BAB IPENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Selain
itu, diabetes melitus adalah suatu kumpulan problema anatomik dan
kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi
insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin menurut
WHO (Purnamasari, 2009).Menurut WHO, diabetes melitus dibagi 2
yaitu diabetes melitus tipe 1 yang ditandai dengan kurangnya
produksi insulin sedangkan DM tipe 2 disebabkan oleh penggunaan
insulin yang tidak efektif dalam tubuh. Ini sering terjadi karena
kelebihan berat badan (obesitas) atau kurangnya aktivitas
tubuh.Jumlah penderita diabetes melitus di dunia diperkirakan
meningkat dari 150 juta orang pada tahun 2000 menjadi 300 ribu juta
orang pada tahun 2025. Jumlah penderita diabetes akan meningkat
sekitar sepertiga antara tahun 2000 dan 2025 di negara-negara
industri, sementara di negara berkembang jumlah itu akan lebih dari
dua kali lipat. Lebih dari 75% dari populasi diabetes dunia akan
hidup di negara-negara berkembang pada tahun 2025, yaitu salah
satunya negara Indonesia menurut WHO tahun 2006.Diabetes melitus
merupakan urutan ke-enam berdasarkan urutan penyakit tidak menular
di Indonesia. prevalensi diabetes melitus berdasarkan diagnosis
dokter dan gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, namun
mulai umur 65 tahun cenderung menurun. Prevalensi diabetes melitus
pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki. Daerah
perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada perdesaan menurut Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan tahun 2013.Tujuan penelitian
ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan mendalami beberapa gejala
yang dapat menegakkan diagnosis kearah diabetes melitus dengan
ulkus diabetikum regio pedis sinistra dan hipertensi stage II serta
dapat menganalisis beberapa tatalaksana yang harus dilakukan untuk
menangani keadaan tersebut.
BAB IILAPORAN KASUS
Pada kasus ini akan dibahas mengenai pasien yang mengalami
diabetes melitus dengan ulkus diabetikum
DATA PASIENNama: Ny. MUmur : 54 tahunAlamat : Pengkol 2/6
Ngombakan Polokarto, Sukoharjo Tanggal Masuk : 02-07-2014, Jam
10:13:37 WIB
KELUHAN UTAMASakit pada kaki sebelah kiri
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGPasien datang dengan keluhan sakit pada
kaki sebelah kiri yaitu dijari manis disertai rasa kesemutan pada
kaki, pasien merasa sering haus dan sering kencing dimalam hari.
Pasien memiliki riwayat diabetes melitus dan hipertensi stage
IIKeadaan Umum: Composmentis Vital Sign: Tekanan darah : 160/ 90
mmHgPemeriksaan Fisik:Kepala: Dalam batas normalLeher: Dalam batas
normalThorak: Dalam batas normal Abdomen : Dalam batas
normalEkstemitas: Dalam batas normalStatus lokalisasi pedis
sinistra :Inspeksi: pus (+), hiperemis (+)Palpasi: nyeri tekan
(+)
Diagnosis dr. Rosa Sp. PD: Ulkus Regio Pedis Sinistra, Diabetes
Melitus, Hipertensi Stage IITindakan dari dr. Rosa Sp.PD: 1. Diet
makan 1900 kal2. Infus RL 20 Tpm3. Injeksi ceftriakson 1 gr/ 12
jam4. Klindamisin 3 x 300 mg5. Novorapid sesuai GDS6. Candesartan 1
x 8 mg7. Amlodipin 1 x 5 mg8. GDS /pagi
HASIL ANAMNESISRiwayat Penyakit Dahulu
:1.Riwayatpenyakitserupa:disangkal2.Riwayathipertensi:disangkal3.Riwayatdiabetesmelitus:diakui
4.Riwayatpenyakitjantung:disangkal5.Riwayatstroke:disangkalRiwayat
Penyakit Keluarga
:1.Riwayatpenyakitserupa:disangkal2.Riwayathipertensi:disangkal3.Riwayatdiabetesmelitus:disangkal4.Riwayatpenyakitjantung:disangkal5.Riwayatstroke:disangkalRiwayat
Pribadi :Tidak adaFollow up hari pertama 03/07/2014S: Kaki terasa
sakit dan sedikit nyeri sebelah kiri (+), mual (-), pusing (-).O:
Keadaan Umum: ComposmentisKepalaConjungtiva Anemis: (-/-)Sklera
Ikterik: (-/-)Pupil: Isokor / IsokorReflek cahaya:
(-/-)LeherKelenjar getah bening: Tidak ada pembesaranKelenjar
Thyroid: Tidak ada pembesaranJVP: Tidak ada peningkatan vena
jugularisThoraksPulmo: Suara dasar vesikuler (SDV) (+/+), Wheezing
(-/-), Ronki (-/-)Cor: Bunyi jantung I/II regulerAbdmenSupel (+),
Bunyi usus / peristatik usus (+)--
--
EktremitasAkral hangat, oedem
Status lokalisasi regio pedis sinistra:Inspeksi : Luka rembes
(+), Pus (+)Palpasi: Nyeri Tekan (+)
Pemeriksaan LaboratoriumPaket Darah LengkapLeukosit: 14.1 X
103/uLHEritrosit: 4.0 X 106/ uLHemoglobin: 11.8 g/dLHematokrit:
34%LIndeks EritrositMCV: 85MCH: 29MCHC: 35HTrombosit: 404 X
103/uLRDW-CV: 12.2 %PDW: 11.1 fLMPV: 10.5 fLP-LCR: 27.2%PCT:
0.4%Diff CountNRBC: 0.00%Neutrofil: 78%HLimfosit: 11.80%LMonosit:
8.20%HEosinofil: 1.80%LBasofil: 0.60%IG: 0.60%Kimia KlinikGula
Darah Sewaktu: 399 mg/ dLHUreum: 51.4 mg/ dLHKreatinin: 1.43 mg/
dLH
A: Berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan :1. Kaki kiri terasa
sakit atau nyeri Keluhan nyeri terutama pada ekstremitas merupakan
keluhan umum pada penderita diabetes melitus, terutama pada
penderita menahun apalagi dengan kendali glukosa yang tidak baik.
Kelainan yang memberikan gejala nyeri ( neuropathic pain ) ini,
akibat lesi ataupun disfungsi primer yang seringkali terjadi pada
sistem saraf perifer. Pada diabetes melitus, kerusakan sel saraf
merupakan dampak dari stres metabolik yang menyebabkan anoksia.
Keadaan anoksia bermula dari pengaruh gangguan pembentukan ATP
didalam sel yang terjadi akibat stress metabolik yang
berkelanjutan, yang dipicu gangguan metabolisme glukosa. Jalur
metabolisme alternatif berupa glikolisis anaerob, berdampak
menurunnya kadar glikogen serta meningkatnya asam laktat pada
penderita diabetes. Pada mulanya timbul kelainan yang bersifat
reversible pada saraf, ditandai proses edema dan terhambatnya
sintesis protein dalam sel. Bila stress berlanjut, kelainan
bersifat irreversible dimana terlihat kerusakan pada membran sel
serta disintegrasi DNA. Secara patofisiologi, terjadinya nyeri
neuropati perifer disebabkan terjadinya keadaan hipersensitivitas
pada saraf perifer disamping kehilangan fungsi inhibisi pada saraf
tersebut oleh gangguan metabolisme seperti diabetes. Keadaan ini
berakibat meningkatnya produksi neurotransmitter yang berperan
dalam sensasi nyeri menurut Manaf A. 2. Kaki kesemutan3. Merasa
haus Tingginya kadar glukosa darah (kadang-kadang mencapai 8-10
kali normal pada penderita diabetes yang parah) dapat menyebabkan
dehidrasi berat pada sel diseluruh tubuh. Hal in terjadi karena
sebagian karena glukosa tidak dapat dengan mudah berdifusi melewati
pori-pori membran sel, dan naiknya tekanan osmotik dalam cairan
ekstrasel menyebabkan timbulnya perpindahan air secara osmosis
keluar dari sel. Selain efek dehidrasi sel langsung akibat glukosa
berlebihan, keluarnya glukosa kedalam urin akan menimbulkan keadan
diuresis osmotik. Diuresis osmotik adalah efek osmotik dari glukosa
dalam tubulus ginjal yang sangat mengurangi efek reabsorpsi cairan
tubulus. Efek keseluruhannya adalah kehilangan cairan yang sangat
besar dalam urin, sehingga menyebabkan dehidrasi cairan ekstrasel,
yang selanjutnya menimbulkan dehidrasi kompensatorik cairan
intrasel. Jadi, gambaran klasik dari diabetes melitus adanya
poliuri (kelebihan ekskresi urin), dehidrasi ekstrasel, dehidrasi
intrasel dan bertambahnya rasa haus (Guyton and Hall, 2008). 4.
Sering kencing dimalam hariDari anamnesis dan pemeriksaan fisik
yaitu pemeriksaan vital sign, dapat kita peroleh diagnosis yang
mengarah pada keluhan yang dirasakan, yaitu diabetes melitus
disertai ulkus diabetik dan hipertensi stage II. Diagnosis ini
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan
tambahan yaitu pemeriksaan glukosa darah pada pasien ini. Tabel 1.
Kriteria diagnosis diabetes melitus
1Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL (11.1
mmol/L)Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat
sewaktu pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan
terakhir
2Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7.0
mmol/L)Puasa artikan pasien tidak mendapat kalori tambahan
sedikitnya 8 jam
3Glukosa plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11.1 mmol/L)TTGO
dilakukan dengan standart WHO, menggunakan beban glukosa yang
setara dengan 75 gram glukosa anhidrusyang dilakukan ke dalam
air.
Gejala klasik diabetes melitus adalah poliuria, polidipsi, dan
polfagi. Gejala tambahan pada penderita diabetes melitus adalah
lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi (pria) dan pruritus vulva (wanita).Pada
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu
didapatkan glukosa pada pasien ini 399 mg/ dL, dimana normalnya
adalah < 200mg/dl. Dari uraian diatas dapat dikatakan diagnosis
pada pasien ini sudah tepat yaitu diabetes melitus disertai ulkus
diabetik dan hipertensi stage II. Ulkus diabetikum, sesuai dengan
namanya, adalah ulkus yang terjadi pada kaki penderita diabetes dan
merupakan komplikasi kronik yang diakibatkan oleh penyakit diabetes
itu sendiri. Diabetes Melitus memiliki berbagai macam komplikasi
kronik dan yang paling sering dijumpai adalah kaki diabetik (Rini,
2008). Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang pasien ini juga menderita DM tipe II dan hipertensi stage
II. Pada kepustakaan dinyatakan bahwa jika keluhan klasik DM
ditemukan polifagi, polidipsi, dan poliuri ditambah GDS,
pemeriksaan glukosa darah sewaktu 200 mg/dl atau keluhan klasik DM
dengan kadar GDP 126 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis
DM (Gustaviani, 2007).Ulkus Regio Pedis Sinistra, Diabetes melitus,
Hipertensi Stage IITatalaksana dr. Rosa Sp. PdTujuan
Diet makan 1900 kalUntuk mencapai dan mempertahankan berat badan
ideal
Infus RL 20 TpmMerupakan larutan isotonis untuk menjaga
stabilitas cairan elektrolit
Injeksi ceftriakson 1 gr/ 12 jamUntuk infeksi bakteri gram
negatif
Klindamisin 3 x 300 mgUntuk infeksi serius yang disebabkan oleh
bakteri anaeorob, stafilokokus, pneumokokus
Novorapid / Levemir sesuai GDSUntuk pengobatan diabetes
melitus
Candesartan 1 x 8 mgUntuk menjaga pembuluh darah dari
penyempitan, yang mengurangi tekanan darah dan meningkatkan aliran
darah. Salah satunya untuk mengobati hipertensi
Amlodipin 1 x 5 mg
Untuk pengobatan hipertensi
Tanggal SOAP
H-13/07/2014GDS: 238Nyeri pada kaki (+), mual (-), pusing
(-)T:120/80 mmHg, HR: 100x/ menit, S:36.70C, RR: 20x/menitKU: baik,
CM K: SI (-/-) Ca (-/-) L: PKGB: (-)Th: SDV +/+, BJ I/II reguler
Abd: Supel (+), BU (+) Ekst: akral hangat, oedem--
--
Status Lokal:I:Luka rembes (+), bau (-)P: NT (+) Ulkus Pedis
Sinistra Diabetes Melitus Hipertensi Novorapid 6-6-6 Terapi lain
lanjut
H-24/07/2014GDS: 211Nyeri pada kaki (+), mual (-), pusing
(-)T:130/70 mmHg, HR: 80x/ menit, S:36.70C, RR: 24x/menitKU: baik,
CM K: SI (-/-) Ca (-/-) L: PKGB: (-)Th: SDV +/+, BJ I/II reguler
Abd: Supel (+), BU (+) Ekst: akral hangat, oedem--
--
Status Lokal:I:Luka rembes (+), bau (-)P: NT (+) Ulkus Pedis
Sinistra Diabetes Melitus Hipertensi Novorapid 8-8-8 Levemir
flexpen 8-0-10 Terapi lain lanjut
H-35/07/2014GDS: 266Nyeri pada kaki berkurang, T:140/80 mmHg,
HR: 96x/ menit, S:36.20C, RR: 28x/menitKU: baik, CM K: SI (-/-) Ca
(-/-) L: PKGB: (-)Th: SDV +/+, BJ I/II reguler Abd: Supel (+), BU
(+) Ekst: akral hangat, oedem--
--
Status Lokal:I:Luka rembes (-), bau (-)P: NT (-) Ulkus Pedis
Sinistra Diabetes Melitus Hipertensi Novorapid 10-10-10 Levemir
flexpen 0-0-12 Terapi lain lanjut
H-46/07/2014GDS: 232Tidak ada keluhan, nyeri pada kaki
(-)T:140/80 mmHg, HR: 80x/ menit, S:36.50C, RR: 24x/menitKU: baik,
CM K: SI (-/-) Ca (-/-) L: PKGB: (-)Th: SDV +/+, BJ I/II reguler
Abd: Supel (+), BU (+) Ekst: akral hangat, oedem--
--
Status Lokal:I:Luka rembes (-), bau (-)P: NT (-) Ulkus Pedis
Sinistra Diabetes Melitus Hipertensi Novorapid 10-10-10 Levemir
flexpen 0-0-12 Terapi lain lanjut
H-57/07/2014GDS: 287Keluhan tidak ada T:120/70 mmHg, HR: 100x/
menit, S:36.30C, RR: 20x/menitKU: baik, CM K: SI (-/-) Ca (-/-) L:
PKGB: (-)Th: SDV +/+, BJ I/II reguler Abd: Supel (+), BU (+) Ekst:
akral hangat, oedem--
--
Status Lokal:I:Luka rembes (-), bau (-)P: NT (-) Ulkus Pedis
Sinistra Diabetes Melitus Hipertensi Novorapid 12-12-12 Levemir
flexpen 0-0-14 Terapi lain lanjut
H-68/07/2014
Keluhan tidak ada T:130/80 mmHg, HR: 80x/ menit, S:36.00C, RR:
20x/menitKU: baik, CM K: SI (-/-) Ca (-/-) L: PKGB: (-)Th: SDV +/+,
BJ I/II reguler Abd: Supel (+), BU (+) Ekst: akral hangat,
oedem--
--
Status Lokal:I:Luka rembes (-), bau (-)P: NT (-) Ulkus Pedis
Sinistra Diabetes Melitus Hipertensi BLPL Acarbose 3x50mg Metformin
3x500mg Glibenklamid 2x5mg Clindamisin 3x300mg Candesartan 3x80mg
Amlodipin 1x5mg
Tatalaksana dr. Rosa Sp. Pd untuk terapi pulangTujuan
Acarbose 3 x 50 mgMenghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang
mencerna karbohidrat, sehingga memperlambat absorpsi glukosa ke
dalam darah. Terapi tambahan yang berhubungan dengan diet pada
pasien diabetes melitus.
Metformin 3 x 500 mgBekerja langsung pada hati (hepar),
menurunkan produksi glukosa hati. Tidak merangsang sekresi insulin
oleh kelenjar pankreas. Untuk mengobati diabetes melitus.
Glibenklamid 2 x 5mgMerangsang sekresi insulin di kelenjar
pankreas, sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang
sel-sel pankreasnya masih berfungsi dengan baik. Untuk mengobati
diabetes melitus.
Klindamisin 3 x 300 mgUntuk infeksi serius yang disebabkan oleh
bakteri anaeorob, stafilokokus, pneumokokus
Candesartan 3 x 8 mg
Untuk menjaga pembuluh darah dari penyempitan, yang mengurangi
tekanan darah dan meningkatkan aliran darah. Salah satunya untuk
mengobati hipertensi
Amlodipin 1 x 5 mg
Untuk pengobatan hipertensi
Keadaan pasien telah membaik dan diperbolehkan pulang setelah
dirawat di Rumah Sakit selama 7 hari dengan penanganan yang cukup
adekuat untuk mengatasi gula darah yang tinggi dengan komplikasi
hipertensi stage II dan perawatan ulkus pada regio pedis sinistra
digiti IV.
BAB IIIPEMBAHASAN
3.1 Definisi Diabetes MelitusDiabetes melitus merupakan penyakit
metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat defek dari
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemik kronis
pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,
disfungsi, dan kegagalan organ yang berbeda terutama mata, ginjal,
saraf, jantung dan pembuluh darah menurut American diabetes
Assosiation tahun 2011.3.2 Etiologi Diabetes Melitus (Khatib,
2006)Etiologinya dibagi berdasarkan tipe diabetes melitus, yaitu:1)
Tipe 1Tipe 1 menunjukkan adanya proses kerusakan sel- yang pada
akhirnya dapat menyebabkan diabetes melitus di mana insulin
diperlukan untuk kelangsungan hidup untuk mencegah perkembangan
ketoasidosis, koma dan kematian. Seorang individu dengan tipe 1
mungkin proses metabolik normal sebelum penyakit ini secara klinis
nyata, tetapi proses kerusakan sel- dapat dideteksi. Tipe 1
biasanya ditandai dengan adanya asam anti-glutamat dekarboksilase
(anti-GAD) antibodi, sel islet atau antibodi insulin yang
mengidentifikasi proses autoimun yang menyebabkan kerusakan sel-.
Pada beberapa kasus dengan klinis ini terutama non-Kaukasia tidak
ada bukti gangguan autoimun sehingga diklasifikasikan sebagai tipe
1 idiopatik dibuktikan dan ini diklasifikasikan klasifikasi
etiologi idiopatik tipe 1. Mungkin hanya beberapa keadaan dan tidak
semua kasus. Dengan demikian, kategori diabetes tipe 1 dapat
diidentifikasi jika penentuan antibodi yang tepat dilakukan. Hal
ini diakui bahwa pengukuran tersebut mungkin hanya tersedia di
pusat-pusat tertentu saat ini.2) Tipe 2Tipe 2 adalah bentuk paling
umum dari diabetes dan ditandai oleh gangguan kerja insulin dan
sekresi insulin, baik yang mungkin merupakan predominan utama.
Keduanya biasanya ada dalam bentuk ini secara klinis yang nyata.
Ketoasidosis sangat jarang terjadi pada diabetes tipe 2. Resistensi
insulin yang terjadi pada tipe ini sering terjadi karena kelebihan
berat badan atau obesitas dan kurangnya aktivitas fisik.3) Tipe
Tertentu lainnyaTipe tertentu lainnya saat ini penyebab yang
biasanya jarang terjadi dari diabetes mellitus, tetapi kondisi di
mana defek yang mendasari atau proses penyakit yang dapat
diidentifikasi relatif spesifik. Yang termasuk antara lain, yaitu:
a) Defek genetik pada pada sel .b) Defek genetik pada kerja
insulin, seperti Leprechaunism.c) Penyakit pankreas eksokrin,
seperti kanker pankreas, kistik fibrosis dan pancreatopati
Fibrocalculous (suatu bentuk diabetes, yang sebelumnya
diklasifikasikan sebagai salah satu jenis diabetes mellitus-terkait
malnutrisi).d) Endokrinopati, seperti sindrom Cushing, akromegali
dan feokromositoma.e) Obat-obatan atau bahan kimia, seperti steroid
dan tiazid.f) Infeksi, seperti rubella.g) Bentuk umum dari diabetes
yang berhubungan dengan imunitas, seperti jenis yang terkait dengan
antibodi insulin-reseptor;h) Sindrom genetik langka lainnya yang
berhubungan dengan diabetes, seperti sindrom Klinefelter dan
sindrome down.3.3 Diagnosis Diabetes MelitusDiagnosis diabetes
melitus didasarkan atas pemeriksaan konsentrasi glukosa darah.
Dalam menentukan diagnosis diabetes melitus harus diperhatikan asal
bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Ada
perbedaan anatara uji diagnostik diabetes melitus dan pemeriksaan
penyaring. Uji diagnostik diabetes melitus dilakukan pada mereka
yang menunjukkan gejala/ tanda diabetes melitus, sedangkan
pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang
tidak bergejala, yang mempunyai risiko diabetes melitus. PERKENI
membagi alur diagnosis diabetes melitus menjadi dua bagian besar
berdasarkan ada tidaknya gejala khas diabetes melitus. Gejala
khasnya antara lain poliuri, polidipsi, polifagi dan berat badan
menurun tanpa sebab yang jelas. Sedangkan gejala tidak khas
diabetes melitus antara lain lemas, kesemutan, luka yang sulit
sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi (pria) dan pruritus
vulva (wanita). Apabila ditemukan gejala khas diabetes melitus,
pemeriksaan glukosa darah abnormal satu kali saja sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis, namun apabila tidak ditemukan gejala khas
diabetes melitus, maka diperlukan dua kali pemeriksaan glukosa
darah abnormal. Diagnosis diabetes melitus juga dapat ditegakkan
melalui cara pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria diagnosis diabetes
melitus
1Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200mg/dL (11.1
mmol/L)Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat
sewaktu pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan
terakhir
2Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7.0
mmol/L)Puasa artikan pasien tidak mendapat kalori tambahan
sedikitnya 8 jam
3Glukosa plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11.1 mmol/L)TTGO
dilakukan dengan standart WHO, menggunakan beban glukosa yang
setara dengan 75 gram glukosa anhidrusyang dilakukan ke dalam
air.
3.4 Penatalaksanaan Diabetes Melitus1) Terapi Non Farmakologi
(Yunir, 2009)a) Terapi Gizi MedisMerupakan salah satu terapi non
farmakologi yang sangan direkomendasikan bagi penyandang diabetes
(diabetesi). Prinsip terapi gizi medis ini adalah melakukan
pengaturan pola makan yang didasarkan pada status gizi diabetisi
dan melakukan modifikasi diet berdasarkan kebutuhan
individual.Manfaat yang terbukti setelah melakukan terapi gizi
medis adalah sebagai berikut:i. menurunkan berat badanii.
menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolikiii. menurunkan
kadar glukosa darah iv. memperbaiki profil lipidv. meningkatkan
sensitivitas reseptor insulin vi. memperbaiki sistme koagulasi
darahAdapun tujuan dari terapi gizi medis ini adalah untuk mencapai
dan mempertahankan:i. Kadar glukosa darah mendekati normalglukosa
puasa berkisar 90-130mg/dlglukosa darah 2 jam setelah makan <
180mg/dlkada A1c < 7%ii. Tekanan darah 40 mg/dlTrigliserid 1,5
mg/dL) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan
hipoksemia (misalnya penyakit serebro- vaskular, sepsis, renjatan,
gagal jantung). Metformin dapat memberikan efek samping mual. Untuk
mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah
makan.d) Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa
(Acarbose).Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di
usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah
sesudah makan. Acarbose tidak menimbulkan efek samping
hipoglikemia. Efek samping yang paling sering ditemukan ialah
kembung dan flatulens.
Cara Kerja UtamaEfek Samping UtamaPenurunan A1c
SulfonilureaMeningkatkan sekresi insulinBB naik, Hipoglikemik1.
5 - 2 %
GlinidMeningkatkan sekresi insulinBB naik, Hipoglikemik?
MetforminMenekan produksi glukosa hati & menambah
sensitivitas terhadap insulim Diare, dispepsia, asidosis laktat1.5
2 %
Penghambat glukosidase alfaMenghambat absorpsi glukosaFlatulens,
tinja lembek0.5 1.0 %
TiazolidindionMenambah sensitivitas terhadap insulinEdema1.3
%
Insulin Menekan produksi glukosa hati, stimulasi pemanfaat
glukosaBB naik, HipoglikemikPotensial sampai normal
Tabel 3.1 Mekanisme Kerja, Efek Samping Utama dan Pengaruh
Terhadap Penuruna A1c (Hb- Glikosilat)Cara Pemberian obat
anti-hiperglikemid, terdiri dari:a) OHO (Obat Hipoglikemik Oral)
dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai
respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis hampir
maksimal.b) Sulfonilurea generasi I & II : 15 30 menit sebelum
makanc) Glimepirid : sebelum/sesaat sebelum makand) Repaglinid,
Nateglinid : sesaat/ sebelum makane) Metformin : sebelum /pada saat
/ sesudah makan f) Penghambat glukosidase (Acarbose) : bersama
makan suapan pertamag) Tiazolidindion : tidak bergantung pada
jadwal makan.Selain menggunakan obat-obatan dalam mengobati
diabetes melitus, menurut PERKENI tahun 2006 tentang petunjuk
praktis terapi insulin pada pasien diabetes melitus, penderita
diabetes dapat diterapi dengan Insulin. Keuntungan yang mendasar
dari penggunaan insulin dibandingkan obat antidiabetik oral dalam
pengobatan diabetes melitus adalah insulin terdapat di dalam tubuh
secara alamiah. Selain itu, pengobatan dengan insulin dapat
diberikan sesuai dengan pola sekresi insulin endogen. Sementara
itu, kendala utama dalam penggunaan insulin adalah pemakaiannya
dengan cara menyuntik dan harganya yang relatif mahal. Berdasarkan
berbagai penelitian klinis, terbukti bahwa terapi insulin pada
pasien hiperglikemia memperbaiki luaran klinis. Insulin, selain
dapat memperbaiki status metabolik dengan cepat, terutama kadar
glukosa darah, juga memiliki efek lain yang bermanfaat, antara lain
perbaikan inflamasi.Insulin diperlukan pada keadaan penurunan berat
badan yang cepat, hiperglikemia berat yang disertai ketosis,
ketoasidosis diabetik, hiperglikemia hiperosmolar non ketotik,
hiperglikemia dengan asidosis laktat, gagal dengan kombinasi OHO
dosis hampir maksimal, stres berat (infeksi sistemik, operasi
besar, IMA, stroke), kehamilan dengan DM/diabetes melitus
gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan,
gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat, kontraindikasi dan
atau alergi terhadap OHO. Jenis dan lama kerja insulin Berdasarkan
lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:a) Insulin
kerja cepat (rapid acting insulin)b) Insulin kerja pendek (short
acting insulin)c) Insulin kerja menengah (intermediate acting
insulin)d) Insulin kerja panjang (long acting insulin)e) insulin
campuran tetap, kerja pendek dan menengah (premixed insulin).
3) Terapi Kombinasi Menurut PERKENI 2006 tentang konsensus
pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia,
pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,
untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons
kadar glukosa darah. Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan
jasmani, bila diperlukan dapat dilakukan pemberian OHO tunggal atau
kombinasi OHO sejak dini. Terapi dengan OHO kombinasi, harus
dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja
berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat
pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau
kombinasi OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan
alasan klinik di mana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai
dipilih terapi dengan kombinasi tiga OHO. (lihat bagan 1 tentang
algoritma pengelolaan DM tipe-2).Untuk kombinasi OHO dan insulin,
yang banyak dipergunakan adalah kombinasi OHO dan insulin basal
(insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang) yang diberikan
pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi tersebut
pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik dengan
dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah
adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian
dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa
darah puasa keesokan harinya. Bila dengan cara seperti di atas
kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali, maka
obat hipoglikemik oral dihentikan dan diberikan insulin saja.
Bagan 1. Algoritma Pengelolaan DM tipe-2
Bagan 2. Algoritma Pemberian Kombinasi Insulin dan OHOPasien
diabetes melitus yang disertai adanya hipertensi dapat diterapi
jika Tekanan Darah (TD) sistolik >130 mmHg dan/atau TD diastolik
>80 mmHg. Sasaran (target penurunan) tekanan darahnya adalah
tekanan darah 140 atau tekanan diastolik >90 mmHg, dapat
diberikan terapi farmakologis secara langsung. Diberikan terapi
kombinasi apabila target terapi tidak dapat dicapai dengan
monoterapi.3.4 Komplikasi Diabetes MelitusKomplikasi diabetes
melitus dibagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronis. Komplikasi akut seperti hipoglikemia, hiperglikemia,
diabetes ketoasidosis, hyperosmolar hyperglikemic state. Sedangkan
komplikasi kronis yaitu perubahan sistem kardiovaskular (penyakit
jantung koroner, hipertensi, stroke, Peripheral Arterial Disease
(PAD), retinopati diabetik, nepropati diabetik), perubahan sistem
saraf perifer dan otonom (polineuropati), perubahan mood,
peningkatan rentan infeksi, dan komplikasi kaki diabetik seperti
ulkus kaki ( LeMone, Burke, and Bauldoff, 2011).
BAB IVKESIMPULAN
Dari hasil pemeriksaan di atas, didapatkan bahwa pasien
mengalami diabetes melitus disertai ulkus diabetik dan hipertensi
stage II. Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya diabetes
melitus disertai ulkus diabetik dan hipertensi stage II pada Ny. M
adalah gaya hidup yang tidak baik seperti pola makan yang tidak
teratur, sering makan makanan yang berlemak, kurang berolahraga.
Pada kepustakaan dinyatakan bahwa kelompok individu yang berisiko
tinggi menderita DM tipe II diantaranya adalah faktor perilaku dan
gaya hidup (Bilous, 2008). Jika pola hidup seperti ini
dipertahankan akan menyebabkan kadar glukosa darah meningkat
sehingga akan menyebabkan diabetes melitus yang akan berakhir
dengan komplikasi yaitu salah satunya ulkus dan peningkatan tekanan
darah. Akibat adanya ulkus pada regio pedis sinistra digiti IV
menyebabkan rasa nyeri dan bau tidak sedap sehingga pasien datang
ke RSUD Sukoharjo untuk berobat dan dirawat di RS oleh spesialis
penyakit dalam. Dalam beberapa hari pasien mengalami perbaikan.
Rasa sakit pada kaki akibat ulkus tidak dirasakan lagi, ulkus mulai
mengalami penyembuhan dengan gula darah yang terkontrol dan
hipertensi stage II yang dialami Ny. M tertangani dengan baik
sehingga pasien diperbolekan pulang.
30