Top Banner
LAPORAN PENDAHULUAN PPOM PPOK adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru. (Smeltzer & Bare, 2002) PPOK adalah suatu gangguan yang mempengarui pergerakan udara dari dan keluar paru, yang meliputi bronskrutis kronik, empisema dan asma bronkhiale. (Brunner & Sudaart, 2002) BRONKITIS KRONIS A. Pengertian Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. Merokok atau pemajanan terhadap polusi adalah penyebab utama bronkitis kronik. Kisaran infeksi virus, bakteri dan mikro plasma yang luas dapat menyebabkan episode bronkitis. (Smeltzer & Bare, 2002) 1
28

Laporan Pendahuluan Ppok Presentasiquw

Jan 21, 2016

Download

Documents

Jufriansyah Juf
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Pendahuluan Ppok Presentasiquw

LAPORAN PENDAHULUAN PPOM

PPOK adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis

kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. PPOK merupakan kondisi ireversibel

yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan

keluar udara paru-paru. (Smeltzer & Bare, 2002)

PPOK adalah suatu gangguan yang mempengarui pergerakan udara dari

dan keluar paru, yang meliputi bronskrutis kronik, empisema dan asma

bronkhiale. (Brunner & Sudaart, 2002)

I. BRONKITIS KRONIS

A. Pengertian

Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang

berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut.

Merokok atau pemajanan terhadap polusi adalah penyebab utama bronkitis

kronik. Kisaran infeksi virus, bakteri dan mikro plasma yang luas dapat

menyebabkan episode bronkitis.

(Smeltzer & Bare, 2002)

B. Patofisiologi

Asap mengiritasi jalan nafas mengakibatkan hipersekresi lendir dan

inflamasi. Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang

mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia

menurun dan lebih banyak lendir yang dihasilkan. Sebagai akibat

bronkiolus dapat menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang

berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk

fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar yang

berperan penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri.

Pasien kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan.

1

Page 2: Laporan Pendahuluan Ppok Presentasiquw

Penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotik

yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya mungkin terjadi perubahan

paru yang ireversibel, kemungkinan mengakibatkan emfisema dan

bronkiektasis. ( Smeltzer & Bare, 2002)

C. Tanda dan Gejala

Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin. Batuk

mungkin dapat diperburuk oleh cuaca yang dingin dan lembab. Pasien

biasanya mempunyai riwayat merokok dan sering mengalami infeksi

pernafasan.

(Mansjoer,Arif.2001)

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan analisa gas darah : hipoksia dengan hiperkapnia

2. Rontgen dada : pembesaran jantung dengan diafragma

normal/mendatar

3. Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital (VC) dan volume

ekspirasi kuat (FEV), peningkatan volume residual (RV), kapasitas

paru total (TLC) normal atau sedikit meningkat.

4. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit : dapat sedikit meningkat

(Smeltzer & Bare.2002)

II. BRONKIEKTASIS

A. Pengertian

Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang

mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan

obstruksi bronkus; aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda dari

saluran pernapasan atas; dan tekanan akibat tumor, pembuluh darah yang

berdilatasi, dan pembesaran nodus limfe. (Smeltzer & Bare,2002)

B. Patofisiologi

Infeksi merusak dinding bronkial, menyebabkan kehilangan

struktur pendukungnya dan menghasilkan sputum yang kental yang

akhirnya dapat menyumbat bronki. Dinding bronkial menjadi teregang

2

Page 3: Laporan Pendahuluan Ppok Presentasiquw

secara permanen akibat batuk hebat. Infeksi meluas ke jaringan

peribronkial sehingga dalam kasus bronkiektasis sakular, setiap tuba yang

berdilatasi sebenarnya adalah abses paru, yang eksudatnya mengalir bebas

melalui bronkus. Bronkiektasis biasanya setempat, menyerang lobus atau

segmen paru. Lobus yang paling bawah lebih sering terkena.

Retensi sekresi dan obstruksi yang diakibatkannya pada akhirnya

menyebabkan alveoli di sebelah distal obstruksi mengalami kolaps

(ateletaksis). Jaringan parut atau fibrosis akibat reaksi inflamasi

menggantikan jaringan paru yang berfungsi. Pada waktunya pasien

mengalami insufisiensi pernapasan dengan penurunan kapasitas vital,

penurunan ventilasi dan peningkatan rasio volume residual terhadap

kapasitas paru total. Terjadi kerusakan campuran gas yang diinspirasi

(ketidakseimbangan ventilasi-perfusi) dan hipoksemia.

(Corwin.2009)

C. Tanda dan Gejala

1. Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang

sangat banyak

2. Jari tabuh, karena insufisiensi pernapasan

3. Riwayat batuk berkepanjangan dengan sputum yang secara konsisten

negatif terhadap tuberkel basil

(Mansjoer,Arif.2001)

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Bronkografi

2. Bronkoskopi

3. CT-Scan : ada/tidaknya dilatasi bronkial

(Smelzer & Bare.2002)

3

Page 4: Laporan Pendahuluan Ppok Presentasiquw

III.EMFISEMA

A. Pengertian

Emfisema didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara diluar

bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli. (Smeltzer & Bare,

2002)

B. Patofisiologi

Pada emfisema beberapa faktor penyebab obstruksi jalan napas

yaitu : inflamasi dan pembengkakan bronki; produksi lendir yang

berlebihan; kehilangan rekoil elastik jalan napas; dan kolaps bronkiolus

serta redistribusi udara ke alveoli yang berfungsi.

Karena dinding alveoli mengalami kerusakan, area permukaan

alveolar yang kontak langsung dengan kapiler paru secara kontinu

berkurang, menyebabkan peningkatan ruang rugi (area paru dimana tidak

ada pertukaran gas yang dapat terjadi) dan mengakibatkan kerusakan

difusi oksigen. Kerusakan difusi oksigen mengakibatkan hipoksemia. Pada

tahap akhir penyakit, eliminasi karbondioksida mengalami kerusakan,

mengakibatkan peningkatan tekanan karbondioksida dalam darah arteri

(hiperkapnia) dan menyebabkan asidosis respiratorius.

Karena dinding alveolar terus mengalami kerusakan, jaring-jaring

kapiler pulmonal berkurang. Aliran darah pulmonal meningkat dan

ventrikel kanan dipaksa untuk mempertahankan tekanan darah yang tinggi

dalam arteri pulmonal. Dengan demikian, gagal jantung sebelah kanan

(kor pulmonal) adalah salah satu komplikasai emfisema. Terdapatnya

kongesti, edema tungkai, distensi vena leher atau nyeri pada region hepar

menandakan terjadinya gagal jantung.

Sekresi meningkat dan tertahan menyebabkan individu tidak

mampu untuk membangkitkan batuk yang kuat untuk mengeluarkan

sekresi. Infeksi akut dan kronis dengan damikian menetap dalam paru

yang mengalami emfisema memperberat masalah.

Individu dengan emfisema mengalami obstruksi kronik ke aliran

masuk dan aliran keluar udara dari paru. Paru-paru dalam keadaan

4

Page 5: Laporan Pendahuluan Ppok Presentasiquw

heperekspansi kronik. Untuk mengalirkan udara kedalam dan keluar paru-

paru, dibutuhkan tekanan negatif selama inspirasi dan tekanan positif

dalam tingkat yang adekuat harus dicapai dan dipertahankan selama

ekspirasi. Posisi selebihnya adalah salah satu inflasi. Daripada menjalani

aksi pasif involunter, ekspirasi menjadi aktif dan membutuhkan upaya

otot-otot. Sesak napas pasien terus meningkat, dada menjadi kaku, dan

iga-iga terfiksaksi pada persendiannya. Dada seperti tong (barrel chest)

pada banyak pasien ini terjadi akibat kehilangan elastisitas paru karena

adanya kecenderungan yang berkelanjutan pada dinding dada untuk

mengembang.

(Smeltzer&Bare.2002)

C. Tanda dan Gejala

1. Dispnea

2. Takipnea

3. Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan

4. Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru

5. Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi

6. Hipoksemia

7. Hiperkapnia

8. Anoreksia

9. Penurunan BB

10. Kelemahan

(Smeltzer & Bare)

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Rontgen dada : hiperinflasi, pendataran diafragma, pelebaran

interkosta dan jantung normal

2. Fungsi pulmonari (terutama spirometri) : peningkatan TLC dan RV,

penurunan VC dan FEV

(Mansjoer,Arif.2001)

5

Page 6: Laporan Pendahuluan Ppok Presentasiquw

IV. ASMA

A. Pengertian

Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversibel

dimana trakea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

tertentu. (Smeltzer & Bare, 2002)

B. Patofisiologi

Individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk

terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian

menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen

mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan

produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin dan

prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-

A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos

dan kelenjar jalan napas, bronkospasme, pembengkakan membran mukosa

dan pembentukan mukus yang sangat banyak.

Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial

diatur oleh impuls saraf vagal melalui sistem parasimpatis. Pada asma

idiopatik atau non alergi ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang

oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan,

jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini

secara langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang

pembentukan mediator kimiawi yang dibahas diatas. Individu dengan

asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.

Selain itu, reseptor - dan -adrenergik dari sistem saraf simpatis

terletak dalam bronki. Ketika reseptor adrenergik dirangsang , terjadi

bronkokonstriksi; bronkodilatasi terjadi ketika reseptor -adrenergik yang

dirangsang. Keseimbangan antara reseptor - dan -adrenergik

dikendalikan terutama oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP). Stimulasi

reseptor –alfa mengakibatkan penurunan c-AMP, yang mengarah pada

peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast

bronkokonstriksi. Stimulasi respon beta- mengakibatkan peningkatan

6

Page 7: Laporan Pendahuluan Ppok Presentasiquw

tingkat cAMP, yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan

menyebabkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa

penyekatan -adrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya,

asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan

konstriksi otot polos.

(Corwin.2009)

C. Tanda dan Gejala

1. Batuk

2. Dispnea

3. Mengi

4. Hipoksia

5. Takikardi

6. Berkeringat

7. Pelebaran tekanan nadi

(Manjoer,arif.2001)

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Rontgen dada : hiperinflasi dan pendataran diafragma

2. Pemeriksaan sputum dan darah : eosinofilia (kenaikan kadar eosinofil).

Peningkatan kadar serum Ig E pada asma alergik

3. AGD : hipoksi selama serangan akut

4. Fungsi pulmonari :

Biasanya normal

Serangan akut : Peningkatan TLC dan FRV; FEV dan FVC agak

menurun

(Mansjoer, arif.2001)

7

Page 8: Laporan Pendahuluan Ppok Presentasiquw

Stimulan Perubahan kesehatan

cemas

Imunitas menurun

Reaksi alergi

Histamin & satmediator dilepas

aktifitas

Inflamasi brochiolus

Sekret meningkat

MK: bersihan jalan nafas tidak efektif

bronkospasme

Obstruksi jalan nafas

Ekspirasi menurun

CO2 meningkt, O2 menurun

lemas

MK: intoleransi aktifitas

anoreksia

MK:nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

BMR

MK: kerusakan pertukaran gas

MK: resiko tinggi infeksi

V. PATHWAY

(Smelzer & Bare. 2002)

8

Page 9: Laporan Pendahuluan Ppok Presentasiquw

ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT

1. Pengkajian

Pengkajian pada pernafasan dengan klien PPOM yang didasarkan pada

kegiatan sehari – hari. Ukur kualitas pernafasan antara skala 1 sampai 10. Dan

juga mengidentifikasi faktor sosial dan lingkungan yang merupakan faktor

pendukung terjadinya gejala. Perawat juga mengidentifikasi type dari gejala

yang muncul antara lain, tiba-tiba atau membahayakan dan faktor presipitasi

lainnya antara lain perjalanan penularan temperatur dan stress.

Pengkajian fisik termasuk pengkajian bentuk dan kesimetrisan dada,

Respiratory Rate dan Pola pernafasan, posisi tubuh menggunakan otot bantu

pernafasan dan juga warna, jumlah, kekentalan dan bau sputum. Palpasi dan

perfusi pada dada diidentifikasikan untuk mengkaji terhadap peningkatan

gerakan Fremitus, gerakan dinding dada dan penyimpanan diafragma. Ketika

mengauskultasi dinding dada pada dewasa tua / akhir seharusnya diberi cukup

waktu untuk kenyamanan dengan menarik nafas dalam tanpa adanya rasa

pusing (dizzy) (Loukenaffe, M.A, 2000).

Hal-hal yang juga perlu dikaji adalah :

1. Aktifitas / istirahat

Keletihan , kelemahan, malaise, ketidak mampuan melakukan aktifitas

sehari-hari karena sulit bernafas.

2. Sirkulasi

Pembengkakan pada ekstremitas bawah, peningkatan tekanan

darah,takikardi.

3. Integritas ego

Perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan,peka rangsang

4. Makanan / cairan

Mual / muntah, anoreksia, ketidakmampuan untuk makan karena distress

pernafasan, turgor kulit buruk, berkeringat.

5. Higiene

Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan bantuan melakukan

aktifitas sehari-hari, kebersihan buruk, bau badan.

9

Page 10: Laporan Pendahuluan Ppok Presentasiquw

6. Pernafasan

Nafas pendek, rasa dada tertekan, dispneu, penggunaan otot bantu

pernafasan.

7. Keamanan

Riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat atau faktor lingkungan.

8. Seksualitas

Penurunan libido.

9. Interaksi social

Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, keterbatasan

mobilitas fisik.

(Doengoes, 2000 )

2. Diagnosa Keperawatan

a. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan

bronkokonstriksi, peningkatan pembentukan mukus, batuk tidak efektif,

infeksi bronkopulmonal.

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi

c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan in adekuat pertahanan

primer dan sekunder, penyakit kronis.

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, produksi sputum, efek samping obat, kelemahan, dyspnea

e. Defisit self care berhubungan dengan kelemahan fisik

f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay

dan kebutuhan oksigen, kelemahan, dispnea.

( Doengoes.2000)

3. Intervensi

a. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan

bronkokonstriksi, peningkatan pembentukan mukus, batuk tidak efektif,

infeksi bronkopulmonal.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, bersihan jalan

nafas efektif

10

Page 11: Laporan Pendahuluan Ppok Presentasiquw

KH:

- Bunyi nafas bersih

- Menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas, misal

batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

Intervensi :

1) Kaji /pantau frekuensi pernafasan

R: Tachipneu biasanya ada pada beberapa derajat dapat ditemukan

pada penerimaan atau selam stress/ proses infeksi akut. Pernafasan

melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang disbanding inspirasi.

2) Auskultasi bunyi nafas

R: Derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan

dapat /tak dimanisfestasikan adanya bunyi nafas.

3) Kaji pasien untuk posisi ygnyaman,Tinggi kepala tempat tidur dan

duduk pada sandaran tempat tidur.

R: .Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan

dengan mempergunakan gravitasi. Dan mempermudah untuk bernafas

serta membantu menurunkan kelemahan otot-otot dan dapat sebagai

alat ekspansi dada.

4) Bantu latihan nafas abdomen .

R: Untuk mengatasi dan mengontrol dispneu dan menurunkan jebakan

udara

5) latih untuk batuk efektif

R: Mengeluarkan sekret yang tertahan

6) beri minum yang banyak dan hangat

R: Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret,mempermudah

pengeluaran.cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.

7) Berikan obat sesuai indikasi.

R:. Mempercepat proses penyembuhan.

11

Page 12: Laporan Pendahuluan Ppok Presentasiquw

b. Pola nafas tidak efektif berhubunagn dengan hiperventilasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pola nafas

efektif KH:

- RR dalam batas normal 18-24xpermenit

- tidak ada pegunana otot bantu pernafasan

- irama frekuensi nafas dalam batas normal

Intervensi :

1) kaji frekuensi dan kedalaman frekuensi pernafasan

R: .kecepatan biasanya meningkt,kedalaman pernafasan bervariasi

tergantung derajat gagal nafas.

2) posisikan pasien semi fowler

R: membantu pernafasan berfungsi secara maksimal

3) pantau respirasi dan status O2

R: memonitor kebutuhan O2

4) ajarka pasien nafas dalam dan balatihan batuk efektif

R: dapat meningktkan / banyaknya sputum dimana gaguan ventilasi

dan ditambah ketidak nyamanan upaya bernafas.

5) bantu pasien mengatasi rasa takut/ansietas

R: perasaan takut/ansietas berhubungan denagn ketidak mampuan

bernafas dapat meningkatkan kebutuhan oksigen

6) beri oksigen tambahan 4Lpermenit

R: memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas

7) bantu fisioterapi dada

R: memudahkan upaya pernafasan dalam dan meningkatkan drainase

sekret dari segemen paru

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nutrisi

terpenuhi dengan KH:

- Nafsu makan pasien meningkat

- Diit RS habis

- menunjukan peningkatan BB

12

Page 13: Laporan Pendahuluan Ppok Presentasiquw

Intervensi :

1) auskultasi bunyi usus

R: penurunan BU menunjukan penurunanan motilitas gaster dan

konstipasi yang berhubunagn dengan pembatasan masukan cairan dan

makanan

2) berikan perawatan oral, berikan wadah sekali pakai dan tisu

R:. .rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap

nafsu makan.

3) berikan makan porsi kecil tapi sering

R: .membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan

4) hindari makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin

R: suhu ekstrim dapat meningkatkan spasme batuk

5) sajikan makanan hangat dan bervariasi

R: .meningkatkan nafsu makan

6) timbang BB

R: berguna untuk menentukan kebutuhan kalori

7) kolaborasi dengan tim ahli gizi untuk memberikan makanan sesuai

kebutuhan

R: .metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan apada situasi ndan

kebutuahn individu

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan in adekuat pertahanan

primer dan sekunder, penyakit kronis.

Tujuan : Mencegah terjadinya infeksi.

Kriteria hasil yang diharapkan :

Menyatakan pemahaman penyebab / faktor resiko individu

Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko

infeks.

Menunjukkan teknik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan

lingkungan yang aman.

13

Page 14: Laporan Pendahuluan Ppok Presentasiquw

Intervensi

1) Awasi suhu

Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi / dehidrasi

2) Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif, perubahan posisi sering,

dan masukan cairan adekuat.

Rasional : Aktifitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran

sekret untuk menurunkan resiko terjadi infeksi paru.

3) Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum

Rasional : Cegah penyebaran patogen melalui cairan.

4) Dorong keseimbangan antara aktifitas dan istirahat

Rasional : Menurunkan konsumsi / kebutuhan keseimbangan oksigen

dan memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi, meningkatkan

penyembuhan.

Kolaborasi

5) Dapatkan spesimen dengan batuk / penghisapan untuk pewarnaan

kuman gram kultur / sensitivitas.

Rasional : Dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme penyebab

dan kerentanan terhadap berbagai anti mikrobia.

6) Berikan anti mikrobia sesuai indikasi

Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang

teridentifikasi dengan kulturdan sensitivitas, atau diberikan secara

profilaktik karena resiko tinggi.

e. Deficit self care berhubunagn dengan kelemahan fisik

Setelah dilakukan tindakan keperawatna 3x24jam,perawatan diri

terpenuhi,

KH :- melakukan perawatan diri sendiri

- mampu melakukan perawatan tanpa sesak nafas

14

Page 15: Laporan Pendahuluan Ppok Presentasiquw

Intervensi :

1) Diskusikan tingkat umum sbelum timbul penyakit dan potensial yang

sekarang diantisipasi

R: mungkin dapat melanjutkan aktifitas umum deangn melakukan

adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini

2) Pertahankan mobilitas dan kontrol program latihan

R: .mendukung kemandirian fisik dan emosional

3) Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam pertawatan diri

R: menyikan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan

meningkatkan harga diri

4) Anjurkan untk mencoba melakukan perwatan diri sendiri

R: dengan gerakan akan melatih Rom pasien untuk melakukan ADL

5) Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi

R :berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan

pasien

f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay

dan kebutuhan oksigen, kelemahan, dispnea.

Tujuan : Mengembalikan aktifitas klien seperti semula.

Kriteria hasil yang diharapkan :

Melaporkan / Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas

yang dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan,

dan tanda vital dalam rentang normal.

Intervensi :

1) Evaluasi respons pasien terhadap aktifitas. Catat laporan dispnea,

peningkatan kelemahan / kelelahan dan perubahan tanda vital selama

dan setelah aktivitas.

Rasional : Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan

memudahkan pilihan intervensi.

15

Page 16: Laporan Pendahuluan Ppok Presentasiquw

2) Bantu aktivitas perawatan dini yang diperlukan. Berikan kemajuan

peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.

Rasional : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan

suplai dan kebutuhan oksigen.

3) jelaskan pentingnya istirahjat dalam rencana pengobatan dan perlunya

keseimbangan aktifitas dan istirahat

Rasional : tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk

menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk

penyembuhan.

4) berikan lingkunagn yang tenang dan nyaman dan batasi pengunjung

selama fase akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres

dan pengalih yang tepat.

Rasional : menurunkan stres dan rangsangan berlebihan ,

meningkatkan istirahat.

(Dongoes.2000)

16

Page 17: Laporan Pendahuluan Ppok Presentasiquw

DAFTAR PUSTAKA

- A.price Sylvia dan M.wilson Lorraine.2005. patofisiologi konsep klinis

proses-proses penyakit ; Jakarta, penerbit buku kedokteran.EGC

- Diane C. Baughman dan Joann C. hockley.2000. keperawatan medical bedah

buku saku brunner and suddart ; Jakarta , penerbit buku kedokteran,EGC.

- Doengoes E. Marylynn, et all.2001.Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman

untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Alih Bahasa:I

Made Kariasa. Jakarta: EGC.

- Mansjoer,Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran: Jakarta. Media

Aesculapius.

- NANDA,Panduan Diagnosa Keperawatan; definisi dan klasifikasi.2005-2006

- Smeltzer C. Suzanne & Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah.Edisi 8. Jakarta : EGC

17

Page 18: Laporan Pendahuluan Ppok Presentasiquw

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK

DISUSUN OLEH :

ERNI WAHYU SETIOWATI

J230 123 085

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

18