Top Banner
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR FEMUR DAN FRAKTUR RADIUS A. Konsep Fraktur 1. Pengertian Fraktur Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas Jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa, dan dapat juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga (Mansjoer, 2000). Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price and Wilson, 2006). 2. Etiologi a) Fraktur Fisiologis Suatu kerusakan jaringan tulang yang diakibatkan dari kecelakaan, tenaga fisik, olahraga, dan trauma dapat disebabkan oleh: 1) Trauma langsung Yaitu pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan. yang paling lazim adalah karena kecelakaan sepeda motor. Fraktur ini disebabkan karena kekuatan yang berlebihan dan tiba-tiba, dapat berupa pemukulan, pemuntiran, penekukan maupun
42

LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

Dec 10, 2015

Download

Documents

dewiamura

LAPORAN PENDAHULUAN fraktur
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR FEMUR DAN FRAKTUR RADIUS

A. Konsep Fraktur

1. Pengertian Fraktur

Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas

Jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan

penyakit pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut

osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa, dan dapat juga disebabkan

karena kecelakaan yang tidak terduga (Mansjoer, 2000).

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga

fisik (Price and Wilson, 2006).

2. Etiologi

a) Fraktur Fisiologis

Suatu kerusakan jaringan tulang yang diakibatkan dari kecelakaan, tenaga

fisik, olahraga, dan trauma dapat disebabkan oleh:

1) Trauma langsung

Yaitu pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah

secara spontan. yang paling lazim adalah karena kecelakaan sepeda

motor. Fraktur ini disebabkan karena kekuatan yang berlebihan dan

tiba-tiba, dapat berupa pemukulan, pemuntiran, penekukan maupun

penarikan antara tendon dan ligament sehingga bisa berakibat tulang

terpisah. Trauma langsung menyebabkan patah tulang pada titik

terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka

dengan garis patah melintang atau miring. Benturan pada lengan

bawah, ex: fraktur tulang ulna dan radius.

2) Trauma tidak langsung

Yaitu pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya

jatuh. Trauma tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat

yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya

adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor

kekerasan. Jatuh tertumpu pada tangan, ex: fraktur klavikula.

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

3) Trauma akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan

dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekanan, kombinasi dari

ketiganya, dan penarikan (Oswari E, 2003).

b) Fraktur Patologis

Dalam hal ini kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit dimana

dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur ataupun akibat

kelemahan tulang akibat kelainan tulang. Dapat terjadi pada berbagai

keadaan berikut:

a. Tumor tulang

Terbagi menjadi jinak dan ganas

b. Infeksi seperti Osteomielitis

c. Scurvy (penyakit gusi berdarah)

d. Osteomalasia

e. Rakhitis

f. Osteoporosis

3. Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas

untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari

yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang

mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi

fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow,

dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena

kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.

Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang

mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang

ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel

darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan

tulang nantinya.

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

4. Pathway Fraktur

Trauma

Fraktur

Perubahan status kesehatan

Cedera sel Reaksi peradanganLuka terbukaDiskontuinitas fragmen tulang

Edema

Penekanan pada jaringan vaskuler

Penurunan aliran darah

Resiko disfungsi neurovaskuler

Port de’ entri kuman

Gg. Integritas kulit

Resiko Infeksi

Lepasnya lipid pada sum-sum

tulang

Terapi restrictif

Terabsorbsi masuk kealiran

darah

Emboli

Oklusi arteri paru

Nekrosis Jaringan paru

Luas permukaan paru menurun

Penurunan laju difusi

Gangguan pertukaran gas

Gg. Mobilitas fisik

Degranulasi sel mast

Pelepasan mediator

kimia

Nociceptor

Medulla spinali

Korteks serebri

Nyeri

Kurang informasi

Kurang pengetahunan

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

5. Klasifikasi Fraktur

Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi dan dibagi menjadi beberapa

kelompok, yaitu:

a) Berdasarkan sifat fraktur.

1). Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen

tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih

utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang

berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:

- Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cidera jaringan lunak

sekitarnya.

- Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan

subkutan.

- Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak

bagian dalam dan pembengkakan.

- Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata

dan ancaman sindroma kompartement.

2). Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara fragmen

tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

b) Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.

1). Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau

melalui kedua korteks tulang.

2). Fraktrur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang

seperti:

a) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan

kompresi tulang spongiosa di bawahnya.

b) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks

lainnya yang terjadi pada tulang panjang.

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

c) Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma.

1). Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan

merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

2). Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap

sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.

3). Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang

disebabkan trauma rotasi.

4). Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang

mendorong tulang ke arah permukaan lain.

5). Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi

otot pada insersinya pada tulang.

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

d) Berdasarkan jumlah garis patah.

1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling

berhubungan.

2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak

berhubungan.

3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada

tulang yang sama.

e) Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.

1). Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua

fragmen tidak bergeser dan periosteum nasih utuh.

2). Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga

disebut lokasi fragmen, terbagi atas:

a) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah

sumbu dan overlapping).

b) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).

c) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).

f) Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.

g) Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.

6. Tanda dan Gejala

Menurut Smeltzer (2002), manifestasi Klinis Fraktur adalah nyeri, hilangnya

fungsi deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitasi, pembekakan lokal dan

perubahan warna.

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

diimobilisasi spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai

alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung

bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap menjadi

seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada faktur lengan atau tungkai

menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa

diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada

integritas tulang tempat melekatnya otot.

3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena

kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering

saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm.

4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya fragmen satu dengan

lainnya (uji krepitus dapat kerusakan jaringan lunak yang lebih berat).

5. Pembekakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma

dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah

beberapa jam atau hari setelah cedera.

7. Komplikasi fraktur

1) Komplikasi awal

a) Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT

menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada

ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan

posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

b) Kompartement Syndrom

Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena

terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut.

Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan

pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan

pembebatan yang terlalu kuat.

c) Fat Embolism Syndrom

Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi

pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang

dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan

tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan

pernafasan, tachikardi, hypertensi, tachipnea, dan demam.

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

d) Infeksi

System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma

orthopaedic, infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini

biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena

penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

e) Avaskuler Nekrosis

Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau

terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan

adanya Volkman’s Ischemia.

f) Shock

Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya

permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini

biasanya terjadi pada fraktur.

2) Komplikasi dalam waktu lama

a) Delayed Union

Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan

waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena

penurunan supai darah ke tulang.

b) Nonunion

Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi

sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion

ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang

membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena

aliran darah yang kurang.

c) Malunion

Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya

tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan

dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

8. Penyembuhan Tulang

Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur

merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan

membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh

aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:

1) Pembentukan Hematoma

Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel

darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat

tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24-48 jam dan

perdarahan berhenti sama sekali.

2) Proliferasi Seluler

Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago

yang berasal dari periosteum, endosteum,dan bone marrow yang telah

mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam

lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi

proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang

menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama

8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.

3) Pembentukan Kallus

Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik,

bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast

mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang

tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat

pada permukaan endoteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur

(anyaman tulang) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur

berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.

4) Konsolidasi

Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah

menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan

osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat

dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen

dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu

beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.

5) Remodelling

Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa

bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan

pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletakkan

pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki

dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip

dengan normalnya.

9. Penatalaksanaan Fraktur

Penatalaksanaan medis menurut Chaeruddin Rosjad (2008), sebelum

menggambil keputusan untuk melakukan penatalaksanaan definitife. Prinsip

penatalaksanaan fraktur ada 4 R yaitu :

a) Recognition: diagnose dan penilaian fraktur

Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan

anamnesa, pemeriksaan klinis dan radiologi. Pada awal pengobatan perlu

diperhatikan: lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan tehnik yang sesuai

untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama pengobatan.

b) Reduction

Tujuannya untuk mengembalikan panjang dan kesegarisan tulang. Dapat dicapai

yang manipulasi tertutup/reduksi terbuka progresi. Reduksi tertutup terdiri dari

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

penggunaan traksimoval untuk menarik fraktur kemudian memanipulasi untuk

mengembalikan kesegarisan normal/dengan traksi mekanis.

- Reduksi terbuka diindikasikan jika reduksi tertutup gagal / tidak

memuaskan. Reduksi terbuka merupakan alat frusasi internal yang

digunakan itu mempertahankan dalam posisinya sampai penyembuhan

tulang solid seperti pen, kawat, skrup dan plat.

- Reduction interna fixation (ORIF) yaitu dengan pembedahan terbuka dan

mengimobilisasi fraktur yang berfungsi pembedahan untuk memasukkan

skrup/pen kedalam fraktur yang berfungsi untuk memfiksasi bagian-

bagian tulang yang fraktur secara bersamaan.

c) Retention

Imobilisasi fraktur tujuannnya mencegah fragmen dan mencegah pergerakan

yang dapat mengancam union. Untuk mempertahankan reduksi (ektremitas yang

mengalami fraktur) adalah dengan traksi.

Traksi merupakan salah satu pengobatan dengan cara menarik/tarikan pada

bagian tulang-tulang sebagai kekuatan dengan control dan tahanan beban

keduanya untuk menyokong tulang dengan tujuan mencegah reposisi deformitas,

mengurangi fraktur dan dislokasi, mempertahankan ligament tubuh/mengurangi

spasme otot, mengurangi nyeri, mempertahankan anatomi tubuh dan

mengimobilisasi area spesifik tubuh. Ada 2 pemasangan traksi adalah: skin

traksi dan skeletal traksi.

d) Rehabilitation

Rehabilitation : mengembalikan aktifitas fungsional seoptimal mungkin.

10. Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan Radiologi

Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”

menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi

keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP

atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan

(khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena

adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan

permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray:

- Bayangan jaringan lunak.

- Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik

atau juga rotasi.

- Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.

- Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.

Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:

1) Tomografi

Menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain tertutup yang

sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks

dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya.

2) Myelografi

Menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di ruang

tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.

3) Arthrografi

Menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.

4) Computed Tomografi-Scanning

Menggambarkan potongan secara transversal dari tulang dimana didapatkan

suatu struktur tulang yang rusak.

2) Pemeriksaan Laboratorium

1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan

tulang.

2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan

kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.

3) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5),

Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap

penyembuhan tulang.

3) Pemeriksaan lain-lain

1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan

mikroorganisme penyebab infeksi.

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan

pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.

3) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan

fraktur.

4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma

yang berlebihan.

5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada

tulang.

6) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

B. Fraktur Femur

1. Definisi

Fraktur Femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat

disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot , kondisi-kondisi tertentu seperti

degenerasi tulang/osteoporosis. Batang Femur dapat mengalami fraktur akibat

trauma langsung, puntiran, atau pukulan pada bagian depan yang berada dalam

posisi fleksi ketika kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2000).

2. Etiologi

Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Cedera traumatik

a) cedera langsung, berarti pukulan langsung pada tulang sehingga tulang patah

secara spontan

b) cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari benturan,

misalnya jatuh dengan tangan menjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.

c) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras dari otot yang kuat.

2) Fraktur patologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit, diman dengan trauma

minor dapat mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada keadaan :

a) Tumor tulang (jinak atau ganas)

b) Infeksi seperti osteomielitis

c) Rakhitis, suatu penyakti tulang yang disebabkan oleh devisiensi vitamin D

yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain.

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

3) Secara spontan, disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada

penyakit polio dan orang yang bertugas di kemiliteran.

3. Klasifikasi

Salah satu kiasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang

berhubungan dengan daerah yang patah. Jadi, dalam klasifikasi ini, dapat dibagi

menjadi :

- Tertutup

- Terbuka

4. Gambaran Klinis

Bagian paha yang patah lebih pendek dan lebih besar dibanding dengan normal serta

fragmen distal dalam posisi eksorotasi dan aduksi karena empat penyebab:

1) Tanpa stabilitas longitudinal femur, otot yang melekat pada fragmen atas dan

bawah berkontraksi dan paha memendek, yang menyebabkan bagian paha yang

patah membengkak.

2) Aduktor melekat pada fragmen distal dan abduktor pada fragmen atas. Fraktur

memisahkan dua kelompok otot tersebut, yang selanjutnya bekerja tanpa ada

aksi antagonis.

3) Beban berat kaki memutarkan fragmen distal ke rotasi eksterna.

4) Femur dikelilingi oleh otot yang mengalami laserasi oleh ujung tulang fraktur

yang tajam dan paha terisi dengan darah, sehingga terjadi pembengkakan

5. Komplikasi

1) Perdarahan, dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler. Hal ini dapat dikoreksi

dengan transfusi darah yang memadai.

2) Infeksi, terutama jika luka terkontaminasi dan debridemen tidak memadai.

3) Non-union, lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur, trauma

kecepatan tinggi dan fraktur dengan interposisi jaringan lunak di antara fragmen.

Fraktur yang tidak menyatu memerlukan bone grafting dan fiksasi interna.

4) Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor yang bekerja tanpa aksi

antagonis pada fragmen atas untuk abduktor dan fragmen distal untuk aduktor.

Deformitas varus diakibatkan oleh kombinasi gaya ini.

5) Trauma arteri dan saraf jarang, tetapi mungkin terjadi

6. Penatalaksanaan

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

1) Pertolongan Pertama

Perdarahan dari fraktur femur, terbuka atau tertutup, adalah antara 2

sampai 4 unit (1-2 liter). Jalur intravena perlu dipasang dari darah dikirim ke

laboratorium untuk pemeriksaan hemoglobin dan reaksi silang. Jika tidak terjadi

fraktur lainnya, kemungkinan transfusi dapat dihindari, tetapi bila timbul

trauma lainnya, 2 unit darah perlu diberikan segera setelah tersedia.

Fraktur terbuka biasanya terbuka dan dalam/luar dengan luka di sisi

lateral atau depan paha. Debridemen luka perlu dilakukan dengan cermat dalam

ruang operasi dan semua benda asing diangkat. Jika luka telah dibersihkan

secara menyeluruh.

2) Mobilisasi lutut

Mobilisasi sendi adalah suatu tehnik yang digunakan untuk menangani

disfungsi sendi seperti kekakuan, hipomobilitas sendi reversibel dan nyeri.

Mobilisasi merupakan gerakan pasif yang dilakukan oleh fisioterapis pada

kecepatan yang cukup lambat sehingga pasien dapat menghentikan gerakan.

Tehnik yang diaplikasikan dapat berupa gerakan osilasi, stakato, atau

penguluran secara kontinyu untuk meningkatkan mobilitas dan mengurangi

nyeri baik dengan gerakan fisiologis atau gerakan assesori. Gerakan fisiologis

didasari oleh gerak osteokinamatik seperti fleksi, ekstensi, dan rotasi.

Sedangkan gerakan assesori, didasari oleh gerak artrokinematik berupa traksi-

distraksi, translasi, roll slide, dan manipulasi.

3) Prinsip umum aplikasi mobilisasi sendi yang aman dan efektif :

a) Pasien harus relax agar pemberian mobilisasi pada sendi bida meximal atau

adekuat.

b) Pasien harus seimbang baik pada posisi duduk ataupun berbaring.

c) Terapis harus memegang atau menjaga kontak dengan pasien pada bagian

yang akan ditreatmen.

d) Satu bagian harus dipegang stabil atau difixasi saat bagian yang lain

dimobilisasi.

e) Jangan berikan tekanan pada bagian yang nyeri atau spasme, terlebih lagi

pada daerah yang terdapat nyeri regang.

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

f) Bila memungkinkam gunakan force minimum untuk mencapai peningkatan

gerak suatu sendi.

4) Mobilisasi roll slide fleksi-ekstensi

Roll adalah suatu gerakan dimana perubahan jarak titik permukaan sendi

lawan karakteristiknya adalah suatu tulang rolling terhadap yang lain,

sedangkan slide yaitu suatu gerakan dimana hanya ada satu titik yang selalu

berusaha pada permukaaan sendi lawan dan pada gerakan slide terjadi

peragangan pada serabut oblique dari kapsul sendi.

Mobilisasi roll slide fleksi-ekstensi pada sendi lutut merupakan salah

satu bentuk mobilisasi berupa gerak pasif pada sendi lutut yang diadaptasi dari

gerak fisiologis yang terjadi pada saat gerak fleksi dan ekstensi sesuai dengan

osteokinematik dari sendi lutut dan pada intra artikular terdapat unsur gerak

rotasi, translasi dan spin.

C. Fraktur Radius

1. Definisi

Fraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh dan tangan

menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal Bedah,

2002, hal. 2372).

2. Etiologi

Trauma yang menyebabkan fraktur di daerah pergelangan tangan biasanya

merupakan trauma langsung, yaitu jatuh pada permukaan tangan sebelah volar atau

dorsal. Jatuh pada permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi fragmen

fraktur sebelah distal ke arah dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan

bawah dan tangan bila dilihat dari samping menyerupai garpu. (Sjamsuhidayat & de

Jong, 2008).

3. Klasifikasi

Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada fraktur ekstensi dari radius.

Namun yang paling sering digunakan adalah sistem klasifikasi oleh Frykman.

Berdasarkan sistem ini maka fraktur Colles dibedakan menjadi 4 tipe berikut :

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

- Tipe IA : Fraktur radius ekstra artikuler

- Tipe IB : Fraktur radius dan ulna ekstra artikuler

- Tipe IIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal

- Tipe IIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal

- Tipe IIIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radioulnar

- Tipe IIIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radioulnar

- Tipe IVA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal dan sendi

radioulnar

- Tipe IVB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal dan

sendi radioulnar

4. Manifestasi Klinis

Kita dapat mengenali fraktur ini (seperti halnya Colles jauh sebelum radiografi

diciptakan) dengan sebutan deformitas garpu makan malam, dengan penonjolan

punggung pergelangan tangan dan depresi di depan. Pada pasien dengan sedikit

deformitas mungkin hanya terdapat nyeri tekan lokal dan nyeri bila pergelangan

tangan digerakkan. (Apley & Solomon, 2005) Selain itu juga didapatkan kekakuan,

gerakan yang bebas terbatas, dan pembengkakan di daerah yang terkena.

5. Penatalaksanaan

1) Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat dalam

slab gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah dan pergelangan tangan

dan dibalut kuat dalam posisinya.

2) Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan dipegang

dengan erat dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang

dengan ekstensi pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen; fragmen distal

kemudian didorong ke tempatnya dengan menekan kuat-kuat pada dorsum

sambil memanipulasi pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan

pronasi. Posisi kemudian diperiksa dengan sinar X. Kalau posisi memuaskan,

dipasang slab gips dorsal, membentang dari tepat di bawah siku sampai leher

metakarpal dan 2/3 keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini dipertahankan

pada posisinya dengan pembalut kain krep. Posisi deviasi ulnar yang ekstrim

harus dihindari; cukup 20 derajat saja pada tiap arah. Lengan tetap ditinggikan

selama satu atau dua hari lagi; latihan bahu dan jari segera dimulai setelah

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak, mengalami sianosis atau nyeri, harus

tidak ada keragu-raguan untuk membuka pembalut. Setelah 7-10 hari dilakukan

pengambilan sinar X yang baru; pergeseran ulang sering terjadi dan biasanya

diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya, sekalipun manipulasi berhasil,

pergeseran ulang sering terjadi lagi. Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan,

sekalipun tak ada bukti penyatuan secara radiologi, slab dapat dilepas dengan

aman dan diganti dengan pembalut kain krep sementara.

3) Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan dengan

gips; untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar, dengan pen proksimal

yang mentransfiksi radius dan pen distal, sebaiknya mentransfiksi dasar-dasar

metakarpal kedua dan sepertiga. (Apley & Solomon, 2005)

D. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk

itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga

dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses

keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:

a) Pengumpulan Data

Anamnesa :

1) Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,

status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.

register, tanggal MRS, diagnosa medis.

2) Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri

tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk

memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:

- Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi

faktor presipitasi nyeri.

- Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan

klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

- Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit

menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

- Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,

bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa

sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

- Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk

pada malam hari atau siang hari.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur,

yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien.

Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa

ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.

Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa

diketahui luka kecelakaan yang lain.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi

petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit

tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang menyebabkan

fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit

diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko terjadinya osteomyelitis akut

maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang.

5) Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan

salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes,

osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang

yang cenderung diturunkan secara genetic.

6) Riwayat Psikososial

Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan

peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya

dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam

masyarakat.

Page 20: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

Pola-Pola Fungsi Kesehatan :

1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

Pada kasus fraktur akan timbul ketidakadekutan akan terjadinya kecacatan

pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk

membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi

kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat

mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa

mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau

tidak.

2) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-

harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu

proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa

membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan

mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium

atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor

predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga

obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.

3) Pola Eliminasi

Untuk kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun

begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada

pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi,

kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada

kesulitan atau tidak.

4) Pola Tidur dan Istirahat

Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini

dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,

pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan

tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.

5) Pola Aktivitas

Page 21: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan

klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh

orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama

pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk

terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain.

6) Pola Hubungan dan Peran

Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena

klien harus menjalani rawat inap.

7) Pola Persepsi dan Konsep Diri

Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan

kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk

melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang

salah (gangguan body image).

8) Pola Sensori dan Kognitif

Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal

fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga pada

kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri

akibat fraktur.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan fraktur tulang, spasme otot, edema, kerusakan

jaringan lunak.

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan,

imobilisasi, kerusakan neuromuskuler.

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka, pemasangan

traksi (pen, kawat, skrup).

d. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik.

e. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer

(kerusakan kulit trauma, jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang).

f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d

kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif,

kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.

Page 22: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius
Page 23: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

3. Rencana Asuhan Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC1. Nyeri berhubungan dengan

fraktur tulang, spasme otot, edema, kerusakan jaringan lunak

Batasan karakteristik :- Laporan secara verbal atau

non verbal- Fakta dari observasi- Posisi antalgic untuk

menghindari nyeri- Gerakan melindungi- Tingkah laku berhati-hati- Muka topeng- Gangguan tidur (mata sayu,

tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)

- Terfokus pada diri sendiri- Fokus menyempit

(penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)

- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain

NOC :- Pain Level,- pain control,- comfort level

Kriteria Hasil :- Mampu mengontrol nyeri (tahu

penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

- Tanda vital dalam rentang normal

Pain Management1. Lakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

9. Kurangi faktor presipitasi nyeri10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri

Page 24: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)

- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)

- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)

- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)

Faktor yang berhubungan :Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)

(farmakologi, non farmakologi dan inter personal)

11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri15. Tingkatkan istirahat16. Kolaborasikan dengan dokter jika

ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler

Batasan karakteristik :- Postur tubuh yang tidak stabil

selama melakukan kegiatan rutin harian

- Keterbatasan kemampuan

NOC :- Joint Movement : Active- Mobility Level- Self care : ADLs- Transfer performance

Kriteria Hasil :- Klien meningkat dalam aktivitas

fisik

NIC :Exercise therapy : ambulation1. Monitoring vital sign

sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan

2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan

Page 25: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

untuk melakukan keterampilan motorik kasar

- Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik halus

- Tidak ada koordinasi atau pergerakan yang tersentak-sentak

- Keterbatasan ROM- Kesulitan berbalik (belok)- Pergerakan yang lambat

- Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

- Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah

- Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)

3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera

4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi

1. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi

2. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan

3. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.

4. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.

5. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, skrup).

Definisi : Perubahan pada epidermis dan dermis

Batasan karakteristik :

NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous MembranesKriteria Hasil :

- Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan

- Melaporkan adanya gangguan sensasi atau nyeri pada daerah kulit yang mengalami gangguan

- Menunjukkan pemahaman dalam

NIC : Pressure Management1. Anjurkan pasien untuk

menggunakan pakaian yang longgar2. Hindari kerutan padaa tempat tidur3. Jaga kebersihan kulit agar tetap

bersih dan kering4. Mobilisasi pasien (ubah posisi

pasien) setiap dua jam sekali5. Monitor kulit akan adanya

Page 26: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

- Gangguan pada bagian tubuh

- Kerusakan lapisan kulit (dermis)

- Gangguan permukaan kulit (epidermis)

proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang

- Mampumelindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

kemerahan6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil

pada derah yang tertekan7. Monitor aktivitas dan mobilisasi

pasien8. Monitor status nutrisi pasien9. Memandikan pasien dengan sabun

dan air hangat4. Defisit perawatan diri b/d

kelemahan fisik

Definisi :Gangguan kemampuan untuk melakukan ADL pada diri

Batasan karakteristik : ketidakmampuan untuk mandi, ketidakmampuan untuk berpakaian, ketidakmampuan untuk makan, ketidakmampuan untuk toileting

Faktor yang berhubungan : kelemahan, kerusakan kognitif atau perceptual, kerusakan neuromuskular/ otot-otot saraf

NOC :- Self care : Activity of Daily

Living (ADLs)Kriteria Hasil :

- Klien terbebas dari bau badan- Menyatakan kenyamanan

terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs

- Dapat melakukan ADLS dengan bantuan

Self Care assistane : ADLs1. Monitor kemempuan klien untuk

perawatan diri yang mandiri.2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-

alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.

3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.

4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.

5. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.

6. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk

Page 27: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

melakukannya.7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari

sesuai kemampuan.8. Pertimbangkan usia klien jika

mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit trauma, jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang).

NOC :- Immune Status- Knowledge : Infection control- Risk control

Kriteria Hasil :- Klien bebas dari tanda dan gejala

infeksi- Mendeskripsikan proses

penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,

- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

- Jumlah leukosit dalam batas normal

- Menunjukkan perilaku hidup sehat

Infection Control (Kontrol infeksi)1. Bersihkan lingkungan setelah

dipakai pasien lain2. Pertahankan teknik isolasi3. Batasi pengunjung bila perlu4. Instruksikan pada pengunjung untuk

mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan

6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan

7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

9. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum

10. Tingktkan intake nutrisi11. Berikan terapi antibiotik bila perlu

Page 28: LAPORAN PENDAHULUAN fraktur femur dan radius

DAFTAR PUSTAKA

Hardjowidjoto, S. (2003). Anatomi Fisiologi Traktus Urogenital. Surabaya,

Program Studi Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga /

RSUD. dr. Soetomo.

Long, B.C., (2006). Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses

Keperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Price, Sylvia A,. (2005). Konsep Klinis Proses-proses penyakit. Edisi 6, Volume 2.

Jakarta: EGC.

Smeltze. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. EGC: Jakarta.

Djoko Simbardjo. (2005). Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu 

Bedah. Bagian Bedah: FKUI.