LAPORAN PBL SISTEM ILMU KEDOTERAN KOMUNITASMODUL 1 - PENYAKIT
AKIBAT KERJA
KELOMPOK 4Ahmad Abqari(2012730115)Ilhami
Muttaqin(2012730133)Lidya Maratus S.(2012730136)M. Firsan
Ilyas(2012730137)Melisa Ramadhani(2012730139)Miranda Audina
I.(2012730140)Novia Ayu Larasati(2012730144)Putri Intan
N.(2012730147)Rani Meiliana S.(2012730148)Sabrina Putri
D.(2012730155)
Tutor : dr. H. Ahmad Muchlis, MS.
Program Studi Pendidikan DokterFakultas Kedokteran dan
KesehatanUniversitas Muhammadiyah Jakarta20151
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya pada kelompok kami, sehingga
dapat menyelesaikan laporan Problem Based Learning sistem
Kedokteran Komunitas modul 1 skenario 3 tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam tak lupa kami jungjungkan kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Amin ya robbal
alamin.Laporan ini kami buat untuk memenuhi tugas wajib yang
dilakukan sebelum diskusi pleno. Pembuatan laporan ini pun
bertujuan untuk meringkas semua materi yang ada di modul 1 skenario
3 yang berkaitan dengan Penyakit Akibat Kerja. Terima kasih kami
ucapkan pada tutor kami, dr. H. Ahmad Muchlis, MS., yang telah
membantu kami dalam kelancaran pembuatan laporan ini. Terimakasih
juga kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam mencari
informasi, mengumpulkan data dan menyelesaikan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami pada khususnya dan
bagi para pembaca pada umumnya.
Laporan kami masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangatlah kami
harapkan untuk menambahkan kesempurnaan laporan kami.
Jakarta, April 2015
Kelompok 4
BAB IPENDAHULUAN
I.1 Latar BelakangPenyakit akibat kerja (PAK) menurut Kepres RI
no. 22 tahun 1993 adalah penyakit yang ditimbulkan sebagai akibat
dari kecelakaan maupun pajanan ditempat kerja. Modul ini disiapkan
untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran yang mengambil mata kuliah
sistem kedokteran komunitas dan kedokteran kerja. TIU dan TIK dalam
modul ini dipersiapkan sesuai dengan konsep penanganan penyakit
akibat kerja secara menyeluruh, baik dari aspek pencegahan,
diagnosis dan penanganan kasus, kompensasi bagi kecelakaan serta
pengendalian faktor resiko yang ada ditempat kerja yang perlu
diketahui oleh para calon dokter yang menangani kesehatan kerja.
Modul ini diharapkan dapat membantu para mahasiswa dalam
menyelesaikan permasalahn penyakit akibat kerja dikalangan pekerja
dengan dibantu oleh para tutor dan para pakar, sebagai bagian dari
sistem kedokteran komunitas.
I.2 Tujuan Pembelajaran Tujuan Instruksional Umum (TIU)Setelah
selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat
melaksanakan : 1. Menegakkan Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
(PAK).2. Penanganan kasus Penyakit Akibat Kerja (PAK).3.
Mengembangkan program pencegahanan Penyakit Akibat Kerja (PAK).4.
Mengembangkan program pengendalian faktor risiko di tempat
kerja.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)Setelah selesai mempelajari
modul ini mahasiswa diharapkan dapat :1. Menegakkan diagnosis
Penyakit Akibat Kerja (PAK), melalui penerapan 7(tujuh) langkah
prinsip diagnosis Okupasi, diawali dari :a. Melakukan anamnesis
pada PAK.b. Melaksanakan pemeriksaan fisik.c. Menilai hasil
pemeriksaan Laboratorium rutin.d. Mengusulkan/menilai hasil
pemeriksaan Laboratorium khusus yang diperlukan.e.
Mengusulkan/menilai pemeriksaan penunjang (non-Laboratorium) yang
diperlukan.f. Melakukan analisa hubungan antara pekerjaan dengan
penyakit yang diderita.g. Menegakkan diagnosa PAK.h. Menetapkan
kategori Kesehatan dalam bekerja.i. Menentukan prognosa.
2. Penanganan kasus Penyakit akibat kerja (PAK).Melalui :a.
Program pengobatan terhadap penyakit yang ada melalui terapi
causal/simptomatis.b. Mengembangkan proses rujukan bilamana
diperlukan.c. Mengisolasi kasus PAK dari pajanan di tempat
kerja.
3. Mengembangkan program Pencegahan Penyakit akibat kerja (PAK),
melalui :Sebagaimana layaknya program disini dapat berupa
pencegahan primer, sekunder maupun tertier.a. Menetapkan prosedur
kerja yang aman.b. Mengembangkan upaya surveilans kesehatan kerja,
melalui upaya melaksanakan serta menetapkan parameter pemeriksaan
kesehatan pra-kerja, berkala dan khusus yang sesuai, serta
melaksanakan program Biological Monitoring untuk bahan kimia
berbahaya.c. Menetapkan kelayakan bekerja (fitness-to-work) dan
program kembali bekerja (return-to-work).d. Mengembangkan program
promosi kesehatan di tempat kerja.e. Memahami pentingnya program
pencatatan dan pelaporan.f. Memahami peraturan perundangan yang
melandasi praktek penanganan penyakit akibat kerja, mulai dari
pencegahan, pengobatan kasus sampai kepada program kompensasi.
4. Mengembangkan program pengendalian faktor risiko di tempat
kerja.a. Mengetahui faktor risiko yang ada di tempat kerja, melalui
Health Risk Assessment, untuk mengetahui permasalahan yang ada di
tempat kerja.b. Merencanakan Pengukuran Lingkungan Kerja.c.
Merencanakan program kontrol (teknik maupun administratif)d.
Menetapkan alat pelindung diri yang diperlukan.e. Menetapkan
prosedur kerja yang aman.f. Menetapkan standard aman dalam bekerja
dengan memahami Nilai Ambang Batas (NAB) sesuai standard yang
berlaku.
5. 7(tujuh) langkah prinsip penegakan Diagnosa Penyakit Akibat
Kerja. Langkah-1:Tetapkan diagnosa klinis. Langkah-2:Identifikasi
paparan potensi risiko bahaya. Langkah-3:Cari hubungan antara
langkah-2 dgn ggn kesehatan yg timbul. Langkah-4:Evaluasi dosis
pajanan (mis : NAB) Langkah-5:Cari pernanan faktor individu/kerja
dalam timbulnya PAK. Langkah-6:Cari peranan faktor diluar kerja
(non-occupational factors). Langkah-7:Tetapkan diagnosis PAK.
BAB II PERMASALAHAN
II.1 SkenarioKasus-III : Dermatitis Kontak Iritan.Seorang wanita
bernama Nn. J., 28 tahun, sebagai pembantu rumah tangga. Keluhan
utama : Sela-sela jari tangan dan kaki perih, agak gatal, merah
sejak 1 minggu yang lalu. Seminggu sebelum datang ke klinik, pasien
merasakan perih amat sangat pada sela-sela jari tangan dan kaki. 3
hari terakhir disertai rasa tebal pada kulit tangannya dan
luka-luka bekas garukan dan sela-sela jari kakinya lebih merah dari
biasanya. Sebelumnya hal ini sering dirasakan, tetapi sembuh
setelah diolesi salep. Namun untuk yang sekarang ia merasakan lebih
parah. Awalnya tangan dan kaki pasien merah kemudian dirasakan
seperti bersisik juga gatal-gatal. Seingatnya keluhan ini timbul
setiap kali ia mencuci dengan rinso saat ia mencuci baju. Majikan
tempat ia bekerja sering mencoba-coba merk sabun pencuci baju yang
baru. Pasien juga mengeluh tangan suka pegal-pegal dan kadang
kesemutan bila terlalu banyak cucian atau pekerjaan. Pernah juga di
coba untuk tidak mencuci atau mencuci tetapi dengan sabun merek
lain efeknya tidak timbul merah, perih dan gatal-gatal tersebut.
Sebelumnya pasien hanya bekerja mengasuh anak saja dan tidak pernah
sakit seperti ini. Riwayat pengobatan dengan dokter belum ada.
Riwayat alergi makanan tidak ada.
Sebelumnya tidak ada riwayat alergi, seperti misalnya menderita
asma dan tidak pernah mengalami gatal-gatal atau kemerahan di kaki
dan tangannya. Dalam keluarga juga tidak ada yang menderita
penyakit serupa. Riwayat pekerjaan sebelumnya adalah pengasuh anak
selama 3 tahun, kemudian tahun terakhir beralih menjadi PRT mencuci
pakaian.Uraian Tugasnya adalah sebagai berikut :Jam 04.30:Bangun
dan persiapan shalat shubuh.Jam 04.45: Persiapan kerja Jam 05.00:
Menyapu dan mengepel lantaiJam 06.00: Mengambil pakaian kotor
kemudian merendamnya dengan air biasa .Jam 07.00:Mulai mencuci
baju. Ia membuat campuran rinso dan air. Kemudian mengambil baju
yang sudah direndam dan diperas ke dalam air rinso satu per satu.
Karena majikannya tidak mempunyai mesin cuci maka ia harus mengucek
dan bila perlu menggilas/ menyikat baju-baju tersebut. Sesudah di
sikat, baju yang sudah dirinso dibilas dari ember yang satu ke
ember yang lain sebanyak 3 kali dengan air bersih. Ini juga harus
agak di kucek dan di peras. Cara memeras baju biasanya ia putar.
Setelah semua baju sudah di bilas lalu di jemur. Tidak semua baju
sudah di peras benar. Jadi kadang ia harus memeras lagi
mengibaskannya agar tidak terlalu kusut sebelum di jemur.Jam
08.00:Sarapan Jam 08.30:Lap-lap meja kursi yang berdebu.Jam 09.00:
Bantu-bantu membereskan rumah dan masak.Jam 15.00: Mengangkat
jemuran yang sudah kering untuk di setrika.Jam 16.00: Membagi
pakaian yang sudah rapi kedalam lemari anak-anak.Jam 17.00:
Menemani anak-anak menonton TV atau istirahatJam 19.00: Makan malam
dan membantu mencuci piring.Jam 22.00: Beristirahat.
Pemeriksaan fisik : Tekanan Darah 110/70 mmHg, nadi 76x/menit,
Frek. Nafas 16x/menit, suhu normal, berat badan 40 kg, tinggi badan
150 cm. Prayers test, Phalens test hasilnya negative. Refleks
fisiologis normal, refleks patologis negatif. Status lokalis:
jari-jari kedua tangan dan ujung telapak kaki tampak plak
kemerahan, batas tidak tegas, dengan skuama kasar barwarna putih di
atasnya dan pada telapak kaki terdapat fisura. Patch test
negatif.Diagnosis Kerja : Dermatitis kontak iritan akut dan Suspek
Carpal Tunnel Syndrom.Diff diagnosis: -Diagnosis Okupasi : L24.0 :
Irritant Contact Dermatitis due to detergent. G56.0 : Suspected
Carpal Tunnel Syndrome
II.2 Kata / Kalimat Sulit-II.3 Kata / Kalimat Kunci1. Identitas
: Nama: Nn. JUmur: 28 tahun Pekerjaan : Pembantu Rumah Tangga
(mencuci pakaian)Tanggal kunjungan : 15 April 2015
2. Riwayat Penyakit Tanggal : 15 April 2015
Riwayat penyakit sekarang : Sela-sela jari tangan dan kaki
perih, agak gatal, merah sejak 1 minggu yang lalu. Seminggu sebelum
datang ke klinik, pasien merasakan perih amat sangat pada sela-sela
jari tangan dan kaki. 3 hari terakhir disertai rasa tebal pada
kulit tangannya dan luka-luka bekas garukan dan sela-sela jari
kakinya lebih merah dari biasanya. Sebelumnya hal ini sering
dirasakan, tetapi sembuh setelah diolesi salep. Namun untuk yang
sekarang ia merasakan lebih parah. Awalnya tangan dan kaki pasien
merah kemudian dirasakan seperti bersisik juga gatal-gatal. Pasien
juga mengeluh tangan suka pegal-pegal dan kadang kesemutan bila
terlalu banyak cucian atau pekerjaan.
Riwayat penyakit dahulu :Tidak ada
Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada keluarga yang mempunyai
penyakit yang sama
3. Riwayat pekerjaan a. Jenis pekerjaan Jenis pekerjaan Alat dan
bahan yang digunakan Tempat kerja Lama kerja
Pembantu Rumah Tangga (Mencuci pakaian) Deterjen (Rinso), air,
papan sikat, sikat, ember, setrika, sapu, kain pelRumah majikan7
hari dalam seminggu 17 jam/ hari, selama 3,5 tahun (pengasuh anak),
6 bulan (PRT mencuci pakaian)
b. Uraian pekerjaan : Jam 04.30:Bangun dan persiapan shalat
shubuh.Jam 04.45: Persiapan kerja Jam 05.00: Menyapu dan mengepel
lantaiJam 06.00: Mengambil pakaian kotor kemudian merendamnya
dengan air biasa .Jam 07.00:Mulai mencuci baju. Ia membuat campuran
rinso dan air. Kemudian mengambil baju yang sudah direndam dan
diperas ke dalam air rinso satu per satu. Karena majikannya tidak
mempunyai mesin cuci maka ia harus mengucek dan bila perlu
menggilas/ menyikat baju-baju tersebut. Sesudah di sikat, baju yang
sudah dirinso dibilas dari ember yang satu ke ember yang lain
sebanyak 3 kali dengan air bersih. Ini juga harus agak di kucek dan
di peras. Cara memeras baju biasanya ia putar. Setelah semua baju
sudah di bilas lalu di jemur. Tidak semua baju sudah di peras
benar. Jadi kadang ia harus memeras lagi mengibaskannya agar tidak
terlalu kusut sebelum di jemur.Jam 08.00:Sarapan Jam 08.30:Lap-lap
meja kursi yang berdebu.Jam 09.00: Bantu-bantu membereskan rumah
dan masak.Jam 15.00: Mengangkat jemuran yang sudah kering untuk di
setrika.Jam 16.00: Membagi pakaian yang sudah rapi kedalam lemari
anak-anak.Jam 17.00: Menemani anak-anak menonton TV atau
istirahatJam 19.00: Makan malam dan membantu mencuci piring.Jam
22.00: Beristirahat.c. Bahaya potensi : 1. Uraian kegiatan :
Menyapu dan mengepel lantai Mengambil pakaian kotor kemudian
merendamnya dengan air biasa. Mulai mencuci baju. Ia membuat
campuran rinso dan air. Kemudian mengambil baju yang sudah direndam
dan diperas ke dalam air rinso satu per satu. Karena majikannya
tidak mempunyai mesin cuci maka ia harus mengucek dan bila perlu
menggilas/ menyikat baju-baju tersebut. Sesudah di sikat, baju yang
sudah dirinso dibilas dari ember yang satu ke ember yang lain
sebanyak 3 kali dengan air bersih. Ini juga harus agak di kucek dan
di peras. Cara memeras baju biasanya ia putar. Setelah semua baju
sudah di bilas lalu di jemur. Tidak semua baju sudah di peras
benar. Jadi kadang ia harus memeras lagi mengibaskannya agar tidak
terlalu kusut sebelum di jemur. Lap-lap meja kursi yang berdebu.
Bantu-bantu membereskan rumah dan masak. Mengangkat jemuran yang
sudah kering untuk di setrika. Membagi pakaian yang sudah rapi
kedalam lemari anak-anak.
2. Alat pelindung diri : -
3. Bahaya potensial : Fisik : suhu panas, debu saat menyapu,
percikan minyak, terpeleset jatuh karena lantai licin Kimia :
tangan memegang rinso / deterjen yang mengandung bahan kimia
(surfaktan seperti : Alkyl Benzene Sulfonate)Biologi : bakteri,
jamurErgonomi : membungkuk terlalu lama pada saat mengambil air,
gerakan repetitif mencuci pakaian dengan tangan, gerakan bilas baju
dari ember ke ember lainnya, memotong bahan makanan dengan cepat
untuk dimasakPsikososial : jam kerja yang lama / istirahat kurang,
kurangnya waktu untuk bersantai
4. Gangguan kesehatan yang mungkin timbul : kelelahan,
batuk-pilek, dermatitis kontak iritan (DKI), dermatitis kontak
alergi (DKA), TB, typhoid, sakit punggung, pegal-pegal, low back
pain, carpal tunnel syndrome.4. Pemeriksaan Pemeriksaan Fisik :a.
Keadaan umum : Compos Mentis b. Tanda vital : - Tekanan darah :
110/70 mmHg Nadi : 76 x/menit Frekuensi nafas : 16 x/menit Suhu
normalc. Keadaan gizi : - Berat badan: 40 kg Tinggi badan : 150 cm
BMI: 17,78 Kesan : Underwight
5. Pemeriksaan klinis Prayers test: (-) Phalens test: (-)
Refleks fisiologis normal Refleks patologis : (-) Status
lokalis:Jari-jari kedua tangan dan ujung telapak kai tampak plak
kemerahan, batas tidak tegas, dengan skuama kasar berwarna putih di
atasnya dan pada telapak kaki terdapat fisura. Patch test :
(-)Faktor Risiko Pekerjaan :
(E)nvironmentl-------------------Dari Lingkungan kerja :Faktor
kimiawi : bahan kimia dalam rinsoFaktor ergonomi : repetationDurasi
kerja : 05.00-22.00 (17 jam)Faktor biologis : kumpulan baju
kotor(M)aterial-------------------RinsoBerganti-ganti merk sabun
cuci(E)quipment-------------------Mencuci dengan tanganPapan
sikatSikat(P)ersonnel-------------------Nn.J, 28 th3,5 tahun :
Pengasuh anak1,5 tahun : PRTBB = 40 kgTB = 150 cmTekanan darah :
110/70 mmHgNadi : 76x/menitFrekuensi nafas : 16x/menit
II.4 Pertanyaan1. Jelaskan faktor risiko pekerjaan apa saja yg
dpt membahayakan Nn.J sebagai seorang tukang cuci baju!2. Sebutkan
& jelaskan APD (Alat Pelindung Diri) apa saja yang harus
digunakan oleh seorang tukang cuci baju!3. Sebutkan prosedur kerja
yg aman untuk seorang tukang cuci baju!4. Jelaskan bagaimana
pengendalian Penyakit Akibat Kerja pada skenario!5. Jelaskan nilai
ambang batas dari sabun cuci pakaian (deterjen)! 6. Sebutkan
Undang-Undang yang melindungi keselamatan pekerja sesuai dengan
skenario! 7. Jelaskan bagaimana dampak pekerjaan yang berulang dari
skenario!8. Jelaskan penatalaksanaan yang sesuai dengan kasus pada
skenario!9. Jelaskan penanganan kasus penyakit akibat kerja dalam
skenario!10. Jelaskan tujuh langkah prinsip penegakan Diagnosa
Penyakit Akibat Kerja sesuai dengan skenario!
BAB IIIPEMBAHASAN
1. Jelaskan faktor risiko pekerjaan apa saja yang dapat
membahayakan Nn.J sebagai pencuci baju!
Jawab :Bahaya (haxard) adalah suatu keadaan yang dapat
mengakibatkan cidera (injury) atau kerusakan (damage) baik manusia,
properti, dan lingkungan. Setiap kegiatan yang dilakukan tidak ada
satupun yang bebas dari risiko yang ditimbulkan dari bahaya,
demikian pula kegiatan yang dilakukan ibu rumah tangga
Analisa RisikoKemungkinan dan konsekuensi dari bahaya pekerjaan
yang dilakukan ibu rumah tanggaJenis BahayaRisikoKonsekuensi
Faktor Fisik :1. Suhu panas2. Debu saat menyapu3. Percikan
minyak4. Terpeleset jatuh karena lantai licin1. Biang keringat,
dehidrasi2. Bersin,3. Tangan melepuh1. Kelelahan2. Batuk, pilek,
hidung tersumbat3. Sakit paru-paru, batuk4. Iritasi
Faktor KimiaTangan memegang Rinso / deterjen yang mengandung
bahan kimia (surfaktan seperti : Alkyl Benzene Sulfonate)Tangan
mengkerut, nyeri, iritasi
Dermatitis Kontak Iritan, DKA
Faktor BiologisBakteriJamurInfeksi1. TB, typhoid, dsb.
Faktor Ergonomik1. Membungkuk terlalu lama pada saat mengambil
airGerakan repetitif mencuci pakaian dengan tanganGerakan bilas
baju dari ember ke ember lainnya2. Memotong sayur dan bakso dengan
cepat1. Kifosis
2. Luka1. Sakit punggung, pegal-pegal, low back pain, CTS
2. Tangan tergores dan berdarah
Faktor PsikososialJam kerja yang lama / istirahat
kurang,Kurangnya waktu untuk bersantaiStamina
StressKecapekan, pusing
Badan pegal-pegal
2. Sebutkan dan jelaskan APD (Alat Pelindung Diri) apa saja yang
harus digunakan pada seorang tukang cuci baju!
Jawab:Persyaratan umum penyediaan alat pelindung diri (personal
protective equipment PPE) tercantum dalam Personal Protective
Equipment at Work Regulations 1992. Akan tetapi, ada beberapa
ketentuan khusus, yang lebih utama selain ketentuan umum ini, yang
dicantumkan dalam aturan-aturan tentang bahaya tertentu, yaitu :The
control of lead at work regulations 2002The lonizing radiation
regulation 1999The control of asbestos at work regulations 2002The
noise at work regulations 1989The construstion (head protection)
regulations 1989
Aturan-aturan yang disebut belakangan tersebut dibahas secara
terpisah dibagian lain dan tidak tercakup dalam bab ini. Dalam
menyediakan perlindungan terhadap bahaya, prioritas pertama seorang
majikan adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan ketimbang
secara individu. Penggunaan PPE hanya dipandang perlu jika
metode-metode perlindungannyang lebih luas ternyata tidak praktis
dan tidak terjangkau.
Dengann seluruh jenis PPE yang tersedia, pemasok akan
menyarankan jenis yang paling sesuai untuk kebutuhan perlindungan
pekerja dan dapat menawarkan beberapa pilihan berdasarkan material,
desain, warna, dan sebagainya. Akan tetapi, ada beberapa prinsip
umum yang harus diikuti.
PPE yang efektif harus:- sesuai dengan bahaya yang dihadapi-
terbuat dari material yg akan tahan terhadap bahaya tersebut- cocok
bagi orang yg akan menggunakannya- tidak mengganggu kerja operator
yang sedang bertugas- memiliki konstruksi yang sangan kuat- tidak
mengganggu PPE lain yang sedang dipakai secara bersaman- tidak
meningkatkan resiko terhadap pemakainya
PPE harus :- disediakan secara gratis- diberikan satu per orang
atau jika tidak, harus dibersihkan setelah digunakan- hanya
digunakan sesuai peruntukannya- dijaga dlam kondisi baik-
diperbaiki atau diganti jika mengalami kerusakan- disimpan ditempar
yanf sesuai ketika tidak digunakan
Operator-operator yang menggunakan PPE harus memperoleh :-
informasi tentang bahaya yang dihadapi- instruksi tentang tindakan
pencegahan yang perlu diambil- pelatihan tentang penggunaan
peralatan dengan benar- konsultadi dan diizinkan memilih PPE yang
tergantung pada kecocokannya- pelatihan cara memelihara dan
menyimpan PPE dengan rapi- instruksi agar melporkan setiap
kecacatan atau kerusakan
Contoh-contoh perlindungan yang disediaan oleh beberapa jenis
PPEBagian TubuhBahaya PPE
MataDebu, partikel-partikel beterbangan radiasi, laser, bunga
api las debu Kaca mata pelindungPelindung wajah
Tangan Tepi-tepi dan ujung yang tajamZat kimia korosifSarung
tangan pelindung
Sarung tangan tahan bahan kimia
Kaki Terpeleset, benda tajam dilantai, benda jatuh, percikan
logam cairSepatu pengamanSelubung kaki (gaiter)
3. Sebutkan prosedur kerja yang aman untuk seorang tukang cuci
baju!
Jawab :Prosedur kerja yang aman untuk seorang tukang cuci baju
adalah sebagai berikut: Saat mengambil pakaian kotor gunakan
masker, dan sarung tangan Saat mencuci gunakan sarung tangan dan
sepatu boot atau sendal Mencuci pakain dengan duduk atau berdiri
dengan ember mencuci sejajar dengan tubuh tanpa membungkuk. Saat
ingin mengucek pakaian gunakan papan pencuci yang ditaruh sejajar
dengan tubuh agar tubuh tidak membungkuk atau memakai mesin cuci.
Saat memeras pakaian jangan memutar tangan atau gunakan mesin
pengering pakaian. Atau dapatgunakan mesin cuci yang langsung
kering. Buat tempat jemuran yang tidak terlalu tinggi dengan tubuh.
Setelah mencuci bilas kedua tangan dan kaki dengan air bersih
4. Jelaskan bagaimana pengendalian (PAK) Penyakit Akibat Kerja
pada skenario!
PENGENDALIAN PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA SKENARIO1. Eliminasi
Eliminasi faktor kimia penyebab dermatitis di tempat kerja dapat
dilakukan dengan cara : Tidak menggunakan bahan kimia penyebab
dermatitis kontak iritan (rinso)2. Substitusi Substitusi yang bisa
dilakukan : Mengganti rinso dengan deterjen lain Mengganti
peralatan mencuci Mengganti atau memindahkan pekerja yang memiliki
sensitivitas yang tinggi 3. Engineering control Memakai sarung
tangan dan sepatu boot saat mencuci untuk mengurangi pajanan
langsung dari bahan kimia yang terkandung dalam rinso Menyediakan
mesin cuci untuk mengurangi paparan langsung 4. Administratif
control Membatasi waktu kerja (istirahat) Mencuci tangan dan kaki
setelah selesai mencuci pakaian
5. Jelasan nilai ambang batas dari sabun cuci pakaian!
Jawab:Detergenadalahcampuranberbagai bahan, yang digunakan untuk
membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunanminyak
bumi. Dibanding dengansabun, detergen mempunyai keunggulan antara
lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh
oleh kesadahanair. Selain itu, Fardiaz (1992) menyatakan bahwa
detergen adalah bahan pembersih yang mengandung senyawa petrokimia
atau surfaktan sintetik lainnya.Tingkat keasaman (pH)
detergenkurang lebih berkisar antara10-12, sementara
pHyangdapatditoleransiolehkulit manusia adalah 6-9.Detergen dapat
mengakibatkan iritasi pada kulit manusia.Selainitu, air bekas
cucian(mengandung detergen)yang dibuang ke sungaidapat menyebabkan
pencemaran pada lingkungan perairan.
Pada umumnya, detergen mengandung bahan-bahan sebagai
berikut.1)SurfaktanSurfaktan(surface active agent) merupakan zat
aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil dan
hidrofob. Bahan aktif ini berfungsi menurunkantegangan permukaanair
sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan
bahan. Surfaktan yang paling umum digunakan adalah LAS(Linier
Alkylbenzene Sulfonate) yang salah satu contohnya adalah
dodesilbenzensulfonat dengan bentuk struktur yang akan terionisasi
di dalam air sehingga bagian ujungnya membentuk komponen bipolar
aktif.
Fardiaz (1992) menyatakan bahwa bahan pembentuk di dalam
detergen mempunyai peranan utama sebagai bahan yang mengikat
ion-ion di dalam air sadah seperti kalsium (Ca2+) atau magnesium
(Mg2+) dalam bentuk ion-ion larut yang besar. Dalam bentuk ini,
ion-ion metal tidak akan menghambat kerja dari surfaktan. Bahan
pembentuk juga mengalami reaksi hidrolisis dengan air pencuci yang
mengakibatkan air menjadi bersifat alkali. Sifat alkali tersebut
penting untuk menghilangkan kotoran secara efektif. Bahan pembentuk
yang umum digunakan adalah polifosfat, dan salah satu contohnya
natrium tripolifosfat, Na5P3O10.
Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:(1)
Anionik:Alkyl Benzene Sulfonate(ABS),Linier Alkylbenzene
Sulfonate(LAS),Alpha Olein Sulfonate(AOS)(2) Kationik: Garam
Ammonium(3) Non ionik:Nonyl phenol polyethoxyle(4) Amphoterik:Acyl
Ethylenediamines
2)Builder(bahan pembentuk)Builder(pembentuk) berfungsi
meningkatkan efisiensi pencucian oleh surfaktan dengan cara
menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air.(1)Fosfat:Sodium Tri
Poly Phosphate(STPP)(2)Asetat:Nitril Tri Acetate(NTA),Ethylene
Diamine Tetra Acetate(EDTA)(3)Silikat:Zeolit(4)Sitrat:Asam
Sitrat
3)Filler(bahan pengisi)Filler(pengisi) adalah bahan tambahan
detergen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci,
tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.
4) AditifAditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat
produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna
dst. Zat aditif tidak berhubungan langsung dengan daya cuci
detergen. Aditif ditambahkan hanya untuk tujuan komersialisasi
produk. Contoh:Enzim,Boraks,Sodium klorida, CMC(Carboxy Methyl
Cellulose).
Kriteria ekolabel : kategori produk deterjen : serbuk deterjen
pencuci sintetik rumah tanggaKriteria ini berlaku untuk serbuk
deterjen sintetik untuk rumah tangga, yang digunakan untuk mencuci
dengan tangan maupun mesin cuci, mencakup, persyaratan kriteria,
nilai ambang batas dan metode uji/ verifikasi, serta persyaratan
umum dan metode uji/ verifikasinya. Produk tidak boleh menggunakan
bahan yang dilarang termasuk bahan karsinogenik, genotoksik,
mutagenik, teratogenik dan toksik terhadap manusia dan lingkungan,
serta yang termasuk Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dilarang
dalam PP Nomor 74 Tahun 2001, serta bahan yang terdaftar sebagai
mutagen atau karsinogen pada manusia dan hewan menurut IARC dan
IFRA. Nilai pH larutan deterjen < 10,5 diukur dalam larutan
sesuai dosis pencucian yang direkomendasikan oleh produsen. Total
kandungan fosfat dalam deterjen (diukur sebagai STPP) < 18 gr
per 100 gr produk deterjen (18 % berat produk). Tiap surfaktan
harus dapat segera terbiodegradasi secara aerobik. Tingkat daya
biodegradasi adalah > 90% dicapai dalam 28 hari, dengan 70%
dicapai pada 10 hari pertama pengujian. Enzim yang digunakan tidak
boleh mengandung mikroorganisme. Produsen harus berkomitmen pada
ketentuan hukum pengelolaan lingkungan dan menerapkan Sistem
Manajemen Lingkungan dan Manajemen Mutu.
6. Sebutkan Undang-Undang yang melindungi keselamatan pekerja
sesuai dengan skenario!
Jawab:
Keselamatan dan Kesehatan KerjaResiko kecelakaan kerja bisa
terjadi kapan saja. Untuk itu, kesadaran mengenai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja menjadi sangat diperlukan. Resiko kecelakaan bisa
terjadi kapan saja dan dimana saja termasuk di lingkungan tempat
kerja seperti kasus pada skenario.
Berdasarkan Undang-undang Jaminan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja itu diperuntukkan bagi seluruh pekerja yang bekerja di segala
tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di
dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan
hukum Republik Indonesia. Jadi pada dasarnya, setiap pekerja di
Indonesia berhak atas jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.
Undang-undang ini memuat ancaman pidana kurungan paling lama 1
tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 15.000.000. (lima belas
juta rupiah) bagi yang tidak menjalankan ketentuan undang-undang
tersebut.
UU No. 1 Tahun 1970Setiap pekerja di Indonesia berhak atas
jaminan keselamatan dan kesehatan kerja. Direktur dan pekerja wajib
menjalankan UU keselamatan kerja dengan segala hak para perkerja
untuk mendapatkan jaminan keselamatan dalam bekerja.Yaitu dengan
mendapatkan tempat kerja yang memadai sesuai dengan jenis
pekerjaan, pencahayaan dan suhu yang sesuai, alat pelindung diri
yang memadai, dan lain-lain.
UU PAK & PAHKPeraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. PER 01/MEN/1981 Kewajiban Melaporkan PAK PAK : setiap penyakit
yang disebabkan oleh pekerjaan / lingkungan kerja Keadaan ini harus
dilaporkan paling lama 2 x 24 jam. PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
Pengurus perusahaan wajib: melakukan tindakan preventif agar
penyait akibat kerja tidak terulang menyediakan alat pelindung diri
untuk digunakan tenaga kerja Tenaga kerja Wajib : memberi
keterangan pada dokter memakai APD memenuhi syarat pencegahan PAK
meminta kepada pengurus agar melaksanakan syarat pencegahanTenaga
Kerja Berhak : menyatakan keberatan kerja bila pencegahan PAK
diragukan olehnya
Keppres RI No.22/1993 tentang penyakit yang timbul karena
hubungan kerja
Penyakityangtimbulkarenahubungankerjaadalahpenyakityangdisebabkanolehpekerjaanataulingkungankerja.
Terdapatjaminansepertikeckerja.
Hakjaminanpalinglama3tahunterhitungsejakhubungankerjatersebutberakhir.Perlindungan
dari majikanUntuk melindungi keselamatan para pekerja dan untuk
merealisasikan produktifitas optimal, skema kesehatan dan
keselamatan kerja harus disediakan (Pasal 87 ayat 1 UU
No.13/2003)Perlindungan gratisUntuk melindungi keselamatan pekerja
guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal, maka perusahaan
wajib menyediakan dan menyelenggarakan upaya dan skema keselamatan
dan kesehatan kerja (Pasal 86 ayat 2 UU No.13/2003).
7. Jelaskan bagaimana dampak pekerjaan yang berulang pada
skenario!
Dampak pekerjaan yang berulang pada skenario adalah sebagai
berikut:
DARI MENCUCI (DETERJEN)Dengan dampak berulang dari detergen
Deterjen yang menempel/kontak berulang-ulang pada telapak tangan
merusak sawar kulit, sehingga kulit menjadi rusak, kering dan lama
kelamaan pecah dan menimbulkan rasa nyeri saat kontak akibat
rusaknya sawar/barrier kulit maka kulit menjadi rentan terhadap
bahan-bahan lain yang menempel di kulit dan memperparah kerusakan
pada kulit. Kulit yang kering akan terasa gatal dan juga kaku
DARI GERAKAN MENCUCI PAKAIANPada orang-orang yang bekerja dengan
menggunakan tangan dan dengan gerakan tangan yang monoton berulang
akan memiliki resiko pengerasan dan degenerasi ligamen tersebut
lebih tinggi. Sehingga resiko terkena penyakit CTS akan menjadi
lebih tinggi pula. Gejala penyakit CTS biasanya berupa rasa nyeri,
tidak nyaman, kesemutan pada jari-jari tangan dan telapak serta
pergelangan tangan. Pada keadaan yang lebih lanjut dapat pula
disertai dengan rasa baal dan kelemahan pada jari-jari tangan
sehingga tidak dapat mengepalkan tangan dan menggenggam benda-benda
yang akan diambil. Semua gejala tersebut terbatas hanya pada tangan
saja dan tidak meliputi lengan atas ataupun lengan bawah. Bila
lengan atas dan lengan bawah mengalami rasa yang lain juga, maka
kemungkinan jepitan saraf terjadi di daerah lebih proksimal atau
daerah leher.
KURANG TIDUR DAN BANYAK KERJA : HAL INI DAPAT MENIMBULKAN
KELELAHAN KERJA Kelelahan merupakan akibat dari kebanyakan tugas
pekerjaan yang sama. Pada pekerjaan yang berulang, tanda pertama
kelelahan merupakan peningkatan dalam rata-rata panjang waktu yang
diambil untuk menyelesaikan suatu siklus aktivitas. Waktu
pendistribusian yang hati-hati sering menunjukkan kelambatan
performansi sebagaimana yang tampak dalam pendistribusian proporsi
yang lebih besar dari siklus lambat yang tidak normal maupun
istirahat yang kurang.
8. Jelaskan penatalaksanaan yang sesuai dari kasus pada
skenario!
Jawab :Dalam melakukan penanganan terhadap penyakit akibat
kerja, dapat dilakukan dua macam terapi, yaitu:1. Terapi
medikamentosa Yaitu terapi dengan obat-obatan :1. Terapi kausal
(pengobatan dengan cara meniadakan atau memusnahkan penyebab
penyakitnya)2. Terapi okupasia :1. Pindah ke bagian yang tidak
terpapar2. Lakukan cara kerja yang sesuai dengan kemampuan
fisik
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan yang
baik adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk
menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan tahap
penyakitnya dan perlindungan pada kulit.1) PencegahanMerupakan hal
yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kontak iritan.
Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat dilaksanakan misalnya
penggunaan sarung tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat
bergagang panjang, penggunaan deterjen yang cocok.2)
PengobatanPengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan topikal
dan sistemik.3) PengobatantopikalObat-obat topikal yang diberikan
sesuai dengan prinsip-prinsip umum pengobatan dermatitis yaitu bila
basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila kering berikan
terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah prosentase bahan
aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio, pasta,
krim atau linimentum (pasta pendingin), bila kronik berikan salep.
Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak,
bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep.
Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan.
Jenis-jenisnyaadalah : Kortikosteroid Radiasi ultraviolet
Siklosporin A Antibiotika dan antimikotika. Imunosupresif topikal.
Pengobatan sistemik. Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol
rasa gatal dan atau edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat
pada keadaan akut atau kronik. Jenis-jenisnya adalah :1)
Antihistamin2) Kortikosteroid3) Siklosporin4) Pentoksifilin
9. Jelaskan penanganan kasus penyakit akibat kerja dalam
skenario!
Jawab:Batasan Penyakit Akibat Kerja Adalah penyakit umum yang
berkaitan dengan pekerjaan atau akibat terpapar oleh lingkungan
kerjanya yang apabila terjadi pemaparan secara terus-menerus dan
melebihi jumlah waktu kontak atau melampaui nilai ambang batas
tertentu.
Standar kompetensi dokter dalam penanganan kasus PAK :1.
Simptomatis2. Isolasi pajanan3. Proses rujukan4. Surveilans
kesehatan kerja5. Biological monitoring6. Fitness for work7. Return
to work8. Promosi kesehatan kerjaSemua aspek penanganan tersebut
dijalankan secara sistematis agar tidak ada poin yang terlewat
sehingga penyakit akibat kerja dapat terulang kembali. Pada sektor
informal, penanganan kasus PAK mungkin masih belum mencapai hasil
serta prosedur yang komprehensif, tetapi dengan memandang atau
mempertimbangkan faktor pekerjaan pada pasien akan memudahkan
dokter untuk memutus rantai terjadinya PAK, sehingga pasien dapat
kembali produktif dan meningkatkan kualitas hidupnya. Penanganan
PAK bukan hanya dilakukan pada pekerja dengan penyakitnya saja,
tetapi juga mengajak orang yang memperkerjakannya untuk turut
mewujudkan lingkungan kerja yang aman, dan nyaman untuk para
pekerjanya.
10. Jelaskan tujuh langkah prinsip penegakan Diagnosa Penyakit
Akibat Kerja sesuai dengan skenario!
Jawab:7 (tujuh) langkah prinsip penegakan Diagnosa Penyakit
Akibat Kerja
Langkah 1 : Tetapkan Diagnosis Pada skenario kami didiagnosis
bahwa : Diagnosis Kerja : Dermatitis kontak iritan akut dan Suspek
Carpal Tunnel Syndrom.
Langkah 2 : Identifikasi paparan potensi risiko bahayaFaktor
Fisik : Lantai licin akibat air bekas cucian FaktorKimia :Tangan
memegang Rinso/detergen yang mengandung bahan kimia
(surfaktanseperti : Alkyl Benzene Sulfonate). Faktor biologis
:bakteri, jamur,dll. Faktor ergonomic : Membungkuk terlalu lama
padasaatmengambil air Gerakan repetitif mencuci pakaian dengan
tangan Gerakan bilas baju dari ember ke ember lainnyaFaktor
Psikososial :1.Jam kerja yang lama/ istirahat kurang.2. Kurangnya
waktu untuk bersantai
Langkah-3: Cari hubungan antara langkah ke-2 dengan gangguan
kesehatan yg timbul
Jenis BahayaRisikoKonsekuensi
Faktor Fisik :1. Suhu panas2. Debu saat menyapu3. Percikan
minyak4. Terpeleset jatuh karena lantai licin1. Biang keringat,
dehidrasi2. Bersin,3. Tangan melepuh1. Kelelahan2. Batuk, pilek,
hidung tersumbat3. Sakit paru-paru, batuk4. Iritasi
Faktor Kimia :Tangan memegang Rinso / deterjen yang mengandung
bahan kimia (surfaktan seperti : Alkyl Benzene Sulfonate)Tangan
mengkerut, nyeri, iritasiDermatitis Kontak Iritan, DKA
Faktor Biologis :BakteriJamurInfeksi1. TB, typhoid, dsb.
Faktor Ergonomik :1. Membungkuk terlalu lama pada saat mengambil
airGerakan repetitif mencuci pakaian dengan tanganGerakan bilas
baju dari ember ke ember lainnya2.Memotong sayur dan bakso dengan
cepat1. Kifosis
2. Luka1. Sakit punggung, pegal-pegal, low back pain, CTS
2. Tangan tergores dan berdarah
Faktor Psikososial :Jam kerja yang lama / istirahat
kurang,Kurangnya waktu untuk bersantaiStamina
StressKecapekan, pusing
Badan pegal-pegal
Langkah-4: Evaluasi dosis pajanan (mis : NAB) Nilai pH larutan
detergen < 10,5 diukur dalam larutan sesuai dosis pencucian yang
direkomendasikan oleh produsen. Total kandungan fosfat dalam
detergen (diukur sebagai STPP) < 18 gr per 100 gr produk
detergen (18% berat produk) tiap surfaktan harus dapat segera
terbiodegradasi secara aerobik., tingkat daya biodegradasi adalah
> 90% dicapai dalam 28 hari, dengan 70% dicapai pada 10 hari
pertama pengujian.
Langkah-5: Cari peranan faktor individu/kerja dalam timbulnya
PAK Faktor individu terhadap timbulnya PAK Dari segi etiologi pada
DKI. Pada orang dewasa, DKI sering terjadi akibat paparan terhadap
bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, detergen,
minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang
terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut,
konsentrasi, vehikulum, serta suhu bahan iritan tersebut, juga
dipengaruhi olehfaktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu lama
kontak, kekerapan (terus-menerus atau berselang), adanya oklusi
menyebabkan kulit lebih permeabel. Suhu dan kelembaban lingkungan
juga berperan (Fregert, 1998). Hal ini sesuai dengan skenario
dimana pasien sering melakukan kontak secara terus menerus dengan
detergen, serta adanya factor jenis kelamin (dimana insidensi
dermatitis kontak alergi lebih tinggi pada wanita).Langkah-6: Cari
peranan faktor diluar kerja (non-occupational factors)Pada skenario
tidak di jelaskan adanya faktor atau peranan dari luar jadi kami
tidak membahasnya
Langkah-7: Tetapkan diagnosis PAKSetelah dilakukan beberapa
pemeriksaan didapatkan hasil yaitu : Pemeriksaan fisik : Tekanan
Darah 110/70 mmHg, nadi 76x/menit, Frek. Nafas 16x/menit, suhu
normal, berat badan 40 kg, tinggi badan 150 cm. Prayers test,
Phalens test hasilnya negative. Refleks fisiologis normal, refleks
patologis negatif. Status lokalis: jari-jari kedua tangan dan ujung
telapak kaki tampak plak kemerahan, batas tidak tegas, dengan
skuama kasar barwarna putih di atasnya dan pada telapak kaki
terdapat fisura. Patch test negatif.Diagnosis Okupasi : L24.0 :
Irritant Contact Dermatitis due to detergent.G56.0 : Suspected
Carpal Tunnel Syndrome
BAB IIIPENUTUP
III.1 KesimpulanBerdasarkan diskusi yang telah kelompok jalani
seperti yang terpapar diatas maka kelompok kami menyimpulkan bahwa
pasien ini menderita Dermatitis Kontak Iritan, karena pekerjaannya
sebagai PRT dimana dia terkena kontak dengan detergen secara
berulang. Hal ini harus ditatalaksana tidak hanya dari segi medis
tetapi juga dari segi APDnya, dengan cara memberikan prosedur
pekerjaan (mencuci) dengan benar.
III.2 PenutupDemikianlah laporan ini kami susun. Semoga dengan
tersusunya laporan ini, pengetahuan atau wawasan menjadi semakin
luas. Dan kami berharap, laporan ini dapat berguna tidak hanya
untuk kami, tetapi juga untuk pembaca.Jika ada kesalahan dalam
penulisan pada laporan ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Segala kesalahan datangnya dari kami dan segala kesempurnaan hanya
milik Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Djojodibroto, R. Darmanto. 1999. Kesehatan Kerja Di Perusahaan.
Jakarta: Gramedia Pustaka UtamaNurmianto, Eko. 2003.Ergonomi Konsep
Dasar dan Aplikasinya.Edisi Pertama.Surabaya: Guna
Widya.Sutalaksana, Iftikar Z. 1979.Teknik Tata Cara Kerja.Bandung:
ITBPraya, Abi. 2008.Penyakit Akibat KerjaUndang-Undang Keselamatan
Kerjahttp://www.depkes.go.id/downloads/ Ergonomi.PDF,
2011http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/7600