BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2016 bukan merupakan suatu isu lagi namun lambat laun akan benar-benar kita rasakan adanya. MEA adalah suatu keadaan dimana halangan-halangan dalam perdagangan seperti pajak dan kuota jumlah barang dan jasa serta peraturan perizinan yang telah ditiadakan. Ini mendorong daya saing yang cukup tinggi bagi negara- negara ASEAN termasuk Indonesia. Kesiapan dalam menghadapi MEA 2016 sudah mulai digencarkan di Indonesia sejak tahun 2015. Hal ini untuk mendorong para pelaku usaha salah satunya usaha mikro kreatif seperti industri batik di Yogyakarta yang dikhawatirkan akan mengalami penurunan atau tergerus oleh barang-barang dari negara lain. Kesiapan yang dimaksud dimulai dari hal yang paling kecil tentang seberapa besar pemahaman para pelaku usaha batik di Yogyakarta tentang adanya MEA 2016. Alasan kami memilih batik di kawasan Yogyakarta dalam mini research ini karena selain batik Yogyakarta memiliki ciri khas sendiri yaitu 400 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2016 bukan merupakan suatu isu lagi
namun lambat laun akan benar-benar kita rasakan adanya. MEA adalah suatu
keadaan dimana halangan-halangan dalam perdagangan seperti pajak dan
kuota jumlah barang dan jasa serta peraturan perizinan yang telah ditiadakan.
Ini mendorong daya saing yang cukup tinggi bagi negara-negara ASEAN
termasuk Indonesia.
Kesiapan dalam menghadapi MEA 2016 sudah mulai digencarkan di
Indonesia sejak tahun 2015. Hal ini untuk mendorong para pelaku usaha salah
satunya usaha mikro kreatif seperti industri batik di Yogyakarta yang
dikhawatirkan akan mengalami penurunan atau tergerus oleh barang-barang
dari negara lain. Kesiapan yang dimaksud dimulai dari hal yang paling kecil
tentang seberapa besar pemahaman para pelaku usaha batik di Yogyakarta
tentang adanya MEA 2016.
Alasan kami memilih batik di kawasan Yogyakarta dalam mini research
ini karena selain batik Yogyakarta memiliki ciri khas sendiri yaitu 400 motif
motif batik klasik dan modern (SH.Gatot Irawan), juga Yogyakarta sebagai
salah satu destinasi wisata yang menarik para wisatawan baik dalam maupun
luar negeri .
Di Yogyakarta, banyak sekali usaha mikro khususnya batik yang
dicanangkan oleh kementrian perdagangan RI bahwa industri kreatif termasuk
batik akan menjadi suatu potensi dalam MEA 2016 (Disampaikan Drs.Iman
Pambagyo,MA staf khusus menteri bidang dukungan kebijakan priorotas
perdagangan Kementerian Perdagangan RI dalam Seminar Nasional
Perekonomian Indonesia:Evaluasi Tahun 2015&2016 di Auditorium
KH.Abdul Kahar Mudakkir UII 2 Desember 2015), namun dalam hal ini
1
belum diketahui bagaimana responsi dan juga kesigapan para pelaku industri
kreatif ini dalam MEA 2016.
Dari uraian diatas mini research ini menjadi menarik untuk dilakukan
karena untuk mengetahui responsi para pelaku bisnis batik Yogyakarta
terhadap adanya MEA serta menjadi jawaban bagaimana kesigapan para
pelaku bisnis batik Yogyakarta dalam MEA .
1.2 Rumusan Masalah
a. Seberapa jauh pengetahuan pelaku bisnis batik di Yogyakarta tentang
adanya MEA 2016?
b. Bagaimana strategi para pelaku bisnis batik dalam menghadapi MEA
2016?
1.3 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman para pelaku bisnis batik di
Yogyakarta dalam MEA 2016
b. Untuk mengetahui strategi para pelaku bisnis batik dalam menghadapi
MEA 2016.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh penulis yaitu mendapat pengetahuan mengenai
pengaruh MEA pada usaha batik di Yogyakarta dan untuk menukur seberapa
jauh kesiapan para pelaku usaha batik dalam MEA 2016. Selain hal tersebut,
juga dapat menjadi landasan untuk memberikan saran kepada pemerintah
daerah dalam MEA 2016.
Dan bagi pelaku usaha batik dan pengerajin batik, penelitian ini dapat
menjadi sumber pengetahuan dan gambaran adanya MEA yang akan
berpengaruh terhadap usaha mereka.
2
1.5 Telaah Pustaka
Ada beberapa penelitian terkait MEA, yaitu:
Pertama, Makalah berjudul MEA Sebagai Peluang Pembangunan
Ekonomi Indonesia yang ditulias Oleh EVI WAHYU WULANSARI.
Makalah ini berisi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 sudah semakin
dekat,segala persiapan sudah dilakukan oleh setiap negara di Asia Tenggara
termasuk Indonesia.Indonesia sendiri berambisi untuk menjadi pemenang
MEA ,karena pemerintah telah mempersiapkan diri melalui pembentukan
ASEAN Economic Commitee yang melibatkan pemerintah dan dunia
usaha .Sekarang terdapat banyak perusahaan mengevaluasi rantai usaha
mereka.Mulai dari perubahan peran hingga lokasi sumber bahan baku dan
input produksi dan juga kemana mereka akan mencari basis produksi mereka.
UMKM memiliki kontribusi yang besar dalam perekonomian Indonesia
namun para UMKM belum menyadari itu.UMKM memiliki kontribusi
sebagai unit usaha sebesar 99,9% ,dalam penyerapan tenaga kerja sebesar
97,16% dan dalam PDB berkontribusi sebesar 59,08%.Sehingga UMKM
memiliki peran yang penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia
terlebih untuk menghadapi MEA 2015.
Kedua Makalah berjudul Mea Dalam Perekonomian Indonesia Oleh G.T.
Suroso makalah ini berisi Gambaran karakteristik utama MEA adalah pasar
tunggal dan basis produksi; kawasan ekonomi yang berdaya saing
tinggikawasan dengan pembangunan ekonomi yang adil dan kawasan yang
terintegrasi ke dalam ekonomi global.
Dari karakter dan dampak MEA tersebut di atas sebenarnya ada peluang
dari momentum MEA yang bisa diraih Indonesia. Dengan adanya MEA
diharapkan perekonomian Indonesia menjadi lebih baik. Salah satunya
pemasaran barang dan jasa dari Indonesia dapat memperluas jangkauan ke
negara ASEAN lainnya. Pangsa pasar yang ada di Indonesia adalah 250 juta
orang. Pada MEA, pangsa pasar ASEAN sejumlah 625 juta orang bisa disasar
oleh Indonesia.
3
Dampak positif lainnya yaitu investor Indonesia dapat memperluas ruang
investasi nya tanpa ada batasan ruang antar negara anggota ASEAN.
Ketiga Karya Ilmiah ini berjudul Kesiapan Daya Saing dan Produktivitas
Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN(MEA) Oleh Fatimah yang berisi Indonesia saat ini memiliki
penduduk yang besar, sekitar 251 juta jiwa. Penduduk usia produktif (15-64
tahun) sekitar 44,98%. Proporsi penduduk usia produktif ini akan terus
meningkat sampai 2025. Secara demokrafis, besarnya proporsi penduduk usia
produktif tersebut, merupakan potensi bagi pembangunan .
Namun di Indonesia masih terjadi banyak masalah kependudukan dalam
hal kualitas sektor industri manufaktur (pengolahan) yang dianggap menjadi
sektor unggulan untuk mendorong daya saing nasional juga dalam kondisi
tidak optimal.Beberapa tahun terakhir, industri manufaktur cenderung berada
dalam posisi growth recession dan kontribusinya makin merosot terhadap
nasional.
Keempat Makalah ini berjudul Persiapan Indonesia dalam
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015” Oleh Isticharoh yang berisi Masyarakat
Ekonomi ASEAN merupakan pasar bebas yang diberlakukan di wilayah Asia
Tenggara dan mulai diberlakukan Desember 2015.
Berdasarkan fakta peringkat daya saing Indonesia periode 2012-2013
berada diposisi 50 dari 144 negara, masih berada dibawah Singapura yang
diposisi kedua, Malaysia diposisi ke dua puluh lima, Brunei diposisi dua puluh
delapan, dan Thailand diposisi tiga puluh delapan. Melihat kondisi seperti ini,
ada beberapa hal yang menjadi faktor rendahnya daya saing Indonesia
menurut kajian Kementerian Perindustrian RI yaitu kinerja logistik, tarif
pajak, suku bunga bank, serta produktivitas tenaga kerja.
Berdasarkan laporan pertumbuhan ekonomi yang dilansir oleh IMF pada
tahun 2012, terlihat bahwa pada
10 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat stabil di kisaran 5,5
4
persen ± 1 persen dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 6,11 persen. ( Salam :
Jurnal Filsafat dan Budaya Hukum – 253 ).
1.6 Kerangka Teoretik
MEA adalah bentuk kerjasama antar anggota negara-negara ASEAN yang
terdiri dari Brunei, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar,
Singapura, Thailand, dan Vietnam.Melalui MEA yang diawali tahun 2016 terjadi
pemberlakuan perdagangan bebas di kawasan ASEAN. Sebuah integrasi ekonomi
ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antar negara-negara ASEAN.
(Rikho Jansen : 2016)
Tujuan utama MEA 2015 yang ingin menghilangkan secara signifikan
hambatan-hambatan kegiatan ekonomi lintas kawasan tersebut,
diimplementasikan melalui 4 pilar utama, yaitu
1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional (single
market and production base) dengan elemen aliran bebas barang, jasa,
investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas
2. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi
(competitive economic region), dengan elemen peraturan kompetisi,
perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan
infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce;
3. ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata
(equitable economic development) dengan elemen pengembangan usaha
kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara
CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam); dan
4. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan
perekonomian global (integration into the global economy) dengan elemen
5
pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan
meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.( Fatahudin Muh
Yusuf : 2016)
Bagi Indonesia, keberadaan MEA menjadi babak awal untuk
mengembangkan berbagai kualitas perekonomian di kawasan Asia Tenggara
dalam perkembangan pasar bebas di akhir 2015. MEA menjadi dua sisi mata uang
bagi Indonesia : satu sisi menjadi kesempatan yang baik untuk menunjukkan
kualitas dan kuantitas produk dan sumber daya manusia (SDM) Indonesia kepada
negara-negara lain dengan terbuka, tetapi pada sisi yang lain dapat menjadi
boomerang untuk Indonesia apabila Indonesia tidak dapat memanfaatkannya
dengan baik.
MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan
akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan
berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP
Indonesia.
Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung
masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan
ekonomi melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja,
pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan akses yang lebih mudah
kepada pasar dunia.
Dengan adanya perdagangan bebas, kita mampu meningkatkan ekspor akan
tetapi kita juga harus waspada akan resiko kompetisi (competition risk) yang
muncul dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah
banyak ke Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan
produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan
meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Indonesia sendiri.
Dari sisi investasi, Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang kurang
mengikat sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar
6
terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing yang masuk ke
Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber daya alam melimpah
dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi
yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di Indonesia,
sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat untuk
menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang terkandung
Dari beberapa sumber online disebutkan bahwa hal yang bisa dilakukan oleh
pengusaha UKM untuk menghadapi persaingan usaha saat MEA seperti
memberikan prosedur Bea Cukai yang lebih sederhana. Adanya Sistem Self-
Certification, Harmonisasi Standar Produk, dan juga mengubah image bahwa
barang luar lebih bagus dari barang lokal. (Rikho Jansen: 2016)
1.7 Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan (filed research).
Penelitian lapangan adalah peneliti benar-benar melihat secara langsung
masalah yang diteliti tersebut. Jadi penelitian ini lebih menekankan pada
pengumpulan data yang bersifat kualitatif serta menggunakan analisis
kualitatif dalam pemaparan data, analisis data dan pengambilan
kesimpulan (ΧαζιέρΚλίνσμανν : n.d.). Penelitian lapangan ini
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman para pemilik
usaha mikro batik di Yogyakarta dengan adanya MEA 2016.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu sanggar dalam Kampung
Taman Sari, Patehan, Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Toko Miranda Batik yang berlokasi di Jl. Kadipaten Kidul
7
No.20, Kadipaten, Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Indonesia.
3. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang ada saat ini
maupun lampau (Asri Nur Rahman : n.d.).
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data penelitian ini kami menggunakan beberapa
metode sebagai berikut:
1) Metode Wawancara (interview)
Metode wawancara yang sering juga disebut dengan
interview atau kuisioner lisan adalah sebuah proses Tanya jawab
atau dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer)
dengan pengrajin batik dan distributor batik untuk memperoleh
informasi dari terwawancara. (ΧαζιέρΚλίνσμανν : n.d.).
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dari
responden, sehingga dapat diketahui seberapa jauh para
pengusaha batik mengerti akan MEA 2016.
2) Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu teknik pengumpulan data
yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data dengan
mengadakan pengamatan secara sistematik dari fenomena-
fenomena yang diselidikinya (ΧαζιέρΚλίνσμανν : n.d.).
Metode yang kami gunakan adalah metode observasi non
partispan metode ini kami gunakan untuk memperoleh data
8
tentang usaha mikro batik di Yogyakarta terhadap MEA 2016,
sehingga dapat diketahui sejauh mana pemahaman para pemilik
usaha batik dalam era MEA 2016.
1.8 Sistematika Pembahasan
Penulisan mini research ini meliputi 4 bagian.
Bab I berisi pendahuluan meliputi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode
penelitian, sistematika pembahasan, dan daftar pustaka.
Bab II berisi Profil Pelaku Bisnis. Profil pembatik tradisional, profil
pengusaha distributor batik, struktur perusahaan distributor batik,
perkembangan perusahaan distributor batik, dan sejarah singkat sanggar batik.
Bab III berisi hasil penelitian. Pengetahuan pelaku bisnis tentang adanya
MEA, dan juga strategi pelaku bisnis batik dalam MEA.
Bab IV berisi penutup yang meliputi kesimpulan, dan saran.
Daftar pustaka, dan lampiran
9
BAB II
GAMBARAN UMUM PENGUSAHA BATIK YOGYAKARTA
2.1. Profil Pebatik Tradisional dan Pengusaha ‘MIRANDA’ batik.
2.1.1. Profil pebatik tradisional
Purnomo Hadi, S.Pd., Pebatik Tradisional
Purnomo Hadi (45), seorang lelaki paruh baya asal Yogyakarta yang
sekarang ia tinggal di Cileban, Umbulharjo. Lulusan IKIP Sejarah Seni
Rupa yang sekarang ia mencari nafkah sebagai pengrajin batik tradisional.
Beliau juga mempuyai keerja sampingan sebagai tutor seni rupa di salah
satu universitas di Yogyakarta. Sebagai seniman batik handal, Purnomo
sangat jarang mengecewakan pelanggan. Batik buatan Purnomo
mempunyai motif yang unik karena dapat membuat orang terkesan dengan
karyanya. Itulah sosok Purnomo Hadi. Cinta batik sudah tertanam erat di
hatinya.
Sigit Reza, Pebatik Tradisional
Lain hal dengan Purnomo Hadi, Sigit Reza adalah seniman batik
yang hanya lulusan TK. Tetapi skill membatiknya luar biasa. Ia mulai
membatik dari umur 12 tahun dan hingga sekarang berumur 39 tahun dia
tetap setia pada seni batik. Ini adalah salah satu hal yang membuat kita
tak bias memandang sebelah mata kemampuan seorang Sigit Reza. Ia
telah banyak menghasilkan karya – karya yang mengesankan di mata
konsumennya. Tak dapat dipungkiri Sigit adalah salahsatu pebatik terbaik
di Yogyakarta.
10
2.1.2. Profil pengusaha ‘MIRANDA’ batik
Muhammad Firdaus, Menejer ‘MIRANDA’ Batik
Muhammad Firdaus, adalah seorang Menejer perusahaan batik
‘MIRANDA’ lulusan S1 Ekonomi Menejemen di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.diusia yang kini menginjak 32 tahun,
Firdaus telah mendapat pengalaman manis pahitnya yang telah ia lewati.
Setelah ia lulus dari universitas dengan gesitnya ia langsung
mencari lowongan kerja yang dimulai dengan bekerja sebagai bawahan
di daerah pelosok. Dua tahun ia bekerja serabutan, sampai akhir 2008
bapak dan ibu Firdaus yang memiliki usaha industry batik merekrutnya
untuk menjadi menejer di perusahaan batik keluarga. Sampai sekarang di
tahun 2016 kesuksesan perusahaan Batik Miranda semua makin menjadi
dengan produk – produk batik yang mempunyai beragam motif yang
unik, konsumen Batik Miranda ini pun semakin meluas. Bukan hanya
masyarakat Yogyakarta saja, tetapi hampir seluruh nusantara bahkan
sampai ke mancanegara. Ini juga disebabkan pemesanan yang mudah.
Pembeli pun bisa membeli batik ini dengan datang ke toko ‘MIRANDA’
Batik atau dapat melalui web www.mirandabatik.com.
2.2. Lokasi Usaha Batik.
a. Sanggar ‘KALPIKO’
Jika anda berada di kawasan Keraton Yogyakarta, ambillah jalan
kearah barat menuju pertigaan dekat Museum Kereta Kraton. Jalan lurus,
hingga bertemu pertigaan pertama setelah museum kreta kraton. Beloklah
ke kanan melewati jalan Rotowijayan hingga bertemu pertigaan kembali di
ujung jalan. Setelah sampai, beloklah ke kiri melewati Jl Ngasem. Jalanlah
terus hingga anda bertemu pasar Ngasem lama. Masukilah pasar tersebut.
11
Kemudian, dari arah pasar, jalanlah lurus kearah selatan hingga
bertemu warung di pojok jalan belokan, beloklah ke kanan. Jalanlah terus
mengikuti jalan kampung hingga bertemu pertigaan kedua, beloklah ke
kiri. Jalanlah terus hingga bertemu sanggar di ujung jalan.
b. Perusahaan ‘MIRANDA’ batik
Jika anda berada di kawasan Keraton Yogyakarta, ambillah jalan
kearah barat menuju pertigaan dekat Museum Kereta Kraton. Jalan lurus,
hingga bertemu pertigaan pertama setelah museum kreta kraton. Beloklah
ke kanan melewati jalan Rotowijayan hingga bertemu pertigaan kembali di
ujung jalan. Setelah sampai, beloklah ke kiri melewati Jl Ngasem. Jalanlah
terus hingga anda bertemu pasar Ngasem lama, beloklah ke kiri melalui
jalan polowijan hingga bertemu gang universitas widya mataram.
Kemudian beloklah ke kiri. Perusahaan ‘MIRANDA’ batik terletak di
bagian kanan jalan.
2.3. Sejarah Singkat Sanggar Batik ‘KALPIKO’
Diawali tahun 1971, seorang anak yang bernama Purnomo Hadi memiliki
seorang ibu yang dia merupakan ibu rumah tangga.
Dahulu, hanya kalangan akademisi Keraton Yogyakarta dan pemuda –
pemudi yang memiliki kepiawaian membatik. Saat kawasan wisata Taman Sari
pada era tersebut mulai dikenal di kalangan wisatawan, warga Kampung
Taman Sari pun berpikir untuk memanfaatkan keramaian tersebut sebagai
sesuatu yang positif.
Kemudian para penduduk mulai belajar membatik atas inisiatif salah
seorang warga yang sedikit demi sedikit menjelma menjadi keerampilan yang
mampu digunakan sebagai alat untuk mencari makan dan keperluan sehari –
hari. Dan pada tahun 1960, ibu tersebut mendirikan sangar batik yang
diberinama ‘KALPIKO’ yang diambil dari bahasa sansekerta yang berarti
12
cincin. Dan sampai saat ini sanggar tersebut masih terawatt dengan sangat baik
dan kepemilikannya diteruskan oleh anaknya, Purnomo Hadi.
2.4. Struktur Pengusaha ‘MIRANDA’ batik dan Pengelolaannya
Batik ‘MIRANDA’ merupakan usaha keluarga yang telah ada sejak tahun
1979 yang pada awalnya kendali usaha dipegang Ibu Zaenah Masyhur dan
Bapak Mardinal Kafain. Usaha ini dijalankan awalnya tanpa karyawan, jadi
pengelolaannya pun masih sangat sederhana dimana batik hanya dibawa
keliling dan untuk pemesanan pun masih dalam kapasitas yang sangat terbatas.
Kemudian pada tahun 2008 kendali bisnis ini diambil putra Ibu Zaenah
yang saat ini masih berusia 32 tahun yaitu Muhammad Firdaus yang
merupakan lulusan S1 Ekonomi Menejemen UMY dan sekarang membawahi
dua karyawan.
Dalam pengelolaannya, karyawan akan menerima pesanan dari pelanggan
dalam masalah desain batik dan pemesanan ke pengrajin masih dipegang oleh
Bapak Firdaus. Karyawan di ‘MIRANDA’ batik juga bertugas menunggu
gallery art Miranda Batik yang biasanya sangat ramai dikunjungi turis pada
waktu liburan.
2.5. Perkembangan Perusahaan ‘MIRANDA’ batik
Pendirian batik Miranda tidak lepas dari sejarah Ibu Zaenah Masyhur
selaku perintis. Berawal dari modal nol, Ibu Zaenah berkeinginan mengangkat
dirinya dari kehidupan keluarganya. Perjalanan usaha batik Miranda dimulai
tahun 1978 oleh suami Ibu Zaenah yang berjualan keliling kerajinan dan batik
dari Jogja ke Bali. Setahun berjalan, pada tahun 1979 Ibu Zaenah mempunyai
kontrakan di Jl Ngasem no 56. Mulai dari sinilah Ibu Zaenah mempunyai
pelanggan walaupun sedikit.
13
Dengan berjalannya waktu usaha terus berkembang sampai pembeli
mancanegara di Jl Kadipaten Kidul no 20 sampai sekarang yang merupakan
gallery dan tempat tinggal. Tempat ini cukup strategis karena ada dalam
kecamatan Keraton Ngayogyakarta. Dengan keseriusan usaha Batik Miranda
berkembang dan memiliki cabang di Jl Tirtodipuran no 23. Cabang ini menjual
batik – batik, lukisan, dan cat minyak.
Pada tahun 2000, Batik Miranda terus melebarkan sayap khususnya