernel dryer suhu pemanas yang digunakan dibagi menjadi tiga bagian yaitu tingkat I atau di bagian bawah dengan suhu 60-700C. Tingkat II atau di bagian tengah dengan suhu 50-600C. Tingkat III atau yang paling atas dengan suhu 40-500C. Kernel dryer juga dilengkapi dengan shaking grade yang digunakan untuk pengaturan pengiriman inti ke hopper inti dan blower pneumatic. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja dari kernel dryer diantaranya temperatur, waktu, kualitas dan kuantitas, kondisi dan kebersihan heater, suplai uap, kondisi blower, kebersihan kisi-kisi dalam kernel dryer, dan sistem First in first out.

Gambar 44. Kernel dryer

Stasiun Pendukung Proses Produksi

1. Stasiun Boiler

Page 53: Laporan Pl Sosro

53

Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Pada tekanan tertentu steam kemudian akan digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Sistem boiler terdiri dari sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan bakar. Penggunaan steam terbesar terutama pada stasiun perebusan.

Gambar 45. Boiler

Pada PKS Unit Usaha Adolina, panas yang digunakan berasal dari pembakaran cangkang dan serat (fibre). Perbandingan antara serat dan cangkang yang digunakan adalah 3:1. Panas tersebut digunakan untuk memanaskan air untuk kemudian menghasilkan uap. Uap tersebut digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik (melalui turbin uap) untuk keperluan proses produksi di pabrik. Jenis ketel uap yang digunakan adalah ketel pipa air. Boiler yang digunakan di PKS Unit Usaha Adolina bermerk Takuma dengan tipe N 600. Serat dan cangkang disalurkan melalui pipa yang berasal dari stasiun pengempaan menuju ke ruang pembakaran. Di dalam saluran tersebut, terdapat air lock yang berfungsi untuk membagi dua bahan bakar tersebut agar pembakaran lebih merata dan lebih cepat di dalam ruang pembakaran. Standar air dalam boiler adalah memiliki pH 10.5-11.5, kadar silika kurang dari 150 ppm, dan TDS (Total Dissolve Solid) kurang dari 1200 ppm. Kevacuuman ruang bakar boiler adalah 5-10 mmHg.

Gambar 46. Sistem Kerja Boiler

8 6

9

10

12

3

457

Page 54: Laporan Pl Sosro

54

Keterangan Gambar 47 :1. Draft control 6. Air Compressor 2. Induced draft fan 7. Secondary forced draft fan3. 2nd damper dust collector 8. Electric feed water pump4. 1st damper dust collector 9. Steam driver feed water pump5. Forced draft fan 10. Rotary feeder

Dalam PKS Unit Usaha Adolina terdapat 2 unit boiler, tetapi hanya satu saja yang dipakai, sedangkan yang lain digunakan sebagai cadangan (stand by). Kapasitas uap boiler adalah 20 ton uap/jam, kapasitas air umpan 20 ton/jam, dan kapasitas uap produksi 18-20 ton uap/jam. Pipa-pipa air (header) sebagai tempat pemanasan air ketel yang dibuat sebanyak mungkin, sehingga penyerapan panas lebih merata dengan efisiensi tinggi. Di dalam boiler terdiri dari dua ruang pembakaran. Ruang pertama berfungsi sebagai ruang pembakaran yang dihasilkan dan dialirkan langsung melalui pipa air yang berada dalam ruangan dapur dimana terdiri dari pipa-pipa air dari drum ke header samping kanan dan kiri. Dalam ruang ini udara pembakaran ditiupkan oleh blower penghembus udara (forced draft fan) melalui lubang-lubang kecil sekeliling dinding pembakaran dan melalui kisi-kisi bagian bawah dapur (fire grates).

Ruang kedua merupakan ruang gas panas dari uap diterima dari hasil pembakaran dari ruang pertama. Dalam ruang kedua ini sebagian besar dari panas dari uap diterima oleh pipa-pipa drum atas ke drum bawah. Jumlah udara yang diperlukan diatur melalui valve (air draft controller) yang dikendalikan oleh panel. Sedangkan dalam ruang kedua gas panas dihisap oleh blower hisap (induced draft fan) sehingga terjadi aliran panas dari ruang pertama ke ruang kedua dapur pembakaran. Di dalam ruang kedua dipasang sekat-sekat sedemikian rupa yang dapat memperpanjang permukaan yang dilalui gas panas tersebut dapat memanasi seluruh bagian luar drum bawah. Drum atas berfungsi untuk tempat pembentukan uap yang dilengkapi dengan sekat-sekat penahan butir-butir air untuk memperkecil kemungkinan air terbawa oleh uap. Uap hasil penguapan di dalam drum atas belum dapat dipergunakan untuk turbin uap, oleh karena itu harus dilakukan pamanasan uap lebih lanjut melalui pipa uap lanjutan (superheater pipe) sehingga uap benar-benar kering dengan suhu 260-280oC. Drum bawah berfungsi sebagai tempat pemanasan air ketel yang didalamnya. Pada bagian dalam drum dipasang plat-plat pengumpul endapan lumpur untuk memudahkan pembuangan keluar (blow down). Gas bekas setelah ruang pembakaran kedua dihisap oleh blower hisap (Induced Draft Fan) melalui saringan abu (dust collector) dibuang ke udara bebas melalui cerobong asap (chimney). Pengaturan tekanan di dalam dapur dilakukan oleh corong keluar blower (exhaust) dengan valve yang diatur secara otomatis oleh hidrolisis (furnace draft controller).

Katup pengaman (safety valve) pada boiler bekerja untuk membuang uap apabila tekanan melebihi tekanan yang telah ditentukan sesuai dengan penyetel klep pada alat ini. Umumya katup pengaman tekanan uap basah (saturated steam) diatur pada tekanan 21 kg/cm2, sedang pada katup pengaman uap kering diatur pada tekanan 20,5 kg/cm2. Selain itu, juga terdapat gelas penduga (sight glass) yang merupakan alat untuk melihat tinggi air di dalam drum atas untuk

Page 55: Laporan Pl Sosro

55

memudahkan pengontrolan dalam ketel selama operasi. Agar tidak terjadi penyumbatan pada kran uap dan air pada alat ini, perlu dilakukan pengecekan air dan uap secara periodik pada semua kran selama minimal 3 jam sekali. Gelas penduga dilengkapi dengan alat pengontrolan air otomatis yang akan berbunyi pada saat ketel kelebihan atau kekurangan air.

Faktor – faktor yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian ketel uap (boiler) diantaranya yaitu menjaga ketinggian air di upper drum (60-70%), melakukan pemeriksaan pada sistem otomatis dan peralatan pompa dalam keadaan baik yang dapat dikontrol dengan gelas penduga, menjaga tekanan steam pada tekanan kerja (18-20kg/cm2), melakukan pemeriksaan terhadap ruang bakar agar bahan bakar tidak menumpuk dengan cara menyetel dumper IDF dan mengorek kerak dari ruang bakar secara manual, melakukan blowdown sesuai rekomendasi dari laboratorium setiap 3 jam sekali, dan melakukan pembersihan pipa dengan shoot blower secara periodik.

Abu boiler pada tungku harus dikeluarkan secara bertahap (satu jam sekali) dan abu ini harus dibuang pada tempat yang telah ditentukan. Boiler mempunyai tekanan pada tungku, oleh karena itu kipas FD harus dihentikan terlebih dahulu sebelum mengorek abu boiler keluar dari dapur boiler. Pembersihan pada jelaga pipa juga harus dilakukan empat jam sekali

2. Power Planta. Turbin Uap

Turbin uap merupakan alat untuk mengkonversikan energi dari steam menjadi energi mekanis (putaran) untuk membangkitkan energi listrik melalui alternator.

Gambar 47. Turbin uap

Setiap turbin dilengkapi dengan katup keselamatan (safety valve) untuk melindungi turbin dari kondisi pengoperasian yang tidak aman. Pada pengoperasin turbin, katub turbin harus terbuka dengan mekanis pegas, dan menutup katup pada tekanan tertentu agar turbin berhenti. Peralatan ini juga berhubungan dengan overspeed, dimana jika putaran terlalu tinggi, maka plunger akan tersambung dan akan memicu katup tertutup. Uap yang digunakan pada turbin merupakan uap kering.

Dalam pengoperasian turbin uap perlu memperhatikan berbagai faktor diantaranya yaitu melakukan pengontrolan tekanan uap yang masuk 16-21 kg/cm2, melakukan set frekuensi agar diperoleh daya listrik yang diharapkan, memeriksa oil gear box, memberikan pelumas pada bearing shift, memeriksa temperatur oli

Page 56: Laporan Pl Sosro

56

40-50˚C dan tekanan oli 2-5 bar, dan memeriksa kebersihan generator secara periodik. Turbin uap memiliki beberapa alat pengaman yang menunjang keselamatan bagi para pekerja pada saat pengoperasiannya. Alat pengaman yang terdapat pada turbin adalah OTM (Overspeed Trip Mechanism), LOPT (Low Oil Pressure Trip), ES (Emergency Switch), HTT (High Temperature Trip) dan OTM (Overspeed Trip Mechanism) merupakan alat pendukung sistem untuk kecepatan lebih yang terdiri dari sebuah baut eksentrik yang dilengkapi dengan sebuah pegas yang diatur untuk bekerja pada 110-115% dari kecepatan normal.

Low oil pressure trip merupakan alat untuk mencegah bearing tergesek oleh poros ketika sistem lubrikasi gagal. Kontak pengaman tekanan otomatis mendeteksi setiap tekanan minyak yang turun dan membunyikan sirene untuk menandai bahaya kepada operator atau mengaktifkan katup solenoid yang langsung menghentikan operasi turbin secara darurat dengan secepatnya menutup control trip valve. Emergency switch yang terpasang di panel listrik merupakan alat pengaman dalam kondisi darurat yang dapat digunakan oleh operator. Penekanan emergency switch akan mengaktifkan solenoid yang akan menutup control trip valve. High temperature trip merupakan pengaman yang digunakan untuk mencegah kebakaran atau rusak pada bearing akibat temperatur oli melewati batas maksimum. Kontak pengaman secara otomatis akan mendeteksi setiap kenaikan temperatur dan akan membunyikan sirene untuk menandai adanya bahaya kepada operator atau mengaktifkan katup solenoid yang langsung menghentikan operasi turbin dengan secepatnya menutup control trip valve.

b. Back Presseur Vessels (BPV)Back presseur vessels berfungsi untuk mengumpulkan uap dari turbin yang

mempunyai tekanan 3,5 kg/cm2 dan akan didistribusikan kepada unit yang membutuhkan uap. PKS Unit Usaha Adolina memiliki BPV (Back Pressure Vessels) yang dilengkapi dengan Manometer, Termometer, dan bypass yang dilengkapi dengan reducer valve. Alat ini adalah bejana tekanan yang menampung exhaust system dari turbin uap untuk disalurkan ke stasiun-stasiun pengolahan yang membutuhkan steam terutama pada stasiun perebusan. Suplai utama steam berasal dari steam bekas turbin uap. Jika steam yang dibutuhkan tidak mencukupi, dapat dibantu dengan mengalirkan uap langsung dari turbin yang dikirim melalui pipa induk melalui kran bypass. Uap sisa dari turbin yang masuk BPV akan dikonversi menjadi uap basah dengan cara menginjeksikan air. Tekanan steam yang digunakan dalam proses pengolahan adalah 2.8-3.5 kg/cm2. Dalam pengoperasian back pressure vessel (BPV) perlu memperhatikan faktor-faktor agar tidak terjadi kesalahan (kerusakan dan bahaya) diantaranya yaitu menjaga tekanan BPV pada 2.8-3.0 kg/cm2, membuang uap jika tekanan melebihi 3 kg/cm2, dan mengatur distribusi steam agar semua proses pengolahan berjalan lancar.

Page 57: Laporan Pl Sosro

57

Gambar 48. Back presseur vessels

c. Diesel GensetGenset diperlukan untuk menggantikan peran turbin pada saat pabrik tidak

mengolah. Dalam pengoperasian genset harus memperhatikan berbagai faktor diantaranya melakukan pemeriksaan bahan bakar (solar) dan melakukan pencucian tangki solar secara periodik, memperhatikan tekanan minyak dan temperatur mesin, memeriksa ketinggian pelumas, memperhatikan getaran mesin saat beroperasi, dan mengganti penyaring sesuai umur pemakaian.

d. Kontrol PanelKontrol panel adalah lemari pembangkit untuk mendistribusikan tenaga

listrik ke stasiun-stasiun di dalam pabrik dan peralatan lain yang menggunakan listrik. Lemari ini dilengkapi dengan saklar-saklar pembagi ke stasiun-stasiun, kapasitor, syncroizer, dan alat-alat ukur listrik. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian kontrol panel adalah pada saat memasukkan saklar utama, semua saklar pembagi dalam keadaan bebas. Apabila mesin akan diparalelkan maka voltase frekuensi dari kedua mesin harus sama, kemudian jarum synchronizer tepat pada angka nol dan lampu paralel padam. Posisi sebelum saklar dimasukkan harus diperiksa agar saklar pembagi dalam keadaan bebas dan alat ukur dalam keadaan baik.

Gambar 49. Kontrol panel

e. Perusahaan Listrik Negara (PLN)PLN digunakan sebagai pembangkit cadangan pada saat diesel genset

sedang tidak berfungsi. Penggunaan sumber energi dari PLN ini biasanya lebih digunakan untuk kebutuhan kantor. Selain itu energi PLN juga digunakan untuk perumahan-perumahan karyawan di Unit Usaha Adolina.

Page 58: Laporan Pl Sosro

58

3. Water TreatmentProses pengolahan air bertujuan untuk meningkatkan kualitas air sebelum

digunakan agar memenuhi persyaratan yang ditentukan. Proses pengolahan air mencakup pengoperasian, penjernihan, penyaringan dan pelunakan. Proses pengolahan air akan didistribusikan untuk air domestik, yaitu air yang digunakan di kegiatan pabrik dan pemukiman penduduk (karyawan). Dalam Water treatment dikenal dengan istilah internal water treatment yaitu proses pengolahan air untuk memenuhi operasional pabrik.

Untuk pemenuhan kegiatan pabrik terutama air untuk boiler harus memenuhi standar tertentu untuk menghindari sifat korosif. Korosi yang terjadi pada boiler disebabkan terutama oleh pH dan oksigen. Oleh karenanya pH harus dipertahankan pada nilai 10.5-11.5. Pengurangan oksigen dilakukan dengan proses deaerasi yang efektif dan bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan oksigen adalah sulphite. Sifat korosi terjadi pada daerah transfer panas yang maksimum dan di daerah yang sirkulasinya buruk. Pengendalian korosi di boiler dilakukan dengan menggunakan bahan kimia (sludge conditioner) dan pengendalian TDS.

Bagian-bagian dari internal water treatment adalah :1. Water Clarifier Tank

Water clarifier tank berbentuk kerucut dengan diameter atas 10000 mm, diameter bawah 2220 mm dan tinggi 6230 mm. Jumlahnya adalah 2 unit dengan kapasitas masing-masing adalah 100 m3/jam. Water clarifier tank berfungsi untuk menerima air yang dipompakan dari tangki air kotor, mengendapkan kotoran/lumpur/pasir, serta menyalurkan air yang telah diendapkan ke bak water basin untuk dijernihkan.

2. Bak Water BasinBak water basin berfungsi menerima supply air dari water clarifier tank dan sebagai tempat stock penampungan air , serta menyalurkan air tersebut ke sand filter untuk disaring kembali. Jumlah bak water basin di PKS Unit Usaha Adolina adalah 1 unit dengan kapasitas 700 m3, panjang 30.5 m, lebar 12.5 m, dan tinggi 2.25 m.

3. Sand FilterFungsi sand filter adalah untuk menyaring kotoran yang melayang dengan menggunakan pasir (atas), batu kerikil kecil (tengah), dan batu kerikil besar (bawah). Perbandingan jumlah pasir, kerikil kecil, dan kerikil besar adalah 40:30:30. Sand filter yang ada di PKS Unit Usaha Adolina saat ini adalah 2 unit, dengan diameter 1.825 m, dan tinggi 1.3 m. Pada tangki sand filter terdapat 2 buah manometer.

4. Menara AirMenara air berfungsi untuk menerima air bersih dari sand filter, mengirimkan air ke pabrik untuk pencucian dan pembersihan air kotor, dan mengatur supply air ke kantor-kantor dan rumah-rumah karyawan.

5. Cation TankCation tank berbentuk sebuah tangki berdiameter 1220 mm dan tinggi 2240 mm yang berfungsi untuk menerima air bersih dari menara air yang dipompa oleh cation pump, menyalurkan air ke degasifer tank, dan mengadakan

Page 59: Laporan Pl Sosro

59

regenerasi air apabila telah mencapai kapasitas 800 m3 dengan menggunakan asam sulfat.

6. Degrator TankDegrator tank berfungsi untuk menerima air dari cation tank melalui blower dan menghisapnya untuk dikirim ke anion tank. Alat ini dilengkapi dengan blower penghisap dan pompa degasifer.

7. Anion TankAnion tank berupa tangki berdiameter 1220 mm dan tinggi 2240 mm. Pada bagian dalam tangki diisi dengan resin duolite untuk penyaringan air. Tangki ini berfungsi untuk menyaring air, mengirim air ke boiler feed water tank, dan mengadakan regenerasi air apabila telah mencapai kapasitas 800 m3 dengan menggunakan caustic soda.

8. Boiler Feed Water TankBoiler feed water tank (Tangki air umpan ketel) berjumlah 1 unit yang berfungsi untuk menerima hasil olahan dari anion tank dan mengatur supply air untuk ketel uap. Feed water tank berfungi untuk menampung air dari anion exchanger yang akan digunakan untuk air umpan ketel uap. Air yang masuk ke tangki umpan ketel sudah terbebas dari zat padat yang melayang dan dapat membuat pipa ketel bersifat korosi. Air dalam feed water tank dipanasi sehingga pembentukan uap kering pada ketel tidak terlalu lama. Norma temperatur di feed water tank adalah 80˚C dengan kandungan oksigen yang sedikit di dalam air sehingga tidak menyebabkan korosi. Pada water treathment juga terdapat elevator water tank. Tangki ini terletak di atas boiler feed water tank yang berfungsi menerima supply air dari boiler feed water tank yang dihisap dengan elevator pump.

MANAJEMEN LINGKUNGAN

Pelaksanaan Pengolahan Limbah

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina telah memperoleh beberapa penghargaan ISO 9001:2000 dan ISO 14001:2004 pada tahun 2005 dan telah memperoleh ISO 9001:2008 dan ISO 14001:2004 pada sertifikasi tahun 2009. Pada tahun 2004, 2007, 2010 memperoleh bendera emas (Golden Flag) untuk implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Tahun 2010 juga mendapat Certificate TUV NORDManagement System as per ISO 9001:2008 dan Certificate TUV NORDManagement System as per ISO 14001:2004. Pada tahun 2011 PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina juga mendapatkan penghargaan Zero Accident Award dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina pada bulan Juni 2011 sesuai komitmen manajemen perusahaan menerapkan Round on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan akan diaudit sertifikasi RSPO/ISPO pertengahan tahun 2012 oleh tim audit TUV NORD.

Page 60: Laporan Pl Sosro

60

Pengelolaan lingkungan yang dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina adalah berdasarkan sifat bahan atau limbah yang teridentifikasi memiliki dampak yang benar dan bersifat negatif. Selain minyak dan inti sawit sebagai produk utama, produk sampingan yang selama ini dianggap sebagai limbah sebenarnya memiliki kandungan bahan organik yang cukup tinggi, serta memiliki kandungan bahan berbahaya dan beracun. Produk sampingan ini juga berpotensi untuk dimanfaatkan kembali baik sebagai penghemat sumber daya maupun pengembangan kegiatan usaha yang dapat menaikan pendapatan serta peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar perkebunan. Berbagai produk sampingan yang dapat dimanfaatkan antara lain adalah daun, pelepah, batang sisa replanting, cairan sisa pengolahan minyak dan inti, tandan kosong, padatan terapung pada kolam pengolahan limbah dan lain – lain. Limbah merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan industri. Limbah yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan masalah terhadap lingkungan industri. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina merupakan industri pengolahan kelapa sawit menjadi CPO. Secara umum limbah di Unit Usaha Adolina ini dibagi menjadi dua bagian yaitu limbah dari lahan tanaman dan limbah hasil proses pengolahan TBS.

Limbah Hasil Proses Pengolahan TBS

1. Limbah PadatLimbah yang dihasilkan dari hasil proses pengolahan TBS salah satunya

yaitu limbah padat. Limbah padat yang dihasilkan PKS Unit Usaha Adolina berasal dari proses-proses produksi di pabrik diantaranya penebahan, proses pressing dan pemecahan biji serta pembakaran bahan bakar boiler. Proses penebahan menghasilkan limbah padat berupa tandan kosong. Limbah padat berupa tandan kosong dikumpulkan pada suatu tempat yaitu hopper janjangan dan dibawa ke kebun di afdeling. Tandan kosong ini akan dimanfaatkan sebagai aplikasi lahan berupa pupuk organik pada lahan kebun kelapa sawit yang dimiliki Unit Usaha Adolina.

Gambar 50. Tandan kosong dan hopper tandan kosong

Limbah padat juga dihasilkan dari proses pressing, atau biasa juga disebut dengan proses pengempaan. Pada proses ini akan dihasilkan serat kelapa sawit. Serat kelapa sawit ini akan diolah di pabrik biji untuk dipisahkan antara serat murni dan biji. Serat murni ini akan dikirim ke stasiun boiler sebagai bahan bakar. Biji yang telah dipisahkan dengan serat murni ini akan diproses lebih lanjut dan

Page 61: Laporan Pl Sosro

61

juga menghasilkan limbah padat yaitu pada proses pemecahan biji sawit tersebut. Proses pemecahan biji sawit ini menghasilkan limbah padat berupa cangkang sawit. Cangkang sawit ini dikumpulkan pada suatu tempat yang berada dekat boiler bersamaan dengan serat yang telah dibawa terlebih dahulu dan juga dijadikan sebagai bahan bakar boiler.

(a) (b) Gambar 51. (a) Cangkang sawit, (b) Serat

Proses pembakaran pada bahan bakar boiler yang menggunakan cangkang dan serabut sawit juga akan menghasilkan limbah padat berupa abu ketel uap. Abu ketel uap ini akan dikumpulkan pada suatu tempat lalu diangkut menggunakan truk untuk dibuang. Abu ketel sebenarnya juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan penetral limbah cair untuk dijadikan pupuk.

Gambar 52. Abu ketel uap

2 . Limbah CairSeperti telah kita ketahui sebelumnya bahwa PKS Unit Usaha Adolina

memiliki kapasitas pengolahan sebanyak 30 ton TBS/jam atau lebih kurang 600 ton TBS/hari jika terhitung rata-rata 20 jam kerja per hari. Hasil pengolahan ini akan menghasilkan limbah cair antara 420-490 m3. Limbah cair PKS pada umumnya juga berasal dari hasil pengolahan seperti dari proses perebusan, proses klarifikasi dan hydrocyclone. Limbah cairan yang dihasilkan dari ketiga proses tersebut akan dialirkan menuju bak fat-fit untuk mengambil minyak yang masih terkandung dalam air limbah. Limbah cair ini kemudian masuk ke deoiling pond untuk mengambil sisa minyak yang masih ada pada air limbah dengan menggunakan alat rodos. Limbah cair dari deoiling pond ini lalu dialirkan melalui parit yang diarahkan menuju IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Limbah

Page 62: Laporan Pl Sosro

62

cair memiliki kandungan BOD, COD, dan pH. Limbah cair ini di bagian IPAL akan diolah dengan menggunakan sistem anaerobik untuk menurunkan kandungan organiknya.Jika limbah cair yang diolah telah memenuhi Baku Mutu Lingkungan, kemudian akan dibuang dengan dialirkan ke lahan perkebunan melalui parit-parit yang ada. Namun ada juga dengan menggunakan cara diangkut oleh truk tangki dan disiramkan ke lahan perkebunan tanaman kelapa sawit. Perlakuan ini diharapkan menjamin ketersediaan air bagi tanaman kelapa sawit dengan kandungan unsur haranya.

Pengolahan limbah cair di PKS Unit Usaha Adolina menggunakan sistem kolam terbuka. Kolam pengolahan limbah yang dimiliki PKS Unit Usaha Adolina terdiri atas kolam pendinginan (cooling pond), kolam anaerobik primer (primary anaerobic pond), kolam anaerobik sekunder (secondary anaerobic pond) dan final pond. Pengelolaan limbah cair tercantum pada Lampiran7 dan Lampiran 8. Tahapan dalam pengolahan limbah cair menggunakan sistem terbuka yaitu :1) Kolam Pendinginan

Tahap pertama pengolahan limbah berawal dari kolam pendinginan. Kolam ini memiliki kapasitas sebesar 5390 m3 dengan dimensi 70 m x 22 m x 3.5 m. Waktu tinggal (retention time) limbah cair di kolam ini adalah 15 hari. Kolam pendinginan merupakan proses pengendapan lumpur dengan menggunakan bakteri. Kolam pendinginan adalah tempat penampungan awal lumpur yang berasal dari pengolaham pabrik.

2) Kolam Anaerobik PrimerLimbah yang telah keluar dari kolam pendinginan selanjutnya memasuki kolam anaerobik primer. Fungsi kolam kedua ini adalah untuk menguraikan butiran-butiran minyak yang masih tersisa dengan bantuan bakteri. Kolam kedua ini memiliki kapasitas sebesar 5390 m3 dengan dimensi 70 m x 22 m x 3.5 m.Waktu tinggal limbah cair di kolam ini adalah 15 hari.

3) Kolam Anaerobik SekunderKolam ini merupakan lanjutan dari kolam anaerobik primer. Fungsi kolam ini adalah memproses kembali limbah yang berasal dari kolam anaerobik primer karena nilai BOD limbah masih cukup tinggi. Kolam anaerobik ini memiliki kapasitas 5390 m3 dengan dimensi 70 m x 22 m x 3.5 m dengan waktu tinggal limbah selama 15 hari.

4) Kolam AkhirKolam ini atau biasa juga lebih sering disebut dengan final pond merupakan kolam limbah terakhir setelah pengolahan pada kolam anaerobik sekunder sebelum dialirkan menuju aplikasi lahan. Sebelum limbah tersebut dialirkan ke parit menuju aplikasi lahan, terlebih dahulu diambil sampel untuk memastikan limbah cair sudah memenuhi standar atau Baku Mutu Lingkungan. Kolam ini memiliki kapasitas sebesar 5390 m3 dengan dimensi 70 m x 22 m x 3.5 m dan waktu tinggal (retention time) selama 15 hari.

Limbah cair yang telah keluar dari final pond ini kemudian dialirkan menuju aplikasi lahan. Pengaliran limbah dilakukan melalui parit yang berkelok-kelok dan sebagian diangkut menggunakan mobil tangki menuju kebun. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya limbah cair ini akan dianalisis dan diuji parameter-parameternya yang terdiri atas pH, BOD, COD, minyak dan lemak serta senyawa-senyawa lainnya (Pb, Cu, Cd, Zn) oleh UPT Laboratorium Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Laboratorium Pengolahan Kantor Pusat

Page 63: Laporan Pl Sosro

63

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) setiap enam bulan sekali. Data analisis pengujian limbah cair PKS Adolina dapat dilihat pada Tabel 5:

Tabel 5. Data Analisis Limbah Cair Untuk Unit Usaha Adolina

No Parameter

Hasil Analisa Satuan Metode

PKS

1 Ph 7,55 Potensiometri

2 BOD5 71.7 mg / L JIS K 0102 – 21

3 COD 123 mg / LColorimetric Determination

4Minyak&Lemak

1,2 mg / L JIS K 0102 – 24 – 2

5 Pb < 0,01 mg / L Atomisasi

6 Cu < 0,004 mg / L Atomisasi

7 Cd <0.004 mg / L Atomisasi

8 Zn < 0,02 mg / L Atomisasi

Sumber : Data hasil laporan pengujian UPT Lab. Lingkungan Provinsi Sumatera Utara

3. Limbah GasGas yang keluar dari cerobong ketel uap (boiler) merupakan limbah gas

yang dihasilkan oleh PKS Unit Usaha Adolina. Selain itu limbah gas yang dihasilkan juga berasal dari gas hasil pembakaran solar dari genset (generator set). Gas yang dihasilkan oleh boiler berasal dari pembakaran cangkang dan serat kelapa sawit. Gas buangan boiler ini diuji setiap enam bulan sekali. Pengujian emisi gas buang ini mencakup pengukuran terhadap parameter yang terdiri atas sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), amonia (NH3), hidrogen sulfida (H2S), hidrogen klorida (HCl), opasitas, dan partikulat. Baku mutu yang digunakan adalah baku mutu emisi tidak bergerak berdasarkan KEPMENLH No.13/MENLH/3/1995. Hasil analisis terhadap emisi gas boiler berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa udara emisi boiler yang dihasilkan PKS Unit Usaha Adolina masih di bawah baku mutu udara emisi tidak bergerak kecuali HCl. HCl berada di atas baku mutu kemungkinan dikarenakan laju penguapan yang terlalu tinggi pada pengolahan limbah gas. Data hasil pengujian emisi boiler dapat dilihat pada tabel 6.

Page 64: Laporan Pl Sosro

64

Tabel 6. Hasil Pengujian Emisi Boiler

No Parameter Satuan

Hasil Analisa Baku

MutuMetode

Boiler

1 SO2 mg/Nm 578 800 Pararosanilin

2 NO2 mg/Nm 786 1000 Salztman

3 NH3 mg/Nm 0,01 2.0Metyene blue

4 H2S mg/Nm 0,83 0.02Salicylate method

5 HCL mg/Nm 27 20Lantanum Alzarin

6 Opasitas % 1,08 35 Visual

7 Partikulat mg/Nm 0,78 350 Gravimetri

Sumber : Hasil analisis dari UPT Laboratorium Lingkungan Bapedalda Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

Selain itu juga dilakukan pengujian udara ambient di PKS Unit Usaha Adolina. Udara ambient merupakan udara bebas di permukaan bumi lapisan troposfir yang berada di sekitar lingkungan pabrik. Pengujian udara ambient ini diuji terhadap beberapa parameter diantaranya sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3), TSP (debu) dan kebisingan. Pengujian udara ambient dilakukan pada tiga lokasi sampling. Lokasi sampling I, II, III masing-masing lokasi di ruang proses, perkantoran, dan pemukiman penduduk. Dari hasil analisis udara ambient tersebut dapat diketahui bahwa secara umum udara ambient PKS Unit Usaha Adolina masih di bawah Baku Mutu Lingkungan yang ditetapkan (Tabel 7) kecuali parameter kebisingan di daerah pemukiman. Tingkat kebisingan di daerah pemukiman penduduk meningkat kemungkinan dikarenakan pemukiman penduduk terletak tepat di pinggir Jalan Raya Lintas Sumatera (Jalinsum). Baku mutu yang digunakan mengacu kepada Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Kep.Men LH No 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan dan Kep. Men LH No 50/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan.

Page 65: Laporan Pl Sosro

65

Tabel 7. Hasil pengujian udara ambient    Hasil Analisa  

Baku Mutu

 

No Parameter I II IIISatua

nMetode

1 SO2 < 2,27 < 2,27 10,01 ug/Nm 900 Pararosanilin

2 NO2 7,24 8,38 8,23 ug/Nm 400 Salztman

3 H2S 0,01 0,01 0,01 Ppm 0.02Metyene Blue

4 NH3 0,02 0,03 0,05 Ppm 2Salicylate methode

5 TSP 88,9 61,1 38,9 ug/Nm 230 Gravimentri

6 Kebisingan 84,82 63,65 57,89 dBA

85 (I) 70 (II)

55 (III)

Sound Level Meter

Sumber : Hasil analisis BLH UPT Lab. Lingkungan Bapedalda Prop. Sumut. PP No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Kepmen LH No. 48.MEN.LH/11/1996 tentang baku mutu tingkat kebisingan

4. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan PKS Unit Usaha Adolina bersumber dari bagian pengolahan, bagian teknik dan bagian tata usaha. Pada bagian pengolahan dihasilkan limbah berupa oli bekas, buangan wadah bekas bahan kimia, buangan sampel yang sudah dianalisis, buangan alat pelindung diri bekas kontaminasi bahan kimia, dan bahan kimia kadaluarsa. Bagian teknik menghasilkan limbah B3 berupa kuas yang terkontaminasi cat, buangan kaleng bekas cat, oli bekas dan buangan aki rusak. Bagian tata usaha menghasilkan limbah B3 berupa buangan tube bekas tinta dan lampu bekas. Limbah B3 ini ditangani dengan membuangnya pada tempat sampah khusus untuk limbah B3, kemudian limbah B3 ini secara berkala dikumpulkan ke tempat penyimpanan khusus yang terlindung dari aliran air dan hujan. Limbah B3 ini lalu diberikan kepada transporter khusus limbah B3. Limbah B3 berupa oli bekas sebagian dimanfaatkan untuk melumasi rel lori.

Limbah B3 dalam kegiatan perkebunan pada umumnya merupakan golongan pestisida (herbisida, insektisida, rodentisida, dan fungisida). Limbah perkebunan B3 karena sifat dan konsentrasinya serta jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan pencemaran dan membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup. Oleh karena itu,diperlukan penanganan atau pengelolahan yang tepat untuk limbah B3 yang digunakan dalam kegiatan perkebunan kelapa sawit. Pengelolaan akan limbah B3 ini biasanya

Page 66: Laporan Pl Sosro

66

dilakukan dengan menyediakan MSDS (Material Safety Data Sheet) sebagai petunjuk Keselamatan dan Kesehatan kerja, memberikan label pengenal bahan pada wadah bahan, menghindari kontak dengan mata dan alat pernapasan, menyimpan pada tempat atau ruangan yang memiliki sirkulasi udara dengan ventilasi baik, dan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang tepat saat melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan limbah B3.

Peraturan Dan Persyaratan Pengolahan Lingkungan

Dalam kaitannya untuk menyelaraskan kegiatan operasional perusahaan dengan kepedulian dan tanggung jawab perusahaan terhadap aspek penting lingkungan, PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sebagaimana yang telah dipersyaratkan dalam peraturan perundang – undangan. Berdasarkan hasil analisa aspek dampak yang telah dilakukan, pengelolaan lingkungan dikategorikan kepada pengelolaan B3, pengendalian pencemaran air, pengendalian udara serta pengendalian kebisingan dan kebauan. Dasar – dasar hukumnya dapat dikelompokan sebagai berikut :

1. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)Peraturan Perundang–undangan dasar pengelolahan limbah B3 :

a. Keputusan Kepala BAPEDALDA No. 68 Tahun 1994 tentang Tata Cara Memperoleh Izin Penyimpanan, Pengumpulan, Pengoperasian Alat Pengolahan dan Penimbunan Bahan Berbahaya dan Beracun.

b. Keputusan Kepala BAPEDAL No. 01 Tahun 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

c. Keputusan Kepala BAPEDAL No. 02 Tahun 1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

d. Keputusan Kepala BAPEDAL No. 02 Tahun 1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

e. Keputusan Kepala BAPEDAL No. 02 Tahun 1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

f. Keputusan Kepala BAPEDAL No. 05 Tahun 1995 tentang Symbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

g. Keputusan Kepala BAPEDAL No. 225 Tahun 1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas.

h. Undang–Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolahan Lingkungan Hidup.

2. Pengendalian Pencemaran AirPeraturan Perundang–undangan dasar pelaksanaan pengendalian

pencemaran air antara lain :a. Undang–Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolahan Lingkungan Hidup b. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1995 tentang

Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.c. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolahan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air.

Page 67: Laporan Pl Sosro

67

d. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 82 Tahun 2003 tentang Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit.

e. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 29 Tahun 2003 tentang Pedoman Syarat dan Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit.

3. Pencemaran UdaraPeraturan Perundang–undangan dasar pelaksanaan pengendalian

pencemaran udara :a. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1991 tentang Pengendalian Pencemaran

udara.b. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tentang

Baku Mutu Emisi Sumber tidak Bergerak.

4. Kebisingan dan KebauanPeraturan Perundang–undangan dasar pelaksanaan pelaksanaan

pengendalian kebisingan, getaran, dan kebauan :a. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 tentang Baku

Mutu Tingkat Kebisingan. b. Keputusan Menteri Kesehatan No. 261 Tahun 1998 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja.c. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 tentang Baku

Mutu Tingkat Kebauan

PEMBAHASAN

Sistem Produksi

Poses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil)

Proses pengolahan TBS yang dilakukan di PKS Unit Usaha Adolina mempunyai kapasitas 30 ton/jam dengan rata-rata waktu produksi per hari 20 jam atau dengan kata lain menghasilkan lebih kurang 600 ton TBS/hari. Proses pengolahan TBS diawali dengan persiapan bahan baku. Untuk mendapatkan bahan baku berupa TBS yang berkualitas harus menggunakan bibit yang unggul. Perkebunan Unit Usaha Adolina mendapatkan bibit dari Pusat Penelitian Perkebunan Marihat, RISPA (Pusat Penelitian Kelapa Sawit), SOCFINDO (PT Socfin Indonesia), dan LONSUM (PT London Sumatera) yang semua bertempat di Provinsi Sumatera Utara. Selain pemilihan bibit, perlakuan penanaman, perawatan, pemupukan, panen, dan perlakuan pasca panen yang baik juga akan mempengaruhi TBS yang dihasilkan. Semua perlakuan tersebut dilakukan dengan baik dan diikuti dengan proses produksi atau pengolahan yang baik untuk menghasilkan CPO yang berkualitas.

Proses pemasakan pada buah sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah dan buah yang matang. Warna kulit buat matang ditandai dengan warna

Page 68: Laporan Pl Sosro

68

buah menjadi merah jingga dan buah yang matang ditandai dengan adanya berondolan yang jatuh. Jumlah berondolan yang jatuh menentukan kelayakan panen buah atau kriteria matang panen. Kriteria matang panen merupakan indikasi yang tepat untuk membantu pemanen agar memotong buah yang layak panen. Fraksi matang kelapa sawit yang tepat adalah di antara fraksi dua dan tiga sebab untuk fraksi tersebut kandungan ALB optimal. Kelapa sawit yang layak untuk dipanen apabila jumlah buah yang jatuh/bobot brondolan adalah 2 butir brondolan/kg TBS (Hutagaol & Yahya, 2009).

Baik atau tidaknya proses pemasakan buah akan mempengaruhi kandungan ALB (Asam Lemak Bebas) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam presentase tinggi dan mengurangi kualitas minyak. Sebaliknya jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang mengakibatkan kadar ALB yang dihasilkan akan rendah, namun rendemen minyak yang diperoleh juga akan rendah (Fauzi dkk, 2007). Dalam banyak kasus banyak ditemui kasus buah yang terlalu matang akibat terlambat pemanenan. Untuk menghindari hal tersebut maka diperlukan pengawasan intensif dari mandor panen di afdeling.

Menurut Rangkuti (2007), kenaikan ALB ditentukan mulai dari saat buah dipanen sampai diolah di pabrik dimana kenaikan ALB tersebut disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor seperti panas, air, keasaman, dan katalis enzim. Semakin lama reaksi ini berlangsung maka akan semakin banyak asam lemak bebas yang terbentuk. Oleh karena itu TBS yang telah matang dipanen dan harus sesegera mungkin diolah dengan meminimalkan terbentuknya luka pada buah pada hari tersebut juga setelah dipanen. ALB terbentuk karena adanya kegiatan enzim lipase yang terkandung di dalam buah dan berfungsi memecah lemak/minyak menjadi asam lemak dan gliserol. Kerja enzim tersebut semakin aktif bila struktur sel buah matang mengalami kerusakan. PKS Unit Usaha Adolina mempunyai standar kadar ALB yang diizinkan yaitu maksimun 3.00 % untuk minyak sawit dan 2.00 % untuk inti sawit.

Proses pengolahan TBS dimulai dari proses penimbangan TBS. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan 2 sistem penimbangan yaitu penimbangan secara digital atau menggunakan secara manual. Penimbangan secara digital menggunakan sistem komputerisasi dengan menggunakan load cell yang ada pada konstruksi timbangan. Penimbangan secara manual dilakukan jika alat penimbang digital rusak atau kondisi cuaca dalam keadaan hujan. Pada saat melakukan proses penimbangan, truk pengangkat TBS masuk ke tempat penimbangan dan supir truk harus keluar dari truk. Sedangkan pada penimbangan truk tangki CPO sebelum melakukan penimbangan, satpam dan mandor melakukan pemeriksaan pada setiap truk tangki CPO. Sistem antrian pada stasiun penimbangan ini adalah FIFO (First in First Out). Setiap truk yang mengangkut TBS ke pabrik akan ditimbang sebagai bruto dan setelah dikeluarkan TBS di loading ramp sebagai tarra. Buah yang tidak sesuai norma Unit Usaha Adolina akan dimasukkan kembali ke dalam truk dan juga akan dihitung sebagai tarra.

Buah yang telah ditimbang akan ditimbun di loading ramp. Sebelum dimasukkan ke dalam loading ramp, buah terlebih dahulu mengalami proses sortasi. Proses sortasi dilakukan secara visual oleh penanggung jawab stasiun

Page 69: Laporan Pl Sosro

69

penerimaan buah bagian sortasi. Sortasi tersebut berguna sebagai fungsi pemantauan terhadap kualitas bahan baku yang masuk sebagai penentu keberhasilan suatu proses produksi. Setelah dilakukan sortasi dan grading, TBS akan dimasukkan ke loading ramp yang terhubung pada pintu (bays), dimana setiap pintu akan berujung pada TBS conveyor yang akan mengantarkan TBS ke lori. Proses pengisian lori merupakan faktor penting dalam proses produksi dimana proses pengisian lori akan menentukan pencapaian kapasitas produksi pabrik. PKS Unit Usaha Adolina memiliki 1 unit loading ramp dengan 15 pintu (bays) yang masing-masing berkapasitas 15 ton TBS. Setiap lori yang digunakan mempunyai kapasitas 2.5 Ton. Lori yang telah dimuat dengan TBS kemudian akan ditarik dengan menggunakan capstand kemudian dipindahkan ke rel stasiun rebusan dengan menggunakan transfer carriage.

Lori kemudian ditarik kembali dengan menggunakan capstand dan dimasukkan ke stasiun perebusan (sterilizer). PKS Unit Usaha Adolina memiliki 3 unit ketel rebusan dan hanya dua unit yang digunakan, sedangkan satu unit lainnya sebagai cadangan sekaligus maintenance. Sistem perebusan dilakukan dengan menggunakan sistem tiga puncak (tripple peak). Sistem perebusan tiga puncak maksudnya yaitu jumlah puncak yang terbentuk selama perebusan berjumlah tiga sebagai akibat dari tindakan pemasukan uap, pembuangan uap, dilanjutkan dengan pemasukan uap, penahanan uap, dan pembuangan uap selama proses perebusan dalam satu siklus (Mangunsong dan Lamria, 2003). Pada puncak pertama tekanan rebusan yang diberikan yaitu 2.3 kg/cm2, pada puncak kedua 2.5 kg/cm2, dan pada puncak ketiga 3.0 kg/cm2. Lama perebusan di dalam ketel rebusan 90 menit. Waktu perebusan tidak boleh terlalu lama dan terlalu cepat karena waktu perebusan yang terlalu lama dan terlalu cepat akan mempengaruhi warna minyak yang diperoleh terlalu tua sehingga sukar untuk dipadatkan, lossis minyak pada air rebusan yang bertambah, buah akan kurang masak sehingga brondolan sukar lepas dari tandan, proses pelumatan dalam digester tidak sempurna sehingga sebagian daging buah tidak lepas dari biji yang mengakibatkan lossis minyak pada ampas dan biji bertambah, dan biji yang dihasilkan tidak bersih. Proses perebusan bertujuan untuk mengurangi peningkatan asam lemak bebas, mempermudah proses pembrondolan pada thresher, memaksimalkan lekangnya kernel pada biji, melunakkan daging buah, menurunkan kadar air, dan sebagai supply bagi ketersediaan buah terebus (cooking fruit bunch). Menurut Sunarko (2007), perebusan tandan buah segar mempunyai tujuan untuk mematikan enzim lipase yang terdapat pada buah. Enzim lipase akan membentuk asam lemak bebas dan juga dapat menyebabkan pelepasan buah dari tandan lebih mudah. Selain itu menurut Sunarko, perebusan TBS juga mempermudah pemisahan kernel dari cangkang dan memperlunak daging buah yang akan mempermudah proses pemerasan buah pada proses pengempaan. Dalam stasiun rebusan, penurunan tekanan (pelepasan uap) pada pabrik kelapa sawit harus dilakukan dengan cepat bertujuan untuk mempermudah penguapan sebagian air buah sehingga buah menjadi lemah. Kondisi buah seperti ini akan mengakibatkan buah akan lebih mudah dikempa di stasiun pengempaan.

Setelah selesai direbus, pintu pengeluaran ketel rebusan akan terbuka dan lori akan dikeluarkan kemudian ditarik keluar mendekati housting crane dengan menggunakan capstand. Lori kemudian akan diangkat dengan menggunakan housting crane dan dituangkan ke dalam autofeeder. Di dalam autofeeder buah

Page 70: Laporan Pl Sosro

70

akan dibawa ke thresser dan akan dirontokkan. Thresser merupakan alat yang digunakan untuk merontokkan buah atau dengan kata lain memisahkan buah brondolan dengan tandan. Untuk menyempurnakan proses perontokan, terdapat siku pengarah dan pisau cakar yang dipasang sejajar dengan kisi thresher. Pisau cakar ini berfungsi untuk mencabik-cabik tandan agar brondolan yang berada di dalam ikut membrondol. Keberhasilan proses bantingan di thresser selain dipengaruhi oleh kecepatan rotasi drum thresher juga dipengaruhi oleh waktu perebusan dan kualitas TBS. Waktu perebusan yang tidak sempurna akan menyebabkan buah sulit memberondol. Sedangkan buah abnormal dan buah mentah akan sulit memberondol meskipun telah mengalami proses perebusan. Buah hasil thresser akan ditransfer ke digester sedangkan tandan kosong akan dibawa ke hooper tandan kosong dengan menggunakan empty bunch conveyor. Buah hasil thresser yang dibawa ke digester dengan menggunakan fruit elevator akan dilumat sehingga daging buah (mesokarp) lepas dari biji dan sel-sel yang mengandung minyak akan hancur. Hal ini dilakukan agar minyak dapat diekstraksi sebanyak-banyaknya pada stasiun selanjutnya. Selama pelumatan suhu harus dipertahankan tinggi mendekati titik didih air untuk mempermudah proses pelumatan dan serat dapat lebih mudah dipisahkan dari biji (Heriansyah, 2010).

Hasil dari digester akan dikempa dalam screw press. Pengempaan bertujuan memisahkan minyak dengan biji dan serat dengan cara mengempa buah untuk mendapatkan minyak kasar. Minyak kasar yang keluar kemudian diencerkan dengan air dilusi. Air dilusi yang digunakan berasal dari hot water tank. Pengenceran ini bertujuan untuk menurunkan viskositas minyak kasar sehingga mempermudah pemisahan minyak dari air dan kotoran pada proses selanjutnya. Minyak yang dihasilkan dari proses pengempaan kemudian masuk ke sand trap tank dan dibawa melalui oil gutter. Serabut (serat) dan biji (ampas) hasil pengepresan diteruskan ke cake breaker conveyor untuk diolah di Pabrik Biji.

Sand trap tank berfungsi untuk memisahkan pasir dari cairan minyak kasar yang berasal dari screw press. Sistem kerja dari sand trap tank yaitu berdasarkan berat jenis. Minyak yang massa jenisnya lebih kecil akan berada di atas sedangkan pasir akan mengendap di bawah. Pasir akan dikeluarkan melalui blowdown setiap hari sekali. Minyak kemudian akan dialirkan ke dalam vibrating screen. Vibrating screen berfungsi untuk menyaring hasil dari sand trap tank berupa dari serabut-serabut yang lolos dari stasiun kempa yang dapat menggangu proses pemisahan minyak. PKS Unit Usaha Adolina memiliki dua unit vibrating screen dimana masing-masing dari alat ini memiliki dua lapisan yaitu lapisan pertama yang berukuran 20 mesh dan lapisan kedua yang berukuran 40 mesh. Kotoran yang tidak bisa tersaring akan masuk ke dalam bottom fruit conveyor untuk kembali diolah di dalam digester. Kapasitas dari vibrating screen yang digunakan di PKS Unit Usaha Adolina adalah 30 Ton TBS/jam. Lumpur bercampur minyak yang tercecer di lantai dibawa secara manual oleh petugas dan dimasukkan ke dalam bak basin. Hasil dari vibrating screen akan dibawa ke crude oil tank atau biasa disebut dengan bak RO untuk diendapkan.

Crude oil tank selain digunakan untuk menampung minyak dari vibrating screen juga digunakan untuk menurukan NOS (Non Oil Solid) dan menambah panas. Pemanasan yang dilakukan pada Crude Oil Tank dilakukan dengan menggunakan injeksi uap langsung serta steam coil sehingga mencapai suhu 90-950C. Minyak kemudian akan dipompa menuju CST (Continious Settling Tank).

Page 71: Laporan Pl Sosro

71

CST berfungsi untuk memisahkan minyak, sludge, dan air secara gravitasi dengan menggunakan prinsip perbedaan berat jenis. PKS Unit Usaha Adolina memiliki 2 unit CST dimana di setiap bagian CST terdapat 3 ruang. Ruang pertama berguna untuk menampung minyak dari pompa minyak kasar dan penambahan panas untuk memanaskan minyak dengan suhu 90-95˚C. Ruang kedua merupakan ruang pemisah antara minyak dan sludge. Minyak akan mengapung dan langsung dialirkan ke oil tank untuk dimurnikan oleh oil purifier sedangkan sludge yang berada pada bagian bawahnya dialirkan ke ruang ketiga untuk ditampung sementara sebelum dialirkan ke sludge tank. Cairan minyak yang sudah dipisahkan di CST mempunyai standar maksimal kadar air yaitu 0.40-0.80% dan kadar kotoran 0.20-0.40%.

Sebelum dibawa ke dalam oil purifier, minyak hasil dari CST akan ditampung terlebih dahulu di oil tank. Di dalam oil tank minyak juga akan dipanaskan dengan menggunakan steam spiral yang dapat menghasilkan suhu 90-950C. Kemudian minyak akan dikeluarkan dari oil tank dan dibawa ke oil purifier. Oil purifier berfungsi untuk memisahkan minyak dengan gaya sentrifugal dan prinsip perbedaan berat jenis dimana minyak yang mempunyai berat jenis lebih kecil akan terdorong ke bagian poros sedangkan kotoran dan air yang berat jenisnya lebih besar akan terdorong ke arah dinding. Menurut Primo (2008), sistem kerja dari oil purifier biasanya dengan cara settling, centriguging, dan filtering. Proses pemurnian minyak ini dilakukan dengan cara memisahkan partikel kotoran dan air. Minyak yang dikeluarkan dari oil purifier mempunyai standar yaitu dengan kadar air 0.20-0.50% dan kadar kotoran 0.02%. PKS Unit Usaha Adolina memiliki 3 unit oil purifier dengan kapasitas masing masing unit 5000 liter minyak/jam.

Minyak hasil dari oil purifier akan ditarik masuk ke dalam vacuum dryer. Vacuum dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam minyak dengan cara penguapan hampa. Temperatur minyak di dalam unit ini sebesar 90-95˚C, hal ini dilakukan agar kadar air cepat menguap. Vacuum dryer yang digunakan di PKS Unit Usaha Adolina berjumlah 2 unit dengan kapasitas 8 m3/jam. Tekanan hampa udara yang ada pada alat ini adalah sebesar 0.8-1.0 kg/cm2. Minyak yang telah bersih keluar dari vacuum dryer dan selanjutnya dipompakan ke storage tank.

Storage tank berfungsi untuk menyimpan sementara minyak yang dihasilkan sebelum didistribusikan. Jumlah storage tank yang ada di PKS Unit Usaha Adolina adalah 2 unit namun hanya satu yang dioperasikan sedangkan satu unit lainnya stand by jika sewaktu-waktu sedang pemeliharaan. Storage tank harus dibersihkan secara rutin, suhu dijaga pada 40-60˚C, dan kondisi steam coil harus diperiksa secara rutin karena kebocoran steam coil mengakibatkan kadar air pada CPO yang dihasilkan naik. Storage tank memiliki kapasitas 500 ton dan 1000 ton. Tangki penyimpanan yang digunakan di PKS Unit Usaha Adolina dilengkapi dengan pemanas pipa uap dengan diameter 2 inci. Tangki ini juga dilengkapi dengan 2 unit pompa minyak dengan kapasitas 30 dan 60 m3/jam.

Sludge yang dikeluarkan dari CST akan dimasukkan ke dalam sludge tank. Pada sludge tank sludge yang masih mengandung minyak akan dipanaskan kembali dengan suhu 90-950C. Minyak yang terkandung didalamnya akan berada diatas, sedangkan sludge dan kotoran akan berada dibawah dan akan dikeluarkan melalui blowdown. Minyak hasil dari sludge tank akan dibawa ke brush cleaningstrainer sedangkan kotoran akan dibawa ke bak fat fit. Brush cleaning

Page 72: Laporan Pl Sosro

72

strainer berfungsi untuk memisahkan atau menghilangkan serat-serat halus yang masih ada dalam cairan sludge. Jumlah brush cleaning strainer yang ada di PKS Unit Usaha Adolina adalah 2 unit. Brush cleaning strainer biasa lebih dikenal sebagai pembersih awal. Kotoran yang dihasilkan dari brush cleaning strainer akan langsung dikirim ke bak fat-fit. Sedangkan minyak yang masih mengandung kotoran akan dialirkan ke sand cyclone. Sand cyclone digunakan untuk menangkap pasir yang terkandung dalam sludge sebelum ditampung di balancing tank dan dibawa ke sludge separator. Sludge separator berfungsi untuk menerima sludge sebesar ± 7% dari sludge tank dengan temperatur antara 80-90˚C serta memisahkan lumpur dan kotoran pada minyak dengan gaya sentrifugal. Sludge separator dioperasikan dalam kondisi suhu 90-95˚C. Tekanan yang digunakan dalam sludge separator adalah 3 kg/cm2. Kotoran dan lumpur yang tersaring langsung dikirim ke bak fat-fit sedangkan minyak yang dihasilkan akan dibawa menuju ke CST untuk kembali diolah untuk mendapatkan rendemen CPO yang lebih baik lagi. Terdapat 3 unit sludge separator yang digunakan di PKS Unit Usaha Adolina. Kemudian sebagian kecil minyak akan masih tetap terikut dalam sludge ke dalam bak basin dan dibawa ke bak fat fit. Dalam bak fat fit minyak akan dikutip dan dibawa kembali ke CST melalui pipa-pipa sedangkan kotoran dibawa ke deoiling pond. Pada deoling pond juga akan dilakukan pengutipan minyak untuk memperbaiki rendemen dan minyak akan dikirim ke bak fat fit sedangkan kotoran akan dibawa melalui parit-parit ke pengolahan limbah anaerobik.

Pabrik Biji

Pabrik biji berfungsi memisahkan cangkang dan inti (kernel) untuk menghasilkan inti sawit dengan mutu sesuai spesifikasi. PKS Unit Usaha Adolina hanya menghasilkan inti sawit berupa kernel. Kernel ini kemudian akan dikirim ke PKS Unit Usaha Pabatu untuk diolah menjadi PKO (Palm Kernel Oil). Biji yang bercampur dengan ampas atau serat (fibre) dalam ampas kempa (press cake) diaduk, dipecah, dan dikeringkan dengan cake breaker conveyor (CBC). Biji dan serat dalam ampas kempa yang relatif sudah mengering, dipisahkan oleh separating column dengan sistem hisapan yang berada di fibre cyclone. Biji yang masih mengandung serabut turun kebawah dan dibersihkan serabutnya di polishing drum, sedangkan serat dihisap blower di fibre cyclone dan dikirim ke boiler untuk dijadikan sebagai bahan bakar. Biji dari polishing drum, dikirim ke destoner untuk pemisahan benda – benda asing (batu, besi, dan biji dura) dengan sistem hisap. Melalui corong air lock biji masuk ke nut grading screen untuk dikelompokkan sesuai dengan ukuran fraksinya.

Biji yang sudah dikelompokkan berdasarkan ukurannya, dimasukkan dan disimpan kedalam silo biji (nut silo) untuk dipecah oleh nut cracker atau ripple mill. Bila pemecahan dilakukan oleh nut cracker, biji diperam dulu di silo biji agar inti lebih kering dan lekang dari cangkang. Sedangkan pemecah biji dengan ripple mill maka biji tidak perlu diperam, tetapi dipecah langsung dari silo biji. Pemecahan terjadi akibat gaya tekan ripple plate dan putaran rotor bar.

Pemisahan inti dan cangkang menggunakan LTDS (Light Tenera Dust Separator). Cangkang akan dikirimkan ke stasiun boiler dengan menggunakan conveyor yang akan digunakan sebagai bahan bakar boiler. Sistem pemisahan yang dilakukan disini adalah dengan menggunakan tenaga blower hisap dust

Page 73: Laporan Pl Sosro

73

separator dengan adjustmen damper untuk menentukan kualitas output yang dikehendaki, sehingga cangkang pecah yang mempunyai luas penampang lebih besar akan terhisap ke atas dan dialirkan ke boiler sedangkan inti yang terkutip dipompakan ke kernel silo. Campuran inti dan cangkang yang tidak terpisah karena memiliki berat hampir sama dialirkan ke hydrocyclone untuk dilakukan proses pemisahannya. Pada hydrocyclone akan dipisahkan cangkang dan inti sawit pecah yang besar dan berat jenisnya hampir sama. Pada hydrocyclone ini inti juga akan melalui tahap pencucian. Sebelum dibawa ke dalam kernel silo. Kernel silo dilengkapi dengan satu blower dan satu heater. Kemudian akan melewati pemanas dengan tiga tingkatan. Kernel silo juga dilengkapi dengan shaking grade yang digunakan untuk pengaturan pengiriman inti ke hopper inti dan blower pneumatic. Hasil dari kernel silo akan disimpan didalam hopper inti sebelum dikirim ke PKS Unit Usaha Pabatu untuk diolah menjadi PKO.

Manajemen Lingkngan

Sumber Limbah

PKS Unit Usaha Adolina merupakan pabrik yang memproduksi CPO dan kernel dari bahan baku kelapa sawit. Bahan baku ini diperoleh dari pemanenan dari kebun milik sendiri maupun pembelian dari pihak ketiga. Dalam proses produksi CPO dari tandan buah segar kelapa sawit ini dihasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan PKS Unit Usaha Adolina dapat digolongkan menjadi dua bagian besar yaitu limbah hasil dari perkebunan dan limbah hasil proses produksi. Limbah hasil proses produksi dibagi menjadi empat bagian yaitu limbah padat, limbah cair, limbah gas dan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Limbah padat dihasilkan dari proses penebahan, kempa, pemisahan inti dengan cangkang, klarifikasi, dan pembakaran bahan boiler. Limbah cair dihasilkan dari proses perebusan TBS, klarifikasi,dan hydrocyclone. Limbah gas dihasilkan dari stasiun penunjang boiler yaitu cerobong asap generator set dan cerobong asap boiler. Sedangkan limbah B3 dihasilkan dari sisa oli dari alat angkut forklift dan mesin genset, accu bekas serta dari limbah perkebunan dari pupuk seperti herbisida, rodentisida, serta pestisida.

Pengolahan Limbah

a. Limbah PadatLimbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur,

dan bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah padat dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yang dapat didaur ulang dan limbah padat yang tidak bisa dimanfaatkan kembali. Limbah padat yang dihasilkan oleh PKS Unit Usaha Adolina termasuk limbah yang dapat didaur ulang untuk keperluan lain. Limbah padat yang dihasilkan berupa tandan kosong, serat, cangkang dan solid decanter. Limbah padat berupa TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) ini memiliki komponen terbesar berupa selulosa sebesar 40%. Selain itu TKKS juga mengandung komponen lainnya yaitu hemiselulosa sebesar 24%, lignin 21%, dan abu 15%. Menurut Fauzi (2007) TKKS dapat dimanfaatkan

Page 74: Laporan Pl Sosro

74

sebagai sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman dimana pemanfaatan pupuk organik ini dapat menghemat penggunaan pupuk sintesis sampai dengan 50%. TKKS ini dijadikan sebagai pupuk digunakan untuk meremajakan tanah, meningkatkan unsur hara tanah dan meningkatkan aktivitas biologi tanah sehingga memperbaiki unsur tanah, atau dengan bahasa lainnya digunakan untuk land application. Tandan kosong ini diaplikasikan pada TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), TM (Tanaman Menghasilkan), dan tanah berpasir. Aplikasi tandan kosong pada TBM dilakukan dengan menyusun rata tandan kosong pada piringan pokok kelapa sawit. Pemakaian tandan kosong untuk TBM adalah sebesar 20-25 ton/Ha.

Serat merupakan limbah padat yang dihasilkan dari proses pressing sedangkan cangkang sawit dihasilkan dari proses pemisahan biji secara hydrocyclone. Kedua limbah padat ini dimanfaatkan sebagai bahan bakar stasiun ketel uap (boiler). Serat dan cangkang sawit ini dikumpulkan pada suatu tempat dekat boiler. Serat dan cangkang ini kemudian akan dimasukkan ke dalam boiler sebagai bahan bakar oleh seorang operator secara manual. Sedangkan solid decanter yang dihasilkan oleh proses klarifikasi minyak dimasukkan ke dalam kolam fat pit. Pada kolam fat pit ini padatan minyak tersebut dicairkan dengan uap. Tujuan pemasukan solid decanter ke kolam fat pit adalah untuk mengambil minyak yang masih terkandung pada kolam fat pit.

b. Limbah Cair

Pengolahan limbah cair bertujuan untuk mengurangi BOD, partikel tercampur, serta membunuh organisme pathogen. Pengolahan limbah cair juga bertujuan untuk menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun, serta bahan yang tidak dapat didegradasikan agar konsentrasinya menjadi lebih rendah, sehingga diperlukan pengolahan secara bertahap agar bahan-bahan di atas dapat dikurangi (Sugiharto, 1987). Kegiatan pengolahan air limbah dapat dikelompokkan menjadi pengolahan pendahuluan (pre treatment), pengolahan pertama (primary treatment), pengolahan kedua (secondary treatment), pengolahan ketiga (tertiary treatment), pembunuhan kuman, dan pembuangan lanjutan.

Menurut Sugiharto (1987), penanganan pendahuluan dan penanganan pertama meliputi proses pemisahan bahan mengapung dan mengendap di kolam pengolahan. Proses penanganannya dilakukan secara fisik maupun kimia. Penanganan kedua meliputi proses biologis, untuk mengurangi bahan-bahan organik yang ada di dalamnya melalui mikroorganisme yang ada di dalamnya. Penanganan ketiga merupakan kelanjutan dari penanganan sebelumnya yang dilakukan apabila masih terdapat bahan tertentu yang berbahaya. Pengolahan lanjutan dilakukan untuk menangani lumpur yang dihasilkan penanganan sebelumnya.

Pengolahan limbah cair di PKS Unit Usaha Adolina menggunakan sistem pengolahan proses biologis anaerobik yang digunakan sebagai aplikasi lahan. Proses biologis dan aplikasi lahan (Land Application System) merupakan salah satu sistem yang memberikan keuntungan dalam penanganan limbah karena dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk. Pengolahan limbah ini mampu meminimasi biaya karena hanya membutuhkan energi yang lebih kecil namun dapat menurunkan beban pencemar berat hingga terbentuk lumpur sebagai pengganti

Page 75: Laporan Pl Sosro

75

pupuk organik. Limbah cair pabrik kelapa sawit merupakan limbah yang memiliki kandungan bahan organik yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan limbah cair mengandung padatan tersuspensi organik dan minyak. Nilai kandungan bahan organik yang tinggi ini dapat terlihat dari nilai BOD (Biological Oxygen Demand) yang merupakan nilai yang menunjukkan banyaknya oksigen yang diperlukan oleh bakteri untuk menguraikan bahan organik. Semakin tinggi nilai BOD maka kandungan bahan organik yang ada dalam limbah juga semakin tinggi. BOD adalah kebutuhan oksigen hayati yang diperlukan untuk merombak bahan organik. Dengan kata lain semakin tinggi nilai BOD maka daya saingnya dengan mikroorganisme atau biota yang terdapat pada badan penerima semakin tinggi. Nilai BOD sering digunakan sebagai tolak ukur kualitas limbah.

Selain BOD terdapat juga beberapa parameter yang biasa digunakan dalam pengujian limbah cair kelapa sawit diantaranya COD, TSS, pH, minyak dan lemak, senyawa-senyawa lainnya seperti Pb, Cu, Cd, dan Zn. COD (Chemical Oxygen Demand) adalah kelarutan oksigen kimiawi yang diperlukan untuk merombak bahan organik dan anorganik. Parameter ini digunakan sebagai perbandingan atau kontrol terhadap nilai BOD. Nilai COD suatu air limbah umumnya dua kali atau lebih dari nilai BOD. Total Suspended Solid (TSS) merupakan padatan melayang dalam cairan limbah. Pengaruh suspended solid lebih nyata pada kehidupan biota mikroorganisme. Semakin tinggi TSS maka bahan organik membutuhkan oksigen untuk perombakan yang lebih tinggi (BOD). Oleh karena itu TSS diupayakan diminimalisasi dengan penyaringan, pengendapan atau penambahan bahan kimia flokulan.

Derajat keasaman (pH) menjadi parameter untuk melihat keasaman dari limbah cair. Semakin rendah atau tinggi nilai pH maka semakin tinggi pula keasaman atau basa dari limbah cair. Semakin tinggi kandungan limbah maka pH akan semakin renda (asam). pH yang diinginkan mendekati nilai netral agar aman disalurkan ke aplikasi lahan. Minyak dan lemak dijadikan parameter sebagai referensi perbaikan proses pengambilan minyak dari sludge di stasiun pemurnian. Tingginya nilai kandungan minyak di IPAL berarti mengindikasikan bahwa pengambilan minyak dari sludge kurang baik.

Pengolahan pendahuluan yang dilakukan oleh PKS Unit Usaha Adolina ini adalah pemisahan minyak. Pengambilan minyak dilakukan dengan alat rodos yang terdapat pada unit deoiling pond. Rodos ini merupakan rotary dum dryer yang dimodifikasi. Minyak yang terdapat pada permukaan limbah cair dialirkan menuju rodos tersebut. Minyak ini akan menempel pada rodos yang berputar lalu minyak dipisahkan dengan pisau yang menempel pada rodos. Minyak tersebut kemudian akan dikembalikan ke stasiun klarifikasi (continious settling tank) untuk diolah kembali.

Perlakuan selanjutnya yang dilakukan di PKS Unit Usaha Adolina yaitu pengiriman ke dalam kolam anaerobik primer melalui parit-parit yang bertujuan untuk menguraikan butiran-butiran minyak atau senyawa-senyawa organik yang masih tersisa dengan bantuan bakteri. Pada kolam anaerobik primer ini limbah dinetralkan pH-nya dengan cara resirkulasi. Limbah yang keluar dari kolam anaerobik primer selanjutnya masuk ke kolam anaerobik sekunder. Kolam anaerobik sekunder ini bertujuan untuk memproses kembali limbah dari kolam anaerobik primer. Pada kolam anaerobik primer nilai BOD limbah cair masih cukup tinggi sehingga diperlukan proses lanjut untuk menurunkan nilai BOD

Page 76: Laporan Pl Sosro

76

limbah. Proses pengolahan limbah ini juga dilakukan dengan cara sirkulasi untuk menaikan pH dan menurunkan temperatur. Selanjutnya limbah cair ini masuk ke final pond sebelum dialirkan melalui parit-parit menuju land application. Limbah yang akan diaplikasikan ke lahan ini terlebih dahulu diambil contohnya untuk dianalisis. Analisis bertujuan untuk mengetahui apakah limbah sudah sesuai dengan Baku Mutu Lingkungan atau belum. Limbah cair yang ada di final pond diresirkulasikan dengan cara menyemprotkan cairan menuju kolam anaerobik primer dan kolam anaerobik sekunder. Selain itu proses resirkulasinya juga dilakukan dengan membuat saluran pipa-pipa yang diarahkan ke kolam anaerobik primer. Hal ini bertujuan untuk menghancurkan sekam-sekam yang timbul pada kolam anaerobik primer, menurunkan suhu, dan menaikan pH.

Volume kolam limbah yang dimiliki PKS Unit Usaha Adolina adalah sebesar 5390 m3 untuk tiap kolam sehingga total volume kolam limbah sebesar 21560 m3. Kedalaman kolam limbah ini 3.5 m dengan volume limbah efektif yang terisi adalah 80 % dari total volume kolam limbah atau sebesar 17.248 m3. Limbah yang dikeluarkan oleh PKS pada tahun 2011 sebesar 91567.98 m3. Jika kapasitas satu kolam efektif 80% x 5390 m3 dapat menampung sebesar 4312 m3 dengan waktu retensi 15 hari. Maka untuk jumlah limbah tahun 2011 di kolam pertama untuk diolah 91567.98 m3 sebesar ± 22 kali atau mencapai waktu retensi 330 hari (asumsi satu tahun adalah 365 hari). Limbah cair yang diolah di Unit Pengolahan Limbah PKS Unit Usaha Adolina ini dianalisis sekali dalam sebulan. Analisis dilakukan oleh UPT Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Sumatera Utara dan Laboratorium Bagian Pengolahan Kantor Pusat PT Perkebunan Nusantara IV. Dari data analisis limbah cair di PKS unit usaha adolina, maka limbah yang dihasilkan masih berada dibawah standar baku mutu lingkungan.

Pada PKS Unit Usaha Adolina, limbah cair yang telah diolah di Unit Pengolahan Limbah diangkut dengan mobil tangki. Limbah cair yang diangkut per hari adalah ± 25 ton. Selain itu, limbah juga dialirkan melalui parit-parit yang berbentuk spiral menuju afdeling. Panjang parit-parit yang dimiliki PKS Unit Usaha Adolina adalah ± 30 km. Menurut Ditjenbun (2006), aplikasi lahan di pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit menggunakan teknik parit dan teknik traktor tangki. Pada teknik parit, parit yang diterapkan berliku-liku (spiral). Teknik ini dilakukan dengan memompakan limbah ke tempat yang tinggi, lalu dialirkan ke bawah dengan kemiringan tertentu di dalam alur. Pada teknik traktor tangki, limbah cair diangkut dari Unit Pengolahan Limbah ke areal tanaman (afdeling) dengan menggunakan traktor yang menarik tangki.

c. Limbah Gas

Limbah gas dan partikel merupakan limbah yang dibuang ke udara. Limbah udara yang dihasilkan oleh PKS Unit Usaha Adolina berasal dari cerobong asap boiler dan cerobong asap mesin genset. Penanganan limbah gas di PKS Unit Usaha Adolina dilakukan dengan melakukan uji emisi gas buang tiap 6 bulan sekali. Pengujian dilakukan oleh UPT Laboratorium Lingkungan BLH Sumatera Utara.

Pengujian kualitas limbah gas ini dilatarbelakangi oleh Peraturan Pemerintah no 41 Tahun 1999 mengenai Pengendalian Pencemaran Udara, Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 48/ MENLH/11/1996 mengenai Baku

Page 77: Laporan Pl Sosro

77

Mutu Tingkat Kebisingan dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 50/11/1996 mengenai Baku Mutu Tingkat Kebisingan. Pengujian limbah gas dilakukan pada kualitas udara emisi dan kualitas udara ambient. Pengujian udara emisi dilakukan pada sumber limbah gas tersebut yaitu cerobong asap boiler. Pengujian tidak dilakukan pada cerobong asap genset karena penggunaan genset tidak dilakukan secara terus menerus. Genset dinyalakan ketika listrik dari PLN mati. Parameter yang diuji adalah sulfur dioksida, nitrogen dioksida, ammonia, hidrogen sulfida, hydrogen fluoride, gas klorin, hydrogen klorida, opasitas dan partikulat. Hasil pengujian yang dilakukan UPT Laboratorium Lingkungan BLH Sumatera Utara menunjukkan bahwa emisi udara yang dikeluarkan oleh PKS Unit Usaha Adolina masih berada di bawah Baku Mutu Lingkungan yang berlaku hanya nilai HCl yang melebihi baku mutu. Didapatkan nilai HCl sebesar 27 mg/Nm sedangkan sesuai KepMenLH No.13/MENLH/3/1995 sebesar 20 mg/Nm. Hal ini dikarenakan laju penguapan sangat tinggi sehingga penyimpanan atau penanganannya harus dilakukan dalam suhu yang rendah (Anonim, 2001). Asam klorida akan membentuk kabut asap dan akan bersifat korosif oleh karena itu diperlukan APD seperti sarung tangan karet, pelindung mata, dan pakaian pelindung dalam penanganan asam klorida ini.

Pengujian udara ambient dilakukan pada tiga lokasi. Lokasi pertama yaitu ruang proses pengolahan kelapa sawit, lokasi kedua yaitu perkantoran administrasi PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina, dan lokasi ketiga pengujian berada pada pemukiman penduduk. Parameter yang diuji adalah sulfur dioksida, nitrogen dioksida, hydrogen sulfide, amonia, TSP (debu) dan kebisingan. Untuk semua pengujian parameter, Instalasi udara ambient PKS Unit Usaha Adolina tidak melebihi Baku Mutu Lingkungan kecuali parameter kebisingan di lokasi pemukiman penduduk. Hasil pengujian kebisingan tahun terakhir didapatkan nilai kebisingan 57.89 dB sedangkan Baku Mutu No 48/MENLH/11/1996 sebesar 55 dB. Hal ini dikarenakan lokasi pemukiman penduduk merupakan Jalinsum (Jalur Lintas Sumatera).

d. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) merupakan sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun karena sifat dan konsentrasinya dalam jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan ataupun merusak dan dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Limbah B3 merupakan limbah yang berasal dari akivitas bagian kebun dan bagian pengolahan. Limbah B3 perkebunan berupa pupuk yang sudah kadaluarsa serta penggunaan pupuk dan kimia tanaman lainnya seperti pestisida, rodentisida, dan fungisida yang tidak sesuai denga prosedur. Limbah B3 hasil perkebunan biasanya dilakukan dengan menjual kepada pihak penampung dan pengumpul. Limbah pengolahan berasal dari kantor tata usaha dan teknik. Limbah B3 yang dihasilkan berupa oli dan aki bekas, bekas wadah kimia, lampu bekas, buangan APD yang terkontaminasi bahan kimia, sampel yang telah dianalisis dan bahan kimia yang telah kadaluarsa Limbah B3 yang dihasilkan dikumpulkan atau disimpan terlebih dahulu di pembuangan khusus sampah B3. Limbah B3 ini kemudian disimpan sementara dalam gudang penyimpanan limbah B3.

Page 78: Laporan Pl Sosro

78

Penanganan limbah B3 ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Limbah B3 dapat dijual ke perusahaan pengumpul, pengolah dan pengguna minyak pelumas bekas. PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina telah memiliki izin untuk menyimpan limbah B3 berdasarkan KepMenLH No 14 tahun 2006. Limbah B3 yang dihasilkan sebagian dimanfaatkan untuk kelancaran produksi. Oli bekas yang dihasilkan oleh bagian pengolahan dan teknik dimanfaatkan utnuk melumasi rel lori.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pabrik kelapa sawit PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina adalah perusahaan yang bergerak dalam pengolahan kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) dengan memiliki kapasitas produksi 30 ton/jam. Bahan baku TBS (Tandan buah segar) berasal dari kebun PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina dan pembelian dari pihak ketiga dengan kapasitas per hari mencapai 600-700 ton . Untuk mendapatkan kualitas mutu minyak yang baik, maka harus diperhatikan berbagai aspek dimulai dari lapangan seperti pembibitan, pemuliaan tanaman, hingga panen dan pasca panen. Setelah didapatkan hasil panen dan pasca panen yang baik maka diperlukan proses pengolahan di Pabrik kelapa sawit yang baik untuk menekan penurunan mutu dan kehilangan (lossis) selama proses berlangsung. Secara umum di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina mutu dan rendemen yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya fraksi panen atau derajat kematangan, kegiatan pengutipan brondolan, dan perlakuan terhadap TBS mulai dari panen, transport, dan proses pengolahan.

Proses produksi di PKS Unit Usaha Adolina meliputi stasiun penerimaan buah, perebusan, penebahan, pengempaan, pemurnian, dan pabrik biji yang mana disetiap stasiun diterapkan sistem pemantauan untuk pengecekan kinerja dan kerusakan pada masing-masing alat, serta didukung dengan sarana proses produksi lainnya seperti stasiun pembangkit tenaga, water treatment, dan demin plant, dan laboratorium. Limbah yang dihasilkan dari proses produksi berupa limbah padat, cair, gas dan B3. Limbah padat yang dihasilkan berupa tandan kosong, serat sawit, cangkang dan abu ketel uap (boiler). Limbah padat yang dihasilkan dapat termanfaatkan secara baik melalui berbagai pananganan. Tandan kosong dimanfaatkan sebagai pupuk organik melalui teknologi mulsa untuk perkebunan kelapa sawit. Cangkang dan serat kelapa sawit dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler. Abu ketel uap dikumpulkan untuk selanjutnya dibuang ke suatu penampungan. PKS Adolina juga telah mengupayakan produksi bersih. Teknik produksi bersih yang telah dilakukan adalah tatacara operasi yang baik, good house keeping dan Good Manufacturing Process (GMP). Tatacara operasi

Page 79: Laporan Pl Sosro

79

yang baik dilakukan dengan menerapkan SOP tiap stasiun proses dan juga menambahkan alat seperti termometer dan manometer untuk mendukung penerapan tatacara operasi yang baik. Good housekeeping dilakukan dengan menutup pipa air dan uap yang bocor serta menjaga kebersihan lingkungan kerja. Good Manufacturing Proces yang dilakukan dengan sistem produksi yang efektif dan efisien dengan tata letak pabrik yang dirancang dengan sistematis sehingga cukup mengurangi waktu idle atau waktu menunggu sehingga jam kerja dapat dioptimalkan. Untuk manajemen lingkungan PKS Unit Usaha Adolina sudah menerapkan sistem pembuangan limbah cair ke sebuah tempat penampungan dengan perlakuan-perlakuan terlebih dahulu sehingga kadar COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD (Biological Oxygen Demand) serta kandungan B3 (bahana berbahaya dan beracun) dapat diminimumkan.

Saran

Penyediaan suku cadang bagi peralatan dan penyediaan bahan baku yang terjadwal sehingga tidak ada waktu idle (waktu menunggu) , proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan mengurangi peningkatan Asam Lemak Bebas (ALB) pada buah kelapa sawit. Pemanfaatan limbah padat seperti tandan kosong sebaiknya diolah lebih lanjut agar didapatkan nilai tambah yang lebih baik. Pada pengolahan limbah cair secara anaerobik terdapat gas metan (CH4) yang dihasilkan sehingga jika dibiarkan begitu saja dapat menyebabkan Green House Effect atau efek rumah kaca sehingg perlu penanganan lebih lanjut tentang pengolahan limbah cair secara anaerobic yaitu dengan pemanfaatan kembali gas metan yang dihasilkan untuk bahan bakar yang akan digunakan dalam pabrik.