LAPORAN TUGAS Mata Kuliah Metode Pendataan dan Sistem Informasi Perencanaan Dosen Pengampu: Ir. Agus Prijadi Saido, M.Sc. PETA TEMATIK KECAMATAN Oleh: DINA ARIFIA I0612012
LAPORAN TUGASMata Kuliah Metode Pendataan dan Sistem Informasi
PerencanaanDosen Pengampu:
Ir. Agus Prijadi Saido, M.Sc.
PETA TEMATIK KECAMATANLAWEYAN
Oleh:DINA ARIFIAI0612012
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPeta dapat didefinisikan sebagai representasi grafis dari
permukaan bumi dari suatu ruang tertentu dari keadaan sebenarnya
ke dalam suatu bidang datar yang diperkecil maupun diperbesar
dengan skala tertentu serta dilengkapi dengan arah mata angin
dan simbol-simbol yang menjelaskan keadaan lokasi. Peta
berfungsi untuk mempermudah pengguna dalam memahami medan yang
akan dimanfaatkannya sehingga tidak perlu melakukan survey untuk
pencarian lokasi atau pencarian tema tertentu dari wilayah
bersangkutan. Sedangkan menurut Badan Koordinasi Survei dan
Pemetaan Nasional (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan
Nasional, 2005) peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan
penyajian data kondisi lingkungan dan merupakan sumber bagi
perencana serta untuk pengambilan keputusan pada tahapan dan
tingkatan pembangunan.
Peta memiliki peranan yang sangat penting bagi seorang
perencana wilayah dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah
tersebut sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat dalam
setiap produk perencanaannya. Peta terdapat dua jenis yaitu peta
dasar dan peta tematik yang masing-masing mempunyai fungsinya
sendiri. Peta dasar memberikan pedoman dalam pembuatan peta-peta
selanjutnya yang lebih spesifik, sedangkan peta tematik
Program Studi Perencanaan Wilayah dan KotaJurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sebelas MaretSurakarta
3
memberikan informasi tentang suatu spesifikasi tertentu dalam
suatu wilayah. Dengan demikian seoran perencana harus mampu
membaca dan membuat peta dengan baik supaya informasi yang ingin
diperoleh atau ingin disampaikan dapat dipahami dengan tepat dan
tidak terjadi keambiguan.
Berdasarkan hal inilah dilakukan suatu penelitian untuk
membuat peta tematik di salah satu kecamatan di Kota Surakarta
yaitu Kecamatan Laweyan. Kecamatan Laweyan merupakan Kecamatan
di Kota Surakarta yang terletak di sebelah barat-selatan Kota
Surakarta. Kecamatan Laweyan merupakan daerah dengan kelerengan
datar dan landai dengan ketinggian antara 90-100 mdpl. Sumber
Daya Air terdiri dari air permukaan berupa air sungai. Sungai
yang melintas di Kecamatan Laweyan antara lain Kali Jenes, Kali
Anyar, dan Sungai Brojo. Dengan luas lahan 966,61 Ha Kecamatan
Laweyan memiliki 11 kelurahan yaitu Pajang, Laweyan, Bumi,
Panularan, Sriwedari, Penumping, Purwosari, Sondakan, Kerten,
Jajar, dan Karangasem yang berpenduduk 111.767 jiwa dan
kepadatan penduduk 115,63 jiwa/Ha.
Kecamatan Laweyan merupakan salah satu kecamatan yang
memiliki luas terbesar ketiga diantara kelima kecamatan di Kota
Surakarta dan terletak di bagian barat Kotas Surakarta.
Kecamatan Laweyan terbagi ke dalam sebelas kelurahan yang
kesemuanya sebagian besar digunakan sebagai area permukiman
warga. Sebagian besar wilayah Laweyan termasuk ke dalam Bagian
Wilayah Kota (BWK) 2 yang diarahkan sebagai pusat perekonomian.
Kecamatan Laweyan merupakan daerah datar yang cocok untuk
dikembangkan sebagai budidaya yaitu pembangunan fisik yang
berkaitan dengan aktivitas manusia. Banyaknya kebutuhan akan
permukiman menyebabkan pengalihfungsian kawasan lindung di
3
bantaran sungai menjadi permukiman. Sedangkan disisi lain,
perkembangan industri batik yang ada juga tidak seluruhnya
memperhatikan dampak-dampak yang diakibatkannya terhadap
lingkungan, seperti penurunan kualitas air karena pencemaran
terhadap air sungai dan air sumur.
Di sisi lain, Kecamatan Laweyan merupakan pintu gerbang
pembuka transportasi antar kota dan antar provinsi dari wilayah
barat dan selatan Pulau Jawa. Branding Kota Surakarta dan
promosi mengenai Kampung Batik Laweyan yang berhasil menarik
wisatawan untuk berkunjung telah menambah padat kawasan ini.
Tingginya arus urbanisasi semakin menambah kepadatan Kecamatan
Laweyan yang sarat dengan nilai kebudayaan. Tanpa perencanaan
yang baik, hal-hal ini dapat menyebabkan munculnya wilayah rawan
bencana di Kecamatan Laweyan. Hal ini juga memicu terjadinya
kawasan kumuh dan liar, menimbulkan titik-titik kemacetan akibat
on street parking area, serta memunculkan banyak rute angkutan
umum untuk melayani aktivitas pergerakan transportasi warganya.
Berdasarkan hal inilah menarik untuk dikaji lebih lanjut
mengenai pemetaan Kecamatan Laweyan dalam berbagai sektor.
Sehingga dari penelitian ini dibuatlah suatu peta tematik yang
membahas tentang berbagai macama aspek yang terdapat di
Kecamatan Laweyan. Peta tematik adalah peta yang menyajikan tema
tertentu dan untuk kepentingan tertentu (land status, penduduk,
transportasi, dll.) dengan menggunakan peta rupa bumi yang telah
disederhanakan sebagai dasar untuk meletakkan informasi
tematiknya (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional).
Berdasarkan pengertian tersebut terdapat empat sektor utama yang
diteliti dalam pembuatan peta tematik di Kecamatan Laweyan.
Adapun sektor-sektor tersebut adalah sektor fisik, tata guna
lahan dan kependudukan; sektor fasilitas umum; sektor ekonomi;
3
dan sektor transportasi. Dari hasil pemetaan tersebut kemudian
dapat dibuat analisis sehingga dapat menyajikan informasi
tentang keadaan Kecamatan Laweyan, potensi yang dimiliki
kecamatan tersebut, serta perencanaan yang dapat dikembangkan.
1.2 Tujuan dan SasaranTujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
menyajikan peta tematik Kecamatan Laweyan yang terdiri dari
empat sektor yaitu sektor fisik, tata guna lahan dan
kependudukan; sektor fasilitas umum; sektor ekonomi; dan sektor
transportasi serta melakukan analisis hingga representasi data
berdasarkan peraturan serta pedoman tertentu.
Sasaran merupakan langkah-langkah atau tahapan yang dapat
dilakukan untuk mencapai tujuan. Adapun sasaran yang digunakan
antara lain:
a. Mengidentifikasi setiap sektor dan sub sektor di Kecamatan
Laweyan
b. Mengidentifikasi kondisi lapangan setiap sektor dan sub
sektor di Kecamatan Laweyan dengan pedoman dan peraturan
terkait
c. Menyajikan peta tematik Kecamatan Laweyan beserta hasil
analisisnya
1.3 Ruang LingkupRuang lingkup penelitian ini adalah seluruh wilayah
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yang terletak pada koordinat BT
- 1110 BT dan 7,60 LS - 80 LS. Kecamatan Laweyan ini meliputi
sebelas kelurahan yaitu Kelurahan Karangasem, Jajar, Kerten,
Pajang, Sondakan, Laweyan, Bumi, Purwosari, Penumping,
3
Sriwedari, dan Panularan. Adapaun batas wilayah administratif
Kecamatan Laweyan adalah sebagai berikut:
• Utara : Berbatasan dengan Kab. Karanganyar
• Selatan : Berbatasan dengan Kab. Sukoharjo
• Barat : Berbatasan dengan Kab. Sukoharjo
• Timur : Berbatasan dengan Kec. Serengan & Kec. Banjarsari
1.4 Landasan NormatifLandasan normatif yang digunakan untuk mengolah analisis
data hasil observasi lapangan dalam pembuatan peta tematik
Kecamatan Laweyan ini adalah:
a. Kecamatan Surakarta dalam Angka tahun 2010 dan 2011
b. Kota Surakarta dalam Angka tahun 2010 dan 2011
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Surakarta tahun 2012-2032
d. Peraturan Menteri Perhubungan no. 9 tahun 2011
e. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah no.
534/KPTS/M/2001
f. Standar Nasional Indonesia 03-1733-1989 tentang Tata Cara
Perencanaan Kawasan Perumahan Kota
g. Standar Nasional Indonesia 03-2399-1991 tentang Tata Cara
Perencanaan Bangunan MCK
h. Standar Nasional Indonesia 19-2454-2002 tentang Tata Cara
Teknik Operasional Pengolahan Sampah Perkotaan
i. Standar Nasional Indonesia 02-2406-1991 tentang Tata Cara
Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
3
2.1 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah metode atau cara-cara yang
dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data sebagai
bahan untuk melakukan suatu kegiatan yang akan dianalis oleh
peneliti dengan beberapa kajian. Instrumen penelitian merupakan
elemen penting yang strategi kedudukannya berada di dalam
keseluruhan kegiatan penelitian. Dengan metode ini akan
diperoleh data yang merupakan bahan penting untuk menjawab semua
permasalahan, mencari sesuatu yang akan digunakan untuk mencapai
tujuan. Data yang dikumpulkan ditentukan oleh variable-variabel
yang ada di dalam hipotesis. Teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling utama dalam metode pengolahan data, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik
pengumpulan data yang diperlukan disini adalah teknik
pengumpulan data mana yang paling tepat sehingga benar-benar
didapat data yang valid dan reliable (Rachmatul, 2013).
Sumber: Hasil Analisa Penulis
3
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Observasi Lapangan
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang sangat lazim dalam metode penelitian kuantitatif.
Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan
panca indera, bisa dari segi penglihatan, penciuman, dan
pendengaran, yang digunakan untuk memperoleh informasi yang
diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi
berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi dan
suasana tertentu. Observasi dilakukan untuk memperoleh
gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab
pertanyaan penelitian (Guba dan Lincoln, 1981: 191-193).
Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data primer
Kecamatan Laweyan. Data primer digunakan untuk mengetahui
letak dan memperbaharui semua data yang dibutuhkan setiap
sektor. Dalam pencarian data primer ini, kelompok dibagi
menjadi 4 tim masing-masing terdiri dari 2 mahasiswa dan
melakukan pencarian data di 2 hingga 3 kelurahan di Kecamatan
Laweyan dengan rincian sebagai berikut:
Bayu Seto A. P. dan Hasbi Asidiqi melakukan observasi
lapangan di Kelurahan Sondakan, Penumping dan Purwosari
Cut Khusnul K. dan Hafiza Jasmine A. melakukan observasi
lapangan di Kelurahan Karangasem, Jajar, dan Kerten
Dewangga Megaloka P. dan Dina Arifia melakukan observasi
lapangan di Kelurahan Pajang, Laweyan, dan Bumi
Dyah Ayu dan Isandi Nurul melakukan observasi lapangan di
Kelurahan Sriwedari dan Panularan
3
b. Wawancara
Wawancara adalah proses komunikasi atau interaksi untuk
mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara
peneliti dengan informan atau subjek penelitian (Emzir, 2010:
50). Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk
memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau
tema yang diangkat dalam penelitian atau merupakan proses
pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah
diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.
Pada penelitian ini, wawancara dilakukan kepada
perangkat kelurahan dan kepada warga setempat mengenai
keadaan fisik di kelurahan yang dimaksud sehingga memudahkan
surveyor dalam mengumpulkan data yang diperlukan.
c. Survey Sekunder
Survey sekunder dilakukan di Badan Pusat Statistik
Surakarta untuk memperoleh data kependudukan pada Kecamatan
Laweyan. Data kependudukan ini antara lain adalah data jumlah
penduduk, data jumlah penggunaan lahan, data tingkat
pendidikan penduduk, dan lain sebagainya yang tidak mungkin
diperoleh dengan survey primer.
2.2 Analisis Data
Metode Analisis data adalah kegiatan mengubah data hasil
penelitian menjadi informasi yang dapat digunakan untuk
mengambil kesimpulan dalam suatu penelitian. Analisis data
bertujuan untuk menyusun data dalam cara yang bermakna sehingga
dapat dipahami. Para peneliti berpendapat bahwa tidak ada cara
yang paling benar secara absolut untuk mengorganisasi,
menganalisis, dan menginterpretasikan data. Maka dari itu,
3
prosedur analisis data dalam penelitian harus disesuaikan dengan
tujuan penelitian. Beberapa tahapan di dalam metode analisis
data ini adalah:
a. Georeferencing merupakan peta sekunder yang diperoleh dari
RTRW Kota Surakarta digunakan sebagai acuan update peta
dengan teknik georeferencing, kemudian ditambah dengan hasil
survey.
• Peta sekunder dimasukkan ke dalam Table of Content,
kemudian buka georeferencing dan klik fit to display;
• Kemudian klik add control points;
• Arahkan dari titik yang ada di peta sekunder lalu drag
untuk disambungkan ke titik yang ada pada peta di data view;
• Setelah posisi peta nya sama, kemudian bisa ditambahkan
dengan data hasil survey, misalnya RTH
• Sebelumnya, kita buka dahulu arcCatalog, klik kanan , klik
shapefile, kemudian type nya Polygon, atur UTM nya lalu ok;
• Setelah itu drag ke layer ArcMap
• Klik editor star editing, target RTH, dan atur sesuai
ketentuan hasil survey. Jika semua selesai lalu klik stop
editing.
b. Pengolahan Attribute Table merupakan pengolahan data hasil
survey dan data kependudukan dari BPS ke dalam tabel yang ada
di open attribute table sehingga dapat disajikan dengan menarik
dengan pengaturan symbology.
• Klik open attribute table pada layer , untuk menambahkan
data bisa klik option add field kalau angka:
double/float, huruf: text ok
• Untuk mendapatkan data dari excel bisa di join and
relates/export
3
c. SNI merupakan data sekunder acuan sebagai analisis
perbandingan terhadap data hasil survey berupa data sektor-
sektor yang ada di Kecamatan Laweyan. Selain itu juga ada
data acuan lainnya sebagai analisis perbandingan yaitu RTRW
dan Keputusan dan Peraturan Mentaeri terkait untuk mengetahui
kesesuaian sarana prasarana di Kecamatan Laweyan dengan
standar yang sudah ditetapkan.
2.3 Pemaparan Data
Metode Pemaparan data ini merupakan tahapan akhir dari
proses keseluruhan metode pengolahan data. Metode ini merupakan
rangkaian akhir ketika semua data yang mentah sudah diolah jadi
di dalam metode analisis data. Sehingga data yang ada bisa
dikumpulkan di dalam tahapan ini. Pemaparan data ini dilakukan
untuk menghasilkan beberapa produk dari sejumlah rangkaian
penelian survey dengan melalui beberapa proses. Dan berikut
adalah beberapa produk dari hasil kegiatan ini:
• Presentasi dan Hand-out Powerpoint, hasil pengolahan peta yang
sudah dianalisis disajikan dalam bentuk powerpoint dan
ditampilkan di depan kelas. Selain itu juga dicetak dalam
bentuk hand-out sehingga memudahkan pembaca dalam memahami
penjelasan
• Poster, keempat sektor yang sudah diolah dan dianalisis datanya
diatur sedemikian rupa untuk kemudian dicetak dalam kertas A1
sehingga dapat dipajang dan menambah ilmu bagi yang
membacanya
• Laporan Individu, setiap anggota kelompok membuat laporan
individu dengan susunan: Pendahuluan, Metode Pengolahan Data,
3
Peta Dasar, Penjabaran 4 Sektor, dan Kesimpulan serta Daftar
Pustaka.
BAB III
PETA DASAR
Acuan dasar pembuatan peta tematik adalah menggunakan peta
rupa bumi, yaitu peta yang menggambarkan kenampakan alamiah dan
kenampakan buatan mansia yang terdapat pada permukaan bumi.
Kenampakan ilmiah yang di maksud misalnya sungai, bukit, lembah,
laut, danau, dan lain-lain. Sedangkan kenampakan buatan manusia
misalnya jalan, kampung, permukiman, kantor, pasar, dan lain-lain.
Peta dasar bisa dibuat berdasarkan atas pengukuran langsung di
lapangan, pengukuran fotogrametris dan penafsiran potret udara, atau
dengan analisa citra penginderaan jauh lain seperti citra satelit
atau radar. Unsur-unsur yang disajikan pada peta dasar adalah unsur
hypsografi/relief (garis kontour, titik tinggi, gunung, lembah dan
lain-lain.); unsur hydrologi (sungai, danau, laut); unsur vegetasi
(hutan, belukar, kebun sawah); unsur buatan (jalan, pemukiman,
pelabuhan).
3
Karena dijadikan dasar, peta rupa bumi harus memiliki unsur-
unsur dasar yang diperlukan dalam pembuatan peta tematik selanjutnya
Data-data yang terdapat dalam peta topografi/rupa bumi antara lain:
1. Grid (lintang dan bujur)
2. Pola aliran sungai (bila ada sungai)
3. Relief
4. Nama - nama geografi
5. Batas wilayah administrasi (propinsi, kabupaten atau kota, dan
kecamatan)
6. Bentuk perhubungan (jalan raya dan rel kereta api)
7. Permukiman
8. Data lain, misalnya hutan, rawa, sawah, dan tanah kosong (bila
ada)
Di Indonesia peta dasar dibuat dan ditetapkan oleh Badan
Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL). Sedang
peta-peta tematik dibuat berdasarkan peta dasar oleh instansi yang
berkepentingan (Departemen Kehutanan, Departemen Pertambangan dan
Energi, Badan Pertanahan Nasional, Departemen Pemukiman dan
Prasarana Wilayah, dll) untuk tema-tema sesuai pekerjaan
/kegiatannya.
Pada studi pembuatan peta tematik Kecamatan Laweyan ini, peta
dasar yang digunakan adalah Peta Rupa Bumi Kota Surakarta dengan
skala 1:25.000. Peta tersebut diperoleh dari Badan Koordinasi Survei
dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) dalam bentuk lembaran peta
fisik atau termasuk dalam kategori Hardfile dan lembaran peta digital
dalam bentuk image atau format .jpeg dan dalam format .shp yang mana
selanjutnya dikategorikan dalam bentuk Softfile. Untuk lembar peta fisik
digunakan dalam proses pengenalan dan pemahaman lapangan untuk
selanjutnya digunakan dalam proses pengumpulan data yaitu tahan
3
survei. Untuk lembar peta dengan format .jpeg digunan untuk
pengenalan dan pemahaman lapangan melalui media komputer dan
sekaligus dapat menjadi arsip peta RBI yang berbentuk fisik. Untuk
lembar peta dengan format .shp atau shapefile digunakan sebagai
dasar untuk pembuatan dan pengolahan peta tematik menggunakan
program ArcGIS. Berikut ini merupakan bentuk format peta yang
disebutkan diatas:
Sumber: Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional
Gambar 3.1 Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Surakarta Skala 1:25.000
3
Layout peta RBI sistematikanya lengkap dan terdapat bagian
penjelasan dibawah peta. Dalam peta RBI sistematikanya yaitu
meliputi: Muka Peta, Petunjuk Letak Peta dan Diagram Lokasi,
Informasi Sistem Referensi, informasi Pembuat dan Penerbit Peta,
Informasi Nama dan Nomor Lembar Peta, Legenda, Keterangan Riwayat
Peta, Petunjuk Pembacaan Koordinat Geografi, Petunjuk Pembacaan
Koordinat UTM, Pembagian Daerah Administrasi, Keterangan Batas
Admistrasi, Skala Grafis, Singkatan dan Kesamaan Arti dipeta,
Diagram Arah Utara Nomor Lembar Peta Kiri Bawah.
Peta RBI Kota Surakarta bernomor lembar 1408-343, proyeksi
yang digunakan adalah transverse mercator. Proyeksi transverse
mercator adalah proyeksi dengan konsep pandangan bahwa bumi
merupakan bola bumi yang dipotong bidang silinder pada dua buah
meridian yang disebut meridian standar dengan faktor skala1. Lebar
zone 6° dihitung dari 180° BT dengan nomor zone 1 hingga ke 180° BT
dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri.
Proyeksi lain mengenal koordinat negatif sedangkan proyeksi UTM
tidak mengenal koordinat negatif. Grid yang digunakan adalag grid
geografi dan grid UTM.
Lembar peta RBI Kota Surakarta tersebut selanjutnya menjadi
acuan atau dasar dalam pembuatan peta tematik Kecamatan Laweyan
dalam 4 sektor yaitu Sektor Fisik, Guna Lahan, dan Kependudukan;
Sektor Fasilitas dan Utilitas; Sektor Ekonomi; dan Sektor
Transportasi yang masing-masing memiliki sub sektor.
3
BAB IV
SEKTOR FISIK, TATA GUNA LAHAN, DAN KEPENDUDUKAN
4.1 Luas WilayahKecamatan Laweyan merupakan kecamatan dengan luas
terbesar ketiga di Kota Surakarta yaitu seluas 966,61 hektar
atau menempati 21,95% dari total luas Kota Surakarta. Sedangkan
rincian luas masing-masing kelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut:
KELURAHAN LUAS(Ha)
Karangasem 193.29Jajar 122.17Kerten 111.74Pajang 164.27Purwosari 80.29Sondakan 80.62Penumping 48.17Sriwedari 54.08Bumi 32.79
Tabel 4.1 Luas Kelurahan di Kecamatan Laweyan
3
Laweyan 22.91Panularan 56.28
TOTAL 966.61
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelurahan yang
memiliki luas terbesar adalah Kelurahan Karangasem, disusul
Kelurahan Pajang, Kelurahan Jajar, Kelurahan Kerten, Kelurahan
Sondakan, Kelurahan Purwosari, Kelurahan Panularan, Kelurahan
Sriwedari, Kelurahan Penumping, dan yang paling kecil adalah
Kelurahan Laweyan. Luas wilayah ini berpengaruh pada kepadatan
penduduk yaitu dengan membagi jumlah penduduk dengan luas
wilayah sehingga diperoleh kepadatan jiwa per hektarnya.
4.2 Penggunaan LahanSebagian besar lahan yang ada di Kecamatan Laweyan
digunakan sebagai area permukiman penduduk, disusul jasa, dan
industri. Sedangkan paling sedikit digunakan sebagai area taman
kota dan tegalan seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Kelurahan Permukiman Jasa Perusahaa
nIndustri
TanahKosong
Tegalan Sawah Pemakaman
Lapangan
Olahraga
TamanKota
Lain-
lain
2010Karangase
m 22,31 2,45 2,00 0,50 0 0 0 0,50 0 0 9,54
Jajar 63,95 9,57 9,11 7,94 1,14 0 7,08 0,20 1,65 0 4,86
Kerten 58,99 10,25 2,46 9,55 2,46 0 33,3
0 0,75 2,12 0 10,12
Pajang 34,44 28,03 4,28 13,84 1,03 0 1,88 0 1,65 0 6,95
Purwosari 16,56 0,52 2,67 0,50 0 0 0 0 0 0 4,58
Sondakan 130,75 10,13 2,82 1,28 1,62 0 0 2,35 2,75 0,15 3,35
Penumping 42,23 6,70 1,66 0,90 0 0 0 0 0 0 2,91Sriwedari 32,24 8,28 3,96 1,41 1,02 0 0 0 2,42 0 1,00
Bumi 61,31 3,74 5,70 0,75 0 0 0 1,30 0 0 11,6
Sumber: Hasil Perhitungan Attribute Table ArcGis
Tabel 4.2 Penggunaan Lahan Kecamatan Laweyan tahun 2010 - 2011
3
0Laweyan 58,38 2,97 4,73 2,00 0 0 0 0,95 1,65 0 7,82Panularan 38,44 6,77 3,80 1,41 0 0 0 0 0 0 0,88
2011Karangase
m 22,31 2,45 2,00 0,50 0 0 0 0,50 0 0 9,54
Jajar 63,95 9,57 9,11 7,94 1,14 0 7,08 0,20 1,65 0 4,86
Kerten 58,99 10,25 2,46 9,55 2,46 0 33,3
0 0,75 2,12 0 10,12
Pajang 34,44 28,03 4,28 13,84 1,03 0 1,88 0 1,65 0 6,95
Purwosari 16,56 0,52 2,67 0,50 0 0 0 0 0 0 4,58
Sondakan 130,75 10,13 2,82 1,28 1,62 0 0 2,35 2,75 0,15 3,35
Penumping 42,23 6,70 1,66 0,90 0 0 0 0 0 0 2,91Sriwedari 32,24 8,28 3,96 1,41 1,02 0 0 0 2,42 0 1,00
Bumi 61,31 3,74 5,70 0,75 0 0 0 1,30 0 0 11,60
Laweyan 58,38 2,97 4,73 2,00 0 0 0 0,95 1,65 0 7,82Panularan 38,44 6,77 3,80 1,41 0 0 0 0 0 0 0,88
Pada tabel di atas dapat dilihat apabila tidak terjadi
perubahan penggunaan lahan dalam jumlah yang relatif besar dari
tahun 2010 hingga tahun 2011, bahkan dapat dikatakan tidak ada
perubahan sama sekali.
Penggunaan lahan paling besar adalah sebagai area
permukiman warga, hal ini dapat terjadi karena Kota Surakarta
memang merupakan suatu wilayah yang padat penduduknya dan
seringkali menjadi tujuan urbanisasi. Selain itu di Kecamatan
Laweyan yang termasuk ke dalam BWK 2 mempunyai arahan
pengembangan sebagai wilayah pusat aktivitas ekonomi, sehingga
semakin menjadi daya tarik bagi pencari kerja untuk menghuni
Kecamatan Laweyan.
Meskipun demikian, tidak seluruh permukaan Kecamatan
Laweyan tertutup oleh bangunan rumah warga saja. Di Kelurahan
Kerten masih terdapat sawah yang mempunyai luas cukup besar,
demikian pula di Kelurahan Jajar dan Kelurahan Pajang. Namun
Sumber: Kecamatan Laweyan dalam Angka 2010-2011
3
Kecamatan Laweyan memiliki jumlah area hijau yang masih sedikit
yang terdiri dari lapangan olahraga dan taman kota. Bahkan
hanya Kelurahan Sondakan saja yang sudah memiliki taman kota,
sedangkan kelurahan-kelurahan lain tidak memilikinya. Hal ini
sangat disayangkan karena dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Surakarta disebutkan apabila suatu kota harus
memiliki sedikitnya 30% RTH dalam seluruh wilayahnya. Untuk
lebih jelasnya, penggunaan lahan di Kecamatan Laweyan dapat
dilihat pada peta berikut:
4.3 Slum and Risk Area
Gambar 4.2 Penggunaan Lahan Kecamatan Laweyan
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
Slum area adalah suatu wilayah permukiman warga yang
kumuh dan tidak tertata rapi sehingga tidak enak dipandang mata,
tidak nyaman ditinggali, dan menjadi sumber penyakit. Slum area
dapat muncul diakibatkan karena tingginya arus urbanisasi masuk
ke dalam suatu wilayah. Kaum urban yang nekat mengadu nasib di
kota tanpa keahlian khusus kemudian akan sulit memperoleh
pekerjaan hingga akhirnya terpaksa mendirikan perumahan kumuh di
bantaran sungai, bantaran rel kereta api, serta di dekat tempat
pembuangan sampah.
Kecamatan Laweyan yang terletak di bagian barat-selatan
Kota Surakarta merupakan pintu gerbang kota dengan kabupaten di
sekitarnya sehingga rawan menjadi tujuan urbanisasi. Namun saat
dilakukan survey ternyata tidak terdapat permukiman kumuh yang
ditemukan. Meskipun permukimannya padat penduduk namun warga
sudah mampu membangun rumah mereka dengan layak sehingga cukup
nyaman dipandang mata dan tidak menunjukkan kekumuhan. Sepanjang
rel kereta api dan bantaran sungai pun sudah tertata rapi
sehingga tidak ditemukan slum and squatter area.
Sedangkan risk area adalah wilayah yang mempunyai
kerawanan terhadap bencana tertentu, seperti bencana banjir,
tanah longsor, gempa, dan sebagainya. Kecamatan Laweyan yang
memiliki kelerengan datar dan dilewati banyak sungai besar
menjadi daerah rawan banjir dan genangan. Seperti dapat dilihat
pada Gambar 4.2 risk area Kecamatan Laweyan tersebar di tiga
kelurahan yaitu Kelurahan Pajang, Laweyan, dan Sondakan yang
dilalui oleh sungai Premulung. Ketiga kelurahan tersebut rawan
tergenang air pada saat musim hujan tiba akibat luapan sungai.
Hal ini dapat diantisipasi dengan pembersihan sungai sehingga
tidak ada sampah yang menggenang serta sosialisasi kepada warga
untuk turut serta menjaga kebersihan lingkungan terutama sungai.
3
Selain itu pembuatan sumur resapan atau biopori pada setiap
rumah penduduk juga dapat membantu mengurangi limpasan air
sungai saat terjadi hujan deras.
4.4 Jumlah PendudukKecamatan Laweyan memiliki jumlah penduduk sebanyak
111.113 jiwa pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 111.767 jiwa
pada tahun 2011 dengan rincian dapat dilihat pada tabel 4.3
berikut:
KELURAHAN JUMLAH PENDUDUK (jiwa)2010 2011
Karangasem 7.239 7.296Jajar 9.733 9.792Kerten 9.827 9.974Pajang 11.939 12.063Purwosari 2.580 2.598Sondakan 24.612 24.755Penumping 9.752 9.733Sriwedari 5.629 5.657Bumi 13.057 13.163Laweyan 11.973 11.975Panularan 4.772 4.761
Dari tabel di atas dapat diketahui apabila jumlah
penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Sondakan sedangkan
jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Kelurahan Purwosari.
Namun jumlah penduduk ini tidak selalu berbanding lurus dengan
kepadatan penduduk, karena luas wilayah juga ikut berpengaruh
yaitu dengan membagi jumlah penduduk dengan luas wilayah.
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Laweyan
Sumber: Kecamatan Laweyan dalam Angka 2010-2011
3
Kepadatan penduduk Kecamatan Laweyan dapat dilihat pada tabel
berikut:
KELURAHAN LUAS (Ha)JUMLAH PENDUDUK
(jiwa)KEPADATAN(jiwa/Ha)
2010 2011 2010 2011Karangasem 193,29 7.239 7.296 37,45 37,75Jajar 122,17 9.733 9.792 79,67 80,15Kerten 111,74 9.827 9.974 87,95 89,26Pajang 164,27 11.939 12.063 72,68 73,43Purwosari 80,29 2.580 2.598 32,13 32,36Sondakan 80,62 24.612 24.755 305,28 307,06Penumping 48,17 9.752 9.733 202,45 202,06Sriwedari 54,08 5.629 5.657 104,09 104,60Bumi 32,79 13.057 13.163 398,20 401,43Laweyan 22,91 11.973 11.975 522,61 522,70Panularan 56,28 4.772 4.761 84,79 84,59
TOTAL 967 111.113 111.767 114,95 115,63
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kepadatan
tertinggi terdapat pada Kelurahan Laweyan yaitu sebesar 401,60
jiwa/Ha. Hal ini diakibatkan Kelurahan Laweyan memiliki luas
yang tidak terlalu besar namun menjadi sentra produksi batik di
Kota Surakarta, sehingga menarik banyak penduduk untuk mencari
pekerjaan dan bertempat tinggal di kelurahan tersebut. Kepadatan
penduduk terendah berada pada Kelurahan Purwosari hanya sebesar
32,36 jiwa/Ha. Hal ini dikarenakan Kelurahan Purwosari terletak
di salah satu ruas jalan utama di Kota Surakarta yaitu Jalan
Slamet Riyadi, sehingga banyak pertokoan yang dibangun. Hal ini
mengakibatkan sedikitnya penduduk yang tinggal di kelurahan
tersebut karena fungsi utamanya untuk atktivitas perekonomian,
bukan perumahan warga.
Tabel 4.4 Kepadatan Penduduk Kecamatan Laweyan
Sumber: Kecamatan Laweyan dalam Angka 2010-2011
3
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1733-1989
tentang Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan Kota, kepadatan
penduduk dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelas seperti
yang ditunjukkan dalam tabel berikut:
Dari tabel 4.4 dan 4.5 dapat dibuat peta kepadatan
penduduk yang menunjukkan klasifikasi kepadatan penduduk di
Kecamatan Laweyan. Tingkat penduduk rendah terdapat di Kelurahan
Karangasem, Jajar, Kerten, Pajang, Purwosari, Sriwedari, dan
Panularan. Sedangkan tingkat kepadatan tinggi terdapat pada
Kelurahan Sondakan dan Penumping, dan tingkat kepadatan sangat
padat berada pada Kelurahan Laweyan dan Bumi seperti dapat
dilihat pada peta berikut:
Tabel 4.5 Klasifikasi Kepadatan Penduduk
Sumber: SNI 03-1733-1989 tentang Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan Kota
Gambar 4.3 Peta Kepadatan Penduduk Kecamatan Laweyan tahun 2011
3
4.5 Jumlah Penduduk Berdasar UmurPenduduk berdasarkan umur diklasifikasikan untuk
keperluan tertentu. Misalnya untuk mengetahui anak usia sekolah
pada tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Selain itu
dengan pemetaan penduduk berdasarkan umur dapat diketahui
penduduk usia produktif pada suatu wilayah tertentu. Jumlah
penduduk berdasar umur di Kecamatan Laweyan dapat dilihat pada
tabel berikut:
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa penduduk
kelompok usia penduduk yang mempunyai jumlah paling banyak
adalah kelompok usia 30-39 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa di
Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Berdasar Umur
Sumber: Kecamatan Laweyan dalam Angka 2010-2011
3
Kecamatan Laweyan kelompok umur yang mendominasi adalah penduduk
usia kerja yaitu kisaran usia 30-39 tahun. Sedangkan kelompok
usia yang menempati jumlah paling sedikit adalah kelompok usia
lebih dari 60 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk usia
lanjut di Kecamatan Laweyan sangat sedikit jumlahnya. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan apabila Kecamatan Laweyan yang
merupakan kecamatan padat penduduk dan mempunyai arahan
pengembangan sebagai wilayah pusat ekonomi di Kota Surakarta
mempunyai jumlah penduduk usia kerja yang mendominasi seperti
dapat dilihat pada peta berikut:
Gambar 4.4 Peta Jumlah Penduduk Berdasar Umur Kecamatan Laweyan tahun 2010
3
4.6 Jumlah Penduduk Berdasar Jenis KelaminPenduduk berdasar jenis kelamin dapat digunakan untuk
mengetahui perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan dalam
suatu wilayah tertentu. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk
memproyeksikan jumah penduduk karena seperti yang kita ketahui,
perempuan dapat melahirkan sehingga bertambahnya jumlah
perempuan berbanding lurus dengan pertambahan jumlah penduduk di
suatu wilayah tertentu. Berikut merupakan tabel perbandingan
jumlah penduduk berdasar jenis kelamin di Kecamatan Laweyan:
Gambar 4.5 Peta Jumlah Penduduk Berdasar Umur Kecamatan Laweyan tahun 2011
Sumber: Hasil Analisis Penulis
Sumber: Hasil Analisis Penulis
Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Berdasar Jenis Kelamin
3
Jumlah penduduk laki-laki yang ada di Kecamatan Laweyan
adalah sebanyak 54.518 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan
adalah sebanyak 56.595 jiwa. Meskipun selisihnya tidak terlalu
banyak, dapat disimpulkan apabila di Kecamatan Laweyan penduduk
didominasi oleh perempuan. Tidak hanya secara keseluruhan,
jumlah penduduk pada setiap kelurahan pun menunjukkan dominasi
perempuan dibandingkan penduduk laki-laki. Berikut merupakan
peta yang menunjukkan perbandingan jumlah penduduk berdasar
jenis kelamin di Kecamatan Laweyan:
Sumber: Kecamatan Laweyan dalam Angka 2010-2011
Gambar 4.6 Peta Jumlah Penduduk Berdasar Jenis Kelamin Kecamatan Laweyan tahun 2011
3
4.7 Jumlah Penduduk Berdasar PendidikanPerhitungan jumlah penduduk dan pengkasifikasiannya
berdasarkan tingkat pendidikan berfungsi untuk mengetahui
tingkat pendidikan yang dicapai oleh suatu wilayah tertentu.
Dengan pemetaan ini dapat dilakukan analisis berkelanjutan untuk
menentukan arahan yang tepat dalam hal pendidikan dalam wilayah
tersebut. Apabila tingkat pendidikan penduduknya masih rendah
dapat dilakukan program-program tertentu yang dapat meningkatkan
minat warga untuk bersekolah.
Sumber: Hasil Analisis Penulis
Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Berdasar Jenis Kelamin
3
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah
tertinggi terdapat pada kelompok penduduk dengan tingkat
pendidikan Tamat SMA yaitu sebanyak 23.306 jiwa. Sedangkan
jumlah kelompok penduduk terendah terdapat pada tingkat
pendidikan Tidak Sekolah yaitu sebanyak 7.205 jiwa. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat Laweyan untuk
bersekolah sudah cukup tinggi, terbukti tidak hanya wajib
belajar 9 tahun yang menempati posisi tertinggi melainkan wajib
belajar 12 tahun. Meskipun demikian, masih terdapat lebih dari
7000 penduduk yang tidak bersekolah. Hal ini sangat disayangkan
karena pendidikan merupakan hal yang sangat penting dewasa ini.
Berikut merupakan peta penduduk Kecamatan Laweyan berdasarkan
tingkat pendidikannya:
Sumber: Kecamatan Laweyan dalam Angka 2010-2011
Gambar 4.7 Peta Jumlah Penduduk Berdasar Tingkat Pendidikan Kecamatan Laweyan tahun 2011
3
4.8 Jumlah Kepala KeluargaKepala Keluarga (KK) dapat didata jumlahnya pada setiap
kelurahan sehingga dapat digunakan untuk keperluan selanjutnya.
Misalnya pada Kecamatan Laweyan terdapat total 25.517 KK dengan
rata-rata penghuni rumah ada 4 orang dapat disimpulkan bahwa di
Kecamatan Laweyan terdapat kurang lebih 6.379 rumah penduduk.
Rincian jumlah KK di Kecamatan Laweyan dapat dilihat pada tabel
berikut:
KELURAHAN JUMLAH_KK
Karangasem 1.846
Jajar 2.123
Kerten 2.117
Pajang 2.686
Purwosari 603
Sondakan 5.102
Penumping 2.831
Sriwedari 1.332
Bumi 2.215
Laweyan 3.613
Panularan 1.049
TOTAL 25.517
Sumber: Hasil Analisis Penulis
Tabel 4.9 Jumlah Kepala Keluarga Kecamatan Laweyan
3
Sesuai dengan banyaknya jumlah penduduk, Kelurahan
Sondakan memiliki jumlah Kepala Keluarga terbanyak di Kecamatan
Laweyan. Sedangkan Kelurahan Purwosari memiliki jumlah Kepala
Keluarga paling sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
penduduk berbanding lurus dengan jumlah kepala keluarga yang ada
dalam suatu wilayah tertentu.
4.9 Mortalitas, Natalitas, Imigrasi, dan EmigrasiMortalitas, natalitas, imigrasi, dan emigrasi merupakan
faktor-faktor alami yang menyebabkan terjadinya perubahan jumlah
penduduk. Mortalitas merupakan angka kematian, natalitas adalah
angka kelahiran, imigrasi adalah angka migrasi (perpindahan)
masuk ke dalam wilayah sedangkan emigrasi adalah angka migrasi
(perpindahan) keluar wilayah. Mortalitas dan emigrasi
menyebabkan pengurangan jumlah penduduk, sebaliknya natalitas
dan imigrasi menyebabkan pertambahan jumlah penduduk. Berikut
merupakan tabel rincian mortalitas, natalitas, dan migrasi di
Kecamatan Laweyan:
3
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah
pertambahan penduduk di Kecamatan Laweyan akibat natalitas dan
imigrasi adalah sejumlah 3.676 jiwa. Sedangkan pengurangan
jumlah penduduk akibat mortalitas dan emigrasi di Kecamatan
Laweyan adalah sebanyak 3.099 jiwa. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa input lebih banyak dari output, berarti
pendudk di Kecamatan Laweyan mengalami pertambahan. Berikut
merupakan peta natalitas, mortalitas, dan emigrasi penduduk di
Kecamatan Laweyan:
Sumber: Kecamatan Laweyan dalam Angka 2010-2011
Gambar 4.7 Peta Jumlah Penduduk Berdasar Perubahan Alami
3
4.10 Penduduk Berdasar Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan tingkat kesejahteraannya, penduduk dibagi
menjadi penduduk pra sejahtera dan penduduk sejahtera. Penduduk
pra sejahtera berarti penduduk yang belum menemukan
kesejahteraan dalam hidupnya, hal ini dapat berarti penduduk
tersebut belum berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-harinya, biasanya termasuk ke dalam golongan menengah ke
bawah. Sedangkan penduduk sejahtera merupakan penduduk yang
sudah sejahtera sehingga berkecukupan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, biasanya termasuk ke dalam penduduk golongan menengah
ke atas. Berikut merupakan tabel rincian jumlah penduduk
berdasar tingkat kesejahteraannya di Kecamatan Laweyan:
KELURAHAN PRASEAHTERA SEJAHTERA
Karangasem 271 950Jajar 75 1.775Kerten 28 1.558Pajang 344 1.651Purwosari 122 368Sondakan 510 4.168Penumping 120 1.684Sriwedari 271 651Bumi 394 1.705Laweyan 301 2.264Panularan 49 873
TOTAL 2.485 17.647
Sumber: Hasil Analisis Penulis
Tabel 4.11 Jumlah Penduduk Berdasar Tingkat Kesejahteraan
Sumber: Kecamatan Laweyan dalam Angka 2010-2011
3
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk
sejahtera lebih banyk dibandingkan jumlah penduduk pra sejahtera
dengan selisih yang terpaut cukup besar. Meskipun demikian,
tetap masih ada hampir 2.500 penduduk yang belum sejahtera, hal
ini justru menibulkan suatu ironi di Kecamatan Laweyan.
Pemerintah seharusnya melakukan upaya untuk menyejahterakan
warganya yang masih belum sejahtera tersebut melalui beberapa
program yang teapt guna. Sedangkan berikut adalah peta jumlah
penduduk berdasarkan tingkat kesejahteraannya:
Gambar 4.7 Peta Jumlah Penduduk Berdasar Perubahan Alami
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
BAB V
SEKTOR FASILITAS DAN UTILITAS
5.1 Fasilitas PerdaganganFasilitas perdagangan yang tersebar di Kecamatan Laweyan
adalah pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional
adalah pasar yang masih menggunakan cara konvensional dalam
transaksi jual beli seperti adanya tawar menawar. Sedangkan pasar
modern adalah pasar yang menggunakan cara modern dalam transaksi
jual belinya, biasanya ditandai dengan kemegahan bangunan dan
barang-barang yang dijual adalah barang yang sudah dipatok
harganya sehingga tidak bisa ditawar. Berikut merupakan peta
persebaran pasar di Kecamatan Laweyan:
3
Kecamatan Laweyan memiliki 7 pasar tradisional dan 3 pasar
modern yang semuanya dapat dijangkau kendaraan umum. Pasar
Kembang, Pasar Kadipolo, Pasar Kabangan, Pasar Purwosari, Pasar
Oleh-oleh dan Pasar Kleco merupakan pasar tradisional yang telah
dilengkapi sarana parkir serta terletak di jalan utama sehingga
mudah dijangkau, sedangkan di pasar buah masih terjadi on street
parking. Ketujuh pasar tradisional berikut termasuk jenis sarana
pusat pertokoan dan pasar lingkungan yang mampu memfasilitasi
30.000 jiwa. Sedangkan pasar modern yang terdapat di Kecamatan
Laweyan adalah Solo Square, Solo Grand Mall, dan Solo Center
Point. Meskipun pasar-pasar modern ini sudah dilengkapi dengan
Gambar 5.1 Peta Persebaran Fasilitas Perdagangan
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
tempat parkir namun masih menimbulkan on street parking area di
sekelilingnya.
5.2 Fasilitas KesehatanFasilitas kesehatan yang terdapat di Kecamatan Laweyan
dibedakan menjadi 3 macam yaitu Puskesmas, Pustu, dan Rumah Sakit
yang tersebar di seluruh wilayah Kecamatan Laweyan dengan rincian
pada tabel berikut:
NO NAMA JENIS KELURAHAN1. Puskesmas Puskesmas Laweyan
2. Rumah Sakit Bersalin Barokah
Rumah sakit Pajang
3. Pustu Pajang Pustu Pajang4. Puskesmas Puskesmas Pajang
5. Rumah Sakit Mata Rumah sakit Karangasem
6. Rumah Sakit Bersalin Kelurahan Panularan
Rumah sakit Panularan
7. Rumah Sakit Jiwa Puri Waluyo
Rumah sakit Karangasem
8. Rumah Sakit Paru-Paru Rumah sakit Jajar
9. Pustu Jajar Pustu Jajar
10. Rumah Sakit Kasih Ibu Rumah sakit Purwosari
11. Rumah Sakit Slamet Riyadi
Rumah sakit Purwosari
12. Rumah Sakit Panti Waluyo
Rumah sakit Kerten
13. Puskesmas Puskesmas Sondakan
14. Rumah Sakit Ortopedi Rumah sakit Karangasem
15. Pustu Sriwedari Pustu Sriwedari
Tabel 5.1 Jenis dan Letak Fasilitas Kesehatan
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
Kecamatan Laweyan memiliki 9 Rumah Sakit, 3 Puskesmas, dan
3 Pustu yang sudah dirinci pada tabel di atas. Sedangkan berikut
merupakan peta persebaran fasilitas kesehatan tersebut di
Kecamatan Laweyan:
Berdasarkan standar acuan fasilitas kesehatan yang diambil
dari SNI 03-1733-1989 tentang tata cara perencanaan kawasan
perumahan kota pada tabel berikut, dapat dibuat peta jangkauan
pelayanan fasilitas kesehatan di Kecamatan Laweyan.
Gambar 5.2 Peta Persebaran Fasilitas Kesehatan
Sumber: Hasil Analisis Penulis
Tabel 5.2 Standar Pelayanan Fasilitas Kesehatan
3
Gambar 5.3 Peta Jangkauan Layanan Rumah Sakit
Gambar 5.4 Peta Jangkauan Layanan Puskesmas
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
Sumber: Hasil Analisis PenulisGambar 5.5 Peta Jangkauan Layanan Pustu
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
Dari ketiga peta jangkauan tersebut dapat dilihat apabila
setiap fasilitas kesehatan baik Rumah Sakit, Puskesmas, dan Pustu
ketiganya sudah mampu menjangkau seluruh wilayah Kecamatan
Laweyan, bahkan juga menjangkau kecamatan lain di sekitar
Kecamatan Laweyan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
jaminan kesehatan bagi masyarakat Laweyan sudah dapat terpenuhi
dengan baik.
5.3 Fasilitas PendidikanFasilitas pendidikan di Kecamatan Laweyan dibagi dalam 4
tingkatan yaitu Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Atas, dan Perguruan Tinggi yang tersebar di seluruh
wilayah Kecamatan Laweyan dengan rincian sebagai berikut:
No Jenis Nama Kelurahan
1. SDN SDN Tunggulsari 1 Kelurahan Pajang2. SDN SDN Tunggulsari 2 Kelurahan Pajang3. SDN SDN Totosari Kelurahan Pajang4. SDN SDN Pajang 3 Kelurahan Pajang5. SDN SDN Pajang 1 Kelurahan Pajang6. SDN SDN Pajang 2 Kelurahan Pajang7. SDN SDN Bratan 3 Kelurahan Pajang8. SDN SDN Setono Kelurahan Pajang9. SDN SDN Laweyan Kelurahan Pajang10.
SDN SDN Bratan 2 Kelurahan Pajang
11.
SDN SDN Bratan 1 Kelurahan Pajang
12.
SDN SDN Begalon 1 Kelurahan Panularan
13.
SDN SDN Begalon 2 Kelurahan Panularan
14.
SDN SDN Tugu Kelurahan Panularan
15.
SDN SDN Cokroningratan Kelurahan Panularan
Tabel 5.3 Nama dan Letak Fasilitas Pendidikan
3
16.
SDN SDN Panularan Kelurahan Panularan
17.
SDN SDN Mangkuyudan Kelurahan Bumi
18.
SDN SDN Sayangan 244 Kelurahan Bumi
19.
SDN SD AL-Islam 1 Kelurahan Sondakan
20.
SDN SDN Purwosari Kulon Kelurahan Purwosari
21.
SDN SDN Purwotomo Kelurahan Purwosari
22.
SDN SDN Tegalsari 6 Kelurahan Purwosari
23.
SDN SD Muhammadiyah Kelurahan Karangasem
24.
SDN SDN Karangasem 2 Kelurahan Karangasem
25.
SDN SDN Karangasem 3 Kelurahan Karangasem
26.
SDN SDN Soropadan Kelurahan Karangasem
27.
SDN SDN Karangasem 1 Kelurahan Karangasem
28.
SDN SDN Jajar 1 Kelurahan Jajar
29.
SDN SDN Sriwedari Kelurahan Sriwedari
30.
SDN SDLB Autis Alamanda Kelurahan Purwosari
31.
SDN SDN Tegalsari Kelurahan Bumi
32.
SDN SDN Bumi 3 Kelurahan Bumi
33.
SDN SD Ta'mirul Islam Kelurahan Bumi
34.
SDN SDN Bumi No 1 Kelurahan Penumping
35.
SDN SDN Kleco 1 Kelurahan Kerten
36.
SDN SDN Kleco 2 Kelurahan Kerten
37.
SDN SDN Kerten 2 Kelurahan Kerten
3
38.
SDN SDN Kerten 1 Kelurahan Kerten
39.
SDN SDN Wonosari Kelurahan Kerten
40.
SMP SMP Batik Kelurahan Pajang
41.
SMP SMP Muhamadiyah 5 Kelurahan Pajang
42.
SMP MTsN 2 Surakarta Kelurahan Pajang
43.
SMP SMPN 9 Kelurahan Pajang
44.
SMP SMP 12 Surakarta Kelurahan Kerten
45.
SMP SMP AL MUAYYAD Kelurahan Purwosari
46.
SMP SMP MUH 10 Kelurahan Karangasem
47.
SMP SMPN 2 Surakarta Kelurahan Jajar
48.
SMP SMP 15 Surakarta Kelurahan Sriwedari
49.
SMP SMPLB E.Parayuana Kelurahan Purwosari
50.
SMP SMP Ta'mirul Islam Kelurahan Bumi
51.
SMP SMPN 25 Surakarta Kelurahan Penumping
52.
SMP SMPN 24 Surakarta Kelurahan Penumping
53.
SMA SMA Batik 1 Kelurahan Pajang
54.
SMA SMA Muhammadiyah 4 Kelurahan Pajang
55.
SMA SMA Jayawisata Kelurahan Pajang
56.
SMA SMAN Al-Islam Kelurahan Panularan
57.
SMA SMKN 5 Surakarta Kelurahan Kerten
58.
SMA SMKN 4 Surakarta Kelurahan Kerten
59.
SMA SMKN 6 Surakarta Kelurahan Kerten
3
60.
SMA SMA Regina Pacis Kelurahan Kerten
61.
SMA SMA Batik 2 Surakarta Kelurahan Kerten
62.
SMA STM Pancasila Kelurahan Jajar
63.
SMA MAN 2 Sriwedari Kelurahan Sriwedari
64.
SMA SMALB Negri Kelurahan Sondakan
65.
SMA SMK Al Islam Kelurahan Sondakan
66.
SMA SMA Pangudi Luhur St Yosef
Kelurahan Purwosari
67.
SMA SMKN 7 Surakarta Kelurahan Kerten
68.
SMA SMA Santo Yosef Kelurahan Kerten
69.
PT SMK BATIK Kelurahan Pajang
70.
PT FKIP PGSD UNS Kelurahan Pajang
71.
PT STIKES Aisiyah Kelurahan Pajang
72.
PT POLITEKNIK PRATAMA MULYA
Kelurahan Panularan
73 PT UNIBA Kelurahan Sondakan
74.
PT STIMIK Kelurahan Purwosari
75.
PT UNIV SAHID Surakarta Kelurahan Jajar
76.
PT Politeknik Indonusa Surakarta
Kelurahan Sondakan
77.
PT Univ Muhammadiyah Surakarta
Kelurahan Penumping
78.
PT UNU Surakarta Kelurahan Penumping
Dari data pada tabel di atas dapat dibuat peta persebaran
fasilitas pendidikan di Kecamatan Laweyan sebagai berikut:
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
Berdasarkan standar acuan fasilitas pendidikan yang diambil
dari SNI 03-1733-1989 tentang tata cara perencanaan kawasan
perumahan kota pada tabel berikut, dapat dibuat peta jangkauan
pelayanan fasilitas kesehatan di Kecamatan Laweyan.
Gambar 5.6 Peta Persebaran Fasilitas Pendidikan
Sumber: Hasil Analisis Penulis
Tabel 5.4 Standar Pelayanan Fasilitas Pendidikan
3
Gambar 5.7 Peta Jangkauan Sekolah Dasar
Gambar 5.8 Peta Jangkauan Sekolah Menengah Pertama
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
Gambar 5.9 Peta Jangkauan Sekolah Menengah Atas
Sumber: Hasil Analisis Penulis
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
Jangkauan Sekolah Dasar (SD) yaitu 1000 m tiap SD. Dari
peta tematik yang ada diketahui bahwa ada 3 kelurahan yang tidak
terkena jangkauan SD yaitu Kelurahan Sriwedari, Kelurahan
Panularan, dan Kelurahan Penumping. Terdapat total 9 SD di Kec.
Laweyan. Jika dihitung dari jumlah penduduk yang dilayani, jumlah
SD tersebut mampu melayani 14.400 jiwa sehingga mampu menampung
seluruh anak usia belajar sekolah dasar di Kecamatan Laweyan.
Namun letaknya yang kurang merata mengakibatkan masih muncul
kelurahan yang masih belum terjangkau fasilitas SD.
Jangkauan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu 1000 m tiap
SMP. Dari peta tematik yang ada diketahui bahwa semua kelurahan
di Kecamatan Laweyan terjangkau pelayanan SMP. Terdapat total 13
SMP di Kec. Laweyan. Jika dihitung dari jumlah penduduk yang
dilayani, jumlah SMP tersebut mampu melayani 62.400 jiwa sehingga
mampu menampung seluruh anak usia belajar sekolah menengah
pertama di Kecamatan Laweyan.
Jangkauan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu 3000 m tiap
SMA. Dari peta tematik yang ada diketahui bahwa semua kelurahan
di Kecamatan Laweyan terjangkau pelayanan SMA. Terdapat total 17
SMA di Kec. Laweyan. Jika dihitung dari jumlah penduduk yang
dilayani, jumlah SD tersebut mampu melayani 81.600 jiwa sehingga
mampu menampung seluruh anak usia belajar sekolah menengah atas
di Kecamatan Laweyan dan bahkan mampu melayani untuk kecamatan
lain di Kota Surakarta.
Menurut pedoman pedoman penentuan standar pelayanan minimal
bidang penataan ruang, perumahan dan permukiman dan pekerjaan
umum (Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
534/KPTS/M/2001), standar tersedianya fasilitas PT yaitu tersedia
1 unit Perguruan Tinggi untuk setiap 70.000 penduduk. Di
3
Kecamatan Laweyan terdapat 3 Perguruan Tinggi yang mampu melayani
seluruh penduduk Kecamatan Laweyan dan penduduk Kecamatan di
sekitarnya.
5.4 Fasilitas Ruang Terbuka HijauBerdasarkan standar acuan fasilitas pendidikan yang diambil
dari SNI 03-1733-1989 tentang tata cara perencanaan kawasan
perumahan kota, terdapat ketentuan Ruang Terbuka Hijau sebagai
berikut:
a. Setiap unit RT ≈ kawasan berpenduduk 250 jiwa dibutuhkan
minimal 1 untuk taman yang dapat memberikan kesegaran pada
kota.
b. Setiap unit RW ≈ kawasan berpenduduk 2.500 jiwa diperlukan
sekurang-kurangnya satu daerah terbuka berupa taman, di samping
daerah-daerah terbuka yang telah ada pada tiap kelompok 250
penduduk sebaiknya, yang berfungsi sebagai taman tempat main
anak-anak dan lapangan olah raga kegiatan olah raga;
c. Setiap unit Kelurahan ≈ kawasan berpenduduk 30.000 jiwa
diperlukan taman dan lapangan olahraga untuk melayani kebutuhan
kegiatan penduduk di area terbuka.
d. Setiap unit Kecamatan ≈ kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus
memiliki sekurang kurangnya 1 (satu) lapangan hijau terbuka
yang berfungsi sebagai tempat pertandingan olah raga (tenis
lapangan, bola basket dan lain-lain), upacara dll.
e. Setiap unit Kecamatan ≈ kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus
memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) ruang terbuka yang
berfungsi sebagai kuburan/pemakaman umum.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kecamatan Laweyan dibedakan
menjadi 3 jenis yaitu lapangan, pemakaman, dan taman kota yang
3
seluruhnya tersebar di seluruh Kecamatan Laweyan dengan rincian
pada tabel berikut:
No JENIS KELURAHAN
1. Lapangan Kelurahan Sriwedari
2. Taman Kelurahan Sriwedari
3. Lapangan Kelurahan Panularan
4. Pemakaman Kelurahan Purwosari
5. Lapangan Kelurahan Sondakan
6. Pemakaman Kelurahan Sondakan
7. Pemakaman Kelurahan Pajang8. Pemakaman Kelurahan Pajang9. Lapangan Kelurahan Pajang10. Lapangan Kelurahan Pajang
11. Lapangan Kelurahan Jajar
12. Pemakaman Kelurahan Jajar
13. Lapangan Kelurahan
Karangasem14. Pemakaman Kelurahan
Karangasem
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa RTH hanya terdapat
pada 7 dari 11 kelurahan yang ada di Kecamatan Laweyan dengan RTH
terbanyak terdapat pada Kelurahan Pajang. Merujuk pada tabel yang
ada bahwa ketentuan yang ada sudah sesuai. Namun jumlah taman
masih kurang di kecamatan ini. Hal ini bisa dilihat dengan jumlah
taman yang hanya di Kel. Sriwedari, sedangkan RTH yang lainnya
Tabel 5.5 Jenis dan Lokasi Fasilitas Ruang Terbuka Hijau
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
cukup memadai dengan 7 buah lapangan di berbagai kelurahan di
Kecamatan ini dan 6 buah pemakaman. Dari data pada tabel tersebut
dapat dibuat peta persebaran ruang terbuka hijau di Kecamatan
Laweyan sebagai berikut:
5.5 Fasilitas PariwisataFasilitas pariwisata di Kecamatan Laweyan dibagi menjadi 2
jenis yaitu museum dan taman hiburan rakyat. Fasilitas pariwisata
di Kecamatan Laweyan hanya terdapat 3 buah saja. Hal ini sangat
disayangkan mengingat nilai sejarah Kecamatan Laweyan yang begitu
kental serta potensi yang dimilikinya tidak dimanfaatkan dengan
baik. Berikut merupakan tabel rincian fasilitas pariwisata yang
ada di Kecamatan Laweyan:
Gambar 5.10 Peta Persebaran Ruang Terbuka Hijau
Sumber: Hasil Analisis Penulis
Tabel 5.6 Jenis dan Lokasi Fasilitas Pariwisata
3
NAMA JENIS KELURAHANMonumen Tugu Lilin
Museum Sondakan
Museum Radya Pustaka
Museum Sriwedari
Thr Sriwedari Taman Hiburan Rakyat
Sriwedari
Dari tabel tersebut dapat dibuat peta persebaran fasilitas
pariwisata di Kecamatan Laweyan sebagai berikut:
5.6 Fasilitas Rumah Susun
Gambar 5.11 Peta Persebaran Fasilitas Pariwisata
Sumber: Hasil Analisis Penulis
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
Berdasarkan standar acuan fasilitas yang diambil dari SNI
03-1733-1989 tentang tata cara perencanaan kawasan perumahan
kota, pendirian rumah susun disyaratkan pada kawasan dengan
kepadatan penduduk tinggi dan sangat padat. Namun pada
kenyataannya hanya ada 2 rusun di Kecamatan Laweyan yang keduanya
berada pada Kelurahan Panularan yang memiliki tingkat kepadatan
penduduk rendah.
Tabel 5.7 Kebutuhan Rusun Berdasar Kepadatan Pendudu
Gambar 5.12 Peta Persebaran Rumah Susun
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
5.7 Fasilitas SanitasiSanitasi di Kecamatan Laweyan dibedakan menjadi 2 jenis
yaitu MCK Umum dan Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Persebaran
utilitas sanitasi di Kecamatan Laweyan dapat dilihat rinciannya
pada tabel berikut:
No JENIS KELURAHAN1. TPS Sriwedari2. MCK UMUM Sriwedari3. MCK UMUM Panularan4. MCK UMUM Panularan5. TPS Bumi6. TPS Bumi7. MCK UMUM Pajang8. MCK UMUM Pajang9. TPS Pajang10. TPS Pajang11. TPS Kerten12. TPS Kerten13. MCK UMUM Kerten14. MCK UMUM Purwosari15. TPS Jajar16. TPS Jajar17. TPS Karangasem18. TPS Karangasem19. TPS Karangasem20. MCK UMUM Karangasem21. MCK UMUM Bumi22. MCK UMUM Bumi23. MCK UMUM Bumi24. MCK UMUM Bumi25. MCK UMUM Bumi26. MCK UMUM Bumi27. MCK UMUM Bumi28. MCK UMUM Bumi29. MCK UMUM Bumi
Tabel 5.8 Jenis dan Lokasi Fasilitas Sanitasi
3
30. MCK UMUM Bumi31. MCK UMUM Bumi32. MCK UMUM Bumi
Dari data tersebut dapat diketahui apabila belum semua
kelurahan di Kecamatan Laweyan memiliki TPS dan MCK Umum. Dari
data tersebut dapat dipetakan sebagai berikut:
Sumber: Hasil Analisis Penulis
Gambar 5.13 Peta Persebaran Fasilitas Sanitasi
3
Menurut SNI 03-2399-1991 tentang Tata cara perencanaan
bangunan MCK ditentukan persyaratan pembangunan MCK sebagai
berikut:
a. Persyaratan lokasi dan waktu tempuh dari rumah penduduk adalah
2 menit (jarak 100m), luas daerah pelayanan maksimum untuk 1
MCK adalah 3 ha.
b. Kapasitas pelayanan harus dapat melayani jam sibuk, dan
banyaknya ruang tergantung jumlah pemakai.
Masih berdasarkan SNI yang sama, beriku adalah persyaratan
pembangunan TPS di kawasan permukiman perkotaan:
Sumber: Hasil Analisis Penulis
Tabel 5.9 Standar Pembangunan TPS
3
Sehingga dari ketentuan di atas dapat dibuat peta jangkauan
layanan utilitas sanitasi di Kecamatan Laweyan sebagi berikut:
Jangkauan Mandi Cuci Kakus (MCK) umum yaitu 3 ha tiap MCK.
Dari peta tematik yang ada diketahui bahwa semua kelurahan di
Kecamatan Laweyan terjangkau pelayanan MCK. Terdapat total 20 MCK
tersebar di Kec. Laweyan sehingga mampu melayani warga di
Kecamatan Laweyan.
Gambar 5.13 Peta Persebaran Fasilitas Sanitasi
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
TPS di Kecamatan Laweyan berjumlah 12 buah dan sistem
pengambilannya masih dengan gerobak. Belum ada tempat pembuangan
akhir lokal sehingga masih digolongkan dalam TPS lingkup
kelurahan yang melayani 30.000 jiwa tiap 1 TPS. Karena TPS di
Kecamatan Laweyan sudah tersebar, maka pelayanannya juga sudah
menyeluruh melingkupi semua warga Kecamatan Laweyan.
5.8 Fasilitas DrainaseLingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan drainase
sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam
peraturan/ perundangan yang telah berlaku, Terutama mengenai tata
cara perencanaan umum jaringan drainase lingkungan perumahan di
perkotaan. Salah satu ketentuan yang berlaku adalah SNI 02-2406-
1991 tentang Tata cara perencanaan umum drainase perkotaan.
Kecamatan Laweyan memiliki 3 saluran drainase yaitu saluran
drainase primer, sekunder, dan tersier. Saluran drainase primer
merupakan badan penerima air alami yaitu sungai-sungai yang
melewati Kecamatan Laweyan antara lain Kali Anyar, Kali Jenes,
Sungai Brojo, dan Sungai Premulung. Saluran drainase sekunder
adalah saluran drainase yang mengalirkan air ke badan penerima
air. Saluran sekunder ini dapat berupa gorong-gorong di bawah
jalan raya yang memiliki dimensi saluran yang cukup besar.
Sedangkan saluran drainase tersier adalah saluran drainase yang
mengalirkan air dari perumahan warga menuju ke saluran drainase
sekunder. Berikut merupakan peta jaringan drainase di Kecamatan
Laweyan:
Gambar 5.14 Peta Jaringan Drainase
3
BAB VI
SEKTOR EKONOMI
Sektor ekonomi dibedakan menjadi 3 jenis yaitu industri kecil,
industri menengah, dan industri besar. Industri kecil yaitu pabrik
atau industri yang tidak menempati wilayah yang terlalu luas, hanya
mempunyai sedikit pekerja, dan hasil produksinya berskala kecil,
biasanya berupa industri rumahan. Sedangkan industri menengah adalah
suatu pabrik atau industri yang menempati wilayah cukup luas,
mempunyai cukup pekerja, dan hasil produksinya berskala cukup besar
namun hanya dipasarkan pada tingkat lokal dan regional saja.
Industri besar adalah suatu jenis pabrik atau industri yang
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
menempati wilayah yang sangat luas, mempekerjakan banyak tenaga
kerja, dan hasil produksinya berskala besar sehingga dipasarkan
secara nasional.
Kecamatan Laweyan yang terletak pada BWK 2 mempunyai arahan
sebagai pusat aktivitas ekonomi di Kota Surakarta. Hal ini
dikarenakan banyaknya pusat perdagangan baik tradisional maupun
modern di Kecamatan Laweyan in. Selain itu Kecamatan Laweyan juga
memiliki suatu sentra pembuatan batik yang dikenal dengan Batik Solo
yaitu Kampung Batik Laweyan. Di Kelurahan Laweyan terutama terdapat
begitu banyak pusat-pusat produksi batik yang dikenal bukan hanya di
Kota Surakarta melainkan di seluruh Indonesia. Selain industri
pembuatan batik, Kecamatan Laweyan juga memiliki berbagai industri
pengolahan lain seperti industri kerupuk, ayam potong, besi dan
baja, dsb.
Meskipun demikian, sektor ekonomi yang terdapat di Kecamatan
Laweyan hanyalah industri kecil dan industri menengah saja. Tidak
terdapat pabrik besar berskala nasional yang didirikan di kecamatan
ini. Aktivitas ekonomi lebih terpusat pada produksi dan
pendistribusian kain batik sebagai ciri khas Kecamatan Laweyan.
Batik diproduksi baik secara rumahan maupun pabrikan namun tetap
berskala sedang. Setelah itu dipasarkan baik ke dalam Kota Surakarta
maupun ke luar Kota Surakarta. Untuk penjualan inilah di Kecamatan
Laweyan terutama di sepanjang jalan Dr. Radjiman dan Kelurahan
Laweyan banyak dijumpai took-toko pakaian yang menjual beraneka
ragam produk batik. Kawasan ini selalu ramai dikunjungi wisatawan
sebagai tempat pembelian oleh-oleh khas Kota Surakarta, sehingga
mampu memberikan nilai tambah ekonomi sesuai arahannya sebagai BWK
2. Berikut merupakan peta persebaran sektor ekonomi di Kecamatan
Laweyan.
3
Dari peta tersebut dapat dilihat bahwa pabrik-pabrik industri
terdapat di pinggiran kota bukan pada pusat kota yang dekat dengan
jalan arteri dan kolektor seperti yang dapat dilihat pada peta. Hal
ini dikarenakan pabrik tersebut menimbulkan polusi baik udara, air,
maupun suara sehingga bertempat di pinggiran kota. Industri juga
terpusat di Kelurahan Laweyan yang konsisten dengan batiknya. Namun
di kelurahan-kelurahan lain juga terdapat berbagai macam
perindustrian meskipun dari total 44 industri yang tedapat di
Kecamatan Laweyan 39 diantaranya adalah industri menengah dan 5
Gambar 6.1 Peta Persebaran Industri Kecamatan Laweyan
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
sisanya adalah industri kecil. Indsutri batik juga mendominasi yaitu
terdapat 36 industri batik dan sisanya 8 industri merupakan indsutri
lain yang rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut:
NO. JENIS NAMA KELURAHAN1. Industri Kecil Industri Batik Pajang2. Industri Kecil Industri Batik Pajang3. Industri Kecil Industri Batik Pajang4. Industri Kecil Industri Kerupuk Kerten
5. Industri Kecil Industri Ayam Potong Karangasem
6. Industri Menengah Industri Besi Pajang
7. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
8. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
9. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
10. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
11. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
12. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
13. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
14. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
15. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
16. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
17. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
18. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
19. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
20. Industri Industri Batik Laweyan
Tabel 6.1 Jenis dan Nama Industri Kecamatan Laweyan
3
Menengah
21. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
22. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
23. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
24. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
25. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
26. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
27. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
28. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
29. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
30. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
31. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
32. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
33. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
34. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
35. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
36. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
37. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
38. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
39. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
40. Industri Menengah Industri Batik Laweyan
41. Industri Menengah Industri Rokok Kerten
42. Industri Industri Air Jajar
3
Menengah
43. Industri Menengah Industri Tekstil Jajar
44. Industri Menengah Industri Batik Karangasem
Sumber: Hasil Survey Penulis
3
BAB VII
SEKTOR TRANSPORTASI
7.1 Jalan Berdasar FungsiBerdasarkan fungsinya, jalan dibedakan menjadi jalana
arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalan lingkungan, dan jalan
kereta api. Kecamatan Laweyan sebagai gerbang jalur transportasi
masuk dan keluar Kota Surakarta tentunya memiliki semua jenis
jalan tersebut seperti yang dapat dilihat pada peta di bawah ini:
Gambar 7.1 Peta Jaringan Jalan Berdasar Fungsi
3
a. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan antar kota antar provinsi (seperti bus AKDP dan AKAP)
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi,
dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara berdaya guna.
Jalan yang termasuk jalan arteri di Kecamatan Laweyan adalah
Jalan Ahmad Yani yang merupakan jalan utama di Kota Surakarta
dan menjadi jalur transportasi antar kota bahkan antar provinsi
b. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara berdaya guna. Jalan yang termasuk jalan
kolektor di Kecamatan Laweyan adalah Jalan Adi Sucipto dan
Jalan Slamet Riyadi yang menjadi jalan utama bagi angkutan
dalam kota.
c. Jalan Lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan
rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan
yang termasuk ke dalam jalan lokal di Kecamatan Laweyan adalah
jalan-jalan lain selain jalan Ahmad Yani, Adi Sucipto, dan
Slamet Riyadi. Jalan jenis ini sangat banyak jumlahnya karena
termasuk jalan-jalan kecil yang menghubungkan antar kelurahan
atau antar RW.
d. Jalan Lain, atau jalan lingkungan adalah jalan umum yang
berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan badan jalan yang
sempit sehingga hanya bisa dilewati oleh beberapa jenis
kendaraan tertentu seperti sepeda motor, sepeda, dan becak
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
saja. Di Kecamatan Laweyan hanya terdapat sedikit jalan lain
(jalan lingkungan) karena kondisinya yang termasuk perkotaan
sehingga kebanyakan jalan dibuat besar dan lebar.
7.2 Jalan Berdasar KelasPembagian jalan berdasar kelasnya dimaksudkan untuk
mengklasifikasikan jalan berdasarkan berat angkutan yang sesuai
dengan konstruksi jalan. Untuk keperluan pengaturan penggunaan
dan pemenuhan kebutuhan angkutan, jalan dibagi menjadi dalam
beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan transportasi,
pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan
karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi
kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor
serta konstruksi jalan itu sendiri. Kelas jalan ada banyak
macamnya yaitu kelas I A, II A, III A, III B, dan III C.
Kecamatan Laweyan juga memiliki kesemua kelas jalan ini dalam
jaringan transportasinya.
a. Jalan Kelas I A, adalah jalan arteri yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000
milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar
dari 10 ton. Jalan yang termasuk kelas I A di Kecamatan Laweyan
adalah jalan Ahmad Yani yang menjadi simpul utama transportasi
antar kota dan antar provinsi di Kota Surakarta
b. Jalan Kelas II A, adalah jalan arteri atau kolektor yang dapat
dilalui kendaraan bermtor termasuk muatan dengan ukuran lebar
tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan
lebih kecil dari 10 ton. Jalan yang termasuk kelas II A di
3
Kecamatan Laweyan adalah jalan Slamet Riyadi yang menajdi
simpul utama transportasi dalam kota Surakarta.
c. Jalan Kelas III A, adalah jalan arteri atau kolektor yang dapat
dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar
tidak melebihi 2.500 milimeter dan panjang tidak melebihi
18.000 milimeter, dengan muatan sumbu terberat yang diizinkan
adalah 8 ton. Jalan yang termasuk kelas jalan III A di
Kecamatan Laweyan adalah ruas jalan Adi Sucipto, Honggowongso,
dan Dr. Radjiman.
d. Jalan Kelas III B, adalah jalan kolektor yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2.500 milimeter dan panjang tidak melebihi 12.000
milimeter, dengan muatan sumbu terberat yang diizinkan adalah 8
ton. Jalan yang termasuk kelas jalan III B di Kecamatan Laweyan
adalah ruas jalan Dr. Soeharso.
e. Jalan Kelas III C, adalah jalan lokal dan jalan lingkungan yang
dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran
lebar tidak melebihi 2.100 milimeter dan panjang tidak melebihi
9.000 milimeter, dengan muatan sumbu terberat yang diizinkan
adalah 8 ton. Jalan yang termasuk kelas jalan III C di
Kecamatan Laweyan adalah semua ruas jalan selain Jalan Ahmad
Yani, Slamet Riyadi, Adi Sucipto, Honggowongso, Dr. Radjiman,
dan jalan Dr. Soeharso.
Gambar 7.2 Peta Jaringan Jalan Berdasar Kelas
3
7.3 Jalan Berdasar V/C RatioV/C Ratio (Volume/Capacity Ratio) adalah suatu rumus yang
digunakan untuk menghitung tingkat pelayanan ukuran kinerja ruas
jalan atau simpang jalan yang dihitung berdasarkan tingkat
penggunaan jalan, kecepatan, kepadatan, dan hambatan yang
terjadi. Dalam bentuk matematis ditunjukkan dengan membandingkan
antara V (volume) dengan C (capacity). Tingkat pelayanan
berdasarkan V/C Ratio dibagi dalam 6 tingkatan yaitu A hingga F
dengan spesifikasi sebagai berikut:
a. Tingkat Pelayanan A, arus bebas dengan volume lalu lintas
rendah dan kecepatan tinggi, kepadatan lalu lintas sangat
rendah dengan kecepatan yang dapat dikendalikan oleh pengemudi
berdasarkan batasan kecepatan maksimum/minimum dan kondisi
fisik jalan, pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang
diinginkannya tanpa atau dengan sedikit tundaan.
b. Tingkat Pelayanan B, arus stabil dengan volume lalu lintas
sedang dan kecepatan mulai dibatasi oleh kondisi lalu lintas,
kepadatan lalu lintas rendah hambatan internal lalu lintas
belum memengaruhi kecepatan, pengemudi masih punya cukup
kebebasan untuk memilih kecepatannya dan lajur jalan yang
digunakan.
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
c. Tingkat Pelayanan C, arus stabil tetapi kecepatan dan
pergerakan kendaraan dikendalikan oleh volume lalu lintas yang
lebih tinggi, kepadatan lalu lintas sedang karena hambatan
internal lalu lintas meningkat, pengemudi memiliki keterbatasan
untuk memilih kecepatan, pindah lajur atau mendahului.
d. Tingkat Pelayanan D, arus mendekati tidak stabil dengan volume
lalu lintas tinggi dan kecepatan masih ditolerir namun sangat
terpengaruh oleh perubahan kondisi arus, kepadatan lalu lintas
sedang namun fluktuasi volume lalu lintas dan hambatan temporer
dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang besar, pengemudi
memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam menjalankan
kendaraan, kenyamanan rendah, tetapi kondisi ini masih dapat
ditolerir untuk waktu yang singkat.
e. Tingkat Pelayanan E, arus lebih rendah daripada tingkat
pelayanan D dengan volume lalu lintas mendekati kapasitas jalan
dan kecepatan sangat rendah, kepadatan lalu lintas tinggi
karena hambatan internal lalu lintas tinggi, pengemudi mulai
merasakan kemacetan-kemacetan durasi pendek.
f. Tingkat Pelayanan F, arus tertahan dan terjadi antrian
kendaraan yang panjang, kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan
volume sama dengan kapasitas jalan serta terjadi kemacetan
untuk durasi yang cukup lama, dalam keadaan antrian, kecepatan
maupun arus turun sampai 0.
Berikut merupakan peta jaringan jalan berdasarkan V/C Ratio
di Kecamatan Laweyan:
Gambar 7.3 Peta Jaringan Jalan Berdasar V/C Ratio
3
Ruas jalan yang memiliki angka V/C Ratio antara 0,00 hingga
0,59 merupakan ruas jalan yang transportasinya lancer dan tidak
macet. Sedangkan ruas jalan yang memiliki angka V/C Ratio antara
0,60 hingga 1.00 merupakan ruas jalan yang volumenya melebihi
kapasitas sehingga menimbulkan kemacetan.
7.4 Fasilitas TransportasiFasilitas transportasi adalah segala macam bentuk fasilitas
yang dapat menunjang kelancaran aktivitas transportasi dalam
suatu wilayah. Di Kecamatan Laweyan terdapat 3 jenis fasilitas
transportasi yaitu stasiun, sub terminal, dan halte bus.
a. Stasiun Kereta Api Purwosari
Stasiun merupakan tempat pemberhentian dan pemberangkatan
kereta api. Stasiun kereta api Purwosari terletak di Kelurahan
Purwosari dan merupakan stasiun tertua di Kota Surakarta.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 9 Tahun 2011,
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
stasiun Purwosari sudah memiliki pelayanan yang cukup baik.
Aksesibilitasnya pun mudah dijangkau, hanya saja masih kurang
memenuhi bagi kebutuhan kaum difabel (penyandang cacat).
b. Sub Terminal Jongke
Kota Surakarta bukanlah suatu kota yang besar sehingga tidak
diperlukan begitu banyak terminal. Seperti di Kecamatan Laweyan
tidak memiliki terminal bus namun memiliki sub terminal yaitu
yang berada di Jongke, Kelurahan Pajang. Sub terminal ini
berfungsi sebagai pangkalan angkutan umum karena letaknya yang
dekat dengan pasar Jongke.
c. Halte Bus Kota
Halte adalah tempat perhentian kendaraan penumpang umum untuk
menurunkan dan/atau menaikkan penumpang yang dilengkapi dengan
bangunan (DEPHUB 271/HK.105/DRJD/96). Kecamatan Laweyan
memiliki 14 halte yang terdiri dari 10 halte Batik Solo Trans
(BST) dan 4 halte bus biasa. 9 dari 10 halte BST ini terletak
di sepanjang ruas jalan Slamet Riyadi dan 1 sisanya terletak di
jalan Dr. Radjiman seperti yang ditunjukkan pada peta berikut:
Gambar 7.4 Peta Persebaran Fasilitas Transportasi
3
7.5 Titik KemacetanAkibat tingginya jumlah penduduk yang tidak diimbangi
dengan perencanaan yang baik, munculah banyak titik-tiktik
kemacetan di ruas-ruas jalan yang padat dialui masyarakat. Titik
kemacetan ini biasanya muncul di persimpangan jalan atau di dekat
pusat-pusat bangunan yang menimbulkan bangkitan dan tarikan dalam
pergerakan transportasi. Titik kemacetan di Kecamatan Laweyan
dapat dilihat pada tabel berikut:
No Nama Jalan Lokasi
1. Slamet Riyadi Bundaran Stasiun Purwosari
2. Slamet Riyadi
Pertigaan Slamet Riyadi - Sam Ratulangi
3. Slamet Riyadi Lampu merah RS Panti Waluyo
4. Slamet Riyadi Lampu merah
5. Basuki Perempatan Basuki Rahmat - Dr Suharso
6. Adi Sucipto Lampu merah perlimaan Manahan
7. Adi Sucipto
Perempatan Adi Sucipto - Siwalan
Sumber: Hasil Analisis Penulis
Tabel 7.1 Persebaran Titik Kemacetan
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
Dari titik-titik kemacetan tersebut dapat dipetakan sebagai
berikut:
7.6 Rute TrayekTrayek merupakan jalur atau rute jalan yang dilewati oleh
angkutan umum dalam suatu wilayah tertentu. Kecamatan Laweyan
sebagai kecamatan yang ramai dan padat penduduk juga dilewati
oleh berbagai rute trayek angkutan, diantaranya:
Gambar 7.5 Peta Titik-titik Kemacetan
Sumber: Hasil Analisis Penulis
Tabel 7.2 Rute Trayek
3
Sedangkan berikut merupakan peta trayek angkutan umum dan
bus umum di Kecamatan Laweyan:
Gambar 7.6 Peta Rute Trayek Angkutan Umum
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
Gambar 7.7 Peta Rute Trayek Bus Umum
Sumber: Hasil Analisis Penulis
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
7.7 On Street Parking Area
Keberadaan bangunan-bangungan yang menimbulkan bangkitan
dan tarikan dalam pergerakan transportasi seringkali tidak
mempersiapkan lahan parkir yang cukup. Hal inilah yang
mengakibatkan timbulnya on street parking area atau area parkir
yang memakan badan jalan sehingga menibulkan kemacetan. Kecamatan
Laweyan memiliki banyak area parkir liar ini seperti yang
ditunjukkan pada peta di atas.
Gambar 7.8 Persebaran On Street Parking Area
Sumber: Hasil Analisis Penulis
3
BAB VIII
KESIMPULAN
Peta tematik merupakan suatu peta yang dibuat dengan acuan
peta rupa bumi dan menyajikan berbagai macam informasi muka bumi
dengan tema tertentu. Peta tematik dapat dibuat sebelumnya dengan
melakukan observasi lapangan dan pencarian data. Dari data lapangan
yang diperoleh dapat dibuat suatu penambahan symbol tertentu yang
merepresentasikan tema yang dibahas.
Kecamatan Laweyan memiliki 4 sektor yang masing-masing
memiliki sub sektor yaitu Sektor Fisik, Guna Lahan, dan
Kependudukan; Sektor Fasilitas dan Utilitas, Sektor Ekonomi; dan
Sektor Transportasi. Keempat sektor ini dibuat peta tematik dengan
data diperoleh dari survey baik primer maupun sekunder dan diulas
menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Data yang
diperoleh di lapangan dapat berupa tabel data kependudukan, jenis,
serta lokasi fasilitas, dapat juga berupa peta sekunder hasil
observasi lapangan maupun data raster dari Google Earth.
Dari sektor Fisik, Guna Lahan, dan Kependudukan dibuat peta
tematik berupa jumlah penduduk; penggunaan lahan; slum dan risk
area; penduduk berdasar umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan;
serta penduduk berdasar kesejahteraan. Berdasarkan peta tematik
3
sektor ini dapat dilihat data-data guna lahan dan kependudukan di
Kecamatan Laweyan secara lebih jelas dan mudah dipahami karena
berbentuk visual. Hal ini memudahkan pembaca karena tidak perlu
membaca tabel dan penjelasan dalam paragraf.
Dari sektor Fasilitas dan Utilitas Umum dibuat peta tematik
berupa peta persebaran fasilitas perdagangan, pendidikan, kesehatan,
rusun, pariwisata, ruang terbuka hijau, sanitasi, dan drainase yang
tersebar di seluruh Kecamatan Laweyan. Berdasarkan peta tematik ini
dapat dilihat data persebaran serta jangkauan fasilitas dan utilitas
umum dalam bentuk visual dalam peta sehingga lebih mudah dipahami
oleh pembaca.
Dari sektor Ekonomi dapat dibuat peta tematik berupa peta
persebaran industri kecil dan menengah yang terdapat di Kecamatan
Laweyan. Seperti diketahui pabrik seringkali menimbulkan limbah
buangan yang mencemari lingkungan. Sehingga dengan peta tematik
sektor ini dapat dipetakan mengenai kawasan dekat pabrik yang
dikhawatirkan tercemar dan membahayakan lingkungan sekitar sehingga
dapat dilakukan upaya antisipasi yang tepat.
Sektor terakhir yaitu sektor transportasi menghasilkan peta-
peta tematik berupa peta jaringan jalan berdasar fungsi, kelas, V/C
Ratio, titik kemacetan, on street parking area, serta persebaran
fasilitas transportasi di Kecamatan Laweyan. Transportasi memegang
kunci utama dalam pergerakan aktivitas sehari-hari dalam kegiatan
perkotaan, sehingga pemetaan transportasi yang dilakukan diharapkan
mampu menjadi dasar serta petunjuk bagi pengguna jalan untuk
memahami kondisi transportasi di Kecamatan Laweyan. Bagi pihak yang
berwenang, peta tematik transportasi ini dapat digunakan sebagai
dasar analisa bangkitan dan tarikan pergerakan transportasi yang
timbul sehingga dapat dimaksimalkan potensinya dan dapat direduksi
kelemahannya.