Top Banner
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR MAXILLA OLEH : KADEK AYU ASTRI NOVITASARI, S.Kep 14.901.0951 PROGRAM STUDI PROFESI NERS
35

Laporan Pendahuluan Fraktur Maxilla

Nov 14, 2015

Download

Documents

this is about fraktur maxilla
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR MAXILLA

OLEH :KADEK AYU ASTRI NOVITASARI, S.Kep14.901.0951

PROGRAM STUDI PROFESI NERSSTIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI2015

A. KONSEP DASAR PENYAKIT1. Pengertian Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur adalah setiap retak atau patah tulang yang utuh. Fraktur maxilla adalah kerusakan pada tulang maxilla yang seringkali terjadi akibat adanya trauma, periodonitis (reaksi peradangan pada jaringan sekitar gigi yang terkadang berasal dari peradangan gingivitis di dalam periodontium) maupun neoplasia. 2. EtiologiFraktur maxilla dapat disebabkan oleh trauma atau karena proses patologisa. Traumatic FractureFraktur yang disebabkan oleh pukulan saat :1) Perkelahian 2) Kecelakaan 3) Tembakan b. Pathologic FractureFraktur yang disebabkan oleh keadaan patologis dimana tulang dalam keadaan sakit, tulang tipis atau lemah, sehingga bila ada trauma ringan seperti berbicara, makan dan mengunyah dapat terjadi fraktur. Terjadi karena: 1) Penyakit tulang setempat a) Kistab) Tumor tulang jinak atau ganasc) Keadaan dimana resorpsi tulang sangat besar sekali sehingga dengan atau tanpa trauma dapat terjadi fraktur, misalnya pada osteomielitis2) Penyakit umum yang mengenai tulang sehingga tulang mudah patah a) Osteomalaciab) Osteoporosisc) Atrofi tulang secara umum 3. Patofisiologi

Kondisi patologisTrauma tidak langsungTrauma langsung

Tindakan bedahFraktur

Post OpPergeseran fragmen tulang Diskontinuitas tulang Nyeri Akut

Luka insisiEfek anastesiKerusakan fragmen tulang Perubahan jaringan sekitar

Inflamasi bakteriMual, muntahTekanan sumsum tulang lebih tinggi dari kapiler Spasme otot Pergeseran fragmen tulang

Peningkatan tekanan kapiler

Resiko InfeksiKetidakseimba-ngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Deformitas

Melepaskan katekolaminPelepasan histamine Gangguan fungsi pergerakan

Metabolisme asam lemak Protein plasma hilang Hambatan Mobilitas Fisik

Nyeri Akut

Bergabung dengan trombosit Edema Laserasi kulit

Emboli

Putus vena/arteriPenekanan pembuluh darah Menyumbat pembuluh darah

PerdarahanKerusakan Integritas Kulit Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer

Kehilangan Volume Cairan

Resiko Infeksi

Resiko Syok (Hipovolemik)

4. Klasifikasi Fraktur a. Single FractureFraktur dengan satu garis fraktur b. Multiple FractureTerdapat dua atau lebih garis fraktur yang tidak berhubungan satu sama lain. Unilateral = jika kedua garis fraktur terletak pada satu sisiBilateral = jika satu garis fraktur pada satu sisi dan garis fraktur lain pada sisi lain c. Communited Fracture Tuang hancur atau remuk menjadi beberapa fragmen kecil 1 atau berkeping-keping, misalnya symphis mandibularis dan di daerah anterior maxillad. Complicated Fracture Terjadi suatu dislokasi/displacement dari tulang sehingga mengakibatkan kerusakan tulang-tulang yang berdekatan, gigi dan jaringan lunak yang berdekatan e. Complete Fracture Tulang patah semua secara lengkap menjadi dua bagian atau lebih f. Incomplete Fracture Tulang tidak patah sama sekali, tetapi hanya retak juga penyatuan tulang tidak terganggu. Dalam keadaan seperti ini, lakukan dengan bandage dan rahang diistirahatkan 1-3 minggug. Depressed Fracture Bagian tulang yang fraktur masuk ke dalam satu rongga. Sering pada fraktur maxilla yaitu pada permukaan fasial dimana fraktur tulang terdorong masuk ke sinus maxillarish. Impacted FractureDimana fraktur yang satu didorong masuk kef ragmen tulang lain. Sering pada tulang zygomaticus

5. Pembagian Area Fraktur pada Rahang a. Rahang Atas Maxilla (Killey)1) Dento Alveolar Fracture Suatu fraktur di daerah prosessus maxillaries yang belum mencapai daerah Le Fort I dan dapat terjadi unilateral maupun bilateral. Fraktur ini meliputi processus alveolaris dan gigi-gigi. Gejala Klinik: Extra Oral: a) Luka pada bibir atas yang dalam dan luas. Luka laserasi pada bibir sering disertai perdarahan, kadang-kadang terdapat patahan gigi dalam bibir yang luka tersebut b) Bibir bengkak c) Echymosis dan hematoma pada muka Intra Oral: a) Luka laserasi pada gingival daerah fraktur dan sering disertai perdarahan b) Adanya subluxatio pada gigi, sehingga gigi tersebut bergerak, kadang-kadang berpindah tempat c) Adanya alvulatio gigi, kadang-kadang disertai tulang alveolusnya d) Fraktur corona gigi dengan atau tanpa terbukanya kamar pulpa2) Le Fort I Pada fraktur ini, garis fraktur berada diantara dasar dari sinus maxillaris dan dasar dari orbita. Pada Le Fort ini seluruh processus alveolaris rahang atas, palatum durum, septum nasalis terlepas dari dasarnya sehingga seluruh tulang rahang dapat digerakkan ke segala arah. Karena tulang-tulang ini diikat oleh jaringan lunak saja, maka terlihat seperti tulang rahang tersebut mengapung (floating fracture). Fraktur dapat terjadi unilateral atau bilateral. Suatu tambahan fraktur pada palatal dapat terjadi, dimana terlihat sebagai suatu garis echymosis.Gejala Klinik: Extra Oral: a) Pembengkakan pada muka disertai vulnus laceratum b) Deformitas pada muka, muka terlihat asimetris c) Hematoma atau echymosis pada daerah yang terkena fraktur, kadang-kadang terdapat infraorbital echymosis dan subkonjunctival echymosisd) Penderita tidak dapat menutup mulut karena gigi posterior rahang atas dan rahang bawah telah kontak lebih duluIntra Oral:a) Echymosis pacta mucobucal rahang atas b) Vulnus laceratum, pembengkakan gingival, kadang-kadang disertai goyangnya gigi dan lepasnya gigic) Perdarahan yang berasal dari gingiva yang luka atau gigi yang luka, gigi fraktur atau lepas d) Open bite maloklusi sehingga penderita sukar mengunyah 3) Le Fort II Garis fraktur meliputi tulang maxillaris, nasalis, lacrimalis, ethmoid, sphlenoid dan sering tulang vomer dan septum nasalis terkena jugaGejala Klinik: Extra Oral: a) Pembengkakan hebat pada muka dan hidung, pada daerah tersebut terasa sakitb) Dari samping muka terlihat rata karena adanya deformitas hidung c) Bilateral circum echymosis, subkonjungtival echymosisd) Perdarahan dari hidung yang disertai cairan cerebrospinal Intra Oral: a) Mulut sukar dibuka dan rahang bawah sulit digerakkan ke depan b) Adanya maloklusi open bite sehingga penderita sukar mengunyah c) Palatum mole sering jatuh ke belakang sehingga dorsum lidah tertekan sehingga imbul kesulitan bernapas d) Terdapat kelainan gigi berupa fraktur e) Pada palpasi, seluruh bagian rahang atas dapat digerakkan, pada bagian hidung terasa adanya step atau bagian yang tajam dan terasa sakit4) Le Fort IIIFraktur ini membentuk garis fraktur yang meliputi tulang-tulang nasalis, maxillaries, orbita, ethmoid, sphlenoid dan zygomaticus arch. Sepertiga bagian tengah muka terdesak ke belakang sehingga terlihat muka rata yang disebut Dish Shape Face. Displacement ini selalu disebabkan karena tarikan ke arah belakang dari M. Ptergoideus dimana otot ini melekat pada sayap terbesar tulang sphlenoid dan tuberositas maxillary. Gejala Klinik: Extra Oral:a) Pembengkakan hebat pada muka dan hidung b) Perdarahan pada palatum, faring, sinus maxillaries, hidung dan telinga c) Pergerakan bola mata terbatas dan terdapat kelainan N.opticus dan saraf motoris dari mata yang menyebabkan diplopia, kebutaan dan paralisis bola mata yang temporerd) Deformitas hidung, sehingga muka terlihat rata e) Adanya cerebrospinal rhinotthea dan umumnya bercampur darah f) Paralisis N.Fasialis yang sifatnya temporer atau permanen yang menyebabkan Bells Palsy Intra Oral: a) Mulut terbuka lebih lebar karena keadaan open bite yang berat b) Rahang atas dapat lebih mudah digerakkan c) Perdarahan pada palatum dan faring d) Pernapasan tersumbat karena tertekan oleh dorsum lidah

6. Manifestasi Klinisa. Nyeri pembengkakan b. Tidak dapat menggunakan dagu bawah c. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, penganiayaan, tertimpa benda berat, trauma olah raga)d. Deformitase. Kelainan gerak f. Krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain

7. Pemeriksaan Diagnostika. Pemeriksaan Rontgen: Menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma b. Scan tulang, tomogram, CT Scan/MRI: Memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak c. Arteriogram: Dilakukan bila kerusakan vascular dicurigai d. Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah respons stress normal setelah trauma e. Kreatinin: Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal f. Profil koagulasi: Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple atau cedera hati

8. Penatalaksanaan Medik a. Konservatif: Imobilisasi, mengistirahatkan daerah fraktur b. Operatif: Dengan pemasangan Traksi, Pen, Plate, Screw, Wire

9. Komplikasi Komplikasi terbagi dua pada saat kecelakaan atau luka dan setelah penatalaksanaan atau operasi. Pada saat kecelakaan komplikasi yang terjadi syok dan tekanan pada saraf, ligament, tendon, otot, pembuluh darah atau jaringan sekitarnya. Komplikasi post operatif berhubungan dengan penatalaksanaan fraktur rahang termasuk maloklusi, osteomyelitis, sequester tulang, penundaan union, non union, deformitas wajah, fistula oronasal dan berbagai macam abnormalitas bentuk gigi.

10. Discharge Planning a. Meningkatkan masukan cairan b. Dianjurkan untuk diet lunak terlebih dahulu c. Dianjurkan untuk istirahat yang adekuat d. Kontrol sesuai jadwale. Minum obat seperti yang diresepkan dan segera periksa jika ada keluhan f. Menjaga masukan nutrisi yang seimbang g. Aktivitas sedang dapat dilakukan untuk mencegah keletihan karena mengalami kesulitan bernapas h. Hindari trauma ulang B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajian a. Aktivitas/IstirahatTanda: Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri). b. SirkulasiTanda: Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respons terhadap nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah), takikardia (respons stress, hipovolemia), penurunan/tak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena, pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi yang cedera. c. NeurosensoriGejala: Hilang gerakan/sensasi, spasme otot, kebas/kesemutan (parestesia)Tanda: Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan rotasi, krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsid. Nyeri/Kenyamanan Gejala: Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan saraf, spasme/kram otot (setelah imobilisasi)e. Keamanan Tanda: Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna, pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul Pre Op a. Nyeri akut b/d agen cedera fisikb. Kerusakan integritas kulit b/d laserasi kulit c. Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan muskuloskeletald. Resiko infeksi b/d pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat e. Resiko syok b/d hipovolemif. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d traumaPost Opa. Nyeri akut b/d agen cedera fisikb. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d factor biologis c. Resiko infeksi b/d prosedur invasif

3. Rencana Keperawatan Pre Opa. Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut b/d agen cedera fisik Tujuan & Kriteria Hasil: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau terkontrol, dengan kriteria hasil :1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)2) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)3) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurangNOINTERVENSIRASIONAL

1Kaji skala nyeri dengan PQRSTNyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan factor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan

2Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperti : ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah, menangis/meringis, menarik diri, perubahan frekuensi jantung/pernapasan, tekanan darahMerupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami. Sakit kepala mungkin bersifat akut atau kronis. Jadi manifestasi fisiologis bisa muncul atau tidak

3Ajarkan teknik distraksi/pengalihan nyeriMengajarkan pasien pengendali nyeri dan/atau dapat mengubah mekanisme sensasi nyeri dan mengubah persepsi nyeri

4Anjurkan untuk beristirahat dalam ruangan yang tenangMenurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi nyeri

5Lakukan kompres dingin/es 24-48 jam pertama dan sesuai keperluanMenurunkan edema/pembentukan hematoma, menurunkan sensasi nyeri

6Berikan penjelasan kepada keluarga dan pasien jika nyeri tersebut muncul segera melaporkan kepada petugas kesehatanPengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat menurunkan beratnya serangan

7Kolaborasi dalam pemberian analgetikAnalgetik dapat memblok nyeri sehingga nyeri dapat berkurang

b. Diagnosa Keperawatan : Kerusakan integritas kulit b/d laserasi kulit Tujuan & Kriteria Hasil: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas kulit, dengan kriteria hasil :a. Menyatakan ketidaknyamanan hilangb. Menunjukkan perilaku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasic. Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadid. Perfusi jaringan baike. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulangNOINTERVENSIRASIONAL

1Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vascular. Perhatikan kemerahan, ekskoriasi. Observasi terhadap ekimosis, purpuraMenandakan area sirkulasi buruk/kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus/infeksi

2Pantau masukan cairan atau hidrasi kulit dan membran mukosaMendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi yang berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan pada tingkat seluler

3Inspeksi area tergantung terhadap edemaJaringan edema lebih cenderung rusak/robek

4Ubah posisi dengan sering, gerakkan pasien dengan perlahan, beri bantalan pada tonjolan tulangMenurunkan tekanan pada edema, jaringan dengan perfusi burukuntuk menurunkan iskemia. Peninggian meningkatkan aliran balik statis vena terbatas/pembentukan edema

5Selidiki keluhan gatalMeskipun dialysis mengalami masalah kulit yang berkenaan dengan uremik, gatal dapat terjadi karena kulit adalah rute ekskresi untuk produk sisa

6Pertahankan linen kering, bebas keriputMenurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit

7Anjurkan menggunakan pakaian katun longgarMencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit

c. Diagnosa Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan muskuloskeletalTujuan & Kriteria Hasil: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan klien dapat melakukan mobilitas fisik tanpa hambatan, dengan kriteria hasil :a. Klien meningkat dalam aktivitas fisikb. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitasc. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindahd. Mempertahankan posisi fungsionalNOINTERVENSIRASIONAL

1Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasiPasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik actual, memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan

2Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/rekreasi. Pertahankan rangsang lingkungan contoh : radio, TV, Koran, barang milik pribadi/lukisan, jam, kalender, kunjungan keluarga/temanMemberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri/harga diri dan membantu menurunkan isolasi sosial

3Instruksikan klien untuk/bantu dengan rentang gerak pasien/aktif pada daerah yang sakit dan yang tak sakitKontraksi otot isometric untuk membantu mempertahankan kekuatan dan masa otot

4Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan (contoh mandi, mencukur)Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien dalam situasi dan meningkatkan kesehatan diri langsung

5Berikan/bantu dalam mobilisasi Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring (contoh flebitis) dan meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi organ

6Awasi TD dengan melakukan aktivitas. Perhatikan keluhan pusing Hipotensi postural adalah masalah umum menyertai tirah baring lama dan dapat memerlukan intervensi khusus

7Ubah posisi secara periodic dan dorong untuk latihan batuk/napas dalamMencegah/menurunkan insiden komplikasi kulit/pernapasan (contoh : dekubitus, atelektasis, pneumonia)

8Auskultasi bising usus. Awasi kebiasaan eliminasi dan berikan keteraturan defekasi rutin. Tempatkan pada pispot bila mungkin. Berikan privasiTirah baring, penggunaan analgesik, dan perubahan dalam kebiasaan diet dapat memperlambat peristaltik dan menghasilkan konstipasi. Tindakan keperawatan yang dapat memudahkan eliminasi dapat mencegah/membatasi komplikasi.

9Dorong peningkatan masukan cairan sampai 2000-3000 ml/hari, termasuk air asam/jusMempertahankan hidrasi tubuh, menurunkan resiko infeksi urinarius, pembentukan batu dan konstipasi

10Berikan diet tinggi protein, karbohidrat, vitamin dan mineral. Pertahankan kandungan protein sampai setelah defekasi pertamaPada adanya cedera musculoskeletal, nutrisi yang diperlukan untuk penyembuhan berkurang dengan cepat, sering mengakibatkan penurunan berat badan sebanyak 20-30 pon selama traksi tulang. Ini dapat mempengaruhi masa otot, tonus dan kekuatan

11Kolaborasi :Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan/atau rehabilitasi spesialisBerguna dalam membuat aktivitas individual/program latihan. Pasien dapat memerlukan bantuan jangka panjang dengan gerakan, kekuatan dan aktivitas yang mengandalkan berat badan, dan juga penggunaan alat.

12Kolaborasi :Lakukan program defekasi (pelunak feses, enema, laksatif) sesuai indikasiDilakukan untuk meningkatkan evakuasi usus

d. Diagnosa Keperawatan : Resiko infeksi b/d pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat Tujuan & Kriteria Hasil: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi, dengan kriteria hasil :1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi2) Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaanya3) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi4) Jumlah leukosit dalam batas normal5) Menunjukkan perilaku hidup sehatNOINTERVENSIRASIONAL

1Pantau tanda dan gejala infeksiEvaluasi awal, menentukan intervensi selanjutnya

2Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkanMembatasi pemajanan terhadap bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dapat dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respon imun sangat terganggu

3Pantau suhu. Catat adanya menggigil dan takikardi dengan atau tanpa demamAdanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi atau pengobatan

4Amati eritema/cairan lukaIndikator infeksi local

5Pertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur/perawatan lukaMenurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri

6Berikan perawatan kulit, perianal, oral dengan cermatMenurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi

7Dorong perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalamMeningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia

8Tingkatkan masukan cairan adekuatMembantu dalam pengenceran sekret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh (mis : pernapasan & ginjal)

9Berikan penjelasan kepada keluarga dan pasien agar mencuci tangan yang baik dan benarMencegah kontaminasi bakteri

10Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasiMembedakan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan

11Berikan antiseptik topikal, antibiotik sistemik Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi lokal

e. Diagnosa Keperawatan : Resiko syok b/d hipovolemiTujuan & Kriteria Hasil: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan syok tidak terjadi, dengan kriteria hasil :1) Nadi dalam batas yang diharapkan (60-100 x/menit)2) Irama jantung dalam batas yang diharapkan 3) Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg)4) Natrium dalam batas normal (135-153 mEq/L)5) Kalsium dalam batas normal (8,5-10,5 mEq/L)6) Kalium dalam batas normal (3,5-5,1 mEq/L) 7) Klorida dalam batas normal (98-109 mEq/L)8) Magnesium dalam batas normal (1,5-2,5 mEq/L)9) PH dalam batas normal (5-8)NOINTERVENSIRASIONAL

1Monitor keadaan umum pasienUntuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terjadi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda pre syok/syok

2Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebihPerawat perlu terus mengobservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi pre syok/syok

3Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan Dengan melibatkan pasien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan rindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan

4Kolaborasi :Pemberian cairan intravena Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat

5Kolaborasi pemeriksaan : Hb, PCV, trombositUntuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut

f. Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d traumaTujuan & Kriteria Hasil: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan perfusi jaringan perifer optimal, dengan kriteria hasil :a. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan (Systole : 110-120 mmHg; Diastole : 70-80 mmHg)b. Nadi perifer teraba kuatc. Warna kulit dalam batas normald. CRT 2 detik e. Temperatur ekstremitas hangatNOINTERVENSIRASIONAL

1Lakukan penilaian sirkulasi perifer secara komprehensif (cek nadi perifer, edema, CRT, warna dan temperatur ekstremitas)Evaluasi awal mengetahui fungsi perifer klien dengan menentukan intervensi selanjutnya

2Evaluasi nadi periferNadi perifer dapat melemah atau hilang sama sekali karena penurunan jumlah sel darah untuk perfusi ke perifer

3Catat adanya takikardi, penurunan tekanan darah, penurunan CRT dan diaphoresisMerupakan gejala awal kemungkinan terjadinya syok yang dapat memperburuk kondisi klien

4Monitor status cairan meliputi intake dan outputStatus cairan membantu dalam hidrasi tubuh yang adekuat

5Monitor hal-hal yang berhubungan dengan penghantaran oksigen ke jaringanEvaluasi awal dalam menentukan respon klien terhadap intervensi yang telah diberikan dan menentukan dalam penetapan intervensi selanjutnya

6Turunkan ekstremitas untuk meningkatkan sirkulasi arterialPosisi tubuh yang sejajar memperlancar jalannya sirkulasi darah karena kesejajaran dengan letak jantung

7Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk menjaga kekentalan darahDarah yang kental akibat hidrasi yang tidak adekuat memperlambat laju sirkulasi dan perfusi jaringan

8Pertahankan kepatenan akses IVMembantu dalam meningkatkan status cairan dan hidrasi

9Berikan penjelasan kepada klien untuk bed rest dan batasi aktivitasAktivitas yang banyak memerlukan O2 yang banyak sehingga dapat memperburuk kondisi klien karena ketidakmampuan tubuh dalam menyuplai O2 yang dibutuhkan

10Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium, mis : Hb/Ht dan GDAMengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respon terhadap terapi

11Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan sesuai indikasiMemaksimalkan transpor oksigen ke jaringan

Post Opa. Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut b/d agen cedera fisik Tujuan & Kriteria Hasil: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau terkontrol, dengan kriteria hasil :1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)2) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)3) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurangNOINTERVENSIRASIONAL

1Kaji skala nyeri dengan PQRSTNyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan factor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan

2Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperti : ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah, menangis/meringis, menarik diri, perubahan frekuensi jantung/pernapasan, tekanan darahMerupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami. Sakit kepala mungkin bersifat akut atau kronis. Jadi manifestasi fisiologis bisa muncul atau tidak

3Ajarkan teknik distraksi/pengalihan nyeriMengajarkan pasien pengendali nyeri dan/atau dapat mengubah mekanisme sensasi nyeri dan mengubah persepsi nyeri

4Anjurkan untuk beristirahat dalam ruangan yang tenangMenurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi nyeri

5Lakukan kompres dingin/es 24-48 jam pertama dan sesuai keperluanMenurunkan edema/pembentukan hematoma, menurunkan sensasi nyeri

6Berikan penjelasan kepada keluarga dan pasien jika nyeri tersebut muncul segera melaporkan kepada petugas kesehatanPengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat menurunkan beratnya serangan

7Kolaborasi dalam pemberian analgetikAnalgetik dapat memblok nyeri sehingga nyeri dapat berkurang

b. Diagnosa Keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis Tujuan & Kriteria Hasil: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan klien dapat mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat, dengan kriteria hasil :1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi5) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berartiNOINTERVENSIRASIONAL

1Kaji status nutrisi : Perubahan berat badan, Pengukuran antopometrik, Nilai laboratorium (elektrolit seru, BUN, kreatinin, protein,transferin, dan kadar besi)Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi

2Kaji pola diet nutrisi pasienPola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu

3Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisiMenyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet

4Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas dietMendorong peningkatan masukan diet

5Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi seperti : telur, produk susu, dan dagingProtein lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan penyembuhan

6Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium, diantara waktu makanMengurangi makanan dan protein yang dibatasi dan menyediakan kalori untuk energy, membagi protein untuk pertumbuhan dan pertumbuhan jaringan

7Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makanFaktor yang tidak menyenangkan yang berperan menimbulkan anoreksia dihilangkan.

8Timbang berat badan harianUntuk memantau status cairan dan nutrisi

9Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat

Masukan protein yang tidak adekuat dapat menyebabkan penurunan albumin dan protein lain, pembentukan edema, dan perlambatan penyembuhan

10Tingkatkan dan dorong Oral hygiene dengan sseringOral hygiene mengurangi kekeringan membrane mukosa mulut

11Anjurkan pasien makan sedikit tapi seringMencegah terjadinya muntah sehingga dapat membantu kenaikan berat badan

12Kolaborasi dengan ahli gizi tentang rencana dietMembantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual

c. Diagnosa Keperawatan : Resiko infeksi b/d prosedur invasifTujuan & Kriteria Hasil: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi, dengan kriteria hasil :1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi2) Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaanya3) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi4) Jumlah leukosit dalam batas normal5) Menunjukkan perilaku hidup sehatNOINTERVENSIRASIONAL

1Pantau tanda dan gejala infeksiEvaluasi awal, menentukan intervensi selanjutnya

2Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkanMembatasi pemajanan terhadap bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dapat dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respon imun sangat terganggu

3Pantau suhu. Catat adanya menggigil dan takikardi dengan atau tanpa demamAdanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi atau pengobatan

4Amati eritema/cairan lukaIndikator infeksi local

5Pertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur/perawatan lukaMenurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri

6Berikan perawatan kulit, perianal, oral dengan cermatMenurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi

7Dorong perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalamMeningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia

8Tingkatkan masukan cairan adekuatMembantu dalam pengenceran sekret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh (mis : pernapasan & ginjal)

9Berikan penjelasan kepada keluarga dan pasien agar mencuci tangan yang baik dan benarMencegah kontaminasi bakteri

10Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasiMembedakan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan

11Berikan antiseptik topikal, antibiotik sistemik Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi lokal

4. ImplementasiImplementasi diseuaikan dengan intervensi yang telah dibuat

5. Evaluasi No DxEVALUASI

Pre Op

1a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)b. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)c. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

2a. Menyatakan ketidaknyamanan hilangb. Menunjukkan perilaku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasic. Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadid. Perfusi jaringan baike. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang

3a. Klien meningkat dalam aktivitas fisikb. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitasc. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindahd. Mempertahankan posisi fungsional

4a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksib. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaanyac. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksid. Jumlah leukosit dalam batas normale. Menunjukkan perilaku hidup sehat

5a. Nadi dalam batas yang diharapkan (60-100 x/menit)b. Irama jantung dalam batas yang diharapkan c. Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg)d. Natrium dalam batas normal (135-153 mEq/L)e. Kalsium dalam batas normal (8,5-10,5 mEq/L)f. Kalium dalam batas normal (3,5-5,1 mEq/L) g. Klorida dalam batas normal (98-109 mEq/L)h. Magnesium dalam batas normal (1,5-2,5 mEq/L)i. PH dalam batas normal (5-8)

6a. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan (Systole : 110-120 mmHg; Diastole : 70-80 mmHg)b. Nadi perifer teraba kuatc. Warna kulit dalam batas normald. CRT 2 detik e. Temperatur ekstremitas hangat

Post Op

1a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)b. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)c. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

2a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badanc. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisid. Tidak ada tanda-tanda malnutrisie. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelanf. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

3a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksib. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaanyac. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksid. Jumlah leukosit dalam batas normale. Menunjukkan perilaku hidup sehat

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 1 dan 2. Jakarta : Media AesculapiusNurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : MedActionPrice, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Ed.6, volume 1&2. Jakarta : EGC Sjamsuhidajat R, Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta : EGC Suardi, NPEP & AA GN Asmara Jaya. 2012. Fraktur pada Tulang Maksila. Bagian Ilmu Bedah RSUP Sanglah : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana