BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangDemam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan
di daerah tropis dan subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan
Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap
tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun
2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia
sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara selain
India dan Myanmar (WHO, 2009; Pusat Data dan Surveilans
Epidemiologi Kementrian Kesehatan RI, 2010). Indonesia adalah
negara kepulauan beriklim tropis terdiri dari 17.508 pulau dengan
34 propinsi dan 447 kabupaten yang memiliki daya dukung lingkungan
optimal untuk pertumbuhan keanekaragaman flora dan fauna. Jenis
fauna yang berkembang dengan baik adalah serangga termasuk nyamuk
aedes aegepty. Nyamuk aedes aegepty merupakan vektor dari penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) (WHO, 2009). Hampir seluruh wilayah
Indonesia memiliki resiko tertular DBD, kecuali daerah yang
memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan
laut.Pada tahun 2011, di Indonesia ada 58.065 kasus, terjadi pada
orang yang berumur > 15 tahun (55,1 %). Kematian pada kelompok
umur 10-14 tahun (26,1%) dan > 15 tahun (26,1%). Jumlah kasus
baru pada suatu populasi selama waktu tertentu atau Incidence
Rate/IR/AI/angka insidensi DBD tahun 2011 di Indonesia adalah
24,44/100.000 penduduk. Case fatality Rate/CFR DBD tahun 2011
diperoleh dari jumlah individu yang mati karena penyakit DBD yaitu
504 dibagi dengan jumlah individu yang mengalami penyakit tersebut
sehingga diperoleh CFR: 0,87% (WHO, 2012)Demam berdarah dengue
selama enam tahun terakhir mengalami peningkatan, termasuk juga di
Provinsi Bengkulu. Kondisi tersebut disebabkan oleh kepadatan dan
mobilitas penduduk sehubungan sarana transportasi lebih baik,
sehingga penyebaran virus lebih luas. Daerah yang padat penduduknya
memudahkan terjadinya penularan penyakit DBD hal ini disebabkan
oleh sifat multiple-bitting (kebiasaaan menggigit berulang-ulang)
dari nyamuk (WHO,2005).Pada tahun 2008 di Kota Bengkulu terdapat
132 kasus DBD, tahun 2009 terdapat 247 kasus, tahun 2010 terdapat
351 kasus, dan tahun 2011 terdapat 403 kasus (Dinas Kesehatan Kota
Bengkulu, 2011). Kota Bengkulu turut berkontribusi dalam
peningkatan kasus DBD di Provinsi Bengkulu. Tahun 2008 sampai
dengan tahun 2011 di Kota Bengkulu terjadi peningkatan kasus DBD.
Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, urbanisasi yang tidak
terencana dan tidak terkendali, tidak adanya kontrol vektor nyamuk
yang efektif di daerah endemis dan peningkatan sarana transportasi
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan
penyebaran kasus DBD (Gubler, 2010)Indonesia sudah melakukan
pengendalian secara kimiawi terhadap vektor DBD dengan fogging atau
pengasapan dengan menggunakan insektisida malation pada tahun 1969.
Tahun 1980 insektisida temefos digunakan untuk pengendalian jentik
nyamuk aedes aegepty. Strategi pengendalian DBD yang digunakan di
Kota Bengkulu melalui pengasapan / fogging menggunakan insektisida
malation dilakukan 22 tahun. Kegiatan pengasapan dilakukan di rumah
kasus DBD dan disekitar rumah kasus (radius 100m). Larvasida dengan
menggunakan insektisida bahan aktif temefos 1% yang ditaburkan ke
tempat penampungan air penggunaannya di Kota Bengkulu belum
diperoleh data yang pasti tapi diperkirakan sekitar tahun 1980.
Temefos yang biasa didistribusikan dengan merek dagang abate 1 G
digunakan dengan dosis anjuran 1 gr/10 liter ( 1 gr temefos 1%
dimasukkan dalam 10 liter air).Metode fogging maupun larvasida
belum memperlihatkan hasil yang memuaskan karena pada saat
pengasapan tidak semua aedes aegepty terbunuh tetapi masih ada yang
hidup karena nyamuk berhasil menghindar dari insektisida atau dosis
insektisida yang kontak dengan nyamuk tidak mencukupi. Akibatnya
nyamuk tersebut menjadi resisten dan resistensi itu diturunkan
kepada keturunannya.Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) merupakan
salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan
DBD dengan program 3 M plus yaitu kegiatan (menguras tempat
penampungan air secara teratur, menutup tempat-tempat penampungan
air dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang
nyamuk) diperluas dengan mengganti air vas bunga, tempat minum
burung atau tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali,
memperbaiki talang air yang tidak tidak lancar, menutup lubang pada
pada potonganbambu/pohon, menaburkan bubuk larvasida, memasang
kawat kassa, mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruangan.
Diperluas dengan upaya mengurangi kontak manusia dengan serangga
vektor dengan penggunaan kelambu pada saat tidur siang, memakai
obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, dan menghindari kebiasaan
menggantung pakaian dalam ruangan rumah.
1.2 Pernyataan Masalaha. Peningkatan jumlah kasus Demam Berdarah
Dengue di wilayah kerja Puskesmas Beringin Raya.b. Kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) untuk mencegah dan mengatasi penyakit demam berdarah
dengue.
1.3 Tujuana. Membantu mencegah meluasnya kasus DBD di wilayah
kerja Puskesmas Beringin Raya.b. Meningkatkan pengetahuan
masyarakat dusun Brajan, desa Kaliancar mengenai pentingnya
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) untuk mencegah dan mengatasi
penyakit demam berdarah dengue.
1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Bagi Masyarakata. Meningkatkan
pengetahuan mengenai penyebab, penyebaran, gejala, pencegahan, dan
pengobatan DBD.b. Memiliki kesadaran untuk melakukan PSN terutama
3M (menguras, mengubur, dan menutup) plus secara kotinyu dan
serempakc. Membantu masyarakat dalam upaya menurunkan jumlah kasus
DBD di wilayah kerja Puskesmas Beringin Raya.
1.4.2 Manfaat Bagi Puskesmasa. Membantu melaksanakan program
promosi kesehatan puskesmas mengenai PSN terutama 3M (menguras,
mengubur, dan menutup) plus.b. Membantu puskesmas dalam upaya
menurunkan jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Beringin
Raya.
1.4.3 Manfaat Bagi Pemerintaha. Membantu melaksanakan program
promosi kesehatan masyarakat mengenai PSN terutama 3M (menguras,
mengubur, dan menutup) plus.b. Membantu pemerintah dalam upaya
menurunkan jumlah kasus DBD di Indonesia.
1.4.4 Manfaat Bagi Penulisa. Memperdalam dan memperbaharui
pengetahuan mengenai DBDb. Menambah pengalaman dalam masalah ilmu
kesehatan masyarakat terutama mengenai masalah DBD yang terjadi di
masyarakat baik masyarakat luas maupun di wilayah kerja Puskesmas
Beringin Raya.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEMAM BERDARAH DENGUE 2.1.1 DefinisiPenyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit ini dapat terjadi pada semua kelompok umur terutama pada
anak-anak kurang dari 15 tahun (Anggraini, 2010)
2.1.2 Etiologi dan Vektor Penularan Etiologi DBD adalah virus
Dengue yang merupakan bagian dari famili flaviviridae. Keempat
serotipe virus Dengue (DEN-1, DEN-2,DEN-3, DEN-4) dapat dibedakan
dengan metode serologi. Infeksi pada manusia oleh salah satu
serotipe menghasilkan imunitas sepanjang hidup terhadap infeksi
ulang oleh serotipe yang sama, tetapi hanya menjadi perlindungan
sementara terhadap serotipe yang lain.3 Seseorang akan kebal seumur
hidup terhadap serotip yang menyerang pertama kali, namun hanya
akan kebal dalam waktu 6 bulan - 5 tahun terhadap serotipe virus
Dengue lain (Sembel, 2009; Anggraini, 2010)Vektor penularan
penyakit ini adalah Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan
vektor penularan virus Dengue dari penderita kepada orang lain
melalui gigitan. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penting di
daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan di pedesaan (daerah
rural) kedua jenis spesies nyamuk Aedes tersebut berperan dalam
penularan. Namun Aedes Aegypti berkembang biak di tempat lembab dan
genangan air bersih. Sedangkan Aedes albopictus berkembang biak di
lubang-lubang pohon, dalam potongan bambu dan genangan air lainnya.
Pertumbuhan dan perkembangan telur sampai nyamuk dewasa memerlukan
waktu kurang lebih 7-14 hari1 (Chahaya, I., 2003; Sembel,
2009,Anggraini, D.S., 2010).
Gambar 1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti5
2.1.3 Mekanisme Penularan
Gambar 2. Cara Penularan DBD41
Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti, nyamuk Aedes aegypti tersebut dapat mengandung virus
dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremi.
Kemudian virus yang berada di kelenjer liur akan berkembang biak
dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat
ditularkan kembali kepada manusia pada gigitan berikutnya. Di tubuh
manusia, virus membutuhkan waktu masa tunas 4-6 hari (intrinsic
incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari
manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit
manusia yang sedang mengalami viremi (Sembel, 2009; Anggraini,
2010)
2.1.4 Patogenesis DBD 1) Sistem vaskuler Hemokonsentrasi dan
penurunan tekanan darah yang ditimbulkan oleh kebocoran plasma ke
dalam ruang ekstravaskuler akibat peningkatan akut permeabilitas
vaskuler merupakan patofisiologi primer DBD dan Dengue Shock
Syndrome (DSS). Dikutip dari Gubler D.J. (1998) dalam Soegijanto
H.S. (2006), pada kasus-kasus berat terjadi penurunan volume plasma
lebih dari 20% dan hal ini didukung dengan penemuan efusi pleura,
hemokonsentrasi, dan hipoproteinemi pada post mortem. Tidak terjadi
lesi destruktif yang menetap pada vaskuler menunjukkan kelainan
vaskuler hanya bersifat sementara yang diakibatkan oleh suatu
mediator respon tubuh. Tiga faktor yang terlibat dalam perubahan
hemostasis pada DBD dan DSS adalah perubahan vaskuler,
trombositopeni, dan kelainan koagulasi. 2) Sistem respon imun
Reaksi tubuh terhadap masuknya virus menimbulkan manifestasi klinis
demam Dengue. Virus yang masuk akan berkembang biak di dalam sistem
sirkulasi darah yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang
berlangsung selama 5 hingga 7 hari. Makrofag akan segera bereaksi
dengan menangkap virus dan makrofag menjadi APC (Antigen Presenting
Cell). Antigen yang dipaparkan oleh makrofag tersebut akan
mengaktifasi sel T-helper dan menarik makrofag lain untuk
memfagosit lebih banyak virus. Selanjutnya sel T-helper akan
mengaktifasi sel T-sitotoksik untuk melisis makrofag yang sudah
memfagosit virus. Selain itu, sel T-helper juga mengaktifkan sel B
yang akan memproduksi antibodi antara lain antibodi netralisasi,
antibodi hemagglutinasi, dan antibodi fiksasi komplemen. Pada
umumnya antibodi yang muncul adalah IgG dan IgM yang mulai
terbentuk pada infeksi primer, dan pada infeksi sekunder kadar
antibodi yang telah ada meningkat (booster effect) (Soegijanto
H.S., 2006).Antibodi terhadap virus dapat ditemukan di dalam darah
sekitar demam hari kelima, kemudian akan meningkat pada minggu
pertama sampai ketiga, dan menghilang setelah 2 hingga 3 bulan.
Kinetik kadar IgG berbeda dengan kinetik kadar IgM, oleh karena itu
antibodi IgG harus dibedakan antara infeksi primer dan sekunder.
Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat sekitar demam hari
ke-14, sedang pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada
hari ke-2. Oleh karena itu diagnosis dini infeksi primer hanya
dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM setelah sakit hari
ke -5, diagnosis infeksi sekunder dapat ditegakkan lebih dini
dengan adanya peningkatan antibodi IgG dan IgM yang cepat (Gubler
D.J. et al., 1994 dalam Soegijanto H.S., 2006).Hipotesis immune
enhancement menjelaskan secara tidak langsung bahwa mereka yang
terkena infeksi kedua oleh virus heterolog mempunyai risiko berat
yang lebih besar untuk menderita DBD berat. Antibodi heterolog yang
telah ada akan mengenali virus lain kemudian membentuk kompleks
antigen-antibodi yang berikatan dengan Fc reseptor dari membran
leukosit terutama makrofag. Sebagai tanggapan dari proses ini, akan
terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan
keadaan hipovolemia dan syok (Chen K. et al., 2009)
2.1.5 Manifestasi KlinisInfeksi virus DEN dapat menghasilkan
beberapa tingkatan dari keparahan penyakit mulai dari infeksi
asimtomatik, seperti keadaan flu (dengue fever) sampai dengan
kondisi hemoragik yang dikarakterisasikan dengan kebocoran plasma
dan perdarahan hingga menyebabkan komplikasi kematian. Oleh karena
gejala DBD sangat bervariasi, maka WHO membagi 4 derajat: Derajat I
: Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan manifestasi
perdarahan spontan satu-satunya adalah uji tourniquet positif.
Derajat II : Gejala gejala derajat I, disertai gejala-gejala
perdarahan kulit spontan atau manifestasi perdarahan yang lebih
berat. Derajat III: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi
cepat dan lemah, hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulitdingin
dan lembab, gelisah, Derajat IV: Shock berat, nadi tidak dapat
diraba dan tekanan darah tidak terukur (Asih, 1999).
Kriteria dengue antara lain :1) Kriteria dengue tanpa/dengan
tanda bahaya (dengue probable)a) Bertempat tinggal di /bepergian ke
daerah endemik dengueb) Demam tinggi mendadak 2-7 hari disertai 2
dari hal berikut : Mual, muntah Ruam Sakit dan nyeri Uji torniket
positif Lekopenia Adanya tanda bahayac) Tanda bahaya adalah : Nyeri
perut atau kelembutannya Muntah berkepanjangan Terdapat akumulasi
cairan Perdarahan mukosa Letargi, lemah Pembesaran hati > 2 cm
Kenaikan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang
cepat. Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti
kebocoran plasma tidak jelas)
2) Kriteria dengue berat a) Kebocoran plasma berat, yang dapat
menyebabkan syok (DSS), akumulasi cairan dengan distress
pernafasan.b) Perdarahan hebat, sesuai pertimbangan klinisic)
Gangguan organ berat, hepar (AST atau ALT 1000, gangguan kesadaran,
gangguan jantung dan organ lain)6.
Untuk mengetahui adanya kecenderungan perdarahan dapat dilakukan
uji tourniquet, walaupun banyak faktor yang mempengaruhi uji ini
tetapi sangat membantu diagnosis, sensitivitas uji ini sebesar 30%
sedangkan spesifisitasnya mencapai 82 %. Uji Torniquet dinyatakan
positif, jika terdapat 10 atau lebih Petekie pada kulit seluas 1
inci persegi (2,5 x 2,5 cm) di lengan bawah bagian depan (volar)
dekat lipat siku (fossa cubiti) (WHO, 2009) Pada penelitian yang
terbaru, terbukti dengan melakukan pemeriksaan IL10, hitung jumlah
trombosit dan hitung jumlah limfosit dari pasien akut dapat
dilakukan deteksi dini dari DBD. Pada penelitian tersebut
dinyatakan bahwa infeksi dengue (dengue fever) memiliki
karakteristik yang spesifik yaitu peningkatan jumlah trombosit
(> 147.5 +103/mL). Sedangkan bila hitung jumlah trombosit rendah
(< 147.5 +103/mL) dan tingginya IL10 kemungkinan pasien tersebut
DBD. Sedangkan pada kelompok dengan hitung jumlah trombosit, IL10
dan limfosit yang rendah ( HbCO, seharusnya HbO2, CO 210x lebih
kuat mengikat Hb dibanding O2. Dampaknya kekurangan O2. NO2
bersifat racun, mengakibatkan pneumonia (sembuh 6-8 minggu),
penyumbatan bronchioli (dapat meninggal 3-5 minggu). SO2 bersifat
iritan, mudah diserap selaput lendir saluran nafas, produksi lendir
berlebihan, iritasi. Pemaparan berulang-ulang berisiko kanker
saluran nafas. Oleh karena itu penting sekali mengetahui prosedur
fogging antara lain :a. Terdapat laporan kasus DBD dari Kelurahan
atau Rumah Sakit .b. Ada pemberitahuan dari Kelurahan ke Puskesmas
setempatc. Puskesmas menindak lanjuti laporan dari desa dengan
melaksanakan Penyeledikan Epidemiologi yang tujuannya adalah
mengetahui ada tidaknya penderita DB yang lain atau menemukan
tersangka DBD dan melaksanakan pemeriksaan jentik pada radius 100 m
dari penderita.d. Apabila hasil Penyelidikan Epidemiologi
menyebutkan ada penderita DB yang lain dan atau ditemukan 3
tersangka serta ditemukan 5 % rumah terdapat Jentik nyamuk, maka
puskesmas akan meneruskan permohonan fogging ke Dinas Kesehatan.e.
Tetapi apabila hasil PE tidak sesuai dengan kriteria diatas, maka
puskesmas akan menindak lanjuti dengan PSN, pemberian abate dan
Penyuluhan tanpa dilanjutkan fogging.Sehingga fogging merupakan
pilihan terakhir dalam pengendalian vektor, namun masyarakat masih
sering menggunakan metode ini terutama di musim hujan saat vektor
DBD sedang mengalami puncak kepadatannya.
BAB IIIMETODE
3.1 Jenis MetodeKegiatan ini menggunakan metode penyuluhan
langsung dengan pendekatan kelompok. Dalam hal ini penyuluhan
ditujukan kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas beringin
Raya.
3.2 Waktu dan LokasiPenyuluhan langsung dilaksanakan hari Jumat
tanggal 25 April 2013 mulai pukul 08.00 WIB hingga 11.00 WIB.
Tempat penyuluhan adalah kantor kelurahan dan Ruang kuliah fakultas
Fisipol Universitas Bengkulu
3.3 Target SasaranSasaran pada kegiatan ini adalah seluruh
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas beringin Raya.
3.4 Media Penyajian DataMedia yang digunakan dalam kegiatan ini
adalah slide (powerpoint) serta leaflet.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. PROFIL PUSKESMAS BERINGIN RAYAPuskesmas Perawatan Beringin
Raya merupakan puskesmas induk yang berada dalam wilayah kelurahan
Beringin Raya Kecamatan Muara bangkahulu kota Bengkulu yang
meliputi empat kelurahan dalam wilayah kerjanya, yakni : Kelurahan
Beringin Raya ( 131,6km2) Kelurahan Kandang Limun (422,7km2)
Kelurahan Rawa Makmur (150km2) Kelurahan Rawa Makmur Permai
(158km2)
4.1.1 KependudukanPenduduk dalam wilayah kerja Puskesmas
Beringin Raya pada tahun 2014 berjumlah 25.453 jiwa yang
komposisinya cukup beragam dalam suku, bahasa, adat istiadatnya,
mata pencaharian dan lain-lain.
Tabel 1. Proporsi jumlah penduduk/kelurahan tahun
2014NoKelurahanJiwaJumlah Rumah TanggaRata-rata jiwa / rumah
tanggaRTLuas WilayahRW
1.Beringin Raya283076047131,6 km22
2.Rawa makmur85522.075419150 km24
3.Rawa makmur Permai59221.532415158 km25
4.Kandang Limun70861.919421422,7km23
Jumlah24.3906.286462862,3 km214
Batas Wilayah Sebelah Utara: berbatasan dengan Kecamatan Pondok
Kelapa Bengkulu Utara Sebelah Timur: berbatasan dengan Kelurahan
Pematang Gubernur Kecamatan Muara Bangkahulu Sebelah Selatan:
berbatasan dengan kelurahan Kampung kelawi kecamatan Sungai serut
Sebelah Barat: berbatasan dengan Samudera Indonesia.
4.1.2 Data Kependudukan1. Jumlah Penduduk : 24.390Jiwa2. Luas
Wilayah : 862,3 Km23. Jumlah Sekolah PAUD: 4Unit TK : 3 Unit SD : 5
Unit SMP : 1 Unit SMA : - Unit Perguruan Tinggi : 1Unit
4. Jumlah Balai Latihan Kerja : - Unit5. Jumlah Tempat Tempat
Ibadah Masjid : 28 Unit Musholla/Surau : 3 Unit Gereja : - Unit
Vihara : - Unit6. Jumlah Tempat Usaha Kafe : - Buah Resroran/Rumah
Makan : 36Buah Industri Kecil : 53Buah Taman Rekreasi : - Buah
4.1.3 KetenagaanJumlah tenaga kerja di wilayah Puskesmas
Beringin Raya 50 orang yang terdiri dari 29 orang pegawai PNS, 9
orang bidan honorer, dan 12 pegawai TKS.
4.1.4 Sarana Kesehatan Rumah Sakit: -unit Rumah Bersalin: -unit
Puskesmas: 1unit Puskesmas Pembantu: 2unit Praktek Bidan: 13unit
Praktek Dokter: 1unit
4.1.5 Peran Serta Masyarakat Jumlah kader posyandu:47 orang
Jumlah guru UKS: -orang Jumlah posyandu: 11 orang
4.1.6 Bangunan FisikRuang Ka.Puskesmas, Ruang TU, Ruang
Laboratorium,Apotik, Loket, Ruang Imunisasi, Ruang Poli Umum, Ruang
Poli Gigi, Ruang KIA, Ruang Poned,
Ruang UGD, Ruang Rawat Inap, Ruang Gizi, Toilet, Gudang Obat,
Rumah Dinas Dokter, dan Rumah dinas Paramedis.
4.1.7 Potensi Dalam menjalankan fungsinya Puskesmas Beringin
Raya melaksanakan Program1. Upaya Kesehatan Wajib Yaitu :a. Promosi
Kesehatanb. Upaya Penyehatan Lingkunganc. Upaya Perbaikan Gizid.
Kesehatan Ibu dan Anake. Pelayanan KBf. Pemberantasan Penyakit
Menularg. Pengobatan
2. Sedangkan Upaya Pengembangan adalah :a. UKS/UKGSb. Usaha
Kesehatan Jiwac. Usaha Kegiatan Gigi dan Mulutd. PHNe. Upaya
Kesehatan Usila
4.2 DATA KESEHATAN MASYARAKATTerdapat peningkatan kasus DBD di
wilayah kerja Puskesmas Beringin Raya. Telah terjadi kasus luar
biasa di wilayah kerja Puskesmas Beringin Raya , hal ini
dikarenakan pada tahun 2014 terjadi peningkatan kasus DBD lebih
dari dua kali lipat dibandingkan dengan periode sebelumnya, yaitu
pada tahun 2012. Grafik 2. Jumlah Kasus DBD di wilayah kerja
Puskesmas Beringin Raya tahun 2012-2014Berdasarkan kasus DBD
tersebut telah dilakukan penanggulangan kasus DBD sesuai dengan
alur penanggulangan DBD di lapangan, sepertidi bawah ini
(Penanggulangan Kasus/Tersangka Dbd Di Lapangan)*)
Penderita / Tersangka DBDPenyelidikan EpidemiologiAda penderita
DBD lain atau ada jentik dan ada penderita panas* 3Pemeriksaan
JentikPencarian Penderita PanasDi rumah penderita dan 20 rumah
sekitarnya, TTU, sekolah, dllYaTidakPenyuluhanPSN**Foging radius
200 mPenyuluhanPSN**
Bagan 2. Bagan Alur Penanggulangan KLB-DBD di Lapangan*) Demam
tanpa penyebab yang jelas pada hari itu atau seminggu sebelumnya**)
PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) : kegiatan menutup, menguras
tempat penampungan air, dan mengubur atau menyingkirkan
barang-barang bekas atau cara lain untuk membasmi jentik
BAB VDISKUSIDemam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular
yang banyak ditemukan di negara tropis termasuk Indonesia. Penyakit
ini disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari
tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati,
disertai tanda perdarahan dikulit berupa petechie, purpura,
echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena,
hepatomegali, trombositopeni, dan kesadaran menurun atau
renjatan.Kasus terbanyak terjadi pada tahun 2014 dengan jumlah
kasus sebanyak 24 orang. Tentu saja hal ini dapat dikatakan sebagai
Kasus Luar Biasa (KLB). Dikatakan suatu KLB bila memenuhi salah
satu kriteria KLB yang mengacu pada keputusan Dirjen No. 451/ 91
tentang Pedoman penyelidikan Dan Penanggulangan Kejadian Luar
Biasa. Menurut aturan tersebut dinyatakan KLB bila terdapat :1.
Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau
tidak dikenal2. Peningkatan kejadian penyakit atau kematian terus
menerus selama tiga kurun waktu berturut-turut menurut jenis
penyakitnya3. Peningkatan kejadian penyakit atau kematian dua kali
lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya ( jam,
hari, minggu, bulan, tahun)4. Jumlah penderita baru dalam satu
bulan menunjukan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila
dibandngkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun
sebelumnya.
Kasus DBD diwilayah kerja puskesmas Beringin Raya dalam hal ini
sudah memenuhi tiga kriteria di atas yaitu pada poin 2, 3, dan
4.
Berdasarkan survei dan analisa yang kami lakukan, Puskesmas
Beringin Raya memiliki angka kasus yang tinggi dikarenakan terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit DBD, antara lain
agent, host, environtment. Pada faktor agen diketahui bahwa di
wilayah kerja puskesmas Beringin Raya memang terdapat virus dengue
yang merupakan penyebab penyakit DBD. Hal ini terbukti dari
terdapatnya pasien yang didiagnosa menderita DBD. Ada 4 serotipe
yang tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia, dan bersirkulasi
sepanjang tahun, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4. Virus tersebut
dipertahankan siklusnya didalam tubuh nyamuk, yaitu nyamuk Aedes
aegypti, dan albopictus. Faktor yang ke dua adalah faktor host,
yaitu manusia yang kemungkinan terjangkit penyakit DBD. Berdasarkan
keterangan masyarakat sekitar, beberapa penderita DBD memiliki
mobilitas yang tinggi sehingga mempermudah penularan dari suatu
tempat ke tempat lain. Selain itu, cara berfikir masyarakat yang
masih konserfatif dalam menyikapi kasus DBD. Mereka masih
menganggap bahwa pemberantasan nyamuk akan berhasil hanya dengan
fogging. Faktor selanjutnya adalah faktor environtment
(lingkungan). Wilayah kerja Puskesmas Beringin Raya merupakan
daerah rawa. Akibatnya sangat mudah dijadikan sebagai sarang nyamuk
Aedes aegypti untuk bertelur. Hal itu ditunjang dengan kebiasaan
masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan masih rendah.
Masyarakat masih gemar membuang sampah di sekitar lingkungan
sehingga banyak barang-barang bekas yang mungkin dapat menampung
air dan menjadi sarang nyamuk. Kesadaran untuk membersihkan
lingkungan seperti menguras kamar mandi secara teratur, menutup
tempat penampungan air, dan menungubur barang-barang bekas juga
sangat rendah sehingga dapat menjadi sarang nyamuk. Faktor lainnya
yaitu tingkat kerapatan rumah penduduk setempat sehingga memudahkan
penularan DBD melalui nyamuk Aedes aegypti , karena kemampuan
nyamuk ini dapat terbang dengan jarak 100 meter.
BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN6.1 KESIMPULANa. DBD merupakan masalah
kita bersama,mengingat begitu kompleksnya masalah penularan DBD,
maka perlu peran berbagai sektor dan masyarakat untuk
memberantasnyab. Peningkatan kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas
Beringin Raya sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu agent,
host, environtment.c. Upaya penanggulangan penyakit DBD yang tepat,
efektif, dan efisien adalah pengendalian vektor dengan melaksanakan
Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang serempak dan
berkelanjutan.
6.2 Sarana. Sosialisasi mengenai penyakit DBD dan PSN 3M Plus
hendaknya dilakukan secara berkala agar masyarakat tetap ingat dan
semakin paham mengenai pencegahan DBD.b. Puskesmas hendaknya
mempersiapkan sarana dan prasarana serta sumberdaya tenaga
kesehatan di lingkungan wilayah kerja Puskesmas Beringin Raya
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. 2009. DENGUE Guidelines For Diagnosis, Treatment,
Prevention, and Control New Edition. WHO2. Pusat Data dan
Surveilans Epidemiologi Kementrian Kesehatan RI, 2010. Demam
Brdarah Dengue di Inodesia Tahun 1968-2009. Buletin Jendela
Epidemiologi Volume 2, Agustus 2010 . hal 13. Subdirektorat
Pengedalian Arbovirosis. 2011. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue Di
Indonesia, , 2011. Ditjen PP&PL Kementrian Kesehatan RI4.
Anggraini, D.S., 2010, Stop Demam Berdarah Dengue, Bogor, Cita
Insan Madani5. Suhendro, Nainggolan, Chen, Pohan. 2006. Demam
Berdarah Dengue. Disunting oleh Sudoyo, Setyohadi, Alwi,
Simadibrata, dan Setiati.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
28