BAB I PENDAHULUAN
A. Latar BelakangUlkus diabetikum, sesuai dengan namanya, adalah
ulkus yang terjadi pada kaki penderita diabetes dan merupakan
komplikasi kronik yang diakibatkan oleh penyakit diabetes itu
sendiri. Diabetes Melitus (DM) memiliki berbagai macam komplikasi
kronik dan yang paling sering dijumpai adalah kaki diabetik
(diabetic foot). Di Amerika Serikat, penderita kaki diabetik
mendekati angka 2 juta pasien dengan diabetes setiap tahunnya.2
Sekitar 15% penderita DM di kemudian hari akan mengalami ulkus pada
kakinya.Insiden ulkus diabetikum setiap tahunnya adalah 2% di
antara semua pasien dengan diabetes dan 5 7,5% di antara pasien
diabetes dengan neuropati perifer. Meningkatnya prevalensi diabetes
di dunia menyebabkan peningkatan kasus amputasi kaki karena
komplikasi diabetes. Studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu
juta amputasi dilakukan pada penyandang diabetes setiap tahunnya.
Ini berarti, setiap 30 detik ada kasus amputasi kaki karena
diabetes di seluruh dunia.Sebanyak 85% amputasi pada ekstremitas
bawah pada pasien diabetes didahului oleh ulkus pada kaki. Oleh
sebab itu, pencegahan dan manajemen yang tepat dari lesi-lesi kaki
merupakan hal yang terpenting. Ulserasi disebabkan oleh interaksi
beberapa faktor, tetapi terutama adalah neuropati.
B. Tujuana. Tujuan Instruksional UmumSetelah dilakukan seminar
dan pembahasan mahasiswa diharapkan mengerti tentang asuhan
keperawatan dengan ulkus Deabetikum
b. Tujuan Instruksional KhususSetelah dilakukan seminar dan
pembahasan mahasiswa diharapkan mengetahui :a. Pengertian Ulkus
DMb. Anatomi fisiologic. Etiologi Ulkus DMd. Patofisiologi Ulkus
DMe. Manifestasi Klinis Ulkus DMf. Pemeriksaan Penunjang Ulkus DMg.
Penatalaksanaan Ulkus DMh. Komplikasi i. Asuhan Keperawatan Ulkus
DM
DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding dari sutu gangren diabetik adalah gangren yang
disebabkan oleh arteriosclerosis obliterans pada penderita non
diabetes.
Pada gangen non-diabetik dijumpai tanda sebagi berikut:
Claudicatio intermittent, yaitu rasa sakit yang timbul, biasanya
pada telapak kaki setelah berjalan beberapa saat dan segera hilang
bila istirahat.
Hilangnya denyut nadi
Kaki terasa dingin
Bila aliran darah tersumbat total, tidaka menyebabkan
tulang-tulang segera menjadi buruk.
Pada gangrene diabetik, bila aliran darah tersumbat total maka
tulang akan mengalami osteomyelitis, selain itu pada gangrene
diabetik, Claudicatio intermittent juga timbul pada waktu
istirahat, baik siang atau malam hari, disertai perasaan terbakar,
kebas, dingin.
Salah satu diagnosa banding dari ulkus diabetik adalh ulkus
tropikum, sebab pada ulkus ini biasanya terdapat pada daerah yang
terbuka terutama daerah tungkai yang bentuknya bulat, bergaung,
kotor dan dikelilingi tanda radang. Biasanyanya tukak ini disertai
demam dan limfadinitis. Tukak ini biasanya sembuh spontan tanpa
nyeri lagi dengan menyisakan ulkus yang indolen.
BAB IITINJAUAN TEORI
A. PengertianGangren atau pemakan luka didefinisikan sebagai
jaringan nekrosis atau jaringan mati yang disebabkan oleh adanya
emboli pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga
suplai darah terhenti. Dapat terjadi sebagai akibat proses
inflamasi yang memanjang; perlukaan (digigit serangga, kecelakaan
kerja atau terbakar); proses degeneratif (arteriosklerosis) atau
gangguan metabolik diabetes mellitus (Tabber, dikutip Gitarja,
1999).Ganggren diabetik adalah nekrosis jaringan pada bagian tubuh
perifer akibat penyakit diabetes mellitus. Biasanya gangren
tersebut terjadi pada daerah tungkai. Keadaan ini ditandai dengan
pertukaran sekulitis dan timbulnya vesikula atau bula yang
hemoragik kuman yang biasa menginfeksi pada gangren diabetik adalah
streptococcus (Soeatmaji, 1999).Gangren Kaki Diabetik adalah luka
pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat
sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di
tungkai. ( Askandar, 2001).
B. KlasifikasiWagner (1983) membagi gangren kaki diabetik
menjadi enam tingkatan , yaitu:Derajat 0: Tidak ada lesi terbuka,
kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki
seperti claw,callus .Derajat I: Ulkus superfisial terbatas pada
kulit.Derajat II: Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.Derajat
III: Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.Derajat IV:
Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.Derajat V: Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki
menjadi dua golongan :a. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI
)Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya
makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar
ditungkai, terutama di daerah betis.Gambaran klinis KDI : Penderita
mengeluh nyeri waktu istirahat. Pada perabaan terasa dingin.
Pulsasi pembuluh darah kurang kuat. Didapatkan ulkus sampai
gangren.b. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )Terjadi kerusakan
syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi.
Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa,
oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.
C. Anatomi FisiologiPankreas adalah kelenjar berwarna merah muda
keabuan dengan panjang 12 15 cm dan tranversal membentang pada
dinding abdomen posterior dibelakang lambung, kelenjar inilah yang
mengekresikan insulin melalui pulau langerhans yang berada dalam
kelenjar pankreas. Didalam kelenjar pankreas terdapat sel beta yang
menghasilkan insulin, didalam penkreas mengandung lebih kurang
100.000 pulau langerhans dan tiap pulau berisi 100 sel beta. Selain
itu pankreas juga terdapat sel alfa, yang bekerja sebaliknya
insulin, sel ini menghasilkan glukagon yang berfungsi untuk
meningkatkan gula darah.Insulin adalah suatu hormon yang menurunkan
kadar gula darah dengan meransang perubahan glukosa menjadi
glukagen untuk disimpan dan dengan meningkatkan ambilan glukosa
selular. Dan berfungsi memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk
mengobservasi dan menggunakan glukosa serta lemak. Asupan glukosa
yang terdapat dalam darah dihasilkan dari pemecahan karbohidrat
dalam berbagai bentuk termasuk monosakarida dan unit-unit kimia
yang komplek, disakarida dan polisakarida. Karbohidrat dikosumsi
didalam tubuh dan dipecahkan menjadi monosakarida kemudian diserap
dalam tubuh melalui duodenum dan jejunum proksimal.(Evelyn C.
Pearce, 2002)
D. EtiologiAda beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya ulkus
diabetik, yaitu :a. Neuropati diabetik.Adalah kelainan urat saraf
akibat DM karena tinggi kadar dalam darah yang bisa merusak urat
saraf penderita dan menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri
pada kaki, sehingga apabila penderita mengalami trauma
kadang-kadang tidak terasa. Gejala-gejala Neuropati : Kesemitan,
rasa panas (wedangan : bahasa jawa), rasa tebal ditelapak kaki,
kram, badan sakit semua terutama malam hari.b. Angiopati Diabetik
(Penyempitan pembuluh darah)Pembuluh darah besar atau kecil pada
penderita DM mudah menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah.
Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang/ besar pada
tungkai maka tungkai akan mudah mengalami gangren diabetik yaitu
luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk. Adapun
angiopati menyebabkan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotik
terganggu sehingga menyebabkan kulit sulit sembuh.c. InfeksiInfeksi
sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran listrik
(neoropati).(Roger Watson, 2002)
E. PatofisiologiTerjadinya masalah kaki diawali adanya
hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan
neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik
neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan
berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudian menyebabkan
terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan
terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi
yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut
menambah rumitnya pengelolaan kaki diabetes. ( Askandar, 2001 )
F. Manifestasi KlinisGangren diabetik akibat mikroangiopatik
disebut juga gangren panas karena walaupun nekrosis, daerah akral
itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan, dan biasanya
teraba pulsasi arteri di bagian distal. Biasanya terdapat ulkus
diabetik pada telapak kaki. Proses makroangiopati menyebabkan
sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli akan
memberikan gejala klinis 5 P, yaitu :a. Pain (nyeri).b. Paleness
(kepucatan).c. Paresthesia (parestesia dan kesemutan).d.
Pulselessness (denyut nadi hilang).e. Paralysis (lumpuh).Bila
terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola
dari Fontaine, yaitu 4 :a. Stadium I ; asimptomatis atau gejala
tidak khas( kesemutan )b. Stadium II ; terjadi klaudikasio
intermiten.c. Stadium III ; timbul nyeri saat istirahat.d. Stadium
IV ; berupa manifestasi kerusakan jaringan karena anoksia
(ulkus).(Smeltzer C Suzanne, 2001)
G. Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan darahPemeriksaan darah
meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan
dua jam post prandial > 200 mg/dl.2. UrinePemeriksaan didapatkan
adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah
bata ( ++++ )3. Kultur pusMengetahui jenis kuman pada luka dan
memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.(zaidah
2005)H. Penatalaksanaan1. Medispenatalaksanaan Medis pada pasien
dengan Diabetes Mellitus meliputi:a. Obat hiperglikemik oral
(OHO).Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :1.
Pemicu sekresi insulin.2. Penambah sensitivitas terhadap insulin.3.
Penghambat glukoneogenesis.4. Penghambat glukosidase alfa.b.
InsulinInsulin diperlukan pada keadaan :1. Penurunan berat badan
yang cepat.2. Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.3.
Ketoasidosis diabetik.4. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang
berat.c. Terapi KombinasiPemberian OHO maupun insulin selalu
dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara
bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah.2.
Keperawatanana. Memperbaiki keadaan umum penderita dengan nutrisi
yang memadaib. Pemberian anti agregasi trombosit jika diperlukan,
hipolipidemik dan anti hopertensic. Bila dicurigai suatu gangren,
segera diberikan antibiotik spektrum luas, meskipun untuk
menghancurkan klostridia hanya diperlukan penisilin.d. Dilakukan
pengangkatan jaringan yang rusak. Kadang-kadang jika sirkulasi
sangat jelek, sebagian atau seluruh anggota tubuh harus diamputasi
untuk mencegah penyebaran infeksi. e. Terapi oksigen bertekanan
tinggi (oksigen hiperbarik) bisa juga digunakan untuk mengobati
gangren kulit yang luas. Penderita ditempatkan dalam ruangan yang
mengandung oksigen bertekanan tinggi, yang akan membantu membunuh
klostridia.f. Bersihkan luka di kulit dengan seksama.g. Waspada
akan tanda-tanda terjadinya infeksi (kemerahan, nyeri, keluarnya
cairan, pembengkakan).(Soegondo, 2006)
I. Komplikasi Osteomyelitis (infeksi pada tulang) Sepsis
Kematian(Soegondo, 2006)
J. Phatway
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian1. Anamnese Identitas penderitaMeliputi nama, umur,
jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit
dan diagnosa medis.2. Keluhan UtamaAdanya rasa kesemutan pada kaki
/ tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak
sembuh sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.3. Riwayat
kesehatan a. Riwayat Kesehatan sekarangBerisi tentang kapan
terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.b. Riwayat kesehatan
dahuluAdanya riwayat penyakit DM atau penyakit penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.c. Riwayat kesehatan keluargaDari genogram
keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.d. Riwayat
psikososialMeliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi
yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
4. Pemeriksaan fisik a. Status kesehatan umumMeliputi keadaan
penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda tanda vital.b. Kepala dan leherKaji bentuk kepala, keadaan
rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang
berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal,
ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak
dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa
mata keruh.c. Sistem integumentTurgor kulit menurun, adanya luka
atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di
daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar
luka, tekstur rambut dan kuku.d. Sistem pernafasanAdakah sesak
nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi
infeksi.e. Sistem kardiovaskulerPerfusi jaringan menurun, nadi
perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/
hipotensi, aritmia, kardiomegalis.f. Sistem
gastrointestinalTerdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,
konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.g. Sistem urinaryPoliuri, retensio urine,
inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.h. Sistem
musculoskeletalPenyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn
tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas.i. Sistem neurologisTerjadi penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi.
B. Diagnosa1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
suplai oksigen menurun karena penyempitan pembuluh darah2. Gangguan
pemenuhan kebutuhan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu
makan menurun dan mual muntah3. Resiko penyebaran infeksi
berhubungan dengan pngobatan yang tidak adekuat4. Gangguan rasa
aman nyaman : nyeri berhubungan dengan iskemia atau kematian
jaringan5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka yang
diderita6. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa
nyeri yang dirasakan7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa
nyeri yang dirasakan8. Gangguan konsep diri berhubungan dengan
perubahan bentuk jaringan9. Ansietas berhubungan dengan
ketidaktahuan klien tentang penyakitnya
C. IntervensiDx.1 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
suplai oksigen menurun karena penyempitan pembuluh darahTujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam tidak
terjadi gangguan perfusi jaringan.Kriteria Hasil :a. Denyut nadi
perifer teraba kuat dan regularb. Warna kulit sekitar luka tidak
pucat/sianosis.c. Kulit sekitar luka teraba hangat.d. Oedema tidak
terjadi dan luka tidak bertambah parah.e. Sensorik dan motorik
membaikRencana tindakan :1. Ajarkan pasien untuk melakukan
mobilisasiRasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi
darah.2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan
aliran darah : Atur kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi
elevasi pada waktu istirahat), hindari penyilangkan kaki, hindari
balutan ketat, hindari penggunaan bantal di belakang lutut dan
sebagainya.Rasional: meningkatkan melancarkan aliran darah balik
sehingga tidak terjadi oedema.3. Ajarkan tentang modifikasi
faktor-faktor resiko berupa : Hindari diet tinggi kolestrol, teknik
relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat
vasokontriksi.Rasional: kolestrol tinggi dapat mempercepat
terjadinya arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya
vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari
stres.4. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian
vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen
( HBO ).Rasional: pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi
pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki,
sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui
perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi
daerah ulkus/gangren.
Dx.2 Gangguan pemenuhan kebutuhan kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan nafsu makan menurun dan mual muntahTujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Kebutuhan
nutrisi dapat terpenuhiKriteria hasil : a. Berat badan dan tinggi
badan ideal.b. Pasien mematuhi dietnya.c. Kadar gula darah dalam
batas normal.d. Tidak ada tanda-tanda
hiperglikemia/hipoglikemia.Rencana Tindakan :1. Kaji status nutrisi
dan kebiasaan makan.Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan
kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan
pengaturan diet yang adekuat.2. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet
yang telah diprogramkan.Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat
mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.3.
Timbang berat badan setiap seminggu sekali.Rasional : Mengetahui
perkembangan berat badan pasien ( berat badan merupakan salah satu
indikasi untuk menentukan diet ).
4. Identifikasi perubahan pola makan.Rasional : Mengetahui
apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.5.
Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan
diet diabetik.Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan
pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah menurun,
pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah
dan mencegah komplikasi.
Dx.3 Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pngobatan yang
tidak adekuatTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).Kriteria Hasil
:a. Tanda-tanda infeksi tidak ada.b. Tanda-tanda vital dalam batas
normal ( S: 36 -37,50C )c. Keadaan luka baik dan kadar gula darah
normal.Rencana tindakan :1. Kaji adanya tanda-tanda penyebaran
infeksi pada luka.Rasional : Pengkajian yang tepat tentang
tanda-tanda penyebaran infeksi dapat membantu menentukan tindakan
selanjutnya.2. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu
menjaga kebersihan diri selama perawatan.Rasional : Kebersihan diri
yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah infeksi kuman.3.
Lakukan perawatan luka secara aseptik.Rasional : Untuk mencegah
kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.4. Anjurkan pada pasien
agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang
ditetapkan.Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup
dapat meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan yang tepat,
mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil kemungkinan terjadi
penyebaran infeksi.5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
antibiotikaRasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman.
Dx.4 Gangguan rasa aman nyaman : nyeri berhubungan dengan
iskemia atau kematian jaringanTujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 4 x 24 jam rasa nyeri hilang/berkurangKriteria
hasil :a. Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang atau
hilang.b. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk
mengatasi nyeri.c. Elspresi wajah klien rileks.d. Tidak ada
keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.(S : 36 37,50 C, N:
60 80 x /menit, T : 120/80mmHg, RR : 18 20 x /menit ).Rencana
tindakan :1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami
pasien.Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami
pasien.2. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya
nyeri.Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang
terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien
untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.3. Ciptakan
lingkungan yang tenang.Rasional: Rangsang yang berlebihan dari
lingkungan akan memperberat rasa nyeri.4. Ajarkan teknik distraksi
dan relaksasi.Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.5. Atur posisi pasien
senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.Rasional : Posisi yang
nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin.6. Lakukan massage saat rawat
luka.Rasional : Massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan
pengeluaran pus.7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgesik.Rasional : Obat-obat analgesik dapat membantu mengurangi
nyeri pasienDx.5 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka
yang dideritaTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
6 x 24 jam tercapainya proses penyembuhan luka.Kriteria hasil :a.
Berkurangnya oedema sekitar luka.b. Pus dan jaringan berkurangc.
Adanya jaringan granulasi.d. Bau busuk luka berkurang.Rencana
tindakan :1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses
penyembuhan.Rasional: Pengkajian yang tepat terhadap luka dan
proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan
selanjutnya.2. Rawat luka dengan baik dan benar : Membersihkan luka
secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat
sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang
mati.Rasional: Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga
kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan
granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat
menghambat proses granulasi.3. Ajarkan klien atau keluarga tentang
perawatan luka yang baik dan benarRasional : mengajarkan klien
tentang perawatan luka dengan baik dan benar diharapkan klien dapat
merawat lukanya dengan mandiri jika berada dirumah4. Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus
pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.Rasional: insulin akan
menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk
mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan,
pemeriksaan kadar gula darah untuk mengetahui perkembangan
penyakit.
Dx.6 Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri
yang dirasakanTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 4 x 24 jam pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas
yang optimal.Kriteria Hasil :a. Pergerakan pasien bertambah luasb.
Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan (
duduk, berdiri, berjalan ).c. Rasa nyeri berkurang.d. Pasien dapat
memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan
kemampuan.Rencana tindakan :1. Kaji dan identifikasi tingkat
kekuatan otot pada kaki pasien.Rasional : Untuk mengetahui derajat
kekuatan otot-otot kaki pasien.2. Beri penjelasan tentang
pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam
keadaan normal.Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas
sehingga dapat kooperatif dalam tindakan keperawatan.3. Anjurkan
pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesuai
kemampuan.Rasional : Untuk melatih otot otot kaki sehingg berfungsi
dengan baik.4. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.Rasional :
Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.5. Kerja sama dengan
tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan tenaga
fisioterapi.Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa
nyeri, fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara
bertahap dan benar.
Dx.7 Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri yang
dirasakanTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x
24 jam pasien dapat mencapai pola tidur yang optimal.Kriteria Hasil
:a. Pasien dapat istirahat dengan nyamanb. Rasa nyeri
berkurang.Rencana tindakan :1. Kaji dan identifikasi tingkat pola
tidur pasienRasional : Untuk mengetahui berapa jam pasien
beristirahat.2. Beri penjelasan tentang pentingnya
beristirahat.Rasional : Pasien mengerti pentingnya beristirahat
yang cukup untuk mempercepat kesembuhan.3. Ajarkan pasien teknik
relaksasi untuk kenyamanan beristirahat.Rasional : Untuk melatih
otot otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.4. Beri rasa aman dan
nyaman bagi pasienRasional : Agar mengoptimalkan istirahat
pasien.
Dx.8 Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan bentuk
jaringanTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x
24 jam Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota
tubuhnya secar positif.Kriteria Hasil : a. Pasien mau berinteraksi
dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa malu dan rendah
diri.b. Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.Rencana tindakan
:1. Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri
berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi
secara normal.Rasional : Mengetahui adanya rasa negatif pasien
terhadap dirinya.2. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling
percaya dengan pasien.Rasional : Memudahkan dalm menggali
permasalahan pasien.3. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan
penerimaan pada pasien.Rasional : Pasien akan merasa dirinya di
hargai.4. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang
lain.Rasional : dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan
hubungan dengan orang lain dan menghilangkan perasaan terisolasi.5.
Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan
kehilangan.Rasional : Untuk mendapatkan dukungan dalam proses
berkabung yang normal.6. Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi
dalam perawatan diri dan hargai pemecahan masalah yang konstruktif
dari pasien.Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif
dari pasien.
Dx.9 Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan klien tentang
penyakitnyaTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x 24 jam rasa cemas berkurang/hilang.Kriteria Hasil :a. Pasien
dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.b. Emosi stabil, pasien
tenangc. Istirahat cukup.Rencana tindakan :1. Kaji tingkat
kecemasan yang dialami oleh pasien.Rasional : Untuk menentukan
tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa
memberikan intervensi yang cepat dan tepat.2. Beri kesempatan pada
pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.Rasional : Dapat
meringankan beban pikiran pasien.3. Gunakan komunikasi
terapeutik.Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar
perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan
keperawatan.4. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit
dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan
keperawatan.Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya
dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi
beban pikiran pasien.5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa
perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan
pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.Rasional : Sikap
positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang
dirasakan pasien.6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk
mendampingi pasien secara bergantian.Rasional : Pasien akan merasa
lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.7. Ciptakan
lingkungan yang tenang dan nyaman.Rasional : lingkung yang tenang
dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Price, A.S (1995). Patofisologi: konsep klinis proses-proses
penyakit. (edisi 4), Jakarta: EGCBrunner dan Suddarth. (2002). Buku
ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGCDoenges, M.E.et
all. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. (edisi 3). Jakarta:
EGCEvelyn C. Pearce (2003). Anatomi Fisiologi; untuk paramedis ,
Jakarta: PT
Gramediahttp://internisjournal.blogspot.com/2009/02/ulkus-diabetikum.htmlhttp://ifan050285.wordpress.com/2010/02/21/ulkus-diabetikum/