BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah anemia gizi zat besi. Prevalensi anemia di dunia sangat tinggi, terutama di negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia.1 Perkiraan prevalensi anemia secara global adalah sekitar 51%. Angka tersebut terus bertambah di tahun 1997 yang bergerak dari 13,4% di Thailand ke 85,5% di India.2 Tiga puluh enam persen (atau kira-kira 1400 juta orang) dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara sedang berkembang menderita anemia gizi, sedangkan prevalensi di negara maju hanya sekitar 8% (atau kira-kira 100 juta orang) dari perkiraan populasi 1200 juta orang.1 Menurut data Depkes RI, prevalensi anemia defisiensi besi pada remaja putri di Indonesia yaitu 28%.3 Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menyatakan bahwa prevalensi anemia 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat adalah anemia gizi zat besi. Prevalensi anemia di
dunia sangat tinggi, terutama di negara-negara sedang berkembang termasuk
Indonesia. Anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di
dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia.1 Perkiraan prevalensi anemia
secara global adalah sekitar 51%. Angka tersebut terus bertambah di tahun 1997
yang bergerak dari 13,4% di Thailand ke 85,5% di India.2
Tiga puluh enam persen (atau kira-kira 1400 juta orang) dari perkiraan
populasi 3800 juta orang di negara sedang berkembang menderita anemia gizi,
sedangkan prevalensi di negara maju hanya sekitar 8% (atau kira-kira 100 juta
orang) dari perkiraan populasi 1200 juta orang.1 Menurut data Depkes RI,
prevalensi anemia defisiensi besi pada remaja putri di Indonesia yaitu 28%.3
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menyatakan bahwa
prevalensi anemia defisiensi besi pada remaja putri usia 10-18 tahun yaitu
57,1%.4
Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Anggraeni terhadap beberapa remaja
putri di wilayah DKI Jakarta menunjukkan prevalensi anemia remaja putri cukup
tinggi yaitu sebesar 44,6% yang sebagian besar disebabkan oleh kurangnya
asupan zat besi dari makanan yang dikonsumsi.5 Anemia gizi disebabkan oleh
kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, yang dapat
disebabkan oleh kekurangan konsumsi atu karena gangguan absorpsi.6 Zat gizi
yang bersangkutan adalah besi, protein, piridoksin (vitamin B6) yang berperan
sebagai katalisator dalam sintesis heme didalam molekul hemoglobin, vitamin C
yang memengaruhi absorpsi dan pelepasan besi dari transferin ke dalam jaringan
tubuh, dan vitamin E yang memengaruhi membran sel darah merah.6
1
Akibat jangka panjang anemia defisiensi besi pada remaja putri adalah
apabila remaja putri nantinya hamil, maka ia tidak akan mampu memenuhi zat-zat
gizi bagi dirinya dan juga janin dalam kandungannya serta pada masa
kehamilannya anemia ini dapat meningkatkan frekuensi komplikasi, risiko
kematian maternal, angka prematuritas, BBLR, dan angka kematian perinatal.
Pencegah kejadian anemia defisiensi besi, pada remaja putri maka perlu dibekali
dengan pengetahuan tentang anemia defisiensi besi itu sendiri.7 Pengetahuan
yang baik merupakan salah satu faktor yang memengaruhi sikap dan perilaku
seseorang.1
Pengetahuan gizi berperan dalam memberikan cara memilih pangan dengan
baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang cukup.8 Tingkat pengetahuan
yang menentukan perilaku konsumsi pangan salah satunya didapat melalui jalur
pendidikan gizi yang umumnya dipandang lebih baik diberikan sedini mungkin
untuk menambah pengetahuan dan memperbaiki kebiasaan konsumsi pangan.9
Berdasarkan pemeriksaan secara acak pada siswa remaja MTS .... pada 10
siswa diperoleh bahwa terdapat 50 % siswa memiliki kadar hemoglobin di bawah
batas normal. Hal ini menarik minat untuk mengetahui mengapa hal ini bisa
terjadi. Peneliti membahas dari segi pengetahuan para siswa tentang anemia dan
perlu diketahui apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dan kadar
hemoglobin dalam darah.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat pengetahuan siswa kelas VII MTS ...... tentang anemia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui tingkat pengetahuan siswa MTS .... tentang anemia.
1.3.2 Tujuan khusus
2
Meningkatkan pengetahuan siswa tentang anemia serta bagaimana cara
penanganan awal pada anemia .
Meningkatkan pengetahuan siswa tentang tanda anemia pada remaja dan
bagaimana pencegahannya.
Meningkatkan kesadaran siswa untuk segera memeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan jika mengalami gejala anemia.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Siswa MTS ......
Siswa mendapatkan informasi tentang bagaimana cara deteksi dini anemia
pada remaja dengan baik dan benar.
Meningkatkan pengetahuan remaja tentang anemia dan bagaimana
penatalaksanaanya
1.4.2 Bagi Dokter Internsip
Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi verbal maupun non verbal
dokter internship di bidang promotif dan preventif kesehatan masyarakat.
Meningkatkan pengetahuan dokter internsip tentang usaha kesehatan
masyarakat.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGETAHUAN
Pengetahuan (knowledge) adalah pesan dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan (deliek),
takhayul (superfition) dan penerangan-penerangan yang keliru. Pengetahuan adalah
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh malalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,
2005).
Menurut Notoatmodjo (2005) pengetahuan mencakup didalamnya domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:
a. Tahu (Know)
Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari situasi atau kondisi sebenarnya.
4
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subyek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap
suatu materi atau objek. Penelitian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang
telah ada.
Menurut Nasution (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
dalam masyarakat yaitu :
a. Sosial ekonomi
Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang. Bila
ekonomi baik maka tingkat pendidikan akan tinggi dan pengetahuan akan tinggi
pula.
b. Kultur (budaya dan agama)
Budaya akan sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena
informasi-informasi yang didapat akan disaring terlebih dahulu apakah sesuai atau
tidak dengan budaya atau agama masyarakat tersebut.
c. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan mudah menerima hal baru dan
akan mudah menyesuaikan hal baru tersebut.
d. Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu. Pendidikan
yang tinggi maka pengalaman yang diperoleh juga akan lebih luas, sedangkan
semakin tua seseorang maka pengalaman akan semakin banyak.
5
2.2 SIKAP
Sikap merupakan respon atau reaksi evaluatif, respon ini muncul ketika
individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi balik dari
individu. Sikap dinyatakan timbul secara sadar oleh proses evaluasi dari individu
terhadap respon dalam nilai baik, buruk, positif, negatif, menyenangkan kemudian
menetapkan dan mengkristal sebagai dasar potensi untuk bereaksi. (Azwar, 2002)
Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup tidak dapat dilihat secara langsung
sehingga sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang tampak (Notoatmodjo,
2005).
Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas akan tetapi adalah merupakan
reaksi yang terbuka dan merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Suatu objek belum
otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk terwujud sikap menjadi suatu
perbuatan yang nyata, diperlukan suatu pendukung atau kondisi yang memungkinkan
antara lain fasilitas. Dalam interaksi sosial individu bereaksi membentuk pola sikap
tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai
faktor yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain
yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan faktor emosi dalam diri
individu.
Menurut Allport, 1954 (Azwar, 2005) sikap itu terdiri dari komponen pokok,
yaitu:
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek.
Artinya, bagaimana keyakinan. dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap
objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek.
Artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang
tersebut terhadap objek.
6
c. Kecenderungan untuk berindak (tend to behave).
Artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau
perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku
terbuka (tindakan).
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat
berdasarkan intensitasnya sebagai berikut:
a. Menerima (receiving).
Menerima diartikan bahwa seseorang atau objek mau menerima stimulus yang
diberikan (objek).
b. Menanggapi (respoding).
Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c. Menghargai (valuing).
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif
terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan
bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.
d. Bertanggung jawab (responsible).
Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawa terhadap apa yang
diyakininya dan dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang
mencemoohkan atau adanya risiko lain.
2.3 PERILAKU
Bloom 1974 menyimpulkan bahwa faktor perilaku mempunyai peranan yang
besar terhadap tingkat kesehatan setelah faktor lingkungan. Sedangkan faktor
pelayanan kesehatan pengaruhnya lebih kecil dari faktor perilaku (Warliana, 2001).
Perilaku adalah sesuatu yang kompleks merupakan resultan dari berbagai
macam aspek internal maupun eksternal, psikologis maupun fisik. Perilaku tidak
berdiri sendiri selalu berkaitan dengan faktor-faktor lain. Pengaruhnya terhadap status
kesehatan dapat langsung maupun tidak langsung.
7
Perilaku dibentuk dari tiga faktor yaitu :
a. Faktor-faktor predisposisi yaitu terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pendukung yaitu terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak
tersedianya atau sarana kesehatan lain.
c. Faktor-faktor pendorong yaitu terwujud dalam sikap dan perilaku.
Menurut Becker, 1979 (Warliana, 2001) perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Perilaku kesehatan (health behavior)
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk tindakan-tindakan untuk
mencegah penyakit, menjaga kesehatan diri, memilih makanan, sanitasi dan
sebagainya.
b. Perilaku sakit (illness behavior)
Adalah segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang individu yang
merasa sakit, termasuk juga kemampuan atau pengetahuannya untuk
mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit serta usaha mencegah penyakit
tersebut.
c. Perilaku peran sakit (sick role behavior)
Adalah segala tindakan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk
memperoleh kesembuhannya. Hal ini disamping berpengaruh terhadap
kesehatannya atau kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain
terutama kepada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung
jawab kesehatannya.
Sarwono (1997) motivasi seseorang timbul karena adanya suatu kebutuhan
atau keinginan yang harus dipenuhi. Faktor eksternal meliputi : 1) Lingkungan
keluarga; 2) lingkungan fisik, adalah lingkungan dimana seseorang itu tinggal
(misalnya di pedesaan atau perkotaan); 3) sosial budaya, didalam masyarakat untuk
mengatur perilaku individu dalam kelompok agar sesuai dengan nilai-nilai yang
berlaku.
8
2.4 REMAJA
Pengertian remaja menurut WHO pada Astri (2008), adalah kelompok
penduduk yang berusia antara 10-19 tahun yang mempunyai ciri-ciri sedang
mengalami transisi biologis (fisik), psikologis (jiwa), maupun sosial ekonomi (dalam
keluarga dan masyarakat). Pada tahun 1998, WHO mengkategorikan remaja menjadi
adolescence usia 10-19 tahun, youth usia 15-24 tahun, dan young people 10-24 tahun.
Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas
umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat
menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah
masa peralihan.
Pada umumnya masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu (Putri dan
Hadi dalam situs http://www.fpsi.unair.ac.id):
1. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun
a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal
pubertas. Cirinya:
Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
Anak mulai bersikap kritis
b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
Memperhatikan penampilan
Sikapnya tidak menentu/plin-plan
Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa
adolesen. Cirinya:
Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya
belum tercapai sepenuhnya
Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria
2. Periode Remaja Adolesene usia 19-21 tahun
Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
9
mulai menyadari akan realitas
sikapnya mulai jelas tentang hidup
mulai nampak bakat dan minatnya
2.5 ANEMIA
2.5.1 Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu keadaan kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah
yang terutama disebabkan oleh kekurangan zat gizi (khususnya zat besi) yang
diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut (Depkes, 1998 pada Hardinsyah dkk,
2007). Di Indonesia sebagian besar anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe)
sehingga disebut anemia kekurangan zat besi atau anemia gizi besi (Hardinsyah dkk,
2007).
Batasan prevalensi anemia yang menjadi masalah kesehatan masyarakat
menurut WHO (2007) dapat terlihat pada Tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1Ketentuan masalah kesehatan masyarakat
berdasarkan prevalensi anemiaMasalah Prevalensi anemia
BeratSedangRingan
Tidak bermasalah
>=40%20,0-39,9%5,0-19,9%
0-4,9%Sumber : http://whqlibdoc.who.int
Batasan frekuensi haemoglobin menurut Peters, dkk (2008) menyatakan bahwa
jika haemoglobin >14 gr/dl dinamakan Polycyhemic. Sedangkan WHO (1997)
menyatakan :
Tabel 2.2Ketentuan Frekuensi Haemoglobin berdasarkan batasan frekuensi
4. IDAI. (2008). Diare pada Anak. Diunduh dari: http://idai.go.id
5. Mulyadi, S. (2008). Pengetahuan, Diare, Sikap dan Perilaku Keluarga. Diunduh dari: http://sahabatpintarq.blogspot.com
6. Subijanto, Ranuh, Djupri, dan Soeparto. (2005). Managemen Diare pada Bayi dan Anak.pdf Divisi Gastroenterologi Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya.
Kepada saya telah diberikan penjelasan mengenai prosedur pengisian kuisioner mini proyek “Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Dalam Penanganan Awal Diare Pada Balita di Dusun Krajan Desa Mlilir” dan saya telah memahaminya. Maka dengan sadar saya menyatakan bersedia untuk mengisi kuisioner dari mini proyek ini.
Nganjuk, 12 Desember 2014
Yang memberi persetujuan,
(…………..……………………………)
29
LAMPIRAN 2
I. DATA RESPONDEN
No. Responden :Nama :Umur :Pendidikan : ( ) Tidak sekolah
Pekerjaan : ( ) Pedagang ( ) Buruh / Pembantu ( ) Ibu Rumah Tangga ( ) PNS ( ) Lainnya, sebutkan ……….
II. DATA PERILAKUA. PENGETAHUAN
1. Menurut ibu apa yang dimaksud diare?a. Mencret dan muntah berturut-turut (0)b. Buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari 3 kali dalam 1 hari (2)c. Keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal (1) 2. Menurut ibu apa yang dimaksud dengan kekurangan cairan (dehidrasi)?a. Gangguan dalam keseimbangan cairan atau air dalam tubuh (2)b. Banyaknya air yang keluar dari tubuh (1)c. Gangguan pencernaan yang menyebabkan kurangnya air dalam tubuh (0)
3. Menurut ibu kekurangan cairan (dehidrasi) disebabkan karena?a. Sedikitnya asupan makanan atau minuman yang diterima balita (1)b. Balita tidak mau minum dan menangis terus (0)c. Banyaknya cairan yang keluar saat mengalami diare (2)
30
4. Menurut ibu diare dapatditularkan melalui?a. Feces, udara, tangan dan makanan (2)b. Tidak mencuci tangan dan feces (1)c. Polusi udara, air yang tercemar dan pakaian yang kotor (0)
5. Menurut ibu untuk menentukan tingkat dehidrasi yang diderita anak dapat dilihat dari?
a. Berapa kali anak mengalami mencret dalam 1 hari (1)b. Penurunan berat badan anak (2)c. Sudah berapa lama anak mengalami diare (0)
6. Menurut ibu apa langkah pertama yang harus dilakukan pada anak yang mengalami dehidrasi akibat diare?
a. Membawa anak berobat segera ke pelayanan kesehatan / puskesmas (0)b. Memberikan oralit pada anak (2)c. Memberikan sup, air tajin, atau air kelapa pada anak (1)
7. Menurut ibu komplikasi apa yang sering dijumpai akibat diare pada anak?a. Kekurangan cairan dan gangguan gizi akibat kelaparan (2)b. Kehilangan berat badan (1)c. Rasa haus dan lapar yang sangat besar (0)
8. Menurut ibu ketika anak diare makanan apa saja yang harus dihindari?a. Minuman bersoda dengan pemanis buatan (2)b. Kentang, bakmi dan biscuit (0)c. Makanan mengandung lemak dalam jumlah tinggi dan sup (1)
9. Menurut ibu kapan waktu yang tepat membawa anak yang terserang diare ke dokter? Ketika :
a. Buang air besar cair lebih sering dan tidak membaik dalam 3 hari (2)b. Panas tinggi, muntah dan mengalami keringat dingin (1)c. Tinja keras dan anak muntah berulang-ulang dalam jumlah banyak (0)
10. Menurut ibu langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah diare pada anak?
a. Memasak sayuran sampai lembek dan mencuci tangan sehabis makan (0)b. Membersihkan bak mandi 3 kali sehari dan mencuci botol susu (1)c. Membuang tinja dengan benar dan menggunakan air bersih (2)
31
B. SIKAP
NO. PERTANYAAN SETUJU RAGU-RAGU
TIDAK SETUJU
1. Diare dapat menyebabkan anak kekurangan cairan
2 1 0
2. Setelah anak selesai bermain sebaiknya mencuci tangan anak dengan sabun
2 1 0
3. Anak dapat terserang diare karena diberikan susu formula dengan dot yang tidak bersih
2 1 0
4. Pengobatan diare memerlukan biaya yang besar
0 1 2
5. Penanganan diare pada anak cukup dengan memberikan cairan oralit sesuai tingkat diare yang diderita anak
0 1 2
6. Bila makanan disimpan lebih dari 6 jam kuman tidak dapat berkembang biak pada makanan tesebut
0 1 2
7. Pemberian susu formula sebaiknya dihentikan ketika anak mengalami dehidrasi
0 1 2
8. Mencuci tangan sebelum member makan dan sesudah buang air besar merupakan langkah mencegah diare pada anak
2 1 0
9. Ibu akan segera memberikan larutan oralit saat anak balitanya buang air besar terus menerus yang disertai mual muntah
2 1 0
32
10 Ibu akan tetap menggunakan larutan oralit yang sudah dibuat lebih dari 24 jam
0 1 2
11. Ibu dapat menghentikan pemberian cairan oralit ketika balita tidak buang air besar terus menerus dalam bentuk cair
2 1 0
12. Ibu dapat memberikan air tajin, air kelapa atau larutan gula garam untuk mencegah dehidrasi jika oralit tidak tersedia dirumah
2 1 0
C. TINDAKAN / PERILAKU
NO. PERTANYAAN YA TIDAK
1. Apakah ketika anak ibu buang air besar tidak seperti biasanya ibu akan langsung membawanya ke dokter atau pelayanan kesehatan?
0 1
2. Apakah ibu tetap memberikasn susu formula ketika anak mengalami kekurangan cairan akibat diare?
1 0
3. Ketika anak mengalami dehidrasi, apakah ibu mempuasakan anak dari makanan dan minuman?
0 1
4. Ketika anak diare apakah ibu segera memberikan oralit atau larutan gula garam?
1 0
5. Apakah ibu memberikan jus buah atau teh manis sebagai pengganti oralit ketika anak mengalami kekurangan cairan?
0 1
6. Apakah ibu memberikan oralit setiap 30 menit sekali saat anak mengalami kekurangan cairan?
0 1
7. Apakah ibu ibu menyediakan oralit dirumah? 1 0
33
8. Apakah selain memberikan oralit, ibu juga memberikan makanan tambahan pada anak?
1 0
9. Apakah ketika anak mengalami kekurangan cairan, ibu memberikan antibiotik?
0 1
10. Apakah ibu memberikan oralit ketika anak diare walaupun anak belum memasuki tahap kekurangan cairan?
1 0
11. Apakah ketika anak muntah, ibu menghentikan pemberian oralit selama 10 menit?
1 0
12. Apakah ibu memberikan cairan oralit secara terus-menerus sampai diare yang diderita anak sembuh?
1 0
13. Apakah ibu menghentikan pemberian ASI pada saat anak mengalami dehidrasi akibat diare?