Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2016 bukan merupakan suatu isu lagi namun lambat laun akan benar-benar kita rasakan adanya. MEA adalah suatu keadaan dimana halangan-halangan dalam perdagangan seperti pajak dan kuota jumlah barang dan jasa serta peraturan perizinan yang telah ditiadakan. Ini mendorong daya saing yang cukup tinggi bagi negara- negara ASEAN termasuk Indonesia. Kesiapan dalam menghadapi MEA 2016 sudah mulai digencarkan di Indonesia sejak tahun 2015. Hal ini untuk mendorong para pelaku usaha salah satunya usaha mikro kreatif seperti industri batik di Yogyakarta yang dikhawatirkan akan mengalami penurunan atau tergerus oleh barang-barang dari negara lain. Kesiapan yang dimaksud dimulai dari hal yang paling kecil tentang seberapa besar pemahaman para pelaku usaha batik di Yogyakarta tentang adanya MEA 2016. Alasan kami memilih batik di kawasan Yogyakarta dalam mini research ini karena selain batik Yogyakarta memiliki ciri khas sendiri yaitu 400 1
31

Laporan Mini Research

Jul 09, 2016

Download

Documents

egableph

ok
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Mini Research

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2016 bukan merupakan suatu isu lagi

namun lambat laun akan benar-benar kita rasakan adanya. MEA adalah suatu

keadaan dimana halangan-halangan dalam perdagangan seperti pajak dan

kuota jumlah barang dan jasa serta peraturan perizinan yang telah ditiadakan.

Ini mendorong daya saing yang cukup tinggi bagi negara-negara ASEAN

termasuk Indonesia.

Kesiapan dalam menghadapi MEA 2016 sudah mulai digencarkan di

Indonesia sejak tahun 2015. Hal ini untuk mendorong para pelaku usaha salah

satunya usaha mikro kreatif seperti industri batik di Yogyakarta yang

dikhawatirkan akan mengalami penurunan atau tergerus oleh barang-barang

dari negara lain. Kesiapan yang dimaksud dimulai dari hal yang paling kecil

tentang seberapa besar pemahaman para pelaku usaha batik di Yogyakarta

tentang adanya MEA 2016.

Alasan kami memilih batik di kawasan Yogyakarta dalam mini research

ini karena selain batik Yogyakarta memiliki ciri khas sendiri yaitu 400 motif

motif batik klasik dan modern (SH.Gatot Irawan), juga Yogyakarta sebagai

salah satu destinasi wisata yang menarik para wisatawan baik dalam maupun

luar negeri .

Di Yogyakarta, banyak sekali usaha mikro khususnya batik yang

dicanangkan oleh kementrian perdagangan RI bahwa industri kreatif termasuk

batik akan menjadi suatu potensi dalam MEA 2016 (Disampaikan Drs.Iman

Pambagyo,MA staf khusus menteri bidang dukungan kebijakan priorotas

perdagangan Kementerian Perdagangan RI dalam Seminar Nasional

Perekonomian Indonesia:Evaluasi Tahun 2015&2016 di Auditorium

KH.Abdul Kahar Mudakkir UII 2 Desember 2015), namun dalam hal ini

1

Page 2: Laporan Mini Research

belum diketahui bagaimana responsi dan juga kesigapan para pelaku industri

kreatif ini dalam MEA 2016.

Dari uraian diatas mini research ini menjadi menarik untuk dilakukan

karena untuk mengetahui responsi para pelaku bisnis batik Yogyakarta

terhadap adanya MEA serta menjadi jawaban bagaimana kesigapan para

pelaku bisnis batik Yogyakarta dalam MEA .

1.2 Rumusan Masalah

a. Seberapa jauh pengetahuan pelaku bisnis batik di Yogyakarta tentang

adanya MEA 2016?

b. Bagaimana strategi para pelaku bisnis batik dalam menghadapi MEA

2016?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman para pelaku bisnis batik di

Yogyakarta dalam MEA 2016

b. Untuk mengetahui strategi para pelaku bisnis batik dalam menghadapi

MEA 2016.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh penulis yaitu mendapat pengetahuan mengenai

pengaruh MEA pada usaha batik di Yogyakarta dan untuk menukur seberapa

jauh kesiapan para pelaku usaha batik dalam MEA 2016. Selain hal tersebut,

juga dapat menjadi landasan untuk memberikan saran kepada pemerintah

daerah dalam MEA 2016.

Dan bagi pelaku usaha batik dan pengerajin batik, penelitian ini dapat

menjadi sumber pengetahuan dan gambaran adanya MEA yang akan

berpengaruh terhadap usaha mereka.

2

Page 3: Laporan Mini Research

1.5 Telaah Pustaka

Ada beberapa penelitian terkait MEA, yaitu:

Pertama, Makalah berjudul MEA Sebagai Peluang Pembangunan

Ekonomi Indonesia yang ditulias Oleh EVI WAHYU WULANSARI.

Makalah ini berisi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 sudah semakin

dekat,segala persiapan sudah dilakukan oleh setiap negara di Asia Tenggara

termasuk Indonesia.Indonesia sendiri berambisi untuk menjadi pemenang

MEA ,karena pemerintah telah mempersiapkan diri  melalui pembentukan

ASEAN Economic Commitee yang melibatkan pemerintah dan dunia

usaha .Sekarang terdapat banyak perusahaan  mengevaluasi rantai  usaha

mereka.Mulai dari perubahan peran hingga lokasi sumber bahan baku dan

input produksi dan juga kemana mereka akan mencari basis produksi mereka.

UMKM memiliki kontribusi yang besar dalam perekonomian Indonesia

namun para UMKM belum menyadari itu.UMKM memiliki kontribusi

sebagai unit usaha sebesar 99,9% ,dalam penyerapan tenaga kerja sebesar

97,16% dan dalam PDB berkontribusi sebesar 59,08%.Sehingga UMKM

memiliki peran yang penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia

terlebih untuk menghadapi MEA 2015.

Kedua Makalah berjudul Mea Dalam Perekonomian Indonesia Oleh G.T.

Suroso makalah ini berisi Gambaran karakteristik utama MEA adalah pasar

tunggal dan basis produksi; kawasan ekonomi yang berdaya saing

tinggikawasan dengan pembangunan ekonomi yang adil dan kawasan yang

terintegrasi ke dalam ekonomi global.

Dari karakter dan dampak MEA tersebut di atas sebenarnya ada peluang

dari momentum MEA yang bisa diraih Indonesia. Dengan adanya MEA

diharapkan perekonomian Indonesia menjadi lebih baik. Salah satunya

pemasaran barang dan jasa dari Indonesia dapat memperluas jangkauan ke

negara ASEAN lainnya. Pangsa pasar yang ada di Indonesia adalah 250 juta

orang. Pada MEA, pangsa pasar ASEAN sejumlah 625 juta orang bisa disasar

oleh Indonesia.

3

Page 4: Laporan Mini Research

Dampak positif lainnya yaitu investor Indonesia dapat memperluas ruang

investasi nya tanpa ada batasan ruang antar negara anggota ASEAN.

Ketiga Karya Ilmiah ini berjudul Kesiapan Daya Saing dan Produktivitas

Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi

ASEAN(MEA) Oleh Fatimah yang berisi Indonesia saat ini memiliki

penduduk yang besar, sekitar 251 juta jiwa. Penduduk usia produktif (15-64

tahun) sekitar 44,98%. Proporsi penduduk usia produktif ini akan terus

meningkat sampai 2025. Secara demokrafis, besarnya proporsi penduduk usia

produktif tersebut, merupakan potensi bagi pembangunan .

Namun di Indonesia masih terjadi banyak masalah kependudukan dalam

hal kualitas sektor industri manufaktur (pengolahan) yang dianggap menjadi

sektor unggulan untuk mendorong daya saing nasional juga dalam kondisi

tidak optimal.Beberapa tahun terakhir, industri manufaktur cenderung berada

dalam posisi growth recession dan kontribusinya makin merosot terhadap

nasional.

Keempat Makalah ini berjudul Persiapan Indonesia dalam

Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015” Oleh Isticharoh yang berisi Masyarakat

Ekonomi ASEAN merupakan pasar bebas yang diberlakukan di wilayah Asia

Tenggara dan mulai diberlakukan Desember 2015.

Berdasarkan fakta peringkat daya saing Indonesia periode 2012-2013

berada diposisi 50 dari 144 negara, masih berada dibawah Singapura yang

diposisi kedua, Malaysia diposisi ke dua puluh lima, Brunei diposisi dua puluh

delapan, dan Thailand diposisi tiga  puluh delapan. Melihat kondisi seperti ini,

ada beberapa hal yang menjadi faktor rendahnya daya saing Indonesia

menurut kajian Kementerian Perindustrian RI yaitu kinerja logistik, tarif

pajak, suku bunga bank, serta produktivitas tenaga kerja.

Berdasarkan laporan pertumbuhan ekonomi yang dilansir oleh IMF pada

tahun 2012, terlihat bahwa pada 

10 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat stabil di kisaran 5,5

4

Page 5: Laporan Mini Research

persen ± 1 persen dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 6,11 persen. ( Salam :

Jurnal Filsafat dan Budaya Hukum – 253 ).

1.6 Kerangka Teoretik

MEA adalah bentuk kerjasama antar anggota negara-negara ASEAN yang

terdiri dari Brunei, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar,

Singapura, Thailand, dan Vietnam.Melalui MEA yang diawali tahun 2016 terjadi

pemberlakuan perdagangan bebas di kawasan ASEAN. Sebuah integrasi ekonomi

ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antar negara-negara ASEAN.

(Rikho Jansen : 2016)

Tujuan utama MEA 2015 yang ingin menghilangkan secara signifikan

hambatan-hambatan kegiatan ekonomi lintas kawasan tersebut,

diimplementasikan melalui 4 pilar utama, yaitu

1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional (single

market and production base) dengan elemen aliran bebas barang, jasa,

investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas

2. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi

(competitive economic region), dengan elemen peraturan kompetisi,

perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan

infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce;

3. ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata

(equitable economic development) dengan elemen pengembangan usaha

kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara

CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam); dan

4. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan

perekonomian global (integration into the global economy) dengan elemen

5

Page 6: Laporan Mini Research

pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan

meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.( Fatahudin Muh

Yusuf : 2016)

Bagi Indonesia, keberadaan MEA menjadi babak awal untuk

mengembangkan berbagai kualitas perekonomian di kawasan Asia Tenggara

dalam perkembangan pasar bebas di akhir 2015. MEA menjadi dua sisi mata uang

bagi Indonesia : satu sisi menjadi kesempatan yang baik untuk menunjukkan

kualitas dan kuantitas produk dan sumber daya manusia (SDM) Indonesia kepada

negara-negara lain dengan terbuka, tetapi pada sisi yang lain dapat menjadi

boomerang untuk Indonesia apabila Indonesia tidak dapat memanfaatkannya

dengan baik.

MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan

akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan

berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP

Indonesia.

Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung

masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan

ekonomi melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja,

pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan akses yang lebih mudah

kepada pasar dunia.

Dengan adanya perdagangan bebas, kita mampu meningkatkan ekspor akan

tetapi kita juga harus waspada akan resiko kompetisi (competition risk) yang

muncul dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah

banyak ke Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan

produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan

meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Indonesia sendiri.

Dari sisi investasi, Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang kurang

mengikat sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar

6

Page 7: Laporan Mini Research

terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing yang masuk ke

Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber daya alam melimpah

dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi

yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di Indonesia,

sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat untuk

menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang terkandung

Dari beberapa sumber online disebutkan bahwa hal yang bisa dilakukan oleh

pengusaha UKM untuk menghadapi persaingan usaha saat MEA seperti

memberikan prosedur Bea Cukai yang lebih sederhana. Adanya Sistem Self-

Certification, Harmonisasi Standar Produk, dan juga mengubah image bahwa

barang luar lebih bagus dari barang lokal. (Rikho Jansen: 2016)

1.7 Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan (filed research).

Penelitian lapangan adalah peneliti benar-benar melihat secara langsung

masalah yang diteliti tersebut. Jadi penelitian ini lebih menekankan pada

pengumpulan data yang bersifat kualitatif serta menggunakan analisis

kualitatif dalam pemaparan data, analisis data dan pengambilan

kesimpulan (ΧαζιέρΚλίνσμανν : n.d.). Penelitian lapangan ini

dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman para pemilik

usaha mikro batik di Yogyakarta dengan adanya MEA 2016.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu sanggar dalam Kampung

Taman Sari, Patehan, Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa

Yogyakarta dan Toko Miranda Batik yang berlokasi di Jl. Kadipaten Kidul

7

Page 8: Laporan Mini Research

No.20, Kadipaten, Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa

Yogyakarta, Indonesia.

3. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang ada saat ini

maupun lampau (Asri Nur Rahman : n.d.).

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data penelitian ini kami menggunakan beberapa

metode sebagai berikut:

1) Metode Wawancara (interview)

Metode wawancara yang sering juga disebut dengan

interview atau kuisioner lisan adalah sebuah proses Tanya jawab

atau dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer)

dengan pengrajin batik dan distributor batik untuk memperoleh

informasi dari terwawancara. (ΧαζιέρΚλίνσμανν : n.d.).

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dari

responden, sehingga dapat diketahui seberapa jauh para

pengusaha batik mengerti akan MEA 2016.

2) Metode Observasi

Metode observasi adalah suatu teknik pengumpulan data

yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data dengan

mengadakan pengamatan secara sistematik dari fenomena-

fenomena yang diselidikinya (ΧαζιέρΚλίνσμανν : n.d.).

Metode yang kami gunakan adalah metode observasi non

partispan metode ini kami gunakan untuk memperoleh data

8

Page 9: Laporan Mini Research

tentang usaha mikro batik di Yogyakarta terhadap MEA 2016,

sehingga dapat diketahui sejauh mana pemahaman para pemilik

usaha batik dalam era MEA 2016.

1.8 Sistematika Pembahasan

Penulisan mini research ini meliputi 4 bagian.

Bab I berisi pendahuluan meliputi latar belakang, rumusan masalah,

tujuan, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode

penelitian, sistematika pembahasan, dan daftar pustaka.

Bab II berisi Profil Pelaku Bisnis. Profil pembatik tradisional, profil

pengusaha distributor batik, struktur perusahaan distributor batik,

perkembangan perusahaan distributor batik, dan sejarah singkat sanggar batik.

Bab III berisi hasil penelitian. Pengetahuan pelaku bisnis tentang adanya

MEA, dan juga strategi pelaku bisnis batik dalam MEA.

Bab IV berisi penutup yang meliputi kesimpulan, dan saran.

Daftar pustaka, dan lampiran

9

Page 10: Laporan Mini Research

BAB II

GAMBARAN UMUM PENGUSAHA BATIK YOGYAKARTA

2.1. Profil Pebatik Tradisional dan Pengusaha ‘MIRANDA’ batik.

2.1.1. Profil pebatik tradisional

Purnomo Hadi, S.Pd., Pebatik Tradisional

Purnomo Hadi (45), seorang lelaki paruh baya asal Yogyakarta yang

sekarang ia tinggal di Cileban, Umbulharjo. Lulusan IKIP Sejarah Seni

Rupa yang sekarang ia mencari nafkah sebagai pengrajin batik tradisional.

Beliau juga mempuyai keerja sampingan sebagai tutor seni rupa di salah

satu universitas di Yogyakarta. Sebagai seniman batik handal, Purnomo

sangat jarang mengecewakan pelanggan. Batik buatan Purnomo

mempunyai motif yang unik karena dapat membuat orang terkesan dengan

karyanya. Itulah sosok Purnomo Hadi. Cinta batik sudah tertanam erat di

hatinya.

Sigit Reza, Pebatik Tradisional

Lain hal dengan Purnomo Hadi, Sigit Reza adalah seniman batik

yang hanya lulusan TK. Tetapi skill membatiknya luar biasa. Ia mulai

membatik dari umur 12 tahun dan hingga sekarang berumur 39 tahun dia

tetap setia pada seni batik. Ini adalah salah satu hal yang membuat kita

tak bias memandang sebelah mata kemampuan seorang Sigit Reza. Ia

telah banyak menghasilkan karya – karya yang mengesankan di mata

konsumennya. Tak dapat dipungkiri Sigit adalah salahsatu pebatik terbaik

di Yogyakarta.

10

Page 11: Laporan Mini Research

2.1.2. Profil pengusaha ‘MIRANDA’ batik

Muhammad Firdaus, Menejer ‘MIRANDA’ Batik

Muhammad Firdaus, adalah seorang Menejer perusahaan batik

‘MIRANDA’ lulusan S1 Ekonomi Menejemen di Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.diusia yang kini menginjak 32 tahun,

Firdaus telah mendapat pengalaman manis pahitnya yang telah ia lewati.

Setelah ia lulus dari universitas dengan gesitnya ia langsung

mencari lowongan kerja yang dimulai dengan bekerja sebagai bawahan

di daerah pelosok. Dua tahun ia bekerja serabutan, sampai akhir 2008

bapak dan ibu Firdaus yang memiliki usaha industry batik merekrutnya

untuk menjadi menejer di perusahaan batik keluarga. Sampai sekarang di

tahun 2016 kesuksesan perusahaan Batik Miranda semua makin menjadi

dengan produk – produk batik yang mempunyai beragam motif yang

unik, konsumen Batik Miranda ini pun semakin meluas. Bukan hanya

masyarakat Yogyakarta saja, tetapi hampir seluruh nusantara bahkan

sampai ke mancanegara. Ini juga disebabkan pemesanan yang mudah.

Pembeli pun bisa membeli batik ini dengan datang ke toko ‘MIRANDA’

Batik atau dapat melalui web www.mirandabatik.com.

2.2. Lokasi Usaha Batik.

a. Sanggar ‘KALPIKO’

Jika anda berada di kawasan Keraton Yogyakarta, ambillah jalan

kearah barat menuju pertigaan dekat Museum Kereta Kraton. Jalan lurus,

hingga bertemu pertigaan pertama setelah museum kreta kraton. Beloklah

ke kanan melewati jalan Rotowijayan hingga bertemu pertigaan kembali di

ujung jalan. Setelah sampai, beloklah ke kiri melewati Jl Ngasem. Jalanlah

terus hingga anda bertemu pasar Ngasem lama. Masukilah pasar tersebut.

11

Page 12: Laporan Mini Research

Kemudian, dari arah pasar, jalanlah lurus kearah selatan hingga

bertemu warung di pojok jalan belokan, beloklah ke kanan. Jalanlah terus

mengikuti jalan kampung hingga bertemu pertigaan kedua, beloklah ke

kiri. Jalanlah terus hingga bertemu sanggar di ujung jalan.

b. Perusahaan ‘MIRANDA’ batik

Jika anda berada di kawasan Keraton Yogyakarta, ambillah jalan

kearah barat menuju pertigaan dekat Museum Kereta Kraton. Jalan lurus,

hingga bertemu pertigaan pertama setelah museum kreta kraton. Beloklah

ke kanan melewati jalan Rotowijayan hingga bertemu pertigaan kembali di

ujung jalan. Setelah sampai, beloklah ke kiri melewati Jl Ngasem. Jalanlah

terus hingga anda bertemu pasar Ngasem lama, beloklah ke kiri melalui

jalan polowijan hingga bertemu gang universitas widya mataram.

Kemudian beloklah ke kiri. Perusahaan ‘MIRANDA’ batik terletak di

bagian kanan jalan.

2.3. Sejarah Singkat Sanggar Batik ‘KALPIKO’

Diawali tahun 1971, seorang anak yang bernama Purnomo Hadi memiliki

seorang ibu yang dia merupakan ibu rumah tangga.

Dahulu, hanya kalangan akademisi Keraton Yogyakarta dan pemuda –

pemudi yang memiliki kepiawaian membatik. Saat kawasan wisata Taman Sari

pada era tersebut mulai dikenal di kalangan wisatawan, warga Kampung

Taman Sari pun berpikir untuk memanfaatkan keramaian tersebut sebagai

sesuatu yang positif.

Kemudian para penduduk mulai belajar membatik atas inisiatif salah

seorang warga yang sedikit demi sedikit menjelma menjadi keerampilan yang

mampu digunakan sebagai alat untuk mencari makan dan keperluan sehari –

hari. Dan pada tahun 1960, ibu tersebut mendirikan sangar batik yang

diberinama ‘KALPIKO’ yang diambil dari bahasa sansekerta yang berarti

12

Page 13: Laporan Mini Research

cincin. Dan sampai saat ini sanggar tersebut masih terawatt dengan sangat baik

dan kepemilikannya diteruskan oleh anaknya, Purnomo Hadi.

2.4. Struktur Pengusaha ‘MIRANDA’ batik dan Pengelolaannya

Batik ‘MIRANDA’ merupakan usaha keluarga yang telah ada sejak tahun

1979 yang pada awalnya kendali usaha dipegang Ibu Zaenah Masyhur dan

Bapak Mardinal Kafain. Usaha ini dijalankan awalnya tanpa karyawan, jadi

pengelolaannya pun masih sangat sederhana dimana batik hanya dibawa

keliling dan untuk pemesanan pun masih dalam kapasitas yang sangat terbatas.

Kemudian pada tahun 2008 kendali bisnis ini diambil putra Ibu Zaenah

yang saat ini masih berusia 32 tahun yaitu Muhammad Firdaus yang

merupakan lulusan S1 Ekonomi Menejemen UMY dan sekarang membawahi

dua karyawan.

Dalam pengelolaannya, karyawan akan menerima pesanan dari pelanggan

dalam masalah desain batik dan pemesanan ke pengrajin masih dipegang oleh

Bapak Firdaus. Karyawan di ‘MIRANDA’ batik juga bertugas menunggu

gallery art Miranda Batik yang biasanya sangat ramai dikunjungi turis pada

waktu liburan.

2.5. Perkembangan Perusahaan ‘MIRANDA’ batik

Pendirian batik Miranda tidak lepas dari sejarah Ibu Zaenah Masyhur

selaku perintis. Berawal dari modal nol, Ibu Zaenah berkeinginan mengangkat

dirinya dari kehidupan keluarganya. Perjalanan usaha batik Miranda dimulai

tahun 1978 oleh suami Ibu Zaenah yang berjualan keliling kerajinan dan batik

dari Jogja ke Bali. Setahun berjalan, pada tahun 1979 Ibu Zaenah mempunyai

kontrakan di Jl Ngasem no 56. Mulai dari sinilah Ibu Zaenah mempunyai

pelanggan walaupun sedikit.

13

Page 14: Laporan Mini Research

Dengan berjalannya waktu usaha terus berkembang sampai pembeli

mancanegara di Jl Kadipaten Kidul no 20 sampai sekarang yang merupakan

gallery dan tempat tinggal. Tempat ini cukup strategis karena ada dalam

kecamatan Keraton Ngayogyakarta. Dengan keseriusan usaha Batik Miranda

berkembang dan memiliki cabang di Jl Tirtodipuran no 23. Cabang ini menjual

batik – batik, lukisan, dan cat minyak.

Pada tahun 2000, Batik Miranda terus melebarkan sayap khususnya

konsumen luar negeri dengan adanya e-mail [email protected]

sehingga pemesanan dari Eropa maupun Negara lainnya cukup bias

bertransaksi lewat e-mail.

Batik Miranda merupakan mitra binaan BUMN yang telah berjalan kurang

lebih 12 tahun. Dengan bantuan usaha kredit lunak, usaha ini lebih mudah

berkembang. Terlebih Pemda Yogyakarta juga membantu perkembangan usaha

melalui pameran baik dalam maupun luar negeri. Batik Miranda terus

mengembangkan bisnis melalui mutu dan kreativitas untuk tetap bias bersaing

terutama dalam MEA.

2.6. Pengaruh MEA Terhadap Omzet Penjualan Batik

Lima bulan semenjak diberlakukannya MEA pada tanggal 1 Januari 2016,

dimana pintu perdagangan bebas antar negara se Asean dibuka ternyata masih

banyak pengrajin maupun pedagang yang kurang memiliki pemahaman seputar

MEA 2016.

Dengan kurangnya pengetahuan tersebut menyebabkan kenaikan omzet

penjualan kain batik mereka kurang memuaskan atau sama saja. Padahal, jika

para pengrajin maupun pedagang jeli dalam mengamati peluang yang muncul

di pasar bebas, mereka dapat menarik lebih banyak pembeli dengan promo ke

berbagai media informasi salahsatunya internet.

14

Page 15: Laporan Mini Research

2.7. Kendala Pengusaha Batik dalam MEA 2016

Dalam MEA 2016, kendala yang dihadapi pengusaha dan pengrajin batik

relative sama yaitu keterbatasan modal dan juga harga batik dari China yang

selalu lebih murah daripada harga batik dalam negeri. Dengan kemudahan

perdagangan dalam MEA, pengrajin dan pengusaha batik takut konsumen

dikuasai batik luar negeri. Dalam hal ini para pengusaha dan pengrajin batik

sangat memerlukan pemerintah untuk mengembangkan usaha mereka. Selain

itu pengetahuan tentang Strategi hadapi MEA sangat penting untuk secara

intens disosialisasikan lewat seminar untuk kesiapan pengrajin dan pengusaha

batik.

15

Page 16: Laporan Mini Research

BAB III

HASIL PENELITIAN

3.1. Pengetahuan Pelaku Bisnis Batik Tentang MEA 2016

3.1.1. Pengetahuan Pengusaha Batik Tentang MEA

MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) ternyata sudah tidak asing bagi

para pengusaha termasuk pemilik ‘MIRANDA’ Batik. Menurutnya adanya

MEA telah cukup lama ia dengar dan sering menjadi topik ketika ada

seminar dari Pemda atau Desperindag. MEA membuat para pengusaha

cukup khawatir terutama untuk bersaing dengan Negara China.

Sejauh ini, para pengusaha batik hanya mengetahui MEA sekitar 75%

tanpa mengetahui esensi pengaruhnya terhadap usaha mereka. Para

pengusaha batik masih cukup santai menjalankan bisnis karena merasa isu

MEA belum terlalu berdampak pada usaha mereka. Terlebih lagi ketika

adanya seminar, menurut owner ‘MIRANDA’ Batik pembahasan tentang

MEA dan strateginya hanya berupa opini tanpa disertai bukti konkrei

pelaksanaannya.

Pengetahuan tentang MEA untuk para pelaku bisnis tidak boleh hanya

sekedar berhenti pada “Apa itu MEA” karena dampak MEA lambat laun

akan benar – benar menjadi ancaman bagi para pelaku bisnis batik,

termasuk perusahaan MIRANDA batik. Para pelaku bisnis batik telah

mengetahui bahwa MEA dapat menjadi kesempatan mereka untuk

melebarkan sayap pemasaran keluar negeri. Namun ancaman persaingan

belum terlalu mereka dapat perkirakan.

16

Page 17: Laporan Mini Research

3.1.2. Pengetahuan Pengrajin Batik Tentang MEA

Dari riset yang kami lakukan menurut Pak Purnomo, salahsatu

pengrajin di kampung Taman Sari masih sangat asing dengan istilah MEA.

Ini dapat menjadi gambaran bahwa para pengrajin sangat membutuhkan

sosialisasi menyangkut MEA, karena berpengaruh pada nantinya hasil

karya mereka dipasaran. Pengetahuan tentang MEA hanya mereka pernah

dengar lewat saluran TV tanpa mereka

3.2. Strategi Pelaku Bisnis Batik

3.2.1. Strategi Pengusaha Batik dalam Hadapi MEA

Semenjak tahun 2016, MEA mulai diberlakukan di kawasan ASEAN,

para pengusaha di Indonesia khususnya para penjual batik harus mampu

mengambil kesempatan tersebut untuk memperlebar sayap usaha mereka

jika tidak ingin batik buatan dalam negeri kalah terhadap batik luar negeri

seperti batik buatan China yang selain harganya lebih murah dan

terjangkau berbagai kalangan masyarakat, mereka cenderung tanggap

terhadap isu – isu yang mampu membuat China menjadi sentra industri

yang maju.

‘MIRANDA’ batik sendiri dalam menghadapi MEA dan untuk

menaikkan omzet mereka saat MEA mulai diberlakukan, adalah dengan

menjual batik yang berkualitas dan bukan kuantitas. Kemudian, barang

yang disediakan pun bervariasi mulai dari motif, model, aksesoris, dan

juga lukisan. Sehingga pelanggan ‘MIRANDA’ Batik tidak pernah bosan

untuk berbelanja batik di tempat tersebut. Bahkan sebelum barang –

barang dijual, dari perusahaan ‘MIRANDA’ Batik sendiri menyeleksi agar

tidak ada barang yang rusak atau cacat yang diterima pembeli. Kemudian

supaya tidak teringgal informasi mengenai MEA, owner ‘MIRANDA’

Batik juga mengikuti seminar dan pameran yang diadakan oleh Pemda dan

17

Page 18: Laporan Mini Research

Disperindag baik diluar maupun di dalam negeri yang diharapkan mampu

menambah pengalaman dan meningkatkan animo masyarakat terhadap

batik Indonesia khusunya batik Yogyakarta yang sering dipandang sebelah

mata karena harga batik itu sendiri.

3.2.2. Strategi Pengrajin Batik dalam Hadapi MEA

MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) dalam dunia perekonomian

sangat berpengaruh besar bagi pertumbuhan ekonomi di suatu kota

maupun Negara se ASEAN. Apalagi para produsen dalam berjuang untuk

menciptakan kreasi – kreasi baru dan inovasi baru agar barang yang dijual

tetap bisa bertahan di pasaran.

Strategi dari pebatik sendiri ialah para pengrajin di Yogyakarta harus

bergabung menjadi satu yang diibaratkan sapu lidi. Jika dikumpulkan

menjadi satu pasti akan lebih kuat dan tidak mudah goyah. Maka dari itu

perencanaan ini bukan hanya sekedar wacana. Pebatik juga mengatakan

untuk membuat suatu galeri yang bersifat internasional, disitulah para

pebatik bisa unjuk gigi untuk hasil daripada batiknya sendiri.

Mengenai model batik ini sendiri, pebatik pun juga menjelaskan

bahwa model tren batik itu setiap tahun mengalami perubahan atau sesuai

siklus daripada permintaan. Jadi tidak hanya teknik membatik yang

diperlukan tetapi juga model yang sedang tren yang diperhatikan. Karena

itu menyangkut permintaan yang berdampak pada kelangsungan suatu

perdagangan.

18

Page 19: Laporan Mini Research

Daftar Pustaka

Jansen, Rikho. 4 Januari 2016. 2016 MEA Dimulai, Pengertian Apa Itu MEA

Masih Banyak Masyarakat Indonesia Yang Tidak Mengerti.

http://news.hargatop.com/2016/01/04/2016-mea-dimulai-pengertian-apaitu

-mea-masih-banyak-masyarakat-indoensia-yang-tidakmengerti/4119821

.html. Diakses tanggal 12 April 2016.

ΧαζιέρΚλίνσμανν,n.d.,http://www.academia.edu/5512482/ContohHasilMini -

Research , halaman 9. Diakses pada tanggal 12 April 2016.

Riyanti,Kadek. Rabu 10 desember 2014. Batik Khas Yogyakarta, http://riyantini

- 2014.blogspot.co.id/2014/12/kali-ini-saya-akan-menulis-potensi.html. Di

- akses pada tanggal 14 April 2016.

Suroso , G.T. Kamis, 12 Februari 2015. MEA DALAM PEREKONOMIAN INDO -

NESIA, http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel

-keuangan-umum/20545 -masyarakat -ekonomi - asean - mea - dan

- perekonomian-indonesia. Diakses tanggal 15 April 2016.

Nur Rahman, Asri. n.d.. Halaman 1. https://www.academia.edu/6243408/Metode

penelitianadalahrangkaiandaricara. Diakses tanggal 16 April 2016.

Palevi,isti Airlangga. Minggu 17 mei 2015. Persiapan Indonesia dalam Masya -

rakat Ekonomi ASEAN 2015. http://istiairlangga.blogspot .co.id/2015/05/v-

behaviorurldefaultvmlo_17.html. Diakses tanggal 15 April 2016.

19

Page 20: Laporan Mini Research

STRATEGI PARA PELAKU BISNIS BATIK YOGYAKARTA

DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

(MEA) 2016

LAPORAN MINI RESEARCH

Dosen Pembimbing :

Ihab Habudin, S.H.I., M.H.I.

Disusun oleh :

Reynaldo Nur Adha (15313091)

Corry Fatma Rizkiyyah (15313103)

Tirta Wijaya Fajar (15313108)

Erdo Aditya May (15313112)

Reza Hudya Sakti (15313113)

Mira Shafira P (15313123)

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2016

20

Page 21: Laporan Mini Research

21