Top Banner

of 84

Laporan Kegiatan Pkl

Mar 12, 2016

Download

Documents

Irwan Budiarto

laporan kegiatan pkl 2015 di kalimantan tengah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN KEGIATANPRAKTEK KERJA LAPANG PENGELOLAAN HUTAN ALAMDI IUPHHK-HA PT. SARI BUMI KUSUMA (CAMP NANGA NUAK)PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Oleh:

IRWAN BUDIARTOE14110056

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTANFAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) pengelolaan hutan alam di PT. Sari Bumi Kusuma dapat diselesaikan dengan baik serta memperoleh banyak manfaat dan ilmu pengetahuan yang sangat berharga bagi penulis selama melaksanakan kegiatan praktek tersebut. Laporan praktek ini disusun sebagai hasil dari kegiatan praktek yang telah dilaksanakan selama 2 bulan di PT Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan kegiatan praktek kerja lapang ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan laporan ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk penyempurnaan tulisan ini.

Bogor, 5 Juni 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiDAFTAR GAMBARvDAFTAR TABELviDAFTAR LAMPIRANviPENDAHULUAN11.1.Latar Belakang11.2.Tujuan1MATERI DAN METODE PRAKTEK22.1Waktu dan Lokasi22.2Alat dan Materi32.3Metodologi Praktek3Apek Ekonomi/Produksi4Aspek Ekologi4Aspek Sosial5KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK53.1Sejarah PT. Sari Bumi Kusuma53.2Letak, Luas dan Keadaan Wilayah63.3Aksesibilitas63.4Topografi dan jenis tanah73.5Iklim73.6Fungsi Hutan, Kondisi Penutupan Vegetasi dan Potensi Hutan73.7Perindustrian83.8Ketenagakerjaan83.9Kondisi Sosial Ekonomi8HASIL DAN PEMBAHASAN94.1Perencanaan Hutan94.1.1Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala94.1.2Penataan Areal Kerja (PAK)114.1.3Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan124.1.4Perencanaan Pembukaan Wilayah Hutan154.1.5Perencanaan pemanenan kayu154.2Pembukaan Wilayah Hutan174.3Pemanenan Hutan214.3.1Penebangan224.3.2Penyaradan234.3.3Pembagian Batang, Pengukuran, dan Kegiatan lain di TPn254.3.4Pengangkutan274.4TATA USAHA KAYU (TUK)284.5PEMBINAAN HUTAN (TPTJ)304.5.1Persemaian314.5.2Pemeliharaan tanaman di persemaian354.5.3Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ)374.5.4Monitoring dan evaluasi TPTJ424.5.5Litbang TPTJ434.6LITBANG DAN LINGKUNGAN444.6.1Area Sumber Daya Genetik Tegakan Penghasil Benih444.6.2Kawasan Flora dan fauna454.6.3Petak Ukur Permanen (PUP)464.6.4Kawasan dengan nilai konservasi tinggi / High Concervacy Value Forest (HCVF)474.6.5Persemaian & penanaman kegiatan lingkungan484.6.6Arboretum buah494.6.7Pemantauan Daerah Aliran Sungai pada Stasiun Pengamatan Aliran Sungai (SPAS)494.6.8Pemantauan cuaca504.7PEMBINAAN MASYARAKAT DESA HUTAN (PMDH)514.7.1.Pembinaan Pertanian Menetap524.7.2.Peningkatan Ekonomi Masyarakat534.7.3.Pengembangan Sarana dan Prasarana Umum544.7.4.Pengembangan Sosial Budaya544.7.5.Konservasi Sumberdaya Hutan dan Lingkungan55SIMPULAN DAN SARAN575.1 Simpulan575.2 Saran57DAFTAR PUSTAKA57LAMPIRAN59

DAFTAR GAMBARGambar 1 RKUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma periode tahun 2011-202010Gambar 2 RKTUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma tahun 201511Gambar 3 Batas petak kegiatan PAK12Gambar 4 Label pohon produksi & pohon inti atau dilindungi14Gambar 5 Piloting19Gambar 6 Opening & clearing19Gambar 7 Grading & forming19Gambar 8 Shadow felling19Gambar 9 Compacting19Gambar 10 Surfacing19Gambar 11 Konstruksi jembatan20Gambar 12 Konstruksi pondasi jembatan20Gambar 13 Bentuk gorong-gorong21Gambar 14 Proses penebangan23Gambar 15 Traktor jenis Skidder24Gambar 16 Kegiatan pengupasan25Gambar 17 Pemasangan paku S26Gambar 18 Pengukuran kayu bulat26Gambar 19 Penandaan kayu bulat27Gambar 20 Pencatatan pengukuran27Gambar 21 Rincian penandaan pada kayu bulat27Gambar 22 Dokumen SKSKB30Gambar 23 Dokumen FAKB30Gambar 24 Bibit cabutan alam32Gambar 25 Pengambilan pucuk pada kebun pangkas33Gambar 26 Perendaman dengan hormon rapid root33Gambar 27 Penanaman pada portrays33Gambar 28 Pengisian polibag34Gambar 29 Bahan hijauan35Gambar 30 Proses pencacahan bahan35Gambar 31 Penyimpanan kompos35Gambar 32 Naungan 75%36Gambar 33 Naungan 25%37Gambar 34 Tanpa naungan37Gambar 35 Skema jalur tanam sistem silvikultur TPTJ38Gambar 36 Organisasi pelaksana dan pembagian tugas persiapan lahan manual39Gambar 37 Pembersihan jalur bersih39Gambar 38 Pembuatan lubang tanam39Gambar 39 Kegiatan persiapan lahan semi mekanis40Gambar 40 Pengecekan jarak tanam dan lubang tanam42Gambar 41 Pengamatan pada plot uji penelitian43Gambar 42 Kegiatan pengukuran PUP operasional43Gambar 43 Plang informasi tegakan benih45Gambar 44 Papan plang dan kondisi tegakan PUP47Gambar 45 Orang utan & Beruang madu yang terekam camera trap48Gambar 46 Penanaman pada trap erosi49Gambar 47 Stasiun pengamatan cuaca51Gambar 48 Lahan sawah & kebun karet milik masyarakat53Gambar 49 Bantuan infrastruktur pendidikan54Gambar 50 Himbauan konservasi sumberdaya hutan & lingkungan55

DAFTAR TABELTabel 1 Tata waktu pelaksanaan praktek kerja lapang di PT. Sari Bumi Kusuma2Tabel 2 Perkembangan Tata Batas IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma6Tabel 3 Luas areal IUPHHK-HA PT. SBK berdasarkan kelas lereng.7Tabel 4 Kondisi penutupan vegetasi IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma8Tabel 5 Rencana PWH (Et-1) pembuatan jalan tahun 201515Tabel 6 Rencana peralatan tahun 201515Tabel 7 Rencana produksi RKT 2015 TPTI16Tabel 8 Rencana produksi RKT 2015 TPTJ16Tabel 9 Spesifikasi jalan angkutan di PT. Sari Bumi Kusuma17Tabel 10 Daftar biaya DR dan PSDH29Tabel 11 Daftar jenis yang dibudidayakan31

DAFTAR LAMPIRANLampiran 1 Peta Areal Kerja IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma60Lampiran 2 Peta Rencana Kerja IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma60Lampiran 3 Rincian peralatan kegiatan PWH PT. Sari Bumi Kusuma61Lampiran 4 Rincian peralatan kegiatan pemanenan hutan PT. SBK64Lampiran 5 Jurnal Harian...........................................................................................1

14

15

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangProses pendidikan sarjana kehutanan ditempuh melalui serangkaian kegiatan dan menerapkan metoda pembelajaran yang saling menunjang satu sama lain untuk menghasilkan keluaran yang terbaik. Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB merangkaikan proses belajar bagi mahasiswanya dengan kegiatan utama perkuliahan di dalam kelas, praktikum di laboratorium, praktikum di hutan pendidikan, dan praktek pada kegiatan-kegiatan pengelolaan hutan yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga kehutanan. Praktek Kerja Lapang (PKL) Pengelolaan Hutan adalah suatu rangkaian kegiatan penerapan ilmu pengetahuan kehutanan oleh mahasiswa Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB secara langsung di lapangan. Mahasiswa melaksanakan pengamatan, pengukuran, wawancara, analisis, peragaan, perancangan dan uji coba yang mencakup seluruh aspek pengelolaan hutan Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di PT. Sari Bumi Kusuma (PT. SBK) yang merupakan perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam yang telah mengembangkan usaha dibidang kehutanan sejak tahun 1978. Setelah masa pengusahaan hutan jangka waktu pertama (20 tahun) berakhir, berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 201/Kpt-IV/1998 IUPHHK-HA PT. SBK memperoleh kepercayaan perpanjangan mengelola hutannya dengan jangka waktu 70 tahun. Pengalaman PT. SBK dalam pengelolaan hutan alam sejak tahun 1978 yang tetap eksis sampai dengan saat ini merupakan bukti bahwa prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari sebenarnya telah diterapkan dengan baik oleh PT. SBK. Melihat prestasi yang telah dicapai PT. SBK maka diharapkan dengan melaksanakan kegiatan PKL di PT. SBK mahasiswa dapat lebih memahami kegiatan-kegiatan dalam pengelolaan hutan lestari dengan memperhatikan aspek ekonomi, ekologi dan sosial.

1.2. TujuanAdapun tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. SARI BUMI KUSUMA ini, yaitu : 1. Mampu mengenal dan memahami sistem serta unsur pengelolaan hutan secara menyeluruh yang dilakukan oleh PT. SARI BUMI KUSUMA, mencakup : aspek perencanaan, pembinaan hutan (penyediaan bibit, pengelolaan lahan, penanaman/pengayaan, pemeliharaan), perlindungan hutan, konservasi sumberdaya hutan (tanah, air, tumbuhan, dan satwa liar/langka/dilindungi), pemanenan hasil hutan (penebangan, penyaradan, dan pengangkutan), administrasi/tata usaha kayu dan hasil hutan lainnya, Pembangunan Masyarakat Desa Hutan (PMDH), serta Pengelolaan DAS dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan. 2. Mampu melakukan pengambilan keputusan secara objektif dalam kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan pada ilmu pengetahuan manajemen hutan mencakup : identifikasi masalah, perumusan masalah, pengumpulan data, analisis dan sntesis serta pengambilan keputusan. 3. Merasakan dan menghayati kehidupan dan suasana kerja dalam rangka pengelolaan hutan di PT. SARI BUMI KUSUMA, baik suasana tinggal di hutan, hubungan dengan berbagai kelompok masyarakat yang terdapat di sekitarnya (para pekerja dan masyarakat di sekitar hutan) sehingga mahasiswa mendapatkan gambaran realitas kerja yang sesungguhnya. 4. Menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas, kedisiplinan, kepribadian, kerjasama tim, etos kerja dan etika profesi dalam lingkungan kehutanan dan kehidupan rimbawan.

BAB IIMATERI DAN METODE PRAKTEK2.1 Waktu dan LokasiPelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) dilakukan selama 2 bulan sejak tanggal 6 Februari 6 April 2015. Kegiatan PKL ini dilaksanakan di PT. Sari Bumi Kusuma yang berada di Nanga Nuak, Provinsi Kalimantan Tengah. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini dilaksanakan di beberapa camp yang berada di kawasan konsesi PT. Sari Bumi Kusuma.Tabel 1 Tata waktu pelaksanaan praktek kerja lapang di PT. Sari Bumi KusumaNoBagian/UnitLokasiWaktu

1PerencanaanCamp KM 356-8 Pebruari

Inventarisasi Tegakan Sebelum PenebanganKM 97, Petak DD 09 RKT 2016 blok Seruyan Sistem Silvikultur TPTJ9-14 Pebruari

2Pembukaan Wilayah Hutan dan BengkelCamp KM 93 Blok Seruyan, Bengkel KM 72, KM 5415-18 Pebruari

3Produksi & BengkelCamp KM 93 Blok Seruyan, Bengkel KM 72, KM 5419-22 Pebruari

4Pembinaan HutanCamp TPTJ KM 53 Blok Seruyan,23 Pebruari-14 Maret

5Lingkungan & LitbangCamp KM 54 Blok Katingan15-23 Maret

6PMDHCamp KM 54 Blok Katingan24 Maret - 1 April

7PUHH & LogistikCamp KM 353-5 April

8Tes & Presentasi HasilCamp KM 356 April 2015

2.2 Alat dan Materi

Alat yang digunakan selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) antara lain adalah:1. 2. Buku dan alat tulis3. Phi band4. Suunto clinometer5. Kamera digital & laptop6. Perlengkapan K37. Peta-peta

Materi yang dipelajari selama Praktek Kerja Lapang meliputi kegiatan yang berkaitan dengan sistem pengelolaan hutan yang diterapkan di PT. Sari Bumi Kusuma dan sesuai dengan materi yang diperoleh selama mengikuti kegiatan kuliah pembekalan, materi tersebut yaitu:1. Perencanaan hutan yang meliputi kegiatan Inventarisasi Hutan Menyeluruh 2. Berkala (IHMB), penyusunan Rencana Kerja Umum (RKU), dan Rencana Kerja Tahunan (RKT), Penataan Areal Kerja (PAK), Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan, perencanaan PWH, dan Logistik.3. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) yaitu kegiatan yaitu kegiatan pembuatan jalan dan sarana prasarana pendukung lainnya. Pembuatan jalan terdiri dari kegiatan piloting, opening & clearing, grading & forming, shadow felling, surfacing, compacting, finishing. Selain itu juga terdapat kegiatan lainnya seperti pembuatan jalan, saluran drainase, knefel, dan lain-lain.4. Produksi meliputi kegiatan pembuatan lorong sarad, penebangan & pemotongan, penyaradan, pembagian batang, pemberian paku S, pengukuran, pengulitan, administrasi pemanenan kayu, dan pengankutan menuju TPK.5. Pembinaan hutan meliputi kegiatan pengadaan bibit, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan awal, pemeliharaan lanjutan dan pembebasan.6. LLB (Lingkungan dan litbang) yang meliputi aspek lingkungan seperti pengukuran kualitas air, pengamatan stasiun cuaca, KPPN, KPFF, PUP, kebun benih, Penanaman kanan kiri jalan, penanaman terasering, SPAS, areal sumberdaya genetik tengakan penghasil benih, trap erosi, embung air dan HCVF. Selain itu terdapat kegiatan penelitian dan pengembangan serta perlindungan hutan (kebakaran hutan, perladangan berpindah, illegal mining, illegal logging dan perburuan).7. PMDH (Pengembangan Masyarakat Desa Hutan) meliputi kegiatan pertanian menetap, peningkatan ekonomi, sosial budaya dan pendidikan, KSDHA dan lingkungan, identifikasi konflik dan kebijakan resolusi konflik, persepsi pemerintahan desa pada program IUPHHK, dan kelembagaan kelompok tani.2.3 Metodologi PraktekPengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara atau diskusi dan studi pustaka mengenai dokumen dokumen terkait, mengikuti dan mengamati seluruh kegiatan yang dilakukan olehpihak perusahaan.Kegiatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapang di PT. Sari Bumi Kusuma meliputi tiga aspek yaitu:

Apek Ekonomi/Produksi1. Perencanaan hutanKegiatan perencanaan hutan dilakukan dengan memperlajari dokumen Rencana Karya Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK), Rencana Karya Tahunan (RKT), Standar Oprasional Prosedur (SOP) kegiatan perusahaan terkait Penataan Areal Kerja, Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP), Pemetaan (GIS), PWH, Produksi, Pembinaan Hutan, Litbang, Monitoring dan Evaluasi.Kegiatan perencanaan hutan yang diikuti langsung oleh mahasiswa yaitu kegiatan ITSP dan pemetaan. Kegiatan ITSP dan pemetaan dilakukan di main camp Km 35 dan pada blok Seruyan RKT tahun 2016 Km 97 yang dilakukan selam 6 hari.2. Pembukaan Wilayah HutanKegiatan Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) dilakukan denan mengamati kegiatan pemeliharaan dan pembuatan jalan yang meliputi kegiatan piloting, opening & clearing, grading & forming, shadow felling, surfacing, compacting, finishing. Sedangkan untuk saran dan prasaran lain seperti jembatan dan gorong-gorong dilaukan dengan pengamatan langsung dan diskusi dengan pihak terkait.3. Pemanenan kayu (produksi)Kegiatan pemanenan kayu dilakukan dengan mengikuti dan mengamati langsung rangkaian kegiatan seperti penebangan, penyaradan, kegiatan-kegiatan di TPn, kegiatan pengangkutan dan kegiatan bongkar muat. Selain itu juga dilakukan wawancara dan diskusi dengan pihak terkait.4. Penata Usahaan Hasil Hutan (PUHH), dan LogistikKegiatan PUHH dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen seperti Buku Ukur (BU), Laporan Hasil Produksi (LHP), Surat Keterangan Sah Kayu Bulat (SKSKB) dan Faktur Angkutan Kayu Bulat (FAKB). Selain itu juga dilakukan wawancara untuk mengetahui tahapan-tahapan pembuatan dokumen mulai dari kayu di TPn sampai di Logpond dan dikirim ke Industri. Untuk bagian logistik dilakukan wawancara dan diskusi mengenai pengadaan barang di PT. Sari Bumi Kusuma terutama alat berat, spare part, dan perbekalan.5. Pembinaan HutanKegiatan pembinaan hutan dilakukan dengan berdiskusi dengan pihak terkait, mempelajari dokumen-dokumen dan mengamati langsung kegiatan dalam pembinaan hutan mulai dari pengadaan bibit sampai dengan pemeliharaan.Aspek EkologiKegiatan dilakukan dengan metode observasi ke lokasi-lokasi konservasi seperti Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah (KPPN), Kawasan Pelestarian Flora dan Fauna (KPPF), Petak Ukur Permanen (PUP), Stasiun Pengamatan Aliran Sungai (SPAS), Areal Non Produktif (ANP), Penanaman Kanan Kiri Jalan (KKJ), Penanaman terasering, dan Arboretum/Kebun Buah dan sayur (KB). Selain itu juga dilakukan wawancara dan diskusi dengan pihak terkait dan mempelajari dokumen-dokumen. Sedangkan bagian perlindungan hutan kegiatan dilakukan wawancara dan diskusi dengan pihak terkait dan mempelajari dokumen-dokumen.Aspek SosialBagian Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) dilakukan dengan metode observasi lapang ke desa-desa yang berada di dalam areal konsesi maupun di sekitar kawasan IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma, diantaranya Desa Tanjung Paku, Desa Kiham Batang, Desa Riam batang, dusun Sungkup Desa Blaban Ella dan observasi pada demonstrasi plot Km 55.

BAB IIIKEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK3.1 Sejarah PT. Sari Bumi KusumaIUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma telah mengembangkan usaha dibidang kehutanan dan memperoleh areal konsesi sejak dikeluarkan Forestry Agreement (FA) No. FA/N/016/III/1978, tanggal 29 Maret 1978 dan SK Menteri Pertanian No. 599/Kpts/Um/11/1978, tanggal 18 November 1978, tentang Pemberian Hak Pengusahaan Hutan dengan Luas 84.000 Ha (kelompok hutan Sungai Delang). Berdasarkan Add. FA/N-AD/045/VII/1979 tanggal 14 Juli 1979, luas areal konsesi bertambah menjadi 270.000 Ha (penambahan luas 186.000 Ha berada di kelompok hutan Sungai Seruyan). Setelah masa pengusahaan hutan jangka waktu pertama (20 tahun) berakhir, IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma memperoleh perpanjangan konsesi berdasarkan SK. Menhut No. 201/Kpts-II/1998 tanggal 27 Februari 1998 dengan pengelolaan Hutan Tanaman Industri dengan sistem Tebang Pilih dan Tanam Jalur (HPHTI-TPTJ). Luas areal kerja seluruhnya 208.300 Ha, yang terbagi dalam kelompok hutan S. Seruyan seluas 147.600 Ha dan kelompok hutan Sungai Jelai Sungai Delang seluas 60.700 Ha. Berkurangnya areal hutan ini karena telah dikeluarkannya areal hutan yang berfunsi sebagai hutan lindung dan areal penggunaan lain. Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No. SK. 221/VI-BPHA/2005 tanggal 18 Agustus 2005, IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma ditunjuk/ ditetapkan sebagai salah satu IUPHHK-HA dengan model sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTI-Intensif). Selanjutnya berdasarkan surat Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No. S.88/VIBPHA/2005 tanggal 22 Februari 2005, PT. Sari Bumi Kusuma Provinsi Kalimantan Tengah ditunjuk sebagai peraga pembelajaran sistem silvikultur intensif. Kegiatan pengelolaan hutan oleh IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma, sejak tahun 2011 menerapkan 2 sistem silvikultur, yaitu; Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) dan Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) dengan teknik silvikultur intensif yang mengedepankan prinsip-prinsip Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL). Penentuan sistem silvikultur didasarkan pada hasil identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT/HCVF), topografi, dan kondisi sosial masyarakat sekitar hutan.

3.2 Letak, Luas dan Keadaan WilayahSecara geografis, areal PT. Sari Bumi Kusuma kelompok hutan S. Seruyan terletak antara 111o54 BT 112o26 BT dan 00o38 LS 01o07 LS dengan luasan 147.600 Ha. Berdasarkan pembagian administrasi kehutanan, areal IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma terletak di Kecamatan Seruyan Hulu Kabupaten Katingan, Kecamatan Bukit Raya Kabupaten Katingan. Batas persekutuan PT. Sari Bumi Kusuma kelompok hutan S. Seruyan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.Tabel 2 Perkembangan Tata Batas IUPHHK-HA PT. Sari Bumi KusumaNoBatas Areal KerjaPanjang Batas Seluruh Areal KerjaPelaksanaan

RealisasiRencana

Km%Km%Km%

IHutan Lindung199.976 36,69124,9824,187514,51

IIHutan Suaka Alam24.895 4,8224.94,82

IIIBatas Persekutuan

1PT Erna Djuliawati58.60311,3458.60811,34--

2PT Meranti Mustika105.8920,49105.8920,49--

3PT. First Lamandau70.7913,6970.7913,69--

4PT. Eks Kayu Pesaguan56.7410,9856.7410,98--

Jumlah516.894 100,00441.89485,50314,37100

Sumber: RKUPHHK PT. Sari Bumi KusumaBerdasarkan hasil identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT/HCVF), peruntukan kawasan hutan IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma dibagi menjadi 3 zona, yaitu : Zona A, luas 13.389,79 ha; merupakan zona inti, yaitu areal yang hanya digunakan untuk melakukan monitoring HCVF. Zona B, luas 59.024,57 ha; merupakan kawasan yang dikelola secara hatihati dengan menerapkan sistem silvikultur TPTI. Zona C, luas 60.911,96 ha; merupakan zona terluar yang berdekatan dengan pemukiman, dalam pengelolaannya dilakukan dengan menggunakan sistem silvikultur TPTJ (teknik silvikultur intensif).3.3 AksesibilitasUntuk mencapai areal kerja PT. Sari Bumi Kusuma (Base Camp Nanga Nuak) dapat ditempuh melalui 2 jalur, yaitu; Pontianak Nanga Pinoh Base Camp Nanga Nuak (darat, waktu tempuh 15 jam), dan Palangkaraya Kasongan (darat, waktu tempuh 4 jam) Senamang Tumbang Kajamai Base Camp Nanga Nuak (sungai, waktu tempuh 10 jam). Untuk dapat mencapai setiap blok tebangan dapat melalui jalan darat berupa jalan pengerasan yang keadaanya baik. Sedangkan di dalam blok banyak terdapat jalan tanah yang dalam rencana akan dikembangkan menjadi jalan cabang maupun jalan induk.

3.4 Topografi dan jenis tanahTopografi areal IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma umumnya bergelombang, datar dan landai hingga agak curam. Areal IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma memiliki ketinggian minimum + 100 m dan maksimum 1.552 m dpl, dengan rata-rata ketinggian 400 m dpl. Keadaan topografi pada areal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.Tabel 3 Luas areal IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma Kelompok Hutan Seruyan berdasarkan kelas lereng.Kelas KelerenganLuas (ha)Persentase (%)

Datar0-8%2.869,921,94

Landai8-15%43.438,6829,43

Agak Curam15-25%69.357,2446,99

Curam25-40%31.137,1221,10

Sangat Curam>40%797,040,54

Jumlah 147.600 100

Sumber : Peta topografi PT. Sari Bumi Kusuma kelompok hutan Seruyan

Berdasarkan Peta Tanah Pulau Kalimantan skala 1:1.000.000 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat-Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor, areal kerja PT. Sari Bumi Kusuma didominasi jenis tanah Kambisol Distrik, Podsolik Kandik dan Oksisol Haplik (44,74 %).3.5 IklimBerdasarkan klasifikasi iklim Schimdt dan Ferguson, kondisi iklim areal IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma termasuk tipe iklim A. Curah hujan rata-rata mencapai 273,94 mm/bln dan rata-rata hari hujan 11,28 hari untuk kelompok hutan S. Seruyan dan curah hujan rata-rata untuk kelompok hutan S. Delang 266,5 mm/bln dengan rata-rata hari hujan 12,39 hari. Suhu rata-rata bulanan berkisar antara 22oC 28oC pada malam hari dan 30oC 33oC pada siang hari. Bulan-bulan relatif kering adalah bulan Juni sampai September. Kecepatan angin di wilayah kerja PT. Sari Bumi Kusuma berkisar antara 7-9 knots dengan kecepatan terbesar terjadi pada bulan Agustus dan Desember.3.6 Fungsi Hutan, Kondisi Penutupan Vegetasi dan Potensi HutanBerdasarkan Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) provinsi Kalimantan Tengah, areal kelompok hutan Seruyan dengan luas 147.600 ha terdiri dari hutan produksi terbatas (HPT) seluas 135.180 Ha dan Hutan Produksi Konversi (HPK) 12.420 Ha. Sedangkan kelompok hutan S. Delang terdiri dari HPT seluas 56.044 Ha dan HPK seluas 4.656 Ha. Kondisi penutupan vegetasi pada areal PT. Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah berdasarkan hasil penafsiran menggunakan citra landsat dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4 Kondisi penutupan vegetasi IUPHHK-HA PT. Sari Bumi KusumaNoPenutupan VegetasiLuas areal (ha)Jumlah

Kelompok hutan S. SeruyanKelompok hutan S. Delang

1Virgin Forest 22.838 3.698 26.536

2Logged Over Area 109.447 37.598 147.045

3Belukar tua/muda 15.315 19.404 34.719

Jumlah Total 147.600 60.700 208.300

Sumber : Pengolahan hasil penafsiran Citra Landsat dan cek lapangan IHMB,sesuaiyang tercantum dalam buku RKUPHHK berbasis IHMB taun 2011-2020 PT. Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah

Berdasarkan hasil Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala pada tahun 2008- 2009, potensi tegakan pada areal PT. Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah didominasi oleh pohon dengan jenis Dipterocarpaceae.3.7 PerindustrianKayu yang dihasilkan dari areal hutan alam produksi PT. Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah dipasok sebagai bahan baku pembuatan Plywood, Sawn Timber, Moulding dan Block Board pada industri kayu terpadu IPKH PT. Sari Bumi Kusuma (Alas Kusuma Group) yang terletak di Kumpai Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat.3.8 KetenagakerjaanKeberadaan IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma telah banyak memberikan manfaat berupa penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, baik yang berada di sekitar maupun masyarakat secara luas. Total jumlah karyawan PT. Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah Camp Nanga Nuak sampai dengan bulan Maret 2013 berjumlah 1.731 karyawan dengan didominasi karyawan yang berasal dari daerah lokal (Kabupaten Melawi, Sintang, Katingan dan Seruyan) sebanyak 70,78%.3.9 Kondisi Sosial EkonomiMasyarakat yang berada di dalam dan di sekitar areal kerja IUPHHK_HA PT. Sari Bumi Kusuma adalah masyarakat suku dayak dengan beberapa sub suku dan sebagian kecil lainnya merupakan suku pendatang. Berdasarkan survey monografi desa binaan tahun 2011, jumlah penduduk yang mendiami desa-desa di wilayah IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma adalah sebanyak 3.230 jiwa. Sebagian besar masyarakat merupaan penganut agam katholik (38,58%), selebihnya memeluk agama Hindu Kaharingan (23,29%), Protestan (16,89%), dan Islam (3,81%). Sedangkan untuk tingkat pendidikan masyarakat sebagian besar adalah tamatan Sekolah Dasar (SD), Yaitu sebesar 41,51%. Selebihnya masyarakat berpendidikan SLTP (12,04%), SLTA (9,25%), Perguruan Tinggi (3,12%), belum sekolah (15,01%) dan tidak sekolah/ tidak tamat SD (19,04%) Pada umumnya masyarakat memiliki mata pencaharian utama sebagai petani ladang berpindah. Bagi masyarakat setemapt, kegiatan pertanian ladang berpindah masih melekat kuat sebagai budaya tradisional yang mencerminkan rasa kebersamaan di antara masyarakat. Dengan adanya kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) yang dilaksanakan oleh IUPHKK-HA PT. Sari Bumi Kusuma, kondisi sosial ekonomi masyarakat telah banyak mengalami perkembangan. Masyarakat memiliki alternatif peluang usaha perekonomian yang lebih beragam; seperti munculnya aktivitas perdagangan budidaya tanaman pertanian sistem menetap dalam skala kecil dan mulai berkembangnya lembagalembaga perekonomian (Kelompok Usaha Bersama).

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Perencanaan Hutan4.1.1 Inventarisasi Hutan Menyeluruh BerkalaKegiatan Inventarisasi Menyeluruh Berkala (IHMB) di PT. Sari Bumi Kusuma telah dilaksanakan pada tahun 2008 samapi tahun 2009 dengan mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.34/Menhut-II/2007 tentang Pedoman IHMB pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (UPHHK) pada Hutan Produksi. Tujuan dari Kegiatan IHMB adalah:a. Mengetahui kondisi sediaan tegakan hutan secara berkalab. Sebagai bahan penyusunan RKUPHHK dalam Hutan Alam dan atau RKUPHHK dalam Hutan Tanaman atau KPH sepulug tahunanc. Sebagai bahan pemantauan kecenderungan (trend) kelestarian sediaan tegakan hutan di areal KPH dan atau IUPHHK-HA atau IUPHHK-HT (P,34/Menhut-II/2007)Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala pada prinsipnya berbasis keragaman potensi hutan dan dilaksanakan oleh pemegang IUPHHK-Ha dan IUPHHK-HT dengan pengambilan contoh (sampling unit) berbasis pada petak berdasarkan konsidi areal yang berhutan (areal efektif). Hasil yang diperoleh dari kegiatan IHMB adalah tersusunnya Rencana Kerja Umum (RKU) pada tahun 2011 sampai 2020 yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : Sk.20/VI-BUHA/2011, tanggal 14 Maret 2011 dengan jangka izin usaha sampai dengan tahun 2068. Dokumen tersebut merupakan pedeoman utama pelaksanaan pemanfaatan hasil hutan suatu perusahaan kehutanan.

Gambar 1 RKUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma periode tahun 2011 - 2020PT. Sari Bumi Kusuma menggunakan dua sistem silvikultur, yaitu TPTI dan TPTJ dengan teknik silin sehingga seluruh kegiatannya dikategorikan kedalam dua sistem silvikultur tersebut yang tercantum pada RKU. Pelaksanaan kegiatan pemanfaatan hasil hutan pertahunnya telah diperinci dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) sebagai dokumen pedoman utama. RKTUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma disusun berdasarkan RKUPHHK yang berhak disahkan secara self approval karena telah memperoleh sertifikasi FSC. Dikarenakan adanya peraturan baru yang mewajibkan untuk melakukan sertifikasi PHPL secara mandatori sehingga menyebabkan pihak manajemen tidak bisa mensahkan RKT secara self approval, sehingga pada bulan Pebruari 2015 yang dilaksanakan oleh Lembaga Penilai dan Verifikasi Independen PT. Ayamaru Sertifikasi. Selain itu pada bulan Pebruari 2015 dilakukan juga terdapat proses Annual Audit berdasarkan prinsip Forest Stewardship Council (FSC) yang dilaksanakan oleh Rainforest Alliance. Dokumen RKT berisikan realisasi kegiatan tahun sebelumnya pada masing-masing sistem silvikultur dan rencana kegiatan tahun berjalan. Selain itu juga disertakan data jenis dan jumlah peralatan, rencana pemanfaatan kayu, kegiatan penelitian dan pengembangan, pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan, rencana pendapatan dan pengeluaran tahun berjalan, jumlah tenaga teknis kehutanan, rekapitulasi LHC, struktur organisasi, dan peta-peta.

Gambar 2 RKTUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma tahun 2015IHMB tahun 2008-2009 PT. Sari Bumi Kusuma merupakan kegitan IHMB pertama yang dijadikan dasar penyusunan RKU. Kegiatan IHMB di PT. Sari Bumi Kusuma di laksanakan secara mandiri, tanpa adanya bantuan dari konsultan kehutanan. Hal ini dilakukan perusahaan guna mendapatkaan data yang akurat dan melatih SDM perusahaan dalam pelaksanaan IHMB, guna memperlancar kegiatan IHMB berikutnya. Disisi lain IHMB tahun 2008 ini memiliki daampak negatif bagi perusahaan, yaitu terbengkalainya kegiatan ITSP untuk tahun-tahun berikutnya. Terbengkalainya kegiatan ITSP ini karena kurangnya tenaga kerja untuk kegiatan ITSP yang terserap untuk kegiatan IHMB. Kedepanya diharapkan adanya manajemen tenaga kerja yang baik ketika akan dilakukan kegiatan IHMB.

4.1.2 Penataan Areal Kerja (PAK)Penataan areal kerja dilakukan dengan membagi kelas hutan untuk tujuan produksi dan kelas hutan bukan untuk tujuan produksi. Kelas hutan produksi selanjutnya akan dibagi dalam blok-blok dan petak-petak kerja sebagai unit pengelolaan terkecil. Sedangkan kelas hutan bukan untuk tujuan produksi adalah areal-areal yang tidak diproduksi dengan tujuan sebagai kawasan lindung di dalam hutan produksi dan areal-areal tidak efektif serta penunjang kegiatan pengelolaan hutan. Penataan Areal Kerja dimaksudkan untuk mengatur kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan pengawasan pekerjaan dalam pengusahaan hutan.Kegiatan PAK dilaksanakan pada Et-3 atau 3 tahun sebelum pemanenan. Kegiatan pada PAK meliputi penataan batas areal IUPHHK, penataan batas blok kerja (RKL dan RKT), penataan batas petak tebangan, membuat trase jalan induk (induk cabang dan ranting), trase jalan sarad dan penandaan lokasi TPn, serta pembuatan buffer zone. Hasil kegiatan PAK ini yaitu berupa peta kerja PT. Sari Bumi Kusuma (lampiran 1 dan 2). Kegiatan PAK dilakukan dengan membuat perencanaan di peta dan pelaksanaan di lapang. Perencanaan pada peta dilakukan dengan menentukan titik ikat batas blok kerja tahunan yang dapat berupa batas alam atau batas buatan definitif. Selain batas alam, titik ikat juga dapat berupa batas dari blok tahun sebelumnya.

Gambar 3 Batas petak kegiatan PAKPembuatan blok RKT dan blok tebangan dilakukan dengan membuat rintisan selebar 3 meter dan diambil data kemiringan, azimuth serta titik koordinat lokasi tertentu. Selain itu juga dibuat batas perladangan yang terdapat pada blok RKT yang ditandai dengan cat biru. Apabila pada blok RKT ditemukan situs budaya, maka akan ditandai dengan cat warna biru dengan radius 20 meter. Untuk batas petak, pohon dalam daerah rintisan akan dikupas kulitnya dan diberi cat berwarna biru untuk batas blok RKT dan warna merah untuk batas petak. Pemberian batas areal kerja dilakukan dengan memancang pal-pal yang dibuat dengan menggunakan jenis kayu keras yang diberi tanda nama petak. Kegiatan lain pada kegiatan PAK yaitu melakukan inventarisasi hutan dengan Intensitas Sampling (IS) 4% yang meliputi potensi pohon pada batas kanan dan kiri petak dengan radius 10 meter. Inventarisasi ini bertujuan untuk mengetahui taksiran volume rata-rata sementara dari suatu petak. Peralatan yang diperlukan dalam kegiatan PAK meliputi kompas, clinometer, alat tulis, buku ekspedisi, tali stop 20 meter, cat berwarna merah dan biru, label pohon/tagplate, kertas milimeter blok dan kalkulator. Regu PAK terdiri atas:1. Satu orang timber cruiser 2. Dua orang tenaga bulanan surveyor3. Satu orang penjaga camp4. Satu orang membawa perbekalan5. Satu orang menarik tali stop 6. Satu orang membuat kuasan pada pohon yang dilewati7. Satu orang menandai batas dengan cat8. Tiga orang bertugas merintis jalur.

4.1.3 Inventarisasi Tegakan Sebelum PenebanganInventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan merupakan kegiatan pengukuran, pencatatan dan penandaan terhadap seluruh potensi yang terdapat dalam petak kerja serta pengambilan data kondisi lapang yang meliputi data topografi, data pohon, jaringan sungai, danau, ladang, trase jalan, kondisi flora dan fauna, situs budaya dan areal penambangan. Kegiatan ITSP ini merupakan kegiatan sensus sehingga dilaksanakan dengan intensitas sampling 100%. Kegiatan ini dilaksanakan pada ET-2 yang artinya dilaksanakan 2 tahun sebelum penebangan.Data hasil kegiatan ITSP dapat digunakan sebagai patokan untuk menetapkan produksi tahunan pada RKT tahun yang bersangkutan, menentukan arah trase jalan sarad, menentukan jumlah, kapasitas mesin dan tenaga kerja untuk kegiatan pemanenan kayu. Dari data tersebut diharapkan kegiatan pemanenan akan berjalan lancar dengan kerusakan atau dampak negatif yang ditimbulkan seminimal mungkin (PHPL). Kegiatan observasi ITSP dilaksanakan selama 6 hari pada petak DD 09 RKT 2016 dengan sistem silvikultur TPTJ. Petak ini berbentuk bujur sangkar dengan sisi 1 km x 1 km dengan luasan sebesar 93 ha. Sistem silvikultur TPTJ menentukan untuk pohon komersial berdiameter diatas 40 cm diberi label merah sebagai penanda pohon yang akan diproduksi (ditebang) dan label kuning untuk pohon dengan diameter 20-39 cm (pohon inti) dan pohon dilindungi. Sedangkan untuk sistem TPTI pohon komersial berdiameter diatas 50 cm diberikan label merah, label kuning untuk pohon dilindungi dan pohon inti berdiameter 20-39 cm. Setiap regu ITSP terdiri dari 10 orang yang meliputi:1. 1 timber cruiser 2. 1 pengawas identifikasi jenis pohon 3. 1 pengambil data topografi 4. 1 penarik tali stop 5. 2 pembuat jalur cruising 6. 4 pencari kayu, identifikasi, pengukur diameter dan pemasang labelTahap awal kegiatan ITSP yaitu pengengecekan kembali batas petak dan penentuan jalur 20 meter serta pengambilan data helling pada batas petak. Setelah batas petak diukur ulang dan jalur 20 meter telah ditentukan, tim pembuat jalur yang terdiri dari 2 orang akan membuka jalur dengan arah utara-selatan atau sebaliknya. Apabila jalur telah dibuat, pada setiap jalur dilakukan pengukuran jarak lapang, helling, penggambaran kondisi lapang (sungai dan parit), identifikasi pohon, posisi pohon, pengukuran diameter dan tinggi dan pemasangan label sesuai dengan sistem silvikultur yang diterapkan, data tersebut kemudian dicatat dalam buku ekspedisi.Kegiatan pencatatan atau inventarisasi pohon dilakukan dengan mengukur diameter dan menentukan tinggi pohon serta lokasi pohon pada jalur risalah. Pada saat yang sama juga dilakukan pengecekan pohon layak tebang dengan cara memukulkan parang pada pohon tersebut atau dengan pengamatan pada pohon tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kualtias pohon yang akan ditebang yaitu kelurusan dan gerowong. Apabila pohon layak tebang tersebut memiliki gerowong maka pada bagian belakang label pohon akan diberikan tanda silang sebagai penanda bahwa pohon tersebut memiliki gerowong pada batangnya. Pengukuran diameter dilakukan dengan menggunakan phi band. Sedangkan pada penentuan tinggi dan lokasi pohon, data yang diperoleh merupakan hasil taksiran timber cruiser. Cara tersebut dianggap lebih mudah dan dapat mempercepat pekerjaan lapang, timber cruiser dianggap sudah dapat menaksir tinggi pohon dan lokasi pohon karena sudah memiliki pengalaman yang cukup. Gambar dibawah ini merupakan label pada kegiatan ITSP. Gambar 4 Label pohon produksi & pohon inti atau dilindungi

Pengukuran diameter yang dilakukan masih terdapat kekurangan diantaranya yaitu pengukuran tidak dilakukan pada ketinggian 1,3 m dari permukaan tanah (tinggi DBH) pada pohon normal, pengukuran pohon besar berbanir dilakukan dengan taksiran atau pengukuran bentang. Sedangkan untuk pengukuran tinggi pohon dirasa kurang tepat dan efisien. Sebaiknya pengukuran tinggi pohon berdasarkan tabel tinggi sehingga hasil pengukuran dapat lebih mendekati kondisi aktualnya. Apabila pengukuran tersebut masih dipertahankan maka perlu koordinasi dengan bagian produksi untuk mengetahui selisih penaksiran dengan tinggi aktual pohon serta bagian monitoring dan evaluasi untuk memberitahukan kepada timber cruiser bahwa perlunya pengamatan yang lebih hati-hati untuk menentukan tinggi pohon. Berdasarkan data tersebut dapat diperoleh volume pohon. Volume pohon diperoleh dengan menggunakan pendekatan tabel volume.Tahapan selanjutnya yaitu pemetaan hasil pengambilan data lapang pada peta dengan skala 1:1000 yang selanjutnya disebut peta Laporan Hasil Cruising (LHC). Peta LHC memuat informasi tentang sebaran pohon dan keadaan topografi. Setiap pohon yang diinventarisasi memiliki simbol yang berbeda-beda untuk memudahkan dan membedakan jenis pohon. Penomoran pohon hasil inventarisasi ditentukan berurutan sesuai dengan jalur inventarisasi. Peta LHC merupakan informasi utama untuk menentukan kegiatan pengelolaan selanjutnya. Peta LHC nantinya dapat dijadikan pedoman dalam melakukan kegiatan pembuatan jalan sarad dan produksi.Setiap regu ITSP diberikan tenggang waktu untuk menyelesaikan petak kerjanya sesuai dengan luasan yang diberikan oleh kepala seksi ITSP, yang pada umumnya setiap regu harus menyelesaikan petaknya dalam 40-60 hari. Perbekalan untuk kegiatan ITSP berupa peta kerja yang telah dibuat oleh bagian PAK. Perbekalan lainnya taitu berupa kompas, clinometer, tali stop 20 m, label pohon, phi band, spidol, paku, buku ekspedisi (tally sheet), kertas milimeter dan alat tulis. Selain peralatan penunjang pekerjaan kegiatan ITSP, setiap regu ITSP diberikan perbekalan konsumsi berupa bahan makanan mentah seperti beras, makanan instan, kopi, teh, dan lain sebagainya. Peralatan lain untuk menunjang kegiatan ITSP yaitu setiap pekerja diwajibkan membawa parang dan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sepatu lapang, sarung tangan, dan helm. Namun pada pelaksanaannya penggunaan APD tersebut sangat minimal, para pekerja pada umumnya enggan menggunakan helm dengan alasan ketidaknyamanan. Hal ini merupakan suatu pengabaian yang menyalahi aturan yang telah ditetapkan perusahaan, mengingat bahwa resiko pekerjaan di lapang sangatlah tinggi. Oleh sebab itu, perlunya ketegasan baik dari timber cruiser, kepala seksi ITSP, serta bagian monitoring dan evaluasi dalam penggunaan APD.

4.1.4 Perencanaan Pembukaan Wilayah HutanPembukaan Wilayah Hutan (PWH) merupakan kegiatan yang memberikan akses ke dalam areal hutan untuk pemanenan kayu dan hasil hutan lainnya, penyediaan berbagai prasarana guna kelancaran kegiatan pengusahaan hutan. PWH merupakan kegiatan yang membutuhkan investasi tinggi dan memberikan dampak ekologi terbesar maka dalam rangka meminimalkan dampak negatif, penyediaan prasarana PWH harus direncanakan, dibangun dan dipelihara sesuai dengan praktek manajemen terbaik.Perencanaan PWH tahun 2015 tertuang dalam RKT tahun 2015. Uraian lebih rincinya dapat dilihat pada tabel.Tabel 5 Rencana PWH (Et-1) pembuatan jalan tahun 2015Uraian Sifat JalanRencana (Km)

Jalan Cabang

Blok RKT 2015 Katingan

Tidak diperkeras9,795

Blok RKT 2015 Seruyan

Tidak diperkeras19,647

Mengingat bahwa PT. Sari Bumi Kusuma pada pengelolaannya sudah mencapai periode kedua, maka pada saat ini kegiatan PWH hanya terfokus pada pembuatan jalan cabang. Tabel 6 Rencana peralatan tahun 2015NoJenis PeralatanRencana (unit)Kumulatif s/d tahun 2014 (unit)

1Tracktor-18

2Motor Grader-5

3Excavator13

4Track Loader--

5Dumptruck221

6Truck-11

7Backhoe--

Sumber: RKTUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma tahun 20154.1.5 Perencanaan pemanenan kayuPemanenan kayu merupakan kegiatan pemanfaatan hutan produksi dan dilaksanakan dengan memperlihatkan aspek ekonomi, ekologi dan sosial. Pemanenan kayu bertujuan untuk mengoptimalkan nilai hutan, menjaga agar pasokan untuk industri stabil atau progresif, meningkatkan peluang kerja, dan meningkatkan ekonomi regional dan lokal. Dengan tujuan tersebut maka kegiatan pemanenan kayu harus direncanakan dengan cermat.Perencanaan pemanenan adalah keputusan untuk menetapkan seperangkat kegaiatan dalam pemanenan yang akan dilakukan di masa datang (Staaf dan Wiksten 1984). Sedangkan menurut Conway (1982) perencanaan pemanenan adalah tindakan yang perlu dilakukan di masa datang yang diatur berdasarkan urutan tahapan pemanenan yang paling efisien dengan teknologi yang ditentukan dan dilaksanakan pada saat yang ditetapkan untuk mengeluarkan kayu dari hutan. Perencanaan volume pohon produksi tahun 2015 di PT. Sari Bumi Kusuma tertuang dalam RKT tahun 2015, secara terperinci dapat dilihat pada tabel.Tabel 7 Rencana produksi RKT 2015 TPTIRKT tahun 2015TPTI

Target Blok RKTUPHHK TPTI tahun 2015Trace jalan dalam blok RKTUPHHK TPTI tahun 2015

Luas blok (ha)Target volume (m3)Jumlah pohonPanjang jalan cabangTarget volume (m3)Jumlah pohon

Blok I Katingan1490505841008416,815416976

Blok II Seruyan6102789456951,778106195

Tabel 8 Rencana produksi RKT 2015 TPTJ

Sebelum kegiatan pemanenan kayu pada petak tebang dimulai, terdapat kegiatan perencanaan pembuatan jalan sarad dan rencana TPn. Pembuatan jalan sarad dan lokasi TPn mengacu pada peta hasil kegiatan risalah hutan (ITSP). Pembuatan jalan sarad ini didasarkan pada sebaran pohon, kelerengan dan kerapatan jalan saradnya. Tujuan pembuatan rencana jalan sarad ini yaitu untuk memudahkan dalam kegiatan penyaradan yaitu sebagai panduan operator traktor sarad untuk pembuatan jalan sarad sesuai jalan sarad yang telah dibuat serta dapat menemukan kayu yang telah ditebang. Kegiatan operasional di lapang yaitu dengan pembuatan tanda arah jalan sarad. Hasil dari pembuatan jalan sarad yaitu tanda jalan sarad dilapangan yang ditandai dengan cat berwarna kuning pada batang pohon sebagai tanda arah jalan sarad, peta topografi dan komposisi pohon dengan gambar realisasi arah lorong sarad yang ditandai dengan garis warna hijau untuk topografi ringan (0- 15%), warna orange untuk topografi sedang (15-30%) dan warna merah untuk topografi yang berat (30-45%).4.2 Pembukaan Wilayah HutanPembukaan Wilayah Hutan adalah kegiatan kehutanan yang menyediakan prasarana/infrastruktur, antara lain: jaringan jalan, log pond, base camp induk dan cabang, base camp pembinaan hutan, tempat penimbunan kayu/TPK, tempat pengumpulan kayu/TPN, jembatan, dan gorong-gorong, menara pengawas, dan lain-lain dalam melancarkan kegiatan pengelolaan hutan (Elias, 2008). Hutan tidak akan dapat dikelola secara lestari bila persyaratan Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) yang memadai belum dipenuhi. Hal ini mengingat bahwa PWH merupakan persyaratan utama bagi kelancaran perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dalam pengelolaan hutan, dan PWH bertugas menciptakan fungsi sosial dan ekonomi dari hutan. Dengan demikian konsep PWH yang ideal adalah yang dapat melayani seluruh areal hutan dengan baik, investasi dan biaya operasionalnya minimal dan PWH yang paling sedikit menimbulkan kerusakan lingkungan serta memberikan manfaat sosial dan ekonomi yang maksimal bagi masyarakat di sekitar hutan (Elias, 2008). Dibutuhkan standar tertentu untuk mencapai konsep PWH yang ideal terutama dalam pembuatan jalan, berikut adalah standar jalan PT. Sari Bumi Kusuma.Tabel 9 Spesifikasi jalan angkutan di PT. Sari Bumi KusumaSpesifikasi Jalan Angkutan

Lebar Jalur Lalu Lintas8 - 12 meter

Kemiringan Jalur Lalu Lintas1-3 %

Lebar Daerah Manfaat Jalan10 - 14 meter

Lebar Bahu Jalan & Parit2 meter kanan & kiri

Kemiringan Bahu Jalan5-10 %

Lebar tebang baying10 m kanan & kiri

Kelerengan/ tanjakan maks. Jalan0 - 8 %

Radius/ jalan belokan> 50 m

Kemiringan teraseringsudut 45

Tebal Perkerasan30 -50 cm

Kemiringan deker1 - 3 %

Lebar Badan Jalan (jalan punggung/ pematang)12 - 16 meter

Lebar Badan Jalan (jalan lembah)12 - 16 meter

Lebar Badan Jalan (jalan kontur/ lereng)12 - 16 meter

Lebar Daerah Milik Jalan (jalan punggung/ pematang)32 - 36 meter

Lebar Daerah Milik Jalan (jalan lembah)32 - 36 meter

Lebar Daerah Milik Jalan (jalan kontur/ lereng)27 - 36 meter

Standar jalan di areal PT. Sari Bumi Kusuma berbeda untuk setiap kelas jalan. Jalan utama memiliki lebar 12 m sedangkan untuk jalan cabang 8 meter. Berdasarkan hasil wawancara, jalan cabang untuk beberapa tahun belakang ini tidak diberikan lapisan pengerasan. Adapun yang diberikan lapisan pengerasan yaitu pada lokasi yang memiliki potensi kayu yang tinggi dan pada knefel/ dekker/ jembatan. Standar jalan yang di PT. SBK berasal dari berbagai studi literatur dan juga berdasarkan kondisi lingkungan dan tujuan pengelolaan hutannya. Kegiatan lapang yang diikuti untuk kegiatan PWH dilaksanakan selama empat hari yang secara umum meliputi kegiatan pembukaan jalur trase jalan (pilotting), persiapan dan pembersihan badan jalan (opening & clearing), pembentukan badan jalan (grading & forming), tebang bayang (shadow felling), pembuatan jembatan dan gorong-gorong, pengerasan jalan (surfacing), dan kunjungan bengkel PWH. Rincian alat berat yang digunakan pada kegiatan PWH di PT. SBK terdapat pada lampiran 3. Kegiatan pembuatan jalan dilaksanakan pada cabang KM 91 blok seruyan, dalam kegiatan pembukaan jalan terdapat beberapa tahapan kegiatan yaitu: Piloting yaitu kegiatan penandaan pada wilayah / hutan yang akan dibuka untuk jalan dengan cara mengecat atau mengupas batang kayu dengan parang atau mendorong menggunakan traktor D7G sebagai tanda, lazim dikatakan trase jalan. Opening & clearing merupakan kegiatan mengupas bagian lapisan tanah yang direncanakan untuk jalan sebagai daerah milik jalan dan melakukan pembersihan sampah / tunggak dan batang kayu pada bagian daerah rencana badan jalan. Grading & forming yaitu kegiatan perataan permukaan tanah dengan sistem gali timbun, yang artinya permukaan yang tinggi digali dan ditimbun pada tempat yang rendah dengan menggunakan D6R atau D7G sampai terbentuk jalan. Shadow felling atau umum dikenal sebagai tebang bayang yaitu kegiatan penebangan kayu pada daerah kanan kiri jalan yang menaungi jalan. Kegiatan ini bertujuan agar panas cahaya matahari dapat menyinari jalan dan membuat jalan cepat kering pada kondisi basah. Surfacing yaitu kegiatan penaburan batu atau kerikil pada permukaan jalan yang labil dengan tujuan agar permukaannya keras dan tidak becek. Compacting merupakan kegiatan pemadatan batu yang ditaburkan, dipadatkan dan dirapikan. Pada pelaksanaannya kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan traktor D7G.Gambar 5 PilotingGambar 6 Opening & clearing

Gambar 7 Grading & formingGambar 8 Shadow felling

Gambar 9 CompactingGambar 10 Surfacing

Pengamatan lainnya yaitu pada pembuatan jembatan, namun menurut teknisi lapangan disebut dengan knefel gantung. Jembatan yang diamati dibuat pada sungai dengan lebar 11 meter. Jembatan ini dibuat dengan 4 log kayu ulin berdiameter 80 100 cm sepanjang 15-16 meter, dan 47 log kayu jenis lainnya seperti meranti dan bangkirai berdiameter 40 50 cm sepanjang 11-13 meter. Kayu ulin disusun sejajar dengan jalan, sedangkan kayu jenis lainnya disusun sejajar dengan sungai, hal ini bertujuan untuk menghindari selip ban saat hujan. Kayu jenis ulin merupakan salah satu jenis yang dilindungi, namun pada kegiatan PWH sulit untuk menghindari pohon yang dilindungi tanpa menebangnya. Pada umumnya kayu yang digunakan untuk penggunaan jembatan ataupun dekker merupakan pohon yang berada pada arah trase jalan atau pohon yang terkena tebang bayang. Setiap penggunaan kayu yang digunakan untuk keperluan penunjang pemanenan kayu terutama untuk kayu yang dilindungi dicantumkan dalam laporan harian mandor PWH. Berikut ini adalah gambar jembatan atau knefel gantung.

Gambar 11 Konstruksi jembatanPada proses pembuatannya, kayu ulin diletakan secara melintang pada sungai dan diletakan pada tanah aslinya bukan pada tanah yang terkena dorongan traktor. Kemudian untuk kayu selanjutnya diberikan jarak 2 meter karena jembatan yang dibuat terdapat pada jalan cabang yang memiliki badan jalan 8 meter. Tahapan selanjutnya yaitu menyusun kayu sejajar dengan sungai dan kemudian menimbunnya dengan tanah dan lapisan pengeras. Terdapat kelemahan pada jembatan yang dibuat, dapat dilihat pada gambar diatas tidak adanya bantalan pada sisi sungai. Hal ini dapat mengakibatkan pendangkalan pada sungai sehingga pada nantinya arus sungai dapat mempercepat kerusakan jembatan. Selain itu pada tahap awal pembuatan jalan sebaiknya dilakukan pengerukan dengan menggunakan excavator pada dasar sungai sehingga dapat meminimalkan pendangkalan sungai yang dapat memperkecil arus sehingga dapat mempercepat kerusakan jembatan. Mengingat bahwa jenis tanah pada areal konsesi PT. Sari Bumi Kusuma rawan terhadap erosi, terdapat solusi untuk mengatasi hal tersebut yaitu seperti tertera pada gambar berikut (UNHAS 2009) .

Gambar 12 Konstruksi pondasi jembatanKonstruksi pondasi jembatan pada bagian tepi sungai terdiri atas kayu bulat dan batu kerikil. Kayu bulat disusun bertumpuk, membentuk suatu bantalan jembatan agar lapisan bagain atas dari jembatan tidak terperosok pada saat debit sungai membesar. Batuan kerikil diberikan pada setiap lapisan bantalan jembatan yang bertujuan untuk memperkokoh jembatan. Hal terpenting lainnya yaitu pada setiap kayu bulat yang disusun diberikan pengikat berupa kabel sling/winch. Kabel yang digunakan dapat berupa kabel sling/winch untuk rakit yang berukuran 1/2 atau 3/8. Konstruksi pondasi jembatan ini sebaiknya diterapkan pada sungai-sungai besar dan lebih baik lagi pada setiap jembatan yang ada.Pengamatan dilakukan juga pada gorong-gorong (dekker), seperti dilihat pada gambar, pada umumnya gorong-gorong terbentuk dari beberapa kayu gerowong. Cara seperti ini kurang efektif karena aliran air tidak dapat secara maksimal melewati gorong-gorong tersebut, dan dikhawatirkan apabila alirannya terhambat dapat meluap pada sisi lainnya dan membuat embung air. Selain itu juga sebaiknya pada bagian tepi tanah yang akan dibuat jembatan diberikan lapisan pengeras. Berdasarkan hasil wawancara, bentuk gorong-gorong seperti ini dibuat pada periode pertama dan pada tahun ini memulai mengganti gorong-gorong tersebut secara bertahap.

Gambar 13 Bentuk gorong-gorong4.3 Pemanenan HutanPemanenan hutan adalah serangkaian kegiatan kehutanan yang merubah pohon dan biomas lain menjadi bentuk yang dapat dipindahkan ke lokasi lain sehingga bermanfaat bagi kehidupan dan ekonomi masyarakat. Dalam hal ini pemanenan yang dimaksud adalah pemanenan kayu karena PT. Sari Bumi Kusuma fokus pada potensi kayu. Tujuan dari pemanenan hutan diantaranya meliputi : meningkatkan nilai hutan mendapatkan produk hasil hutan yang dibutuhan masyarakat memberi kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar hutan memberikan kontribusi kepada devisa negara membuka akses wilayahPT. Sari Bumi Kusuma telah menerapkan Reduce Impact Logging (RIL) dalam pelaksanaan kegiatan pemanenan hasil hutan. Secara umum tahapan dalam kegiatan produksi di PT. Sari bumi Kusuma meliputi kegiatan penebangan, pembukaan jalan sarad dan penyaradan, pembagian batang, pengulitan, penumpukan kayu di TPn, bongkar muar dan pengangkutan. Rincian peralatan pemanenan kayu PT. Sari Bumi Kusuma berdasarkan arsip bagian logistik pada lampiran 4.

4.3.1 PenebanganPenebangan adalah suatu rangkaian kegiatan merebahkan pohon berdiri dan mempersiapkan batang pohon tersebut untuk ditarik dan diangkut keluar hutan. Pohon yang ditebang adalah pohon yang diberi label merah dalam kegiatan ITSP, apabila pada label tersebut tertera tanda silang yang diberikan oleh regu risalah hutan maka pohon tidak akan ditebang karena kondisi pohon tidak baik. Namun berdasarkan hasil pengamatan, tidak semua pohon yang terdapat tanda silang pada labelnya memiliki kondisi yang tidak baik (gerowong). Kegiatan penebangan digunakan alat berupa chainsaw dengan seri STHIL 070. Satu chainsaw terdiri dari dua orang pekerja yaitu satu operator chainsaw dan satu helper/hookman. Chainsaw yang digunakan merupakan chainsaw pribadi milik operator, perusahaan hanya membantu berupa subsidi dalam pembelian alat dan spare part. Operator membayar pembelian chainsaw secara berkala pada perusahaan dengan cara pemotongan gaji setiap bulannya. Kepemilikan chainsaw ini berada sepenuhnya pada operator agar perusahaan mudah mengkontrol penggunaan alat dan spare part karena dikhawatirkan apabila chainsaw disediakan langsung oleh perusahaan maka operator tidak menghiraukan peratawan dari alat tersebut. Untuk bahan bakar dan pelumas seluruhnya ditanggung oleh perusahaan, setiap hari operator chainsaw membawa 5 liter bensin dan 1,5 liter pelumas.Sebelum penebangan dilaksanakan, pengawas penebangan akan membagi lokasi penebangan berdasarkan peta pohon dan topografi skala 1 : 1000 yang telah memuat rencana jalan sarad. Setelah pembagian wilayah kerja, pengawas akan menandai peta dengan menuliskan tanggal pengerjaan pada jalan sarad yang bersangkutan. Secara umum tahapan-tahapan dalam kegiatan penebangan meliputi:1. Menentukan pohon yang akan ditebang dengan pertimbangan meminimalkan kerusakan pohon potensial yang ada di sekitarnya2. Melakukan pengecekan kondisi pohon sesuai dengan label yang sudah ditempel saat ITSP (kondisi pohon yang dimaksud adalah misalnya pohon bertanda X yang artinya pohon tersebut growong)3. Menentukan arah rebah dengan melihat arah tajuk yang berpengaruh dengan kecenderungan berat pohon4. Pembersihan liana / tumbuhan merambat yang melilit batang pohon sekaligus membuat jalur keselamatan5. Membuat takik rebah dan takik balas6. Melihat arah rebah pohon sesuai dengan rencana awal atau tidak,7. Pemotongan bagian ujung pohon mulai dari cabang pertama dan perapihan bontos.8. Menempelkan label merah yang terdiri dari 3 bagian (paling atas untuk ditempel di bagian tunggak, bagian tengah ditempel di batang pohon, dan bagian terakhir disimpan oleh operator chainsaw untuk pengupahan)Pengamatan penebangan dilakukan di petak X14 blok Seruyan RKT 2015. Teknik penebangan yang digunakan di PT. SBK yaitu menggunakan takik rebah konvensional yang merupakan teknik standard yang paling umum dipakai didalam kegiatan penebangan. Namun pada pelaksanaannya terdapat beberapa kekurangan yaitu pada pohon normal terdapat unusan pada tunggak pohon. Hal ini disebabkan karena pembuatan takik yang kurang dalam. Unusan ini dapat menyebabkan pohon yang ditebang memiliki cacat pada bagian bontos dan perlu dilakukan pemotongan sehingga dapat mengurangi kubikasi kayu. Selain itu juga unusan dapat menjadi sumber bahaya bagi operator chainsaw, sehingga ketidaksempurnaan penebangan ini harus diminimalisir. Penebangan pada pohon berbanir juga sebaiknya dilakukan pemotongan pada banirnya terlebih dahulu. Pemotongan banir dapat memaksimalkan kubikasi kayu sehingga dapat menambah keuntungan bagi perusahaan. Dalam melaksanakan pekerjaannya, operator chainsaw dilengkapi perlengkapan keamanan kerja berupa helm, sarung tangan dan sepatu lapang. Alat pengaman seperti penutup mata, masker dan penutup telinga tidak digunakan dengan alasan penutup mata akan membuat pandangan kabur karena kaca akan berembun saat chainsaw digunakan, masker akan membuat operatorchainsaw sesak nafas saat bekerja sedangkan untu penutup telinga tidak digunakan karena dikhawatirkan operator tidak dapat mendengar suara apabila ada pohon dari arah lain yang rebah atau ranting yang patah. Hal ini sudah dipertimbangkan oleh pihak perusahaan dan assesor dan alasan tersebut dirasa logis sehingga penggunaan alat pelindung tersebut tidak diwajibkan.Banyak kendala pada saat melakukan penebangan, yaitu arah rebah pohon tidak mengarah pada arah yang telah direncanakan. Pohon ditebang menuju tajuk dan kemiringan pohon yang lebih condong karena titik beban pohon akan lebih mudah jatuh ke arah tersebut. Akibat penebangan yang tidak sesuai rencana ini akan menyulitkan kegiatan selanjutnya yaitu pada saat penyaradan sehingga arah penyaradan sulit membentuk sirip ikan.

Gambar 14 Proses penebangan4.3.2 PenyaradanPenyaradan adalah kegiatan memindahkan kayu dari tunggak atau petak tebang ke suatu tempat pengumpulan (TPn) (Wackerman 1966). Penyaradan bertujuan untuk memindahkan kayu dari tunggak ke TPn dengan cara secepat-cepatnya dengan biaya murah dan hasilnya bermutu tinggi. Dengan mengenali komponen-komponen biaya maka dapat dipilih pada komponen mana biaya harus diturunkan lagi untuk mencapai biaya murah. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan kerja antara lain kondisi dan ketrampilan operator, kondisi medan tempat operasi traktor, berat beban yang disarad, sistem transmisi yang digunakan dalam operasi dan sebagainya. Terdapat pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan sistem penyaradan diantaranya jarak sarad, topografi, jenis tanah dan ukuran kayu. PT Sari Bumi Kusuma sudah menerapkan sistem penyaradan mekanis dengan menggunakan alat berat berupa traktor dan skidder. Pada observasi lapang yang dilaksanakan pada petak X14 terdapat 4 regu produksi dimana masing-masing regu terdiri dari 2 operator chainsaw dan 2 helper, 2 operator skidder dan 2 helper. Setelah penebangan selesai dilakukan, operator skidder akan berkoordinasi dengan bagian checking blok tebang dan mandor lapangan untuk menyarad kayu dari petak kerja. Setelah diketahui posisi kayu yang akan disarad, skidder akan menerobos trase jalan sarad yang telah dibuat oleh regu pembuat jalan sarad, trase jalan yang dibuat ditandai dengan cat berwarna kuning pada batang pohon, pembuatan jalan sarad diperbolehkan tidak sesuai dengan rencana jalan sarad yang telah dibuat apabila dirasakan lorong sarad yang direncanakan sulit direalisasikan di lapangan karena faktor topografi maupun pohon inti yang menghalangi. Jalan sarad yang telah dibuat kemudian akan dilakukan penggambaran ulang oleh tim checking sehingga dapat dipantau perubahan-perubahan yang terjadi dengan disertai alasan perubahan jalan sarad tersebut.Skidder yang telah sampai pada lokasi pohon yang telah ditebang kemudian akan meregangkan winch/sling atau kabel baja dan pembantu operator akan memasang sling pada kayu yang akan ditarik. Setelah sling terpasang traktor atau skidder akan menarik kayu sampai ke TPn. Setelah sampai ke TPn, pembantu operator kemudian akan melepaskan sling dan kayu akan dirapikan dengan cara didorong oleh skidder. PT. Sari Bumi Kusuma menerapkan teknik RIL dalam kegiatan pemanenan kayu, contoh penerapan yang dilaksanakan di lapang yaitu pada saat menyarad pada jalan yang cukup datar blade harus dinaikan agar tidak merusak tanah, selain itu jalan sarad dibuat dengan lebar blade skidder (3 meter) hal ini dimaksudkan agar keterbukaan dari jalan sarad tidak terlalu besar.

Gambar 15 Traktor jenis SkidderAlat berat pada kegiatan penyaradan merupakan jenis skidder yang memiliki beban persatuan luas yang rendah (low ground pressure) sehingga dapat meminimalisir pemadatan tanah. Skidder CAT 527 memiliki beban persatuan luas sebesar 8 psi sedangkan traktor CAT D7G memiliki beban persatuan luas sebesar 19,3 psi. Terdapat perbedaan yang nyata antara kedua jenis alat tersebut, sehingga untuk kegiatan penyaradan lebih disarankan menggunakan alat skidder karena memiliki resiko pemadatan tanah yang rendah. Pemadatan tanah dapat menyebabkan berkurangnya total ruang pori, berkurangnya laju infiltrasi air, berkurangnya permeabilitas, dan berkurangnya daya tampung air (Jones 1983 dalam Matangaran 2002). Selain itu juga tanah yang terpadatkan dapat mengganggu pertumbuhan akar pohon atau kecambah yang tumbuh alami pada jalan sarad karena akar sulit menembus tanah. Pemadatan tanah ini dapat disebabkan oleh alat berat, jenis tanah, dan intensitas penyaradan. Tanah adalah faktor tetap namun pada alat berat dan intensitas penyaradan dapat dilakukan manipulasi, dengan demikian perusahaan perlu mengganti unit alat berat yang memiliki dampak kerusakan tinggi dan meminimalkan intensitas penyaradan pada jalur sarad. Hambatan pada kegiatan penyaradan pada umumnya yaitu posisi arah rebah pohon yang tidak membentuk sirip ikan atau menjauhi jalan sarad. Sehingga operator skidder membuka jalan sarad baru yang tidak direncanakan pada peta. Hal ini dapat diatasi dengan memaksimalkan panjang winch/sling sehingga keterbukaan areal akibat penyaradan dan kerusakan hutan dapat diminimalisir.

4.3.3 Pembagian Batang, Pengukuran, dan Kegiatan lain diTPnSetelah kayu sampai di TPn, kayu disusun berdasarkan panjang kayu menggunakan skidder/ traktor. Kayu bulat yang telah tersusun kemudian dilakukan pengupasan kulit, kegiatan ini bertujuan untuk meminimalkan resiko kayu cepat busuk atau terkena jamur. Alat yang digunakan untuk mengupas kulit kayu bulat yaitu linggis. Teknik pengupasan kulit ini yaitu dengan cara menusukkan linggis pada bagian bawah kayu bulat dan kemudian mendorongnya ke arah luar. Tidak semua kayu bulat dapat dilakukan pengupasan kulit mengingat bahwa petugas pengupas memiliki tenaga terbatas serta mengejar jumlah kayu yang dapat dikupasnya. Pada umumnya kayu yang dikupas merupakan kayu floater atau kayu terapung sedangkan kayu tenggelam sinker jarang dilakukan pengupasan kulit karena memiliki kulit yang keras.

Gambar 16 Kegiatan pengupasanTahapan selanjutnya yaitu dilakukan pemotongan pangkal dan ujung, diupayakan panjang kayu yang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Peralatan pengangkutan yang tersedia berupa truck trailer dan logging truck. Panjang maksimal kayu yang dapat diangkut oleh trailer yaitu 20-22 meter dan panjang minimal yaitu 7,6 meter sedangkan untuk logging truck hanya mampu mengangkut kayu bulat dengan panjang 15 meter. Untuk itu panjang kayu bulat yang dipotong harus menyesuaikan dengan kemampuan alat angkut yang tersedia. Penggunaan truck trailer ataupun logging sangat dipengaruhi oleh kondisi jalan, jalan yang belum diperkeras dan dengan kondisi tanah yang basah akan sangat menyulitkan truck trailer untuk dapat mengangkut kayu dari TPn, sehingga untuk kondisi tanah yang seperti ini sebaiknya menggunakan logging truck. Pada proses pemotongan ini regu pengukur/ mandor biasanya memberikan pengarahan untuk memotong kayu bulat yang memiliki cacat (busuk hati, gerowong, dll). Kayu bulat yang telah dipotong kemudian akan diberi paku S pada bagian yang retak atau pecah, hal ini bertujuan untuk mencegah rekatan bertambah besar.Gambar 17 Pemasangan paku SGambar 18 Pengukuran kayu bulat

Kemudian dilakukan pengukuran panjang, diameter dan cacat kayu sebagai dasar untuk perhitungan volume bersih yang dapat dimanfaatkan untuk industri. Pengukuran panjang kayu bulat dilakukan menggunakan pita ukur dengan mengukur panjang terpendek dari bontos bawah ke bontos atas. Untuk pengukuran diameter dilakukan dengan mengukur diameter terpanjang dan diameter terpendek dari bontos atas maupun bontos bawah kemudian hasil pengukuran tersebut dirata-ratakan untuk memperoleh diameter akhir pengukuran. Untuk pengukuran panjang digunakan spilasi dengan kelipatan 10 cm sehingga apabila panjang kayu bulat sebenarnya adalah 15,27 m maka akan ditulis 15,20 m. Untuk pengukuran diameter kayu bulat digunakan diameter dengan kelipatan 1 cm sehingga bila diameter kayu bulat sebenarnya adalah 65,4 cm maka akan dibulatkan menjadi 65 cm. Cacat yang terdapat pada kayu pun dicatat sebagai bahan pertimbangan dalam pengukuran volume bersih kayu yang dapat dimanfaatkan. Tim pengukuran juga akan menilai kayu dan memasukan kayu dalam kelas-kelas kualitas, apabila terdapat kayu yang tidak masuk dalam satupun kelas kualitas maka kayu tersebut akan menjadi kayu afkir.Tim pengukur mencatat hasil pengukuran pada blanko yang bernama potong trailler. Pada form ini berisi nomor produksi, nomor pohon, jenis pohon, ukuran batang (panjang, diameter pangkal & ujung, diameter rata-rata dan volume kayu). Pada blanko tersebut juga dilakukan penggolongan antara Kayu Bulat (KB), Kayu Bulat Sedang (KBS) dan Kayu Bulat Kecil (KBK). Kayu bulat yang telah dilakukan pengulitan diberikan tanda X (silang) pada bagian nomor produksinya.Gambar 19 Penandaan kayu bulatGambar 20 Pencatatan pengukuran

Kayu yang telah diukur kemudian diberi nomor produksi dengan menggunakan cat biru, kemudian diberi kode traktor penyarad, kode chainsawman, dan kode pengupas kulit dengan menggunakan cat merah. selain tanda di atas juga terdapat pahatan pada kayu yang berisikan periode pemanenan dimana dalam satu bulan terdapat dua periode, no pohon saat cruising, nama petak, diameter rata-rata dan panjang kayu. Hal ini dilakukan untuk mempermudah kegiatan lacak balak. Apabila kayu tersebut telah dibayarkan PSDH dan Drnya maka barcode dapat dipasangkan di TPn. Gambar di bawah ini merupakan contoh penenandaan pada kayu.

Kode chainsawmanKode penyaradandeKode pengupas

Kode industri chainsawmanKode pengupasKode industriNomor urut log

Gambar 21 Rincian penandaan pada kayu bulat4.3.4 PengangkutanKayu yang sudah berada di TPn dan sudah diberi barcode akan diangkut menuju tempat penimbunan kayu (TPK). Alat angkut yang digunakan yaitu logging trailler/logging truck untuk pengangkutan dari TPn ke TPK dan pengangkutan dari TPK ke log pond , sedangkan untuk muat bongkar kayu (loading) pada alat angkutan digunakan track loader/ wheel loader. Berdasarkan kegiatan observasi yang dilakukan pada kegiatan pengangkutan dari TPn menuju logyard (TPK) KM 54, didapatkan kecepatan tanpa muatan sebesar 49.91 km/jam dan 36,78 km/jam dengan muatan, dengan muatan sebanyak 60 m3. Berdasarkan hasil wawancara untuk kecepatan alat angkut ini disesuaikan dengan kualitas jalan dan beban muatan. Kayu yang sudah sampai di log pond akan diteruskan ke industri dengan membentuk rakit dan ditarik menggunakan tugboat. Pengangkutan dengan rakit Terdapat dua jenis kayu yaitu jenis singker (tenggelam di air) dan floater (timbul di air). Untuk kayu jenis floater akan diangkut dengan wheel loader dan diletakkan langsung ke sungai. Tahap berikutnya adalah pembentukan rakit dengan menyisipkan satu kayu jenis singker menggunakan crane diantara kayu jenis floater dan diikat menggunakan sling (kawat baja) yang kemudian diperkuat dengan paku U. Batas maksimal diameter jenis kayu singker yang diperbolehkan untuk dirakit yaitu 80 cm, hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko sling putus atau tenggelamnya rakit akibat beban yang terlalu berat. Dalam satu rakitan (partai) terdapat 400-500 m3 kayu yang dirakit oleh sepuluh tenaga kerja. Kayu yang telah dirakit ini akan ditarik dari log pond Popay menuju log pond antara di Sintang yang memakan waktu 2 hari. Setelah kayu sampai di sintang kemudian akan dilakukan perakitan kembali dengan menggabungkan beberapa partai (maksimal 10) untuk diteruskan menuju industri yang berada di Kumpay dengan lama waktu 4 hari perjalanan. Untuk satu partai rakitan membutuhkan sling sepanjang 500-600m dan 1000-1500 buah paku U. Pengangkutan dengan ponton Merupakan pengangkutan khusus untuk kayu jenis singker, tahap awal dalam pemuatan kayu kedalam ponton adalah dengan mengumpulkan kayu jenis singker menggunakan wheel loader didekat crane sehingga dapat dengan mudah dilakukan proses muat ke atas ponton. Kapasitas maksimal pengangkutan dengan ponton mencapai 1400-1500m3 dengan lama waktu pemuatan mencapai dua hari kerja. Tiga orang tenaga kerja ditugaskan untuk mengikat kayu dengan sling pada bagian-bagian rawan guna mengurangi resiko terjatuhnya kayu dari atas ponton. Ponton ditarik oleh tugboat menuju industri yang berada di kumpay selama 6-7 hari.

4.4 TATA USAHA KAYU (TUK)PUHH ( Penata Usahaan Hasil Hutan ) adalah kegiatan yang meliputi penata usahaan tentang perencanaan produksi, pemanenan atau penebangan, penandaan, pengukuran dan pengujian, pengangkutan dan penimbunan, pengolahan dan pelaporan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan P.55/Menhut-III/2006 tentang penatausahaan hasil hutan yang berasal dari hutan negara, maka PT Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah melakukan penatausahaan hasil hutannya untuk memastikan bahwa kayu yang dipungut dan dipasarkan merupakan kayu yang sah. Tahapan dalam kegiatan PUHH meliputi : Penatausahaan Hasil Hutan di TPnKegiatan PUHH yang dilakukan di TPn meliputi pengukuran diameter kayu, pengukuran panjang kayu, pengukuran volume kayu, pemberian nomor kayu penandaan identitas kayu dengan pahatan dan pemberian barcode kayu. Dilakukan pengukuran kayu bulat yang berada di TPn yang hasilnya berupa daftar ukur, hasil rekapitulasi daftar ukur setiap periode (15 hari) akan menjadi buku ukur. Buku ukur merupakan dasar pembuatan Laporan Hasil Penebangan (LHP) yang kemudian akan diuji dan disahkan oleh Pejabat Pengesah Laporan Hasil Penebangan (P2LHP). Pengujian tersebut dilakukan dengan mengukur ulang kayu bulat dengan intensitas sampling 10% dari jumlah batang yang terdapat dalam LHP. LHP yang telah diuji kemudian akan diinput secara online melalui SIPUHH untuk mengetahui besarnya tarif PSDH dan DR yang harus dibayarkan oleh PT. Sari Bumi Kusuma. Salah satu keuntungan dari SIPUHH adalah apabila P2LHP sedang tidak ada ditempat untuk mengesahkan LHP maka perusahaan dapat mengesahkan sendiri (self approval).Besarnya tarif PSDH dan DR ditentukan oleh kelompok jenis kayu bulat serta kelas diameternya. Tarif tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 10 Daftar biaya DR dan PSDHNoJenis KayuDR (US $ / m3)PSDH (Rp / m3)

1Kel. Meranti 30 cm s/d 49 cm 16.00 73,000

2Kel. Meranti > 49 cm 16.50 76,000

3Kel. Rimba Campuran 30 cm s/d 49 cm 13.00 43,000

4Kel. Rimba Campuran > 49 cm 13.50 45,000

5Kel. Kayu Indah dua 18.00 108,600

6Kel. Jenis lainnya 18.00 76,000

7Kayu bulat Kecil < 30 cm 4.00 31,000

Setelah PSDH dan DR telah dilunasi, Departemen Kehutanan akan menerbitkan ID barcode yang artinya kayu bulat sudah dapat diangkut keluar areal konsesi dan LHP dapat disahkan. Penatausahaan Hasil Hutan di TPKSetiap kendaraan yang akan mengangkut kayu bulat keluar areal konsesi perlu disertai dengan Surat Keterangan Sahnya Kayu Bulat (SKSKB) dimana untuk PT. Sari Bumi Kusuma, masa berlaku dari SKSKB yaitu 1 hari dan dapat diperpanjang selama 2 hari. Satu set dokumen SKSKB terdiri dari tujuh rangkap yang fungsinya sebagai berikut :1. Lembar pertama dan kedua untuk dibawa oleh angkutan (logging truck) 2. Lembar ketiga diserahkan pada Balai Pemantauan Pemanfaatan Hasil Hutan Produksi provinsi setempat 3. Lembar keempat diserahkan pada dinas kehutanan tujuan 4. Lembar kelima untuk arsip perusahaan 5. Lembar keenam untuk arsip penerbit. 6. Lembar ketujuh untuk dinas provinsi asal kayu

Penatausahaan Hasil Hutan di LogpondKayu yang telah sampai di Logpond akan dibongkar dan akan diperiksa oleh petugas TUK di Logpond apakah sudah sesuai dengan Daftar Pemeriksaan Kayu Bulat (DPKB) yang disertai dengan SKSKB. SKSKB kemudian akan dimatikan dan potongan bawah lembar SKSKB, lampiran SKSKB (DPKB) disertai dengan Berita Acara Penerimaan Kayu Bulat akan diberikan pada petugas P3KB yang berada di Nanga Pinoh. Setelah kayu dirakit ataupun dinaikan di atas ponton kemudian dibuat Daftar Kayu Bulat Faktur Angkutan Kayu Bulat dan diterbitkan Faktur Angkutan Kayu Bulat (FAKB) sebanyak 5 rangkap untuk menyertai klotok atau ponton, Dinas Kehutanan Nanga Pinoh, kantor pusat Alas Kusuma Group, dan arsip perusahaan. Masa berlaku FAKB untuk angkutan ponton selama 15 hari dari logpond sampai ke industri sedangkan untuk klotok selama 7 hari dari Logpond Popay sampai Logpond Sintang dan dilanjutkan FAKB baru selama 7 hari dari Logpond Sintang menuju industri. Setelah FAKB diterbitkan kemudian dilakukan pemasangan barcode pada punggung kayu bulat untuk kayu yang dirakit dan ditarik menggunakan klotok. Setiap bulan, bagian TUK Logpond akan membuat laporan bulanan yang meliputi Laporan Mutasi Kayu Bulat (LMKB), Laporan Penerimaan dan Penggunaan Blanko FAKB.Gambar 22 Dokumen SKSKBGambar 23 Dokumen FAKB

4.5 PEMBINAAN HUTAN (TPTJ)Kegiatan pembinaan hutan pada Praktek Kerja Lapang (PKL) dilakukan mulai tanggal 23 Pebruari s/d 14 Maret 2015. Sistem silvikultur yang digunakan PT. Sari Bumi Kusuma yaitu sistem silvikultur Tebang Pliih Tanam Indonesia (TPTI) dan Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ). Dalam kegiatan pembinaaan hutan, observasi lapang dilakukukan pada sistem silvikultur TPTJ Camp Km 53 cabang C blok Seruyan. Kegiatan yang dilakukan dalam pembinaan hutan yaitu persemaian, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, penelitian dan pengembangan serta monitoring dan evaluasi.4.5.1 PersemaianJenis bibit unggulan yang dibudidayakan dalam kegiatan persemaian adalah jenis Shorea, yaitu Shorea leprosula, Shorea parvifolia, Shoreajohorensis, Shorea macrophylla, Shore platiclados dan Shorea dasiphylla. Selain jenis unggulan tersebut, bagian persemaian juga menyediakan jenis lain diantaranya seperti pada tabel dibawah ini:Tabel 11 Daftar jenis yang dibudidayakanNoJenis bibitSumber bibit

Biji / StampCabutanStek pucukStek batang

ADipterocarpaceae

1Shorea leprosulaxxx

2Shorea parvifoliaxxx

3Shorea platycladosxxx

4Shorea johorensisxxx

5Shorea selanicax

6Shorea dasiphyllaxxx

7Shorea pinangax

8Shorea macrophyllaxx

9Shorea stenopteraxx

10Shorea smithianaxx

11Shorea javanicax

12Shorea fallaxx

13Shorea virescensxx

14Shorea leavisx

15Shorea palembanicax

16Shorea sp Ix

17Shorea sp IIx

18Shorea sp IIIx

Bnon Dipterocarpaceae

1Peronema canescensx

2Swietenia mahagonix

3Antocephalus cadambax

4Eusideroxilon zwagerix

5Buah buahanx

6Kayu jenis lainx

Jenis sungkai dan jabon ini digunakan untu kegiatan penanaman pada areal terbuka seperti TPn, jalan sarad, dan sebagai tanaman penanda jalur. Kegiatan penyediaan bibit, bagian persemaian memiliki target produksi 40.000 bibit / bulan. Utuk memenuhi kebutuhan bibit yang sangat besar setiap bulannnya bibit dapat diperoleh dari biji, stek dan cabutan alam. Kualitas bibit yang baik dihasilkan dari biji, namun ketersediaan biji tidak dapat memenuhi kebutuhan bibit setiap bulannya mengingat biji hanya dapat diperoleh saat musim berbuah (musiman) yaitu 2 - 5 tahun sekali. Bibit dari biji hanya dapat memenuhi sekitar 70% dari target produksi, sedangkan untuk memenuhi 30% lainnya diperoleh dari cabutan alam dan stek. Bibit yang bersumber dari cabutan diperoleh dengan cara mengambil anakan dari pohon plus atau indukan di kebun benih ataupun pada petak yang memiliki pohon plus. Kegiatan observasi pengambilan bibit cabutan dilakukan di petak 6.EE cabang KM 46 cabang C blok seruyan RKT 2011. Semai yang diambil pada umumnya merupakan jenis Shorea leprosula & Shorea johorensis karena bersumber dari pohon induk yang berjenis sama. Semai yang diambil untuk dijadikan bibit yaitu yang memiliki tampilan fisik yang sehat, memiliki pangkal batang yang lurus dan tanpa adanya serangan hama.

Gambar 24 Bibit cabutan alamKegiatan stek dilakukan untuk memenuhi kekurangan bibit dipersemaian. Biaya yang diperlukan pada pengadaan bibit yang berasal dari stek lebih mahal karena harus tersedianya greenhouse dan kebun pangkas serta alat-alat dan bahan yang digunakan dalam kegaiatan stek pucuk misalnya gunting pangkas, koffco, potrays serta hormon rapid root. Namun keuntungan dari kegiatan stek ini adalah terjamin ketersediaannya bibit untuk kegiatan penanaman. Kegiatan stek yang dilakukan di PT. Sari Bumi Kusuma adalah stek pucuk dan stek batang. Stek pucuk dilakukan pada jenis Shorea dan stek batang dilakukan pada sungkai. Pada observasi yang lapang yang dilakukan di persemaian camp 53 TPTJ kegiatan stek pucuk dilakukan pada jenis Shorea platyclados. Media semai yang digunakan dalam stek pucuk adalah serbuk gergaji dari jenis kayu ringan, salah satunya jenis meranti. Serbuk gergaji direbus terlebih dahulu, hal ini dilakukan untuk tujuan sterisasi media tanam agar tidak diserang jamur. Serbuk gergaji yang sudah direbus kemudian dijemur sampai kering, setelah itu dimasukkan kedalam portrays dan kemudian disimpan didalam koffco dan disusun pada meja yang disusun didalam greenhouse. Pada greenhouse dilengkapi dengan alat pengkabutan dan alat pengukur suhu. Hal ini dimaksudkan agar suhu dan kelembaban didalam greenhouse tetap terjaga. Bibit stek yang digunakan diambil dari kebun pangkas yang berada disekitar persemaian. Untuk pucuk yang digunakan sebagai bibit dipilih bibit yang autotrof dan diambil 3 daun dari atas. Bibit dibawa ke greenhouse dan dilakukan lagi pemangkasan pada bagian yang belum sesuai, misalnya membuang bagian yang tidak dibutuhkan (dahan-dahan yang terlalu banyak, pemangkasan yang terlalu panjang saat di pangkas di kebun pangkas) dan diruncingkan pada bagian pangkalnya, pada 2 daun teratas dilakukan pemangkasan bagian dan daun ke-3 dipotong semua. Kegiatan selanjutnya adalah melakukan perendaman dalam cairan rapid root selama lebih kurang 3 menit. Perendaman dengan rapid root bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar. Pucuk yang sudah direndam lalu ditanam didalam portrays dan disiram, kemudian ditutup dengan koffco sampai bibit siap dipindahkan ke polibag (sekitar 3 bulan).

Gambar 25 Pengambilan pucuk pada kebun pangkasGambar 26 Perendaman dengan hormon rapid root

Gambar 27 Penanaman pada portrays

Perbanyakan bibit sungkai dilakukan dengan cara stek batang. Stek batang sungkai berbeda dengan stek pucuk pada meranti baik dalam perlakuan yang diberikan maupun media yang digunakan. Media yang digunakan dalam kegiatan stek batang sungkai adalah top soil. Sungkai merupakan tanaman yang tidak rewel dan mudah tumbuh, sehingga tidak butuh banyak investasi dalam kegiatan ini. Dalam kegiatan stek batang sungkai tidak di perlukan greenhouse, potrays, koffco ataupun hormon rapid root, yang dibutuhkan hanya polibag, batang sungkai dan top soil sebagai media tanam. Lokasi persemaiannya juga tidak membutuhkan perlakuan khusus, hanya diletakkan pada persemaian alami. Batang yang digunakan untuk bibit sungkai diperoleh dari pohon sungkai yang berada di sekitar persemaian yang diambil dengan cara dipanjat dan penggunakan parang untuk memangkas batang. Batang sungkai yang diambil tidak boleh terlalu tua dan terlalu muda. Batang sungkai dipotong-potong dengan ukuran 15-20 cm, dan pada bagian yang akan ditanam diruncingkan kemudian ditancapkan pada media tanam yang sudah disediakan dengan posisi batang lurus, kemudian lakukan penyiraman pada bibit sungkai tersebut.Media yang digunakan dalam kegiatan persemaian TPTJ adalahtop soil. Media tanam merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan produktivitas penyediaan bibit, karena kegiatan pembibitan tidak akan terlaksana jika media tidak tersedia. Kegiatan awal dalam persiapan media setelah top soil tersedia adalah pengisian polibag kemudian dilanjutkan dengan pengangkutan ke bedeng sungkup dan penyusunan pada bedeng sungkup yang berukuran 1 x 4 meter dengan kapasitas 400 polibag / bedeng. Kegiatan pengisian polibag dilakukan oleh 4-6 orang pekerja dan untuk kegiatan pengangkutan dilakukan oleh 2 orang pekerja. Kegiatan pengisian polibag dan pengangkutan media dapat dilakukan dengan sistem kerja borongan dan harian. Pada sistem kerja borongan bagian pengisian polibag, pekerja memiliki target pengsian polibag yang berbeda, sesuai dengan ukuran polibag yang diisi. Untuk polibag yang berukuran besar (15 cm x 20 cm) target pengisian adalah 600 polibag /orang/ hari, sedangkan untuk polibag yang berukuran lebih kecil memiliki target pengisian yang lebih banyak yaitu 700 polibag/orang/hari. Pada kegiatan penyusunan polibag pada bedeng, target penyusunannya adalah sebanyak 1200 polibag/orang/hari (polibag besar) dan 1400 polibag/orang/hari (polibag kecil). Hal ini berbeda dengan sistem kerja harian, dimana sistem kerja harian tidak memiliki target, tapi disesuaikan dengan jam kerja di PT. Sari Bumi Kusuma.

Gambar 28 Pengisian polibagPenggunaan pupuk di PT. Sari Bumi Kusuma tidak menggunakan pupuk kimia, tetapi pupuk alami yaitu kompos yang diproduksi sendiri. Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan kompos adalah sebagai berikut : Hijauan yaitu kirinyuh (Eupatorium inulifolium) dan pakis-pakisan (Nephrolepis sp), kotoran ayam, top soil, EM-4, drum , air tebu, mesin pencacah, bak penampung, cangkul, garpu pengaduk, dan terpal penutup. Jenis hijauan yang digunakan sebagai bahan baku kompos harus dipilih tanaman yang memiliki kandungan nitrogen yang tinggi, ketersediaannya cukup dan mudah diperoleh. Untuk dapat digunakan proses pembuatan kompos memerlukan waktu lebih kurang 3 bulan, dimana perlakuan yang diberikan setiap minggunya adalah kompos harus diaduk agar kematangan kompos tersebut merata. Kompos yang siap pakai memiliki ciri warna sudah berubah menjadi hitam, tidak berbau, tidak terlihat seperti bentuk aslinya, hancur jika diremas dan pH netral. Langkah-langkah dalam pembuatan kompos adalah sebagai berikut: Penyiapan bahan-bahan yang akan digunakan, seperti kerinyu dan pakis, kotoran ayam, top soil, EM-4, air tebu Kerinyu dan pakis dicacah menggunakan mesin pencacah sampai terlihat halus Hasil cacahan tersebut dicapur dengan kotoran ternak, top soil, EM-4, dan air tebu Aduk sampai semua bahan tersebut tercampur secara merata, kemudian pindahkan campuran bahan tersebut ke bedeng pengomposan sampai bedeng tersebut penuh Tutup bedeng tempat penyimpanan kompos dengan terpal Setiap 7 hari sekali lakukan pengadukan agar hasil kompos tidak menggumpal. Terpal dapat dibuka setelah kompos berumur 1 bulan dan dapat digunakan setelah lebih kurang 3 bulan.Gambar 29 Bahan hijauanGambar 30 Proses pencacahan bahan

Gambar 31 Penyimpanan kompos

4.5.2 Pemeliharaan tanaman di persemaian Pemeliharaan tanaman di persemaian di bagi menjadi beberapa blok berdasarkan intensitas cahaya yang masuk. Blok-blok tersebut adalah blok naungan 75% untuk kegiatan penyungkupan, blok naungan 50% penyapihan, blok naungan 25% pengerasan dan blok naungan 0% untuk bibit yang siap tanam.

1. Penyungkupan Penyungkupan dilakukan pada bedeng yang berukuran 1 x 4 meter yang memiliki kapasitas 400 bibit / bedeng dengan naungan 75%. Bibit di penyungkupan dibiarkan selama 2-3 bulan. Kegitan yang dilakukan pada penyungkupan yaitu penataan polibag, penanaman dan penyiraman pada pagi dan sore hari. Bibit yang baru ditanam didalam bedeng sungkup ditutup selama lebih kurang satu bulan, kemudian dibuka dengan tujuan agar bibit dapat beradaptasi sebelum dipindahkan ke naungan 50%. Bibit yang jika sungkupnya dibuka masih layu, menandakan bahwa bibit belum siap untuk menerima intensitas cahaya lebih tinggi atau dengan kata lain bibit belum mampu beradaptasi. Jika hal ini terjadi maka sungkup harus di tutup lagi sampai bibit siap beradaptasi dengan intensitas cahaya yang lebih tinggi.

Gambar 32 Naungan 75%2. Penyapihan Penyapihan dilakukan pada blok naungan 50% selama 3 bulan. Kegiatan yang dilakukan di blok penyapihan adalah penataan berdasarkan tinggi rendah bibit (disusun mulai dari bibit tertinggi sampai yang terendah), penyiraman, penambahan top soil penyiangan dan seleksi kualitas. Seleksi kualitas dilakukan dengan tujuan agar bibit yang di peroleh memiliki kualitas yang baik.3. Pengerasan Bibit yang dipindahkan ke bedeng pengerasan adalah bibit yang telah melewati proses penyungkupan dan penyapihan. Bibit di letakkan pada bedeng pengerasan selama 2-3 bulan pada blok naungan 25%. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada blok pengerasan tidak berbeda dengan kegiatan yang dilakukan di blok penyapihan, dimana kegitannya adalah penataan berdasarkan tinggi rendahnya bibit, penambahan campuran top soil dan kompos, penyiraman, penyiangan dan seleksi bibit.

Gambar 33 Naungan 25%4. Bibit siap tanam Bibit yang siap untuk ditanam dilapangan diletakkan pada blok naungan 0%. Bibit yang ada di blok naungan 0% ini sebelumnya telah melalui beberapa proses yaitu penyungkupan, penyapihan dan pengerasan. Kegiatan yang dilakukan pada blok naungan yaitu pemangkasan dahan, penyiangan dan penyiraman. Bibit yang berada pada blok naungan 0% ini siap untuk dimutasikan ke lapangan untuk kegiatan penanaman maupun kegiatan penyulaman.

Gambar 34 Tanpa naungan4.5.3 Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ)Sistem silvikultur TPTJ secara prinsip hampir sama dengan sistem silvikultur Tebang Jalur Tanam Indonesia (TJTI). Keduanya merupakan sistem silvikultur yang mendasarkan pada sistem silvikultur Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB), penerapannya dilakukan di areal hutan bekas tebangan (logged over area) dengan tanaman sistem jalur. Sistem TPTJ memiliki limit diameter tebang 40 cm up, dengan harapan optimalisasi pemanfaatan kayu dapat ditingkatkan sekaligus limbah yang terbuang sebagai dampak kegiatan logging dapat diminimalkan (Nugraha 2012) . Apabila dilihat dari segi analisa biaya produksi, di mana makin kecil limit diameter yang ditebang maka biaya produksi yang dikeluarkan juga semakin tinggi sementara harga jual kayunya berbanding terbalik yaitu semakin rendah.PT. Sari Bumi Kusuma merupakan salah satu pelopor percobaan dan penerapan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ). Telah banyak perubahan yang terjadi pada pelaksanaan sistem silvikultur ini yaitu pada jalur bersih (jalur tanam) dan jalur antara, hingga penerapannya saat ini seperti gambar berikut:

Gambar 35 Skema jalur tanam sistem silvikultur TPTJSistem silvikultur TPTJ di PT. Sari Bumi Kusuma memerlukan berbagai persiapan dalam pelaksanaannya. Persiapan tersebut yaitu terdiri atas: penyiapan lahan (manual & semi mekanis), penanaman, pemeliharaan tanaman serta montioring dan evaluasi.

Penyiapan lahanPenyiapan lahan Kegiatan penyiapan lahan dilakukan dengan cara manual dan semi mekanik. Observasi lapang kegiatan penyiapan lahan dilakukan pada petak O25 km. 72 cabang C blok Seruyan RKT 2014. Kegiatan dalam penyiapan lahan secara manual dan mekanis adalah sebagai berikut: Penyiapan lahan secara manual Jumlah pekerja dalam satu regu di kegiatan penyiapan lahan secara manual adalah 10 orang yang terdiri dari 1 orang pengawas lapang, 2 orang perintis, 1 orang pemasang ajir sekaligus kompasmen, 3 orang penyiang, 1 orang penjaga pondok kerja dan 2 orang pembuat piringan & membuat lubang tanam. Kegiatan awal dalam kegiatan penyiapan lahan secara manual adalah menentukan arah jalur dengan menggunakan kompas, kemudian dilanjutkan dengan pembukaan jalur dengan menggunakan parang. Untuk penyiapan lahan sistem TPTJ dibuat lubang antara selebar 20 meter dan jarak antar ajir 2,5 meter. Ajir dibuat dari kayu keras yang memiliki panjang 1,5 meter dan diameter 3-5 cm. Pada setiap 10 ajir diberi cat berwarna kuning dan diberi label yang berisikan informasi tentang nama petak, nomor jalur dan nomor ajir. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan mempermudah dalam perhitungan jumlah ajir.

Gambar 36 Organisasi pelaksana dan pembagian tugas persiapan lahan manualSetelah pemasangan ajir kegiatan selanjutnya adalah pembersihan jalur sebesar 1,5 meter kearah kanan dan kiri ajir. Pada jalur tanam selebar 3 meter dibuat piringan dengan jari-jari 50 cm kemudian dibuat lubang tanam dengan ukuran 40x40x30 cm dengan menggunakan cangkul. Lubang tanam harus dibuat konsisten didepan atau dibelakang ajir. Kegiatan selanjutnya adalah pengisian top soil kedalam lubang tanam, dimana setiap orang memiliki target pengisisian lubang tanam sebanyak 40 lubang / hari. Target penyiapan lahan untuk setiap regu adalah sebanyak 160 ajir / regu / hari, tapi untuk penyiapan lahan pada Tpn tidak diberi target tetapi sampai seluruh Tpn tersebut selesai dikerjakan dalam satu hari. Kendala yang sangat mempengaruhi produktivitas pekerja dalam kegiatan penyiapan lahan pada umumnya adalah kondisi alam, misalnya medan yang sulit dan keadaan cuaca.Gambar 37 Pembersihan jalur bersihGambar 38 Pembuatan lubang tanam

Penyiapan lahan semi mekanisDalam penyiapan lahan jarak antara tim semi mekanis masuk maksimal 1 bulan setelah kegiatan penyiapan lahan secara manual dilakukan. Kegiatan penyiapan lahan secara semi mekanis dilakukan untuk perapihan jalur dan penebangan pohon yang menghalangi masuknya cahaya matahari yang tidak dapat dilakukan oleh tim penyiapan lahan secara manual. Kegiatan penyiapan lahan ini juga bertujuan utuk memberi ruang tumbuh bagi tanaman sehingga tanaman memperoleh nutrisi yang cukup dan dapat tumbuh dengan baik. Pada kegiatan penyiapan lahan secara semi mekanis, setiap tim dibekali satu unit chainsaw. Pohon yang ditebang dalam kegiatan penyiapan lahan secara semi mekanis adalah pohon yang menaungi jalur tanam dan memiliki diameter lebih dari 10 cm, namun ketentuan ini tidak berlaku untuk jenis tumbuhan yang dilindungi, komersil dan pohon buah.Jumlah pekerja dalam satu tim pada kegiatan penyiapan lahan secara semi mekanis adalah 12 orang yang terdiri 1 orang pengawas, 2 orang operator chainsaw, 2 orang pembantu chainsaw, 6 orang merapikan jalur dan satu orang penjaga pondok. Tahapan kegiatan yang dilakukan